• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN INSTRUKTUR DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI WARGA BELAJAR PADA PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN: Studi Deskriptif Pada Warga Belajar Paket C di PKBM Misykatul Anwar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN INSTRUKTUR DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI WARGA BELAJAR PADA PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN: Studi Deskriptif Pada Warga Belajar Paket C di PKBM Misykatul Anwar."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN INSTRUKTUR DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI

WARGA BELAJAR PADA PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN

(Studi Deskriptif Pada Warga Belajar Paket C Di PKBM Misykatul Anwar)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh : Sri Rohmawati

1003191

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

WARGA BELAJAR PADA PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN

(Studi Deskriptif Pada Warga Belajar Paket C Di PKBM Misykatul Anwar)

Oleh Sri Rohmawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Sri Rohmawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Sri Rohmawati, (2013) Peran Instruktur dalam Menumbuhkan Motivasi Warga Belajar Pada Pelatihan Kewirausahaan (Studi Deskriptif Pada Warga Belajar Paket C di PKBM Misykatul Anwar).

Penelitian ini bertitik tolak dari permasalahan pokok yaitu bagaimana peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi belajar melalui pelatihan kewirausahaan di PKBM Misykatul Anwar kepada warga belajar paket C usia remaja.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1) Untuk memperoleh gambaran mengenai motivasi belajar pada warga belajar pelatihan kewirausahaan, 2) Untuk memperoleh gambaran tentang peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi belajar pada warga belajar dan 3) Untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar pelatihan kewirausahaan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep pendidikan luar sekolah, konsep motivasi belajar, konsep peran instruktur, konsep hasil belajar dan konsep pelatihan kewirausahaan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan triangulasi. Sampel yang dijadikan responden ialah satu instruktur, satu orang pengelola, dua warga belajar yang diindikasi memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah diambil dari populasi sebanyak 22 orang, dan dua orang tua dari warga belajar yang diindikasi memiliki motivasi belajar yang tinggi dan rendah.

Dari hasil penelitian maka diperoleh : 1) Kondisi awal motivasi warga belajar pada pelatihan kewirausahaan secara umum rendah, dibuktikan dengan kurangnya kemauan untuk belajar. 2) Peran instruktur menumbuhkan motivasi warga belajar berdasarkan perannya sebagai informator, organisator, motivator, penengah, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator dan evaluator dapat dilakukan dengan baik dalam membina, melatih, mengajar dan mendidik warga didiknya. 3) Hasil belajar warga belajar berdasarkan kognitif mendapatkan wawasan berwirausaha, afektif terjadi perubahan sikap kemandirian, kepercayaan diri dan kepemimpinan. Psikomotorik mampu mengelola suatu usaha bersama di PKBM Misykatul Anwar.

(5)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

E. Konsep Pelatihan Kewirausahaan ... ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

2. Gambaran Umum Pelatihan Kewirausahaan ... 54

B. Hasil Penelitian ... ... 55

1. Data Responden ... ... 55

(6)

4. Hasil Belajar yang Didapatkan Warga Belajar dalam Pelatihan

Kewirausahaan ... ... 85

C. Pembahasan ... ... 91 1. Gambaran Tentang Motivasi Warga Belajar Pelatihan Kewirausahaan ... ... 92

2. Peran Instruktur dalam Menumbuhkan Motivasi Warga Belajar Melalui Pelatihan

Kewirausahaan ... ... 95 3. Hasil Belajar Yang Didapatkan Warga Belajar dalam Pelatihan

Kewirausahaan ... ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... . 104 B. Saran ... .... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ciri atau Karakteristik Program Pendidikan Luar Sekolah ... 12

Tabel 2.2 Karakterisitk Kewirausahaan ... 36

Tabel 4.1 Data Instruktur Pelatihan Kewirausahaan ... 54

Tabel 4.2 Data Materi dan Bahan Ajar Pelatihan Kewirausahaan ... 55

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

BAB I

PENDAHULUAN.

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di

bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra

sistem pembangunan nasional, memiliki dua subsistem pendidikan yaitu

pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Kedua subsistem ini memiliki

andil dalam mencerdaskan bangsa. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

Undang-undang Dasar 1945 yaitu “ … turut mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Betapa tidak, pendidikan merupakan kunci keberhasilan pembangunan suatu

negara, dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi yang ada

dalam dirinya melalui proses pembelajaran. Sebagaimana dinyatakan dalam

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3, bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) seperti yang telah

dikemukakan pada Pasal 3 di atas, merupakan hal mendasar bagi pembangunan.

Keberhasilan pembangunan tidak terlepas dari pendidikan, dimana pendidikan

mempunyai makna sebagai proses yang menjadikan manusia memiliki

kemampuan, memiliki sains dan teknologi serta kepandaian. Pendidikan bagi

setiap warga negara ditujukan untuk membangun manusia yang beradab, manusia

yang mampu membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab

(10)

Tujuan umum pendidikan Nasional Indonesia secara jelas dirumuskan

dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal 4 tentang

Sistem Pendidikan Nasional,

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebebasan.

Oleh karena itu, pendidikan mempunyai tanggung jawab besar terhadap

pembentukan karakter bagi setiap warga negara tanpa terkecuali seperti apa yang

sudah termaktub dalam UU di atas. Pendidikan pun merupakan kebutuhan primer

pada saat ini, apalagi sebagian besar masyarakat sudah menyadari pentingnya

pendidikan dalam menata masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu bagi

semua pihak yang peduli dengan kemajuan bangsa ini, harus bersiap sedia dalam

meningkatkan kualitas pendidikan seperti apa yang diharapkan.

Salah satu jalur yang dapat mengantarkan kita kepada kualitas pendidikan

yang mumpuni ialah melalui pendidikan nonformal (pendidikan luar sekolah). Hal

ini dikarenakan pada jalur pendidikan ini terdapat kurikulum pembelajaran yang

menekankan pada pengembangan diri dan lifeskill seseorang. Senada dengan hal

itu Sudjana ( 2004 : 3 ) menjelaskan bahwa :

Pendidikan mencakup semua komunikasi yang terorganisasi dan berkelanjutan yang diselenggarakan dalam kehidupan nyata di masyarakat, lingkungan keluarga, lembaga-lembaga, dunia kerja dan lingkungan kehidupan lainnya. Dalam kaitannya dengan pembangunan di negara-negara berkembang, meliputi pengembangan semua aspek kehidupan dengan

menggarap program-program pendidikan yang berorientasi pada

pengembangan sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, lapangan usaha, kewirausahaan dan pembangunan pada umumnya.

Pendidikan nonformal yang dimaksud adalah pendidikan yang bisa

menumbuhkan dan mengembangkan kepribadian yang lebih baik. Salah satu

langkah dalam menumbuhkan dan mengembangkan karakter yang lebih baik ialah

melalui lembaga pelatihan. Maraknya pelatihan-pelatihan motivasi dan

(11)

3

kehidupan sosial yang ada. Salah satu pelatihan motivasi dan pengembangan diri

yaitu melalui pelatihan kewirausahaan. Pelatihan sebagai salah satu satuan

pendidikan nonformal sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Republik

Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 4 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, bahwa “Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus,

lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan masyarakat, dan majelis taklim, serat satuan pendidikan yang sejenis.”

Salah satu lembaga penyelenggara pelatihan motivasi, pengembangan diri

dan kewirausahaan adalah PKBM Misykatul Anwar di Cimahi. Lembaga ini

berperan sebagai sarana pemupuk semangat bagi warga belajar yang memiliki

keinginan dan kemauan dalam meningkatkan pengembangan dirinya melalui

kewirausahaan. Hal ini diperlukan agar dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan diri bagi warga belajar tersebut dalam menghadapi tantangan dunia

global sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB VI bagan kelima pasal

26 ayat 2, bahwa “Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi

peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.”

Dan ayat 5, bahwa :

Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Seperti apa yang telah dikemukakan mengenai pelatihan merupakan salah

satu media pendidikan keterampilan bagi setiap orang, dalam hal ini ialah

pelatihan kewirausahaan. Pelatihan memegang peranan penting dalam

mempersiapkan generasi penerus. Peran tenaga pendidik di dalamnya pun sangat

besar dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran. Oleh karena tenaga pendidik

memiliki peranan yang besar, maka pendidik harus memiliki kualifikasi dan

kompetensi yang baik agar ia dapat menjalankan tugasnya secara profesional,

sebagaimana telah dituliskan pada Pasal 28 PP 19 Tahun 2005 mengenai Standar

(12)

(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi :

1. Kompetensi pedagogik, 2. Kompetensi kepribadian, 3. Kompetensi profesional, dan 4. Kompetensi sosial.

Tenaga pendidik dalam pelatihan disebut instruktur sebagaimana telah

diungkapkan pada Pasal 30 PP 19 Tahun 2005 mengenai Standar Pendidik dan Tenaga Kependidika yang berbunyi “(8) Pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan keterampilan terdiri atas pengajar, pembimbing, pelatih atau instruktur dan penguji.” Instruktur merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, instruktur harus

berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,

sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Pada setiap diri

tenaga pendidik itu terletak tanggung jawab untuk membawa para peserta

didiknya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka

ini, instruktur tidak semata-mata sebagai pengajar namun juga sebagai pendidik

dan pelatih, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Sardiman (2011 : 125) bahwa “Guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of value, sekaligus sebagai pembimbing.”

Jadi tugas instruktur bukan hanya untuk menyampaikan materi

pembelajaran, tetapi hendaknya instruktur dapat menanamkan konsep-konsep

yang benar dari materi pembelajaran yang disampaikan, serta dapat mengarahkan

dan menuntun warga belajarnya dalam belajar. Sehingga ilmu yang dipelajari

warga belajar dapat bermanfaat dalam kehidupan warga belajar, di waktu

sekarang dan yang akan datang. Peranan instruktur pun begitu kompleks di dalam

proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan warga belajarnya

(13)

5

berarti mentransfer nilai-nilai kepada warga belajarnya. Nilai-nilai tersebut harus

diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Mendidik pun suatu usaha

memanusiakan manusia. Dengan dimikian, secara esensial dalam proses

pendidikan, seorang instruktur tidak hanya pembawa ilmu pengetahuan, akan

tetapi juga menjadi contoh seorang pribadi manusia. Oleh karena itu, setiap

rencana kegiatan instruktur harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata

demi kepentingan warga belajar khususnya untuk memotivasi warga belajar,

sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.

Selain persiapan dari instruktur, yang paling penting adalah bagaimana

kesiapan warga belajar dalam menerima pembelajaran dalam pelatihan tersebut.

Jika warga belajar siap baik secara fisik maupun mental, maka materi ajar yang

diberikan instruktur dapat diterima dengan baik oleh warga belajar serta

memperoleh hasil yang baik.

Kesiapan peserta didik atau warga belajar merupakan faktor penting dan

sangat berpengaruh dalam keberhasilan belajar, disamping kesiapan yang lain.

Pada diri warga belajar terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar.

Penggerak belajar ini dinamakan motivasi belajar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdorrakhman (2010, 114), “Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat”.

Motivasi warga belajar dalam mengikuti proses pembelajaran merupakan

bentuk respon dari warga belajar mengikuti proses pembelajaran dimana

motivasinya mengikuti dorongan dari dalam (motivasi intrinsik) dan dari luar

(motivasi ekstrinsik), serta responnya terhadap pelaksanaan proses pembelajaran

tersebut. Hal ini merupakan upaya untuk mecapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Sehingga berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran terkait erat

dengan tinggi rendahnya motivasi dan ada tidaknya respon dari warga belajar

dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut.

Hal ini pun berlaku pada warga belajar Paket C yang mengikuti pelatihan

kewirausahaan di PKBM Misykatul Anwar. Pelatihan yang peneliti teliti di

(14)

pelatihan tersebut ialah warga belajar usia remaja dengan rentang usia 12 sampai

20 tahun, sebanyak 22 orang. Pelatihan ini diselenggarakan dalam upaya

menumbuhkembangkan sikap dan mental untuk mau belajar pada warga belajar

tersebut dan dijadikan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi rendahnya

pengetahuan, sikap dan keterampilan pada diri remaja dengan mayoritas berlatar

belakang broken home, ekonomi lemah, dan kurangnya perhatian orang tua dan

keluarga akan pendidikan terhadap anaknya. Hal inilah yang membuat sebagian

besar warga belajar memiliki motivasi belajar rendah dan cenderung acuh tak

acuh dalam belajar di kelas maupun diluar kelas. Seperti tidak memperhatikan

tutor atau instruktur ketika mengajar, kurang aktif di kelas, dan jarang bertanya,

serta adanya rasa bosan bagi warga belajar tersebut. Sehingga mengakibatkan

kurangnya kehadiran warga belajar di setiap pertemuan.

Metode pembelajaran yang sering digunakan oleh instruktur dalam proses

pelatihan ialah metode ceramah, diskusi, simulasi, role play dan demonstrasi.

Bahan ajar yang dipakai sudah mengacu kepada rumusan materi ajar dari dinas

pendidikan kota yaitu mengenai aspek soft skill dan hard skill. Materi soft skill

seperti kepercayaan diri, memiliki impian, berpikir kreatif, etika usaha,

kepemimpinan, berani mengambil risiko dan lain sebagainya. Sedangkan materi

hard skill seperti berani berbicara di depan umum (public speaking), pemasaran

produk, memahami laporan keuangan, keterampilan membuka usaha,

keterampilan merencanakan usaha dan lain sebagainya. Materi-materi tersebut

diajarkan oleh empat instruktur yang berlatar belakang pendidikan SMA dan S1.

Dari materi yang telah disampaikan selama proses pembelajaran dilakukan

evaluasi pembelajaran baik secara tes maupun nontes. Secara tes, dilakukan

dengan sistem tertulis dan praktik. Sedangkan secara nontes dilakukan evaluasi

berupa kuesioner, skala dan studi kasus terhadap kasus yang terjadi pada warga

belajar selama proses kegiatan pelatihan berlangsung.

Sistem pembelajaran yang telah disebutkan di atas dapat menjadi faktor

penentu motivasi belajar peserta pelatihan kewirausahaan, baik rendah ataupun

tinggi. Motivasi belajar yang telah disebutkan sebelumnya terjadi pada sebagian

(15)

7

yang cukup tinggi dengan dibuktikan pada proses pembelajaran di kesehariannya.

Seperti rajin mengikuti seluruh rangkaian proses belajar pada pelatihan tersebut,

aktif ketika proses kegiatan belajar berjalan, dan dapat mempraktikan secara baik

bagaimana menjadi seorang wirausaha.

Berkaitan dengan proses belajar di atas, maka akan ada hasil belajar dari

pelatihan kewirausahaan yang didapatkan. Salah satu hasil belajar yang

didapatkan ialah kemampuan mandiri dalam mengembangkan usaha produksi

makanan olahan ubi ungu. Usaha yang dilakukan oleh 11 warga belajar ini telah

dijalankan selama dua tahun. Selama itu pula, seluruh proses perencanaan,

produksi dan pemasaran dilakukan secara mandiri oleh warga belajar tersebut.

Jika dilihat dari segi keuntungan, omset yang dapat diraih setiap bulannya sekitar

Rp 500.000,00 sampai Rp 1.000.000,00. Suatu angka yang cukup baik bagi warga

belajar di usia remaja seperti mereka dengan latar belakang ekonomi yang kurang.

Bertalian dengan hal-hal yang telah dipaparkan, peneliti telah mengamati

proses pembelajaran yang diberikan instruktur dan hasil belajar yang diraih dari

ke 22 warga belajar dengan berbagai perbedaan pencapaian hasil belajar tersebut.

Ada sebagian warga belajar yang begitu antusias dalam mengikuti pelatihan

kewirausahaan sehingga mampu membangun suatu usaha bersama di bidang

produksi makanan ringan olahan ubi ungu dengan berbagai kemampuan dan

kemandirian yang dimiliki. Namun, ada pula warga belajar yang kurang antusias

dalam mengikuti pelatihan tersebut, sehingga dapat dilihat hasil belajar yang

kurang memuaskan dari segi sikap belajar dan kemampuan lainnya. Tentunya

semua ini berkaitan dengan motivasi belajar yang ada pada diri warga belajar

tersebut.

Pelatihan kewirausahaan ini merupakan salah satu langkah instruktur dalam

memperkuat dan meningkatkan motivasi belajar warga belajar yang telah ada.

Penguatan motivasi belajar berada di tangan instruktur sebagai tenaga pendidik,

dan tentunya keluarga serta anggota masyarakat lainnya. Jika langkah-langkah

dalam memperkuat dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik dilakukan

dengan baik, maka motivasi belajar yang ada akan sangat berperan aktif dalam

(16)

Oleh karena itu, melihat dua kondisi yang ada, maka peneliti ingin meneliti

mengenai seberapa besar peranan instruktur dalam menumbuhkan motivasi

belajar seseorang dan hasil belajar yang diharapkan dengan menggunakan strategi

pembelajaran yang ada dalam pelatihan kewirausahaan sebagai salah satu

stimulan dari instruktur kepada warga belajarnya.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan maka peneliti mengidentifikasi

permasalahan tersebut yaitu :

1. Motivasi peserta didik yang beragam pada pelatihan kewirausahaan yang

diasumsikan karena adanya perbedaan latar belakang pendidikan, sosial,

ekonomi, dan lingkungan tempat tinggal yang berbeda, sehingga secara tidak

langsung hal tersebut akan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran

dalam pelatihan kewirausahaan tersebut.

2. Mayoritas warga belajar berekonomi lemah dan belum memiliki keterampilan

berwirausaha.

3. Warga belajar paket C usia remaja masih sering mengisi waktu luangnya

dengan hal yang kurang bermanfaat dan kurang produktif, sehingga hal ini

dapat berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir dan kemampuan diri.

4. Adanya keinginan dari diri warga belajar untuk membantu perekonomian

keluarga, namun tidak direalisasikan secara nyata.

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diungkapkan, maka peneliti

dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana motivasi warga belajar pada pelatihan kewirausahaan?

2. Bagaimana upaya instruktur dalam menumbuhkan motivasi warga belajar

melalui pelatihan kewirausahaan?

3. Bagaimana hasil belajar yang didapatkan warga belajar dalam pelatihan

(17)

9

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memperoleh gambaran mengenai motivasi belajar pada warga belajar

pelatihan kewirausahaan.

2. Untuk memperoleh gambaran tentang peran tutor dalam menumbuhkan

motivasi belajar pada warga belajar.

3. Untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar pelatihan kewirausahaan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Dapat dijadikan sebagai bahan analisis dan kajian bagi PKBM Misykatul

Anwar, dalam mempertahankan ataupun memperbaiki motivasi peserta didik

dalam mengikuti proses pembelajaran pada pelatihan kewirausahaan.

Hendaknya semakin menyadari pentingnya manfaat pengembangan dan

diharapkan dapat dijadikan motivasi bagi para peserta pelatihan untuk lebih

meningkatkan prestasinya bagi peningkatan taraf hidup di pelatihan

kewirausahaan yang dipelajarinya.

2. Untuk kepentingan sebagai kajian ilmu bagi tenaga pendidik dan

kependidkan nonformal.

3. Sebagai pengalaman praktis bagi peneliti dalam mengaplikasikan/

menerapkan konsep dan teori yang telah diperoleh di bangku kelas

perkuliahan PLS, dan untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Dalam

hal ini berkaitan dengan konsep instruktur, konsep motivasi, konsep hasil

(18)

E. Struktur Organisasi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya,

maka penulis memberikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan

dibahas yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, merupakan uraian tentang Latar Belakang

Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian dan Struktur Organisasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, merupakan Landasan Teori dan gambaran

umum mengenai dasar penelitian atau teori yang melandasi penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN, merupakan penjelasan mengenai Lokasi

dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian,

Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan

Analisis Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, merupakan

penjelasan mengenai pengolahan atau analisis data serta pembahasan atau analisis

temuan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, merupakan penjelasan mengenai

penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis menyajikan mengenai lokasi dan subjek

populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode dan teknik penelitian,

definisi operasional, instrumen penelitian dan proses pengembangan instrumen,

serta analisis data dalam melakukan penelitian.

A. Lokasi atau Subjek Populasi/Sampel

1. Lokasi Penelitian

Lembaga : PKBM Misykatul Anwar

Alamat : Jl. Sentral No.43 RT.03 RW.04 Kelurahan Cibabat

Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi

2. Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Adapun subjek adalah sumber data dari mana data diperoleh. Menurut

Arikunto S (2004:47) sumber data diidentifikasikan menjadi tiga yaitu person,

place, paper.

1. Person yaitu sumber data berupa orang yang bisa memberikan data berupa

jawaban lisan melalui wawancara. Dalam penelitian ini subjek penelitiannya

adalah instruktur, 22 warga belajar yang diobservasi secara umum dan dua

warga belajar yang diobservasi secara mendalam, pengelola PKBM Misyaktul

Anwar serta dua orang tua warga belajar.

2. Place yaitu sumber data berupa tempat atau sumber data yang menyajikan

tampilan berupa keadaan diam dan bergerak, meliputi fasilitas gedung, kondisi

lokasi, kegiatan belajar-mengajar, kinerja, aktifitas dan sebagainya yang ada di

PKBM Misykatul Anwar, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota

Cimahi.

3. Paper yaitu berupa simbol atau sumber data yang menyajikan tanda-tanda

berupa huruf, angka, gambar, simbol-simbol dan lain-lain. Dalam penelitian ini

yang menjadi paper adalah berupa banda-benda tertulis seperti buku-buku

(20)

Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi seperti catatan

harian intruktur, daftar absensi kehadiran, dokumentasi kegiatan pelatihan.

B. Desain Penelitian

Melalui pendekatan kualitatif diperoleh pemahaman dan penafsiran yang

mendalam mengenai makna, kenyataan dan fakta yang relevan. Dalam hal ini

penelitian kualitatif menurut Moleong (2008 : 6) adalah :

Penelitian yang secara holistik bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, baik itu perilakunya, persepsi, motivasi maupun tindakannya, dan secara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Adapun mengenai desain penelitian kualitatif menggunakan tiga tahapan

dalam merancang suatu penelitian diantaranya ialah :

1. Tahap Persiapan

Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti sebelum

pengumpulan data, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti

dalam tahap ini, diantaranya :

a. Menyusun rancangan penelitian. Rancangan penelitian ini biasa disebut

proposal penelitian. Pada tahap ini penulis memilih la

b. pangan penelitian, penentuan jadwal penelitian, memilih alat penelitian,

rancangan pengumpulan data, menentukan latar belakang masalah dan alasan

pelaksanaan penelitian, serta kajian kepustakaan yang dijadikan dasar dalam

menentukan fokus yaitu mencari teori atau konsep yang berkaitan dengan

peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi warga belajar melalui

pelatihan kewirausahaan.

c. Memilih lapangan fokus penelitian. Dalam memilih lokasi penelitian, penulis

melakukan kesesuaian antara teori yang didapat oleh penulis dengan

kenyataan/praktek dilapangan.

d. Mengurus perizinan. Perizinan dibuat kepada pihak-pihak yang berwenang

memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

e. Menjajagi dan menilai keadaan lapangan. Penulis terlebih dahulu membaca

(21)

40

sehingga penulis mengenali situasi dan kondisi daerah tempat penelitian yang

akan dilakukan serta memiliki gambaran umum tentang keadaan di lapangan.

f. Memilih dan memanfaatkan responden. Responden yang dipilih oleh penulis

sendiri disesuikan dengan informasi yang dibutuhkan oleh penulis. Tuntutan

kredibilitas penelitian terutama untuk menguji kesahihan data, karenanya

ditetapkan narasumber yang kredibel yaitu instruktur, dua warga belajar, dua

orang tua dan pengelola PKBM Misykatul Anwar.

g. Menyiapkan perlengkapan penelitian. Perlengkapan yang dipersiapkan oleh

penulis dalam melakukan penelitian ini, diantaranya yaitu pedoman penelitian

yang memuat pokok yang menjadi subjek kajian, perlengkapan fisik, surat

izin mengadakan penelitian dari universitas, kontak dengan lembaga tempat

penelitian yaitu PKBM Misykatul Anwar.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan

langsung di tempat penelitian, tahap lapangan pekerjaan dibagi atas dua bagian

yaitu :

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri. Pada tahap ini penulis

mengklasifikasi subjek penelitian yang sesuai dengan alat pengumpul data

yang digunakan dengan melihat kepada subjek penelitian yang ada pada latar

penelitian serta data yang harus dikumpulkan.

b. Memasuki lapangan. Pada tahap ini peneliti berusaha untuk menyesuaikan

diri dengan karakteristik lapangan penelitian sehingga dapat terjadi keakraban

dan tidak adanya dinding pemisah antara penulis dan subjek penelitian.

Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti, diantaranya :

1). Mengadakan wawancara dengan instruktur, warga belajar, orang tua dan

pengelola PKBM Misykatul Anwar sebagai subjek penelitian yang

difokuskan pada bagaimana peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi

warga belajar melalui pelatihan kewiraushaan.

2). Melakukan observasi terhadap lingkungan dan kegiatan yang dilakukan

(22)

3. Tahap Akhir

Untuk mengecek kebenaran data atau informasi yang telah diperoleh dapat

dipercaya maka perlu dilakukan member check dan tringulasi sehingga setiap data

atau informasi yang diperoleh selalu dikonfirmasikan dan diteliti kembali kepada

sumber datanya. Triangulasi juga dilakukan dengan merujuk pada sumber yang

ada dimana peneliti menerapkan triangulasi dengan mengadakan pengecekan

drajat kepercayaan beberapa subjek penelitian selaku data yaitu membandingkan

data hasil wawancara mendalam dari instruktur dengan data hasil wawancara

dengan warga belajar dan pengelola dengan menggunakan metode yang sama.

C. Metode Penelitian

Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas

pendekatan/desain penelitian apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar

penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari

sudut metodologi penelitian, disamping pemahaman hasil penelitian yang akan

lebih proporsional dan dapat memberikan gambaran kepada peneliti tentang

bagaimana langkah-langkah penelitian dilakukan, sehingga permasalahan tersebut

dapat dipecahkan. Penggunaan metode yang sesuai dengan permasalahan yang

diteliti membuahkan hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan fokus telaahan dalam penelitian ini yaitu ingin mengetahui

tentang bagaimana Peran Instruktur Dalam Menumbuhkan Motivasi Warga

Belajar Paket C Melalui Pelatihan Kewirausahaan diperlukan suatu metode yang

tepat. Metode merupakan cara ataupun teknik tertentu yang dipergunakan sebagai

alat bantu dalam mencapai tujuan penelitian, sebagaimana yang dikemukakan oleh Winarno (1990 : 131), bahwa “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian

(23)

42

Masalah yang diteliti adalah masalah-masalah aktual yang terjadi pada masa

sekarang. Oleh karena itu, metode yang sesuai adalah metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim (2001

: 64) bahwa :

Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Studi deskriptif terutama berkenaan dengan masa kini, meskipun tidak

jarang memperhitungkan peristiwa masa lampau dan pengaruhnya terhadap

kondisi masa kini. Pandangan Suharsimi Arikunto tentang penelitian deskriptif

bahwa metode deskriptif merupakan penelitian nonhipotesis sehingga dalam

langkah penelitiannya tidak perlu memerlukan hipotesis. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan metode deskriptif hal ini dikarenakan penulis meneliti

tentang kejadian yang sedang berlangsung.

Menurut Winarno Surakhmad (1990 : 139) “Metode deskriptif tertuju kepada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pelaksanaan metode

deskriptif tidak hanya terbatas sampai pada pengumpulan data dan penyusunan

data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi arti data”. Hal yang sama

diungkapkan oleh Sumadi Suryabrata (2003 : 76) menyatakan bahwa,

Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pecandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Tujuannya untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

Metode penelitian deskiptif bertujuan mengungkapkan data dari subjek

penelitian secara akurat dan sistematis. Sebagaimana diungkapkan Saifuddin

Azwar (2004 : 7) bahwa,

(24)

Penelitian mengenai peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi warga

belajar melalui pelatihan kewirausahaan menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip Moleong

(2011:4) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari lisan orang-orang atau perilaku yang dapat

diamati.

Ciri-ciri penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 1982 :

39) diantaranya ialah :

1. Lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung.

2. Manusia merupakan alat (instrumen) utama pengumpulan data.

3. Analisis data dilakukan secara induktif.

4. Penelitian bersifat deskriptif analitik (data berupa kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan/angka statistik.

5. Tekanan penelitian berada pada proses, penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil.

6. Pembatasan penelitian berdasarkan fokus. 7. Perencanaan bersifat lentur dan terbuka.

8. Hasil penelitian merupakan kesepakatan bersama. 9. Pembentukan teori berasal dari dasar.

10.Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif. 11.Teknik sampling cenderung bersifat purposive.

12.Penelitian bersifat menyeluruh (holistik). 13.Makna sebagai perhatian utama penelitian.

Karakteristik umum penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen

(Moleong, 1982 : 27) ada sebelas karakter, yaitu :

1. Penelitian kualitatif mennggunakan latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (enity).

2. Penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain.

3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif.

4. penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif.

5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data.

6. Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif (kata-kata, gambar) bukan angka-angka.

7. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil.

(25)

44

9. Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, realibilitas dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik.

10.Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan (bersifat sementara).

11.Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber data.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif pada penelitian ini berdasarkan kepada

permasalahan yang diteliti yaitu mendeskripsikan mengenai peran instruktur

dalam menumbuhkan motivasi warga belajar melalui pelatihan kewiraushaan,

serta menganalisis data yang telah diperoleh.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran dalam mengartikan

istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka dijelaskan

istilah-istilah itu sebagai berikut :

1. Peran Instruktur

Peran pendidik merupakan prestasi yang dapat ditunjukkan oleh pendidik,

sebagaimana yang diungkapkan oleh Ridwan (Eko, 2012 : 201) bahwa,

Peran pendidik merupakan hasil yang dapat dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu yang tersedia. Wujud dari peran pendidik direalisasikan oleh kompetensi.

Peran instruktur yang dimaksud dalam hal ini ialah suatu upaya kinerja

instruktur dengan berbagai kemampuan atau kompetensi yang dimilikinya dalam

melakukan proses pembelajaran pelatihan kewirausahaan di PKBM Misykatul

(26)

2. Motivasi belajar pelatihan kewirausahaan

Omrod dalam Eko (2012 : 233) menguraikan tentang motivasi belajar ialah

sebagai berikut:

Motivasi memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar siswa, yaitu motivasi mendorong meningkatnya semangat dan ketekunan dalam belajar. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberi gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar yang pada akhirnya akan mampu memperoleh prestasi yang lebih baik.

Simamora (1999:345), “Pelatihan adalah serangkaian aktifitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan pengalaman atau

perubahan sikap seseorang.”

Kewirausahaan menurut Drucker (Mustofa Kamil, 2010 : 118)

mengemukakan bahwa „Kewirausahaan akan tampak menjadi sifat, watak dan

ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk

mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya.‟

Motivasi belajar yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana motivasi

dapat tumbuh pada diri warga belajar melalui pelatihan kewirausahaan di PKBM

Misykatul Anwar.

E. Instrumen Penelitian

Salah satu hal yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian ialah kualitas

instrumen penelitian. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu instrumen

penelitian yang tepat untuk mendapatkan data yang diperlukan.

(27)

46

Instrumen dalam penelitian sosial secara garis besar dapat dibagi menjadi

dua bagian yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Adapun instrumen

penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah instrumen non tes berupa observasi,

wawancara dan tringulasi.

Langkah-langkah menyusun instrumen penelitian non tes menurut Eko

(2012 : 127) ialah sebagai berikut :

1. Menetapkan variabel yang akan diteliti 2. Merumuskan definisi konseptual 3. Menyusun definisi operasional 4. Menyusun kisi-kisi instrumen 5. Menyusun butir-butir instrumen

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa penulis menggunakan

instrumen penelitian sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi menurut Ngalim Purwanto (Basrowi, 2009 : 93) ialah “Metode

atau cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai

tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.”

Begitu pula seperti yang diungkapkan oleh Eko (2012 : 47), observasi

diartikan sebagai “Pengamatan dan pencatatan secaar sistematik terhadap unsur -unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian.”

Langkah-langkah dalam melakukan observasi adalah sebagai berikut :

1. Harus diketahui di mana observasi itu dapat dilakukan.

2. Harus ditentukan dengan pasti siapa saja yang akan diobservasi.

3. Harus diketahui dengan jelas data-data apa saja yang diperlukan.

4. Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar berjalan mudah

dan lancar.

5. Harus diketahui tentang cara mencatat hasil observasi, seperti telah

(28)

b. Wawancara

Wawancara (interview) menurut Eko Putro (2012 : 41) merupakan “Suatu

proses tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewawancara dengan responden

atau orang yang diwawancarai dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan oleh peneliti.”

Wawancara memiliki tujuan yang pada dasarnya dapat digolongkan ke

dalam tiga golongan besar seperti yang dijelaskan oleh Sutrisno (Eko, 2012 : 41)

yaitu :

1. Sebagai metode primer

Bilamana wawancara dijadikan sebagai satu-satunya alat pengumpul data. 2. Sebagai metode pelengkap

Jika digunakan sebagai alat untuk mencari informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain.

3. Sebagai kriterium

Digunakan untuk mengecek kebenaran data yang telah diperoleh dengan metode lain.

Wawancara yang peneliti lakukan untuk mengumpulkan data kepada

pengelola, instruktur dan warga belajar sebagai peserta didik. Hal ini dikarenakan

dari mereka pula data yang diperoleh dan harus sesuai dengan apa yang terjadi

saat pelaksanaan pelatihan di lapangan.

Jenis wawancara yang peneliti ambil ialah wawancara tidak terstruktur, sebagaimana diungkapkan oleh Eko (2012 : 42) bahwa “Wawancara tidak terstruktur atau terbuka adalah wawancara bebas, dimana pewawancara tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.” Tujuan menggunakan wawancara tidak terstruktur agar responden dapat mengemukakan pendapatnya secara terbuka dan

mendalam.

Berikut ini merupakan langkah-langkah wawancara menurut Sugiyono

(2010 : 322), yaitu

1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan,

2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan

pembicaraan,

3. Mengawali atau membuka alur wawancara,

4. Melangsungkan alur wawancara,

(29)

48

6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan,

7. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

c. Triangulasi

Menurut Moleong (2006:49), triangulasi adalah “Teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.”

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data.

Untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan triangulasi. “Sebagai metode ilmiah observasi sering diartikan sebagai kegiatan pengamatan secara langsung ke objek penelitian

untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan” (Ridwan, 2005 : 76).

Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan secara langsung dengan cara

mengamati dan berinteraksi langsung antara peneliti dengan responden.

Observasi secara langsung disebut juga sebagai observasi partisipatif. Observasi

yang dilakukan pun bersifat terbuka. Dalam observasi menurut Basrowi (2009 :

104), “Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati

atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.”

Maksud observasi bersifat terbuka yang peneliti lakukan maksudnya ialah

subjek penelitian mengetahui tentang penelitian yang peneliti lakukan.

Sebagaimana telah diungkapkan oleh Basrowi (2009 : 105),

Pengamat secara terbuka diketahui oleh subjek, sedangkan para subjek dengan sukarela memberikan kesempatan pada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati hal yang dilakukan oleh mereka.

Wawancara atau sering juga disebut interview merupakan alat pengumpul

informasi dengan mengajukan pertanyaan secara lisan. Menurut M. Nasir (1988 :

234) wawancara adalah :

(30)

penjawab atau responden dengan menggunakan pewawancara alat yang dinamakan interview guide (pedoman wawancara).

Selanjutnya penulis melakukan wawancara yang dilakukan kepada

instruktur dengan tujuan untuk mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan

dalam menumbuhkan motivasi kepada warga belajar pelatihan kewirausahaan.

Wawancara kepada warga belajar bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar

dalam mengikuti pelatihan kewirausahaan. Mewawancarai pengelola, untuk

mengetahui peran instruktur dalam membelajarkan warga belajarnya, sedangkan

wawancara kepada orang tua ialah untuk mengetahui motivasi belajar anak dan

kesan orang tua terhadap sikap instruktur.

G. Analisis Data

Konsep analisis data kualitatif sebagaimana diungkapkan oleh Bogdan dan

Biklen (Basrowi, 2009 : 193) merupakan,

Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mengadakan sintesis (memadukan), mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, membuat keputusan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Pengolahan dan analisis data dilakukan sesuai dengan ketentuan penelitian

kualitatif yaitu diinterpretasikan dan dianalisis secara terus menerus dari awal

hingga selesai penelitian. Analisis data dimulai sejak di lapangan, sejak itu sudah

ada penghalusan data, penyusunan kategori dan kawasannya serta sudah ada

upaya yang dimulai dalam rangka menyusun historis yaitu teorinya sendiri.

Berkaitan dengan proses penganalisaan data kualitatif di atas, telah

dikemukakan pula oleh Djudju Sudjana (2006 : 214) bahwa analisis data

dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :

a. Reduksi Data

(31)

50

b. Display Data

Yaitu merangkum hal-hal pokok dan kemudian disusun dalam bentuk deskripsi yang naratif dan sistematik sehingga dapat memudahkan untuk mencari tema sentral sesuai dengan fokus atau rumusan unsur-unsur yang dievaluasi serta mempermudah untuk memberi makna. Kegiatan ini pun untuk mempermudah peneliti dalam melihat gambaran unsur-unsur yang dievaluasi secara menyeluruh. Display data disajikan dala berbagai macam tampilan seperti matrik, grafik, chart, bagan alur, gambar dan sebagainya. c. Verifikasi Data

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran

yang berkenaan dengan hasil penelitian. Sebagaimana diketahui kesimpulan

adalah pemaknaan atau penafsiran peneliti secara terpadu terhadap pembahasan

hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab IV.

A. Kesimpulan

Kinerja instruktur dalam menumbuhkan motivasi warga belajar sangatlah

memiliki kedudukan penting. Instruktur harus memiliki kemampuan-kemampuan

dalam menjalankan fungsi dan tugasnya untuk melatih, mengajar dan mendidik

peserta latihnya. Dimana seorang instruktur harus mampu memiliki peran sebagai

informator, organasitor, moivator, pengarah, inisiator, transmitter, fasilitator,

mediator dan evaluator. Apabila instruktur selaku tenaga pendidik telah memiliki

beberapa kemampuan tersebut, maka tujuan belajar yang diharapkan dapat secara

efektif terlaksana.

Sebagaimana yang telah diupayakan oleh instruktur pada pelatihan

kewirausahaan di PKBM Misykatul Anwar. Instruktur berupaya memberikan

yang terbaik dalam mengemban tugasnya. Hal-hal yang dilakukannya dalam

menumbuhkan motivasi belajar warga binaannya ialah dengan kemauan untuk

meluangkan waktu kepada warga belajarnya, memberikan sikap yang positif,

menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memakai metode belajar yang

menarik, memberikan penghargaan, dan menumbuhkan selera atau semangat

belajar pada warga didiknya. Hal ini memunculkan motivasi belajar pada diri

warga belajar. Secara umum motivasi belajar timbul karena rangsangan dari luar

(ekstrinsik) seperti segala pelayanan yang telah diupayakan oleh instruktur kepada

warga belajarnya. Sehingga lama kelamaan warga belajar akan memiliki dorongan

dari dalam diri warga belajar sendiri (intrinsik), dan akan tumbuh kesadaran untuk

(33)

105

Hasil belajar pelatihan kewirausahaan meliputi tiga aspek yaitu aspek

kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Dimana

dalam aspek pengetahuan, warga belajar mendapatkan ilmu pengetahuan

mengenai bagaimana menjadi seorang yang memiliki karakter wirausaha.

Selanjutnya dalam aspek sikap, warga belajar memiliki kepercayaan terhadap

dirinya bahwa ia memiliki potensi besar untuk menjadi pribadi yang memiliki

jiwa wirausaha, berorientasi tugas dan hasil seperti yang dilakukan warga belajar

mulai rajin mengerjakan tugas dan berorientasi ke masa depan dengan memiliki

dream book sebagai media pengigat dan pendorong untuk mencapai cita-cita yang

diharapkan. Sedangkan dalam aspek keterampilan, warga belajar dapat

mengaplikasikan teori yang didapatkan setelah mengikuti pembelajaran dengan

melakukan usaha bersama yang ada di PKBM Misykatul Anwar yaitu

berwirausaha di bidang produksi makanan ringan olahan ubi ungu. Melalui usaha

ini, warga belajar dapat memperoleh keuntungan secara pengembangan kualitas

diri dan keuntungan pundi rupiah. Dalam hal keuntungan, mereka dapat meraup

keuntungan sebesar Rp 250.000,00 sampai Rp 1.000.000,00.

B. Saran

Berdasarkan data dan kesimpulan serta beberapa temuan di lapangan,

peneliti ingin menyampaikan beberapa saran, diantaranya :

1. Saran Untuk Instruktur

Hendaknya instruktur menyadari bahwa pembelajaran yang diberikan

kepada warga bealjar tidak selamanya sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Maka dengan hal tersebut instruktur bersedia menerima masukan dan saran

maupun kritikan yang membangun demi tercapainya tujuan yang diharapkan.

2. Saran Untuk Pengelola

Media pembelajaran yang disediakan sudah cukup, namun alangkah lebih

baiknya jika LCD atau infocus diperbaiki demi kenyamanan para peserta latih.

Selain itu sarana dan prasarana masih kurang menunjang keberhasilan proses

(34)

mengumpulkan berbagai informasi penting guna kemajuan dan keberlangsungan

proses kegiatan belajar mengajar.

3. Saran Untuk Warga Belajar

Menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan belajar seperti sesama

peserta pelatihan, instruktur, pengelola dan orang tua. Hal ini dikarenakan peserta

pelatihan kewirausahaan ini berasal dari latar belakang yang berbeda namun

mempunyai tujuan yang sama. Pelatihan ini pun memerlukan kerjasama tim yang

baik. Selain itu, peserta diharapkan memiliki kedisiplinan waktu yang lebih baik

di kemudian hari agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan lebih

efektif dan maksimal.

4. Saran Bagi Penelitian Berikutnya

Penelitian ini berusaha mengungkapkan suatu fenomena secara deskriptif

kualitatif mengenai peran instruktur dalam menumbuhkan motivasi belajar pada

pelatihan kewirausahaan. Maka dari itu, peneliti menyarankan kepada peneliti

selanjutnya untuk meneliti hal yang sama secara berlanjut dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif, agar dapat dilihat parameter kemajuannya. Misalnya

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. (2004). Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta.

Arep, I & Tanjung, H. (2004). Manajemen Motivasi. Jakarta : Grasindo.

Arikunto, S. (2004). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Basrowi dan Suwandi. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rinneka Cipta.

Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, S.B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Gavin, R. (2009). Memotivasi Siswa Di Kelas. Jakarta : PT. Indeks.

Handoko, H.T. dan Sukanto, R. (1996). Organisasi Perusahaan. Yogyakarta : BPFE.

Kamil, M. (2007). Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung : Alfabeta.

Mahfudz, A. (2012). Cara Cerdas Mendidik yang Menyenangkan. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Marzuki, M.S. (1992). Strategi dan Model Pelatihan. Malang : IKIP Malang.

Meredith, G.G. et al. (2000). Kewirausahaan : Teori dan Praktek. Jakarta : LM PPM dan Pustaka Binaman Pressindo.

Moekijat. (1990). Pengembangan dan Motivasi. Bandung : Pionir Jaya.

Moleong, LJ. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rodakarya.

(36)

Oemar Hamalik. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara 68.

Priyitno, E. (1989). Motivasi dalam Belajar. Jakarta : P2LPTK.

Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Sobur, A. (2009). Psikolgi Umum. Bandung : Pustaka Setia.

Suryana, A. (2006). Panduan Praktis Mengelola Pelatihan. Jakarta : EDSA Mahkota.

Sudjana, D. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung :

Remaja Rosdakarya.

---, (2001). Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Falah Production.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sukamadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, W. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah (Dasar, Metoda, Teknik). Bandung : Tarsito.

Sumantri, S. (2000). Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Fakultas Psikologi UNPAD.

Suryabrta, S. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.

---, (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Suryana. (2003). Pedoman Praktis, Kiat dan ProsesMenuju Sukses. Jakarta : Salemba Empat.

Umar, H. (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta : Rajawali Press.

Uno, H. B. (2012). Teori Motivasi dan Pengukurannya (Analisis Di Bidang Pendidikan). Jakarta : Bumi Akasar

(37)

Wlodkowski, R.J. dan Jaynes, J.H. (2004). Motivasi Belajar. Jakarta : Cerdas Pustaka.

Zimmerer, T.W. (2005). Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Jakarta : Prenhalindo.

Sumber dari Skripsi :

Kartika, Prita. (2010). Peran Tutor dalam Mengembangkan Kemampuan

Berbahasa Pada Anak Usia Dini Melalui Pendekatan Komunikatif. Skripsi

pada FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Sumber dari Internet :

Sudrajat, A. (2008). Peran Guru Sebagai Fasilitator. [Online]. Tersedia :

Gambar

Tabel 2.2 Karakterisitk Kewirausahaan  ........................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Pertama, memodifikasi matriks waktu (biaya) dan mengurangi dengan waktu terkecil (bukan nol) dalam setiap kolom dari sleuruh sel dalam kolom itu untuk mendapatkan paling

Harta kekayaan yang dimiliki umum meliputi barang-barang yang menjadi kebutuhan umum, tambang dalam jumlah besar, dan barang-barang yang tidak dapat dimiliki individu.

Kerangka pemikiran dari skripsi ini adalah bahwa Tidak diragukan lagi, teknologi internet yang serba digital ini dapat berfungsi sebagai ajang promosi strategis yang

• Model-driven development – a system development strategy that emphasizes the drawing of system models to help visualize and analyze problems, define business requirements,

 Represent independent ideas independently in code  Represent relationships among ideas directly in code  Combine ideas expressed in code freely.  where and only

Perwakilan perusahaan yang hadir adalah direktur atau yang mewakili dengan membawa surat kuasa yang ditandatangani direktur. Demikianlah untuk maklum, atas perhatiannya

Nilai estetis juga dapat dirumuskan sebagai tolak ukur yang digunakan subjek untuk menentukan sifat menarik atau ketidakmenarikan pada suatu objek... Karena nilai

Dokumen yang tercatat dalam daftar pemasukan Dokumen terdapat 2 perusahaan. Panitia Pengadaan Barang dan