commit to user
i
ANALISIS EKONOMI USAHA JASA PRODUK PARIWISATA :
STUDI KASUS KERETA UAP JALADARA
DI KOTA SURAKARTA
Skripsi
Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
RAHADIAN SEPTIADI
F0106066
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
ANALISIS EKONOMI USAHA JASA PRODUK PARIWISATA :
STUDI KASUS KERETA UAP JALADARA
DI KOTA SURAKARTA
Surakarta, 24 Januari 2011
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
Surakarta, Februari 2011
Dr. Agustinus Suryantoro, M.S. ( ... )
NIP. 195909111987021001 Ketua
Drs. BRM Bambang Irawan, M.Si ( ... )
NIP. 196705231994031002 Pembimbing
Lukman Hakim, SE, M.Si. ( ... )
commit to user
iv
HALAMAN MOTTO
“...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib satu kaum kecuali
mereka sendiri mengubah keadaan jiwanya...”
QS Ar Ra’d 13:11
“Hidup begitu lengkap ketika kita bisa melengkapi kehidupan orang lain...”
Iklan Toyota Kijang Innova
“Kegagalan merupakan sebuah kesuksesan yang tertunda…”
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
· Ibu dan Bapak tersayang yang selalu mendoakan dan memberikan restunya yang senantiasa mengiringi setiap langkahku dalam meraih
cita-cita.
· Adik-adikku (Indra dan Angga) tersayang
· My lovely Retno Ningrum, yang selalu menginspirasi untuk berkarya dan memberi support disaat susah maupun senang
· Mbah putri dan Mbah kakung, Semua Om dan Tanteq, serta Adik-adik sepupuku Andi, Icha, Fauzan, dan Reyhan
· Semua sahabat-sahabat terbaikku Raka, Tino, Dimas, Apri, Mario, Site, Indro, Riza, Ita, Tia, Windi, Alfi.
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan guna memenuhi
syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Skripsi dengan judul “Analisis Ekonomi Usaha Jasa Produk Pariwisata
: Studi Kasus Kereta Uap Jaladara Di Kota Surakarta” penulis susun
berdasarkan penelitian yang dilakukan pada objek wisata “Sepur Kluthuk
Jaladara” di Kota Surakarta untuk menganalisis dampak ekonomi yang
ditimbulkan adanya objek wisata tersebut.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi.
Namun, seiring dengan berlalunya waktu serta usaha yang tidak kenal lelah,
kendala yang muncul bisa teratasi. Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan
terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung memberikan bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis
menghaturkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. BRM Bambang Irawan, M.Si, selaku dosen pembimbing yang
telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan
skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surkarta yang secara langsung
maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut
ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi
commit to user
vii
4. Ibu Izza Mafruhah, S.E., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.
6. Pimpinan dan seluruh staff Dinas Perhubungan Surakarta.
7. Pimpinan dan seluruh staff Dinas Pariwisata Surakarta.
8. Pimpinan dan seluruh staff PT Aqsa International Tour & Leasure.
9. Ibu, bapak, dan adik-adik yang selalu mendoakan penulis.
10. Teman-teman EP, Manajeman, dan Akuntansi angkatan 2005, 2006, 2007.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara
langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga
terselesaikannya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam
rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan
sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Surakarta, Januari 2011
commit to user
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
ABSTRAK ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Dasar ... 9
1. Pengertian Kereta Api ... 9
2. Teori dan Kriteria Kelayakan Usaha ... 11
commit to user
ix
b. Arus Kas Usaha (Cash Flow) ... 13
c. Biaya Modal (Cost of Capital) ... 15
d. Ukuran Kelayakan Usaha ... 15
e. NPV, IRR, atau Payback Period? ... 16
3. Aspek Umum dan Organisasi ... 17
a. Gambaran Umum Usaha ... 17
1) Tujuan pendirian usaha ... 17
2) Perizinan ... 18
3) Kegiatan usaha ... 19
4) Bentuk hukum badan usaha ... 19
5) Permodalan ... 19
b. Organisasi dan Personalia ... 20
4. Aspek Pemasaran ... 20
5. Teori dan Kriteria Kelayakan Proyek ... 21
a. Pengertian Proyek ... 21
b. Pengertian Kelayakan Proyek ... 24
c. Maksud dan Tujuan Studi Kelayakan ... 26
d. Analisa Finansial dan Analisa Ekonomi ... 28
e. Analisis Biaya dan Manfaat ... 31
f. Manfaat Proyek ... 32
1) Manfaat langsung ... 32
2) Manfaat tidak langsung ... 32
commit to user
x
h. Umur Proyek ... 37
i. Kriteria Investasi ... 38
1) Net Present Value (NPV) ... 38
2) Internal Rate of Return (IRR) ... 39
3) Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio) ... 40
4) Profitability Ratio (PV/K) ... 40
5) Payback Period (PBP) ... 41
B. Penelitian Terdahulu ... 42
C. Kerangka Teoritis ... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 47
B. Jenis dan Sumber Data ... 47
C. Teknik Pengumpulan Data ... 48
D. Definisi Operasional Variabel ... 49
E. Alat Analisis Data ... 49
1. Net Present Value (NPV) ... 50
2. Internal Rate of Return (IRR) ... 50
3. Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio) ... 51
4. Payback Period (PBP) ... 51
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 53
1. Letak Geografis ... 53
commit to user
xi
3. Keadaan Alam ... 54
4. Aspek Demografi ... 55
5. Aspek Sosial Ekonomi ... 57
a. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 57
b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 57
c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 58
6. Aspek Pariwisata ... 59
a. Wisata budaya dan sejarah ... 60
b. Wisata seni ... 60
c. Wisata taman ... 62
d. Wisata museum dan bangunan bersejarah ... 63
e. Wisata belanja ... 64
f. Wisata kuliner ... 66
B. Gambaran Umum Usaha Kereta Jaladara ... 68
C. Analisis Data dan Pembahasan ... 69
1. Aspek Umum dan Pengelolaan ... 69
a. Latar Belakang Usaha ... 69
b. Maksud dan Tujuan ... 71
c. Sifat Usaha ... 71
d. Pengelolaan ... 71
2. Aspek Pemasaran ... 72
commit to user
xii
b. Strategi Pemasaran ... 75
1) Produk ... 75
2) Harga jual (price) ... 77
3) Promosi ... 77
4) Target pasar ... 78
3. Aspek Keuangan ... 78
a. Pembelanjaan Investasi Barang Modal ... 78
b. Biaya operasional ... 79
c. Biaya dan Estimasi Pendapatan/Manfaat ... 79
1) Biaya ... 79
2) Estimasi pendapatan/manfaat ... 80
d. Payback Period (PBP) ... 85
4. Simulasi Aspek Finansial dengan Alternatif Investasi ... 86
a. Estimasi biaya dan manfaat selama 20 tahun ... 87
b. Perhitungan kelayakan usaha ... 88
1) Net Present Value (NPV) ... 89
2) Internal Rate of Return (IRR) ... 90
3) Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) ... 92
4) Payback Periods ... 94
5. Analisis Ekonomi ... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98
commit to user
xiii
B. Keterbatasan Penelitian ... 100
C. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia
Menurut Pintu Masuk Bandara Tahun 1997-2009 ... 2
1.2 Jumlah Wistawan yang berkunjung ke Kota Surakarta
Tahun 2003-2008 ... 3
4.1 Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan
Di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 54
4.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2004-2008 ... 55
4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2004-2008 ... 56
4.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan
di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 56
4.5 Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut
Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 57
4.6 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian
di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 58
4.7 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kota Surakarta Tahun 2008 ... 59
commit to user
xv
Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota Surakarta ... 73
4.9 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Surakarta Melalui Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) dan TIC ... 74
4.10 Perhitungan Estimasi Manfaat multiplier effect dari Kereta Uap Sepur Kluthuk Jaladara setiap paket perjalanan ... 84
4.11 Perhitungan pendapatan yang diterima Pemkot Surakarta melalui pajak dan retribusi ... 85
4.12 Perhitungan Payback Period (PBP) Bila Dilihat Dari Manfaat Bagi Kota Surakarta Secara Keseluruhan ... 86
4.13 Perhitungan Payback Period (PBP) Bila Dilihat Dari Keuntungan yang Diterima Pemkot Surakarta ... 86
4.14 Perhitungan Pendapatan Pemkot Surakarta Selama 1 Tahun ... 88
4.15 Perhitungan Net Present Value ... 90
4.16 Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) ... 91
4.17 Perhitungan Benefit-Cost Ratio ... 93
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Siklus Suatu Proyek ... 23
commit to user
xvii ABSTRAK
ANALISIS EKONOMI USAHA JASA PRODUK PARIWISATA : STUDI KASUS KERETA UAP JALADARA
DI KOTA SURAKARTA
Rahadian Septiadi F0106066
Penciptaan sebuah atraksi pariwisata merupakan upaya untuk memajukan sektor pariwisata di kota Surakarta. Sebagai kota budaya, maka atraksi wisata baru yang diciptakan juga kental akan nuansa budaya. Objek wisata baru tersebut harus memiliki sebuah keunikan yang dapat menjadi daya tarik wisata sehingga mampu mendatangkan wisatawan dari luar daerah maupun dari luar negeri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi objek wisata baru yang dimiliki kota Solo yaitu kereta uap Sepur Kluthuk Jaladara, mengetahui dan menganalisis manfaat yang ditimbulkan dari adanya kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara, serta mengetahui dan menganalisis kelayakan usaha kereta uap wisata tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yang didalamnya terdapat data primer dan data sekunder dan dua teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan studi pustaka. Untuk melakukan analisis kelayakan usha dan melakukan simulasi alternatif cara penganggaran modal dan investasi yang ditanamkan pada suatu usaha, penulis menggunakan metode kriteria investasi yang terdiri dari NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate
Return), B/C Ratio (Benefit Cost Ratio), PBP (Pay Back Period).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara dapat menarik wisatawan dari luar Solo karena memiliki keunikan yang tidak dapat ditandingi oleh daerah lain. Usaha kereta uap wisata ini dapat dianggap layak bila ditinjau dari manfaat multiplier effect yang ditimbulkan bagi kota Solo secara keseluruhan sedangkan bila dilihat dari pendapatan asli daerah (PAD) yang diterima pemkot Solo maka usaha pariwisata ini tidak layak, karena uang yang dikeluarkan dari APBD tidak dapat terbayar kembali. Dari hasil simulasi kelayakan finansial, usaha kereta ini dapat menguntungkan bagi pemkot Solo dan layak untuk dijalankan jika dilakukan investasi untuk beberapa tahun ke depan, bukan secara sewa bulanan.
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah harus mencari alternatif sektor ekonomi yang dianggap pas
untuk mempercepat pembangunan di Indonesia. Pembangunan yang dilakukan
sekarang ini pada hakekatnya adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. Salah
satu bentuk pembangunan yang ditempuh adalah pembangunan di bidang
industri pariwisata. Sektor pariwisata diyakini tidak hanya sekedar mampu
menjadi sektor andalan dalam usaha meningkatkan perolehan devisa untuk
pembangunan yang sekarang sedang giat-giatnya dilakukan pemerintah,
industri pariwisata juga digunakan sebagai pendorong perkembangan
perekonomian suatu daerah.
Harapan bahwa sektor pariwisata akan mampu menjadi pengganti
pemasok devisa utama setelah Migas bukanlah harapan kosong semata, dalam
kenyataannya Indonesia memang memiliki potensi alam dan budaya yang luar
biasa melimpah dan benar-benar layak untuk dibanggakan sebagai sumber
industri pariwisata yang masih luas dan belum banyak terjamah oleh tangan
manusia. Sektor pariwisata diharapkan akan dapat menciptakan
produk-produk yang memang berkualitas dengan keragaman alam dan budaya ini.
commit to user
Tabel 1.1Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Menurut Pintu Masuk Bandara 1997-2009
Tahun Jumlah
Dari tabel 1.1 di atas terlihat bahwa pada tahun 2008 dan 2009 jumlah
wisatawan mancanegara ke Indonesia melalui pintu masuk bandara
mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya yang berkisar antara 4
juta sampai 5 juta menjadi 6.234.497 orang pada tahun 2008 dan 6.323.730
pada tahun 2009. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa perkembangan
pariwisata di Indonesia mulai tahun 2008 meningkat.
Pembangunan di bidang industri pariwisata sendiri tidak terlepas dari
pemilihan penciptaan suatu bentuk atraksi wisata sebagai daya tarik utama
sehingga diharapkan dengan adanya atraksi wisata baru akan meningkatkan
kedatangan wisatawan sehingga akan tercipta sinergi antara sektor pariwisata
dengan sektor lainnya, seperti sektor ekonomi (sumber devisa dan pajak),
commit to user
(memperkenalkan kebudayaan setempat kepada wisatawan). Pada aspek
ekonomi, diharapkan akan tercipta peningkatan perekonomian masyarakat.
Salah satu kota di Jawa tengah yang menjadi tujuan wisata baik
domestik maupun mancanegara yaitu kota Surakarta atau lebih dikenal dengan
sebutan kota Solo, karena kota Solo merupakan kota budaya dan pusat
kesenian jawa serta keberadaan industri batik tulisnya yang sampai saat ini
masih tetap dilestarikan. Dalam hal ini kota Surakarta harus mampu mengolah
budayanya sendiri sehingga menjadi penopang bagi perkembangan industri
pariwisata. Upaya-upaya membangkitkan industri pariwisata di Surakarta ini
tidak akan bisa apabila hanya dikerjakan oleh orang-orang pariwisata saja,
tetapi peran masyarakat dan sektor lain akan sangat dibutuhkan.
Perkembangan pariwisata di Kota Solo dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan ke kota Solo yang
selalu meningkat.
Tabel 1.2 Jumlah Wistawan yang berkunjung ke Kota Surakarta 2003-2008
commit to user
Dari tabel 1.2, terlihat bahwa pada tahun 2004 jumlah wisatawan yang
berkunjung ke kota Solo mengalami penurunan tapi pada tahun 2005 sampai
2008 mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah kunjungan yang cukup
signifikan terjadi pada tahun 2008. Hal ini dikarenakan pada tahun 2008
terdapat event berskala internasional yang digelar di Surakarta seperti Solo
Batik Carnival (SBC) dan Solo International Ethnic Music (SIEM). Melihat
jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke
kota Surakarta selalu bertambah berarti permintaan akan jasa pariwisata pun
bertambah. Pariwisata di Surakarta ini masih dapat dikembangkan lagi dengan
memanfaatkan potensi-potensi yang ada, salah satunya dengan cara
menciptakan suatu event atau atraksi wisata dari potensi yang dimiliki kota
Surakarta. Secara garis besar ada empat kelompok yang merupakan daya tarik
bagi wisatawan datang pada suatu daerah tujuan wisata, yaitu natural
attraction (seperti pemandangan, danau, air terjun, agro wisata, flora dan
fauna, dan sebagainya) build attraction (seperti bangunan yang menarik,
rumah adat, dan lain-lain), cultural attraction (diantaranya peninggalan
sejarah, cerita-cerita rakyat, kesenian tradisional, museum, festival kesenian,
dan semacamnya), dan social attraction (meliputi tata cara hidup suatu
masyarakat, ragam bahasa, upacara perkawinan, khitanan, dan kegiatan sosial
lainnya) (Yoeti, 2009: 167-168).
Produk pariwisata di Kota Surakarta tidak akan lepas dari hal yang
berkaitan dengan budaya. Sebagai wujud kepedulian pemerintah kota
commit to user
bagi masyarakat umum dalam suasana yang menyenangkan serta tidak
terlepas dari nilai-nilai kearifan Pemkot Surakarta, maka pada Selasa tanggal
20 Oktober 2009 dirut PT KA Ignasius Jonan dan pemeritah kota Solo Joko
Widodo telah sepakat dan menandatangani perjanjian kerja sama operasional
Lokomotif Uap untuk operasional kereta uap wisata di Loji Gandrung Solo.
Pengoperasian kereta uap wisata “Sepur Kluthuk Jaladara” ini diresmikan oleh
menteri perhubungan (Menhub) Jusman Syafi’i Djamal. Menhub Jusman
Syafi’i Djamal, dalam sambutannya mengungkapkan pengoperasian kereta
wisata uap kuno itu merupakan terobosan yang sangat berani dari Pemerintah
Kota (Pemkot) Solo dalam bidang perhubungan dan pariwisata. Menhub
berharap langkah inovatif semacam itu bisa diikuti oleh daerah-daerah lain,
khususnya yang memiliki keistimewaan berupa rel kereta api di tengah kota
agar memberdayakan potensi tersebut (Solopos.com 27 September 2009).
Makna dari diaktifkannya kereta uap tersebut yaitu untuk
melestarikan benda bersejarah heritage milik PT KA tidak hanya dilakukan
dalam wujud monumen yang statis akan tetapi dapat dilakukan dalam bentuk
monumen yang dinamis, sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat ataupun
wisatawan yang berkunjung ke kota Solo. Kota Solo telah mendeklarasikan
diri sebagai kota pusaka dan kota budaya maka keberadaan lokomotif uap
kuno ini selain mendukung pelestarian heritage, juga sebagai salah satu upaya
mem-branding kota.
Kereta uap wisata ini beroperasi di jalur kereta api Stasiun
commit to user
Solo itu sepanjang enam kilometer tepat bersisian dengan Jl Slamet Riyadi
hingga berakhir di Stasiun Sangkrah (Solo Kota). Apabila menggunakan KA
melewati jalur itu, seolah-olah kita dihidangkan dengan sebagian wajah Kota
Solo. Jalan rel itu membentang sepanjang Jl Slamet Riyadi yang merupakan
jalan utama di tengah Kota Solo.
Rencananya, KA Uap akan dioperasionalkan pada hari Sabtu dan
Minggu. Sementara pada hari lain, akan disewakan untuk tur. Sepanjang jalur
kereta bisa berhenti di Solo Grand Mall, Loji Gandrung, Sriwedari, Museum
Radyapustaka, Museum Batik, Pasar Ngarsapura, dan Gladak atau tergantung
pesanan (Prasetyo, 2009). Tarif kereta api wisata yang ditarik dengan loko
ketel uap "Sepur Kluthuk Jaladara" yaitu Rp 150.000,00 untuk wisatawan luar
Solo dan Rp 30.000,00 untuk masyarakat yang memiliki KTP Solo.
Masyarakat menilai harga tiket yang ditawarkan cukup tinggi dan dengan
harga tiket setinggi itu, tentu kereta ini menjadi ekslusif karena hanya
kalangan tertentu yang bisa menikmatinya. Biaya operasional lokomotif uap
kuno ini memang cukup mahal, sebab menggunakan bahan bakar kayu jati
yang kini sudah mulai langka sehingga sekali pengoperasian (PP) dari Stasiun
Purwosari hingga Sangkrah sepanjang 5,6 KM menelan biaya Rp 3,2 juta,
belum lagi menyangkut biaya perawatan padahal kapasitas dua gerbong yang
disediakan hanya 80 penumpang. Pada awal kedatangan KA itu, Wali Kota
menyatakan optimistis bahwa pengoperasian kereta uap ini akan bisa
commit to user
Penciptaan dan biaya operasional event atau atraksi wisata ini
memerlukan biaya yang tidak sedikit, padahal daya tampung gerbong hanya
berkapasitas sekitar 80 orang akibatnya untuk menutup biaya operasional,
harga tiket yang ditawarkannya pun tergolong tinggi untuk masyarakat yang
berpenghasilan menengah sehingga tidak menutup kemungkinan akan
menghadapi suatu kegagalan. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang lebih
mendalam untuk menganalisa secara ekonomi usaha jasa pariwisata kereta uap
wisata “Jaladara” ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan suatu
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah deskripsi usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara?
2. Bagaimanakah manfaat ekonomi pariwisata yang ditimbulkan dari usaha
kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara?
3. Bagaimanakah kelayakan usaha produk pariwisata kereta uap wisata
commit to user C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara.
2. Mengetahui dan menganalisis manfaat ekonomi pariwisata yang
ditimbulkan dari usaha kereta uap wisata Sepur Kluthuk Jaladara.
3. Mengetahui dan menganalisis kelayakan usaha kereta uap wisata Sepur
Kluthuk Jaladara.
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan kebijakan atau keputusan,
dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan Surakarta pada khususnya dan
Pemperintah Kota Surakarta pada umumnya.
2. Sebagai acuan / referensi bagi penelitian berikutnya.
3. Menambah studi kepustakaan dalam bidang analisis ekonomi sebuah
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Dasar
1. Pengertian Kereta Api
Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan
tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan
kendaraan lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api
merupakan alat transportasi massal yang umumnya terdiri dari lokomotif
(kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian
kereta atau gerbong (dirangkaikan dengan kendaraan lainnya). Rangkaian
kereta atau gerbong tersebut berukuran relatif luas sehingga mampu
memuat penumpang maupun barang dalam skala besar. Karena sifatnya
sebagai angkutan massal efektif, beberapa negara berusaha
memanfaatkannya secara maksimal sebagai alat transportasi utama
angkutan darat baik di dalam kota, antarkota, maupun antar negara.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_api, 20 September 2009).
commit to user
Kereta api dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_api, 20 September 2009) :
a. Dari segi propulsi (tenaga penggerak)
propulsi kereta api dibedakan menjadi 3, yaitu :
1) Kereta api uap
Kereta api uap adalah kereta api yang digerakkan dengan uap
air yang dibangkitkan/dihasilkan dari ketel uap yang
dipanaskan dengan kayu bakar, batu bara ataupun minyak
bakar, oleh karena itu kendaraan ini dikatakan sebagai kereta
api dan terbawa sampai sekarang. Sejak pertama kali kereta api
dibangun di Indonesia tahun 1867 di Semarang telah memakai
lokomotif uap, pada umumnya dengan lokomotif buatan
Jerman, Inggris, Amerika Serikat dan Belanda. Paling banyak
ialah buatan Jerman.
2) Kereta api diesel
Lokomotif diesel adalah jenis lokomotif yang bermesin diesel
dan umumnya menggunakan bahan bakar mesin dari solar. Ada
dua jenis utama kereta api diesel ini yaitu kereta api diesel
hidraulik dan kereta api diesel elektrik.
3) Kereta api listrik
Kereta Rel Listrik, disingkat KRL, merupakan kereta yang
bergerak dengan sistem propulsi motor listrik. Di Indonesia,
commit to user
merupakan kereta yang melayani para komuter (lihat KRL
Jabotabek). Kereta rel listrik berbeda dengan lokomotif listrik.
b. Dari segi rel
1) Kereta api rel konvensional
Kereta api rel konvensional adalah kereta api yang umum
dijumpai. Menggunakan rel yang terdiri dari dua batang besi
yang diletakan di bantalan. Di daerah tertentu yang memliki
tingkat ketinggian curam, digunakan rel bergerigi yang
diletakkan di tengah tengah rel tersebut serta menggunakan
lokomotif khusus yang memiliki roda gigi.
2) Kereta api monorel
Kereta api monorel (kereta api rel tunggal) adalah kereta api
yang jalurnya tidak seperti jalur kereta yang biasa dijumpai.
Rel kereta ini hanya terdiri dari satu batang besi. Letak kereta
api didesain menggantung pada rel atau di atas rel. Karena
efisien, biasanya digunakan sebagai alat transportasi kota
khususnya di kota-kota metropolitan dunia dan dirancang mirip
seperti jalan layang.
2. Teori dan Kriteria Kelayakan Usaha
Dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan manajemen secara luas,
studi kelayakan bukanlah sebuah disiplin ilmu tersendiri. Studi ini
merupakan bidang terapan dari berbagai disiplin ilnu manajemen,
commit to user
melakukan studi kelayakan usaha digunakan peralatan analisis yang ada
dalam bidang ilmu manajemen keuangan, manajemen pemasaran,
manajemen sumber daya manusih, manajemen operasi, dan manajemen
um1im (general nrunagement). Di samping itu, juga diperlukan
peralatan analisis ilmu ekonomi (mikoekonomi, seperti struktur pasar dan
persaingan, dan makroekonomi, seperti kecenderungan inflasi, tingkat
bunga, dan kurs).
Sebelum masuk ke dalam suatu bidang usaha, pemodal (investor)
akan menilai terlebih dahulu apakah kas yang dikeluarkannya untuk
membangun dan mengoperasikan usaha tersebut dapat menghasilkan
kas yang lebih besar. Kas yang dihasilkan oleh perusahaan akan
diperoleh dalam beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu arus kas di
masa yang akan datang tersebut dinilai saat ini (present value). ltulah
sebabnya, perhitungan kelayakan suatu usaha yang paling utama
didasarkan atas kriteria yang disebut Net Present Value (NPV). Inti dari
konsep NPV, sesuai dengan namanya, adalah nilai bersih dari arus kas
masuk dan keluar yang dihitung pada saat ini, atau periode nol (Zubir,
2005: 5).
a. Konsep Nilai Sekarang (Present Value)
Dalam teori capital budgeting kita berhadapan dengan konsep
nilai waktu dari uang (time value of money). Uang sebesar Rp100,00
saat ini lebih tinggi nilainya dibanding uang sejumlah sama jika
commit to user
diinvestasikan atau didepositokan di bank dengan tingkat bunga
10% per tahun akan menjadi Rp110,00 pada akhir tahun pertama. Jika
pada tahun kedua tingkat bunga tetap l0%, maka pada akhir tahun
kedua investasi atau deposito tersebut akan bernilai Rp121,00.
Dengan demikian, uang yang diterima sebesar Rp100,00 saat ini
setara nilainya dengan Rp110,00 jika uang tersebut diterima
setahun kemudian atau Rp121,00 jika diterima dua tahun kemudian
(Zubir, 2005: 6).
b. Arus Kas Usaha (Cash Flow)
Arus kas usaha terdiri dari arus kas keluar (cash outfow) dan
arus kas rnasuk (cash inflow) antara keduanya disebut sebagai arus
kas bersih (net cash flow). Dalam praktik dikenal dua macam arus
kas, yaitu arus kas operasional dan arus kas proyek. Arus kas
operasi merupakan penerimaan dan pengeluaran kas dalam operasi
perusahaan sehari-hari. Arus kas operasional dinyatakan dalam
laporan arus kas, baik dalam bentuk langsung (direct method),
maupun tidak langsung (indirect method). Pada umumnya manajer
keuangan lebih banyak menggunakan laporan arus kas dalam bentuk
langsung karena berkaitan langsung dengan penerimaaan,
pengeluaran, dan saldo kas setiap akhir periode. Laporan arus kas
langsung menginformasikan besarnya kas yang tersedia pada akhir
periode Sedangkan arus kas tak langsung dapat kita jumpai pada
commit to user
(KAP). Laporan ini dimaksudkan untuk menjelaskan penggunaan
setiap rupiah uang perusahaan selama satu periode yang tercantum
dalam neraca dan laporan rugi-laba perusahaan tersebut. Laporan arus
kas tak langsung pada akhirnya akan memberikan besarnya perubahan
kas selama satu periode (Zubir, 2005: 7).
Arus kas kelayakan usaha merupakan proyeksi beberapa tahun
ke depan yang terdiri dari arus kas keluar dan arus kas masuk. Selisih
antara arus kas masuk dan arus kas keluar disebut arus kas bersih.
Besarnya arus kas masuk suatu usaha berasal dari laba operasi setelah
dikurangi dengan pajak atas laba operasi tersebut setiap periode,
kemudian ditambah dengan biaya penyusutan, nilai sisa harta tetap dan
modal kerja bersih pada akhir periode proyeksi. Arus kas keluarnya
adalah untuk pembelian barang modal (harta tetap) dan penambahan
modal kerja setiap periode (incremental working capital). Dalam
perhitungan arus kas usaha tersebut tidak dimasukkan pembayaran
bunga, deviden, dan cicilan. Pembayaran bunga dan deviden tidak
dimasukkan sebagai arus kas keluar karena keduanya merupakan
imbalan atas modal patungan para pemilik proyek (investor dan
kreditur/bank). Demikian pula, pembayaran cicilan juga tidak
diperhitungkan dalam arus kas keluar karena cicilan juga merupakan
pengembalian terhadap modal dari kreditur/bank sebagai pemilik
commit to user c. Biaya Modal (Cost of Capital)
Sumber dana yang digunakan oleh perusahaan, baik pinjaman
maupun modal sendiri, menanggung beban yang disebut sebagai biaya
modal (cost of capital). Biaya pinjaman disebut sebagai cost of debt
dan biaya modal sendiri disebut cost of equity. Biaya usaha yang
menggunakan modal pinjaman dan modal sendiri adalah rata-rata
tertimbang dari cost of debt dan cost of equity dengan pembobotnya
adalah porsi masing-masing sumber dana yang digunakan (Zubir,
2005: 21).
d. Ukuran Kelayakan Usaha
Ukuran kelayakan usaha yang umum digunakan adalah net
present value (NPV), internal rate of return (IRR) dan payback period
(Zubir, 2005: 30-32)
1) Net Present Value (NPV)
NPV adalah nilai sekarang dari arus kas usaha pada masa yang
akan datang yang didiskontokan dengan biaya modal rata-rata yang
digunakan kemudian dikurangi dengan nilai investasi yang telah
dikeluarkan. Dapat dikatakan bahwa suatu usaha akan diambil jika
NPV lebih besar atau sama dengan nol. Namun demikian, proyek
yang mempunyai NPV positif perlu dicermati lebih lanjut dengan
menguji sensitivitas NPV tersebut terhadap besaran beberapa
commit to user
2) Internal Rate Of Return (IRR)
IRR adalah discount rate yang menyamakan nilai sekarang
(present value) dari arus kas masuk dan nilai investasi suatu usaha.
Dengan kata lain, IRR adalah discount rate yang menghasilkan
NPV sama dengan nol.
3) Payback Period (PBP)
Ukuran kelayakan usaha lainnya yang banyak digunakan oleh
investor adalah payback period, yaitu jangka waktu yang
dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan
dengan total nilai sekarang arus kas yang akan dihasilkan. Semakin
cepat investasi tersebut dapat dikembalikan, semakin baik usaha
tersebut untuk dipilih.
e. NPV, IRR, atau Payback Period?
Pada umumnya, dalam menilai suatu usulan investasi ketiga
kriteria tersebut dapat ditampilkan. Jika investor hanya menekankan
pada payback period saja, karena adanya keterbatasan waktu yang
harus dipenuhi oleh setiap investasi yang diambil, misalnya,
investasi disuatu usaha tidak boleh lebih dari tiga tahun, maka usaha
yang akan dipilih adalah yang mempunyai payback period di bawah
tiga tahun, tanpa memperhatikan bahwa ada usaha tersebut akan
mernberikan arus kas bersih yang besar pada tahun selanjutnya dan
NPV yang lebih besar pula daripada usaha yang dipilih. Sehingga
commit to user
bagi investor. Manajer keuangan lebih suka mernilih usaha
berdasarkan IRR karena lebih menekankan pada return (dinyatakan
dalam persentase) sebagai hasil relatif terhadap investasi yang
dikeluarkan. NPV merupakan pendekatan terbaik dikaitkan dengan
tujuan perusahaan untuk memaksimumkan nilai atau kekayaan
perniliknya. NPV rnenggarnbarkan nilai tambah bagi pemilik yang
diciptakan oleh suatu usaha dengan cost of capital yang realistis.
Dalam kenyataannya, perhitungan ketiga kriteria investasi tersebut
ditampilkan untuk mendukung suatu usulan (proposal) usaha baru.
3. Aspek Umum dan Organisasi
a. Gambaran Umum Usaha
Gambaran umum usaha ini meliputi latar belakang pendirian
usaha, kegiatan usaha, bentuk badan hukum, izin-izin yang diperlukan,
dan sumber-sumber permodalannya (Zubir, 2006:45-47).
1) Tujuan pendirian usaha
Tujuan pendirian perusahaan biasanya dinyatakan dalam akta
pendiriannya. Jika usaha tersebut merupakan proyek perluasan,
maka dalam studi kelayakannya sering juga dicantumkan sejarah
berdirinya perusahaan tersebut sampai mencapai kondisi saat ini
dan rencana di masa yang akan dating, biasanya dinyatakan dalam
bentuk perkembangan operasi dan keuangannya. Jika usaha baru
tersebut berbeda dari kegiatan induknya, atau bukan perluasan
commit to user
disebut sebagai diversifikasi usaha dari perusahaan yang
bersangkutan. Dalam tujuan pendirian atau perluasan usaha dapat
pula dinyatakan manfaat langsung dan tidak langsung dari proyek
tersebut, baik terhadap pemilik maupun terhadap lingkungannya.
Pada intinya, tujuan perusahaan tersebut adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan pemilik dan masyarakat di sekitarnya.
2) Perizinan
Dokumen-dokumen perizinan harus sudah diperoleh sebelum
usaha tersebut siap dioperasikan. Dalam tahap perencanaan proyek
sudah diperhitungkan segala macam jenis perizinan yang akan
harus dipenuhi. Misalnya, surat izin penanaman modal dari Badan
Koordinasi Penanaman Modal, khususnya untuk penanaman modal
asing, surat izin usaha perdagangan (SIUP) dan Surat Tanda Daftar
Perusahaan dari Departemen Perdagangan, Surat Daftar Rekanan,
Surat Keterangan Domisili, dan Surat Izin Mendirikan Bangunan
dari Pemerintah Daerah, Nomor Pokok Wajib Pajak, Angka
Pengenal Impor Terbatas (APIT) untuk keperluan mengimpor
barang-barang modal, bahan baku, dan lain-lain. Jika usaha
tersebut merupakan proyek perluasan maka surat-surat izinnya
akan mengikuti surat-surat izin perusahaan yang sudah ada, kecuali
beberapa surat izin baru yang harus diperoleh, yaitu IMB untuk
memperluas bangunan dan surat izin penanaman modal dari
commit to user
3) Kegiatan usaha
Dalam bagian ini akan dijelaskan lokasi usaha dan bidang kegiatan
yang akan dilaksanakan, termasuk juga segment pasar dan daerah
atau wilayah yang akan dilayani. Disamping itu, diuraikan pula
manfaat yang akan diberikan oleh usaha tersebut terhadap
lingkungan dan perekonomian sekitarnya. Pada umumnya, manfaat
yang diberikan oleh usaha baru tersebut dinyatakan secara
kualitatif. Pada proyek-proyek pemerintah atau public service
perhitungan biaya dan manfaat (cost benefit analysis) dari segi
social juga merupakan variable utama yang menjadi dasar
pertimbangan dibangunnya suatu usaha.
4) Bentuk hukum badan usaha
Bentuk hukum dan badan usaha sesuai dengan akta pendiriannya.
Pada umumnya berbentuk perseroan terbatas (PT) atau koperasi.
Usaha baru mungkin saja tidak memiliki akta tersendiri karena
usaha tersebut bernaung sebagai unit usaha dibawah induknya. Jika
badan usaha tersebut dijadikan suatu badan usaha tersendiri maka
harus dilengkapi dengan perizinan atau persyaratan yang berlaku
sesuai dengan bentuk hukum badan usahanya.
5) Permodalan
Dalam bagian ini dijelaskan kebutuhan modal dan sumber
commit to user
usaha tersebut didirikan oleh beberapa orang, maka komposisi atau
porsi modal masing-masing pemilik sudah dinyatakan di dalam
akte pendiriannya. Kebutuhan dana yang dicantumkan dalam
bagian ini disesuaikan dengan harapan pemilik dan peraturan
perbankan dalam pembiayaan investasi tersebut. Jika usaha
tersebut merupakan proyek perluasan, sumber permodalannya
dapat pula berasal dari dana yang disisihkan dari kekayaan
perusahaan (sumber dana internal) atau modal cadangan dan dana
pensiun karyawan.
b. Organisasi dan Personalia
Dalam aspek organisasi dibahas komposisi pengurus (komisaris
dan direksi), struktur organisasi, jabatan-jabatan dan uraian tugasnya,
serta jumlah kebutuhan tenaga kerja dan penggajian. Organisasi
perusahaan disusun sesuai dengan bentuk usaha dan besarnya kegiatan
yang akan dilakukan, sehingga pengoperasiannya dapat berjalan
dengan lancar (Zubir, 2006:47).
4. Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan
posisi permintaan dan penawaran produk atau jasa yang sama yang sudah
ada saat ini serta perkembangannya di masa yang akan datang. Jika
permintaan terhadap produk atau jasa yang ada serta prospeknya di masa
yang akan datang lebih kecil daripada penawarannya, maka pembangunan
commit to user
dengan perusahaan yang sudah ada di pasar tidak layak untuk
dilaksanakan. Sebaliknya, jika tersedia market space, maka perlu
diperhitungkan apakah pasar yang tersedia dan perkembangannya akan
mampu menampung proyek baru tersebut. Selain itu, perlu diingat bahwa
market space yang cukup besar akan menarik pesaing untuk masuk ke
dalam usaha yang sama atau memperluas kapasitas yang sudah ada.
Atas dasar hal-hal tersebut maka yang dibahas dalam aspek
pemasaran adalah sebagai berikut (Zubir, 2006:55) :
a. Produk (barang/jasa) yang ditawarkan
b. Perkembangan permintaan dan prospeknya
c. Perkembangan penawaran dan prospeknya
d. Market space dan market share
e. Program pemasaran yang meliputi :
1) Daerah pemasaran dan pengembangannya
2) Kebijakan harga jual dan sistem pembayaran
3) Saluran distribusi
4) Promosi.
5. Teori dan Kriteria Kelayakan Proyek
a. Pengertian Proyek
Proyek adalah suatu keseluruhan rangkaian aktivitas (activity)
yang dapat direncanakan, yang didalamnya menggunakan
sumber-sumber (input) untuk mendapatkan manfaat (benefit) atau hasil
commit to user
saat mulai (starting point) dan saat berakhir (ending point) (Kadariah,
1999:1).
Pengertian proyek menurut Gray yaitu kegiatan-kegiatan yang
dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan
dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit.
(Gray, 2002:1)
Proyek merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan
dan dapat dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan
menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit).
Aktivitas suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan
(objective) yang mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu
titik akhir (ending point) (Kadariyah, 1999:1).
Sumber-sumber (input) dalam pelaksanaan suatu proyek, yang
dapat dipergunakan antara lain yang berbentuk barang-barang modal,
tanah, barang setengah jadi, bahan-bahan mentah, tenaga kerja, dan
waktu. Sumber-sumber tersebut sebagian atau seluruhnya dapat
dianggap sebagai barang dan jasa konsumsi yang dikorbankan dari
penggunaan masa sekarang untuk memperoleh benefit yang lebih besar
di masa datang.
Suatu proyek, baik proyek publik maupun proyek swasta
biasanya dimulai dengan timbulnya suatu gagasan pengusutan dari
seseorang atau lembaga, kemudian dari gagasan tersebut,proyek akan
commit to user
Gambar 2.1 Siklus Suatu Proyek
Sumber : Gray (2002)
a. Identifikasi
Tahap pertama yang dilakukan adalah identifikasi, yaitu
menentukan calon-calon proyek yang perlu dipertimbangkan untuk
dilaksanakan.
b. Formulasi
Mengadakan persiapan dengan mengadakan pra studi kelayakan
dengan meneliti sejauh mana calon – calon proyek tersebut dapat
dilaksanakan menurut aspek – aspek teknis,institusional,social,dan
eksternalitas.Setelah mempertimbangkan aspek – aspek tersebut
barulah studi kelayakan dapat disusun.
c. Analisis
Mengadakan evaluasi terhadap laporan – laporan studi kelayakan
commit to user
yang terbaik di antara berbagai alternatif proyek yang
ada,berdasarkan suatu ukuran tertentu.
d. Implementasi
Implementasi merupakan tahap pelaksanaan proyek tersebut.Pada
tahap ini,tanggung jawab dari para perencana serta penilaian
proyek adalah mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan
pembangunan fisik proyek agar sesuai dengan final desaign-nya.
e. Operasi
Tahap operasi ini dipertimbangkan metode – metode pembuatan
laporan atas pelaksanaan operasinya.Laporan tersebut diperlukan
untuk tahap selanjutnya.
f. Evaluasi Hasil
Tahap yang terakhir yaitu evaluasi atas hasil-hasil pelaksanaan
serta operasi proyek,berdasarkan laporan-laporan yang masuk pada
tahap-tahap sebelumnya.Di sini dibandingkan antara apa yang
direncanakan dan hasil yang dicapai. Hasil evaluasi ini diperlukan
untuk mengadakan perbaikan bagi proyek-proyek berikutnya atau
untuk mengembangkan gagasan satu dalam memilih proyek –
proyek baru.
b. Pengertian Kelayakan Proyek
Studi kelayakan atau feasibility study pada hakekatnya adalah
metode penjajagan dari suatu gagasan proyek tentang kemungkinan
commit to user
Studi Kelayakan Proyek adalah penelitian tentang dapat
tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)
dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin
bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam
artian yang lebih terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian
yang lebih luas. Artian yang lebih terbatas terutama dipergunakan oleh
pihak swasta yang terutama lebih berminat tentang manfaat ekonomis
suatu investasi sedangkan dari pihak pemerintah, atau lembaga non
profit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif.
Mungkin dipertimbangkan berbagai manfaat bagi masyarakat luas
yang bisa berwujud penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber
daya yang melimpah di tempat tersebut dan sebagainya (Husnan,
2000:4).
Studi kelayakan proyek atau yang juga dikenal dengan evaluasi
proyek adalah penilaian proyek berdasarkan efisiensi operasional
secara teknis, ekonomis, maupun manajerial. Inti dari evaluasi proyek
adalah dengan menimbang manfaat dan biaya dari proyek tersebut,
apabila manfaat proyek tersebut lebih besar dari biaya yang digunakan
maka proyek dikatakan efisien dan sebaliknya apabila manfaat proyek
tersebut lebih kecil dari biaya proyek maka proyek tersebut tidak
efisien. Oleh karena itu evaluasi proyek merupakan alat bantu yang
commit to user c. Maksud dan Tujuan Studi Kelayakan
Umumnya investasi memerlukan dana yang cukup besar dan
mempengaruhi perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Oleh
karena itu perlu dilakukan suatu studi kelayakan terhadap proyek yang
akan dilaksanakan. Studi kelayakan perlu dilakukan agar investasi
yang terlanjur ditanamkan mampu menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan.
Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk
menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk
kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Tentu saja studi
kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil
apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang
menyangkut investasi dalam jumlah yang sangat besar (Husnan,
2000:7).
Pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut
tiga aspek, yaitu (Husnan, 2000:4-5):
1) Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri
(sering juga disebut sebagai manfaat finansial), yang berarti
apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila
dibandingkan dengan risiko proyek tersebut.
2) Manfaat ekonomi proyek tersebut bagi negara tempat proyek
commit to user
nasional). Yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi
ekonomi makro suatu negara.
3) Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek
tersebut. Ini merupakan studi yang relatif paling sulit untuk
dilakukan.
Dalam pengevaluasian proyek suatu proyek terdapat 6 aspek
yang perlu diperhatikan, yaitu (Kadariah, 1999:1) :
1) Aspek teknis, meliputi evaluasi tentang input dan output dari
barang dan jaa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh produsen.
2) Aspek manajerial dan administratif, menyangkut kemampuan staf
proyek untuk menjalankan administrasi aktivitas dalam ukuran
besar (large scale activities).
3) Aspek organisasi, perhatian utamanya ditujukan pada hubungan
antara administrasi proyek dengan bagian administrasi pemerintah
lainnya dan untuk melihat apakah hubungan antara masimg-masing
wewenang dan tanggung jawab dapat diketahui dengan jelas.
4) Aspek komersial, menyangkut penawaran barang dan jasa (input)
yang diperlukan proyek baik pada saat membangun proyek
maupun pada saat proyek sudah diproduksi dan menganalisa
pemasaran output yang akan diproses oleh produsen.
5) Aspek finansial, menyangkut terutama perbandingan antara
pengeluaran uang dengan revenue earning proyek, apakah proyek
commit to user
membayar kembali dana itu akan berkembang sedemikian rupa
sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri.
6) Aspek ekonomis, diperlukan dalam rangka apakah proyek tersebut
akan memberikan sumbangan atau memiliki peranan positif dalam
pembangunan ekonomi seluruhnya dan apakah peranan tersebut
cukup besar untuk membenarkan penggunaan sumber-sumber
langka yang dibutuhkan.
d. Analisa Finansial dan Analisa Ekonomi
Perhitungan manfaat (benefit) dan biaya (cost) proyek pada
dasarnya dapat dilakukan lewat dua macam pendekatan, tergantung
pada pihak yang berkepentingan langsung dalam proyek. Suatu
perhitungan dikatakan sebagai analisis privat atau analisis finansial,
bila yang berkepentingan langsung dalam manfaat dan biaya proyek
adalah individu atau pengusaha. Dalam hal ini yang dihitung sebagai
benefit adalah apa yang diperoleh orang-orang atau badan-badan
swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut.
Sebaliknya suatu perhitungan dikatakan perhitungan sosial atau
perhitungan ekonomi apabila yang berkepentingan langsung dalam
manfaat dan biaya proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara
keseluruhan. Menurut pendekatan ini yang dihitung sebagai benefit
adalah seluruh manfaat yang terjadi di masyarakat sebagai hasil dari
proyek, tanpa melihat siapa yang menerima hasil dari proyek tersebut
commit to user
Pada dasarnya perhitungan dalam analisis privat dan analisis
ekonomi berbeda menurut lima hal, yaitu sebagai berikut (Gray,
2002:8-11) :
1) Harga
Harga di dalam analisis finansial yang digunakan adalah
harga-harga pasar baik untuk sumber-sumber yang dipergunakan dalam
proses maupun untuk hasil-hasil produksi dari proyek. Sementara
dalam analisis ekonomi yang dipergunakan adalah shadow prices
atau accounting prices, yaitu hatga-harga yang disesuaikan
sedemikian rupa untuk menggambarkan nilai ekonomi yang
sebenarnya dari suatu barang atau jasa tersebut.
2) Pajak
Pajak di dalam analisis finansial, pajak merupakan biaya yang
dibayarkan kepada pemerintah sehingga akan mengurangi benefit.
Sedangkan dalam analisis ekonomi, pajak merupakan transfer,
yaitu bagian dari benefit yang diserahkan kepada pemerintah, jadi
tidak mengurangi benefit.
3) Subsidi
Subsidi adalah transfer yang perhitungannya merupakan kebalikan
dari pajak. Dalam analisis finansial, penerimaan subsidi berarti
pengurangan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik proyek,
sehingga subsidi akan mengurangi biaya. Namun dalam analisis
commit to user
dari masyarakat yang digunakan dalam proyek. Oleh sebab itu
subsidi yang diterima oleh proyek merupakan beban masyarakat,
jadi jika dilihat dari segi ekonomi tidak mengurangi proyek.
4) Biaya investasi dan pelunasan pinjaman
Biaya investasi pada permulaan proyek dalam analisis finansial
hanyalah yang dibiayai dengan modal saham si penanam modal itu
sendiri. Namun arus pelunasan pinjaman serta bunganya yang
berlaku pada tahap produksi menjadi beban penanam modal.
Sementara pada analisis ekonomi, seluruh biaya investasi, apakah
dibiayai dengan modal yang dihimpun dari dalam maupun luar
negeri, dengan modal saham / pinjaman dianggap sebagai biaya
proyek pada saat dikeluarkannya. Jadi pelunasan pinjaman yang
digunakan untuk membiayai sebagian investasi diabaikan guna
menghindari penghitungan ganda (double counting). Pengecualian
terjadi bila bagian yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri yang
diperuntukkan hanya untuk proyek itu sendiri. Sehingga dana
tersebut tidak dapat diperuntukkan untuk membiayai proyek lain.
5) Bunga
Bunga atas pinjaman dari dalam atau luar negeri dalam analisis
finansial, merupakan biaya proyek sedangkan dalam analisis
ekonomi, bunga atas pinjaman dalam negeri tidak dimasukkan
sebagai biaya karena modal tersebut dapat dianggap sebagai modal
commit to user
dari benefit ekonomi. Pembayaran bunga dari pendapatan yang
timbul karena adanya kegiatan operasi hanyalah merupakan
transfer paymens dari satu pihak kepada pihak lain.
Apabila investasi proyek tersebut dibiayai oleh pemerintah
dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat, maka titik berat
analisis adalah pada aspek sosial profitabilitas (social profitability),
yang menekankan sampai seberapa jauh manfaat proyek tersebut
kepada perekonomian secara keseluruhan. Hal ini berarti, seandainya
suatu rencana investasi pemerintah ditinjau dari segi finansialnya
menunjukkan hasil analisis didasarkan pada perbandingan benefit dan
cost-nya adalah lebih kecil dari satu (B/C < 1), tetapi ditinjau dari
manfaat sosialnya akan memberikan pengaruh positif terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat maupun kehidupan
perekonomian secara keseluruhan, proyek tersebut akan dilaksanakan
(Khotimah, 2002: 17-18).
e. Analisis Biaya dan manfaat
Tujuan dari studi kelayakan proyek atau evaluasi proyek adalah
membandingkan antara manfaat dengan biaya yang dikeluarkannya.
Suatu proyek dianggap layak (feasible) apabila manfaatnya lebih besar
dari biaya atau pengorbanannya.
Manfaat (benefit) adalah apa saja yang dapat menambah
pendapatan nasional atau yang secara langsung maupun tidak
commit to user
dimaksud dengan biaya adalah apa saja yang mengrangi persediaan
barang-barang konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung.
f. Manfaat Proyek.
Pelaksanaan proyek bertujuan untuk memperoleh manfaat atau
hasil. Manfaat yang dihasilkan suatu proyek dapat dibagi dalam
(Khotimah: 35-37) :
1) Manfaat langsung
Adalah adanya kenaikan dalam nilai keluaran fisik dari kegiatan
yang ditangani proyek. Manfaat ini berupa :
a) Kenaikan dalam nilai hasil/output dapat disebabkan oleh
hal-hal berikut ini :
(1) Kenaikan dalam produksi fisik
(2) Perbaikan mutu produk (quality improvement)
(3) Perubahan dalam lokasi dan waktu penjualan
(4) Perubahan dalam bentuk (grading and processing)
b) Penurunan biaya dapat berupa :
(1) Keuntungan dari mekanisasi
(2) Penurunan biaya pengangkutan
(3) Penurunan atau penghindaran kerugian
2) Manfaat tidak langsung atau manfaat sekunder
Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang timbul atau dirasakan
di luar proyek karena adanya realisasi sesuatu proyek. Ada tiga
commit to user
a) Manfaat yang disebabkan (induced) oleh adanya proyek yang
biasanya disebut multiplier effect dari proyek.
b) Manfaat yang disebabkan oleh adanya keunggulan skala besar
(economics of scale).
c) Manfaat yang ditimbulkan oleh adanya pengaruh sekunder
dinamik (dynamic secondary effect).
3) Manfaat yang tidak dapat dinyatakan dengan jelas (intangible
benefits) adalah manfaat yang sulit dinilai dengan uang, seperti:
a) Perbaikan lingkungan hidup
b) Perbaikan pemandangan karena adanya taman yang indah
c) Perbaikan distribusi pendapatan
d) Integrasi nasional
e) Pertahanan nasional, dan lain sebagainya.
g. Biaya Proyek
Macam-macam biaya dalam suatu proyek adalah (Gray, 2002:
15-18) :
1) Modal
Opportunity cost modal adalah benefit yang dapat diperoleh bila
modal tersebut diinvestasikan dalam proyek marjinal. Shadow
price modal adalah opportunity cost tiap-tiap unit modal tersebut
commit to user
2) Tanah
Adakalanya kita harus membeli atau menyewa sebidang tanah
untuk suatu proyek. Dalam hal ini, harga pembelian tanah dapat
dianggap sebagai investasi. Bila tanah disewa dan sewa dibayar
tiap tahun, sewa tersebut dianggap sebagai biaya yang
perhitungannya dilakukan tiap tahun.
3) Bahan-bahan mentah dan barang setengah jadi
Shadow prices bahan-bahan mentah dan barang setengah jadi yang
digunakan dalam suatu proyek pada dasarnya dinilai menurut
social opportunity cost dari tiap unit barang tersebut, yaitu benefit
tiap-tiap barang itu dalam alternatif penggunaan lain. Khususnya
untuk barang-barang yang dapat diperdagangkan di pasar dunia
(tradeable goods, barang-barang yang diimpor atau dapat
diekspor), digunakan harga-harga lepas pantai (border price)
sebagai shadow price yaitu harga-harga f.o.b untuk barang-barang
yang dapat diekspor dan harga-harga c.i.f untuk barang-barang
yang diimpor.
4) Tenaga kerja
Menentukan biaya tenaga kerja ini perlu dibedakan tenaga kerja
yang terdidik/terlatih (skilled labor) dan tenaga kerja yang tidak
terdidik/terlatih (unskilled labor), sebab yang biasa dinilai dengan
tingkat upah bayangan (shadow wage rate) adalah tenaga kerja
commit to user
bahwa shadow wage tenaga kerja tidak terdidik/terlatih adalah nol.
Ini didasarkan asumsi bahwa proyek akan mengambil tenaga kerja
tidak terdidik itu dari kelompok penganggur, jadi opportunity
cost-nya sama dengan nol, atau walaupun di desa asal mereka dianggap
bekerja, produktifitas marginal mereka di desa sama dengan nol.
Namun apabila diasumsikan opportunity cost tenaga kerja tidak
terdidik/terlatih tidak sama dengan nol maka pendapatan dan
tingkat konsumsi mereka (tenaga kerja tidak terdidik/terlatih) akan
bertambah. Pertambahan konsumsi ini akan mengurangi jumlah
investasi masyarakat. dengan kata lain tenaga kerja tidak
terdidik/terlatih yang dipekerjakan di proyek mempunyai social
opportunity cost paling sedikit sama dengan benefit yang diperoleh
seandainya pertambahan konsumsi mereka tersebut diinvestasikan.
5) Pelunasan utang dan bunga
Terdapat dua jenis pinjaman, pertama pinjaman dari dalam negeri
dan pinjaman dari luar negeri melalui pool dana pemerintah yang
penggunaanya dipengaruhi oleh pemerintah setempat termasuk
bantuan luar negeri yang berasal dari sumber-sumber resmi, seperti
Bank Dunia, atau melalui perjanjian bilateral. Dana semacam ini
dapat digunakan untuk berbagai alternatif proyek. Jadi,
penggunaan dana pinjaman untuk suatu proyek mempunyai beban
commit to user
Oleh sebab itu pengeluaran dana dari pinjaman dianggap sebagai
investasi, artinya bersifat biaya.
Kedua, terdapat pinjaman dari luar negeri yang penggunaanya
terikat pada suatu proyek tertentu. Artinya, bila proyek tersebut
tidak jadi dilaksanakan maka pinjaman dibatalkan. Jadi,
penggunaan dana pinjaman ini dalam proyek tersebut, dana
pinjaman tersebut tidak menimbulkan social opportunity cost.
Beban tersebut baru timbul pada saat pengembalian pinjaman dan
pembayaran bunganya. Oleh karena itu, beban sosial pinjaman
diperhitungkan pada saat investasi dilakukan, melainkan tiap-tiap
tahun sepanjang pembayaran pinjaman beserta bunganya. Dalam
hal ini pelunasan pinjaman beserta bunganya termasuk kedalam
biaya proyek.
6) Penyusutan
Penyusutan adalah bagian dari benefit proyek yang dicadangkan
tiap-tiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek sedemikian rupa
sehingga merupakan dana yang mencerminkan jumlah biaya
modal.
7) Sunk cost
Sunk cost adalah biaya yang sudah tertanam / dikeluarkan yang
menyangkut proyek, sebelum keputusan untuk menjalankan proyek
commit to user
8) Salvage values
Salvage values adalah nilai sisa dari modal investasi yang tidak
habis terpakai selama umur ekonomis proyek.
9) Negative externalities
Negative externalities sukar untuk diukur atau dinilai dengan
satuan mata uang. Idealnya akibat-akibat yang timbul dari negative
externalities ini sepanjang dapat diukur dan dinilai, perlu
dimasukkan sebagai bagian dari biaya (benefit) proyek.
h. Umur Proyek
Terdapat beberapa pedoman untuk menentukan panjangnya umur
proyek, antara lain (Pudjosumarto, 1995: 18-19) :
1) Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu)
yang kira-kira sama dengan umur ekonomis daripada proyek. Yang
dimaksudkan umur ekonomis sesuatu asset ialah jumlah tahun
selama pemakaian asset tersebut dapat meminimumkan biaya
tahunan dari padanya.
2) Untuk proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar
sekali, lebih mudah untuk menggunakan umur tekhnis daripada
unsur-unsur pokok investasi. Di dalam hal ini perlu diingat bahwa
untuk proyek-proyek tertentu umur teknis daripada unsur-unsur
pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh
lebih pendek karena absolescence (ketinggalan jaman karena
commit to user
terdapat pada proyek-proyek industri dan pengangkutan, tetapi
jarang terdapat dalam proyek-proyek pertanian.
3) Untuk proyek-proyek yang umurnya lebih lama daripada 25 tahun
dapat diambil 25 tahun, karena nilai-nilai sesudah itu jika
didiscount dengan discount rate sebesar 10% ke atas, maka present
value-nya sudah kecil sekali (misalnya pada rate 10 present value
of an annuity factor untuk seluruh jangka waktu mulai tahun ke-26
sampai dengan tahun ke 100 hanya sebesar 0,923 yakni kurang dari
nilai nominal annuity tersebut dalam satu tahun saja).
i. Kriteria Investasi
Dalam analisis proyek terdapat babarapa kriteria yang sering
dipakai untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan
proyek, atau untuk menentukan pilihan antara berbagai macam usulan
proyek. Kriteria ini dinamakan kriteria investasi. Beberapa kriteria
investasi tersebut adalah sebagai berikut (Gray, 2002: 64-78) :
1) Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara benefit (penerimaan) dengan
cost (pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan. Dalam mengkaji
usulan suatu proyek dengan menggunakan metode NPV apabila
hasil yang di dapat dari perhitungan menggunakan metode ini
positif (NPV ≥ 0) maka proyek tersebut layak untuk dijalankan.
Sebaliknya bila hasil yang didapat negatif (NPV < 0) maka proyek
commit to user
Dimana :
= Benefit sosial bruto proyek pada tahun t.
= Cost sosial bruto proyek pada tahun t.
n = Umur ekonomis proyek
= tingkat bunga (social discount rate)
2) Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah suatu tingkat bunga yang menggambarkan bahwa
antara benefit (penerimaan) yang telah dipresent-valuekan dan cost
(pengeluaran) yang telah dipresent-valuekan sama dengan nol.
Dengan demikian IRR ini menunjukkan kemampuan suatu proyek
untuk menghasilkan suatu returns, atau tingkat keuntungan yang
akan dicapai oleh proyek tersebut. IRR akan selalu mendekati
besarnya (i) sehingga sering dijadikan pedoman tingkat bunga yang
berlaku (i).
Berdasarkan kriteria investasi IRR, suatu proyek akan dipilih
apabila IRR ≥ social discount rate, sedangkan IRR < social
discount rate maka proyek tersebut akan ditolak.
Dimana :