• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK JAKARTA DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9 - 11 TAHUN MELALUI PEMBELAJARAN MEMBATIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK JAKARTA DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9 - 11 TAHUN MELALUI PEMBELAJARAN MEMBATIK."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK JAKARTA

DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9 - 11 TAHUN

MELALUI PEMBELAJARAN MEMBATIK

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Seni

Oleh

Reni Pratiwi Prabaningrum 1102713

(2)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

========================================================================

KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK JAKARTA

DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9 - 11 TAHUN

MELALUI PEMBELAJARAN MEMBATIK

Oleh

Reni Pratiwi Prabaningrum

S.Pd Universitas Negeri Jakarta, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Reni Pratiwi Prabaningrum 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

RENI P. PRABANINGRUM

KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK DI JAKARTA DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9-11 TAHUN

MELALUI PEMBELAJARAN MEMBATIK

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:

Pembimbing I,

Dr. Ayat Suryatna, M.Si. NIP. 196401031989011001

Pembimbing II,

Dr. Zakarias S. Soeteja, M.Sn. NIP.196707241997021001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Seni

(4)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

RENI P. PRABANINGRUM

KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK DI JAKARTA DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9-11 TAHUN

MELALUI PEMBELAJARAN MEMBATIK

Disetujui dan disahkan oleh Penguji:

Penguji I,

Dr. Tri Karyono, M.Sn. NIP. 19661994021001

196401031989011001

Penguji II,

Dr. Sukanta, S.Kar, M.Hum. NIP. 196209171989031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Seni

(5)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Kontribusi

Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9 -

11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik“ ini beserta seluruh isinya adalah

benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas peryataan ini, saya siap menanggung

risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian adanya pelangaran

terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain

terhadap keaslian karya saya ini.

Depok, 12 Juni 2013 Yang membuat pernyataan,

(6)

i Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

RENI PRATIWI PRABANINGRUM, 2013:

“KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK DI JAKARTA

DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9-11 TAHUN MELALUI

PEMBELAJARAN MEMBATIK”

Kata kunci : Komunitas, Watak, dan Batik.

Komunitas pembatik setapak merupakan sebuah komunitas yang berdiri di tengah perkotaan Kota Jakarta, tepatnya di Gang Setapak, Jalan Palbatu 2, Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Komunitas ini telah memberikan kontribusi terhadap pembelajaran membatik bagi anak-anak di wilayah sekitar yang memberikan dampak dalam pembentukan karakter anak-anak khususnya rentang usia 9 – 11 tahun sebagai subjek penelitian.

Tujuan penelitian ini mencakup: 1) Mendeskripsikan persepsi komunitas pembatik setapak dalam memandang pembelajaran batik. 2) Mendeskripsikan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran batik oleh komunitas pembatik setapak. 3) Menganalisis dampak (hasil) pembelajaran batik terhadap pembentukan watak anak usia 9-11 tahun.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan budaya. Teknik pengumpulan data melalui pengamatan (observasi), studi pustaka, studi dokumentasi dan wawancara (interview) terhadap sejumlah informan. Sebagai analisis data dilakukan dengan cara mengolah dan menyusun secara sistematis transkrip wawancara.

(7)

ii Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

RENI PRATIWI PRABANINGRUM, 2013:

“THE CONTRIBUTIONS OF SETAPAK BATIK COMMUNITY JAKARTA TO 9 – 11 YEAR OLD CHILDREN CHARACTER BUILDING THROUGH BATIK LEARNING ACTIVITY”

Keyword: Community, Character, Batik

The community of batik workers Setapak is a comunity that exist in Jalan Palbatu 2, Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. This community has given contribution to teaching making batik for children around their area. The effect of teaching making batik is building the character of children in the ages 9-11 years old as a subject of this research.

The purpose of this research is consist: 1) Describing the perception of the batik workers Setapak community in the way to see the learning of batik. 2) Describing the construct and the way of learning batik done by batik Setapak community. 3) Analyze the effect of learning batik to the character of children in the ages of 9-11 years old.

This research using qualitative mothod with the nearness of culture. Collect the data through observation, journal study, documentary study, and the interview to several of the informan. To analyze the data, doing by configure and process by systematic the result of interview.

(8)

v Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Signifikasi dan Manfaat penelitian...

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

A. Konsep Seni Rupa dan Seni Batik... B. Konsep Komunitas Pembatik... C. Konsep Pembelajaran... D. Konsep Pembelajaran Batik... E. Karakteristik Anak dan Pembentukannya...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

A. Pendekatan dan Metode Penelitian... B. Teknik Pengumpulan Data... C. Lokasi dan Subjek Penelitian... D. Teknik Analisis Data...

E. Model Berpikir………

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

(9)

vi Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Persepsi Komunitas Pembatik Setapak dan Pembelajarannya... C. Pengolahan Pembelajaran Batik Sanggar Setapak-Jakarta... D. Dampak Pembelajaran Batik di Sanggar Detapak Jakarta...

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...

A. Kesimpulan... B. Rekomendasi...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 123

136

136 137

139

(10)

vii Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Ragam Hias Geometris Nusantara...

Gambar 2.2. Ragam Hias Organis Dengan Motif Manusia...

Gambar 2.3. Ragam Hias Organis Dengan Motif Binatang...

Gambar 2.3. Ragam Hias Organis Dengan Motif Tumbuhan...

Gambar 2.4. Kain Batik Betawi...

Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan...

Gambar 4.2. Peta Wilayah Kecamatan Tebet...

Gambar 4.3. Peta Wilayah Kecamatan Tebet...

Gambar 4.4. Peta Lokasi Kampung Batik Palbatu...

Gambar 4.5. Gang Setapak...

Gambar 4.6. Salah satu gerai batik di Palbatu milik Oma Uban...

Gambar 4.7. Tembok rumah penduduk disekeliling gang setapak...

Gambar 4.8. Mural pada tembok didepan Sanggar Setapak...

Gambar 4.9. Teras di Depan Sanggar Setapak...

Gambar 4.10. Sanggar Setapak...

Gambar 4.11. Kampung Batik Palbatu...

Gambar 4.12. Motif Batik Diatas jalan...

(11)

viii Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.14. Kegiatan Membatik...

Gambar 4.20. Mencanting (Batik Tulis)...

Gambar 4.21. Contoh motif batik geometris (untuk pinggiran)...

Gambar 4.22. Contoh motif batik bunga dan daun...

Gambar 4.23. Contoh motif batik sulur...

Gambar 4.24. Contoh motifbatikkombinasi yang sudahjadi...

Gambar 4.25. Persiapan membatik...

Gambar 4.26. Memilih motif...

Gambar 4.27. Berlatih membatik diatas kertas...

Gambar 4.28. Memilih motif ragam hias batik ...

Gambar 4.29. Menjiplak motif ...

Gambar 4.30. Mencanting...

Gambar 4.31. Karya Batik buatan anak-anak Sanggar Batik Setapak...

Gambar 4.32. Bimbingan langsung oleh pengajar...

Gambar 4.33. Pemberian motivasi dan penguatan...

Gambar 4.34. Batik ukuran saputangan...

(12)

ix Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.36. Batik ukuran kain panjang...

Gambar 4.37. Meluangkan waktu luang bermain di sanggar...

Gambar 4.38. Bermain di luar rumah...

Gambar 4.39. Proses membatik anak-anak perempuan...

Gambar 4 .40. Membatik batik tulis...

Gambar 4.41. Tahapan proses berkarya batik……...……….

Gmbar 4.42. Tahapan ukuran Hasil karya batik………...……….

134

135

(13)

x Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Model Pembelajaran...

Tabel 2.2. 18 (Delapan Belas) Pilar Nilai Karakter...

Tabel 3.1. Model Berpikir…...………

40

55

(14)

xi Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Observasi Fokus Pengamatan...

Lampiran 2. Pedoman Wawancara (Interview) 1...

Lampiran 3. Pedoman Wawancara (Interview) 2...

Lampiran 4. Foto Hasil Wawancara... 150

151

152

(15)

1 Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pendidikan seni salah satu pelaksananya melalui pembelajaran seni,

aktifitas pembelajaran harus menampung kekhasan yang tertuang dalam

pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi dan kreasi. Semua

ini diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, dan teknik berkarya

dalam konteks budaya masyarakat yang beragam. Pembelajaran batik

merupakan bagian dari pelaksanaan pelajaran Seni Budaya/Seni Rupa

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya.

2. Menampilkan sikap apresiatif terhadap seni budaya.

3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya.

4. Meningkatkan peran serta seni budaya pada tingkat lokal, regional, amupun

global.

5. Mengolah dan mengembangkan rasa humanistik.

Banyak anggapan bahwa seni merupakan pengalih perhatian yang

positif, dapat mengurangi stres, kebosanan dan meningkatkan kualitas hidup.

Seni juga bisa menjadi ruang mengekspresikan diri, dimana seseorang dapat

menuangkan apa yang dipikirkan, dan dirasakannya. Selain itu, belajar seni

juga dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan melalui kegiatan

sabil bermain. Menciptakan karya berarti mengeluarkan apa yang ada di

pikiran dan perasaan karena didalamnya ada keterlibatan jiwa dan respon

emosional termasuk didalamnya pengalaman ekstetik juga artistik.

Setiap anak memiliki kemampuan untuk berkreasi dalam bidang seni

dan menjadi kreatif, namun beberapa faktor seperti lingkungan, aturan, dan

kebiasaan cenderung mengubah perilaku kita untuk hidup terlalu serius dan

(16)

2

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membutuhkan ruang dan waktu yang cukup untuk bisa diwujudkan sehingga

terkadang sulit bagi kita untuk mengurangi tekanan-tekanan tersebut dan

menyalurkan emosi kita melalui sesuatu yang positif dan berguna.

Salah satu ancama terberat dalam era globalisasi saat ini adalah

persatnya kemajuan teknologi informasi yang mudah diakses oleh siapa saja

dan kapan saja yang tidak diimbangi dengan pemahaman, pengetahuan serta

proteksi diri baik secara fisik maupun psikis. Siapa yang tidak kenal dengan

istilah “Internet, Google, Facebook, BBM, You Tube, Play Stasion dan

sebagainya” hampir semua orang pernah mencoba dan menggunakan aplikasi tersebut baik melalui media telepon genggam maupun komputer. Untuk

sebagian orang dewasa yang sudah memiliki komitmen kehidupan yang tinggi

misalnya jam kerja yang padat, hal-hal tersebut tentunya bukan merupakan

ancaman yang cukup mengganggu siklus kehidupannya.

Semakin mudahnya semua orang khususnya anak-anak mengakses

dunia internet, tentu memiliki dampak positif dan negatifnya. Biasanya para

anak-anak mengunjungi dunia internet adalah untuk bermain games online

Salah satunya pernah disampaikan oleh pakar pendidikan lulusan universitas

Harvard dan Yale, Amerika Serikat, yang juga merupakan penulis buku Digital

Game-Based Learning, bahwa anak-anak yang berusia 14 tahun ke bawah

merupakan sebagai “Digital Natives” atau “Penduduk Asli” yang menghuni dunia digital.

Dikutip dari Solo Pos online, seiring dengan terus berkembangnya

teknologi, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai peringkat ketiga di

Asia dengan 55 juta orang. Hal ini disampaikan oleh Dirjen Sumberdaya

Perangkat Pos dan Informatika (SDPP) Kemen Kominfo Budi Setiawan "Dari

245 juta penduduk Indonesia, pengguna internet di Indonesia mencapai 55 juta

orang". Dari data terakhir pada Desember 2011, tercatat jumlah pengguna

internet di Indonesia mencapai 55 juta orang atau menguasai Asia sebesar

(17)

3

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sementara itu, ujar dia, berdasarkan penelitian Nielsen, Indonesia juga

masuk sebagai pengguna perangkat mobile tertinggi sebanyak 48%, diikuti

oleh Thailand dan Singapura. Bahkan dari segi usia, lanjutnya, semakin banyak

pengguna internet merupakan anak muda. "Mulai dari usia 15-20 tahun dan

10-14 tahun meningkat signifikan" menurut Budi Setiawan. Ia juga

menambahkan Indonesia menjadi pangsa pasar terbesar untuk teknologi

informasi komunikasi (TIK), OS, gaming dan hardware (tablet, PC, dan

netbook).

Berdasarkan data Kominfo April 2012, jumlah pengguna jejaring sosial

di Indonesia juga besar. Setidaknya tercatat sebanyak 44,6 juta pengguna

facebook dan sebanyak 19,5 juta pengguna twitter di Indonesia. "Indonesia

menjadi negara kelima terbesar pengguna twitter di bawah Inggris dan negara

besar lainnya."

Ditulis dari sebuah situs www.edukasi.kompasiana.com seorang guru di

Kota Semarang, Ali Dulkamid merasa miris ketika memperhatikan cara

bergaul serta perkembangan anak-anak kota itu,

Mereka lebih asyik berlama-lama memperhatikan “wall” FB nya dari pada mencermati serta memaknai pagelaran wayang yang syarat dengan nasehat dan sering diselenggarakan di Balai Kelurahan. Atau jemari mereka lebih terampil memainkan keypad Hp dari pada mencoba berlatih “membatik” semisalnya.”

Orang tua yang sibuk dan tidak mempunyai waktu luang dengan anak,

biasanya akan menggantikan waktu-waktu tersebut dengan membelikan

barang-barang yang sedang trend dan disukai anak, tanpa mempertimbangkan

resiko, baik-buruk serta tingkat kebutuhan dari si anak tadi. Anak-anak yang

menganggur (tidak memiliki kegiatan) tentu akan memiliki resiko yang lebih

tinggi untuk menyalahgunakan fungsi positif dari kemajuan teknologi media

digital dibandingkan dengan anak yang memiliki aktivitas padat (sekolah,

kursus bahasa, keterampilan, bimbingan belajar, mengaji, dll). Orang tua juga

(18)

4

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini membuat orang tua merasa „aman‟ dengan membiarkan anaknya tenang

bermain dengan berbagai alat berbasis multi media, mulai dari play station,

internet dan dan lain-lain.

Anak yang sudah kecanduan multi media termasuk game akan sulit

bersosialisasi dengan anak lain. Karena anak akan lebih nyaman dan senang

dengan fokus perhatiannya hanya pada game, bukan dengan interaksi dengan

temannya. Terkait dengan aspek sosial, bermain berbagai alat berbasis multi

media yang melebihi batas dapat mengurangi kesempatan anak untuk

mengembangkan keterampilan sosialnya. Begitu pula dengan aspek kognitif,

sikap agresif akan menjadi bagian dari prilaku anak yang cenderung bermain

dengan game bertemakan peperangan atau perkelahian. Kecenderungan

demikian dapat ditemukan pada anak-anak yang mulai „kecanduan‟ mereka

tidak segan-segan akan melawan orang tuanya jika dilarang bermain permainan

berbasis multi media terutama game.

Berdasarkan kenyataan tersebut, aktifitas berbasis pendidikan di

lingkungan sosial rumah sangat diperlukan. Dengan kegiatan yang positif, anak

tidak hanya sekedar menganggur sehingga banyak waktu dan potensi yang

tebuang. Aktifitas dalam hal ini berupa kegiatan yang dapat membina sikap,

prilaku dan mental seorang anak agar secara psikologis dapat menjadi anak

yang berbudi luhur dan memiliki kepekaan tinggi terhadap sesama. Tidak

hanya itu, anak sudah bisa diajarkan bagaimana menyalurkan, mengendalikan

emosi-emosi dan mengurangi tekanan emosi melalui suatu kegiatan, terutama

kegiatan yang berhubungan dengan kreativitas. Mulai dari membina prilaku

moral dan akhlak, semua harus terpenuhi dalam penyelenggaraan pendidikan.

Pendidikan yang baik juga memperhatikan setiap kebutuhan anak, bukan hanya

kebutuhan saat ini, tetapi kebutuhan ketika dewasa kelak.

Bangsa Indonesia memiliki kekayaan khasanah budaya dan seni, salah

satunya aktivitas membatik. Membatik sendiri dapat dijadikan sebagai wadah

penyaluran aktivitas kesenian. Pembuatan batik, khususnya batik tulis, yang

(19)

5

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan ketelatenan sehingga hasil yang didapat pun maksimal. Hal ini bisa juga

diterapkan pada bagaimana seseorang menyalurkan emosi-emosi negatif yang

ada pada dirinya. Selain itu hal tersebut juga dapat diterapkan bidang

pekerjaan lainnya. Filosofi yang terkandung dalam seni membatik bisa kita gali

dan kembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana pola kehidupan

masyarakat pembatik yang menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan,

kegotong royongan, kebersamaan, toleransi, dan budi pekerti, kesenian batik

juga kental oleh nilai-nilai luhur yang patut kita serap.

Batik adalah sebuah hasil karya klasik, yang saat ini sangat identik

dengan seni tradisi Indonesia. Dunia internasionalpun sudah menetapkan batik

sebagai warisan budaya dari Indonesia. Batik merupakan salah satu produk

budaya yang sudah memasyarakat dan kegiatan membatik sejak dahulu sudah

menjadi kegiatan masyarakat khususnya kaum perempuan. Batik merupakan

sehelai kain panjang yang digunakan sebagai pakaian yang penggunaannya

cukup dengan melingkarkan kain ke pinggang sampai menutupi kaki.

Membatik penuh dengan tantangan, ketelitian, ketekunan serta tanggung

jawab. Membatik juga bisa memberikan rasa pengendalian diri pada anak,

karena tingkat kesulitan dan proses membatik yang panjang.

Kegiatan membatik dapat dilakukan dilingkungan rumah setelah pulang

sekolah dengan suasana yang santai, tanpa ada paksaan maupun tuntutan nilai

seperti di sekolah formal. Saat melakukan kegiatan membatik, anak dapat

berkumpul dengan anak lain dan menciptakan suasana yang berbeda sambil

bermain dan menyenengkan tidak seperti pertemuan di sekolah formal yang

terkesan kaku dan tegang.

Pembelajaran batik merupakan pelaksanaan pendidikan seni.

Pendidikan seni merupakan bagian dari rumpun pendidikan nilai. Pendidikan

nilai adalah suatu proses budaya yang selalu berusaha meningkatkan harkat dan

martabat manusia, membantu manusia berkembang dalam dimensi intelektual,

(20)

6

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran batik sebagai pelaksanaan pendidikan seni diberikan

karena keunikan kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan

perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik

dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi. Peran ini tidak

dapat diberikan oleh kegiatan lain non berbasis kebudayaan. Karena

kebudayaan itu sendiri lahir dari buah pemikiran manusia yang didalamnya

terkandung pengetahuan, kepercayaan, moral, kesenian, hukum, adat istiadat

dan kemampuan lain yang dapat diperoleh seseorang sebagai anggota

masyarakat.

Pengalaman estetika yang diberikan pada pendidikan seni khususnya

membatik pada prinsipnya berfungsi melatih dan mengembangkan kepekaan

rasa. Dengan demikian rasa yang tinggi mental seseorang cenderung mudah

diisi dengan nilai-nilai hidup dan kehidupan, seperti nilai religious, nilai moral,

nilai budi pekerti, dan nilai kehidupan lainnya. Karena batik itu sendiri penuh

dengan resiko sewaktu mengerjakannya, mulai dari resiko terkena cipratan

malam panas, sampai karya yang belum tentu berhasil di buat.

Pendidikan seni kriya membatik mulai dari menyusun motif sampai

pembatikannya. Batik sendiri dapat dikategorikan kedalam dua kategori, yang

pertama batik untuk komoditas pedagangan dan batik untuk penghalusan

karakter. Batik tradisioal pada awalnya hanya khusus dikerjakan dilingkungan

keraton-keraton Jawa dan berkembang pada lingkungan itu saja, terutama

wanita keraton yang diberikan kesempatan untuk mendalami dasar pendidikan

seni kriya batik, tujuannya sebagai penghalusan karakter.

Dalam pengembangan pembelajaran membatik, anak diajarkan untuk

mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik

mereka dan bertanggungjawab atas keputusan yang akan diambilnya.

Selanjutnya menjadikan nilai-nilai tersebut sesuai dengan keyakinan diri.

Kegiatan yang dimaksudkan ini untuk mengembangkan kemampuan anak

dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong anak untuk melihat diri

(21)

7

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Komunitas Setapak Batik, merupakan sebuah komunitas yang berdiri di

tengah perkotaan Kota Jakarta, tepatnya di Jalan Palbatu, berada di Kelurahan

Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Lokasi Jalan Palbatu

sendiri terletak ditengah kawasan Setiabudi, Karet, Semanggi, Bendungan

Hilir, Tanah Abang dan Palmerah. Siswanya siapa saja, termasuk anak-anak di

wilayah tempat sanggar berada dan sekitarnya. Anak-anak di sekitar kawasan

Palbatu juga memiliki masalah yang sama dengan maraknya pembangunan

warnet yang makin menjamur dan marak di lingkungan sekitar. Menurut

Harry, salah seorang penggagas Kampung Batik Palbatu. Komunitas Sanggar

Batik Setapak secara aktif dan terus menerus akan berkonsentrasi untuk

membidik peserta anak-anak sebagai kegiatan pengalih perhatian dari aplikasi

berbasis multimedia (game online) yang tidak jarang membuang percuma

waktu luang dan uang khususnya untuk anak-anak di wilayah Palbatu.

Penulis memilih penelitian dilakukan di Jakarta karena Jakarta sendiri

memiliki seni batik namun tidak semua penduduk Jakarta dan Suku Betawi

memiliki pengatahuan tentang membatik. Komunitas Setapak yang berada di

perkotaan (Jakarta) dimana masyarakatnya adalah bukan pembatik kemudian

anak-anak usia 9-11 diajarkan membatik. Komunitas Batik Setapak

kedepannya mulai merintis sebagai kampung betawi dan telah dua kali

menggelar festival batik di Jakarta,

1. Persepsi dari komunitas pembatik setapak dalam memandang proses

pembelajaran membatik.

2. Rancangan dan pelaksanaan pembelajaran batik oleh komunitas pembatik

setapak.

3. Dampak (hasil) dari pembelajaran batik terhadap pembentukan watak anak

usia 9-11 tahun.

(22)

8

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rumusan masalah dalam penelitian ini merujuk kepada pengembangan

model pembelajaran batik untuk meningkatkan minat siswa dalam kesenian

tradisi serta membatik sebagai kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengisi

waktu luang di rumah untuk anak usia 9-11 tahun. Selanjutnya karena

keterbatasan waktu penelitian, maka penulis membatasi ruang lingkup

penelitian ini hanya pada aspek pengelolaan dan sistem pembelajaran di

sanggar. Secara garis besar, rumusan masalah penelitian yang akan diajukan

adalah “Bagaimanakah komunitas pembatik sanggar setapak mengelola

pembelajaran batik yang mengorientasikan pada pembentukan watak anak

usia 9-11 tahun?” Berdasarkan masalah penelitian tersebut, peneliti dapat

mengemukakan tiga pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana persepsi komunitas pembatik setapak dalam memandang batik

dan pembelajarannya?

2. Bagaimana merancang dan melaksanakan pembelajaran batik yang

dilakukan oleh komunitas pembatik setapak?

3. Dampak watak apa saja yang terbentuk dari pembelajaran batik pada anak

usia 9-11 tahun?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperjelas masalah yang hadir dalam

pertanyaan penelitian. Karena itu, rumusan tujuan penalitian mencakup:

1. Mendeskripsikan persepsi komunitas pembatik setapak dalam memandang

pembelajaran batik?

2. Mendeskripsikan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran batik oleh

komunitas pembatik setapak?

3. Menganalisis dan mendeskripsikan dampak (hasil) pembelajaran batik

terhadap pembentukan watak anak usia 9-11 tahun?

(23)

9

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat secara

intelektual, terutama dalam hal:

1. Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

pengetahuan tentang konsep pendidikan seni, khususnya kegaitan non

formal di luar lingkungan sekolah dengan memanfaatkan sebuah kelompok

atau komunitas yang membentuk sanggar dibidang pendidikan dan budaya.

2. Manfaat praktis, yaitu dengan memberikan masukan untuk pihak lain, yaitu:

Praktisi pendidikan seni di berbagai tempat baik di lembaga formal maupun

non formal terutama yang berkonsentrasi terhadap kegiatan seni tradisi

khususnya membatik dalam bidang budaya dan psikologi.

3. Manfaat penelitian, yaitu sebagai bahan untuk pembanding dan model

(contoh) pembelajaran bagi peneliti untuk pembelajaran seni tradisi

(24)

58 Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam kajian yakni pendekatan

budaya, yakni suatu pendekatan dalam penelitian yang lebih memperhatikan

hubungan-hubungan fungsional dalam struktur yang bertingkat-tingkat,

dimana antargejala satu sama lain saling berkaitan dan membentuk satau

kesatuan yang holistik (Suparlan, l988). Berdasarkan rumusan masalah yang

diteliti, maka pola budaya belajar produktif ditempatkan sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dari aspek kehidupan kelompok masyarakat di sekitar

Sanggar Batik Setapak Jakarta. Unsur yang berkaitan tersebut yakni

keterampilan membatik dan keterampilan hidup. Unsur tersebut saling

berkaitan dan membentuk satu kesatuan.

Untuk memperoleh penjelasan mengenai hubungan antarunsur

tersebut, maka diperlukan penggalian informasi yang meluas dan mendalam.

Pengumpulan informasi yang menjadi serangkaian data penjelas dalam

pendekatan ini harus berdasar pada pandangan masyarakat setempat sebagai

landasan prinsipil yang harus ditaati dalam penelitia kualitatif. Dengan

demikian posisi peneliti adalah menafsirkan situasi sosial budaya yang

tampak berhubungan dengan tempat, waktu, obyek, pelaku, aktivitas,

tindakan, dan perasaan-perasaan masyarakat yang bersangkutan mengenai

pola budaya belajar masyarakat Jalan Palbatu, Kelurahan Menteng Dalam,

Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.

Berdasarkan pandangan itu, maka teknik pengumpulan data yang akan

digunakan dalam penelitian itu yakni: 1. Teknik pengamatan atau observasi,

yakni teknik yang menkankan pada kecermatan panca indra dalam mengamati

gejala fisik yang berhubungan dengan budaya belajar produktif, keterampilan

(25)

59

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yakni teknik yang pengamatan mengenai hubungan tindakan manusia dalam

kaitanya dengan yang lain. Teknik ini membutuhkan interaksi sosial yang

dilakukan dengan kerja sama dengan suatu kelompok sosial sebagaimana

yang disarankan oleh Black & Champion (l992: 289). 3. Teknik wawancara

berstruktur. Teknik wawancara penting dilakukan untuk melengkapi teknik

observasi. Teknik wawancara berstruktur adalah wawancara yang dilakukan

melalui sejumlah informan yang setara dengan cara struktur yang

bertingkat-tingkat, yakni dengan menggunakan pedoman wawancara yang dirancang

sebelum wawancara dilakukan mengenai suatu topik permasalahan; 4. Teknik

wawancara mendalam atau deep interview yang digunakan untuk

melengkapi teknik pengamatan terlibat, yakni dengan cara konfirmasi

kembali kepada sumber lainnya yang dipandang tepat. Dalam wawancara

mendalam memerlukan informan kunci (key informant) guna memperoleh

validitas data yang telah diperoleh dari teknik pengamatan terlibat; dan 5.

Teknik studi dokumen, yakni menggali informasi melalui dokumen-dokumen

yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dikaji.

B. Teknik Pengumpulan Data

Sumber informasi atau data yang dilakukan dalam penelitian ini

diperoleh melalui studi lapangan, yakni melalui observasi atau pengamatan,

baik berupa pengamatan biasa ataupun pengamatan terlibat. Sumber

informasi pengamatan adalah keadaan dan kejadian yang berlangsung dalam

lingkungan masyarakat Jalan Palbatu, Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan

Tebet, Jakarta Selatan, seperti: 1. Peta pemukiman Jalan Palbatu; 2. Jenis

bangunan yang ada pada Sanggar Batik Setapak; 3. Jalan-jalan yang saling

menghubungkan wilayah di Jalan Palbatu; 4. Peralatan dan media belajar di

Sanggar Batik Setapak; 5. Berbagai kegiatan pembelajaran di Sanggar Batik

Setapak; 6. Kegiatan kegamaan di lingkungan Sanggar Batik Setapak

tepatnya di Jalan Palbatu; 7. Kegiatan pembelajaran seni rupa khususnya

(26)

60

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hidup sehari-hari di Sanggar Batik Setapak. Observasi atau pengamatan

terlibat digunakan untuk memperhatikan pada: 1. Suasana kehidupan disekitar

wilayah Jalan Palbatu tepatnya di Sanggar Batik Setapak; 2. Suasana Sanggar

Batik Setapak; 3. Proses pembelajaran keterampilan membatik di Sanggar

Batik Setapak.

Interview atau wawancara penting dalam penggalian informasi dari

para informan yang memiliki pengetahuan banyak mengenai pola budaya

belajar yang akan mencapai keterampilan hidup kolektif. Wawancara dibagi

dalam dua bagian, wawancara terstruktur, yakni dengan menggunakan

pedoman wawancara secara berulang kepada informan mengenai suatu topik;

dan wawancara mendalam yang digunakan untuk menggali suatu informasi

penting di lapangan sehingga dapat mencapai pemahaman yang menyeluruh

mengenai masalah yang diteliti. Informan yang ditetapkan dalam penelitian

ini berada di lingkungan masyarakat Isi masing-masing lokus penelitian,

diantaranya: 1. Para tokoh masyarakat yang berada di lingkungan Sanggar

Batik Setapak; 2. Anggota dari komunitas Batik Setapak; 3. Staf

pemerintahan termasuk pihak Rt-Rw; 4. Para pengajar; 5. Para orang tua yang

anaknya belajar membatik di Sanggar Batik Setapak; 6. Anak didik Sanggar

Batik Setapak; 7. Ahli pendidikan membatik.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sanggar Batik Setapak dengan sasaran

yaitu pembelajaran membatik. Dalam penelitian kualitatif, istilah subjek lebih

tepat digunakan dibandingkan dengan sampel. Istilah sampel bertolak dari

asumsi bahwa setiap unsur dalam populasi mempunyai peluang yang sama

untuk dipilih sebagai sampel, sedangkan dalam penelitian kualitatif seperti ini

tidak semua subjek dari latar yang diteliti mempunyai peluang yang sama

untuk dipilih sebagai subjek penelitian.

Dalam penelitian ini sampel berarti subjek orang, peristiwa, dan

(27)

61

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

itu, penetapan subjek dilakukan melalui sampel internal. Bogdan dan Biklcn

(1982: 62) menyebut sampel internal, yaitu keputusan yang diambil jika

setelah memiliki gagasan umuln mengenai apa yang akan dikaji dengan siapa

akan berbicara, kapan melakukan pengamatan, dan berapa banyak jenis

dokumen yang akan ditinjau. Oleh Glaser dan Straus (1985: 102) disebut

sampling teoritis dengan kriteria penentuan kapan berhenti membuat

sampling kelompok-kelompok yang berbeda-beda untuk sebuah kategori

adalah kejenuhan teoritis kategori itu. Orang memperoleh kejenuhan teoritis

dengan cara mengumpulkan data sambil menganalisisnva. Bila suatu kategori

tclah jenuh, tidak ada cara lain kecuali terus mencari kelompok baru dengan

data dari kategori lain dan berusaha menjenuhkan kategori-kategori baru ini

juga.

Pemilihan subjek informan, prosedurnya sesuai dengan saran Patton

(1980: 205) yaitu penetiti memilih informan yang dipandang paling

mengetahui masalah yang dikaji, dan pilihannya dapat dikembangkan sesuai

dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam pengumpulan data.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu

tahap studi pendahuluan dan studi implementasi model pembelajaran.

Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis

transkrip wawancara, transkrip dokumen, dan catatan hasil pengamatan.

Bahan-bahan tersebut memungkinkan peneliti melaporkan apa yang

ditemukannya kepada pihak lain (Bogdan dan Biklen, 1982: 145).

Selanjutnya dikatakan bahwa pekerjaan analisis meliputi kegiatan

mengerjakan data menatanya menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola,

mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan dipelajari

serta memutuskan apa yang akan peneliti laporkan.

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara berulang-ulang

(28)

62

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengumpulan data di lapangan maupun sesudah data terkumpul (Bogdan dan

Biklen, 1982: 145). Pada tahap pertama terdiri atas tiga langkah, yaitu: (l)

checking (2) organizing dan (3) coding (Kadir, 1992: l).

Checking, dimaksudkan untuk menentukan data yang diragukan, data

yang perlu dicek lebih lanjut, data yang kurang lengkap, sumber informasi

yang diragukan dan tidak diragukan kejujurannya, sumber informasi yang

masih diperlukan, waktu dan tempat yang tepat untuk mengumpulkan data.

Checking dimaksudkan untuk mengetahui apakah teknik pengumpulan data

yang digunakan sudah tepat untuk mendapatkan data yang diharapkan dan

tidak mengganggu subjek, dan data apa saja yang perlu diambil dengan

triangulasi.

Organizing, dimaksudkan untuk mengelompokkan data ke dalanm

bentuk yang memudahkan pengecekan sumber datanya, tempat dan tanggal

data diambil, teknik pengumpulan dan jenis data, memberi tanda pada data

yang sudah dicek kelengkapan akurasinya. Pengelompokan data dibuat dalam

file/map yang berbeda antara hasil pengamatan, studi dokumen, dan hasil

wawancara.

Coding, dimaksudkan untuk mengurangi jumlah data menjadi bagian

kecil unit-unit analisis untuk memudahkan peneliti memfokuskan

pengumpulan data berikutnya. Pengkodean data dilakukan diengan

menciptakan skema umum yang tidak hanya terbatas pada konten, tetapi

mengacu kepada domain-domain umum yang menampung kode yang

dikembangkan secara inklusif. Setelah data disederhanakan melalui analisis

tersebut, maka selanjutnya dianalisis dengan menggunakan model analisis

domain, taksonomi, komponen, dan tema (Spradley, 1980: 87).

Analisis domain, dilakukan baik dengan menggunakan folk terms,

analytic terms, maupun mixed terms. Ada enam langkah yang ditempuh

dalam penerapan analisis ini, yaitu: 1. Memilih hubungan semantik tunggal,

2. Mempersiapkan lembar kerja analisis, 3. Memilih sampel dari data

(29)

63

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan hubungan semantik, 5. Mencari domain yang hubungan semantiknya

berbeda, dan 6. Membuat daftar pengelompokan domain. Dalam analisis

domain ini, selain melihat kode catatan lapangan, juga peneliti kembali

membaca catatan lapangan untuk mencari hubungan semantik yang ada di

dalamnya, daftar domain ini dibuat berdasarkan urutan pengelompokan

Spradley (1980: 93).

Analisi taksonomis, sebagai kelanjutan dari analisis domain, maka

kegiatan dalam tahapan ini adalah mengkategorikan domain berdasarkan

hubungan semantik tunggal. Dalam hal ini dicari bagian-bagian dari kcgiatan

belajar, hubungan di antara bagian-bagian dan hubungan keseluruhannya.

Dari gambaran kegiatan belajar secara keseluruhan, selanjutnya diperikan

bagian-bagian dasar dari domain dan unit lebih kecil yang membentuk suatu

domain. Ada tujuh langkah yang dilakukan dalam analisis ini, yaitu: 1. Mulai

dengan memilih domain yang memuat informasi yang paling banyak. 2.

Mencari persamaan berdasarkan hubungan semantik, 3. Mencari included

terms tambahan, 4. Mencari domain yang lebih besar, lebih inclusif yang

mungkin memuat sub-set dari domain yang sedang dianalisis, 5. Membentuk

taksonomi sementara berdasarkan outline, 6. Melaksanakan pengamatan

terfokus untuk mengecek hasil analisis, dan 7. Membentuk taksonomi yang

komplit dan peneliti menghentikan pengumpulan data untuk analisis

taksonomis.

Analisis komponensial, analisis ini dimaksudkan untuk mencari

komponen pengertian secara sistematis yang berhubungan dengan kategori

kegiatan belajar subjek. Ada delapan langkah yang ditempuh dalam analisis

ini, yaitu: 1. Memilih satu domain untuk dianalisis, 2. Mencari seluruh

kontras, 3. Mempersiapkan lembar kerja paradigma, 4. Mengidentifikasi

dimensi kontras yang mempunyai pasangan nilai, 5. Menggabungkan

dimensi-dimensi kontras yang berhubungan dekat menjadi satu dimensi yang

(30)

64

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hilang, 7. Melaksanakan pengamatan selektif untuk menemukan informasi

yang kurang dan 8. Menyiapkan paradigma yang komplit.

E. Model Berpikir

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan, dalam penilitian ini

yang menjadi model berpikir adalah konsep pembelajaran batik pada

komunitas setapak, pembentukan watak anak usia 9-11 tahun dan pengelolaan

pembelajaran. Menurut Goerge Jr (1955) karakteristik komunitas adalah hal

yang dibangun dengan fisik atau lokasi geografi (Physical or geographical

location) dan kesamaan dasar akan kesukaan (interest) atau kebutuhan (need).

Sedangkan Tujuan dari kegiatan komunitas pembatik menurut Biranul Anas

(2007), adalah sebagai bagian lingkup religi dan adati serta batik sebagai

komuditas perdagangan. Menurut Gusfield (1977), komunitas memiliki

ciri-ciri: Shared spatial relations, Sense of community conventions, A sense of

membership and boundaries, dan An ongoing rhythm of sense of community

interaction. Sedangkan entasi dan dampak terhadap watak dari pembelajaran

membatik. menurut Pusat Kurikulum, Balitbang (Badan Penelitian dan

Pengembangan) Kemendikbud. Ada 18 karakter yang harus dikembangkan

untuk anak didik di Indonesai dalam pembelajaran yaitu: religius, jujur,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, madiri, demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,

peduli sosial, dan tanggung jawab. Model berpikir dapat dikembangkan

(31)

65

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1

Model Berpikir

Tujuan dari kegiatan komunitas pembatik adalah sebagai bagian lingkup religi dan adati serta batik sebagai komuditas perdagangan.

3. A sense of membership and

boundaries, dan

4. An ongoing rhythm of sense

(32)

136 Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis menyampiaka

kesimpulan penelitian tentang “Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta

dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9 - 11 Tahun melalui Pembelajaran

Membatik” adalah, sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Komunitas Pembatik Setapak adalah fenomena pembelajaran

membatik yang dilakukan oleh individu-individu yang terikat dengan seni

batik dari asal kampung halamannya. Meskipun ada di Kota Besar Jakarta

yang kompleks namun masih bisa eksis. Sanggar Setapak dijadikan tempat

berkumpul dan berkomunikasi dengan sesama anggota sambil mengajarkan

batik pada anak-anak di lingkungan Kampung Palbatu Menteng Dalam Tebet

Jakarta. Misi utamanya adalah memasyarakatkan batik dan membentuk

aktivitas positif pada anak di tengah hiruk pikuknya kemajuan teknologi yang

menjadi pilihan umumnya anak-anak Jakarta.

1. Persepsi dan pengetahuan membatik para anggota komunitas pembatik

pada umumnya cukup luas, khususnya pengetahuan menganai batik tulis

corak tradisional Jawa Tengah. Persepsi yang baik mereka telah dipandu

oleh pengetahuannya mengenai pengetahuan jenis batik, peralatan, bahan

dan teknik dalam proses membatik tulis, selain juga pengetahuan dalam

memelihara kelestarian seni batik tulis dan juga pengetahuan dalam

memasarkan dan mempublikasikan batik. Berkenaan dengan persepsinya

yang cukup memadai dalam memahami landasan dan falsafah

pembelajaran membatik tulis, cara-cara mengajarkannya, kedalaman

(33)

137

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengetahuan tentang dunia anak dan membangun watak anak-anak ke arah

yang lebih positif.

2. Pengelolaan Pembelajaran Batik di Sanggar Batik Setapak tidaklah sama

persis dengan pembelajaran batik di sekolah. Pada umumnya anggota

komunitas hanya menetapkan tujuan mencapai kemampuan yang berupa

aspek pengenalan, penghargaan, dan kemampuan berkreasi membatik,

khususnya dalam menambah konsentrasi, berkarya secara teliti, dan

berlatih kesabaran dan ketekunan anak. Sumber dan materi pembelajaran

diperoleh dari pengalaman sendiri, pelatihan-pelatihan dan buku-buku

mengeni motif batik. Pendekatan, metoda, strategi dan teknik

pembimbingan disesuikan dengan kondisi dan kebutuhan anak-anak.

Sedangkan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah

yang ditetapkan bersama.

3. Pembelajaran membatik yang dilakukan Komunitas Pembatik Sanggar

Setapak telah berdampak positif bagi pembentukan kebiasaan dan watak

anak-anak. Berdasarkan data di lapangan dampak terbagi dua bagian,

yakni dampak yang bersifat umum, yang berupa pemanfaatan waktu luang

pada anak-anak dan variasi kegiatan mereka dalam keseharian. Selain itu

juga kualitas bermain meningat dan tentunya menghasilkan karya batik.

Selain itu pembelajaran batik juga berdampak secara khusus, yakni ((1)

Mendorong rasa untuk keingin tahuan; (2) Mendorong kebiasaan/sikap

untuk kreatif; (3) Melatih kemampuan bekerja keras dalam berkarya dan

bekerja; dan (4) Menciptakan kebiasaan untuk lebih disiplin, tekun dan

rajin dalam menyelesaikan tugas.

B. Rekomendasi

Rekomendasi atau saran hasil penelitian mengenai “Kontribusi

(34)

138

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9 - 11 Tahun” dapat disampaikan rekomendasi ke beberapa pihak,

diantaranya:

1. Bagi pengelola Komunitas Pembatik Setapak untuk meningkatkan

kesungguhan dalam pola pembelajaran batik, khususnya sarana dan

prasarana sanggar dan arah pembelajaran dalam mencapai perwatakkan

anak.

2. Bagi pihak orang tua anak yang belajar membatik di Sanggar Setapak

untuk memberi kontribusi yang memadai mengingat pembelajaran batik

telah berdampak bagi perkembangan watak siswa secara signifikan,

sehingga akan membentuk kepribadian anak yang lebih baik.

3. Bagi pihak Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Kota Jakarta Selatan,

untuk mendukung penuh mengenai pembelajaran batik, khususnya batik

yang bermotif hias Betawi dalam memasyarakatkan seni budaya Batik

Betawi pada satu sisi dan pembentuan karakter anak yang merupakan

(35)

139

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdurrahman, Mulyono. (1999). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Allport, Gordon. W. (1937). Personality A Psychological Interoretation. New York: Henry Holt and Company.

Abrari Rusyan. (1989). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja.

A.J, Soehardjo. (2005). Pendidikan Seni Dari Konsep Sampai Program. Malang: Balai Kajian Seni dan Desain Universitas Malang.

Ali, Matius. (2011). Estetika Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan. Jakarta: Sanggar Luxor.

Al-Hakim, Suparlan. (2002). Strategi Pembelajaran Berdasarkan

DeepDialogue/Critical Thinking (DD/CT). Jakarta: P3G Dirjen Dikdasmen.

Anas, B., Hasanudin, Panggabean, R., dan Sunarya, Y. (1997). Indonesia Indah Buku ke-8, Batik, Jakarta: Yayasan Harapan Kita – BP3 Taman Mini Indonesia Indah, Perum Percetakan Negara RI.

Ari, Wulandari. (2011). Batik Indonesia. Yogyakarta: Andi.

Arikunto, Suharsimi. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

(36)

140

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Black, James. A. dan Dean J. Champion (1992). Method and Issues in Social Research, terjemahan E. Koswara, dkk. Jakarta: Pt Eresco.

Bogdan, R.C. & Biklen S.K. (1982). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methode. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Briggs, J. L. (1997) Instruction Design; Principle and Aplication. New York: Educational Technology Publication Inc.

Briner, M. (1999). What is Constructivism?. Colorado: University of Colorado at Denver School of Educatio.

Budiningsih, Asri C. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Burton, William. (2005). The Guidance of Learning Activity. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.

Bell, Clive. (1960). Art. London: Chatto and Windus.

Bertenz, K. (2006) “Psikoanalisis Sigmund Freud“. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Bruner, Jerome. (1977). The Process of Education. Cambridge, Mass.: Harvard University Press.

D, Singgih. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa. (1991). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

(37)

141

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Darsono, Max. (2001). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Dewey, John. (1961). Democracy and Education (1916). New York: Macmillan.

Depdikbud (1997). Himpunan Peraturan dan Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Kesiswaan. Jakarta: Koperasi Pegawai Kanwil Depdikbud.

Dharmawan. (1988). Pegangan Pendidikan Seni Rupa SMA. Jakarta: CV. Armico.

Kartika, Dharsono. Sony dan Nanang Ganda Prawira. (2005). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.

Djelantik, A. A. M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Djuharie, O. Setiawan. (2001). Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung: Yrama Widya.

Djumena, Nian S. (1990). Batik dan Mitra. Jakarta: Djambatan.

Diknas. (2004). Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Barbasis Kompetensi SMP, Mata Pejajaran Kesenian. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Lanjutan Pertama.

E, Diane. Papila. dkk. Human Development (Psikologi Perkembangan) Bagian I s/d IV.

Gage, N.L. dan Berliner, David, C. (1984). Educational Psychology. Ed. Boston: Houghton Mifflin Company.

(38)

142

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan. (2000). Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS.

Glasser, Barney G. Dan Straus, Anselm. L. (1980). Discovery of Grounded Theory. Strategies for Qualitative Research. New York: Aldine Publishing Co.

Gusfield, J. 1975. The Community: A Critical Response. New York: Harper Colophon.

Hamalik, Oemar. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasanudin, 2001. Batik Pesisiran (Melacak Pengaruh Etos Dagang Santri Pada Ragam Hias Batik). Bandung: ITB.

Herbert, Read. (1974). Education Through Art. London: The Shenval Press.

Hudoyo. (1990). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Hurlock, Elizabeth B. (1980).Psikologi Perkembangan. Erlangga: Jakarta.

Kamaril, Cut. (2000). Buku SMP Kelas 1. Jakarta: Modul Universitas Terbuka.

Kuntjaraningrat, 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta; Gramedia.

(39)

143

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lowenfeld, Viktor dan W. Lambert Brittain.(1982).Creative and Mental Growth. New York:Macmillan.

Mahpudi dan Mamannoor. (1996). Bahasa Rupa Itu Hanya Instrumen. Bandung: Rekamedia Multiprakara Media Consultant.

Metta, Rr. P. Wardhani (2007). Pengembangan Kreativitas Siswa dalam Kegiatan Ekstra Kulikuler Menggambar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Milyartini, Rita. (2009). Evaluasi Pendidikan Musik. Bandung: CV Bintang WarliArtika.

Mudhoffir, & Tjun Surjaman. (1999). Teknologi Instruksional, sebagai landasan Perencanaan dan penyusunan program Pengajaran (Cetakan ke-7). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remadja Kosdakarya.

Patton, M.Q. (1980). Qualitative Evaluation Methods . Beverly Hills, CA: Sage Publication.

Poerwardarminta. (1979). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Rader, Melvin. (1960). A Modern Book of Esthetics. New York: Holt, Rinehart & Winston, Inc.,

Rohidi, Tjetjep Rohendi. (2000). Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan.

Bandung: STSI Press.

(40)

144

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Salim, Agus dkk. (2004). Indonesia Belajarlah. Semarang: Gerbang Madani Indonesia.

Schramm,Wilbur.(1977). Big Media, Little Media, Tools and Technologies for Instruction. London: Sage Publicatio.

Sipahelelut, A. & Petrussumadi. (1991). Dasar-Dasar Desain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudjana, Nana. (1993). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Sumardjo, Jakob. (2010). Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu STSI Press.

Sunaryo, Aryo. (2009). Ornamen Nusantara (Kajian Khusus Tentang Ornamen Indonesia). Semarang: Dahara Prize.

Soedewi, Sri. Samsi. (2011). Teknik dan Ragam Hias Batik Yogya dan Solo. Jakarta: Yayasan Titian Masa Depan (Titian Foundation).

Soepratno, B. A. 2000. Ornamen Ukir Kayu Tradisional. Jilid I. Cetakan ke V. Semarang: PT. Effhar Offset.

(41)

145

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syamsuddin, Abin. Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.

Toekio, M. Soegeng. (2000). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.

Winkel, W.S. (1999). Psikologi Pengajaran (Cetakan kelima). Jakarta : Grasindo.

Jurnal

Dholakia, Utpal M., Richard P. Bagozzi, and Lisa Klein Pearo. (2004). A social influence model of consumer participation in network- and small-group-based virtual communities. International Journal of Research in Marketing, 21(3), 241-263.

Hillery, George Jr. 1955, "Definitions of Community: Areas of Agreement." RuralSociology 20: 111-122.

Muniz (2001). Brand Community, Journal of Consumer Research, Vol. 27, Maret, pp. 412-32.

Nahapiet J, Ghoshal S. 1998. Social Capital, Intellectual Capital and the Organizational Advantage. The Academy of Management Review 23(2): 242-267.

(42)

146

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bloom, B. S. (1956).Taxonomy of educational objectives: The classification of educational goals: Handbook I, cognitive domain. [Online] Tersedia: http://www.corrosion-doctor.org/Training/Bloom.htm. [3 September 2012].

Lusiandani, Eka. Koncara. (2013). Sekilas Tentang Pendidikan dan Pembelajran. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/15057544/Sekilas-Tentang-Pendidikan-Dan-Pembelajaran. [10 Mei 2013]

Kadir. (1992). BAB III Metoda Penelitian. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/upload/t_seni_0809676_chapter3.pdf# page=1&zoom=auto,0,630 [19 Mei 2013].

Nature, Teratai (2011). .... [Online]. Tersedia: http://www.facebook.com/teratai. nature/posts/294710743877219. [3 Januari 2013]

Pribadi, (2004). Media Pembelajaran Sebuah Kajian Pustaka. [Online] Tersedia: http://www.infoskripsi.com/2013/01/media-pembelajaran-sebuah-kajian-pustaka.html. [10 Mei 2013].

Purwasasmita, Muliati (2013). Bahan Revisi Buku Media Pembelajaran. [Online].

Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/1947 04171973032MULIATI_PURWASASMITA/Bahan_Revisi_Buku_Med ia_Pembelajaran_PLSx.pdf.[10 Mei 2013]

Suparlan. (2012). Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia:

www.suparlan.com/2/2012/07/23/pendidikan-karakter [12 Juli 2013]

Yustiningsih, Rini. (2012). Pengguna Internet Indonesia Tertinggi Ketiga di Asia. [Online]. Tersedia: http://www.solopos.com/2012/11/02/pengguna-internet-indonesia-tertinggi-ketiga-di-asia-344095. [12 Desember 2012].

(43)

147

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

http://file.upi.edu [12 Desember 2012]

www.hariansumutpos.com [10 Mei 2013]

www.kompas.com [12 Desember 2012]

http://psg.uii.ac.id [12 Desember 2012]

http://tourismews.co.id/category/handycraft/batik-betawi-dahulu-dan-kini [12 Juli 2013]

Id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi [12 Juli 2013]

Sumber Lain-Lain

Hajar Pamadhi. (2009). “Model PendidikanEstetikadalamPembel-ajaranSenidalamSarwijiSuwandidanEdySuryanto (Ed.). Or-kestrasiKajianBahasa, Sastra, danPengajarannya. Surakarta: UNS Press. (kumpulan artikel)

Hidayat, Dayat. (2012). Pembelajaran Keterampilan Fungsional Dalam Meningkatkan Keterampilan Warga Belajar Kejar Paket B di PKBM Harapan Desa Sukamulya Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang. Majalah Ilmiah Solusi Unsika ISSN 1412-86676 Vol. 11 No. 24 Ed.Sep - Nop 2012.

(44)

148

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tesis Magister pada SPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Masnaini. 2003. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pemberian Kuis Dengan Mencongkak di Awal Setiap Pertemuan Pada Siswa Kelas V SDN 353 Patalabunga. Skripsi Sarjana pada. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar: tidak diterbitkan.

Noerman, Rani. (2009). Mendidik Anak Tangguh di Era Digital. Makalah pada Seminar PARENTING Madrasah Istiqlal Jakarta, Jakarta.

Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007.

Pusat Kurikulum Balitbang (Balai Peneltian dan Pengembangan) Kemendikbud.

Suparlan, Parsudi. (1987) Kebudayaan, Kesenian dan Seni Rupa. Makalah pada Seminar Gerakan Seni Rupa Indonesia Sebuah Tanggapan atas Makalah Soetjipto Wirosarjono, Jakarta.

Supriawan, D. dan Surasega, A.B. (1990). Strategi Belajar Mengajar. Diktat pada Kuliah: FPTK-IKIP Bandung, Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasionl. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.

Gambar

Gambar 4.39. Proses membatik anak-anak perempuan............................................
Tabel 2.1. Model Pembelajaran................................................................................
Tabel 3.1 Model Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini fokus kepada peran DPRD Jawa Barat dalam memperjuangkan kepentingan publik. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peran

3D printing is called as additive manufacturing technology where a three dimensional object is created by laying down successive layers of material.. It is also known as rapid

 Pertanggungjawaban perjalanan peserta, yang meliputi tiket, boarding pass, airport tax, dsb harus sesuai dengan nama yang bersangkutan dan dipastikan nama yang

Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik, Pemerintah Kota Depok sebagai badan publik wajib menyediakan, memberikan, dan/atau menerbitkan informasi publik

Aksesi – aksesi yang terseleksi adalah aksesi menunjukan karakter komponen hasil dan hasil terbaik pada setiap parameter yang diukur, berupa tinggi tanaman, umur berbunga,

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa algoritma pencarian Depth First Search dapat diterapkan dalam aplikasi game Dua Satu (21), namun tidak lengkap karena dari

pada tanggal enam belas Agustus seribu sembilan ratus tujuh puluh

sumber belajar memberikan pengaruh yang paling dominan antara guru, buku paket, dan internet terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran