Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK JAKARTA
DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9 - 11 TAHUN
MELALUI PEMBELAJARAN MEMBATIK
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Seni
Oleh
Reni Pratiwi Prabaningrum 1102713
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
========================================================================
KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK JAKARTA
DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9 - 11 TAHUN
MELALUI PEMBELAJARAN MEMBATIK
Oleh
Reni Pratiwi Prabaningrum
S.Pd Universitas Negeri Jakarta, 2013
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Reni Pratiwi Prabaningrum 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
RENI P. PRABANINGRUM
KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK DI JAKARTA DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9-11 TAHUN
MELALUI PEMBELAJARAN MEMBATIK
Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:
Pembimbing I,
Dr. Ayat Suryatna, M.Si. NIP. 196401031989011001
Pembimbing II,
Dr. Zakarias S. Soeteja, M.Sn. NIP.196707241997021001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Seni
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
RENI P. PRABANINGRUM
KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK DI JAKARTA DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9-11 TAHUN
MELALUI PEMBELAJARAN MEMBATIK
Disetujui dan disahkan oleh Penguji:
Penguji I,
Dr. Tri Karyono, M.Sn. NIP. 19661994021001
196401031989011001
Penguji II,
Dr. Sukanta, S.Kar, M.Hum. NIP. 196209171989031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Seni
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Kontribusi
Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9 -
11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik“ ini beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas peryataan ini, saya siap menanggung
risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian adanya pelangaran
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini.
Depok, 12 Juni 2013 Yang membuat pernyataan,
i Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
RENI PRATIWI PRABANINGRUM, 2013:
“KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK DI JAKARTA
DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9-11 TAHUN MELALUI
PEMBELAJARAN MEMBATIK”
Kata kunci : Komunitas, Watak, dan Batik.
Komunitas pembatik setapak merupakan sebuah komunitas yang berdiri di tengah perkotaan Kota Jakarta, tepatnya di Gang Setapak, Jalan Palbatu 2, Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Komunitas ini telah memberikan kontribusi terhadap pembelajaran membatik bagi anak-anak di wilayah sekitar yang memberikan dampak dalam pembentukan karakter anak-anak khususnya rentang usia 9 – 11 tahun sebagai subjek penelitian.
Tujuan penelitian ini mencakup: 1) Mendeskripsikan persepsi komunitas pembatik setapak dalam memandang pembelajaran batik. 2) Mendeskripsikan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran batik oleh komunitas pembatik setapak. 3) Menganalisis dampak (hasil) pembelajaran batik terhadap pembentukan watak anak usia 9-11 tahun.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan budaya. Teknik pengumpulan data melalui pengamatan (observasi), studi pustaka, studi dokumentasi dan wawancara (interview) terhadap sejumlah informan. Sebagai analisis data dilakukan dengan cara mengolah dan menyusun secara sistematis transkrip wawancara.
ii Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
RENI PRATIWI PRABANINGRUM, 2013:
“THE CONTRIBUTIONS OF SETAPAK BATIK COMMUNITY JAKARTA TO 9 – 11 YEAR OLD CHILDREN CHARACTER BUILDING THROUGH BATIK LEARNING ACTIVITY”
Keyword: Community, Character, Batik
The community of batik workers Setapak is a comunity that exist in Jalan Palbatu 2, Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. This community has given contribution to teaching making batik for children around their area. The effect of teaching making batik is building the character of children in the ages 9-11 years old as a subject of this research.
The purpose of this research is consist: 1) Describing the perception of the batik workers Setapak community in the way to see the learning of batik. 2) Describing the construct and the way of learning batik done by batik Setapak community. 3) Analyze the effect of learning batik to the character of children in the ages of 9-11 years old.
This research using qualitative mothod with the nearness of culture. Collect the data through observation, journal study, documentary study, and the interview to several of the informan. To analyze the data, doing by configure and process by systematic the result of interview.
v Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Signifikasi dan Manfaat penelitian...
BAB II KAJIAN PUSTAKA...
A. Konsep Seni Rupa dan Seni Batik... B. Konsep Komunitas Pembatik... C. Konsep Pembelajaran... D. Konsep Pembelajaran Batik... E. Karakteristik Anak dan Pembentukannya...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...
A. Pendekatan dan Metode Penelitian... B. Teknik Pengumpulan Data... C. Lokasi dan Subjek Penelitian... D. Teknik Analisis Data...
E. Model Berpikir………
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
vi Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Persepsi Komunitas Pembatik Setapak dan Pembelajarannya... C. Pengolahan Pembelajaran Batik Sanggar Setapak-Jakarta... D. Dampak Pembelajaran Batik di Sanggar Detapak Jakarta...
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...
A. Kesimpulan... B. Rekomendasi...
DAFTAR PUSTAKA...
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 123
136
136 137
139
vii Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Ragam Hias Geometris Nusantara...
Gambar 2.2. Ragam Hias Organis Dengan Motif Manusia...
Gambar 2.3. Ragam Hias Organis Dengan Motif Binatang...
Gambar 2.3. Ragam Hias Organis Dengan Motif Tumbuhan...
Gambar 2.4. Kain Batik Betawi...
Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan...
Gambar 4.2. Peta Wilayah Kecamatan Tebet...
Gambar 4.3. Peta Wilayah Kecamatan Tebet...
Gambar 4.4. Peta Lokasi Kampung Batik Palbatu...
Gambar 4.5. Gang Setapak...
Gambar 4.6. Salah satu gerai batik di Palbatu milik Oma Uban...
Gambar 4.7. Tembok rumah penduduk disekeliling gang setapak...
Gambar 4.8. Mural pada tembok didepan Sanggar Setapak...
Gambar 4.9. Teras di Depan Sanggar Setapak...
Gambar 4.10. Sanggar Setapak...
Gambar 4.11. Kampung Batik Palbatu...
Gambar 4.12. Motif Batik Diatas jalan...
viii Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.14. Kegiatan Membatik...
Gambar 4.20. Mencanting (Batik Tulis)...
Gambar 4.21. Contoh motif batik geometris (untuk pinggiran)...
Gambar 4.22. Contoh motif batik bunga dan daun...
Gambar 4.23. Contoh motif batik sulur...
Gambar 4.24. Contoh motifbatikkombinasi yang sudahjadi...
Gambar 4.25. Persiapan membatik...
Gambar 4.26. Memilih motif...
Gambar 4.27. Berlatih membatik diatas kertas...
Gambar 4.28. Memilih motif ragam hias batik ...
Gambar 4.29. Menjiplak motif ...
Gambar 4.30. Mencanting...
Gambar 4.31. Karya Batik buatan anak-anak Sanggar Batik Setapak...
Gambar 4.32. Bimbingan langsung oleh pengajar...
Gambar 4.33. Pemberian motivasi dan penguatan...
Gambar 4.34. Batik ukuran saputangan...
ix Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.36. Batik ukuran kain panjang...
Gambar 4.37. Meluangkan waktu luang bermain di sanggar...
Gambar 4.38. Bermain di luar rumah...
Gambar 4.39. Proses membatik anak-anak perempuan...
Gambar 4 .40. Membatik batik tulis...
Gambar 4.41. Tahapan proses berkarya batik……...……….
Gmbar 4.42. Tahapan ukuran Hasil karya batik………...……….
134
135
x Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Model Pembelajaran...
Tabel 2.2. 18 (Delapan Belas) Pilar Nilai Karakter...
Tabel 3.1. Model Berpikir…...………
40
55
xi Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Observasi Fokus Pengamatan...
Lampiran 2. Pedoman Wawancara (Interview) 1...
Lampiran 3. Pedoman Wawancara (Interview) 2...
Lampiran 4. Foto Hasil Wawancara... 150
151
152
1 Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Pendidikan seni salah satu pelaksananya melalui pembelajaran seni,
aktifitas pembelajaran harus menampung kekhasan yang tertuang dalam
pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi dan kreasi. Semua
ini diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, dan teknik berkarya
dalam konteks budaya masyarakat yang beragam. Pembelajaran batik
merupakan bagian dari pelaksanaan pelajaran Seni Budaya/Seni Rupa
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya.
2. Menampilkan sikap apresiatif terhadap seni budaya.
3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya.
4. Meningkatkan peran serta seni budaya pada tingkat lokal, regional, amupun
global.
5. Mengolah dan mengembangkan rasa humanistik.
Banyak anggapan bahwa seni merupakan pengalih perhatian yang
positif, dapat mengurangi stres, kebosanan dan meningkatkan kualitas hidup.
Seni juga bisa menjadi ruang mengekspresikan diri, dimana seseorang dapat
menuangkan apa yang dipikirkan, dan dirasakannya. Selain itu, belajar seni
juga dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan melalui kegiatan
sabil bermain. Menciptakan karya berarti mengeluarkan apa yang ada di
pikiran dan perasaan karena didalamnya ada keterlibatan jiwa dan respon
emosional termasuk didalamnya pengalaman ekstetik juga artistik.
Setiap anak memiliki kemampuan untuk berkreasi dalam bidang seni
dan menjadi kreatif, namun beberapa faktor seperti lingkungan, aturan, dan
kebiasaan cenderung mengubah perilaku kita untuk hidup terlalu serius dan
2
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membutuhkan ruang dan waktu yang cukup untuk bisa diwujudkan sehingga
terkadang sulit bagi kita untuk mengurangi tekanan-tekanan tersebut dan
menyalurkan emosi kita melalui sesuatu yang positif dan berguna.
Salah satu ancama terberat dalam era globalisasi saat ini adalah
persatnya kemajuan teknologi informasi yang mudah diakses oleh siapa saja
dan kapan saja yang tidak diimbangi dengan pemahaman, pengetahuan serta
proteksi diri baik secara fisik maupun psikis. Siapa yang tidak kenal dengan
istilah “Internet, Google, Facebook, BBM, You Tube, Play Stasion dan
sebagainya” hampir semua orang pernah mencoba dan menggunakan aplikasi tersebut baik melalui media telepon genggam maupun komputer. Untuk
sebagian orang dewasa yang sudah memiliki komitmen kehidupan yang tinggi
misalnya jam kerja yang padat, hal-hal tersebut tentunya bukan merupakan
ancaman yang cukup mengganggu siklus kehidupannya.
Semakin mudahnya semua orang khususnya anak-anak mengakses
dunia internet, tentu memiliki dampak positif dan negatifnya. Biasanya para
anak-anak mengunjungi dunia internet adalah untuk bermain games online
Salah satunya pernah disampaikan oleh pakar pendidikan lulusan universitas
Harvard dan Yale, Amerika Serikat, yang juga merupakan penulis buku Digital
Game-Based Learning, bahwa anak-anak yang berusia 14 tahun ke bawah
merupakan sebagai “Digital Natives” atau “Penduduk Asli” yang menghuni dunia digital.
Dikutip dari Solo Pos online, seiring dengan terus berkembangnya
teknologi, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai peringkat ketiga di
Asia dengan 55 juta orang. Hal ini disampaikan oleh Dirjen Sumberdaya
Perangkat Pos dan Informatika (SDPP) Kemen Kominfo Budi Setiawan "Dari
245 juta penduduk Indonesia, pengguna internet di Indonesia mencapai 55 juta
orang". Dari data terakhir pada Desember 2011, tercatat jumlah pengguna
internet di Indonesia mencapai 55 juta orang atau menguasai Asia sebesar
3
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sementara itu, ujar dia, berdasarkan penelitian Nielsen, Indonesia juga
masuk sebagai pengguna perangkat mobile tertinggi sebanyak 48%, diikuti
oleh Thailand dan Singapura. Bahkan dari segi usia, lanjutnya, semakin banyak
pengguna internet merupakan anak muda. "Mulai dari usia 15-20 tahun dan
10-14 tahun meningkat signifikan" menurut Budi Setiawan. Ia juga
menambahkan Indonesia menjadi pangsa pasar terbesar untuk teknologi
informasi komunikasi (TIK), OS, gaming dan hardware (tablet, PC, dan
netbook).
Berdasarkan data Kominfo April 2012, jumlah pengguna jejaring sosial
di Indonesia juga besar. Setidaknya tercatat sebanyak 44,6 juta pengguna
facebook dan sebanyak 19,5 juta pengguna twitter di Indonesia. "Indonesia
menjadi negara kelima terbesar pengguna twitter di bawah Inggris dan negara
besar lainnya."
Ditulis dari sebuah situs www.edukasi.kompasiana.com seorang guru di
Kota Semarang, Ali Dulkamid merasa miris ketika memperhatikan cara
bergaul serta perkembangan anak-anak kota itu,
“Mereka lebih asyik berlama-lama memperhatikan “wall” FB nya dari pada mencermati serta memaknai pagelaran wayang yang syarat dengan nasehat dan sering diselenggarakan di Balai Kelurahan. Atau jemari mereka lebih terampil memainkan keypad Hp dari pada mencoba berlatih “membatik” semisalnya.”
Orang tua yang sibuk dan tidak mempunyai waktu luang dengan anak,
biasanya akan menggantikan waktu-waktu tersebut dengan membelikan
barang-barang yang sedang trend dan disukai anak, tanpa mempertimbangkan
resiko, baik-buruk serta tingkat kebutuhan dari si anak tadi. Anak-anak yang
menganggur (tidak memiliki kegiatan) tentu akan memiliki resiko yang lebih
tinggi untuk menyalahgunakan fungsi positif dari kemajuan teknologi media
digital dibandingkan dengan anak yang memiliki aktivitas padat (sekolah,
kursus bahasa, keterampilan, bimbingan belajar, mengaji, dll). Orang tua juga
4
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini membuat orang tua merasa „aman‟ dengan membiarkan anaknya tenang
bermain dengan berbagai alat berbasis multi media, mulai dari play station,
internet dan dan lain-lain.
Anak yang sudah kecanduan multi media termasuk game akan sulit
bersosialisasi dengan anak lain. Karena anak akan lebih nyaman dan senang
dengan fokus perhatiannya hanya pada game, bukan dengan interaksi dengan
temannya. Terkait dengan aspek sosial, bermain berbagai alat berbasis multi
media yang melebihi batas dapat mengurangi kesempatan anak untuk
mengembangkan keterampilan sosialnya. Begitu pula dengan aspek kognitif,
sikap agresif akan menjadi bagian dari prilaku anak yang cenderung bermain
dengan game bertemakan peperangan atau perkelahian. Kecenderungan
demikian dapat ditemukan pada anak-anak yang mulai „kecanduan‟ mereka
tidak segan-segan akan melawan orang tuanya jika dilarang bermain permainan
berbasis multi media terutama game.
Berdasarkan kenyataan tersebut, aktifitas berbasis pendidikan di
lingkungan sosial rumah sangat diperlukan. Dengan kegiatan yang positif, anak
tidak hanya sekedar menganggur sehingga banyak waktu dan potensi yang
tebuang. Aktifitas dalam hal ini berupa kegiatan yang dapat membina sikap,
prilaku dan mental seorang anak agar secara psikologis dapat menjadi anak
yang berbudi luhur dan memiliki kepekaan tinggi terhadap sesama. Tidak
hanya itu, anak sudah bisa diajarkan bagaimana menyalurkan, mengendalikan
emosi-emosi dan mengurangi tekanan emosi melalui suatu kegiatan, terutama
kegiatan yang berhubungan dengan kreativitas. Mulai dari membina prilaku
moral dan akhlak, semua harus terpenuhi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pendidikan yang baik juga memperhatikan setiap kebutuhan anak, bukan hanya
kebutuhan saat ini, tetapi kebutuhan ketika dewasa kelak.
Bangsa Indonesia memiliki kekayaan khasanah budaya dan seni, salah
satunya aktivitas membatik. Membatik sendiri dapat dijadikan sebagai wadah
penyaluran aktivitas kesenian. Pembuatan batik, khususnya batik tulis, yang
5
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan ketelatenan sehingga hasil yang didapat pun maksimal. Hal ini bisa juga
diterapkan pada bagaimana seseorang menyalurkan emosi-emosi negatif yang
ada pada dirinya. Selain itu hal tersebut juga dapat diterapkan bidang
pekerjaan lainnya. Filosofi yang terkandung dalam seni membatik bisa kita gali
dan kembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana pola kehidupan
masyarakat pembatik yang menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan,
kegotong royongan, kebersamaan, toleransi, dan budi pekerti, kesenian batik
juga kental oleh nilai-nilai luhur yang patut kita serap.
Batik adalah sebuah hasil karya klasik, yang saat ini sangat identik
dengan seni tradisi Indonesia. Dunia internasionalpun sudah menetapkan batik
sebagai warisan budaya dari Indonesia. Batik merupakan salah satu produk
budaya yang sudah memasyarakat dan kegiatan membatik sejak dahulu sudah
menjadi kegiatan masyarakat khususnya kaum perempuan. Batik merupakan
sehelai kain panjang yang digunakan sebagai pakaian yang penggunaannya
cukup dengan melingkarkan kain ke pinggang sampai menutupi kaki.
Membatik penuh dengan tantangan, ketelitian, ketekunan serta tanggung
jawab. Membatik juga bisa memberikan rasa pengendalian diri pada anak,
karena tingkat kesulitan dan proses membatik yang panjang.
Kegiatan membatik dapat dilakukan dilingkungan rumah setelah pulang
sekolah dengan suasana yang santai, tanpa ada paksaan maupun tuntutan nilai
seperti di sekolah formal. Saat melakukan kegiatan membatik, anak dapat
berkumpul dengan anak lain dan menciptakan suasana yang berbeda sambil
bermain dan menyenengkan tidak seperti pertemuan di sekolah formal yang
terkesan kaku dan tegang.
Pembelajaran batik merupakan pelaksanaan pendidikan seni.
Pendidikan seni merupakan bagian dari rumpun pendidikan nilai. Pendidikan
nilai adalah suatu proses budaya yang selalu berusaha meningkatkan harkat dan
martabat manusia, membantu manusia berkembang dalam dimensi intelektual,
6
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran batik sebagai pelaksanaan pendidikan seni diberikan
karena keunikan kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan
perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik
dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi. Peran ini tidak
dapat diberikan oleh kegiatan lain non berbasis kebudayaan. Karena
kebudayaan itu sendiri lahir dari buah pemikiran manusia yang didalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, moral, kesenian, hukum, adat istiadat
dan kemampuan lain yang dapat diperoleh seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Pengalaman estetika yang diberikan pada pendidikan seni khususnya
membatik pada prinsipnya berfungsi melatih dan mengembangkan kepekaan
rasa. Dengan demikian rasa yang tinggi mental seseorang cenderung mudah
diisi dengan nilai-nilai hidup dan kehidupan, seperti nilai religious, nilai moral,
nilai budi pekerti, dan nilai kehidupan lainnya. Karena batik itu sendiri penuh
dengan resiko sewaktu mengerjakannya, mulai dari resiko terkena cipratan
malam panas, sampai karya yang belum tentu berhasil di buat.
Pendidikan seni kriya membatik mulai dari menyusun motif sampai
pembatikannya. Batik sendiri dapat dikategorikan kedalam dua kategori, yang
pertama batik untuk komoditas pedagangan dan batik untuk penghalusan
karakter. Batik tradisioal pada awalnya hanya khusus dikerjakan dilingkungan
keraton-keraton Jawa dan berkembang pada lingkungan itu saja, terutama
wanita keraton yang diberikan kesempatan untuk mendalami dasar pendidikan
seni kriya batik, tujuannya sebagai penghalusan karakter.
Dalam pengembangan pembelajaran membatik, anak diajarkan untuk
mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik
mereka dan bertanggungjawab atas keputusan yang akan diambilnya.
Selanjutnya menjadikan nilai-nilai tersebut sesuai dengan keyakinan diri.
Kegiatan yang dimaksudkan ini untuk mengembangkan kemampuan anak
dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong anak untuk melihat diri
7
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Komunitas Setapak Batik, merupakan sebuah komunitas yang berdiri di
tengah perkotaan Kota Jakarta, tepatnya di Jalan Palbatu, berada di Kelurahan
Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Lokasi Jalan Palbatu
sendiri terletak ditengah kawasan Setiabudi, Karet, Semanggi, Bendungan
Hilir, Tanah Abang dan Palmerah. Siswanya siapa saja, termasuk anak-anak di
wilayah tempat sanggar berada dan sekitarnya. Anak-anak di sekitar kawasan
Palbatu juga memiliki masalah yang sama dengan maraknya pembangunan
warnet yang makin menjamur dan marak di lingkungan sekitar. Menurut
Harry, salah seorang penggagas Kampung Batik Palbatu. Komunitas Sanggar
Batik Setapak secara aktif dan terus menerus akan berkonsentrasi untuk
membidik peserta anak-anak sebagai kegiatan pengalih perhatian dari aplikasi
berbasis multimedia (game online) yang tidak jarang membuang percuma
waktu luang dan uang khususnya untuk anak-anak di wilayah Palbatu.
Penulis memilih penelitian dilakukan di Jakarta karena Jakarta sendiri
memiliki seni batik namun tidak semua penduduk Jakarta dan Suku Betawi
memiliki pengatahuan tentang membatik. Komunitas Setapak yang berada di
perkotaan (Jakarta) dimana masyarakatnya adalah bukan pembatik kemudian
anak-anak usia 9-11 diajarkan membatik. Komunitas Batik Setapak
kedepannya mulai merintis sebagai kampung betawi dan telah dua kali
menggelar festival batik di Jakarta,
1. Persepsi dari komunitas pembatik setapak dalam memandang proses
pembelajaran membatik.
2. Rancangan dan pelaksanaan pembelajaran batik oleh komunitas pembatik
setapak.
3. Dampak (hasil) dari pembelajaran batik terhadap pembentukan watak anak
usia 9-11 tahun.
8
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rumusan masalah dalam penelitian ini merujuk kepada pengembangan
model pembelajaran batik untuk meningkatkan minat siswa dalam kesenian
tradisi serta membatik sebagai kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengisi
waktu luang di rumah untuk anak usia 9-11 tahun. Selanjutnya karena
keterbatasan waktu penelitian, maka penulis membatasi ruang lingkup
penelitian ini hanya pada aspek pengelolaan dan sistem pembelajaran di
sanggar. Secara garis besar, rumusan masalah penelitian yang akan diajukan
adalah “Bagaimanakah komunitas pembatik sanggar setapak mengelola
pembelajaran batik yang mengorientasikan pada pembentukan watak anak
usia 9-11 tahun?” Berdasarkan masalah penelitian tersebut, peneliti dapat
mengemukakan tiga pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana persepsi komunitas pembatik setapak dalam memandang batik
dan pembelajarannya?
2. Bagaimana merancang dan melaksanakan pembelajaran batik yang
dilakukan oleh komunitas pembatik setapak?
3. Dampak watak apa saja yang terbentuk dari pembelajaran batik pada anak
usia 9-11 tahun?
C.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperjelas masalah yang hadir dalam
pertanyaan penelitian. Karena itu, rumusan tujuan penalitian mencakup:
1. Mendeskripsikan persepsi komunitas pembatik setapak dalam memandang
pembelajaran batik?
2. Mendeskripsikan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran batik oleh
komunitas pembatik setapak?
3. Menganalisis dan mendeskripsikan dampak (hasil) pembelajaran batik
terhadap pembentukan watak anak usia 9-11 tahun?
9
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat secara
intelektual, terutama dalam hal:
1. Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
pengetahuan tentang konsep pendidikan seni, khususnya kegaitan non
formal di luar lingkungan sekolah dengan memanfaatkan sebuah kelompok
atau komunitas yang membentuk sanggar dibidang pendidikan dan budaya.
2. Manfaat praktis, yaitu dengan memberikan masukan untuk pihak lain, yaitu:
Praktisi pendidikan seni di berbagai tempat baik di lembaga formal maupun
non formal terutama yang berkonsentrasi terhadap kegiatan seni tradisi
khususnya membatik dalam bidang budaya dan psikologi.
3. Manfaat penelitian, yaitu sebagai bahan untuk pembanding dan model
(contoh) pembelajaran bagi peneliti untuk pembelajaran seni tradisi
58 Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam kajian yakni pendekatan
budaya, yakni suatu pendekatan dalam penelitian yang lebih memperhatikan
hubungan-hubungan fungsional dalam struktur yang bertingkat-tingkat,
dimana antargejala satu sama lain saling berkaitan dan membentuk satau
kesatuan yang holistik (Suparlan, l988). Berdasarkan rumusan masalah yang
diteliti, maka pola budaya belajar produktif ditempatkan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari aspek kehidupan kelompok masyarakat di sekitar
Sanggar Batik Setapak Jakarta. Unsur yang berkaitan tersebut yakni
keterampilan membatik dan keterampilan hidup. Unsur tersebut saling
berkaitan dan membentuk satu kesatuan.
Untuk memperoleh penjelasan mengenai hubungan antarunsur
tersebut, maka diperlukan penggalian informasi yang meluas dan mendalam.
Pengumpulan informasi yang menjadi serangkaian data penjelas dalam
pendekatan ini harus berdasar pada pandangan masyarakat setempat sebagai
landasan prinsipil yang harus ditaati dalam penelitia kualitatif. Dengan
demikian posisi peneliti adalah menafsirkan situasi sosial budaya yang
tampak berhubungan dengan tempat, waktu, obyek, pelaku, aktivitas,
tindakan, dan perasaan-perasaan masyarakat yang bersangkutan mengenai
pola budaya belajar masyarakat Jalan Palbatu, Kelurahan Menteng Dalam,
Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Berdasarkan pandangan itu, maka teknik pengumpulan data yang akan
digunakan dalam penelitian itu yakni: 1. Teknik pengamatan atau observasi,
yakni teknik yang menkankan pada kecermatan panca indra dalam mengamati
gejala fisik yang berhubungan dengan budaya belajar produktif, keterampilan
59
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yakni teknik yang pengamatan mengenai hubungan tindakan manusia dalam
kaitanya dengan yang lain. Teknik ini membutuhkan interaksi sosial yang
dilakukan dengan kerja sama dengan suatu kelompok sosial sebagaimana
yang disarankan oleh Black & Champion (l992: 289). 3. Teknik wawancara
berstruktur. Teknik wawancara penting dilakukan untuk melengkapi teknik
observasi. Teknik wawancara berstruktur adalah wawancara yang dilakukan
melalui sejumlah informan yang setara dengan cara struktur yang
bertingkat-tingkat, yakni dengan menggunakan pedoman wawancara yang dirancang
sebelum wawancara dilakukan mengenai suatu topik permasalahan; 4. Teknik
wawancara mendalam atau deep interview yang digunakan untuk
melengkapi teknik pengamatan terlibat, yakni dengan cara konfirmasi
kembali kepada sumber lainnya yang dipandang tepat. Dalam wawancara
mendalam memerlukan informan kunci (key informant) guna memperoleh
validitas data yang telah diperoleh dari teknik pengamatan terlibat; dan 5.
Teknik studi dokumen, yakni menggali informasi melalui dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dikaji.
B. Teknik Pengumpulan Data
Sumber informasi atau data yang dilakukan dalam penelitian ini
diperoleh melalui studi lapangan, yakni melalui observasi atau pengamatan,
baik berupa pengamatan biasa ataupun pengamatan terlibat. Sumber
informasi pengamatan adalah keadaan dan kejadian yang berlangsung dalam
lingkungan masyarakat Jalan Palbatu, Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan
Tebet, Jakarta Selatan, seperti: 1. Peta pemukiman Jalan Palbatu; 2. Jenis
bangunan yang ada pada Sanggar Batik Setapak; 3. Jalan-jalan yang saling
menghubungkan wilayah di Jalan Palbatu; 4. Peralatan dan media belajar di
Sanggar Batik Setapak; 5. Berbagai kegiatan pembelajaran di Sanggar Batik
Setapak; 6. Kegiatan kegamaan di lingkungan Sanggar Batik Setapak
tepatnya di Jalan Palbatu; 7. Kegiatan pembelajaran seni rupa khususnya
60
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hidup sehari-hari di Sanggar Batik Setapak. Observasi atau pengamatan
terlibat digunakan untuk memperhatikan pada: 1. Suasana kehidupan disekitar
wilayah Jalan Palbatu tepatnya di Sanggar Batik Setapak; 2. Suasana Sanggar
Batik Setapak; 3. Proses pembelajaran keterampilan membatik di Sanggar
Batik Setapak.
Interview atau wawancara penting dalam penggalian informasi dari
para informan yang memiliki pengetahuan banyak mengenai pola budaya
belajar yang akan mencapai keterampilan hidup kolektif. Wawancara dibagi
dalam dua bagian, wawancara terstruktur, yakni dengan menggunakan
pedoman wawancara secara berulang kepada informan mengenai suatu topik;
dan wawancara mendalam yang digunakan untuk menggali suatu informasi
penting di lapangan sehingga dapat mencapai pemahaman yang menyeluruh
mengenai masalah yang diteliti. Informan yang ditetapkan dalam penelitian
ini berada di lingkungan masyarakat Isi masing-masing lokus penelitian,
diantaranya: 1. Para tokoh masyarakat yang berada di lingkungan Sanggar
Batik Setapak; 2. Anggota dari komunitas Batik Setapak; 3. Staf
pemerintahan termasuk pihak Rt-Rw; 4. Para pengajar; 5. Para orang tua yang
anaknya belajar membatik di Sanggar Batik Setapak; 6. Anak didik Sanggar
Batik Setapak; 7. Ahli pendidikan membatik.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sanggar Batik Setapak dengan sasaran
yaitu pembelajaran membatik. Dalam penelitian kualitatif, istilah subjek lebih
tepat digunakan dibandingkan dengan sampel. Istilah sampel bertolak dari
asumsi bahwa setiap unsur dalam populasi mempunyai peluang yang sama
untuk dipilih sebagai sampel, sedangkan dalam penelitian kualitatif seperti ini
tidak semua subjek dari latar yang diteliti mempunyai peluang yang sama
untuk dipilih sebagai subjek penelitian.
Dalam penelitian ini sampel berarti subjek orang, peristiwa, dan
61
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
itu, penetapan subjek dilakukan melalui sampel internal. Bogdan dan Biklcn
(1982: 62) menyebut sampel internal, yaitu keputusan yang diambil jika
setelah memiliki gagasan umuln mengenai apa yang akan dikaji dengan siapa
akan berbicara, kapan melakukan pengamatan, dan berapa banyak jenis
dokumen yang akan ditinjau. Oleh Glaser dan Straus (1985: 102) disebut
sampling teoritis dengan kriteria penentuan kapan berhenti membuat
sampling kelompok-kelompok yang berbeda-beda untuk sebuah kategori
adalah kejenuhan teoritis kategori itu. Orang memperoleh kejenuhan teoritis
dengan cara mengumpulkan data sambil menganalisisnva. Bila suatu kategori
tclah jenuh, tidak ada cara lain kecuali terus mencari kelompok baru dengan
data dari kategori lain dan berusaha menjenuhkan kategori-kategori baru ini
juga.
Pemilihan subjek informan, prosedurnya sesuai dengan saran Patton
(1980: 205) yaitu penetiti memilih informan yang dipandang paling
mengetahui masalah yang dikaji, dan pilihannya dapat dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam pengumpulan data.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu
tahap studi pendahuluan dan studi implementasi model pembelajaran.
Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis
transkrip wawancara, transkrip dokumen, dan catatan hasil pengamatan.
Bahan-bahan tersebut memungkinkan peneliti melaporkan apa yang
ditemukannya kepada pihak lain (Bogdan dan Biklen, 1982: 145).
Selanjutnya dikatakan bahwa pekerjaan analisis meliputi kegiatan
mengerjakan data menatanya menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola,
mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan dipelajari
serta memutuskan apa yang akan peneliti laporkan.
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara berulang-ulang
62
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengumpulan data di lapangan maupun sesudah data terkumpul (Bogdan dan
Biklen, 1982: 145). Pada tahap pertama terdiri atas tiga langkah, yaitu: (l)
checking (2) organizing dan (3) coding (Kadir, 1992: l).
Checking, dimaksudkan untuk menentukan data yang diragukan, data
yang perlu dicek lebih lanjut, data yang kurang lengkap, sumber informasi
yang diragukan dan tidak diragukan kejujurannya, sumber informasi yang
masih diperlukan, waktu dan tempat yang tepat untuk mengumpulkan data.
Checking dimaksudkan untuk mengetahui apakah teknik pengumpulan data
yang digunakan sudah tepat untuk mendapatkan data yang diharapkan dan
tidak mengganggu subjek, dan data apa saja yang perlu diambil dengan
triangulasi.
Organizing, dimaksudkan untuk mengelompokkan data ke dalanm
bentuk yang memudahkan pengecekan sumber datanya, tempat dan tanggal
data diambil, teknik pengumpulan dan jenis data, memberi tanda pada data
yang sudah dicek kelengkapan akurasinya. Pengelompokan data dibuat dalam
file/map yang berbeda antara hasil pengamatan, studi dokumen, dan hasil
wawancara.
Coding, dimaksudkan untuk mengurangi jumlah data menjadi bagian
kecil unit-unit analisis untuk memudahkan peneliti memfokuskan
pengumpulan data berikutnya. Pengkodean data dilakukan diengan
menciptakan skema umum yang tidak hanya terbatas pada konten, tetapi
mengacu kepada domain-domain umum yang menampung kode yang
dikembangkan secara inklusif. Setelah data disederhanakan melalui analisis
tersebut, maka selanjutnya dianalisis dengan menggunakan model analisis
domain, taksonomi, komponen, dan tema (Spradley, 1980: 87).
Analisis domain, dilakukan baik dengan menggunakan folk terms,
analytic terms, maupun mixed terms. Ada enam langkah yang ditempuh
dalam penerapan analisis ini, yaitu: 1. Memilih hubungan semantik tunggal,
2. Mempersiapkan lembar kerja analisis, 3. Memilih sampel dari data
63
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan hubungan semantik, 5. Mencari domain yang hubungan semantiknya
berbeda, dan 6. Membuat daftar pengelompokan domain. Dalam analisis
domain ini, selain melihat kode catatan lapangan, juga peneliti kembali
membaca catatan lapangan untuk mencari hubungan semantik yang ada di
dalamnya, daftar domain ini dibuat berdasarkan urutan pengelompokan
Spradley (1980: 93).
Analisi taksonomis, sebagai kelanjutan dari analisis domain, maka
kegiatan dalam tahapan ini adalah mengkategorikan domain berdasarkan
hubungan semantik tunggal. Dalam hal ini dicari bagian-bagian dari kcgiatan
belajar, hubungan di antara bagian-bagian dan hubungan keseluruhannya.
Dari gambaran kegiatan belajar secara keseluruhan, selanjutnya diperikan
bagian-bagian dasar dari domain dan unit lebih kecil yang membentuk suatu
domain. Ada tujuh langkah yang dilakukan dalam analisis ini, yaitu: 1. Mulai
dengan memilih domain yang memuat informasi yang paling banyak. 2.
Mencari persamaan berdasarkan hubungan semantik, 3. Mencari included
terms tambahan, 4. Mencari domain yang lebih besar, lebih inclusif yang
mungkin memuat sub-set dari domain yang sedang dianalisis, 5. Membentuk
taksonomi sementara berdasarkan outline, 6. Melaksanakan pengamatan
terfokus untuk mengecek hasil analisis, dan 7. Membentuk taksonomi yang
komplit dan peneliti menghentikan pengumpulan data untuk analisis
taksonomis.
Analisis komponensial, analisis ini dimaksudkan untuk mencari
komponen pengertian secara sistematis yang berhubungan dengan kategori
kegiatan belajar subjek. Ada delapan langkah yang ditempuh dalam analisis
ini, yaitu: 1. Memilih satu domain untuk dianalisis, 2. Mencari seluruh
kontras, 3. Mempersiapkan lembar kerja paradigma, 4. Mengidentifikasi
dimensi kontras yang mempunyai pasangan nilai, 5. Menggabungkan
dimensi-dimensi kontras yang berhubungan dekat menjadi satu dimensi yang
64
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hilang, 7. Melaksanakan pengamatan selektif untuk menemukan informasi
yang kurang dan 8. Menyiapkan paradigma yang komplit.
E. Model Berpikir
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan, dalam penilitian ini
yang menjadi model berpikir adalah konsep pembelajaran batik pada
komunitas setapak, pembentukan watak anak usia 9-11 tahun dan pengelolaan
pembelajaran. Menurut Goerge Jr (1955) karakteristik komunitas adalah hal
yang dibangun dengan fisik atau lokasi geografi (Physical or geographical
location) dan kesamaan dasar akan kesukaan (interest) atau kebutuhan (need).
Sedangkan Tujuan dari kegiatan komunitas pembatik menurut Biranul Anas
(2007), adalah sebagai bagian lingkup religi dan adati serta batik sebagai
komuditas perdagangan. Menurut Gusfield (1977), komunitas memiliki
ciri-ciri: Shared spatial relations, Sense of community conventions, A sense of
membership and boundaries, dan An ongoing rhythm of sense of community
interaction. Sedangkan entasi dan dampak terhadap watak dari pembelajaran
membatik. menurut Pusat Kurikulum, Balitbang (Badan Penelitian dan
Pengembangan) Kemendikbud. Ada 18 karakter yang harus dikembangkan
untuk anak didik di Indonesai dalam pembelajaran yaitu: religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, madiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab. Model berpikir dapat dikembangkan
65
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1
Model Berpikir
Tujuan dari kegiatan komunitas pembatik adalah sebagai bagian lingkup religi dan adati serta batik sebagai komuditas perdagangan.
3. A sense of membership and
boundaries, dan
4. An ongoing rhythm of sense
136 Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis menyampiaka
kesimpulan penelitian tentang “Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta
dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9 - 11 Tahun melalui Pembelajaran
Membatik” adalah, sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Komunitas Pembatik Setapak adalah fenomena pembelajaran
membatik yang dilakukan oleh individu-individu yang terikat dengan seni
batik dari asal kampung halamannya. Meskipun ada di Kota Besar Jakarta
yang kompleks namun masih bisa eksis. Sanggar Setapak dijadikan tempat
berkumpul dan berkomunikasi dengan sesama anggota sambil mengajarkan
batik pada anak-anak di lingkungan Kampung Palbatu Menteng Dalam Tebet
Jakarta. Misi utamanya adalah memasyarakatkan batik dan membentuk
aktivitas positif pada anak di tengah hiruk pikuknya kemajuan teknologi yang
menjadi pilihan umumnya anak-anak Jakarta.
1. Persepsi dan pengetahuan membatik para anggota komunitas pembatik
pada umumnya cukup luas, khususnya pengetahuan menganai batik tulis
corak tradisional Jawa Tengah. Persepsi yang baik mereka telah dipandu
oleh pengetahuannya mengenai pengetahuan jenis batik, peralatan, bahan
dan teknik dalam proses membatik tulis, selain juga pengetahuan dalam
memelihara kelestarian seni batik tulis dan juga pengetahuan dalam
memasarkan dan mempublikasikan batik. Berkenaan dengan persepsinya
yang cukup memadai dalam memahami landasan dan falsafah
pembelajaran membatik tulis, cara-cara mengajarkannya, kedalaman
137
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengetahuan tentang dunia anak dan membangun watak anak-anak ke arah
yang lebih positif.
2. Pengelolaan Pembelajaran Batik di Sanggar Batik Setapak tidaklah sama
persis dengan pembelajaran batik di sekolah. Pada umumnya anggota
komunitas hanya menetapkan tujuan mencapai kemampuan yang berupa
aspek pengenalan, penghargaan, dan kemampuan berkreasi membatik,
khususnya dalam menambah konsentrasi, berkarya secara teliti, dan
berlatih kesabaran dan ketekunan anak. Sumber dan materi pembelajaran
diperoleh dari pengalaman sendiri, pelatihan-pelatihan dan buku-buku
mengeni motif batik. Pendekatan, metoda, strategi dan teknik
pembimbingan disesuikan dengan kondisi dan kebutuhan anak-anak.
Sedangkan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah
yang ditetapkan bersama.
3. Pembelajaran membatik yang dilakukan Komunitas Pembatik Sanggar
Setapak telah berdampak positif bagi pembentukan kebiasaan dan watak
anak-anak. Berdasarkan data di lapangan dampak terbagi dua bagian,
yakni dampak yang bersifat umum, yang berupa pemanfaatan waktu luang
pada anak-anak dan variasi kegiatan mereka dalam keseharian. Selain itu
juga kualitas bermain meningat dan tentunya menghasilkan karya batik.
Selain itu pembelajaran batik juga berdampak secara khusus, yakni ((1)
Mendorong rasa untuk keingin tahuan; (2) Mendorong kebiasaan/sikap
untuk kreatif; (3) Melatih kemampuan bekerja keras dalam berkarya dan
bekerja; dan (4) Menciptakan kebiasaan untuk lebih disiplin, tekun dan
rajin dalam menyelesaikan tugas.
B. Rekomendasi
Rekomendasi atau saran hasil penelitian mengenai “Kontribusi
138
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9 - 11 Tahun” dapat disampaikan rekomendasi ke beberapa pihak,
diantaranya:
1. Bagi pengelola Komunitas Pembatik Setapak untuk meningkatkan
kesungguhan dalam pola pembelajaran batik, khususnya sarana dan
prasarana sanggar dan arah pembelajaran dalam mencapai perwatakkan
anak.
2. Bagi pihak orang tua anak yang belajar membatik di Sanggar Setapak
untuk memberi kontribusi yang memadai mengingat pembelajaran batik
telah berdampak bagi perkembangan watak siswa secara signifikan,
sehingga akan membentuk kepribadian anak yang lebih baik.
3. Bagi pihak Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Kota Jakarta Selatan,
untuk mendukung penuh mengenai pembelajaran batik, khususnya batik
yang bermotif hias Betawi dalam memasyarakatkan seni budaya Batik
Betawi pada satu sisi dan pembentuan karakter anak yang merupakan
139
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdurrahman, Mulyono. (1999). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Allport, Gordon. W. (1937). Personality A Psychological Interoretation. New York: Henry Holt and Company.
Abrari Rusyan. (1989). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja.
A.J, Soehardjo. (2005). Pendidikan Seni Dari Konsep Sampai Program. Malang: Balai Kajian Seni dan Desain Universitas Malang.
Ali, Matius. (2011). Estetika Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan. Jakarta: Sanggar Luxor.
Al-Hakim, Suparlan. (2002). Strategi Pembelajaran Berdasarkan
DeepDialogue/Critical Thinking (DD/CT). Jakarta: P3G Dirjen Dikdasmen.
Anas, B., Hasanudin, Panggabean, R., dan Sunarya, Y. (1997). Indonesia Indah Buku ke-8, Batik, Jakarta: Yayasan Harapan Kita – BP3 Taman Mini Indonesia Indah, Perum Percetakan Negara RI.
Ari, Wulandari. (2011). Batik Indonesia. Yogyakarta: Andi.
Arikunto, Suharsimi. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
140
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Black, James. A. dan Dean J. Champion (1992). Method and Issues in Social Research, terjemahan E. Koswara, dkk. Jakarta: Pt Eresco.
Bogdan, R.C. & Biklen S.K. (1982). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methode. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Briggs, J. L. (1997) Instruction Design; Principle and Aplication. New York: Educational Technology Publication Inc.
Briner, M. (1999). What is Constructivism?. Colorado: University of Colorado at Denver School of Educatio.
Budiningsih, Asri C. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Burton, William. (2005). The Guidance of Learning Activity. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.
Bell, Clive. (1960). Art. London: Chatto and Windus.
Bertenz, K. (2006) “Psikoanalisis Sigmund Freud“. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bruner, Jerome. (1977). The Process of Education. Cambridge, Mass.: Harvard University Press.
D, Singgih. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa. (1991). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
141
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Darsono, Max. (2001). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Dewey, John. (1961). Democracy and Education (1916). New York: Macmillan.
Depdikbud (1997). Himpunan Peraturan dan Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Kesiswaan. Jakarta: Koperasi Pegawai Kanwil Depdikbud.
Dharmawan. (1988). Pegangan Pendidikan Seni Rupa SMA. Jakarta: CV. Armico.
Kartika, Dharsono. Sony dan Nanang Ganda Prawira. (2005). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.
Djelantik, A. A. M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Djuharie, O. Setiawan. (2001). Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung: Yrama Widya.
Djumena, Nian S. (1990). Batik dan Mitra. Jakarta: Djambatan.
Diknas. (2004). Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Barbasis Kompetensi SMP, Mata Pejajaran Kesenian. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Lanjutan Pertama.
E, Diane. Papila. dkk. Human Development (Psikologi Perkembangan) Bagian I s/d IV.
Gage, N.L. dan Berliner, David, C. (1984). Educational Psychology. Ed. Boston: Houghton Mifflin Company.
142
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan. (2000). Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS.
Glasser, Barney G. Dan Straus, Anselm. L. (1980). Discovery of Grounded Theory. Strategies for Qualitative Research. New York: Aldine Publishing Co.
Gusfield, J. 1975. The Community: A Critical Response. New York: Harper Colophon.
Hamalik, Oemar. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasanudin, 2001. Batik Pesisiran (Melacak Pengaruh Etos Dagang Santri Pada Ragam Hias Batik). Bandung: ITB.
Herbert, Read. (1974). Education Through Art. London: The Shenval Press.
Hudoyo. (1990). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Hurlock, Elizabeth B. (1980).Psikologi Perkembangan. Erlangga: Jakarta.
Kamaril, Cut. (2000). Buku SMP Kelas 1. Jakarta: Modul Universitas Terbuka.
Kuntjaraningrat, 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta; Gramedia.
143
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lowenfeld, Viktor dan W. Lambert Brittain.(1982).Creative and Mental Growth. New York:Macmillan.
Mahpudi dan Mamannoor. (1996). Bahasa Rupa Itu Hanya Instrumen. Bandung: Rekamedia Multiprakara Media Consultant.
Metta, Rr. P. Wardhani (2007). Pengembangan Kreativitas Siswa dalam Kegiatan Ekstra Kulikuler Menggambar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Milyartini, Rita. (2009). Evaluasi Pendidikan Musik. Bandung: CV Bintang WarliArtika.
Mudhoffir, & Tjun Surjaman. (1999). Teknologi Instruksional, sebagai landasan Perencanaan dan penyusunan program Pengajaran (Cetakan ke-7). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. (2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remadja Kosdakarya.
Patton, M.Q. (1980). Qualitative Evaluation Methods . Beverly Hills, CA: Sage Publication.
Poerwardarminta. (1979). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Rader, Melvin. (1960). A Modern Book of Esthetics. New York: Holt, Rinehart & Winston, Inc.,
Rohidi, Tjetjep Rohendi. (2000). Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan.
Bandung: STSI Press.
144
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.
Salim, Agus dkk. (2004). Indonesia Belajarlah. Semarang: Gerbang Madani Indonesia.
Schramm,Wilbur.(1977). Big Media, Little Media, Tools and Technologies for Instruction. London: Sage Publicatio.
Sipahelelut, A. & Petrussumadi. (1991). Dasar-Dasar Desain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudjana, Nana. (1993). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB.
Sumardjo, Jakob. (2010). Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu STSI Press.
Sunaryo, Aryo. (2009). Ornamen Nusantara (Kajian Khusus Tentang Ornamen Indonesia). Semarang: Dahara Prize.
Soedewi, Sri. Samsi. (2011). Teknik dan Ragam Hias Batik Yogya dan Solo. Jakarta: Yayasan Titian Masa Depan (Titian Foundation).
Soepratno, B. A. 2000. Ornamen Ukir Kayu Tradisional. Jilid I. Cetakan ke V. Semarang: PT. Effhar Offset.
145
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Syamsuddin, Abin. Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Toekio, M. Soegeng. (2000). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.
Winkel, W.S. (1999). Psikologi Pengajaran (Cetakan kelima). Jakarta : Grasindo.
Jurnal
Dholakia, Utpal M., Richard P. Bagozzi, and Lisa Klein Pearo. (2004). A social influence model of consumer participation in network- and small-group-based virtual communities. International Journal of Research in Marketing, 21(3), 241-263.
Hillery, George Jr. 1955, "Definitions of Community: Areas of Agreement." RuralSociology 20: 111-122.
Muniz (2001). Brand Community, Journal of Consumer Research, Vol. 27, Maret, pp. 412-32.
Nahapiet J, Ghoshal S. 1998. Social Capital, Intellectual Capital and the Organizational Advantage. The Academy of Management Review 23(2): 242-267.
146
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bloom, B. S. (1956).Taxonomy of educational objectives: The classification of educational goals: Handbook I, cognitive domain. [Online] Tersedia: http://www.corrosion-doctor.org/Training/Bloom.htm. [3 September 2012].
Lusiandani, Eka. Koncara. (2013). Sekilas Tentang Pendidikan dan Pembelajran. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/15057544/Sekilas-Tentang-Pendidikan-Dan-Pembelajaran. [10 Mei 2013]
Kadir. (1992). BAB III Metoda Penelitian. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/upload/t_seni_0809676_chapter3.pdf# page=1&zoom=auto,0,630 [19 Mei 2013].
Nature, Teratai (2011). .... [Online]. Tersedia: http://www.facebook.com/teratai. nature/posts/294710743877219. [3 Januari 2013]
Pribadi, (2004). Media Pembelajaran Sebuah Kajian Pustaka. [Online] Tersedia: http://www.infoskripsi.com/2013/01/media-pembelajaran-sebuah-kajian-pustaka.html. [10 Mei 2013].
Purwasasmita, Muliati (2013). Bahan Revisi Buku Media Pembelajaran. [Online].
Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/1947 04171973032MULIATI_PURWASASMITA/Bahan_Revisi_Buku_Med ia_Pembelajaran_PLSx.pdf.[10 Mei 2013]
Suparlan. (2012). Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia:
www.suparlan.com/2/2012/07/23/pendidikan-karakter [12 Juli 2013]
Yustiningsih, Rini. (2012). Pengguna Internet Indonesia Tertinggi Ketiga di Asia. [Online]. Tersedia: http://www.solopos.com/2012/11/02/pengguna-internet-indonesia-tertinggi-ketiga-di-asia-344095. [12 Desember 2012].
147
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
http://file.upi.edu [12 Desember 2012]
www.hariansumutpos.com [10 Mei 2013]
www.kompas.com [12 Desember 2012]
http://psg.uii.ac.id [12 Desember 2012]
http://tourismews.co.id/category/handycraft/batik-betawi-dahulu-dan-kini [12 Juli 2013]
Id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi [12 Juli 2013]
Sumber Lain-Lain
Hajar Pamadhi. (2009). “Model PendidikanEstetikadalamPembel-ajaranSeni” dalamSarwijiSuwandidanEdySuryanto (Ed.). Or-kestrasiKajianBahasa, Sastra, danPengajarannya. Surakarta: UNS Press. (kumpulan artikel)
Hidayat, Dayat. (2012). Pembelajaran Keterampilan Fungsional Dalam Meningkatkan Keterampilan Warga Belajar Kejar Paket B di PKBM Harapan Desa Sukamulya Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang. Majalah Ilmiah Solusi Unsika ISSN 1412-86676 Vol. 11 No. 24 Ed.Sep - Nop 2012.
148
Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013
Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tesis Magister pada SPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Masnaini. 2003. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pemberian Kuis Dengan Mencongkak di Awal Setiap Pertemuan Pada Siswa Kelas V SDN 353 Patalabunga. Skripsi Sarjana pada. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar: tidak diterbitkan.
Noerman, Rani. (2009). Mendidik Anak Tangguh di Era Digital. Makalah pada Seminar PARENTING Madrasah Istiqlal Jakarta, Jakarta.
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007.
Pusat Kurikulum Balitbang (Balai Peneltian dan Pengembangan) Kemendikbud.
Suparlan, Parsudi. (1987) Kebudayaan, Kesenian dan Seni Rupa. Makalah pada Seminar Gerakan Seni Rupa Indonesia Sebuah Tanggapan atas Makalah Soetjipto Wirosarjono, Jakarta.
Supriawan, D. dan Surasega, A.B. (1990). Strategi Belajar Mengajar. Diktat pada Kuliah: FPTK-IKIP Bandung, Bandung.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasionl. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.