commit to user
i
ANALISIS USAHA
INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA
DI KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Oleh :
A. Melinda Parada Siamanama
H0306077
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
ANALISIS USAHA
INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA
DI KABUPATEN SUKOHARJO
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh :
Melinda Parada Siamanama
H 0306077
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iii
ANALISIS USAHA
INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA
DI KABUPATEN SUKOHARJO
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Melinda Parada Siamanama H 0306077
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 28 Desember 2010 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Surakarta, Januari 2011
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003 Ketua
Wiwit Rahayu, S.P., MP. NIP. 197111091997032004
Anggota II
Ir. Sugiharti Mulya H, MP NIP. 19650626 199003 2 001 Anggota I
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alkhamdulillah Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga Penyusun dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Usaha Industri Karak Skala Rumah
Tangga di Kabupaten Sukoharjo” ini dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu Penyusun ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ir. Agustono, M.Si. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial
Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, M.P. selaku Ketua Komisi Sarjana
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Alm. Ir. Ropingi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik semoga amal dan
ibadahnya diterima disisi Allah SWT.
5. Ibu Wiwit Rahayu, S.P., M.P.. selaku Dosen Pembimbing Utama yang
dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan, arahan dan masukan yang
sangat berharga bagi Penyusun.
6. Ibu Umi Barokah, S.P., M.P. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan, masukan, dan arahan, serta
semangat dalam Penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta, terutama Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian/Agrobisnis atas ilmu yang diberikan dan kerjasamanya selama ini.
8. Mbak Ira, Pak Samsuri dan Pak Mandimin selaku staff Administrasi Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis yang telah membantu dalam hal
commit to user
v
9. Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, Bappeda Kabupaten Sukoharjo, Badan
Kesbangpolinmas Kabupaten Sukoharjo, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Sukoharjo, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo
yang telah memberikan izin penelitian serta informasi dan data-data yang
diperlukan Penyusun dalam skripsi ini.
10. Seluruh perangkat Kecamatan Weru, Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo atas bantuan informasi untuk Penyusunan
skripsi ini.
11. Seluruh responden industri karak di Kabupaten Sukoharjo yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada Penyusun.
12. Kedua orang tuaku, Bapak H. Parada Kurnia dan Ibu Hj. Nanik Setyaningsih
terima kasih atas segala kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat, doa,
dan kesempatan yang telah diberikan sehingga Penyusun dapat
menyelesaikan skripsi ini.
13. Adiku, Steefi Parada Anggara terima kasih atas segala perhatian, doa dan
dukungannya.
14. Seluruh keluarga besarku, Keluarga Parada dan Keluarga Ahmad Dasuki
yang di Solo, Semarang dan Lampung terima kasih atas doa dan
dukungannya selama ini kepada Penyusun.
15. Sahabat seperjuanganku, Ipung dan Nina terima kasih atas kebersamaan
indah selama ini dan menjadi saudara dalam senang maupun sedih.
16. Sahabat karibku, Ita, Agung, Dian, dan Maya terima kasih atas bantuan,
semangat dan dukungan yang diberikan kepada Penyusun selama ini.
17. Teman-teman magang, Demi dan Ipul terima kasih atas doa, semangat dan
bantuannya selama ini kepada Penyusun.
18. Seluruh teman-teman Agrobisnis 2006 Zero Six Community, terima kasih atas
persahabatan, kenangan indah dan kebersamaan kita selama ini.
19. Seluruh teman-teman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta, terima kasih atas kerjasamanya.
20. Semua pihak yang tidak dapat Penyusun sebutkan satu persatu, terimakasih
commit to user
vi
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Akhirnya, Penyusun berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
Penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Januari 2011
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
RINGKASAN ... xiii
SUMMARY ... xiv
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 6
II. LANDASAN TEORI ... 7
A. Tinjauan Pustaka ... 7
1. Penelitian Terdahulu ... 7
2. Beras dan Karak ... 9
3. Industri Rumah Tangga ... 9
4. Biaya ... 10
5. Penerimaan ... 11
6. Keuntungan ... 11
7. Profitabilitas ... 12
8. Risiko ... 12
9. Efisiensi... 13
B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah... 14
C. Pembatasan Masalah ... 20
D. Asumsi ... 20
E. Hipotesis ... 20
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel... 20
III. METODE PENELITIAN ... 23
A. Metode Dasar Penelitian ... 23
B. Metode Pengambilan Responden ... 23
1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 23
commit to user
viii
C. Jenis dan Sumber Data ... 26
1. Data Primer ... 26
2. Data Sekunder ... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ... 27
1. Wawancara ... 27
2. Observasi ... 27
3. Pencatatan ... 27
E. Metode Analisis Data ... 27
1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Profitabilitas ... 27
2. Risiko ... 29
3. Efisiensi ... 31
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 33
A. Keadaan Alam ... 33
B. Keadaan Penduduk ... 34
1. Pertumbuhan Penduduk ... 34
2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 35
3. Keadaan Penduduk Menurut Umur ... 36
4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 37
5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 39
C. Keadaan Sektor Perhubungan ... 40
D. Keadaan Sektor Pertanian ... 41
1. Produksi Tanaman Bahan Makanan ... 41
E. Keadaan Sektor Perindustrian ... 43
1. Keadaan Industri di Kabupaten Sukoharjo ... 43
2. Keadaan Industri Karak Skala Rumah Tangga ... 44
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Identitas Responden dan Karakteristik Industri ... 46
1. Identitas Responden Industri Karak Skala rumah Tangga ... 46
2. Modal Industri Karak Skala Rumah Tangga... 49
3. Bahan Baku dan Bahan Penolong ... 50
4. Peralatan Industri Karak Skala Ruamh Tangga ... 52
5. Proses Produksi Pembuatan Karak ... 55
6. Pemasaran ... 60
B. Analisis Industri Karak Skala Rumah Tangga ... 61
1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Profitabilitas ... 61
2. Risiko ... 67
3. Efisiensi... 69
C. Kendala Industri Karak Skala Rumah Tangga ... 70
D. Solusi Pemecahan Masalah ... 71
E. Peran Pemerintah ... 72
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
A. Kesimpulan ... 75
B. Saran ... 75
commit to user
ix
2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo ... 76
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Daftar Potensi Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008... 2
2. Jumlah Unit Industri, Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi Kerupuk di Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2006-2008 ... 3
3. Klasifikasi Industri Karak di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007 ... 4
4. Jumlah Unit Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 24
5. Jumlah Responden Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 25
6. Banyak Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 34
7. Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2008 ... 35
8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 35
9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 36
10. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 38
11. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 39
12. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan dan Status Jalan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 40
13. Luas Panen (Ha) Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 41
14. Luas Panen (Ha) dan Produksi Padi (Ton) Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2008 ... 42
15. Jumlah Unit Usaha/Industri, Jumlah Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Nilai Produksi Industri Besar, Menengah dan Kecil Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2008 ... 43
16. Data Potensi Sentra Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 44
commit to user
xi
18. Identitas Responden Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 46
19. Status Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo 48
20. Alasan Mengusahakan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 49
21. Sumber Modal Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 50
22. Jalur Pemasaran Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten
Sukoharjo ... 60
23. Rata-rata Biaya Tetap Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 ... 62
24. Rata-rata Biaya Variabel Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 ... 63
25. Rata-rata Biaya Total Industri Karak Skala di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 ... 65
26. Rata-rata Penerimaan Total, Keuntungan dan Profitabilitas Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 ... 66
27. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 ... 67
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 19
2. Proses Produksi Pembuatan Karak di Kabupaten Sukoharjo... 56
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Identitas Resonden Industri Karak Skala Rumah Tangga di
Kabupaten Sukoharjo ... 79
2. Produksi Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 80
3. Sistem Pemasaran Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 81
4. Biaya Penyusutan Peralatan dan Bunga Modal Investasi Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo... 82
5. Biaya Tenaga Kerja Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 91
6. Biaya Transportasi Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 92
7. Biaya Bahan Baku Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 94
8. Biaya Bahan Penolong Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 98
9. Biaya Pengemasan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 101
10. Biaya Tetap Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 102
11. Biaya Variabel Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 103
12. Biaya Total Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 104
13. Penerimaan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 105
14. Keuntungan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 107
15. Profitabilitas, Efisiensi dan Risiko Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo... 108
16. Foto Peralatan ... 130
17. Foto Proses Produksi... 131
18. Foto Wilayah Kabupaten Sukoharjo ... 131
commit to user
xiv
ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK
SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO
MELINDA PARADA SIAMANAMA H 0306077
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas, risiko serta efisiensi usaha pada industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.
Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Penentuan daerah sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu Desa Gadingan dan Desa Plumbon Kecamatan Mojolaban, Desa Kenep Kecamatan Sukoharjo, Desa Jatingarang Kecamatan Weru dengan pertimbangan desa yang memiliki unit usaha industri karak skala rumah tangga. Jumlah sampel responden sebanyak 30 orang. Jenis dan sumber data yang digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pencatatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo selama satu bulan (Juli 2010) adalah sebesar Rp 14.252.441,62 per bulan. Penerimaan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 15.610.012,50 per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh responden karak sebesar Rp 1.357.570,88 per bulan. Profitabilitas industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar 8,70%, yang berarti setiap penjualan (penerimaan) sebesar Rp 100 akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 8,70.
Besarnya nilai koefisien variasi (CV) industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sebesar 0,73 dengan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar minus Rp 627.880,62. Hal ini berarti bahwa responden industri karak skala rumah tangga mempunyai peluang untuk mengalami kerugian sebesar Rp 627.880,62. Industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C ratio lebih dari satu yaitu sebesar 1,10, yang berarti setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan responden industri karak skala rumah tangga memberikan penerimaan sebesar 1,10 kali dari biaya yang telah dikeluarkan.
commit to user
xv
AN ANALYSIS ON HOME-SCALE KARAK INDUSTRY
IN SUKOHARJO REGENCY
MELINDA PARADA SIAMANAMA H 0306077
SUMMARY
This research aims to analyze the cost, revenue, benefit and profitability, risk as well as business efficiency in the home-scale karak industry in Sukoharjo Regency.
The research method employed was an analytical descriptive method. This study was taken place in Sukoharjo Regency. The sample area determination was done using purposive sampling method, Gadingan and Plumbon Villages of Mojolaban Subdistrict, Kenep Village of Sukoharjo Subdistrict, Jatingarang Village Village of Weru Subdistrict considering that these villages have home-scale karak industry. The number of respondent sample was 30 respondents. The data type and source employed consisted primary and secondary data. Techniques of collecting data used were interview, observation, and documentation.
The result of research show that the average total cost of home-scale karak industry in Sukoharjo Regency for one month (July 2010) is Rp. 14,252,441.62 per month. The mean revenue obtained is Rp. 15,610,012.50 per month so that the mean profit obtained from the karak respondent is Rp. 1,357,570.88 per month. Profitability of home-scale karak industry in Sukoharjo Regency is 8.70% means that any sales (revenues) amounted to Rp 100 will produce a profit of Rp 8.70.
The size of variation coefficient of home-scale karak industry in Sukoharjo Regency is 0.73 with the lower (L) profit margin of minus Rp. 627,880.62. It means that the respondents of home-scale karak industry have an opportunity of being lost of Rp Rp. 627,880.62. The home-scale karak industry in Sukoharjo Regency undertaken so far has been efficient indicated by the R/C ratio higher than one, 1.10, meaning that each Rp. 1.00 cost expended by the respondents of home-scale karak industry provides revenue of 1.10 times higher than the cost expended.
commit to user
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian merupakan salah satu tulang punggung
pembangunan nasional dan implementasinya harus sinergis dengan
pembangunan sektor lainnya. Pelaku pembangunan pertanian meliputi
departemen teknis terkait, pemerintah daerah, petani, pihak swasta,
masyarakat, dan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya. Koordinasi di
antara pelaku pembangunan pertanian merupakan kerangka mendasar yang
harus diwujudkan guna mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Tujuan
pembangunan pertanian adalah: 1) membangun sumber daya manusia aparatur
profesional, petani mandiri, dan kelembagaan pertanian yang kokoh; 2)
meningkatkan pemanfaatan sumber daya pertanian secara berkelanjutan; 3)
memantapkan ketahanan dan keamanan pangan; 4) meningkatkan daya saing
dan nilai tambah produk pertanian; 5) menumbuhkembangkan usaha pertanian
yang dapat memacu aktivitas ekonomi pedesaan; dan 6) membangun sistem
ketatalaksanaan pembangunan pertanian yang berpihak kepada petani.
Sementara itu, sasaran pembangunan pertanian yaitu: 1) terwujudnya sistem
pertanian industrial yang memiliki daya saing, 2) mantapnya ketahanan
pangan secara mandiri, 3) terciptanya kesempatan kerja bagi masyarakat
pertanian, dan 4) terhapusnya kemiskinan di sektor pertanian serta
meningkatnya pendapatan petani (Departemen Pertanian 2004).
Pembangunan pertanian dapat diupayakan melalui pengembangan
agribisnis. Menurut Arsyad, dkk dalam Soekartawi (2003) agribisnis adalah
suatu kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata
rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya
dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan
usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang
oleh kegiatan pertanian.
commit to user
Pengolahan hasil pertanian merupakan salah satu subsistem kegiatan
agribisnis. Kegiatan pengolahan hasil pertanian merupakan subsistem kedua
setelah produksi pertanian. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya
kegiatan pengolahan hasil pertanian menurut Soekartawi (2003) diantaranya
meningkatkan nilai tambah, meningkatkan kualitas hasil, meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, meningkatkan ketrampilan produsen dan
meningkatkan pendapatan produsen.
Pengembangan industri pengolahan pangan di Indonesia yang didukung
oleh sumberdaya alam pertanian, baik nabati maupun hewani yang mampu
menghasilkan berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan
dari sumber daya alam lokal atau daerah. Saat ini di beberapa negara Asia
banyak produk pangan yang diangkat dari jenis pangan lokal dan diolah secara
tradisional. Dengan berkembangnya produk lokal tersebut, maka jumlah dan
jenis produk pangan menjadi semakin banyak jumlahnya (Soleh, 2003).
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten yang mampu
mengembangkan industri pengolahan pangan. Data Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Sukoharjo (2008) memperlihatkan adanya industri
kecil yang masih mampu bertahan hingga saat ini di Kabupaten Sukoharjo.
Hal ini lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Daftar Potensi Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah di Kabupaten Sukoharjo
No Nama Sentra Unit Usaha (Unit) Jumlah Tenaga Kerja
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Industri kecil tempe Industri kecil tahu
Industri kecil emping melinjo Industri kecil kerupuk Industri kecil rengginan Industri kecil marning jagung Industri kecil pengolahan kacang tanah
Industri kecil jenang Industri kecil tape
Industri kecil jamu tradisional
500 297 570 197 16 10 80 61 88 60 1422 831 1235 521 40 45 240 219 167 310
commit to user
Tabel 1 menunjukkan jenis unit industri kecil yang terdapat di
Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2008. Salah satu jenis unit industri kecil
yang ada di Kabupaten Sukoharjo adalah industri kecil kerupuk. Seiring
dengan berjalannya waktu, jumlah industri kecil kerupuk mengalami
peningkatan. Berikut data jumlah unit industri, jumlah tenaga kerja dan
jumlah produksi kerupuk di Kabupaten Sukoharjo:
Tabel 2. Jumlah Unit Industri, Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi Kerupuk di Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2006-2008
No Tahun Jumlah Unit Industri
Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
Jumlah Produksi (Kg) 1
2 3
2006 2007 2008
182 187 197
486 497 521
469.992 471.146 498.000
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo tahun 2006, 2007, 2008
Pada Tabel 2 menunjukkan adanya peningkatan jumlah unit industri
kecil kerupuk di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2006, 2007 dan 2008.
Peningkatan jumlah unit industri mampu meningkatkan penyerapan jumlah
tenaga kerja dan meningkatkan jumlah produksi.
Karak adalah salah satu produk usaha industri kecil kerupuk di
Kabupaten Sukoharjo. Karak merupakan sejenis kerupuk yang terbuat dari
beras. Karak merupakan makanan camilan atau makanan pelengkap saat
makan. Menurut Ayu (2009), karak tidak hanya digemari oleh masyarakat
kalangan menengah ke bawah, namun juga digemari oleh masyarakat
menengah ke atas. Pengolahan beras menjadi karak ini menjadikan suatu
kesempatan untuk melakukan kegiatan usaha dan berpeluang memasuki
pangsa pasar.
Industri karak di Kabupaten Sukoharjo mempunyai prospek yang bagus.
Pemasaran karak telah merambah ke luar Kabupaten Sukoharjo. Konsumsi
akan karak selalu ada seiring dengan pertumbuhan penduduk. Karak produksi
Kabupaten Sukoharjo terkenal dengan keasliannya yaitu dari segi bahan baku
yang digunakan, karak produksi Kabupaten Sukoharjo tidak menggunakan
commit to user
penjemuran), oleh karena itu rasa karaknya lebih renyah. Harga jual karak
juga relatif murah yaitu Rp 100 per biji di tingkat konsumen akhir, sehingga
konsumen dari semua kalangan dapat membeli dan menikmati.
Industri karak di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 2 jenis industri yaitu
industri kecil dan industri skala rumah tangga. Industri kecil adalah industri
yang jumlah karyawan atau tenaga kerjanya berjumlah antara 5-19 orang.
Industri skala rumah tangga adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga
kerjanya berjumlah antara 1-4 orang (Anonima, 2006). Klasifikasi industri
karak dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Klasifikasi Industri Karak di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007
No Klasifikasi Industri Karak Jumlah (Unit) 1
2
Usaha Kecil Karak
Usaha Karak Skala Rumah Tangga
21 63
Jumlah 84
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007
Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa industri karak di Kabupaten
Sukoharjo berjumlah 84 unit yang terdiri dari 21 unit industri kecil karak dan
63 unit industri karak skala rumah tangga. Industri karak skala rumah tangga
jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan industri kecil karak.
Industri karak di Kabupaten Sukoharjo umumnya industri skala rumah
tangga. Indsutri karak yang masih berproduksi sampai sekarang menunjukkan
kemampuannya bersaing dengan industri lainnya. Kenyataan inilah yang
mendorong peneliti untuk mengetahui dan meneliti lebih lanjut industri karak
skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.
B. Perumusan Masalah
Karak terbuat dari beras yang dimasak menjadi nasi, kemudian
dihaluskan dengan menggunakan alat dari kayu. Adonan nasi yang telah diberi
garam lalu dilembutkan dan dicetak berbentuk kubus. Orang menyebut bentuk
cetakan adonan itu dengan istilah gendar. Karak merupakan bahan pelengkap
makanan dengan harga yang relatif murah, namun demikian industri karak
commit to user
Kendala yang sering dihadapi oleh para produsen karak saat ini adalah
harga beras yang tidak stabil dan cenderung naik. Produsen karak biasanya
membeli beras di pasar-pasar terdekat. Beras yang digunakan sebagai bahan
baku seperti beras yang biasanya untuk konsumsi namun yang berkualitas
rendah seperti beras ”jatah”. Kendala lain yang sering dihadapi oleh produsen
karak adalah harga bahan penolong yang tidak stabil, seperti harga minyak
goreng dan harga gas elpiji yang cenderung naik. Kenaikan harga bahan baku
dan bahan penolong dapat menambah biaya yang dikeluarkan oleh produsen
karak. Bertambahnya biaya yang dikeluarkan pada akhirnya akan
mempengaruhi keuntungan yang diterima oleh produsen karak
Penggunaan teknologi yang masih tradisional seperti pada proses
penumbukan adonan yang masih menggunakan alat tumbuk (alu dan lumpang)
dan belum menggunakan alat penggiling. Pengirisan adonan karak yang masih
manual menggunakan pisau biasa. Belum adanya mesin pengering dalam
penjemuran karak mempengaruhi jumlah karak yang diproduksi. Banyak
sedikitnya jumlah karak yang diproduksi akan mempengaruhi penerimaan dan
keuntungan yang diterima produsen karak.
Proses produksi karak memerlukan waktu 2 hari. Produksi karak
dilakukan setiap hari. Proses produksi karak sendiri tidak menunggu sampai
karak pada produksi sebelumnya habis terjual, karena biasanya karak terjual
habis setelah digoreng. Apabila ada sisa, maka akan dijual pada hari
berikutnya. Produksi karak masih bergantung pada faktor cuaca atau iklim,
terutama saat proses penjemuran karak. Jika tidak terjadi hujan atau matahari
terik, maka penjemuran bisa selesai dalam waktu 1 hari. Namun jika sehari
tidak ada panas matahari, maka penjemuran bisa memakan waktu 2-3 hari.
Karak yang tidak mendapatkan panas dan mengalami penjemuran yang lama
dapat menyebabkan karak membusuk. Hal ini akan mengurangi penerimaan
produsen yang pada akhirnya akan mempengaruhi keuntungan yang diterima
produsen karak.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka peneliti ingin mengkaji lebih
commit to user
1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas dari
industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo?
2. Berapa besarnya risiko industri karak skala rumah tangga di Kabupaten
Sukoharjo?
3. Apakah industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo
efisien?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas
dari industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.
2. Menganalisis besarnya risiko dari industri karak skala rumah tangga di
Kabupaten Sukoharjo.
3. Menganalisis efisiensi dari industri karak skala rumah tangga di
Kabupaten Sukoharjo.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan peneliti serta sebagai salah satu syarat kelulusan untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi produsen, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
pengetahuan tentang analisis usaha industri karak yang kelak dapat
dijadikan sarana untuk mengembangkan usaha industri karak.
3. Bagi Pemerintah Daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam penyusunan
kebijakan terutama dalam pengembangan industri kecil maupun industri
rumah tangga.
4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
tambahan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau
commit to user
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian Usnun (2004) yang berjudul Analisis Usaha Pembuatan
Krupuk Rendeng Puyur Di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,
menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh produsen krupuk rendeng
puyur selama bulan Oktober 2003 sebesar Rp 2.411.931,00 dengan biaya
total rata-ratanya sebesar Rp 2.095.115,00 sehingga keuntungan rata-rata
yang diperoleh selama bulan Oktober 2003 Rp 316.816,00. Profitabilitas
dari usaha krupuk rendeng puyur sebesar 15,2%. Koefisien Variasi dari
usaha ini adalah 0,65, dengan simpangan baku Rp 204.258,00 dan batas
bawah keuntungan sebesar minus Rp 91.700,00. Usaha krupuk rendeng
puyur sudah efisien dengan nilai R/C sebesar 1,15 yang berarti setiap 1
Rupiah biaya yang dikeluarkan akan didapatkan penerimaan 1,15 kali dari
biaya yang dikeluarkan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Candrawati (2005) tentang usaha
industri intip di kota Surakarta menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang
dikeluarkan dalam satu bulan sebesar Rp 11.306.025,00, sedangkan
rata-rata penerimaan yang diperoleh satu bulan sebesar Rp 14.616.452,00,
sehingga diperoleh rata-rata keuntungan sebesar Rp 3.310.025,00 dalam
satu bulan. Diketahui bahwa nilai CV adalah 0,652 dan nilai L adalah
minus Rp 1.004.615,00 maka dapat diartikan bahwa usaha ini dapat
memberikan keuntungan tetapi ada peluang kerugian yang harus
ditanggung produsen sebesar Rp 1.004.615,00. Usaha industri intip di
Kota Surakarta yang telah dijalankan sudah efisien, terbukti dengan nilai
R/C sebesar 1,293.
Penelitian yang dilakukan oleh Sulfiah (2005) yang berjudul Usaha
Inovatif Kerupuk Gendar Aneka Rasa Untuk Meningkatkan Nilai Jual,
yang dilakukan selama 4 bulan penelitian menunjukkan bahwa usaha yang
commit to user
dilakukan menguntungkan dan efisien, dengan keuntungan sebesar Rp
2.788.250,00. Penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 8.160.000,00 dan
total biaya yang dikeluarkan Rp 5.371.750,00. Sehingga diperoleh nisbah
penerimaan dan biaya (R/C) sebesar 1,52, yang artinya setiap satu rupiah
biaya yang dikelurkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1,52,00.
Menurut penelitian Prasetyo (2008) dalam penelitiannya yang
berjudul Analisis Usaha Industri Rumah Tangga Kerupuk Rambak Pati di
Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali, menunjukkan bahwa biaya total
rata-rata yang dikeluarkan produsen kerupuk rambak pati gilig (bulat /
silinder) untuk memproduksi satu kilogram kerupuk rambak pati gilig
adalah sebesar Rp 5280,67 dengan harga jual rata-rata kerupuk rambak
pati gilig sebesar Rp 5573,91. Sehingga pendapatan rata-rata yang diterima
oleh para produsen per kilogram kerupuk rambak pati gilig yang mereka
produksi adalah sebesar Rp 293,24. Setiap satu kilogram kerupuk rambak
pati gilig yang diproduksi, besarnya simpangan baku keuntungan yang
dihadapi oleh produsen adalah sebesar Rp 246,82 dengan nilai koefisien
variasi (CV) adalah 0,84 dengan nilai batas bawah pendapatan (L) adalah
sebesar minus Rp 200,39. Dengan demikian kerupuk rambak pati gilig
memiliki peluang mengalami resiko kerugian sebesar Rp 200,39 setiap
kali mereka memproduksi satu kilogram kerupuk rambak pati gilig. Setiap
satu kilogram kerupuk rambak pati gilig yang diproduksi sudah efisien,
dengan nilai efisiensi untuk setiap kilogram kerupuk rambak pati gilig
adalah sebesar 1,04.
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas diketahui bahwa
permasalahan yang diteliti hampir sama dengan penelitian analisis usaha
industri karak yaitu tentang tingkat keuntungan, risiko dan efisiensi, oleh
karena itu hasil dari analisis penelitian-penelitian diatas dapat diterapkan
dalam penentuan hipotesis penelitian ini. Meskipun penelitian-penelitian
diatas memberikan keuntungan dan telah efisien, akan tetapi usaha-usaha
tesebut tetap mempunyai kemungkinan adanya kerugian, yang artinya
commit to user
2. Beras dan KarakBeras merupakan salah satu produk pertanian yang cukup potensial
untuk bahan baku industri. Selama ini beras lebih banyak berperan sebagai
nasi, karena sebagai makanan utama beras memang memiliki lebih banyak
keunggulan dibandingkan dengan komoditas lain. Akan tetapi
pemanfaatan beras sebagai bahan baku industri juga tidak dapat
diremehkan, terbukti dengan pemanfaatan beras sebagai bahan pembuat
tepung beras, bahan baku bihun, nasi instan, pati termodifikasi, berondong
dan makanan tradisional lain. Semua produk olahan tersebut dapat
memberikan nilai tambah pada beras yang kurang laku atau kurang
berkualitas (Setyono, 2001).
Karak adalah semacam kerupuk yang terbuat dari beras. Proses
pembuatan karak cukup memakan waktu. Pertama, adonan karak dibuat
padat dan dibentuk seperti persegi panjang. Kemudian dipotong tipis-tipis
dan dijemur. Dalam proses penjemuran inilah yang memakan waktu lama.
Hal ini karena tergantung cuaca. Jika cuaca cerah, karak yang dijemur pagi
bisa kering saat siang hari. Tetapi jika cuaca mendung atau hujan akan
memakan waktu lebih lama lagi (Anonimb, 2009).
Karak merupakan salah satu kerupuk khas dari Pulau Jawa. Karak ini
terbuat dari nasi yang mengandung karbohidrat tinggi dan cara
pembuatannya pun cukup mudah dan praktis. Rasanya yang enak dan
gurih membuat karak disukai oleh banyak orang. Apalagi didukung
dengan harga yang terjangkau. Karak ini dapat dijadikan teman makan
ataupun sebagai cemilan di waktu luang. Saat ini industri karak masih
dalam skala rumah tangga yang masih sederhana dan masih jarang yang
memproduksinya secara besar-besaran. Bahkan banyak diantara
masyarakat yang membuat karak hanya untuk kalangan sendiri, bukan
untuk dijual kepada orang lain (Anonimc, 2010).
3. Industri Rumah Tangga
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada
commit to user
dan kekuatan mesin yang digunakan, sektor industri dikategorikan menjadi
empat yaitu:
a. Industri rumah tangga, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 1-4
orang.
b. Industri kecil, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang.
c. Industri sedang, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang.
d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja ≥ 100 orang.
(Anonimd, 2010).
4. Biaya
Secara umum biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh
produsen (petani, nelayan, dan peternak) dalam mengelola usahataninya
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya pun merupakan korbanan
yang diukur untuk suatu satuan alat tukar berupa uang yang dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu dalam usahataninya
(Rahim dan Diah, 2007).
Biaya total (TC atau Total Cost) adalah biaya total untuk
menghasilkan tingkat keluaran tertentu. Biaya total dibagi menjadi dua
bagian, biaya tetap total (Total Fixed Cost = TFC) dan biaya variabel total
(Total Variabel Cost = TVC). Biaya tetap adalah biaya yang tidak
bervariasi/berubah dengan keluaran; biaya ini akan sama jika keluaran
adalah 1 unit ataupun 1 juta unit. Biaya seperti ini juga disebut sebagai
biaya overhead atau biaya yang tidak dapat dihandalkan (unavoidable
cost). Biaya yang berkaitan langsung dengan keluaran, meningkat dengan
meningkatnya produksi dan menurun dengan menurunnya produksi,
disebut biaya variabel (juga disebut biaya langsung atau biaya yang dapat
dihindarkan = avoidable cost) (Lipsey dkk, 1990).
Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang
digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi
berlangsung. Biaya produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah,
bunga modal, biaya sarana produksi untuk bibit, pupuk dan obat-obatan
commit to user
5. PenerimaanPenerimaan total (Total Revenue - TR) secara langsung ditentukan
oleh jumlah produk yang terjual dan harga jualnya. Ini berarti TR adalah
harga produk (P) dikalikan dengan kuantitas (Q). Secara matematis
penerimaan total dapat dirumuskan sebagai berikut:
TR = P x Q
Dimana
TR (Total Revenue) = penerimaan total
P (Price) = harga produk
Q (Quantity) = jumlah output
Penerimaan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi harga
dan kuantitas yang saling mengkaitkan (Lincolin, 1991).
Menurut Firdaus (2008), penerimaan yaitu jumlah unit yang dijual
dikalikan dengan harga jual. Secara sistematis penerimaan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
TR = Q x P
dimana :
TR (Total Revenue) = penerimaan
Q (Quantity) = jumlah produk yang dihasilkan
P (Price) = harga
6. Keuntungan
Perusahaan bisnis mendefinisikan laba sebagai kelebihan penerimaan
(revenue) atas biaya–biaya yang digunakan untuk membuat barang. Laba
di suatu industri memberikan isyarat bahwa sumberdaya dapat dialihkan
secara menguntungkan ke dalam industri itu (Lipsey dkk, 1990).
Menurut Lipsey dkk (1990), keuntungan adalah selisih antara
pendapatan yang diterima dari penjualan dengan biaya kesempatan dari
sumberdaya yang digunakan. Definisi yang lain masih menurut Lipsey
dkk, keuntungan sebagai kelebihan penerimaan (revenue) atas biaya-biaya
commit to user
dimana :π = keuntungan
TR (Total Revenue) = penerimaan total
TC (Total Cost) = biaya total usaha
Q (Quantity) = jumlah produksi
P (Price) = harga
TFC (Total Fixed Cost) = total biaya tetap
TVC (Total Variable Cost) = total biaya variabel
7. Profitabilitas
Rasio profitabilitas sebagai rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat
penjualan, aset, dan modal saham tertentu
(Hanafi dan Halim 1996 dalam Fauzan, 2006).
Profitabilitas suatu perusahaan digambarkan oleh beberapa macam
angka perbandingan, yakni Profit Margin Ratio, Earning Power Ratio,
Return on Asset Ratio dan Return on Equity Ratio. Profit Margin Ratio
menunjukkan porsi laba bersih dari penjualan yang mampu dicapai
perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Secara sistematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Profit Margin = Laba bersih
Penjualan ×100%
(Asri, 1987).
8. Risiko Usaha
Risiko merupakan suatu kondisi yang dihadapi oleh pimpinan
perusahaan, apabila masa yang akan datang mengandung sejumlah
kemungkinan peristiwa yang akan terjadi yang tidak diketahui. Dalam
pengertian risiko terdapat sejumlah kemungkinan hasil yang diketahui,
atau kemungkinan terjadinya peristiwa diantara kejadian seluruhnya yang
mungkin terjadi (Riyanto, 2001).
Risiko yang ditanggung oleh petani menurut Hernanto (1993) dapat
commit to user
produksi disebabkan oleh ketidakpastian iklim, intensitas serangan hama
penyakit dan faktor-faktor teknis biaya yang berada di luar kontrol petani.
Risiko harga disebabkan oleh ketidakpastian harga jual produk yang
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Petani pada
umumnya berada di pihak yang kalah sebagai price taker, sehingga tidak
mampu mengubah keseimbangan pasar yang berlaku secara individual.
9. Efisiensi Usaha
Efisiensi usaha dapat dihitung dari perbandingan antara besarnya
penerimaan dan biaya yang digunakan untuk berproduksi yaitu dengan
menggunakan R/C Rasio. R/C Rasio adalah singkatan Return Cost Ratio
atau dikenal dengan perbandingan ( nisbah ) antara penerimaan dan biaya.
Secara matematis sebagai berikut:
Efisiensi = C R
keterangan :
R (Revenue) = penerimaan
C (Cost) = biaya total
Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah:
R/C > 1 berarti usaha yang dijalankan sudah efisien,
R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan mencapai titik impas
R/C < 1 berarti usaha yang dijalankan tidak efisien.
(Soekartawi, 1995)
R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya
total. Semakin besar R/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan
yang diperoleh petani. Hal ini dapat dicapai bila petani mengalokasikan
faktor produksi dengan lebih efisien (Soekartawi, 2001).
Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis
(efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan
produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif
kalau nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang
commit to user
tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi
harga (Soekartawi, 2003).
B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Pada dasarnya seseorang melakukan usaha adalah untuk memperoleh
keuntungan yang setinggi-tingginya. Keuntungan yang tinggi dapat dicapai
dengan melakukan pertimbangan-pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Analisis usaha merupakan upaya melakukan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Analisis usaha yang dilakukan meliputi analisis biaya,
penerimaan, keuntungan, profitabilitas, risiko usaha serta efisiensi usaha.
Analisis biaya dilakukan dengan menghitung biaya total (TC). Biaya
total diperoleh dari penjumlahan antara biaya tetap total (TFC) dan biaya
variabel total (TVC). Biaya tetap total dalam industri karak skala rumah
tangga meliputi biaya penyusutan alat, biaya bunga modal investasi, biaya
tenaga kerja dan biaya transportasi. Biaya variabel total meliputi biaya bahan
baku, biaya bahan penolong, dan biaya pengemasan. Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = biaya total industri karak skala rumah tangga
TFC = total biaya tetap industri karak skala rumah tangga
TVC = total biaya variabel industri karak skala rumah tangga
Proses produksi karak merupakan suatu usaha untuk mengolah beras
menjadi karak. Proses produki karak memberikan penerimaan bagi
produsennya. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara total jumlah
karak yang diproduksi dan harga jual karak. Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
TR = Q x P
Keterangan :
TR = penerimaan total industri karak skala rumah tangga (Rp)
commit to user
P = harga karak per biji (Rp)Hubungan matematis yang dapat menggambarkan unsur biaya,
penerimaan dan keuntungan adalah sebagai berikut: π = TR – TC
atau
π = Q x P – (TFC + TVC) Keterangan :
π = keuntungan industri karak skala rumah tangga (Rp) TR = penerimaan total industri karak skala rumah tangga (Rp)
TC = biaya total industri karak skala rumah tangga (Rp)
Q = jumlah karak yang diproduksi (biji)
P = harga karak per biji (Rp)
TFC = total biaya tetap industri karak skala rumah tangga (Rp)
TVC = total biaya variabel industri karak skala rumah tangga (Rp)
Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan industri karak
skala rumah tangga dengan total biaya industri karak skala rumah tangga,
secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Profit Margin = Laba bersih
Penjualan ×100%
Perhitungan risiko industri karak skala rumah tangga menggunakan
rumus sebagai berikut:
CV =
E V
Keterangan :
CV = koefisien variasi industri karak skala rumah tangga
V = simpangan baku keuntungan industri karak skala rumah tangga
E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga
Sebelum menghitung koefisien variasi, terlebih dahulu menghitung
simpangan baku dan keuntungan rata-rata. Simpangan baku dapat dihitung
commit to user
V =) 1 (
) (
1
2
− −
∑
= n
E Ei
n
i
Keterangan :
V = simpangan baku keuntungan industri karak skala rumah tangga
n = jumlah pengusaha industri karak skala rumah tangga
E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga
Ei = keuntungan industri karak skala rumah tangga yang diterima
produsen
Keuntungan rata-rata dapat dihitung menggunakan rumus:
E =
n Ei
n
i
∑
=1
Keterangan:
E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga
Ei = keuntungan industri karak skala rumah tangga pada periode i
n = jumlah responden
Perhitungan batas bawah keuntungan yang merupakan nilai terendah
yang dihasilkan dari suatu usaha menggunakan rumus:
L = E – 2V
Keterangan :
L = batas bawah keuntungan industri karak skala rumah tangga
E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga
V = simpangan baku keuntungan industri karak skala rumah tangga
Dari rumus di atas dapat diperoleh suatu hubungan antara nilai batas
bawah keuntungan dengan nilai koefisien variasi. Apabila nilai CV ≤ 0,5 atau
L ≥ 0 berarti pengelola akan terhindar dari kerugian. Nilai CV > 0,5 atau nilai
L < 0, berarti ada peluang kerugian yang diderita pengelola (Hernanto, 1993).
Risiko yang dihadapi produsen industri karak skala rumah tangga dapat
berupa risiko harga dan risiko produksi. Risiko harga biasanya berkaitan
commit to user
dan perubahan harga atas pembelian input produksinya. Risiko produksi dapat
berupa hal-hal yang mungkin terjadi selama proses produksi berlangsung
karena adanya pengaruh tertentu seperti adanya pengaruh cuaca atau iklim.
Selain mencapai penerimaan dan keuntungan yang tinggi, hal lain yang
harus diperhatikan oleh produsen usaha industri karak skala rumah tangga
adalah efisiensi usaha. Efisiensi usaha dapat dihitung menggunakan R/C rasio,
yaitu perbandingan antara besarnya penerimaan yang diperoleh dengan biaya
yang dikeluarkan selama proses produksi hingga pemasaran. Secara matematis
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Efisiensi =
C R
Keterangan :
R = penerimaan industri karak skala rumah tangga
C = biaya total industri karak skala rumah tangga
Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah:
R/C > 1 berarti industri karak skala rumah tangga yang dijalankan sudah
efisien
R/C = 1 berarti industri karak skala rumah tangga yang dijalankan mencapai
titik impas
R/C < 1 berarti industri karak skala rumah tangga yang dijalankan tidak
commit to user
Gambar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo
Input
(bahan baku, bahan penolong)
Biaya Total
Analisis Usaha: 1. Keuntungan 2. Profitabilitas 3. Risiko 4. Efisiensi
Proses Produksi Output
(karak)
Penerimaan Total Biaya Variabel:
1. Bahan baku (beras) 2. Bahan penolong
(bumbu-bumbu, minyak goreng, kayu bakar, gas) 3. Kemasan
Biaya Tetap 1. Penyusutan alat 2. Bunga modal investasi 3. Upah tenaga kerja 4. Transportasi Risiko
Harga Risiko
Produksi
Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo
commit to user
C. Pembatasan Masalah1. Analisis usaha yang dimaksud dalam penelitian ini didasarkan pada biaya,
penerimaan, keuntungan, profitabilitas, risiko dan efisiensi industri karak
skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.
2. Penelitian ini menggunakan data produksi selama periode satu bulan
produksi yaitu pada bulan Juli 2010.
3. Penelitian ini dilakukan pada industri karak skala rumah tangga di
Kabupaten Sukoharjo.
D. Asumsi
1. Faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga dalam industri karak
menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar yang
berlaku di daerah penelitian saat penelitian dilakukan.
E. Hipotesis
1. Diduga industri karak skala rumah tangga yang diusahakan
menguntungkan.
2. Diduga industri karak skala rumah tangga yang diusahakan berisiko.
3. Diduga industri karak skala rumah tangga yang diusahakan efisien.
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Analisis usaha adalah penyidikan terhadap kelangsungan suatu usaha
dengan meninjau dari berbagai hal yang meliputi, biaya, penerimaan,
keuntungan, profitabilitas, besarnya risiko serta efisiensi usaha.
2. Industri karak adalah kegiatan pengolahan beras sebagai bahan baku utama
menjadi karak.
3. Industri skala rumah tangga merupakan industri dengan jumlah tenaga
kerja 1-4 orang.
4. Responden adalah orang yang mampu memberikan respon dan informasi
tentang data-data yang akan diteliti. Responden dalam penelitian ini adalah
pengusaha karak skala rumah tangga yang mengolah beras sebagai baku
commit to user
5. Biaya total adalah penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel
yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
6. Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang
besarnya tidak dipengaruhi oleh kuantitas output yang dihasilkan yang
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Biaya tetap meliputi:
a. Biaya penyusutan alat
Biaya penyusutan merupakan pengurangan nilai barang-barang modal
karena barang modal tersebut terpakai dalam proses produksi/karena
faktor waktu, yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Peralatan
yang digunakan antara lain panci, enthong, dandang, kukusan, alat
tumbuk (alu), alat cetak, ember kecil, ember besar, meja, alat jemur
(anjang), pisau (besar, sedang, kecil), irik, wajan, erok-erok, bronjong
isi 1 dan plastik. Biaya penyusutan peralatan dalam penelitian ini
dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (Straight Line
Method). Metode garis lurus menghasilkan beban penyusutan yang
merata selama umur ekonomis dari suatu aktiva dengan rumus sebagai
berikut:
Penyusutan :
Ekonomis Umur
Akhir Nilai Awal
Nilai −
b. Biaya bunga modal investasi
Biaya bunga modal investasi merupakan hasil perkalian dari nilai
modal investasi dengan suku bunga riil yang dinyatakan dalam satuan
rupiah. Biaya bunga modal investasi dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus:
B = r x modal investasi
(Suratiyah, 2006)
r =
f f i
+ −
1
(Gray et al., 1993)
commit to user
B = biaya bunga modal investasir = suku bunga riil bulan Juli (0,423%)
i = suku bunga nominal bulan Juli (2%)
f = laju inflasi bulan Juli (1,57%)
c. Biaya tenaga kerja merupakan hasil perkalian antara jumlah tenaga
kerja, upah per hari dan jumlah hari kerja yang dinyatakan dalam
satuan rupiah (Rp).
d. Biaya transportasi
7. Biaya variabel ialah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi
yang dihasilkan yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Biaya variabel
dalam penelitian ini meliputi:
a. Biaya bahan baku (beras)
b. Biaya bahan penolong (bumbu-bumbu, minyak goreng dan gas elpiji)
c. Biaya kemasan
8. Penerimaanadalah perkalian antara produk yang diproduksi dengan harga
jual produk per satuan yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
9. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total
yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
10. Profitabilitas adalah perbandingan antara keuntungan dengan penjualan
(penerimaan), dinyatakan dalam persen.
11.Risiko adalah kemungkinan terjadinya kondisi merugi yang dihadapi oleh
produsen. Perhitungan risiko menggunakan pendekatan CV (koefisien
variasi usaha industri karak skala rumah tangga) dan L (batas bawah
keuntungan usaha industri karak skala rumah tangga).
12.Efisiensi usaha adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya
commit to user
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada
pada masa sekarang. Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya
sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan
interpretasi tentang arti data itu. Metode ini mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang, pada masalah-masalah aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).
(Surakhmad, 1998).
Pelaksanaan penelitian menggunakan metode survai. Metode survai
yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Ciri khas penelitian
survai adalah data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya
dengan menggunakan kuesioner. Salah satu keuntungan utama dari penelitian
ini adalah mungkinnya pembuatan generalisasi untuk populasi yang besar.
(Singarimbun dan Effendi, 1995).
B. Metode Pengambilan Responden
1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten
Sukoharjo terdiri dari 13 kecamatan, dari 13 kecamatan hanya diambil 3
kecamatan yang akan dijadikan daerah penelitian. Penentuan kecamatan
sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Metode purposive
sampling, yaitu penentuan atau pengambilan daerah penelitian berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu sedangkan pertimbangan yang
commit to user
diambil berdasarkan tujuan penelitian (Rianse dan Abdi, 2008).
Kecamatan yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu Kecamatan
Mojolaban, Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Weru dengan
pertimbangan bahwa pada ketiga kecamatan tersebut terdapat usaha
industri karak yang bersifat komersial dan masih produktif hingga saat ini.
Penentuan sampel desa dilakukan secara purposive sampling.
Pengambilan desa sampel dilakukan dengan pertimbangan bahwa desa
memiliki unit industri karak skala rumah tangga. Data tentang jumlah unit
industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat
[image:38.612.167.507.206.464.2]pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Jumlah Unit Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo
No Kecamatan Desa Unit Usaha
1
2 3
Mojolaban
Sukoharjo Weru
Gadingan Plumbon Kenep Jatingarang
33 15 13 2
Jumlah 63
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007
Berdasarkan Tabel 4 terdapat 63 unit industri karak skala rumah
tangga di Kabupaten Sukoharjo. Unit industri karak skala rumah tangga
tersebar di empat desa yaitu Desa Gadingan, Desa Plumbon, Desa Kenep
dan Desa Jatingarang. Seluruh desa diambil sebagai sampel.
2. Metode Penentuan Responden
Populasi penelitian ini adalah seluruh produsen industri karak skala
rumah tangga di Desa Gadingan, Desa Plumbon, Desa Kenep dan Desa
Jatingarang. Menurut Singarimbum dan Effendi (1995) data yang
dianalisis menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga dapat
mengikuti distribusi normal. Sampel yang jumlahnya besar dan
berdistribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama
commit to user
penelitian ini adalah produsen industri karak skala rumah tangga di
Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah 30 orang.
Penetapan jumlah responden dilakukan secara proporsional, yaitu
penentuan jumlah sampel berdasarkan jumlah populasinya dengan
menggunakan rumus:
30
N
Nk
Ni
=
x
Keterangan :
Ni = Jumlah sampel yang diambil pada tiap desa
Nk = Jumlah populasi produsen karak dari tiap desa
N = Jumlah populasi produsen karak dari seluruh desa terpilih
30 = Jumlah sampel yang dikehendaki
Penetapan responden dengan menggunakan rumus proporsional
diperoleh besarnya jumlah sampel tiap desa terpilih. Jumlah responden
[image:39.612.166.509.202.527.2]yang akan diteliti pada setiap desa adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Jumlah Responden Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo
No Kecamatan Desa Unit Usaha Jumlah
Responden 1
2 3
Mojolaban
Sukoharjo Weru
Gadingan Plumbon Kenep Jatingarang
33 15 13 2
16 7 6 1
Jumlah 63 30
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah responden di Desa Gadingan
sebanyak 16 orang, di Desa Plumbon sebanyak 7 orang, di Desa Kenep
sebanyak 6 orang, dan di Desa Jatingarang sebanyak 1 orang. Jumlah
seluruh responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten
Sukoharjo adalah 30 orang.
Penentuan responden produsen usaha industri karak skala rumah
tangga pada masing-masing desa dilakukan dengan menggunakan metode
commit to user
sampling yaitu sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga
setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel
(Rianse dan Abdi, 2008).
Teknik yang digunakan dalam menentukan responden adalah dengan
undian. Penentuan responden dimulai dengan menyusun kerangka sampel
rerponden kemudian dilakukan pengundian responden pada setiap desa.
Teknik undian dilakukan dengan cara menuliskan semua nama produsen
karak pada secarik kertas, kemudian digulung dan dimasukkan dalam
kotak atau kaleng. Kemudian dilakukan pengocokan dan mengambil
sejumlah gulungan kertas. Nama yang terambil menjadi responden yang
akan diteliti, kemudian gulungan tersebut dikembalikan lagi hingga sesuai
dengan jumlah responden yang direncanakan dan sesuai dengan
proporsinya.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
produsen usaha industri karak skala rumah tangga dengan menggunakan
daftar pertanyaan (quisioner). Data ini dapat diperoleh dengan cara
wawancara atau bisa juga dengan pengamatan langsung di lokasi
penelitian. Data primer yang akan diambil dalam penelitian ini meliputi
data identitas responden, biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi, penerimaan yang di peroleh responden, keuntungan yang
diperoleh dari usaha industry karak, dan kendala yang dihadapi selama
proses produksi karak.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dan dicatat secara
sistematis dari instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan
penelitian, antara lain BPS dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
commit to user
meliputi data jumlah unit industri kecil di Kabupaten Sukoharjo tahun
2008, jumlah tenaga kerja dan produksi industri kecil kerupuk di
Kabupaten Sukoharjo tahun 2006-2008, jumlah unit industri kecil karak
dan industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo tahun
2008, dan data-data lain yang berkaitan dengan penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan dan
mendapatkan data primer dengan melakukan wawancara langsung kepada
responden berdasarkan daftar pertanyaan (quisioner) yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
2. Observasi
Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran
yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti.
3. Pencatatan
Teknik pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder
dengan cara mencatat data yang ada dari instansi pemerintah atau lembaga
terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.
E. Metode Analisis Data
1. Analisis Biaya, Penerimaan, Keuntungan, dan Profitabilitas dari Usaha
Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo
a. Nilai total biaya pada industri karak sklala rumah tangga di Kabupaten
Sukoharjo adalah penjumlahan dari nilai total biaya tetap (TFC) dan
nilai biaya variabel (TVC) yang digunakan dalam kegiatan produksi
karak skala rumah tangga. Secara matematis dirumuskan sebagai
berikut :
TC = TFC + TVC
commit to user
TC = biaya total industri karak skala rumah tangga (Rp)
TFC = total biaya tetap industri karak skala rumah tangga (Rp)
TVC = total biaya variabel industri karak skala rumah tangga (Rp)
b. Penerimaan pada industri karak skala rumah tangga di Kabupaten
Sukoharjo yaitu perkalian jumlah karak yang diproduksi dengan harga
karak tersebut. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
TR = Q x P
dimana :
TR = penerimaan total industri karak skala rumah tangga (Rp)
Q = jumlah karak yang diproduksi (biji)
P = harga karak per biji (Rp)
c. Keuntungan industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Suoharjo
diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya total.
Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
π = TR – TC
dimana :
π = keuntungan usaha industri karak skala rumah tangga (Rp) TR = penerimaan total industri karak skala rumah tangga (Rp)
TC = biaya total industri karak skala rumah tangga (Rp)
Dalam analisa keuntungan diperlukan data mengenai penghasilan dari
penjualan (jumlah produk diproduksi dikalikan dengan harga produk),
biaya produksi keseluruhan dan besarnya laba yang diperoleh. Secara
matematis dirumuskan sebagai berikut :
π = Q x P – (TFC + TVC)
dimana :
π = keuntungan industri karak skala rumah tangga (Rp) Q = jumlah karak yang diproduksi (biji)
P = harga karak per biji (Rp)
TFC = total biaya tetap industri karak skala rumah tangga (Rp)
commit to user
d. Nilai profitabilitas industri karak skala rumah tangga di Kabupaten
Sukoharjo dihitung dengan membandingkan antara keuntungan
industri karak skala rumah tangga yang diperoleh dengan penjualan
(penerimaan) dan dikalikan 100%. Secara matematis dirumuskan
sebagai berikut :
Profit Margin = Laba bersih
Penjualan ×100%
2. Analisis Risiko Usaha dari Industri Karak Skala Rumah Tangga di
Kabupaten Sukoharjo
Besarnya risiko usaha industri karak skala rumah tangga di
Kabupaten Sukoharjo dihitung dengan menggunakan perhitungan
koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.
Koefisien variasi merupakan perbandingan antara simpangan baku
keuntungan industri karak skala rumah tangga dengan keuntungan
rata-rata industri karak skala rumah tangga, secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut :
CV = E V
keterangan :
CV = koefisien variasi industri karak skala rumah tangga
V = simpangan baku keuntungan industri karak skala rumah tangga
(Rp)
E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga (Rp)
Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari keuntungan
rata-rata industri karak skala rumah tangga dan simpangan bakunya, yang
dirumuskan sebagai berikut :
E = n
Ei
n
iΣ=1
commit to user
E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga (Rp)
Ei = keuntungan industri karak skala rumah tangga yang diterima
produsen (Rp)
n = jumlah produsen industri karak skala rumah tangga (orang)
Setelah mengetahui keuntungan rata-rata industri karak skala rumah
tangga selanjutnya mencari simpangan baku dengan menggunakan metode
analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari ragam, yaitu :
V= V2
Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai
berikut:
V2 =
) 1 (
) (
1
2
− −
∑
= n
E E
n
i i
Keterangan :
V2 = ragam
n = jumlah produsen industri karak skala rumah tangga (orang)
E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga (Rp)
Ei = keuntungan industri karak skala rumah tangga yang diterima
produsen (Rp)
Untuk mengetahui batas bawah keuntungan industri karak skala
rumah tangga digunakan rumus :
L = E – 2V
keterangan :
L = batas bawah keuntungan industri karak skala rumah tangga (Rp)
E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga (Rp)
V = simpangan baku keuntungan usaha industri karak skala rumah
tangga (Rp)
Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko usaha industri
karak skala rumah tangga yang harus ditanggung produsen semakin besar.
Apabila nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan bahwa produsen usaha
commit to user
apabila nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan
diderita oleh produsen usaha industri karak skala rumah tangga .
3. Analisis Efisiensi Usaha dari Usaha Industri Karak Skala Rumah Tangga
di Kabupaten Sukoharjo
Efisiensi usaha industri karak skala rumah tangga dihitung dengan
menggunakan perhitungan R/C rasio. R/C rasio adalah singkatan dari
Return Cost Ratio atau dikenal dengan nisbah antara penerimaan dan
biaya.
Efisiensi usaha industri karak skala rumah tangga dapat dihitung
dengan membandingkan besarnya penerimaan usaha industri karak skala
rumah tangga dengan biaya yang digunakan untuk produksi. Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Efisiensi = C R
keterangan :
R = penerimaan total industri karak skala rumah tangga (Rp)
C = biaya total industri karak skala rumah tangga (Rp)
Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah :
R/C > 1 berarti industri karak skala rumah tangga yang dijalankan
sudah efisien
R/C = 1 berarti industri karak skala rumah tangga mencapai titik
impas
R/C < 1 berarti industri karak skala rumah tangga yang dijalankan
commit to user
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam
1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Kabupaten Sukoharjo adalah salah satu Kabupaten di Propinsi
Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Sukoharjo terletak diantara
110° 42’ 6,79” sampai 110° 57’ 33,70” LS (Lintang Selatan) dan 7° 32’
17,00” sampai 7° 49’ 32,00” BT (Bujur Timur). Adapun batas-batas
wilayah Kabupaten Sukoharjo antara lain:
Sebelah utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Sragen
Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar
Sebelah selatan : Daerah Istimewa Yogyakar