PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KOMUNIKASI MATEMATIKA DALAM MATERI DIMENSI TIGA DI SMA
(Suatu Penelitian Desain (Design Research) terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika
Oleh
Nobonnizar 0900247
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KOMUNIKASI MATEMATIKA DALAM MATERI DIMENSI TIGA DI SMA
Oleh Nobonnizar
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Nobonnizar 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
NOBONNIZAR
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KOMUNIKASI MATEMATIKA DALAM MATERI DIMENSI TIGA DI SMA
(Suatu Penelitian Desain (Design Research) terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. H. Tatang Mulyana, M.Pd. NIP. 195101061976031004
Pembimbing II
Eyus Sudihartinih, M.Pd. NIP. 198404282009122004
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
ii ABSTRAK
Nobonnizar. (0900247). Pengembangan Bahan Ajar Komunikasi Matematika Dalam Materi Dimensi Tiga Di SMA.
Ini adalah penelitian desain tentang pengembangan bahan ajar komunikasi matematika dalam materi dimensi tiga di SMA. Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini salah satunya kesulitan belajar siswa berkaitan dengan kemampuan komunikasi pada materi dimensi tiga. Maka itu, guru perlu mengembangkan bahan ajar sebagai alternatif solusi untuk meminimalisir kesulitan belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tugas-tugas yang dapat memfasilitasi kemampuan komunikasi matematis siswa. Penelitian desain terdiri dari tiga fase yaitu preliminary first design, experiment, dan retrospective analysis. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandung. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa bentuk bahan ajar komunikasi matematika pada materi dimensi tiga diawali dengan tugas yang memberikan pemahaman selanjutnya diberikan tugas berupa masalah yang mengukur pemahaman siswa terhadap materi sekaligus melatih kemampuan komunikasi matematika.
Kata kunci: Bahan Ajar Matematika, Komunikasi Matematika, Dimensi Tiga
ABSTRACT
Nobonnizar. (0900247). The Development of Communication Learning Material in Space at Senior High School.
This research is a design research about development of communication learning material in space at senior high school. One of problem that based this research is learning obstacle in communication ability. Because of it, teacher should develop learning material as alternative solution to minimize that learning
obstacle so student will undesrstand easier and also to train student’s math
communication ability. Aim of this research is for knowing how to create communication learning material in space at senior high school.
There are three phase of design research, preliminary first design, experiment, dan retrospective analysis. Subject of this research is students of senior high school grade X. Based on result of research and working through the conclution is: a good communication learning material is begined by tasks that make student understand deeply to the concept of space and then measure how far they understand and train their math communication ability in concept understanding or problem solving.
v
Nobonnizar, 2013
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. ... Latar Belakang Masalah ... 1
B. ... Rum usan Masalah ... 5
C. ... Tujua n Penelitian ... 5
D. ... Manf aat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. ... Baha n Ajar ... 7
B. ... Teori Pembelajaran yang Digunakan ... 9
C. ... Penel itian yang Relevan ... 12
vi
Nobonnizar, 2013
E.... Renc
ana Pelaksanaan Pembelajaran ... 15
BAB III METODE PENELITIAN ... 17
A. ... Meto
de Penelitian ... 17
B. ... Subje
k Penelitian ... 18
C. ... Defin
isi Operasional ... 18
D. ... Instru
men Penelitian ... 19
E... Prose
dur Penelitian ... 19
F. ... Tekni
k Pengumpulan Data ... 20
G. ... Tekni
k Analisis Data ... 21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 22
A. ... P
embahasan dan Hasil Pengembangan Bahan Ajar Materi Kedudukan
Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang Dimensi Tiga ... 22
B. ... P
embahasan dan Hasil Pengembangan Bahan Ajar Materi Jarak dari
Titik ke Garis ... 38
C. ... P
embahasan dan Hasil Pengembangan Bahan Ajar Materi Jarak dari
vii
Nobonnizar, 2013
D. ... P
embahasan dan Hasil Pengembangan Bahan Ajar Materi Sudut dalam
Ruang Dimensi Tiga ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87
A. ... Kesi mpulan ... 87
B. ... Impli kasi ... 88
C. ... Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
LAMPIRAN ... 91
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 215
DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Rincian Jumlah Jawaban Siswa untuk Bahan Ajar 1 ... 26
viii
Nobonnizar, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 1 ... 23
Gambar 4.2. Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 1 ... 23
ix
Nobonnizar, 2013
Gambar 4.4. Contoh Jawaban Siswa untuk Tugas 1.6 ... 27
Gambar 4.5. Contoh Jawaban Siswa untuk Tugas 2 ... 28
Gambar 4.6. Jawaban Tugas 1.3 yang Kurang Tepat ... 29
Gambar 4.7. Jawaban Tugas 1.3 yang Tepat ... 30
Gambar 4.8. Jawaban Tugas 1.5 dan Jawaban Tugas 1.6 yang Tepat ... 31
Gambar 4.9. Jawaban Tugas 1.5 dan Jawaban Tugas 1.6 yang Tepat (Kalimat Berbeda) ... 32
Gambar 4.10. Jawaban Tugas 1.5 dan Jawaban Tugas 1.6 yang Kurang Tepat ... 33
Gambar 4.11. Jawaban Tugas 2 yang Tepat dan Lengkap ... 35
Gambar 4.12. Jawaban Tugas 2 yang Kurang Lengkap ... 36
Gambar 4.13. Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 2 ... 39
Gambar 4.14. Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 2 ... 39
Gambar 4.15. Contoh Jawaban Siswa untuk Tugas 1.h ... 42
Gambar 4.16. Contoh Jawaban Siswa untuk Tugas 2 ... 43
Gambar 4.17. Jawaban Tugas 1.a, 1.b, 1.c dan 1.d ... 44
Gambar 4.18. Jawaban Tugas 1.e, 1.f dan 1.h yang Kurang Tepat ... 45
Gambar 4.19. Jawaban Tugas 1.e, 1.f dan 1.h yang Tepat ... 46
Gambar 4.20. Jawaban Tugas 2 yang Kurang Lengkap... 48
Gambar 4.21. Jawaban Tugas 2 yang Benar dan Lengkap ... 49
Gambar 4.22. Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 3 ... 52
Gambar 4.23. Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 3 ... 52
Gambar 4.24. Contoh Jawaban Siswa untuk Tugas 1.f... 55
Gambar 4.25. Contoh Jawaban Siswa untuk Tugas 2 ... 55
Gambar 4.26. Jawaban Tugas 1.a, 1.b dan 1.c ... 57
Gambar 4.27. Jawaban Tugas 1.f ... 58
Gambar 4.28. Jawaban Tugas 1.f (Kalimat yang Berbeda) ... 59
Gambar 4.29. Jawaban Tugas 1.f (Kalimat yang Berbeda) ... 60
Gambar 4.30. Jawaban Tugas 2.a dan 2.b (Lengkap) ... 62
Gambar 4.31. Jawaban Tugas 2.b Saja ... 63
x
Nobonnizar, 2013
Gambar 4.33. Jawaban Siswa untuk Soal Nomor 4 dan Nomor 5 ... 67
Gambar 4.34. Contoh Jawaban Siswa untuk Tugas 1 ... 71
Gambar 4.35. Jawaban Tugas 1 ... 73
Gambar 4.36. Jawaban Tugas 1 (Kalimat Berbeda) ... 74
Gambar 4.37. Jawaban Tugas 1 (Kalimat Berbeda) ... 75
Gambar 4.38. Jawaban Tugas 1 (Kalimat Berbeda) ... 76
Gambar 4.39. Jawaban Tugas 2 ... 77
Gambar 4.40. Jawaban Tugas 2 (Kalimat Berbeda) ... 78
Gambar 4.41. Jawaban Tugas 3 yang Kurang Lengkap... 80
Gambar 4.42. Jawaban Tugas 3 yang Lengkap ... 81
Gambar 4.43. Jawaban Tugas 4 yang Lengkap ... 83
Gambar 4.44. Jawaban Tugas 4 yang Kurang Lengkap... 84
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Komunikasi Awal ... 92
Lampiran A.2 Jawaban Siswa untuk Tes Komunikasi Awal ... 98
Lampiran A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 100
xi
Nobonnizar, 2013
Lampiran A.5 Revisi Bahan Ajar ... 140
Lampiran B.1 Jawaban Bahan Ajar yang Diharapkan ... 160
Lampiran B.2 Hasil Diskusi Siswa Terhadap Bahan Ajar ... 179
Lampiran B.3 Hasil Observasi Pembelajaran ... 198
Lampiran B.4 Hasil Wawancara ... 210
Lampiran C.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ... 212
Lampiran C.2 Surat Izin Penelitian ... 213
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bicara tentang matematika tidak lepas dari bagaimana kesan siswa terhadap
matematika itu sendiri, banyak yang menyukainya tapi tidak sedikit pula yang
tidak menyukainya. Hal yang menyebabkan siswa kurang menyukai matematika
menurut Buxton (Jayanti et al, 2012) adalah suatu kesan negatif yang dibiarkan
terjadi sejak mereka masih kecil bahwa matematika itu sulit yang pada akhirnya
menjadikan mereka sampai dewasa berpikiran bahwa matematika sulit dan
menakutkan. Padahal, tidak dapat dipungkiri bahwa dengan menguasai
matematika bisa membantu siswa untuk menguasai pelajaran lain.
Di samping itu, belajar matematika dapat membentuk pola pikir yang cerdas
dan membiasakan untuk berpikir secara rasional. National Research Council
(Mia, 2012) dari Amerika Serikat telah menyatakan pentingnya Matematika
dengan pernyataan berikut: “Mathematics is the key to opportunity.” Matematika
adalah kunci ke arah peluang-peluang. Bagi seorang siswa keberhasilan
mempelajarinya kelak akan membuka pintu karir yang cemerlang. Bagi suatu
negara, matematika akan menyiapkan warganya untuk bersaing dan berkompetisi
di bidang ekonomi dan teknologi.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, kreatif dan komunikatif. Mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Badan Standar Nasional Pendidikan,
2006).
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
2
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Selain itu, dalam Principles and Standards for School Mathematics
(NCTM, 2000) disebutkan bahwa standar kemampuan yang seharusnya dikuasai
oleh siswa adalah: 1.Mengorganisasi dan mengkonsolidasi pemikiran matematika
dan mengkomunikasikan kepada siswa lain, 2. Mengekspresikan ide-ide
matematika secara koheren dan jelas kepada siswa lain, guru, dan lainnya, 3.
Meningkatkan atau memperluas pengetahuan matematika siswa dengan cara
memikirkan pemikiran dan strategi siswa lain, 4. Menggunakan bahasa
matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi matematika.
Dari uraian di atas terlihat bahwa kemampuan untuk mengkomunikasikan
gagasan atau ide merupakan salah satu kemampuan yang selalu ada baik pada
tujuan kurikulum maupun standar kemampuan yang harus dimiliki siswa menurut
NCTM. Selain itu, kemampuan komunikasi merupakan salah satu standar
kompetensi lulusan bagi siswa sekolah dasar sampai menengah sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan (Mahmudi, 2009:1). Dalam Permen Nomor 23
Tahun 2006 (Mahmudi, 2009: 1) disebutkan melalui pembelajaran matematika,
siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
3
menunjukkan betapa pentingnya kemampuan komunikasi ini untuk dikuasai oleh
seorang siswa. Dengan kemampuan komunikasi yang baik, tentulah siswa dapat
mengemukakan idenya dalam suatu pemecahan masalah baik permasalahan
matematika ataupun masalah yang dihadapi sehari-hari.
Tetapi pada kenyataannya, seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya,
sebagian besar siswa kurang menyukai pelajaran matematika hingga berimbas
pada kurang baiknya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dan
dampak lainnya yaitu kemampuan komunikasi matematis siswapun kurang
berkembang. Sehingga siswa kesulitan untuk mengungkapkan gagasannya dan
kurang baik dalam penyampaian ide yang ada dalam pikirannya. Hal ini
menyebabkan siswa kesulitan dalam menyelesaikan suatu permasalahan hingga
berdampak buruk terhadap prestasi belajar siswa dan mutu pendidikan Indonesia.
Masalah ketertarikan terhadap matematika dan masalah komunikasi
matematis siswa ini sangat dipengaruhi oleh bahan ajar dan proses pembelajaran
yang digunakan guru. Pembelajaran yang digunakan dan disenangi guru-guru
sampai saat ini adalah pembelajaran konvensional (Mulyana : 2008, 4). Diperkuat
oleh Soedijarto (Mulyana: 2008, 4) yang menyatakan bahwa kegiatan
pembelajaran di negara berkembang (termasuk Indonesia) pada saat ini tidak lebih
dari mencatat, menghafal dan mengingat kembali dan tidak menerapkan
pendekatan modern dalam proses pembelajaran.
Bahan ajar dan proses pembelajaran yang selama ini digunakan kebanyakan
guru belum bisa melatih kemampuan komunikasi matematis siswa. Kenyataannya,
Madnesen dan Sheal (Suherman, 2008) mengemukakan bahwa kebermaknaan
belajar bergantung bagaimana cara belajar. Jika belajar hanya dengan membaca,
kebermaknaan bisa mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%, dari
mendengar dan melihat 50%, mengatakan-komunikasi mencapai 70%, dan belajar
dengan melakukan dan mengkomunikasikan bisa mencapai 90%. Dari uraian itu,
bahan ajar yang digunakan seharusnya dapat menuntut siswa untuk berpikir dan
berlatih mengkomunikasikan gagasannya, sehingga kebermaknaan belajar dapat
dicapai. Belajar bermakna dan melatih siswa mengkomunikasikan gagasan
4
satunya yaitu metode penemuan terbimbing. Menurut Markaban (Penulisan
Modul Paket Pembinaan Penataran, 2006: 10) metode Penemuan Terbimbing ini
melibatkan suatu dialog atau interaksi antara siswa dan guru di mana siswa
mencari kesimpulan yang diinginkan melalui suatu urutan pertanyaan yang diatur
oleh guru. Dengan bahan ajar yang komunikatif, memunculkan dialog dan
interaksi yang terjadi antara siswa dan guru, besar kemungkinan kemampuan
komunikasi siswa akan lebih terasah.
Sebaliknya, jika bahan ajar yang digunakan oleh guru adalah bahan ajar
yang hanya menuntut siswa untuk mencatat, menghafal dan mengingat kembali,
maka akibatnya kebanyakan siswa hanya dapat mengerjakan persoalan yang
sejenis dengan apa yang dicontohkan oleh guru, jika diberikan persoalan yang
berbeda maka siswa akan mengalami kesulitan dalam mengerjakannya. Kondisi
seperti ini disebut kesulitan belajar yang dialami siswa.
Berdasarkan hasil observasi melalui uji instrumen kepada siswa kelas XI di
beberapa SMA di kota Bandung, kesulitan siswa dalam mengerjakan persoalan
dimensi tiga adalah sebagai berikut.
1. Kesulitan siswa terkait konsep pemahaman ruang dimensi tiga.
2. Kesulitan siswa dalam mengerjakan soal mencari jarak diakibatkan karena
siswa kurang memahami konsep jarak serta konsep lain yang berkaitan
seperti Pythagoras.
3. Kesulitan siswa mengkomunikasikan gagasan dalam pikirannya ke dalam
bentuk tulisan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam mempelajari konsep dimensi tiga. Oleh karena itu untuk
mengurangi kesulitan yang dialami siswa dan melatih kemampuan komunikasi
siswa haruslah disusun suatu bahan ajar yang bermakna dan tepat sasaran.
Karena pada dasarnya meskipun seorang guru mengajar dengan baik tetapi bila
bahan ajar yang digunakan tidak tepat maka kesulitan belajar yang dialami siswa
tidak akan sepenuhnya teratasi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana
5
sehingga penulis mengangkat judul “Pengembangan Bahan Ajar Komunikasi
Matematika Dalam Materi Dimensi Tiga di SMA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini secara umum adalah “Bagaimana bentuk bahan ajar
komunikasi matematis pada materi dimensi tiga di SMA.” Adapun rinciannya
sebagai berikut :
1. Tugas-tugas yang bagaimana yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa
untuk menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik secara tulisan pada
materi dimensi tiga.
2. Tugas-tugas yang bagaimana yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa
untuk membaca representasi matematika pada materi dimensi tiga.
3. Tugas-tugas yang bagaimana yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa
untuk menyatakan situasi-gambar-diagram ke dalam bahasa, simbol, idea,
model matematika pada materi dimensi tiga.
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah diuraikan di atas, maka penelitian
tentang pengembangan bahan ajar ini secara umum bertujuan untuk mengetahui
bentuk bahan ajar komunikasi matematis pada materi dimensi tiga di SMA,
adapun rinciannya adalah:
1. Mengetahui tugas-tugas yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk
menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik secara tulisan pada materi
dimensi tiga.
2. Mengetahui tugas-tugas yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk
membaca representasi matematika pada materi dimensi tiga.
3. Mengetahui tugas-tugas yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk
menyatakan situasi-gambar-diagram ke dalam bahasa, simbol, idea, model
6
D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Bagi Siswa
Diharapkan kesulitan belajar yang dialami siswa dapat teratasi dan kemampuan
komunikasi tertulis matematis siswa dapat terlatih dengan baik, sehingga
kedepannya siswa bisa dengan lancar mengkomunikasikan gagasannya.
2) Bagi Guru
Dengan pengetahuan dan masukan mengenai bahan ajar ini, diharapkan guru
dapat mengembangkan bahan ajar pada pokok bahasan matematika lainnya.
3)Bagi sekolah
Hasil pengembangan bahan ajar ini dapat dijadikan referensi untuk melatih
kemampuan komunikasi matematis siswa SMA.
4) Bagi dunia pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan dan sebagai salah satu alternatif bahan
ajar untuk meningkatkan hasil belajar dan melatih kemampuan komunikasi
matematika siswa.
5) Bagi Peneliti
Sebagai seorang calon guru, dapat mengetahui bagaimana mengembangkan
bahan ajar yang tepat agar mendorong berkembangnya kemampuan
komunikasi tertulis matematis siswa sehingga kelak dapat menjadi guru yang
17 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
desain (design research). Menurut Gravemeijer (Hasanah, 2012), design research
also called developmental research, is a type of research methods which the core is formed by classroom teaching experiments that center on the development of instructional sequences and the local instructional theories that underpin them.
Penelitian desain adalah suatu jenis penelitian yang berpusat pada
pengembangan tahap instruksional pembelajaran dan teori pembelajaran pada
siswa. Dalam hal ini, penelitian desain bertujuan untuk merumuskan, mengetahui
dan mengembangkan bahan ajar.
Design research terdiri dari tiga fase, yaitu preliminary design, experiment,
dan retrospective analysis (Cobb et al dalam Mulyana, 2008). Penjelasan dari
ketiga fase tersebut yaitu :
1. Preliminary Design (Desain Permulaan)
Pada fase ini dibuat Hypothetical Learning Trajectory (HLT) yang berarti
lintasan belajar (proses berpikir) hipotesis. Dalam hal ini, HLT memuat antisipasi
tentang hal-hal yang mungkin akan terjadi, baik proses berpikir siswa sebelum
menerima pembelajaran maupun selama proses pembelajaran berlangsung.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam membuat HLT ini dapat berupa telaah literatur
yang relevan, diskusi dengan guru-guru yang sudah berpengalaman dalam
pembelajaran, dan dengan peneliti yang ahli dalam bidang yang terkait.
Menurut Simon dan Bakker dalam Mulyana (2008), HLT terdiri dari tiga
bagian yaitu tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran, dan hipotesis proses
pembelajaran yang akan terjadi. Dalam fase pertama ini, HLT berfungsi sebagai
petunjuk dalam mendesain panduan pembelajaran. Maksud dari petunjuk dalam
hal ini yaitu agar terfokus dalam hal bagaimana menyampaikan materi ajar,
petunjuk bagaimana mengamati proses pembelajaran yang akan terjadi di kelas,
dan petunjuk melakukan wawancara baik dengan guru, siswa, ataupun
18
2. Experiment (Eksperimen)
Dalam fase ini, desain yang sudah dirancang, diujicobakan kepada siswa.
Uji coba ini bertujuan untuk melihat apakah hal-hal yang sudah diantisipasi dalam
fase preliminary design sesuai dengan kenyataan yang terjadi atau tidak.
Pengalaman-pengalaman baik berupa data hasil pengerjaan bahan ajar atau proses
yang terjadi saat pengerjaan bahan ajar akan dikumpulkan sebagai dasar acuan
dalam perbaikan atau modifikasi HLT untuk proses pembelajaran selanjutnya.
Fungsi HLT dalam fase ini untuk memfokuskan pada aktivitas, proses
pembelajaran, dan observasi.
3. Retrospective Analysis (Analisis Tinjauan)
Pada fase ini, semua data yang diperoleh pada fase eksperimen dianalisis.
Proses analisanya berupa antar HLT yang diantisipasi sebelum pembelajaran dan
aktivitas yang benar-benar terjadi, dilanjutkan dengan analisis
kemungkinan-kemungkinan penyebabnya, dan sintesa kemungkinan-kemungkinan-kemungkinan-kemungkinan yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki HLT, yang akan digunakan pada siklus selanjutnya.
(preliminary design, experiment, dan retrospective analysis selanjutnya).
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 7 Bandung pada semester 2 tahun
ajaran 2012/2013. Subyek penelitian adalah satu kelas X.
C. Definisi Operasional
Penjelasan singkat istilah-istilah yang digunakan adalah:
1. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dalam
pengembangan bahan ajar ini bahan ajar yang dimaksud adalah Lembar
Kegiatan Siswa (LKS).
2. Komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa
dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog,
19
pengalihan pesan. Indikator kemampuan komunikasi yang digunakan adalah:
menyatakan situasi-gambar-diagram ke dalam bahasa, simbol, idea, model
matematika; menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik secara lisan atau
tulisan; membaca representasi matematik (Suherman dan Purniati, 2008: 16).
Kemampuan komunikasi matematis pada penelitian ini lebih dititik beratkan
pada kemampuan komunikasi tertulis matematis.
D. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data dan fakta yang diperlukan maka disusunlah
instrumen yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS)
Bahan ajar yang disusun ini terdiri dari tugas-tugas yang harus diselesaikan
oleh siswa sehingga dapat memahami dan menerapkan konsep dalam bab dimensi
tiga. Bahan ajar ini disusun dengan mempertimbangkan aspek kemampuan
komunikasi matematika, sehingga tugas-tugas pada bahan ajar ini diharapkan
dapat melatih kemampuan komunikasi matematika siswa.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah sekumpulan pertanyaan terurut yang akan
diajukan kepada responden secara langsung melalui lisan. Wawancara akan
dilakukan terhadap siswa setelah pengujian bahan ajar selesai.
3. Soal Tes Komunikasi Awal
Soal tes komunikasi ini disusun berdasarkan SK, KD dan memperhatikan
indikator kemampuan komunikasi matematika, selanjutnya diujikan kepada
beberapa siswa untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Adapun rincian mengenai ketiga tahap
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
20
b. Melakukan seminar proposal penelitian
c. Melakukan perbaikan proposal penelitian pada bagian yang harus diperbaiki
d. Melakukan telaah literatur
e. Menyusun instrumen tes komunikasi awal
f. Mengujikan instrumen tes komunikasi awal
g. Menganalisis kesulitan belajar yang dialami siswa
h. Melakukan diskusi dengan guru yang bersangkutan dan dosen
i. Menyusun bahan ajar
j. Diskusi dan revisi terhadap desain awal dengan guru dan dosen
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan
desain awal (bahan ajar)
b. Melaksanakan observasi selama pembelajaran berlangsung.
c. Mengumpulkan data hasil uji coba
d. Menganalisis data hasil uji coba dan faktor penyebab suatu tindakan berhasil
atau gagal
e. Melakukan perbaikan desain
f. Mengolah dan menarik kesimpulan hasil uji coba
3. Tahap Akhir
a. Melakukan ujian siding skripsi
b. Melakukan perbaikan (revisi) skripsi
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
observasi dan wawancara. Observasi adalah kegiatan yang meliputi pemusatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera yaitu
penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap (Arikunto,
2010:199). Pada penelitian ini, observasi dilakukan kepada siswa ketika
pembelajaran sedang berlangsung. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui
tugas-tugas dalam bahan ajar yang sulit diselesaikan siswa dan membutuhkan
21
Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto,
2010:198). Wawancara terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui lebih jelas
mengenai tugas-tugas yang mana yang dirasa sulit oleh siswa selain dari jawaban
tugas-tugas pada bahan ajar yang dikerjakan siswa.
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Bahan Ajar
Setelah bahan ajar diselesaikan oleh siswa, maka dilakukan analisis
terhadap jawaban-jawaban dari siswa sebagai suatu data. Teknik yang digunakan
untuk menganalisis data tersebut berdasarkan Model Miles and Huberman
(Hasanah, 2012), yang menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas.
Aktivitas dalam analisis data yaitu, data reduction (reduksi data), data display
(penyajian data), conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan/
verifikasi).
Data reduction berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan data display. Melalui penyajian data,
maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
semakin mudah dipahami. Untuk menyajikan data pada penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif. Kemudian penarikan kesimpulan
berdasarkan data yang telah diperoleh untuk menjawab rumusan masalah
penelitian. Penentuan teknik ini mempertimbangkan kesesuaiannya dengan desain
penelitian yang telah dirancang sehingga dalam pelaksanaannya dapat dilakukan
secara sistematis.
2. Analisis Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap siswa setelah selesai
87 BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Tugas-tugas yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk menjelaskan
ide, situasi, dan relasi matematik secara tulisan pada materi dimensi tiga
adalah tugas-tugas yang menanamkan pemahaman terhadap konsep secara
matang dengan mengajak siswa untuk selalu belajar mengungkapkan
pendapat dalam pikirannya kedalam bentuk tulisan seperti tugas yang
membiasakan siswa mengungkapkan ide awalnya mengenai suatu konsep,
tugas-tugas yang membuat siswa belajar untuk membuat kesimpulan dan
mendefinisikan suatu konsep dengan bahasanya sendiri.
2. Tugas-tugas yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk membaca
representasi matematika pada materi dimensi tiga adalah tugas-tugas yang
memuat suatu permasalahan matematika dalam hal ini pada ruang dimensi
tiga tetapi tidak secara langsung memberikannya melainkan dengan
representasi lain dari matematika seperti kata-kata yang merepresentasikan
masalah pada bangun ruang dimensi tiga sehingga siswa terbiasa dalam
membaca representasi matematika contohnya tugas yang menuntuk siswa
menggambar garis pada kubus tanpa disertai gambar kubus sebelumnya.
3. Tugas-tugas yang dapat memfasilitasi kemampuan siswa untuk menyatakan
situasi-gambar-diagram ke dalam bahasa, simbol, idea, model matematika
pada materi dimensi tiga adalah tugas yang permasalahannya disajikan dalam
bentuk gambar bangun ruang dimensi tiga yang dikomunikasikan secara tepat
kepada siswa dengan memberikan permasalahan tersebut tahap demi tahap
tidak secara sekaligus dan tentunya dapat dipahami oleh siswa contohnya
88
B. Implikasi
Berdasarkan penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dibuat suatu
implikasi yaitu: bentuk bahan ajar komunikasi matematika pada materi dimensi tiga
di SMA diawali dengan tugas-tugas yang memberikan pemahaman mendalam bagi
siswa terhadap materi dimensi tiga selanjutnya diberikan tugas-tugas berupa masalah
yang mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi sekaligus melatih
kemampuan komunikasi matematika siswa baik pada proses pemahaman materi
maupun pada saat penyelesaian masalah.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Hasil revisi dari bahan ajar belum dapat dibuktikan keberhasilannya, sehingga
disarankan untuk dilakukan eksperimen terhadap bahan ajar revisi di sekolah
yang berbeda dengan tingkatan yang sama.
2. Pada saat menyusun bahan ajar dan menggunakannya pilihlah intervensi yang
tepat ketika siswa kesulitan dalam menjawab tugas, karena kemampuan siswa
berbeda, dan jangan melakukan intervensi yang membuat kemampuan
komunikasi siswa tidak berkembang.
3. Dalam menyusun bahan ajar sebaiknya mengetahui lebih detail mengenai
kemampuan siswa terhadap materi prasyarat dari materi yang akan dibuat bahan
ajarnya.
4. Disarankan untuk melakukan penelitian mengenai bahan ajar komunikasi
89
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2010). RPP untuk KTSP(PERMENDIKNAS NO 41/ 2007). [Online]. Tersedia : http://sdn014bpp.wordpress.com/2010/06/02/rencana-pembelajaran-rpp-sesuai-dengan-kurikulum-ktsp/. [7 Mei 2012]
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta.
Bandono. (2009), Pengembangan Bahan Ajar. [Online]. Tersedia: http://bandono.web. Id /2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php. [17 April 2012]
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: BSNP.
Faturohman, D.R. (2012). Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi Konflik
Kognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan
Hasanah, R.S. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Aktivitas
Kritis Siswa SMP pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus. Skripsi
Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Hudojo, H. (2001). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Tidak Diterbitkan
Inra, A. R. (2010). Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar. [Online]. Tersedia : http://arons04.blogspot.com/2010/01/pedoman-umum-pengembangan-bahan-ajar.html.[22 Maret 2013]
Jayanti et al. (2012) Upaya menghilangkan Kesan Bahwa Matematika Adalah Sulit. Artikel. Bandung : tidak diterbitkan
Mahmudi, A. (2009). “Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika”. Makalah pada
jurnal MIPA UNHALU, Yogyakarta.
Mia. (2012). Komunikasi Matematika. [Online]. Tersedia: http://miamtk.wordpress.com/2012/01/09/19/. [7 Desember 2012].
Mulyana, T. (2008). Pembelajaran Analitik Sintetik untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi
90
National Council of Teachers of Matematics. (2000). Principles and Standards for
School Mathematics. United State of America: NCTM.
Penulisan Modul Paket Pembinaan Penataran. (2006). Model Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta:
Depdiknas.
Purniati, T. (2011). Perkuliahan 5 :Evaluasi Pembelajaran Matematika, Kompetensi
Matematika. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.
PEND._MATEMATIKA/197703062006042-TIA_PURNIATI/perkuliahan_5_eval_pemb_mat.pdf. [18 Maret 2012]
Rahayu, P. (2011), Pentingnya Pendidikan Matematika. [Online]. Tersedia: http://blog.student. uny.ac.id/putrirahayus/tag/pentingnya-matematika/. [17 April 2012]
Sudrajat, A. (2008), Konsep pengembangan Bahan Ajar. [Online]. Tersedia: http:// akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04/konsep-pengembangan-bahan-ajar-2/. [23 Maret 2012]
Suherman, E. et al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA-Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Suherman, E. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hand Out Perkuliahan. Bandung : Tidak Diterbitkan.
Suherman, E. dan Purniati. T. (2008). Hand Out Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung : Tidak Diterbitkan.
Suryadi, D. (2010). Menciptakan Proses Belajar Aktif : Kajian Sudut Pandang Teori