vii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance tehadap tax avoidance. Corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan ukuran dewan komisaris, persentase komisaris independen, kompensasi dewan komisaris dan direksi, serta persentase komite audit. Tax avoidance diproksikan dengan cash effective tax rates (CETR). Sampel dalam penelitian ini adalah 32 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014 yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan metode regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan ukuran dewan komisaris, kompensasi dewan komisaris dan direksi, serta persentase komite audit memiliki pengaruh terhadap tax avoidance. Sedangkan persentase komisaris independen tidak memiliki pengaruh terhadap tax avoidance.
viii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
This research aims to examine the influence of corporate governance on tax avoidance. Corporate governance in this research is proxied by the size of commisioners, percentage of independent commisioner, compensation of commisioners and executives, and percentage of audit comitee. Tax avoidance is proxied by cash effective tax rates (CETR). Samples used in this research are 32 manufacturing companies listed on Indonesian Stock Exchange over period 2011-2014 using purposive sampling method. This reseacrh used multiple regression to analyze the data. The results of this research indicate that the size of commisioners, compensation of commisioners and executives, and percentage of audit comitee have influence on tax avoidance. Meanwhile, the percentage of independent commisioner has no influence on tax avoidance.
ix Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ...iv
KATA PENGANTAR ...v
2.1.9 Kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi ...24
2.1.10 Komite Audit ...27
2.1.11 Penelitian Terdahulu ...28
2.2 Rerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis ...31
2.2.1 Hubungan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Tax Avoidance ...31
2.2.2 Hubungan Komisaris Independen Terhadap Tax Avoidance ...32
2.2.3 Hubungan Kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi Terhadap Tax Avoidance ...32
2.2.4 Hubungan Komite Audit Terhadap Tax Avoidance ...33
2.2.5 Model Penelitian ...34
BAB III METODE PENELITIAN ...35
3.1 Jenis Penelitian ...35
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ...35
x Universitas Kristen Maranatha
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...40
3.5 Teknik Analisis Data ...41
3.5.1 Uji Asumsi Klasik ...41
3.5.2 Pengujian Hipotesis ...44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...47
4.1 Hasil Penelitian ...47
4.1.1 Uji Asumsi Klasik ...47
4.1.2 Pengujian Hipotesis ...48
4.2 Pembahasan ...52
4.3 Perbandingan Dengan Hasil Pemelitian Sebelumnya ...55
BAB V PENUTUP ...56
5.1 Simpulan ...56
5.2 Keterbatasan Penelitian ...56
5.3 Saran ...57
DAFTAR PUSTAKA ...59
LAMPIRAN ...62
xi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
xiii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A SAMPEL PERUSAHAAN ...62
LAMPIRAN B TAX AVOIDANCE (CETR) ...63
LAMPIRAN C UKURAN DEWAN KOMISARIS ...64
LAMPIRAN D PERSENTASE KOMISARIS INDEPENDEN ...65
LAMPIRAN E KOMPENSASI DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI ....66
LAMPIRAN F PERSENTASE KOMITE AUDIT ...67
LAMPIRAN G UJI NORMALITAS ...68
LAMPIRAN H UJI MULTIKOLINEARITAS/ UJI REGRESI BERGANDA/ UJI SIGNIFIKANSI PARAMETER INDIVIDUAL (UJI STATISTIK T) ...69
LAMPIRAN I UJI AUTOKORELASI ...70
LAMPIRAN J UJI HETEROSKEDASTISITAS ...71
LAMPIRAN K KOEFISIEN DETERMINASI ...72
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pajak adalah sumber terbesar pendapatan negara. Data dari Laporan Keuangan
Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2014 menunjukkan total realisasi
pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2014 adalah
sebesar 1.550,6 triliun dan 74% atau sekitar Rp 1.146,8 triliun dari total
pendapatan tersebut berasal dari penerimaan di sektor pajak. Dana APBN tersebut
digunakan untuk berbagai pengeluaran negara yang ditujukan pada rakyat
Indonesia seperti pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas pendidikan dan
pelayanan kesehatan, dan lain-lain.
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa Indonesia sangat bergantung pada
penerimaan dari sektor pajak sehingga pemerintah sangat berfokus dalam
membuat regulasi mengenai perpajakan. Aturan mengenai perpajakan sendiri
telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal ini dilakukan agar
pendapatan negara dapat terus ditingkatkan.
Berbeda dengan pihak pemerintah, perusahaan sebagai wajib pajak
menganggap pajak sebagai beban yang mengurangi pendapatannya sehingga
perusahaan selalu berusaha mengurangi pajak sebesar-besarnya guna
meningkatkan laba bersih. Perusahaan dapat mengurangi jumlah pajaknya melalui
perencanaan pajak. Upaya meminimalisasi pajak yang tidak melanggar
undang-undang umumnya disebut tax planning yang memiliki ruang lingkup pada
B a b I P e n d a h u l u a n | 2
Universitas Kristen Maranatha
avoidance, yang merupakan suatu pelaksanaan efisiensi bagi perusahaan dengan cara yang legal dikarenakan adanya ketidaksempurnaan dalam Undang-Undang
Perpajakan (Kurniasih & Sari, 2013). Upaya untuk meminimalisasi pajak juga
sering dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja melanggar hukum. Upaya
penghematan pajak ini disebut juga penggelapan pajak (tax evasion).
Bagi Wajib Pajak pajak merupakan kewajiban dan bersifat memaksa, oleh
karena itu praktik penghindaran pajak (tax avoidance) banyak dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan. Tax avoidance menjadi hal yang penting bagi perusahaan
dalam meningkatkan laba bersih. Salah satu faktor yang mempengaruhi praktik
tax avoidance pada suatu perusahaan adalah karakteristik tata kelola perusahaan (corporate governance) dari perusahaan itu sendiri.
The Indonesian Institute of Corporate Governance (2015) menyatakan
corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai
dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders). Pemangku
kepentingan itu sendiri mencakup antara lain pemegang saham, karyawan,
pemasok, pelanggan, kreditur, komunitas lokal, pemerintah, dan masyarakat
umum, termasuk lingkungan sosial (Anton, 2012). Perusahaan dengan corporate
governance diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi, kewajaran dan kesetaraan, pertanggungjawaban, dan independensi.
Perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik
(good corporate governance) seharusnya dapat memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai peraturan yang berlaku dan semakin menghindari praktik
B a b I P e n d a h u l u a n | 3
Universitas Kristen Maranatha
kepercayaan dan reputasi yang baik di mata para pemangku kepentingan, tidak
hanya memikirkan keuntungan jangka pendek semata. Oleh karena itu,
karakteristik corporate governance pada perusahaan sangat menentukan kebijakan
praktik tax avoidance yang akan dilakukan. Karakteristik corporate governance
yang dimaksud adalah ukuran dewan komisaris, komisaris independen,
kompensasi yang diberikan pada dewan komisaris dan direksi, serta komite audit.
Effendi (2009) menyatakan dewan direksi (board of directors) berfungsi
untuk mengurus perusahaan, sementara dewan komisaris (board of commissioner)
berfungsi untuk melakukan pengawasan. Fungsi pengawasan yang dilakukan
dewan komisaris diperlukan karena adanya perbedaan kepentingan antara dewan
direksi atau disebut juga manajemen dengan para pemangku kepentingan
termasuk di dalamnya para pemegang saham. Para pemangku kepentingan ingin
meningkatkan nilai perusahaan dengan mengedepankan keuntungan dalam jangka
panjang yang dapat diperoleh dari reputasi yang baik di mata publik.
Seringkali manajemen yang merupakan agen yang diberi wewenang untuk
mengelola aset dan mengambil keputusan pada perusahaan, bertindak untuk
memperkaya dirinya sendiri. Tindakan manajemen untuk memperkaya diri sendiri
dapat dilakukan melalui aktivitas tax avoidance, seperti dengan cara menaikkan
gaji manajemen untuk mengurangi laba, menaikkan laba untuk mendapatkan
bonus yang tinggi atau dengan tindakan-tindakan lainnya yang berpotensi
melanggar hukum dan mencemarkan nama baik perusahaan. Oleh karena itu
fungsi pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris diperlukan agar
manajemen tidak bertindak oportunis melainkan menjalankan tugasnya sesuai
B a b I P e n d a h u l u a n | 4
Universitas Kristen Maranatha
kepentingan lainnya. Dengan adanya corporate governance perusahaan
diharapkan menghindari praktik tax avoidance dapat menjaga kelangsungan
usaha.
Tidak semua dewan komisaris menjalankan tugas dan fungsinya dengan
semestinya. Effendi (2009) berpendapat bahwa terdapat kendala yang cukup
menghambat kinerja komisaris yaitu masih lemahnya kompetensi dan integritas
mereka. Hal ini dapat terjadi karena pengangkatan komisaris biasanya hanya di
dasarkan pada penghargaan, hubungan keluarga, atau hubungan dekat lainnya
(nepotisme). Oleh karena itu dibutuhkan peran komisaris independen dalam suatu
perusahaan. Komisaris independen didefinisikan sebagai seorang yang tidak
terafiliasi dalam segala hal dalam pemegang saham pengendali. Tidak memiliki
hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris, serta tidak menjabat
sebagai direktur pada suatu perusahaan yang terkait (Winata, 2014). Komisaris
indpenden berperan melakukan pengawasan terhadap manajemen perusahaan dan
dewan komisaris lainnya. Pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen
dilakukan agar tidak terjadi asimetri informasi yang terjadi antara manajemen
perusahaan dengan para stakeholder (Hanum & Zulaikha, 2013), termasuk
informasi mengenai pajak perusahaan. Diduga keberadaan komisaris independen
dapat membuat perusahaan mengurangi praktik tax avoidance.
Meilinda & Cahyonowati (2013) menyebutkan tujuan dari kompensasi
adalah untuk menyelaraskan antara kepentingan pemegang saham dengan
kepentingan pengelola aset. Puspita & Harto (2014) menjelaskan perusahaan di
Indonesia rata-rata menggunakan sistem kompensasi tanpa basis saham, yaitu
B a b I P e n d a h u l u a n | 5
Universitas Kristen Maranatha
bonus yang diterapkan dapat memacu manajemen untuk meningkatkan kinerja.
Kinerja manajemen yang baik menyebabkan laba perusahaan menjadi tinggi
sehingga perusahaan cenderung terhindar dari praktik tax avoidance.
Fungsi pengawasan yang dilakukan komisaris cukup berat sehingga
komisaris dapat dibantu oleh beberapa komite. Salah satunya adalah komite audit.
Effendi (2009) menyebutkan komite audit memegang peranan yang cukup penting
dalam mewujudkan good corporate governance (GCG) karena merupakan “mata”
dan “telinga” dewan komisaris dalam rangka mengawasi jalannya perusahaan. Keberadaan komite audit diharapkan membuat perusahaan terhindar dari praktik
tax avoidance.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik
melakukan penelitian mengenai corporate governance dan praktik tax avoidance.
Penulis menduga terdapat keterkaitan antara corporate governance dengan praktik
tax avoidance yang dilakukan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap tax avoidance
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah terdapat pengaruh persentase komisaris independen terhadap tax
B a b I P e n d a h u l u a n | 6
Universitas Kristen Maranatha
3. Apakah terdapat pengaruh kompensasi dewan komisaris dan direksi terhadap
tax avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah terdapat pengaruh persentase komite audit terhadap tax avoidance
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menemukan bukti empirik mengenai:
1. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap tax avoidance pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Pengaruh persentase komisaris independen terhadap tax avoidance pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Pengaruh kompensasi dewan komisaris dan direksi terhadap tax avoidance
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Pengaruh persentase komite audit terhadap tax avoidance pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat penelitian, yaitu:
1. Bagi pihak regulator
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak
regulator dalam membuat kebijakan pajak untuk menyempurnakan peraturan
B a b I P e n d a h u l u a n | 7
Universitas Kristen Maranatha
2. Bagi calon investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu informasi bagi calon
investor sebelum melakukan penanaman modal dalam menilai kualitas tata
kelola perusahaan dan penghindaran pajak perusahaan manufaktur di
Indonesia.
3. Bagi perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan dorongan bagi
perusahaan untuk menyadari pentingnya mekanisme corporate governance
dalam suatu perusahaan terhadap penghindaran pajak, sehingga perusahaan
dapat memenuhi kewajiban perpajakannya dan terhindar dari aktivitas
56 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap
tax avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap tax avoidance pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Persentase komisaris independen tidak memiliki pengaruh terhadap tax
avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Kompensasi dewan komisaris dan direksi memiliki pengaruh terhadap tax
avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Persentase komite audit memiliki pengaruh terhadap tax avoidance pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki kekurangan dan keterbatasan, yaitu:
1. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada sektor manufaktur sehingga hasil
penelitian tidak dapat dijadikan perbandingan pada sektor lain selain
B a b V P e n ut u p | 57
Universitas Kristen Maranatha
2. Penelitian ini hanya menggunakan 32 perusahaan untuk dijadikan sampel
sehingga hasil penelitian masih kurang mampu untuk dianggap mewakili
populasi yang ada.
3. Tahun pengamatan pada penelitian ini adalah tahun 2011 hingga tahun 2014
dikarenakan adanya perbedaan tarif pajak pada tahun-tahun sebelumnya.
4. Corporate governance hanya diukur dengan 4 variabel yaitu ukuran dewan komisaris, persentase komisaris independen, kompensasi dewan komisaris dan
direksi, serta persentase komite audit.
5. Tax avoidance hanya diukur dengan CETR.
5.3 Saran
Adapun saran yang peneliti ajukan sehubungan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian tidak hanya dilakukan pada sektor manufaktur melainkan juga pada
sektor-sektor lain di luar manufaktur.
2. Menambah jumlah sampel untuk mendapatkan gambaran yang nyata
mengenai pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance pada
perusahaan yang terdaftar di perusahaan Bursa Efek Indonesia.
3. Menambah jumlah periode pengamatan.
4. Pengukuran corporate governance sebaiknya ditambah dengan
variabel-variabel lain, contohnya struktur kepemilikan dan kualitas audit.
B a b V P e n ut u p | 58
Universitas Kristen Maranatha
6. Bagi pihak regulator agar membuat peraturan pajak yang lebih baik untuk
mencegah praktik tax avoidance dalam rangka menambah pendapatan negara,
seperti mewajibkan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
menambah wewenang dan jumlah dewan komisaris independen pada sebuah
perusahaan.
7. Bagi calon investor agar lebih teliti sebelum melakukan penanaman modal
atau investasi yaitu dengan melihat mekanisme corporate governance
perusahaan apakah telah terlaksana dengan baik atau tidak dalam rangka
mencegah praktik tax avoidance. Karena seperti yang telah diketahui bahwa
tax avoidance dapat merusak nama baik perusahaan yang berdampak pada kelangsungan usaha perusahaan, sehingga dapat merugikan pihak investor.
8. Bagi investor yang telah melakukan investasi pada sebuah perusahaan
sebaiknya mempertimbangkan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan
dengan cara mengawasi dan mencegah manajemen melakukan praktik tax
avoidance yang dapat merusak nama baik perusahaan di masa depan sehingga investor mendapatkan profit yang stabil dalam jangka panjang.
9. Bagi perusahaan agar dapat mempertimbangkan dampak dari praktik tax
59 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, N.A., & Kurniasih, L. 2012. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi & Auditing, 8 (2), 95-189.
Anton. 2012. Analisis Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Majalah Ilmiah Informatika, 3 (1), 21-62.
Anthony, R.N., & Govindarajan, V. 2005. Management Control Systems (11th ed) (Terj. K. Tjakrawala & Krista). Jakarta: Salemba Empat.
Bhagat, S., & Bolton, B. 2008. Corporate Governance and Firm Peformance. Journal of Corporate Finance, 14 (3), 257-273.
Bursa Efek Indonesia. 2012. Tata Kelola Perusahaan. Diakses pada 11 Oktober
2015, dari
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/tatakelolaperusahaan.aspx
Chen, K.Y., & Zhou, J. 2007. Audit Committee, Board Characteristics and Auditor Switch Decisions by Andersen’s Clients. Contemporary Accounting Research, 24 (4), 1085-1117.
Cooper, D.R., & Schindler, P.S. 2006. Metode Riset Bisnis (Edisi 9) (Terj. Budijanto, D. Djunaedi, & D. Sihombing). Jakarta: PT Media Global Edukasi.
Desai, M.A., & Dharmapala, D. 2006. Corporate Tax Avoidance and High Powered Incentives. Journal of Financial Economics, 79 (1), 145-179.
Dyreng, S.D., Hanlon, M., & Maydew, E.L. 2008. Long Run Corporate Tax Avoidance. Accounting Review, 83 (1), 61-82.
Effendi, M.A. 2009. The Power of Good Corporate Governance. Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 (Edisi 7). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanum, H.R., & Zulaikha. 2013. Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap Effective Tax Rate. Diponegoro Journal of Accounting, 2 (2), 1-10.
Hartono, J. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis (Edisi 1). Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
60 Universitas Kristen Maranatha
Indrawan, R., & Yaniawati, R.P. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2015. Laporan Keuangan Kementerian Keuangan TA 2014. Diakses pada 3 Oktober 2015 dari http://www.kemenkeu.go.id/Publikasi/laporan-keuangan-kementerian-keuangan-ta-2014
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance. Diakses pada 19 Oktober 2015 dari http://knkg-indonesia.com/home/component/weblinks/43-pedoman-knkg.html
Kurniasih, T., & Sari, M.M.R. 2013. Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax Avoidance. Buletin Studi Ekonomi, 1 (18), 58-66.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan (Edisi Revisi). Yogyakarta: Andi.
Meilinda, M., & Cahyonowati, N. 2013. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Pajak. Diponegoro Journal of Accounting, 2 (3), 1-13.
Mulkhan, U., & Pratama, M.A. 2011. Peran Pemerintah dalam Kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Upaya Mendorong Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, 2 (1), 274-281.
Peraturan BAPEPAM-LK No: IX.I.5 nomor: KEP-643/ BL/ 2012 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 88 /PMK.06 /2015 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Perusahaan Perseroan.
Pohan, C.A. 2013. Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis (Edisi Revisi). Jakarta: PT Gramedia.
Puspita, S.R., & Harto, P. 2014. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal of Accounting, 3 (2), 1-13.
Sari, D. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: PT Refika Aditama.
Solomon, J. 2007. Corporate Governance and Accountability (2nd Ed). The Atrium, West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd.
61 Universitas Kristen Maranatha
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhartati, T., Warsini, S., & Sixpria, N. 2011. Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Dan Praktik Tata Kelola Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 10 (2), 95-105.
Suliyanto. 2009. Metode Riset Bisnis (Edisi 2). Yogyakarta: Andi.
Sunjoyo, Setiawan, R., Carolina, V., Magdalena, N., & Kurniawan, A. 2013. Aplikasi SPSS untuk Smart Riset. Bandung: Alfabeta.
Suprianto, E. 2011. Perpajakan di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutedi, A. 2011. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.
---. 2014. Hukum Ekspor Impor. Jakarta: Raih Asa Sukses.
Terzaghi, M.T. 2012. Pengaruh Earning Management dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi, 2 (1), 31-47.
The Indonesian Institute for Corporate Governance. 2015. Corporate Governance Perception Index. Diakses pada 6 Oktober 2015, dari http://www.iicg.org/agenda-iicg/21-corporate-governance-perception-index
Umar, H. 2013. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Edisi 2). Jakarta: Rajawali Pers.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Winata, F. 2014. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Tax Accounting & Review, 4 (1).
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia (Edisi 10). Jakarta: Salemba Empat.