PERAN INSTRUKTUR DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI
WARGA BELAJAR PADA PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN
(Studi Deskriptif Pada Warga Belajar Paket C Di PKBM Misykatul Anwar)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Oleh : Sri Rohmawati
1003191
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
WARGA BELAJAR PADA PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN
(Studi Deskriptif Pada Warga Belajar Paket C Di PKBM Misykatul Anwar)
Oleh Sri Rohmawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Sri Rohmawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Sri Rohmawati, (2013) Peran Instruktur dalam Menumbuhkan Motivasi Warga Belajar Pada Pelatihan Kewirausahaan (Studi Deskriptif Pada Warga Belajar Paket C di PKBM Misykatul Anwar).
Penelitian ini bertitik tolak dari permasalahan pokok yaitu bagaimana peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi belajar melalui pelatihan kewirausahaan di PKBM Misykatul Anwar kepada warga belajar paket C usia remaja.
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1) Untuk memperoleh gambaran mengenai motivasi belajar pada warga belajar pelatihan kewirausahaan, 2) Untuk memperoleh gambaran tentang peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi belajar pada warga belajar dan 3) Untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar pelatihan kewirausahaan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep pendidikan luar sekolah, konsep motivasi belajar, konsep peran instruktur, konsep hasil belajar dan konsep pelatihan kewirausahaan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan triangulasi. Sampel yang dijadikan responden ialah satu instruktur, satu orang pengelola, dua warga belajar yang diindikasi memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah diambil dari populasi sebanyak 22 orang, dan dua orang tua dari warga belajar yang diindikasi memiliki motivasi belajar yang tinggi dan rendah.
Dari hasil penelitian maka diperoleh : 1) Kondisi awal motivasi warga belajar pada pelatihan kewirausahaan secara umum rendah, dibuktikan dengan kurangnya kemauan untuk belajar. 2) Peran instruktur menumbuhkan motivasi warga belajar berdasarkan perannya sebagai informator, organisator, motivator, penengah, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator dan evaluator dapat dilakukan dengan baik dalam membina, melatih, mengajar dan mendidik warga didiknya. 3) Hasil belajar warga belajar berdasarkan kognitif mendapatkan wawasan berwirausaha, afektif terjadi perubahan sikap kemandirian, kepercayaan diri dan kepemimpinan. Psikomotorik mampu mengelola suatu usaha bersama di PKBM Misykatul Anwar.
DAFTAR ISI
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
E. Konsep Pelatihan Kewirausahaan ... ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
2. Gambaran Umum Pelatihan Kewirausahaan ... 54
B. Hasil Penelitian ... ... 55
1. Data Responden ... ... 55
4. Hasil Belajar yang Didapatkan Warga Belajar dalam Pelatihan
Kewirausahaan ... ... 85
C. Pembahasan ... ... 91 1. Gambaran Tentang Motivasi Warga Belajar Pelatihan Kewirausahaan ... ... 92
2. Peran Instruktur dalam Menumbuhkan Motivasi Warga Belajar Melalui Pelatihan
Kewirausahaan ... ... 95 3. Hasil Belajar Yang Didapatkan Warga Belajar dalam Pelatihan
Kewirausahaan ... ... 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... . 104 B. Saran ... .... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 107
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ciri atau Karakteristik Program Pendidikan Luar Sekolah ... 12
Tabel 2.2 Karakterisitk Kewirausahaan ... 36
Tabel 4.1 Data Instruktur Pelatihan Kewirausahaan ... 54
Tabel 4.2 Data Materi dan Bahan Ajar Pelatihan Kewirausahaan ... 55
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di
bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra
sistem pembangunan nasional, memiliki dua subsistem pendidikan yaitu
pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Kedua subsistem ini memiliki
andil dalam mencerdaskan bangsa. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945 yaitu “ … turut mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Betapa tidak, pendidikan merupakan kunci keberhasilan pembangunan suatu
negara, dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya melalui proses pembelajaran. Sebagaimana dinyatakan dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3, bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) seperti yang telah
dikemukakan pada Pasal 3 di atas, merupakan hal mendasar bagi pembangunan.
Keberhasilan pembangunan tidak terlepas dari pendidikan, dimana pendidikan
mempunyai makna sebagai proses yang menjadikan manusia memiliki
kemampuan, memiliki sains dan teknologi serta kepandaian. Pendidikan bagi
setiap warga negara ditujukan untuk membangun manusia yang beradab, manusia
yang mampu membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab
Tujuan umum pendidikan Nasional Indonesia secara jelas dirumuskan
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal 4 tentang
Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebebasan.
Oleh karena itu, pendidikan mempunyai tanggung jawab besar terhadap
pembentukan karakter bagi setiap warga negara tanpa terkecuali seperti apa yang
sudah termaktub dalam UU di atas. Pendidikan pun merupakan kebutuhan primer
pada saat ini, apalagi sebagian besar masyarakat sudah menyadari pentingnya
pendidikan dalam menata masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu bagi
semua pihak yang peduli dengan kemajuan bangsa ini, harus bersiap sedia dalam
meningkatkan kualitas pendidikan seperti apa yang diharapkan.
Salah satu jalur yang dapat mengantarkan kita kepada kualitas pendidikan
yang mumpuni ialah melalui pendidikan nonformal (pendidikan luar sekolah). Hal
ini dikarenakan pada jalur pendidikan ini terdapat kurikulum pembelajaran yang
menekankan pada pengembangan diri dan lifeskill seseorang. Senada dengan hal
itu Sudjana ( 2004 : 3 ) menjelaskan bahwa :
Pendidikan mencakup semua komunikasi yang terorganisasi dan berkelanjutan yang diselenggarakan dalam kehidupan nyata di masyarakat, lingkungan keluarga, lembaga-lembaga, dunia kerja dan lingkungan kehidupan lainnya. Dalam kaitannya dengan pembangunan di negara-negara berkembang, meliputi pengembangan semua aspek kehidupan dengan
menggarap program-program pendidikan yang berorientasi pada
pengembangan sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, lapangan usaha, kewirausahaan dan pembangunan pada umumnya.
Pendidikan nonformal yang dimaksud adalah pendidikan yang bisa
menumbuhkan dan mengembangkan kepribadian yang lebih baik. Salah satu
langkah dalam menumbuhkan dan mengembangkan karakter yang lebih baik ialah
melalui lembaga pelatihan. Maraknya pelatihan-pelatihan motivasi dan
3
kehidupan sosial yang ada. Salah satu pelatihan motivasi dan pengembangan diri
yaitu melalui pelatihan kewirausahaan. Pelatihan sebagai salah satu satuan
pendidikan nonformal sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 4 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa “Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus,
lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan masyarakat, dan majelis taklim, serat satuan pendidikan yang sejenis.”
Salah satu lembaga penyelenggara pelatihan motivasi, pengembangan diri
dan kewirausahaan adalah PKBM Misykatul Anwar di Cimahi. Lembaga ini
berperan sebagai sarana pemupuk semangat bagi warga belajar yang memiliki
keinginan dan kemauan dalam meningkatkan pengembangan dirinya melalui
kewirausahaan. Hal ini diperlukan agar dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan diri bagi warga belajar tersebut dalam menghadapi tantangan dunia
global sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB VI bagan kelima pasal
26 ayat 2, bahwa “Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi
peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.”
Dan ayat 5, bahwa :
Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Seperti apa yang telah dikemukakan mengenai pelatihan merupakan salah
satu media pendidikan keterampilan bagi setiap orang, dalam hal ini ialah
pelatihan kewirausahaan. Pelatihan memegang peranan penting dalam
mempersiapkan generasi penerus. Peran tenaga pendidik di dalamnya pun sangat
besar dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran. Oleh karena tenaga pendidik
memiliki peranan yang besar, maka pendidik harus memiliki kualifikasi dan
kompetensi yang baik agar ia dapat menjalankan tugasnya secara profesional,
sebagaimana telah dituliskan pada Pasal 28 PP 19 Tahun 2005 mengenai Standar
(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi :
1. Kompetensi pedagogik, 2. Kompetensi kepribadian, 3. Kompetensi profesional, dan 4. Kompetensi sosial.
Tenaga pendidik dalam pelatihan disebut instruktur sebagaimana telah
diungkapkan pada Pasal 30 PP 19 Tahun 2005 mengenai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidika yang berbunyi “(8) Pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan keterampilan terdiri atas pengajar, pembimbing, pelatih atau instruktur dan penguji.” Instruktur merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, instruktur harus
berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,
sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Pada setiap diri
tenaga pendidik itu terletak tanggung jawab untuk membawa para peserta
didiknya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka
ini, instruktur tidak semata-mata sebagai pengajar namun juga sebagai pendidik
dan pelatih, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Sardiman (2011 : 125) bahwa “Guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of value, sekaligus sebagai pembimbing.”
Jadi tugas instruktur bukan hanya untuk menyampaikan materi
pembelajaran, tetapi hendaknya instruktur dapat menanamkan konsep-konsep
yang benar dari materi pembelajaran yang disampaikan, serta dapat mengarahkan
dan menuntun warga belajarnya dalam belajar. Sehingga ilmu yang dipelajari
warga belajar dapat bermanfaat dalam kehidupan warga belajar, di waktu
sekarang dan yang akan datang. Peranan instruktur pun begitu kompleks di dalam
proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan warga belajarnya
5
berarti mentransfer nilai-nilai kepada warga belajarnya. Nilai-nilai tersebut harus
diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Mendidik pun suatu usaha
memanusiakan manusia. Dengan dimikian, secara esensial dalam proses
pendidikan, seorang instruktur tidak hanya pembawa ilmu pengetahuan, akan
tetapi juga menjadi contoh seorang pribadi manusia. Oleh karena itu, setiap
rencana kegiatan instruktur harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata
demi kepentingan warga belajar khususnya untuk memotivasi warga belajar,
sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.
Selain persiapan dari instruktur, yang paling penting adalah bagaimana
kesiapan warga belajar dalam menerima pembelajaran dalam pelatihan tersebut.
Jika warga belajar siap baik secara fisik maupun mental, maka materi ajar yang
diberikan instruktur dapat diterima dengan baik oleh warga belajar serta
memperoleh hasil yang baik.
Kesiapan peserta didik atau warga belajar merupakan faktor penting dan
sangat berpengaruh dalam keberhasilan belajar, disamping kesiapan yang lain.
Pada diri warga belajar terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar.
Penggerak belajar ini dinamakan motivasi belajar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdorrakhman (2010, 114), “Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat”.
Motivasi warga belajar dalam mengikuti proses pembelajaran merupakan
bentuk respon dari warga belajar mengikuti proses pembelajaran dimana
motivasinya mengikuti dorongan dari dalam (motivasi intrinsik) dan dari luar
(motivasi ekstrinsik), serta responnya terhadap pelaksanaan proses pembelajaran
tersebut. Hal ini merupakan upaya untuk mecapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Sehingga berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran terkait erat
dengan tinggi rendahnya motivasi dan ada tidaknya respon dari warga belajar
dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut.
Hal ini pun berlaku pada warga belajar Paket C yang mengikuti pelatihan
kewirausahaan di PKBM Misykatul Anwar. Pelatihan yang peneliti teliti di
pelatihan tersebut ialah warga belajar usia remaja dengan rentang usia 12 sampai
20 tahun, sebanyak 22 orang. Pelatihan ini diselenggarakan dalam upaya
menumbuhkembangkan sikap dan mental untuk mau belajar pada warga belajar
tersebut dan dijadikan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi rendahnya
pengetahuan, sikap dan keterampilan pada diri remaja dengan mayoritas berlatar
belakang broken home, ekonomi lemah, dan kurangnya perhatian orang tua dan
keluarga akan pendidikan terhadap anaknya. Hal inilah yang membuat sebagian
besar warga belajar memiliki motivasi belajar rendah dan cenderung acuh tak
acuh dalam belajar di kelas maupun diluar kelas. Seperti tidak memperhatikan
tutor atau instruktur ketika mengajar, kurang aktif di kelas, dan jarang bertanya,
serta adanya rasa bosan bagi warga belajar tersebut. Sehingga mengakibatkan
kurangnya kehadiran warga belajar di setiap pertemuan.
Metode pembelajaran yang sering digunakan oleh instruktur dalam proses
pelatihan ialah metode ceramah, diskusi, simulasi, role play dan demonstrasi.
Bahan ajar yang dipakai sudah mengacu kepada rumusan materi ajar dari dinas
pendidikan kota yaitu mengenai aspek soft skill dan hard skill. Materi soft skill
seperti kepercayaan diri, memiliki impian, berpikir kreatif, etika usaha,
kepemimpinan, berani mengambil risiko dan lain sebagainya. Sedangkan materi
hard skill seperti berani berbicara di depan umum (public speaking), pemasaran
produk, memahami laporan keuangan, keterampilan membuka usaha,
keterampilan merencanakan usaha dan lain sebagainya. Materi-materi tersebut
diajarkan oleh empat instruktur yang berlatar belakang pendidikan SMA dan S1.
Dari materi yang telah disampaikan selama proses pembelajaran dilakukan
evaluasi pembelajaran baik secara tes maupun nontes. Secara tes, dilakukan
dengan sistem tertulis dan praktik. Sedangkan secara nontes dilakukan evaluasi
berupa kuesioner, skala dan studi kasus terhadap kasus yang terjadi pada warga
belajar selama proses kegiatan pelatihan berlangsung.
Sistem pembelajaran yang telah disebutkan di atas dapat menjadi faktor
penentu motivasi belajar peserta pelatihan kewirausahaan, baik rendah ataupun
tinggi. Motivasi belajar yang telah disebutkan sebelumnya terjadi pada sebagian
7
yang cukup tinggi dengan dibuktikan pada proses pembelajaran di kesehariannya.
Seperti rajin mengikuti seluruh rangkaian proses belajar pada pelatihan tersebut,
aktif ketika proses kegiatan belajar berjalan, dan dapat mempraktikan secara baik
bagaimana menjadi seorang wirausaha.
Berkaitan dengan proses belajar di atas, maka akan ada hasil belajar dari
pelatihan kewirausahaan yang didapatkan. Salah satu hasil belajar yang
didapatkan ialah kemampuan mandiri dalam mengembangkan usaha produksi
makanan olahan ubi ungu. Usaha yang dilakukan oleh 11 warga belajar ini telah
dijalankan selama dua tahun. Selama itu pula, seluruh proses perencanaan,
produksi dan pemasaran dilakukan secara mandiri oleh warga belajar tersebut.
Jika dilihat dari segi keuntungan, omset yang dapat diraih setiap bulannya sekitar
Rp 500.000,00 sampai Rp 1.000.000,00. Suatu angka yang cukup baik bagi warga
belajar di usia remaja seperti mereka dengan latar belakang ekonomi yang kurang.
Bertalian dengan hal-hal yang telah dipaparkan, peneliti telah mengamati
proses pembelajaran yang diberikan instruktur dan hasil belajar yang diraih dari
ke 22 warga belajar dengan berbagai perbedaan pencapaian hasil belajar tersebut.
Ada sebagian warga belajar yang begitu antusias dalam mengikuti pelatihan
kewirausahaan sehingga mampu membangun suatu usaha bersama di bidang
produksi makanan ringan olahan ubi ungu dengan berbagai kemampuan dan
kemandirian yang dimiliki. Namun, ada pula warga belajar yang kurang antusias
dalam mengikuti pelatihan tersebut, sehingga dapat dilihat hasil belajar yang
kurang memuaskan dari segi sikap belajar dan kemampuan lainnya. Tentunya
semua ini berkaitan dengan motivasi belajar yang ada pada diri warga belajar
tersebut.
Pelatihan kewirausahaan ini merupakan salah satu langkah instruktur dalam
memperkuat dan meningkatkan motivasi belajar warga belajar yang telah ada.
Penguatan motivasi belajar berada di tangan instruktur sebagai tenaga pendidik,
dan tentunya keluarga serta anggota masyarakat lainnya. Jika langkah-langkah
dalam memperkuat dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik dilakukan
dengan baik, maka motivasi belajar yang ada akan sangat berperan aktif dalam
Oleh karena itu, melihat dua kondisi yang ada, maka peneliti ingin meneliti
mengenai seberapa besar peranan instruktur dalam menumbuhkan motivasi
belajar seseorang dan hasil belajar yang diharapkan dengan menggunakan strategi
pembelajaran yang ada dalam pelatihan kewirausahaan sebagai salah satu
stimulan dari instruktur kepada warga belajarnya.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan maka peneliti mengidentifikasi
permasalahan tersebut yaitu :
1. Motivasi peserta didik yang beragam pada pelatihan kewirausahaan yang
diasumsikan karena adanya perbedaan latar belakang pendidikan, sosial,
ekonomi, dan lingkungan tempat tinggal yang berbeda, sehingga secara tidak
langsung hal tersebut akan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran
dalam pelatihan kewirausahaan tersebut.
2. Mayoritas warga belajar berekonomi lemah dan belum memiliki keterampilan
berwirausaha.
3. Warga belajar paket C usia remaja masih sering mengisi waktu luangnya
dengan hal yang kurang bermanfaat dan kurang produktif, sehingga hal ini
dapat berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir dan kemampuan diri.
4. Adanya keinginan dari diri warga belajar untuk membantu perekonomian
keluarga, namun tidak direalisasikan secara nyata.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diungkapkan, maka peneliti
dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana motivasi warga belajar pada pelatihan kewirausahaan?
2. Bagaimana upaya instruktur dalam menumbuhkan motivasi warga belajar
melalui pelatihan kewirausahaan?
3. Bagaimana hasil belajar yang didapatkan warga belajar dalam pelatihan
9
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh gambaran mengenai motivasi belajar pada warga belajar
pelatihan kewirausahaan.
2. Untuk memperoleh gambaran tentang peran tutor dalam menumbuhkan
motivasi belajar pada warga belajar.
3. Untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar pelatihan kewirausahaan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dapat dijadikan sebagai bahan analisis dan kajian bagi PKBM Misykatul
Anwar, dalam mempertahankan ataupun memperbaiki motivasi peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran pada pelatihan kewirausahaan.
Hendaknya semakin menyadari pentingnya manfaat pengembangan dan
diharapkan dapat dijadikan motivasi bagi para peserta pelatihan untuk lebih
meningkatkan prestasinya bagi peningkatan taraf hidup di pelatihan
kewirausahaan yang dipelajarinya.
2. Untuk kepentingan sebagai kajian ilmu bagi tenaga pendidik dan
kependidkan nonformal.
3. Sebagai pengalaman praktis bagi peneliti dalam mengaplikasikan/
menerapkan konsep dan teori yang telah diperoleh di bangku kelas
perkuliahan PLS, dan untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Dalam
hal ini berkaitan dengan konsep instruktur, konsep motivasi, konsep hasil
E. Struktur Organisasi
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya,
maka penulis memberikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan
dibahas yaitu sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, merupakan uraian tentang Latar Belakang
Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian dan Struktur Organisasi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, merupakan Landasan Teori dan gambaran
umum mengenai dasar penelitian atau teori yang melandasi penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN, merupakan penjelasan mengenai Lokasi
dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian,
Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan
Analisis Data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, merupakan
penjelasan mengenai pengolahan atau analisis data serta pembahasan atau analisis
temuan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, merupakan penjelasan mengenai
penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini penulis menyajikan mengenai lokasi dan subjek
populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode dan teknik penelitian,
definisi operasional, instrumen penelitian dan proses pengembangan instrumen,
serta analisis data dalam melakukan penelitian.
A. Lokasi atau Subjek Populasi/Sampel
1. Lokasi Penelitian
Lembaga : PKBM Misykatul Anwar
Alamat : Jl. Sentral No.43 RT.03 RW.04 Kelurahan Cibabat
Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi
2. Subjek Populasi/Sampel Penelitian
Adapun subjek adalah sumber data dari mana data diperoleh. Menurut
Arikunto S (2004:47) sumber data diidentifikasikan menjadi tiga yaitu person,
place, paper.
1. Person yaitu sumber data berupa orang yang bisa memberikan data berupa
jawaban lisan melalui wawancara. Dalam penelitian ini subjek penelitiannya
adalah instruktur, 22 warga belajar yang diobservasi secara umum dan dua
warga belajar yang diobservasi secara mendalam, pengelola PKBM Misyaktul
Anwar serta dua orang tua warga belajar.
2. Place yaitu sumber data berupa tempat atau sumber data yang menyajikan
tampilan berupa keadaan diam dan bergerak, meliputi fasilitas gedung, kondisi
lokasi, kegiatan belajar-mengajar, kinerja, aktifitas dan sebagainya yang ada di
PKBM Misykatul Anwar, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota
Cimahi.
3. Paper yaitu berupa simbol atau sumber data yang menyajikan tanda-tanda
berupa huruf, angka, gambar, simbol-simbol dan lain-lain. Dalam penelitian ini
yang menjadi paper adalah berupa banda-benda tertulis seperti buku-buku
Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi seperti catatan
harian intruktur, daftar absensi kehadiran, dokumentasi kegiatan pelatihan.
B. Desain Penelitian
Melalui pendekatan kualitatif diperoleh pemahaman dan penafsiran yang
mendalam mengenai makna, kenyataan dan fakta yang relevan. Dalam hal ini
penelitian kualitatif menurut Moleong (2008 : 6) adalah :
Penelitian yang secara holistik bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, baik itu perilakunya, persepsi, motivasi maupun tindakannya, dan secara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Adapun mengenai desain penelitian kualitatif menggunakan tiga tahapan
dalam merancang suatu penelitian diantaranya ialah :
1. Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti sebelum
pengumpulan data, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti
dalam tahap ini, diantaranya :
a. Menyusun rancangan penelitian. Rancangan penelitian ini biasa disebut
proposal penelitian. Pada tahap ini penulis memilih la
b. pangan penelitian, penentuan jadwal penelitian, memilih alat penelitian,
rancangan pengumpulan data, menentukan latar belakang masalah dan alasan
pelaksanaan penelitian, serta kajian kepustakaan yang dijadikan dasar dalam
menentukan fokus yaitu mencari teori atau konsep yang berkaitan dengan
peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi warga belajar melalui
pelatihan kewirausahaan.
c. Memilih lapangan fokus penelitian. Dalam memilih lokasi penelitian, penulis
melakukan kesesuaian antara teori yang didapat oleh penulis dengan
kenyataan/praktek dilapangan.
d. Mengurus perizinan. Perizinan dibuat kepada pihak-pihak yang berwenang
memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
e. Menjajagi dan menilai keadaan lapangan. Penulis terlebih dahulu membaca
40
sehingga penulis mengenali situasi dan kondisi daerah tempat penelitian yang
akan dilakukan serta memiliki gambaran umum tentang keadaan di lapangan.
f. Memilih dan memanfaatkan responden. Responden yang dipilih oleh penulis
sendiri disesuikan dengan informasi yang dibutuhkan oleh penulis. Tuntutan
kredibilitas penelitian terutama untuk menguji kesahihan data, karenanya
ditetapkan narasumber yang kredibel yaitu instruktur, dua warga belajar, dua
orang tua dan pengelola PKBM Misykatul Anwar.
g. Menyiapkan perlengkapan penelitian. Perlengkapan yang dipersiapkan oleh
penulis dalam melakukan penelitian ini, diantaranya yaitu pedoman penelitian
yang memuat pokok yang menjadi subjek kajian, perlengkapan fisik, surat
izin mengadakan penelitian dari universitas, kontak dengan lembaga tempat
penelitian yaitu PKBM Misykatul Anwar.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan
langsung di tempat penelitian, tahap lapangan pekerjaan dibagi atas dua bagian
yaitu :
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri. Pada tahap ini penulis
mengklasifikasi subjek penelitian yang sesuai dengan alat pengumpul data
yang digunakan dengan melihat kepada subjek penelitian yang ada pada latar
penelitian serta data yang harus dikumpulkan.
b. Memasuki lapangan. Pada tahap ini peneliti berusaha untuk menyesuaikan
diri dengan karakteristik lapangan penelitian sehingga dapat terjadi keakraban
dan tidak adanya dinding pemisah antara penulis dan subjek penelitian.
Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti, diantaranya :
1). Mengadakan wawancara dengan instruktur, warga belajar, orang tua dan
pengelola PKBM Misykatul Anwar sebagai subjek penelitian yang
difokuskan pada bagaimana peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi
warga belajar melalui pelatihan kewiraushaan.
2). Melakukan observasi terhadap lingkungan dan kegiatan yang dilakukan
3. Tahap Akhir
Untuk mengecek kebenaran data atau informasi yang telah diperoleh dapat
dipercaya maka perlu dilakukan member check dan tringulasi sehingga setiap data
atau informasi yang diperoleh selalu dikonfirmasikan dan diteliti kembali kepada
sumber datanya. Triangulasi juga dilakukan dengan merujuk pada sumber yang
ada dimana peneliti menerapkan triangulasi dengan mengadakan pengecekan
drajat kepercayaan beberapa subjek penelitian selaku data yaitu membandingkan
data hasil wawancara mendalam dari instruktur dengan data hasil wawancara
dengan warga belajar dan pengelola dengan menggunakan metode yang sama.
C. Metode Penelitian
Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas
pendekatan/desain penelitian apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar
penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari
sudut metodologi penelitian, disamping pemahaman hasil penelitian yang akan
lebih proporsional dan dapat memberikan gambaran kepada peneliti tentang
bagaimana langkah-langkah penelitian dilakukan, sehingga permasalahan tersebut
dapat dipecahkan. Penggunaan metode yang sesuai dengan permasalahan yang
diteliti membuahkan hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan fokus telaahan dalam penelitian ini yaitu ingin mengetahui
tentang bagaimana Peran Instruktur Dalam Menumbuhkan Motivasi Warga
Belajar Paket C Melalui Pelatihan Kewirausahaan diperlukan suatu metode yang
tepat. Metode merupakan cara ataupun teknik tertentu yang dipergunakan sebagai
alat bantu dalam mencapai tujuan penelitian, sebagaimana yang dikemukakan oleh Winarno (1990 : 131), bahwa “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian
42
Masalah yang diteliti adalah masalah-masalah aktual yang terjadi pada masa
sekarang. Oleh karena itu, metode yang sesuai adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim (2001
: 64) bahwa :
Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
Studi deskriptif terutama berkenaan dengan masa kini, meskipun tidak
jarang memperhitungkan peristiwa masa lampau dan pengaruhnya terhadap
kondisi masa kini. Pandangan Suharsimi Arikunto tentang penelitian deskriptif
bahwa metode deskriptif merupakan penelitian nonhipotesis sehingga dalam
langkah penelitiannya tidak perlu memerlukan hipotesis. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode deskriptif hal ini dikarenakan penulis meneliti
tentang kejadian yang sedang berlangsung.
Menurut Winarno Surakhmad (1990 : 139) “Metode deskriptif tertuju kepada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pelaksanaan metode
deskriptif tidak hanya terbatas sampai pada pengumpulan data dan penyusunan
data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi arti data”. Hal yang sama
diungkapkan oleh Sumadi Suryabrata (2003 : 76) menyatakan bahwa,
Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pecandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Tujuannya untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Metode penelitian deskiptif bertujuan mengungkapkan data dari subjek
penelitian secara akurat dan sistematis. Sebagaimana diungkapkan Saifuddin
Azwar (2004 : 7) bahwa,
Penelitian mengenai peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi warga
belajar melalui pelatihan kewirausahaan menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip Moleong
(2011:4) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari lisan orang-orang atau perilaku yang dapat
diamati.
Ciri-ciri penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 1982 :
39) diantaranya ialah :
1. Lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung.
2. Manusia merupakan alat (instrumen) utama pengumpulan data.
3. Analisis data dilakukan secara induktif.
4. Penelitian bersifat deskriptif analitik (data berupa kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan/angka statistik.
5. Tekanan penelitian berada pada proses, penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil.
6. Pembatasan penelitian berdasarkan fokus. 7. Perencanaan bersifat lentur dan terbuka.
8. Hasil penelitian merupakan kesepakatan bersama. 9. Pembentukan teori berasal dari dasar.
10.Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif. 11.Teknik sampling cenderung bersifat purposive.
12.Penelitian bersifat menyeluruh (holistik). 13.Makna sebagai perhatian utama penelitian.
Karakteristik umum penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen
(Moleong, 1982 : 27) ada sebelas karakter, yaitu :
1. Penelitian kualitatif mennggunakan latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (enity).
2. Penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain.
3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif.
4. penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data.
6. Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif (kata-kata, gambar) bukan angka-angka.
7. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil.
44
9. Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, realibilitas dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik.
10.Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan (bersifat sementara).
11.Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber data.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif pada penelitian ini berdasarkan kepada
permasalahan yang diteliti yaitu mendeskripsikan mengenai peran instruktur
dalam menumbuhkan motivasi warga belajar melalui pelatihan kewiraushaan,
serta menganalisis data yang telah diperoleh.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran dalam mengartikan
istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka dijelaskan
istilah-istilah itu sebagai berikut :
1. Peran Instruktur
Peran pendidik merupakan prestasi yang dapat ditunjukkan oleh pendidik,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Ridwan (Eko, 2012 : 201) bahwa,
Peran pendidik merupakan hasil yang dapat dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu yang tersedia. Wujud dari peran pendidik direalisasikan oleh kompetensi.
Peran instruktur yang dimaksud dalam hal ini ialah suatu upaya kinerja
instruktur dengan berbagai kemampuan atau kompetensi yang dimilikinya dalam
melakukan proses pembelajaran pelatihan kewirausahaan di PKBM Misykatul
2. Motivasi belajar pelatihan kewirausahaan
Omrod dalam Eko (2012 : 233) menguraikan tentang motivasi belajar ialah
sebagai berikut:
Motivasi memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar siswa, yaitu motivasi mendorong meningkatnya semangat dan ketekunan dalam belajar. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberi gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar yang pada akhirnya akan mampu memperoleh prestasi yang lebih baik.
Simamora (1999:345), “Pelatihan adalah serangkaian aktifitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan pengalaman atau
perubahan sikap seseorang.”
Kewirausahaan menurut Drucker (Mustofa Kamil, 2010 : 118)
mengemukakan bahwa „Kewirausahaan akan tampak menjadi sifat, watak dan
ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk
mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya.‟
Motivasi belajar yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana motivasi
dapat tumbuh pada diri warga belajar melalui pelatihan kewirausahaan di PKBM
Misykatul Anwar.
E. Instrumen Penelitian
Salah satu hal yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian ialah kualitas
instrumen penelitian. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu instrumen
penelitian yang tepat untuk mendapatkan data yang diperlukan.
46
Instrumen dalam penelitian sosial secara garis besar dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Adapun instrumen
penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah instrumen non tes berupa observasi,
wawancara dan tringulasi.
Langkah-langkah menyusun instrumen penelitian non tes menurut Eko
(2012 : 127) ialah sebagai berikut :
1. Menetapkan variabel yang akan diteliti 2. Merumuskan definisi konseptual 3. Menyusun definisi operasional 4. Menyusun kisi-kisi instrumen 5. Menyusun butir-butir instrumen
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa penulis menggunakan
instrumen penelitian sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi menurut Ngalim Purwanto (Basrowi, 2009 : 93) ialah “Metode
atau cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai
tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.”
Begitu pula seperti yang diungkapkan oleh Eko (2012 : 47), observasi
diartikan sebagai “Pengamatan dan pencatatan secaar sistematik terhadap unsur -unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian.”
Langkah-langkah dalam melakukan observasi adalah sebagai berikut :
1. Harus diketahui di mana observasi itu dapat dilakukan.
2. Harus ditentukan dengan pasti siapa saja yang akan diobservasi.
3. Harus diketahui dengan jelas data-data apa saja yang diperlukan.
4. Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar berjalan mudah
dan lancar.
5. Harus diketahui tentang cara mencatat hasil observasi, seperti telah
b. Wawancara
Wawancara (interview) menurut Eko Putro (2012 : 41) merupakan “Suatu
proses tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewawancara dengan responden
atau orang yang diwawancarai dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti.”
Wawancara memiliki tujuan yang pada dasarnya dapat digolongkan ke
dalam tiga golongan besar seperti yang dijelaskan oleh Sutrisno (Eko, 2012 : 41)
yaitu :
1. Sebagai metode primer
Bilamana wawancara dijadikan sebagai satu-satunya alat pengumpul data. 2. Sebagai metode pelengkap
Jika digunakan sebagai alat untuk mencari informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain.
3. Sebagai kriterium
Digunakan untuk mengecek kebenaran data yang telah diperoleh dengan metode lain.
Wawancara yang peneliti lakukan untuk mengumpulkan data kepada
pengelola, instruktur dan warga belajar sebagai peserta didik. Hal ini dikarenakan
dari mereka pula data yang diperoleh dan harus sesuai dengan apa yang terjadi
saat pelaksanaan pelatihan di lapangan.
Jenis wawancara yang peneliti ambil ialah wawancara tidak terstruktur, sebagaimana diungkapkan oleh Eko (2012 : 42) bahwa “Wawancara tidak terstruktur atau terbuka adalah wawancara bebas, dimana pewawancara tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.” Tujuan menggunakan wawancara tidak terstruktur agar responden dapat mengemukakan pendapatnya secara terbuka dan
mendalam.
Berikut ini merupakan langkah-langkah wawancara menurut Sugiyono
(2010 : 322), yaitu
1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan,
2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan,
3. Mengawali atau membuka alur wawancara,
4. Melangsungkan alur wawancara,
48
6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan,
7. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
c. Triangulasi
Menurut Moleong (2006:49), triangulasi adalah “Teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.”
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data.
Untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan triangulasi. “Sebagai metode ilmiah observasi sering diartikan sebagai kegiatan pengamatan secara langsung ke objek penelitian
untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan” (Ridwan, 2005 : 76).
Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan secara langsung dengan cara
mengamati dan berinteraksi langsung antara peneliti dengan responden.
Observasi secara langsung disebut juga sebagai observasi partisipatif. Observasi
yang dilakukan pun bersifat terbuka. Dalam observasi menurut Basrowi (2009 :
104), “Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.”
Maksud observasi bersifat terbuka yang peneliti lakukan maksudnya ialah
subjek penelitian mengetahui tentang penelitian yang peneliti lakukan.
Sebagaimana telah diungkapkan oleh Basrowi (2009 : 105),
Pengamat secara terbuka diketahui oleh subjek, sedangkan para subjek dengan sukarela memberikan kesempatan pada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka.
Wawancara atau sering juga disebut interview merupakan alat pengumpul
informasi dengan mengajukan pertanyaan secara lisan. Menurut M. Nasir (1988 :
234) wawancara adalah :
penjawab atau responden dengan menggunakan pewawancara alat yang dinamakan interview guide (pedoman wawancara).
Selanjutnya penulis melakukan wawancara yang dilakukan kepada
instruktur dengan tujuan untuk mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan
dalam menumbuhkan motivasi kepada warga belajar pelatihan kewirausahaan.
Wawancara kepada warga belajar bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar
dalam mengikuti pelatihan kewirausahaan. Mewawancarai pengelola, untuk
mengetahui peran instruktur dalam membelajarkan warga belajarnya, sedangkan
wawancara kepada orang tua ialah untuk mengetahui motivasi belajar anak dan
kesan orang tua terhadap sikap instruktur.
G. Analisis Data
Konsep analisis data kualitatif sebagaimana diungkapkan oleh Bogdan dan
Biklen (Basrowi, 2009 : 193) merupakan,
Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mengadakan sintesis (memadukan), mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, membuat keputusan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Pengolahan dan analisis data dilakukan sesuai dengan ketentuan penelitian
kualitatif yaitu diinterpretasikan dan dianalisis secara terus menerus dari awal
hingga selesai penelitian. Analisis data dimulai sejak di lapangan, sejak itu sudah
ada penghalusan data, penyusunan kategori dan kawasannya serta sudah ada
upaya yang dimulai dalam rangka menyusun historis yaitu teorinya sendiri.
Berkaitan dengan proses penganalisaan data kualitatif di atas, telah
dikemukakan pula oleh Djudju Sudjana (2006 : 214) bahwa analisis data
dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :
a. Reduksi Data
50
b. Display Data
Yaitu merangkum hal-hal pokok dan kemudian disusun dalam bentuk deskripsi yang naratif dan sistematik sehingga dapat memudahkan untuk mencari tema sentral sesuai dengan fokus atau rumusan unsur-unsur yang dievaluasi serta mempermudah untuk memberi makna. Kegiatan ini pun untuk mempermudah peneliti dalam melihat gambaran unsur-unsur yang dievaluasi secara menyeluruh. Display data disajikan dala berbagai macam tampilan seperti matrik, grafik, chart, bagan alur, gambar dan sebagainya. c. Verifikasi Data
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran
yang berkenaan dengan hasil penelitian. Sebagaimana diketahui kesimpulan
adalah pemaknaan atau penafsiran peneliti secara terpadu terhadap pembahasan
hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab IV.
A. Kesimpulan
Kinerja instruktur dalam menumbuhkan motivasi warga belajar sangatlah
memiliki kedudukan penting. Instruktur harus memiliki kemampuan-kemampuan
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya untuk melatih, mengajar dan mendidik
peserta latihnya. Dimana seorang instruktur harus mampu memiliki peran sebagai
informator, organasitor, moivator, pengarah, inisiator, transmitter, fasilitator,
mediator dan evaluator. Apabila instruktur selaku tenaga pendidik telah memiliki
beberapa kemampuan tersebut, maka tujuan belajar yang diharapkan dapat secara
efektif terlaksana.
Sebagaimana yang telah diupayakan oleh instruktur pada pelatihan
kewirausahaan di PKBM Misykatul Anwar. Instruktur berupaya memberikan
yang terbaik dalam mengemban tugasnya. Hal-hal yang dilakukannya dalam
menumbuhkan motivasi belajar warga binaannya ialah dengan kemauan untuk
meluangkan waktu kepada warga belajarnya, memberikan sikap yang positif,
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memakai metode belajar yang
menarik, memberikan penghargaan, dan menumbuhkan selera atau semangat
belajar pada warga didiknya. Hal ini memunculkan motivasi belajar pada diri
warga belajar. Secara umum motivasi belajar timbul karena rangsangan dari luar
(ekstrinsik) seperti segala pelayanan yang telah diupayakan oleh instruktur kepada
warga belajarnya. Sehingga lama kelamaan warga belajar akan memiliki dorongan
dari dalam diri warga belajar sendiri (intrinsik), dan akan tumbuh kesadaran untuk
105
Hasil belajar pelatihan kewirausahaan meliputi tiga aspek yaitu aspek
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Dimana
dalam aspek pengetahuan, warga belajar mendapatkan ilmu pengetahuan
mengenai bagaimana menjadi seorang yang memiliki karakter wirausaha.
Selanjutnya dalam aspek sikap, warga belajar memiliki kepercayaan terhadap
dirinya bahwa ia memiliki potensi besar untuk menjadi pribadi yang memiliki
jiwa wirausaha, berorientasi tugas dan hasil seperti yang dilakukan warga belajar
mulai rajin mengerjakan tugas dan berorientasi ke masa depan dengan memiliki
dream book sebagai media pengigat dan pendorong untuk mencapai cita-cita yang
diharapkan. Sedangkan dalam aspek keterampilan, warga belajar dapat
mengaplikasikan teori yang didapatkan setelah mengikuti pembelajaran dengan
melakukan usaha bersama yang ada di PKBM Misykatul Anwar yaitu
berwirausaha di bidang produksi makanan ringan olahan ubi ungu. Melalui usaha
ini, warga belajar dapat memperoleh keuntungan secara pengembangan kualitas
diri dan keuntungan pundi rupiah. Dalam hal keuntungan, mereka dapat meraup
keuntungan sebesar Rp 250.000,00 sampai Rp 1.000.000,00.
B. Saran
Berdasarkan data dan kesimpulan serta beberapa temuan di lapangan,
peneliti ingin menyampaikan beberapa saran, diantaranya :
1. Saran Untuk Instruktur
Hendaknya instruktur menyadari bahwa pembelajaran yang diberikan
kepada warga bealjar tidak selamanya sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Maka dengan hal tersebut instruktur bersedia menerima masukan dan saran
maupun kritikan yang membangun demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
2. Saran Untuk Pengelola
Media pembelajaran yang disediakan sudah cukup, namun alangkah lebih
baiknya jika LCD atau infocus diperbaiki demi kenyamanan para peserta latih.
Selain itu sarana dan prasarana masih kurang menunjang keberhasilan proses
mengumpulkan berbagai informasi penting guna kemajuan dan keberlangsungan
proses kegiatan belajar mengajar.
3. Saran Untuk Warga Belajar
Menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan belajar seperti sesama
peserta pelatihan, instruktur, pengelola dan orang tua. Hal ini dikarenakan peserta
pelatihan kewirausahaan ini berasal dari latar belakang yang berbeda namun
mempunyai tujuan yang sama. Pelatihan ini pun memerlukan kerjasama tim yang
baik. Selain itu, peserta diharapkan memiliki kedisiplinan waktu yang lebih baik
di kemudian hari agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan lebih
efektif dan maksimal.
4. Saran Bagi Penelitian Berikutnya
Penelitian ini berusaha mengungkapkan suatu fenomena secara deskriptif
kualitatif mengenai peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi belajar pada
pelatihan kewirausahaan. Maka dari itu, peneliti menyarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk meneliti hal yang sama secara berlanjut dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif, agar dapat dilihat parameter kemajuannya. Misalnya
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. (2004). Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta.
Arep, I & Tanjung, H. (2004). Manajemen Motivasi. Jakarta : Grasindo.
Arikunto, S. (2004). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Basrowi dan Suwandi. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rinneka Cipta.
Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, S.B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Gavin, R. (2009). Memotivasi Siswa Di Kelas. Jakarta : PT. Indeks.
Handoko, H.T. dan Sukanto, R. (1996). Organisasi Perusahaan. Yogyakarta : BPFE.
Kamil, M. (2007). Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung : Alfabeta.
Mahfudz, A. (2012). Cara Cerdas Mendidik yang Menyenangkan. Bandung : Simbiosa Rekatama Media
Marzuki, M.S. (1992). Strategi dan Model Pelatihan. Malang : IKIP Malang.
Meredith, G.G. et al. (2000). Kewirausahaan : Teori dan Praktek. Jakarta : LM PPM dan Pustaka Binaman Pressindo.
Moekijat. (1990). Pengembangan dan Motivasi. Bandung : Pionir Jaya.
Moleong, LJ. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rodakarya.
Oemar Hamalik. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara 68.
Priyitno, E. (1989). Motivasi dalam Belajar. Jakarta : P2LPTK.
Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sobur, A. (2009). Psikolgi Umum. Bandung : Pustaka Setia.
Suryana, A. (2006). Panduan Praktis Mengelola Pelatihan. Jakarta : EDSA Mahkota.
Sudjana, D. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
---, (2001). Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Falah Production.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sukamadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Surakhmad, W. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah (Dasar, Metoda, Teknik). Bandung : Tarsito.
Sumantri, S. (2000). Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Fakultas Psikologi UNPAD.
Suryabrta, S. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
---, (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Suryana. (2003). Pedoman Praktis, Kiat dan ProsesMenuju Sukses. Jakarta : Salemba Empat.
Umar, H. (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta : Rajawali Press.
Uno, H. B. (2012). Teori Motivasi dan Pengukurannya (Analisis Di Bidang Pendidikan). Jakarta : Bumi Akasar
Wlodkowski, R.J. dan Jaynes, J.H. (2004). Motivasi Belajar. Jakarta : Cerdas Pustaka.
Zimmerer, T.W. (2005). Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta : Prenhalindo.
Sumber dari Skripsi :
Kartika, Prita. (2010). Peran Tutor dalam Mengembangkan Kemampuan
Berbahasa Pada Anak Usia Dini Melalui Pendekatan Komunikatif. Skripsi
pada FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Sumber dari Internet :
Sudrajat, A. (2008). Peran Guru Sebagai Fasilitator. [Online]. Tersedia :