• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS USAHA

INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA

DI KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI

Oleh :

A. Melinda Parada Siamanama

H0306077

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

ANALISIS USAHA

INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

Melinda Parada Siamanama

H 0306077

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

ANALISIS USAHA

INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA

DI KABUPATEN SUKOHARJO

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Melinda Parada Siamanama H 0306077

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 28 Desember 2010 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Surakarta, Januari 2011

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003 Ketua

Wiwit Rahayu, S.P., MP. NIP. 197111091997032004

Anggota II

Ir. Sugiharti Mulya H, MP NIP. 19650626 199003 2 001 Anggota I

(4)

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alkhamdulillah Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga Penyusun dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Usaha Industri Karak Skala Rumah

Tangga di Kabupaten Sukoharjo” ini dengan baik.

Penyusun menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu Penyusun ingin mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, M.Si. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial

Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, M.P. selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Alm. Ir. Ropingi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik semoga amal dan

ibadahnya diterima disisi Allah SWT.

5. Ibu Wiwit Rahayu, S.P., M.P.. selaku Dosen Pembimbing Utama yang

dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan, arahan dan masukan yang

sangat berharga bagi Penyusun.

6. Ibu Umi Barokah, S.P., M.P. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang

dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan, masukan, dan arahan, serta

semangat dalam Penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta, terutama Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis atas ilmu yang diberikan dan kerjasamanya selama ini.

8. Mbak Ira, Pak Samsuri dan Pak Mandimin selaku staff Administrasi Jurusan

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis yang telah membantu dalam hal

(5)

commit to user

v

9. Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, Bappeda Kabupaten Sukoharjo, Badan

Kesbangpolinmas Kabupaten Sukoharjo, Badan Pusat Statistik Kabupaten

Sukoharjo, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo

yang telah memberikan izin penelitian serta informasi dan data-data yang

diperlukan Penyusun dalam skripsi ini.

10. Seluruh perangkat Kecamatan Weru, Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan

Mojolaban Kabupaten Sukoharjo atas bantuan informasi untuk Penyusunan

skripsi ini.

11. Seluruh responden industri karak di Kabupaten Sukoharjo yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada Penyusun.

12. Kedua orang tuaku, Bapak H. Parada Kurnia dan Ibu Hj. Nanik Setyaningsih

terima kasih atas segala kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat, doa,

dan kesempatan yang telah diberikan sehingga Penyusun dapat

menyelesaikan skripsi ini.

13. Adiku, Steefi Parada Anggara terima kasih atas segala perhatian, doa dan

dukungannya.

14. Seluruh keluarga besarku, Keluarga Parada dan Keluarga Ahmad Dasuki

yang di Solo, Semarang dan Lampung terima kasih atas doa dan

dukungannya selama ini kepada Penyusun.

15. Sahabat seperjuanganku, Ipung dan Nina terima kasih atas kebersamaan

indah selama ini dan menjadi saudara dalam senang maupun sedih.

16. Sahabat karibku, Ita, Agung, Dian, dan Maya terima kasih atas bantuan,

semangat dan dukungan yang diberikan kepada Penyusun selama ini.

17. Teman-teman magang, Demi dan Ipul terima kasih atas doa, semangat dan

bantuannya selama ini kepada Penyusun.

18. Seluruh teman-teman Agrobisnis 2006 Zero Six Community, terima kasih atas

persahabatan, kenangan indah dan kebersamaan kita selama ini.

19. Seluruh teman-teman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta, terima kasih atas kerjasamanya.

20. Semua pihak yang tidak dapat Penyusun sebutkan satu persatu, terimakasih

(6)

commit to user

vi

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun. Akhirnya, Penyusun berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

Penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2011

(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

RINGKASAN ... xiii

SUMMARY ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

II. LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Penelitian Terdahulu ... 7

2. Beras dan Karak ... 9

3. Industri Rumah Tangga ... 9

4. Biaya ... 10

5. Penerimaan ... 11

6. Keuntungan ... 11

7. Profitabilitas ... 12

8. Risiko ... 12

9. Efisiensi... 13

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah... 14

C. Pembatasan Masalah ... 20

D. Asumsi ... 20

E. Hipotesis ... 20

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel... 20

III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Metode Dasar Penelitian ... 23

B. Metode Pengambilan Responden ... 23

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 23

(8)

commit to user

viii

C. Jenis dan Sumber Data ... 26

1. Data Primer ... 26

2. Data Sekunder ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

1. Wawancara ... 27

2. Observasi ... 27

3. Pencatatan ... 27

E. Metode Analisis Data ... 27

1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Profitabilitas ... 27

2. Risiko ... 29

3. Efisiensi ... 31

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 33

A. Keadaan Alam ... 33

B. Keadaan Penduduk ... 34

1. Pertumbuhan Penduduk ... 34

2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 35

3. Keadaan Penduduk Menurut Umur ... 36

4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 37

5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 39

C. Keadaan Sektor Perhubungan ... 40

D. Keadaan Sektor Pertanian ... 41

1. Produksi Tanaman Bahan Makanan ... 41

E. Keadaan Sektor Perindustrian ... 43

1. Keadaan Industri di Kabupaten Sukoharjo ... 43

2. Keadaan Industri Karak Skala Rumah Tangga ... 44

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Identitas Responden dan Karakteristik Industri ... 46

1. Identitas Responden Industri Karak Skala rumah Tangga ... 46

2. Modal Industri Karak Skala Rumah Tangga... 49

3. Bahan Baku dan Bahan Penolong ... 50

4. Peralatan Industri Karak Skala Ruamh Tangga ... 52

5. Proses Produksi Pembuatan Karak ... 55

6. Pemasaran ... 60

B. Analisis Industri Karak Skala Rumah Tangga ... 61

1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Profitabilitas ... 61

2. Risiko ... 67

3. Efisiensi... 69

C. Kendala Industri Karak Skala Rumah Tangga ... 70

D. Solusi Pemecahan Masalah ... 71

E. Peran Pemerintah ... 72

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 75

(9)

commit to user

ix

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo ... 76

DAFTAR PUSTAKA

(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Potensi Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008... 2

2. Jumlah Unit Industri, Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi Kerupuk di Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2006-2008 ... 3

3. Klasifikasi Industri Karak di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007 ... 4

4. Jumlah Unit Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 24

5. Jumlah Responden Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 25

6. Banyak Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 34

7. Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2008 ... 35

8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 35

9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 36

10. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 38

11. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 39

12. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan dan Status Jalan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 40

13. Luas Panen (Ha) Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 41

14. Luas Panen (Ha) dan Produksi Padi (Ton) Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2008 ... 42

15. Jumlah Unit Usaha/Industri, Jumlah Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Nilai Produksi Industri Besar, Menengah dan Kecil Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2008 ... 43

16. Data Potensi Sentra Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 44

(11)

commit to user

xi

18. Identitas Responden Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 46

19. Status Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo 48

20. Alasan Mengusahakan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 49

21. Sumber Modal Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 50

22. Jalur Pemasaran Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten

Sukoharjo ... 60

23. Rata-rata Biaya Tetap Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 ... 62

24. Rata-rata Biaya Variabel Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 ... 63

25. Rata-rata Biaya Total Industri Karak Skala di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 ... 65

26. Rata-rata Penerimaan Total, Keuntungan dan Profitabilitas Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 ... 66

27. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Bulan Juli 2010 ... 67

(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 19

2. Proses Produksi Pembuatan Karak di Kabupaten Sukoharjo... 56

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Identitas Resonden Industri Karak Skala Rumah Tangga di

Kabupaten Sukoharjo ... 79

2. Produksi Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 80

3. Sistem Pemasaran Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 81

4. Biaya Penyusutan Peralatan dan Bunga Modal Investasi Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo... 82

5. Biaya Tenaga Kerja Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 91

6. Biaya Transportasi Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 92

7. Biaya Bahan Baku Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 94

8. Biaya Bahan Penolong Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 98

9. Biaya Pengemasan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 101

10. Biaya Tetap Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 102

11. Biaya Variabel Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 103

12. Biaya Total Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 104

13. Penerimaan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 105

14. Keuntungan Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ... 107

15. Profitabilitas, Efisiensi dan Risiko Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo... 108

16. Foto Peralatan ... 130

17. Foto Proses Produksi... 131

18. Foto Wilayah Kabupaten Sukoharjo ... 131

(14)

commit to user

xiv

ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK

SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO

MELINDA PARADA SIAMANAMA H 0306077

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas, risiko serta efisiensi usaha pada industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Penentuan daerah sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu Desa Gadingan dan Desa Plumbon Kecamatan Mojolaban, Desa Kenep Kecamatan Sukoharjo, Desa Jatingarang Kecamatan Weru dengan pertimbangan desa yang memiliki unit usaha industri karak skala rumah tangga. Jumlah sampel responden sebanyak 30 orang. Jenis dan sumber data yang digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pencatatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo selama satu bulan (Juli 2010) adalah sebesar Rp 14.252.441,62 per bulan. Penerimaan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 15.610.012,50 per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh responden karak sebesar Rp 1.357.570,88 per bulan. Profitabilitas industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar 8,70%, yang berarti setiap penjualan (penerimaan) sebesar Rp 100 akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 8,70.

Besarnya nilai koefisien variasi (CV) industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sebesar 0,73 dengan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar minus Rp 627.880,62. Hal ini berarti bahwa responden industri karak skala rumah tangga mempunyai peluang untuk mengalami kerugian sebesar Rp 627.880,62. Industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C ratio lebih dari satu yaitu sebesar 1,10, yang berarti setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan responden industri karak skala rumah tangga memberikan penerimaan sebesar 1,10 kali dari biaya yang telah dikeluarkan.

(15)

commit to user

xv

AN ANALYSIS ON HOME-SCALE KARAK INDUSTRY

IN SUKOHARJO REGENCY

MELINDA PARADA SIAMANAMA H 0306077

SUMMARY

This research aims to analyze the cost, revenue, benefit and profitability, risk as well as business efficiency in the home-scale karak industry in Sukoharjo Regency.

The research method employed was an analytical descriptive method. This study was taken place in Sukoharjo Regency. The sample area determination was done using purposive sampling method, Gadingan and Plumbon Villages of Mojolaban Subdistrict, Kenep Village of Sukoharjo Subdistrict, Jatingarang Village Village of Weru Subdistrict considering that these villages have home-scale karak industry. The number of respondent sample was 30 respondents. The data type and source employed consisted primary and secondary data. Techniques of collecting data used were interview, observation, and documentation.

The result of research show that the average total cost of home-scale karak industry in Sukoharjo Regency for one month (July 2010) is Rp. 14,252,441.62 per month. The mean revenue obtained is Rp. 15,610,012.50 per month so that the mean profit obtained from the karak respondent is Rp. 1,357,570.88 per month. Profitability of home-scale karak industry in Sukoharjo Regency is 8.70% means that any sales (revenues) amounted to Rp 100 will produce a profit of Rp 8.70.

The size of variation coefficient of home-scale karak industry in Sukoharjo Regency is 0.73 with the lower (L) profit margin of minus Rp. 627,880.62. It means that the respondents of home-scale karak industry have an opportunity of being lost of Rp Rp. 627,880.62. The home-scale karak industry in Sukoharjo Regency undertaken so far has been efficient indicated by the R/C ratio higher than one, 1.10, meaning that each Rp. 1.00 cost expended by the respondents of home-scale karak industry provides revenue of 1.10 times higher than the cost expended.

(16)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan salah satu tulang punggung

pembangunan nasional dan implementasinya harus sinergis dengan

pembangunan sektor lainnya. Pelaku pembangunan pertanian meliputi

departemen teknis terkait, pemerintah daerah, petani, pihak swasta,

masyarakat, dan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya. Koordinasi di

antara pelaku pembangunan pertanian merupakan kerangka mendasar yang

harus diwujudkan guna mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Tujuan

pembangunan pertanian adalah: 1) membangun sumber daya manusia aparatur

profesional, petani mandiri, dan kelembagaan pertanian yang kokoh; 2)

meningkatkan pemanfaatan sumber daya pertanian secara berkelanjutan; 3)

memantapkan ketahanan dan keamanan pangan; 4) meningkatkan daya saing

dan nilai tambah produk pertanian; 5) menumbuhkembangkan usaha pertanian

yang dapat memacu aktivitas ekonomi pedesaan; dan 6) membangun sistem

ketatalaksanaan pembangunan pertanian yang berpihak kepada petani.

Sementara itu, sasaran pembangunan pertanian yaitu: 1) terwujudnya sistem

pertanian industrial yang memiliki daya saing, 2) mantapnya ketahanan

pangan secara mandiri, 3) terciptanya kesempatan kerja bagi masyarakat

pertanian, dan 4) terhapusnya kemiskinan di sektor pertanian serta

meningkatnya pendapatan petani (Departemen Pertanian 2004).

Pembangunan pertanian dapat diupayakan melalui pengembangan

agribisnis. Menurut Arsyad, dkk dalam Soekartawi (2003) agribisnis adalah

suatu kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata

rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya

dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan

usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang

oleh kegiatan pertanian.

(17)

commit to user

Pengolahan hasil pertanian merupakan salah satu subsistem kegiatan

agribisnis. Kegiatan pengolahan hasil pertanian merupakan subsistem kedua

setelah produksi pertanian. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya

kegiatan pengolahan hasil pertanian menurut Soekartawi (2003) diantaranya

meningkatkan nilai tambah, meningkatkan kualitas hasil, meningkatkan

penyerapan tenaga kerja, meningkatkan ketrampilan produsen dan

meningkatkan pendapatan produsen.

Pengembangan industri pengolahan pangan di Indonesia yang didukung

oleh sumberdaya alam pertanian, baik nabati maupun hewani yang mampu

menghasilkan berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan

dari sumber daya alam lokal atau daerah. Saat ini di beberapa negara Asia

banyak produk pangan yang diangkat dari jenis pangan lokal dan diolah secara

tradisional. Dengan berkembangnya produk lokal tersebut, maka jumlah dan

jenis produk pangan menjadi semakin banyak jumlahnya (Soleh, 2003).

Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten yang mampu

mengembangkan industri pengolahan pangan. Data Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Sukoharjo (2008) memperlihatkan adanya industri

kecil yang masih mampu bertahan hingga saat ini di Kabupaten Sukoharjo.

Hal ini lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Daftar Potensi Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah di Kabupaten Sukoharjo

No Nama Sentra Unit Usaha (Unit) Jumlah Tenaga Kerja

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Industri kecil tempe Industri kecil tahu

Industri kecil emping melinjo Industri kecil kerupuk Industri kecil rengginan Industri kecil marning jagung Industri kecil pengolahan kacang tanah

Industri kecil jenang Industri kecil tape

Industri kecil jamu tradisional

500 297 570 197 16 10 80 61 88 60 1422 831 1235 521 40 45 240 219 167 310

(18)

commit to user

Tabel 1 menunjukkan jenis unit industri kecil yang terdapat di

Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2008. Salah satu jenis unit industri kecil

yang ada di Kabupaten Sukoharjo adalah industri kecil kerupuk. Seiring

dengan berjalannya waktu, jumlah industri kecil kerupuk mengalami

peningkatan. Berikut data jumlah unit industri, jumlah tenaga kerja dan

jumlah produksi kerupuk di Kabupaten Sukoharjo:

Tabel 2. Jumlah Unit Industri, Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi Kerupuk di Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2006-2008

No Tahun Jumlah Unit Industri

Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

Jumlah Produksi (Kg) 1

2 3

2006 2007 2008

182 187 197

486 497 521

469.992 471.146 498.000

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo tahun 2006, 2007, 2008

Pada Tabel 2 menunjukkan adanya peningkatan jumlah unit industri

kecil kerupuk di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2006, 2007 dan 2008.

Peningkatan jumlah unit industri mampu meningkatkan penyerapan jumlah

tenaga kerja dan meningkatkan jumlah produksi.

Karak adalah salah satu produk usaha industri kecil kerupuk di

Kabupaten Sukoharjo. Karak merupakan sejenis kerupuk yang terbuat dari

beras. Karak merupakan makanan camilan atau makanan pelengkap saat

makan. Menurut Ayu (2009), karak tidak hanya digemari oleh masyarakat

kalangan menengah ke bawah, namun juga digemari oleh masyarakat

menengah ke atas. Pengolahan beras menjadi karak ini menjadikan suatu

kesempatan untuk melakukan kegiatan usaha dan berpeluang memasuki

pangsa pasar.

Industri karak di Kabupaten Sukoharjo mempunyai prospek yang bagus.

Pemasaran karak telah merambah ke luar Kabupaten Sukoharjo. Konsumsi

akan karak selalu ada seiring dengan pertumbuhan penduduk. Karak produksi

Kabupaten Sukoharjo terkenal dengan keasliannya yaitu dari segi bahan baku

yang digunakan, karak produksi Kabupaten Sukoharjo tidak menggunakan

(19)

commit to user

penjemuran), oleh karena itu rasa karaknya lebih renyah. Harga jual karak

juga relatif murah yaitu Rp 100 per biji di tingkat konsumen akhir, sehingga

konsumen dari semua kalangan dapat membeli dan menikmati.

Industri karak di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 2 jenis industri yaitu

industri kecil dan industri skala rumah tangga. Industri kecil adalah industri

yang jumlah karyawan atau tenaga kerjanya berjumlah antara 5-19 orang.

Industri skala rumah tangga adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga

kerjanya berjumlah antara 1-4 orang (Anonima, 2006). Klasifikasi industri

karak dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Klasifikasi Industri Karak di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007

No Klasifikasi Industri Karak Jumlah (Unit) 1

2

Usaha Kecil Karak

Usaha Karak Skala Rumah Tangga

21 63

Jumlah 84

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007

Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa industri karak di Kabupaten

Sukoharjo berjumlah 84 unit yang terdiri dari 21 unit industri kecil karak dan

63 unit industri karak skala rumah tangga. Industri karak skala rumah tangga

jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan industri kecil karak.

Industri karak di Kabupaten Sukoharjo umumnya industri skala rumah

tangga. Indsutri karak yang masih berproduksi sampai sekarang menunjukkan

kemampuannya bersaing dengan industri lainnya. Kenyataan inilah yang

mendorong peneliti untuk mengetahui dan meneliti lebih lanjut industri karak

skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

B. Perumusan Masalah

Karak terbuat dari beras yang dimasak menjadi nasi, kemudian

dihaluskan dengan menggunakan alat dari kayu. Adonan nasi yang telah diberi

garam lalu dilembutkan dan dicetak berbentuk kubus. Orang menyebut bentuk

cetakan adonan itu dengan istilah gendar. Karak merupakan bahan pelengkap

makanan dengan harga yang relatif murah, namun demikian industri karak

(20)

commit to user

Kendala yang sering dihadapi oleh para produsen karak saat ini adalah

harga beras yang tidak stabil dan cenderung naik. Produsen karak biasanya

membeli beras di pasar-pasar terdekat. Beras yang digunakan sebagai bahan

baku seperti beras yang biasanya untuk konsumsi namun yang berkualitas

rendah seperti beras ”jatah”. Kendala lain yang sering dihadapi oleh produsen

karak adalah harga bahan penolong yang tidak stabil, seperti harga minyak

goreng dan harga gas elpiji yang cenderung naik. Kenaikan harga bahan baku

dan bahan penolong dapat menambah biaya yang dikeluarkan oleh produsen

karak. Bertambahnya biaya yang dikeluarkan pada akhirnya akan

mempengaruhi keuntungan yang diterima oleh produsen karak

Penggunaan teknologi yang masih tradisional seperti pada proses

penumbukan adonan yang masih menggunakan alat tumbuk (alu dan lumpang)

dan belum menggunakan alat penggiling. Pengirisan adonan karak yang masih

manual menggunakan pisau biasa. Belum adanya mesin pengering dalam

penjemuran karak mempengaruhi jumlah karak yang diproduksi. Banyak

sedikitnya jumlah karak yang diproduksi akan mempengaruhi penerimaan dan

keuntungan yang diterima produsen karak.

Proses produksi karak memerlukan waktu 2 hari. Produksi karak

dilakukan setiap hari. Proses produksi karak sendiri tidak menunggu sampai

karak pada produksi sebelumnya habis terjual, karena biasanya karak terjual

habis setelah digoreng. Apabila ada sisa, maka akan dijual pada hari

berikutnya. Produksi karak masih bergantung pada faktor cuaca atau iklim,

terutama saat proses penjemuran karak. Jika tidak terjadi hujan atau matahari

terik, maka penjemuran bisa selesai dalam waktu 1 hari. Namun jika sehari

tidak ada panas matahari, maka penjemuran bisa memakan waktu 2-3 hari.

Karak yang tidak mendapatkan panas dan mengalami penjemuran yang lama

dapat menyebabkan karak membusuk. Hal ini akan mengurangi penerimaan

produsen yang pada akhirnya akan mempengaruhi keuntungan yang diterima

produsen karak.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka peneliti ingin mengkaji lebih

(21)

commit to user

1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas dari

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo?

2. Berapa besarnya risiko industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo?

3. Apakah industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

efisien?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas

dari industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

2. Menganalisis besarnya risiko dari industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo.

3. Menganalisis efisiensi dari industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan peneliti serta sebagai salah satu syarat kelulusan untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi produsen, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

pengetahuan tentang analisis usaha industri karak yang kelak dapat

dijadikan sarana untuk mengembangkan usaha industri karak.

3. Bagi Pemerintah Daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam penyusunan

kebijakan terutama dalam pengembangan industri kecil maupun industri

rumah tangga.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

tambahan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau

(22)

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian Usnun (2004) yang berjudul Analisis Usaha Pembuatan

Krupuk Rendeng Puyur Di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,

menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh produsen krupuk rendeng

puyur selama bulan Oktober 2003 sebesar Rp 2.411.931,00 dengan biaya

total rata-ratanya sebesar Rp 2.095.115,00 sehingga keuntungan rata-rata

yang diperoleh selama bulan Oktober 2003 Rp 316.816,00. Profitabilitas

dari usaha krupuk rendeng puyur sebesar 15,2%. Koefisien Variasi dari

usaha ini adalah 0,65, dengan simpangan baku Rp 204.258,00 dan batas

bawah keuntungan sebesar minus Rp 91.700,00. Usaha krupuk rendeng

puyur sudah efisien dengan nilai R/C sebesar 1,15 yang berarti setiap 1

Rupiah biaya yang dikeluarkan akan didapatkan penerimaan 1,15 kali dari

biaya yang dikeluarkan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Candrawati (2005) tentang usaha

industri intip di kota Surakarta menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang

dikeluarkan dalam satu bulan sebesar Rp 11.306.025,00, sedangkan

rata-rata penerimaan yang diperoleh satu bulan sebesar Rp 14.616.452,00,

sehingga diperoleh rata-rata keuntungan sebesar Rp 3.310.025,00 dalam

satu bulan. Diketahui bahwa nilai CV adalah 0,652 dan nilai L adalah

minus Rp 1.004.615,00 maka dapat diartikan bahwa usaha ini dapat

memberikan keuntungan tetapi ada peluang kerugian yang harus

ditanggung produsen sebesar Rp 1.004.615,00. Usaha industri intip di

Kota Surakarta yang telah dijalankan sudah efisien, terbukti dengan nilai

R/C sebesar 1,293.

Penelitian yang dilakukan oleh Sulfiah (2005) yang berjudul Usaha

Inovatif Kerupuk Gendar Aneka Rasa Untuk Meningkatkan Nilai Jual,

yang dilakukan selama 4 bulan penelitian menunjukkan bahwa usaha yang

(23)

commit to user

dilakukan menguntungkan dan efisien, dengan keuntungan sebesar Rp

2.788.250,00. Penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 8.160.000,00 dan

total biaya yang dikeluarkan Rp 5.371.750,00. Sehingga diperoleh nisbah

penerimaan dan biaya (R/C) sebesar 1,52, yang artinya setiap satu rupiah

biaya yang dikelurkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1,52,00.

Menurut penelitian Prasetyo (2008) dalam penelitiannya yang

berjudul Analisis Usaha Industri Rumah Tangga Kerupuk Rambak Pati di

Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali, menunjukkan bahwa biaya total

rata-rata yang dikeluarkan produsen kerupuk rambak pati gilig (bulat /

silinder) untuk memproduksi satu kilogram kerupuk rambak pati gilig

adalah sebesar Rp 5280,67 dengan harga jual rata-rata kerupuk rambak

pati gilig sebesar Rp 5573,91. Sehingga pendapatan rata-rata yang diterima

oleh para produsen per kilogram kerupuk rambak pati gilig yang mereka

produksi adalah sebesar Rp 293,24. Setiap satu kilogram kerupuk rambak

pati gilig yang diproduksi, besarnya simpangan baku keuntungan yang

dihadapi oleh produsen adalah sebesar Rp 246,82 dengan nilai koefisien

variasi (CV) adalah 0,84 dengan nilai batas bawah pendapatan (L) adalah

sebesar minus Rp 200,39. Dengan demikian kerupuk rambak pati gilig

memiliki peluang mengalami resiko kerugian sebesar Rp 200,39 setiap

kali mereka memproduksi satu kilogram kerupuk rambak pati gilig. Setiap

satu kilogram kerupuk rambak pati gilig yang diproduksi sudah efisien,

dengan nilai efisiensi untuk setiap kilogram kerupuk rambak pati gilig

adalah sebesar 1,04.

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas diketahui bahwa

permasalahan yang diteliti hampir sama dengan penelitian analisis usaha

industri karak yaitu tentang tingkat keuntungan, risiko dan efisiensi, oleh

karena itu hasil dari analisis penelitian-penelitian diatas dapat diterapkan

dalam penentuan hipotesis penelitian ini. Meskipun penelitian-penelitian

diatas memberikan keuntungan dan telah efisien, akan tetapi usaha-usaha

tesebut tetap mempunyai kemungkinan adanya kerugian, yang artinya

(24)

commit to user

2. Beras dan Karak

Beras merupakan salah satu produk pertanian yang cukup potensial

untuk bahan baku industri. Selama ini beras lebih banyak berperan sebagai

nasi, karena sebagai makanan utama beras memang memiliki lebih banyak

keunggulan dibandingkan dengan komoditas lain. Akan tetapi

pemanfaatan beras sebagai bahan baku industri juga tidak dapat

diremehkan, terbukti dengan pemanfaatan beras sebagai bahan pembuat

tepung beras, bahan baku bihun, nasi instan, pati termodifikasi, berondong

dan makanan tradisional lain. Semua produk olahan tersebut dapat

memberikan nilai tambah pada beras yang kurang laku atau kurang

berkualitas (Setyono, 2001).

Karak adalah semacam kerupuk yang terbuat dari beras. Proses

pembuatan karak cukup memakan waktu. Pertama, adonan karak dibuat

padat dan dibentuk seperti persegi panjang. Kemudian dipotong tipis-tipis

dan dijemur. Dalam proses penjemuran inilah yang memakan waktu lama.

Hal ini karena tergantung cuaca. Jika cuaca cerah, karak yang dijemur pagi

bisa kering saat siang hari. Tetapi jika cuaca mendung atau hujan akan

memakan waktu lebih lama lagi (Anonimb, 2009).

Karak merupakan salah satu kerupuk khas dari Pulau Jawa. Karak ini

terbuat dari nasi yang mengandung karbohidrat tinggi dan cara

pembuatannya pun cukup mudah dan praktis. Rasanya yang enak dan

gurih membuat karak disukai oleh banyak orang. Apalagi didukung

dengan harga yang terjangkau. Karak ini dapat dijadikan teman makan

ataupun sebagai cemilan di waktu luang. Saat ini industri karak masih

dalam skala rumah tangga yang masih sederhana dan masih jarang yang

memproduksinya secara besar-besaran. Bahkan banyak diantara

masyarakat yang membuat karak hanya untuk kalangan sendiri, bukan

untuk dijual kepada orang lain (Anonimc, 2010).

3. Industri Rumah Tangga

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada

(25)

commit to user

dan kekuatan mesin yang digunakan, sektor industri dikategorikan menjadi

empat yaitu:

a. Industri rumah tangga, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 1-4

orang.

b. Industri kecil, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang.

c. Industri sedang, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang.

d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja ≥ 100 orang.

(Anonimd, 2010).

4. Biaya

Secara umum biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan oleh

produsen (petani, nelayan, dan peternak) dalam mengelola usahataninya

untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya pun merupakan korbanan

yang diukur untuk suatu satuan alat tukar berupa uang yang dilakukan

untuk mencapai tujuan tertentu dalam usahataninya

(Rahim dan Diah, 2007).

Biaya total (TC atau Total Cost) adalah biaya total untuk

menghasilkan tingkat keluaran tertentu. Biaya total dibagi menjadi dua

bagian, biaya tetap total (Total Fixed Cost = TFC) dan biaya variabel total

(Total Variabel Cost = TVC). Biaya tetap adalah biaya yang tidak

bervariasi/berubah dengan keluaran; biaya ini akan sama jika keluaran

adalah 1 unit ataupun 1 juta unit. Biaya seperti ini juga disebut sebagai

biaya overhead atau biaya yang tidak dapat dihandalkan (unavoidable

cost). Biaya yang berkaitan langsung dengan keluaran, meningkat dengan

meningkatnya produksi dan menurun dengan menurunnya produksi,

disebut biaya variabel (juga disebut biaya langsung atau biaya yang dapat

dihindarkan = avoidable cost) (Lipsey dkk, 1990).

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang

digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi

berlangsung. Biaya produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah,

bunga modal, biaya sarana produksi untuk bibit, pupuk dan obat-obatan

(26)

commit to user

5. Penerimaan

Penerimaan total (Total Revenue - TR) secara langsung ditentukan

oleh jumlah produk yang terjual dan harga jualnya. Ini berarti TR adalah

harga produk (P) dikalikan dengan kuantitas (Q). Secara matematis

penerimaan total dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = P x Q

Dimana

TR (Total Revenue) = penerimaan total

P (Price) = harga produk

Q (Quantity) = jumlah output

Penerimaan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi harga

dan kuantitas yang saling mengkaitkan (Lincolin, 1991).

Menurut Firdaus (2008), penerimaan yaitu jumlah unit yang dijual

dikalikan dengan harga jual. Secara sistematis penerimaan dapat

dirumuskan sebagai berikut :

TR = Q x P

dimana :

TR (Total Revenue) = penerimaan

Q (Quantity) = jumlah produk yang dihasilkan

P (Price) = harga

6. Keuntungan

Perusahaan bisnis mendefinisikan laba sebagai kelebihan penerimaan

(revenue) atas biaya–biaya yang digunakan untuk membuat barang. Laba

di suatu industri memberikan isyarat bahwa sumberdaya dapat dialihkan

secara menguntungkan ke dalam industri itu (Lipsey dkk, 1990).

Menurut Lipsey dkk (1990), keuntungan adalah selisih antara

pendapatan yang diterima dari penjualan dengan biaya kesempatan dari

sumberdaya yang digunakan. Definisi yang lain masih menurut Lipsey

dkk, keuntungan sebagai kelebihan penerimaan (revenue) atas biaya-biaya

(27)

commit to user

dimana :

π = keuntungan

TR (Total Revenue) = penerimaan total

TC (Total Cost) = biaya total usaha

Q (Quantity) = jumlah produksi

P (Price) = harga

TFC (Total Fixed Cost) = total biaya tetap

TVC (Total Variable Cost) = total biaya variabel

7. Profitabilitas

Rasio profitabilitas sebagai rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat

penjualan, aset, dan modal saham tertentu

(Hanafi dan Halim 1996 dalam Fauzan, 2006).

Profitabilitas suatu perusahaan digambarkan oleh beberapa macam

angka perbandingan, yakni Profit Margin Ratio, Earning Power Ratio,

Return on Asset Ratio dan Return on Equity Ratio. Profit Margin Ratio

menunjukkan porsi laba bersih dari penjualan yang mampu dicapai

perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Secara sistematis dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Profit Margin = Laba bersih

Penjualan ×100%

(Asri, 1987).

8. Risiko Usaha

Risiko merupakan suatu kondisi yang dihadapi oleh pimpinan

perusahaan, apabila masa yang akan datang mengandung sejumlah

kemungkinan peristiwa yang akan terjadi yang tidak diketahui. Dalam

pengertian risiko terdapat sejumlah kemungkinan hasil yang diketahui,

atau kemungkinan terjadinya peristiwa diantara kejadian seluruhnya yang

mungkin terjadi (Riyanto, 2001).

Risiko yang ditanggung oleh petani menurut Hernanto (1993) dapat

(28)

commit to user

produksi disebabkan oleh ketidakpastian iklim, intensitas serangan hama

penyakit dan faktor-faktor teknis biaya yang berada di luar kontrol petani.

Risiko harga disebabkan oleh ketidakpastian harga jual produk yang

ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Petani pada

umumnya berada di pihak yang kalah sebagai price taker, sehingga tidak

mampu mengubah keseimbangan pasar yang berlaku secara individual.

9. Efisiensi Usaha

Efisiensi usaha dapat dihitung dari perbandingan antara besarnya

penerimaan dan biaya yang digunakan untuk berproduksi yaitu dengan

menggunakan R/C Rasio. R/C Rasio adalah singkatan Return Cost Ratio

atau dikenal dengan perbandingan ( nisbah ) antara penerimaan dan biaya.

Secara matematis sebagai berikut:

Efisiensi = C R

keterangan :

R (Revenue) = penerimaan

C (Cost) = biaya total

Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah:

R/C > 1 berarti usaha yang dijalankan sudah efisien,

R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan mencapai titik impas

R/C < 1 berarti usaha yang dijalankan tidak efisien.

(Soekartawi, 1995)

R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya

total. Semakin besar R/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan

yang diperoleh petani. Hal ini dapat dicapai bila petani mengalokasikan

faktor produksi dengan lebih efisien (Soekartawi, 2001).

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis

(efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan

produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif

kalau nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang

(29)

commit to user

tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi

harga (Soekartawi, 2003).

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Pada dasarnya seseorang melakukan usaha adalah untuk memperoleh

keuntungan yang setinggi-tingginya. Keuntungan yang tinggi dapat dicapai

dengan melakukan pertimbangan-pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Analisis usaha merupakan upaya melakukan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan. Analisis usaha yang dilakukan meliputi analisis biaya,

penerimaan, keuntungan, profitabilitas, risiko usaha serta efisiensi usaha.

Analisis biaya dilakukan dengan menghitung biaya total (TC). Biaya

total diperoleh dari penjumlahan antara biaya tetap total (TFC) dan biaya

variabel total (TVC). Biaya tetap total dalam industri karak skala rumah

tangga meliputi biaya penyusutan alat, biaya bunga modal investasi, biaya

tenaga kerja dan biaya transportasi. Biaya variabel total meliputi biaya bahan

baku, biaya bahan penolong, dan biaya pengemasan. Secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC = biaya total industri karak skala rumah tangga

TFC = total biaya tetap industri karak skala rumah tangga

TVC = total biaya variabel industri karak skala rumah tangga

Proses produksi karak merupakan suatu usaha untuk mengolah beras

menjadi karak. Proses produki karak memberikan penerimaan bagi

produsennya. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara total jumlah

karak yang diproduksi dan harga jual karak. Secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut:

TR = Q x P

Keterangan :

TR = penerimaan total industri karak skala rumah tangga (Rp)

(30)

commit to user

P = harga karak per biji (Rp)

Hubungan matematis yang dapat menggambarkan unsur biaya,

penerimaan dan keuntungan adalah sebagai berikut: π = TR – TC

atau

π = Q x P – (TFC + TVC) Keterangan :

π = keuntungan industri karak skala rumah tangga (Rp) TR = penerimaan total industri karak skala rumah tangga (Rp)

TC = biaya total industri karak skala rumah tangga (Rp)

Q = jumlah karak yang diproduksi (biji)

P = harga karak per biji (Rp)

TFC = total biaya tetap industri karak skala rumah tangga (Rp)

TVC = total biaya variabel industri karak skala rumah tangga (Rp)

Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan industri karak

skala rumah tangga dengan total biaya industri karak skala rumah tangga,

secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Profit Margin = Laba bersih

Penjualan ×100%

Perhitungan risiko industri karak skala rumah tangga menggunakan

rumus sebagai berikut:

CV =

E V

Keterangan :

CV = koefisien variasi industri karak skala rumah tangga

V = simpangan baku keuntungan industri karak skala rumah tangga

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga

Sebelum menghitung koefisien variasi, terlebih dahulu menghitung

simpangan baku dan keuntungan rata-rata. Simpangan baku dapat dihitung

(31)

commit to user

V =

) 1 (

) (

1

2

− −

= n

E Ei

n

i

Keterangan :

V = simpangan baku keuntungan industri karak skala rumah tangga

n = jumlah pengusaha industri karak skala rumah tangga

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga

Ei = keuntungan industri karak skala rumah tangga yang diterima

produsen

Keuntungan rata-rata dapat dihitung menggunakan rumus:

E =

n Ei

n

i

=1

Keterangan:

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga

Ei = keuntungan industri karak skala rumah tangga pada periode i

n = jumlah responden

Perhitungan batas bawah keuntungan yang merupakan nilai terendah

yang dihasilkan dari suatu usaha menggunakan rumus:

L = E – 2V

Keterangan :

L = batas bawah keuntungan industri karak skala rumah tangga

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga

V = simpangan baku keuntungan industri karak skala rumah tangga

Dari rumus di atas dapat diperoleh suatu hubungan antara nilai batas

bawah keuntungan dengan nilai koefisien variasi. Apabila nilai CV ≤ 0,5 atau

L ≥ 0 berarti pengelola akan terhindar dari kerugian. Nilai CV > 0,5 atau nilai

L < 0, berarti ada peluang kerugian yang diderita pengelola (Hernanto, 1993).

Risiko yang dihadapi produsen industri karak skala rumah tangga dapat

berupa risiko harga dan risiko produksi. Risiko harga biasanya berkaitan

(32)

commit to user

dan perubahan harga atas pembelian input produksinya. Risiko produksi dapat

berupa hal-hal yang mungkin terjadi selama proses produksi berlangsung

karena adanya pengaruh tertentu seperti adanya pengaruh cuaca atau iklim.

Selain mencapai penerimaan dan keuntungan yang tinggi, hal lain yang

harus diperhatikan oleh produsen usaha industri karak skala rumah tangga

adalah efisiensi usaha. Efisiensi usaha dapat dihitung menggunakan R/C rasio,

yaitu perbandingan antara besarnya penerimaan yang diperoleh dengan biaya

yang dikeluarkan selama proses produksi hingga pemasaran. Secara matematis

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Efisiensi =

C R

Keterangan :

R = penerimaan industri karak skala rumah tangga

C = biaya total industri karak skala rumah tangga

Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah:

R/C > 1 berarti industri karak skala rumah tangga yang dijalankan sudah

efisien

R/C = 1 berarti industri karak skala rumah tangga yang dijalankan mencapai

titik impas

R/C < 1 berarti industri karak skala rumah tangga yang dijalankan tidak

(33)
[image:33.612.158.486.93.669.2]

commit to user

Gambar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

Input

(bahan baku, bahan penolong)

Biaya Total

Analisis Usaha: 1. Keuntungan 2. Profitabilitas 3. Risiko 4. Efisiensi

Proses Produksi Output

(karak)

Penerimaan Total Biaya Variabel:

1. Bahan baku (beras) 2. Bahan penolong

(bumbu-bumbu, minyak goreng, kayu bakar, gas) 3. Kemasan

Biaya Tetap 1. Penyusutan alat 2. Bunga modal investasi 3. Upah tenaga kerja 4. Transportasi Risiko

Harga Risiko

Produksi

Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

(34)

commit to user

C. Pembatasan Masalah

1. Analisis usaha yang dimaksud dalam penelitian ini didasarkan pada biaya,

penerimaan, keuntungan, profitabilitas, risiko dan efisiensi industri karak

skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

2. Penelitian ini menggunakan data produksi selama periode satu bulan

produksi yaitu pada bulan Juli 2010.

3. Penelitian ini dilakukan pada industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo.

D. Asumsi

1. Faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga dalam industri karak

menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar yang

berlaku di daerah penelitian saat penelitian dilakukan.

E. Hipotesis

1. Diduga industri karak skala rumah tangga yang diusahakan

menguntungkan.

2. Diduga industri karak skala rumah tangga yang diusahakan berisiko.

3. Diduga industri karak skala rumah tangga yang diusahakan efisien.

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Analisis usaha adalah penyidikan terhadap kelangsungan suatu usaha

dengan meninjau dari berbagai hal yang meliputi, biaya, penerimaan,

keuntungan, profitabilitas, besarnya risiko serta efisiensi usaha.

2. Industri karak adalah kegiatan pengolahan beras sebagai bahan baku utama

menjadi karak.

3. Industri skala rumah tangga merupakan industri dengan jumlah tenaga

kerja 1-4 orang.

4. Responden adalah orang yang mampu memberikan respon dan informasi

tentang data-data yang akan diteliti. Responden dalam penelitian ini adalah

pengusaha karak skala rumah tangga yang mengolah beras sebagai baku

(35)

commit to user

5. Biaya total adalah penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel

yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

6. Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang

besarnya tidak dipengaruhi oleh kuantitas output yang dihasilkan yang

dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Biaya tetap meliputi:

a. Biaya penyusutan alat

Biaya penyusutan merupakan pengurangan nilai barang-barang modal

karena barang modal tersebut terpakai dalam proses produksi/karena

faktor waktu, yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Peralatan

yang digunakan antara lain panci, enthong, dandang, kukusan, alat

tumbuk (alu), alat cetak, ember kecil, ember besar, meja, alat jemur

(anjang), pisau (besar, sedang, kecil), irik, wajan, erok-erok, bronjong

isi 1 dan plastik. Biaya penyusutan peralatan dalam penelitian ini

dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (Straight Line

Method). Metode garis lurus menghasilkan beban penyusutan yang

merata selama umur ekonomis dari suatu aktiva dengan rumus sebagai

berikut:

Penyusutan :

Ekonomis Umur

Akhir Nilai Awal

Nilai

b. Biaya bunga modal investasi

Biaya bunga modal investasi merupakan hasil perkalian dari nilai

modal investasi dengan suku bunga riil yang dinyatakan dalam satuan

rupiah. Biaya bunga modal investasi dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus:

B = r x modal investasi

(Suratiyah, 2006)

r =

f f i

+ −

1

(Gray et al., 1993)

(36)

commit to user

B = biaya bunga modal investasi

r = suku bunga riil bulan Juli (0,423%)

i = suku bunga nominal bulan Juli (2%)

f = laju inflasi bulan Juli (1,57%)

c. Biaya tenaga kerja merupakan hasil perkalian antara jumlah tenaga

kerja, upah per hari dan jumlah hari kerja yang dinyatakan dalam

satuan rupiah (Rp).

d. Biaya transportasi

7. Biaya variabel ialah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi

yang dihasilkan yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Biaya variabel

dalam penelitian ini meliputi:

a. Biaya bahan baku (beras)

b. Biaya bahan penolong (bumbu-bumbu, minyak goreng dan gas elpiji)

c. Biaya kemasan

8. Penerimaanadalah perkalian antara produk yang diproduksi dengan harga

jual produk per satuan yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

9. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total

yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

10. Profitabilitas adalah perbandingan antara keuntungan dengan penjualan

(penerimaan), dinyatakan dalam persen.

11.Risiko adalah kemungkinan terjadinya kondisi merugi yang dihadapi oleh

produsen. Perhitungan risiko menggunakan pendekatan CV (koefisien

variasi usaha industri karak skala rumah tangga) dan L (batas bawah

keuntungan usaha industri karak skala rumah tangga).

12.Efisiensi usaha adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya

(37)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada

pada masa sekarang. Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya

sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan

interpretasi tentang arti data itu. Metode ini mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

sekarang, pada masalah-masalah aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian

dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).

(Surakhmad, 1998).

Pelaksanaan penelitian menggunakan metode survai. Metode survai

yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Ciri khas penelitian

survai adalah data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya

dengan menggunakan kuesioner. Salah satu keuntungan utama dari penelitian

ini adalah mungkinnya pembuatan generalisasi untuk populasi yang besar.

(Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Pengambilan Responden

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten

Sukoharjo terdiri dari 13 kecamatan, dari 13 kecamatan hanya diambil 3

kecamatan yang akan dijadikan daerah penelitian. Penentuan kecamatan

sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Metode purposive

sampling, yaitu penentuan atau pengambilan daerah penelitian berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu sedangkan pertimbangan yang

(38)

commit to user

diambil berdasarkan tujuan penelitian (Rianse dan Abdi, 2008).

Kecamatan yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu Kecamatan

Mojolaban, Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Weru dengan

pertimbangan bahwa pada ketiga kecamatan tersebut terdapat usaha

industri karak yang bersifat komersial dan masih produktif hingga saat ini.

Penentuan sampel desa dilakukan secara purposive sampling.

Pengambilan desa sampel dilakukan dengan pertimbangan bahwa desa

memiliki unit industri karak skala rumah tangga. Data tentang jumlah unit

industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat

[image:38.612.167.507.206.464.2]

pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Jumlah Unit Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No Kecamatan Desa Unit Usaha

1

2 3

Mojolaban

Sukoharjo Weru

Gadingan Plumbon Kenep Jatingarang

33 15 13 2

Jumlah 63

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007

Berdasarkan Tabel 4 terdapat 63 unit industri karak skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo. Unit industri karak skala rumah tangga

tersebar di empat desa yaitu Desa Gadingan, Desa Plumbon, Desa Kenep

dan Desa Jatingarang. Seluruh desa diambil sebagai sampel.

2. Metode Penentuan Responden

Populasi penelitian ini adalah seluruh produsen industri karak skala

rumah tangga di Desa Gadingan, Desa Plumbon, Desa Kenep dan Desa

Jatingarang. Menurut Singarimbum dan Effendi (1995) data yang

dianalisis menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga dapat

mengikuti distribusi normal. Sampel yang jumlahnya besar dan

berdistribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama

(39)

commit to user

penelitian ini adalah produsen industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah 30 orang.

Penetapan jumlah responden dilakukan secara proporsional, yaitu

penentuan jumlah sampel berdasarkan jumlah populasinya dengan

menggunakan rumus:

30

N

Nk

Ni

=

x

Keterangan :

Ni = Jumlah sampel yang diambil pada tiap desa

Nk = Jumlah populasi produsen karak dari tiap desa

N = Jumlah populasi produsen karak dari seluruh desa terpilih

30 = Jumlah sampel yang dikehendaki

Penetapan responden dengan menggunakan rumus proporsional

diperoleh besarnya jumlah sampel tiap desa terpilih. Jumlah responden

[image:39.612.166.509.202.527.2]

yang akan diteliti pada setiap desa adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Jumlah Responden Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No Kecamatan Desa Unit Usaha Jumlah

Responden 1

2 3

Mojolaban

Sukoharjo Weru

Gadingan Plumbon Kenep Jatingarang

33 15 13 2

16 7 6 1

Jumlah 63 30

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah responden di Desa Gadingan

sebanyak 16 orang, di Desa Plumbon sebanyak 7 orang, di Desa Kenep

sebanyak 6 orang, dan di Desa Jatingarang sebanyak 1 orang. Jumlah

seluruh responden industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo adalah 30 orang.

Penentuan responden produsen usaha industri karak skala rumah

tangga pada masing-masing desa dilakukan dengan menggunakan metode

(40)

commit to user

sampling yaitu sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga

setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel

(Rianse dan Abdi, 2008).

Teknik yang digunakan dalam menentukan responden adalah dengan

undian. Penentuan responden dimulai dengan menyusun kerangka sampel

rerponden kemudian dilakukan pengundian responden pada setiap desa.

Teknik undian dilakukan dengan cara menuliskan semua nama produsen

karak pada secarik kertas, kemudian digulung dan dimasukkan dalam

kotak atau kaleng. Kemudian dilakukan pengocokan dan mengambil

sejumlah gulungan kertas. Nama yang terambil menjadi responden yang

akan diteliti, kemudian gulungan tersebut dikembalikan lagi hingga sesuai

dengan jumlah responden yang direncanakan dan sesuai dengan

proporsinya.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

produsen usaha industri karak skala rumah tangga dengan menggunakan

daftar pertanyaan (quisioner). Data ini dapat diperoleh dengan cara

wawancara atau bisa juga dengan pengamatan langsung di lokasi

penelitian. Data primer yang akan diambil dalam penelitian ini meliputi

data identitas responden, biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

produksi, penerimaan yang di peroleh responden, keuntungan yang

diperoleh dari usaha industry karak, dan kendala yang dihadapi selama

proses produksi karak.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dan dicatat secara

sistematis dari instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan

penelitian, antara lain BPS dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

(41)

commit to user

meliputi data jumlah unit industri kecil di Kabupaten Sukoharjo tahun

2008, jumlah tenaga kerja dan produksi industri kecil kerupuk di

Kabupaten Sukoharjo tahun 2006-2008, jumlah unit industri kecil karak

dan industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo tahun

2008, dan data-data lain yang berkaitan dengan penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan dan

mendapatkan data primer dengan melakukan wawancara langsung kepada

responden berdasarkan daftar pertanyaan (quisioner) yang telah

dipersiapkan sebelumnya.

2. Observasi

Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran

yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti.

3. Pencatatan

Teknik pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder

dengan cara mencatat data yang ada dari instansi pemerintah atau lembaga

terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Biaya, Penerimaan, Keuntungan, dan Profitabilitas dari Usaha

Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

a. Nilai total biaya pada industri karak sklala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo adalah penjumlahan dari nilai total biaya tetap (TFC) dan

nilai biaya variabel (TVC) yang digunakan dalam kegiatan produksi

karak skala rumah tangga. Secara matematis dirumuskan sebagai

berikut :

TC = TFC + TVC

(42)

commit to user

TC = biaya total industri karak skala rumah tangga (Rp)

TFC = total biaya tetap industri karak skala rumah tangga (Rp)

TVC = total biaya variabel industri karak skala rumah tangga (Rp)

b. Penerimaan pada industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo yaitu perkalian jumlah karak yang diproduksi dengan harga

karak tersebut. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

TR = Q x P

dimana :

TR = penerimaan total industri karak skala rumah tangga (Rp)

Q = jumlah karak yang diproduksi (biji)

P = harga karak per biji (Rp)

c. Keuntungan industri karak skala rumah tangga di Kabupaten Suoharjo

diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya total.

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – TC

dimana :

π = keuntungan usaha industri karak skala rumah tangga (Rp) TR = penerimaan total industri karak skala rumah tangga (Rp)

TC = biaya total industri karak skala rumah tangga (Rp)

Dalam analisa keuntungan diperlukan data mengenai penghasilan dari

penjualan (jumlah produk diproduksi dikalikan dengan harga produk),

biaya produksi keseluruhan dan besarnya laba yang diperoleh. Secara

matematis dirumuskan sebagai berikut :

π = Q x P – (TFC + TVC)

dimana :

π = keuntungan industri karak skala rumah tangga (Rp) Q = jumlah karak yang diproduksi (biji)

P = harga karak per biji (Rp)

TFC = total biaya tetap industri karak skala rumah tangga (Rp)

(43)

commit to user

d. Nilai profitabilitas industri karak skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo dihitung dengan membandingkan antara keuntungan

industri karak skala rumah tangga yang diperoleh dengan penjualan

(penerimaan) dan dikalikan 100%. Secara matematis dirumuskan

sebagai berikut :

Profit Margin = Laba bersih

Penjualan ×100%

2. Analisis Risiko Usaha dari Industri Karak Skala Rumah Tangga di

Kabupaten Sukoharjo

Besarnya risiko usaha industri karak skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo dihitung dengan menggunakan perhitungan

koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.

Koefisien variasi merupakan perbandingan antara simpangan baku

keuntungan industri karak skala rumah tangga dengan keuntungan

rata-rata industri karak skala rumah tangga, secara matematis dapat dirumuskan

sebagai berikut :

CV = E V

keterangan :

CV = koefisien variasi industri karak skala rumah tangga

V = simpangan baku keuntungan industri karak skala rumah tangga

(Rp)

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga (Rp)

Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari keuntungan

rata-rata industri karak skala rumah tangga dan simpangan bakunya, yang

dirumuskan sebagai berikut :

E = n

Ei

n

iΣ=1

(44)

commit to user

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga (Rp)

Ei = keuntungan industri karak skala rumah tangga yang diterima

produsen (Rp)

n = jumlah produsen industri karak skala rumah tangga (orang)

Setelah mengetahui keuntungan rata-rata industri karak skala rumah

tangga selanjutnya mencari simpangan baku dengan menggunakan metode

analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari ragam, yaitu :

V= V2

Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai

berikut:

V2 =

) 1 (

) (

1

2

− −

= n

E E

n

i i

Keterangan :

V2 = ragam

n = jumlah produsen industri karak skala rumah tangga (orang)

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga (Rp)

Ei = keuntungan industri karak skala rumah tangga yang diterima

produsen (Rp)

Untuk mengetahui batas bawah keuntungan industri karak skala

rumah tangga digunakan rumus :

L = E – 2V

keterangan :

L = batas bawah keuntungan industri karak skala rumah tangga (Rp)

E = keuntungan rata-rata industri karak skala rumah tangga (Rp)

V = simpangan baku keuntungan usaha industri karak skala rumah

tangga (Rp)

Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko usaha industri

karak skala rumah tangga yang harus ditanggung produsen semakin besar.

Apabila nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan bahwa produsen usaha

(45)

commit to user

apabila nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan

diderita oleh produsen usaha industri karak skala rumah tangga .

3. Analisis Efisiensi Usaha dari Usaha Industri Karak Skala Rumah Tangga

di Kabupaten Sukoharjo

Efisiensi usaha industri karak skala rumah tangga dihitung dengan

menggunakan perhitungan R/C rasio. R/C rasio adalah singkatan dari

Return Cost Ratio atau dikenal dengan nisbah antara penerimaan dan

biaya.

Efisiensi usaha industri karak skala rumah tangga dapat dihitung

dengan membandingkan besarnya penerimaan usaha industri karak skala

rumah tangga dengan biaya yang digunakan untuk produksi. Secara

matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Efisiensi = C R

keterangan :

R = penerimaan total industri karak skala rumah tangga (Rp)

C = biaya total industri karak skala rumah tangga (Rp)

Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah :

R/C > 1 berarti industri karak skala rumah tangga yang dijalankan

sudah efisien

R/C = 1 berarti industri karak skala rumah tangga mencapai titik

impas

R/C < 1 berarti industri karak skala rumah tangga yang dijalankan

(46)

commit to user

 

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Kabupaten Sukoharjo adalah salah satu Kabupaten di Propinsi

Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Sukoharjo terletak diantara

110° 42’ 6,79” sampai 110° 57’ 33,70” LS (Lintang Selatan) dan 7° 32’

17,00” sampai 7° 49’ 32,00” BT (Bujur Timur). Adapun batas-batas

wilayah Kabupaten Sukoharjo antara lain:

Sebelah utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Sragen

Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar

Sebelah selatan : Daerah Istimewa Yogyakar

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo commit to user
Tabel 4. Jumlah Unit Industri Karak Skala Rumah Tangga di Kabupaten
Tabel 5. Jumlah Responden Industri Karak Skala Rumah Tangga di
Tabel 6. Banyak Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mendapat materi di dalam ruangan (in class training), 168 peserta Pelatihan Daerah untuk Fasilitator Pratik yang Baik Tingkat Sekolah Dasar (SD) &amp;

Judul : Metode Bimbingan Penyuluhan Islam dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Remaja Londo Iha Di Desa Doridungga Kecamatan Donggo Kabupaten Bima. Pokok masalah

Simulasi Prototype Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Ditinjau dari Diameter Nozzle Terhadap Energi Listrik yang Dihasilkan.. (Fitriyani, 2017 : 70 halaman, 6 tabel,

Skema Kerja Pembiayaan Musyarakah dengan Revenue Sharing Skema tersebut menjelaskan pembiayaan musyarakah dengan revenue sharing dilakukan dengan cara menggabungkan dua

Dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima.Dari hasil analisis regresi yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa secara parsial perputaran piutang tidak berpengaruh

Hal tersebut akan membantu masyarakat yang selama ini merasa terpinggirkan dan terlupakan menjadikan masyarakat memiliki peran dan memperoleh pendapatan dari usaha

anggota-anggota pada cluster 1 terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kinerja buruk pada mata pelajaran Bahasa inggris, matematika dan IPA. Cluster 2 terdiri dari siswa-siswa

Dengan demikian, maka variabel independen yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, PDRB Perkapita, dan Tingkat Pendidikan yang diproksikan dengan Rata-rata Lama