• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN

PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI

YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN

KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

OLEH:

BERTA BUDHI SETYAWAN

X.4604013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN

PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI

YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN

KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh:

BERTA BUDHI SETYAWAN

X.4604013

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Bertha Budhi Setyawan. APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA

NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Peran guru Penjasorkes pasca

sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA

Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011. (2) Aplikasi model

PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes oleh guru Penjasorkes pasca sertifikasi

yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran

2010/2011.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sumber data

diperoleh dari guru Penjasorkes dan Kepala Sekolah di SMA Negeri se Kabupaten

tahun pelajaran 2010/2011 berjumlah 21 orang. Teknik pengumpulan data dengan

angket tertutup (quisioner). Teknik analisis data dengan deskriptif yang

didasarkan pada analisis kuantitatif melalui frekuensi dan prosentase.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Peran

guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan

Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011

adalah baik. Dari hasil analisis angket peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi

yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se

Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh jawaban ya atau nilai

(2) sebanyak 62%, sedangkan jawaban tidak atau nilai (1) sebanyak 38%. (2)

Guru Panjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat telah mengaplikasikan

model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten

Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 adalah baik. Dari hasil analisis angket

pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Panjasorkes pasca sertifikasi

yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran

2010/2011 diperoleh jawaban ya atau nilai (2) sebanyak 77%, sedangkan jawaban

(6)

commit to user

vi

MOTTO

Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang

diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

(Terjemahan Q.S. Al Mujadalah:11)

Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu, tidak ada sesuatu yang

lebih terhormat daripada adab dan tidak akan kawan yang lebih bagus

daripada akal.

(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Kusunting skripsi ini untuk:

 Bapak (Almarhum) dan Ibu yang selalu mendo’a kan

 Saudara dan Keluarga tercinta yang telah memberi semangat dan

motivasi dalam perkuliahanku

 Teman-teman ku Angkatan ’04 FKIP JPOK UNS Surakarta yang selalu

memberi motivasi dan semangat untuk menyelesaikan kuliah

 Guru-Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi dan Kepala Sekolah SMA Negeri

se Kabupaten Kebumen

 Tmean-Teman Agger FC & Anak-Anak Teater Lincak

 Almamater

(8)

commit to user

1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan……….

a. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

b. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani………

(9)

commit to user

b. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran………..

c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam PAIKEM……..

4. Sertifikasi Guru……….

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN………

(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan

penulisan skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi

berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Waluyo, S.Pd., M.Or., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

4. Drs.Budhi Satyawan, M.Pd., sebagai pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Singgih Hendarto, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II yang telah

memberikan motivasi dan arahan dalam penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK UNS Surakarta yang secara tulus

memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.

7. Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes SMA Negeri se Kabupaten Kebumen

tahun pelajaran 2010/2011 yang telah bersedia menjadi responden penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap

semogra skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan

bagi para pembaca.

Surakarta, Juni 2011

(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mendapat

Panggilan Sertifiaksi Merasa Senang………

2. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes yang Mendapat

Panggilan Sertifikasi Merasa Belum Siap dan Bingung………..

3. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Lulus

Sertifikasi Melalui Jalur Portofolio………..

4. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Lulus

Sertifikasi Melalui Jalur PLPG………

5. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Layak

Menerima Sertifikasi Profesi Guru dan Mendapat Gaji

Sertifikasi………

6. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam

Melengkapi Berkas Portofolio Sesuai/Benar dan Tidak

Berkas yang Dipalsukan………...

7. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Setuju dengan

Program Pemerintah tentang Sertifikasi Guru……….

8. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Meras Berat

atau Sulit saat Melengkapi Portofolio Sertifiaksi Guru……… ……..

9. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Meras Berat

atau Sulit saat Mengikuti PLPG……… ……..

10. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Cukup

Berprofesi sebagai Guru yang Profesional melalui Jalur

PLPG yang Waktunya Relatif Singkat………...

11. Frekuensi dan Prosentase Orientasi Semua Guru Gajinya

(12)

commit to user

xii

12. Frekuensi dan Prosentase Orientasi Guru Penjasorkes

Menjadi Guru Profesional setelah Mendapat Tunjangan

Sertifiaksi Guru………

13. Frekuensi dan Prosentase Kinerja Guru Penjasorkes Lebih

Profesional atau Lebih Baik setelah Mendapat Tunjangan

Sertifikasi Guru………. …...

14. Frekuensi dan Prosentase Kinerja Guru Penjasorkes Masih

Sama Seperti Sebelumnya setelah Mendapat Sertifikat

Sertifikasi Guru……….

15. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Menerapkan

Ilmu Pengetahuan yang Diterima dari Kegiatan PLPG……….

16. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengusai

Semua Materi yang Diterima dari Kegiatan PLPG…………..……

17. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes yang Lulus

Sertifikasi Melalui Portofolio Lebih Baik daripada Lulus

Melalui Jalur PLPG………

18. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Lebih

Enak Lulus Sertifikasi Melalui Portofolio daripada Lulus

Melalui Jalur PLPG……… ……

19. Frekuensi dan Prosentase Proses Sertifikasi Guru Sangat

Rumit dan Bertele-Tele………. ……

20. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Selalu

Meningkatkan Ilmu Pengetahuannya dalam Kegiatan Belajar

Mengajar setelah Mendapat Sertifikat Sertifikasi Guru………

21. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengenal atau

Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM……….……

22. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui

Model Pembelajaran PAIKEM dari Guru Lain……….

23. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui

(13)

commit to user

27. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui

PTK………

28. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Membuat PTK……….

29. Frekuensi dan Prosentase Siswa Mengalami Kesulitan dalam3

Pembelajaran Penjasorkes Guru Penjasorkes Membuat PTK…….

30. Frekuensi dan Prosentase PTK yang Dibuat Guru

Penjasorkes Relevan dengan Model Pembelajaran PAIKEM……...

31. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Selalu

Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Masalah Pembelajaran

Melalui Buku-Buku yang Relevan………

32. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam

Membelajarkan Penjasorkes Hanya Berpedoman pada LKS………

33. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Memiliki

Reverensi-Reverensi Model Pembelajaran PAIKEM untuk

Mendukung Pembelajaran Penjasorkes……….

34. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Tidak Peduli

Dengan Perkembangan Ilmu Pembelajaran, sehingga

Pembelajaran Penjasorkes Monoton………

35. Frekuensi dan Prosentase Model Pembelajaran PAIKEM

yang Dicangkan Pemerintah Mengakibatkan Ada Perubahan

(14)

commit to user

xiv

36. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen

Peran Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se

Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2010/2011………

37. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen

Pembelajaran Penjasorkes Model PAIKEM oleh Guru

Penjasorkes Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten

Kebumen Tahun Pelajaran 2010/2011………..

64

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Skematis Pendidikan Jasmani Menuju Perkembangan

Menyeluruh………..

2. Skema Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani………..

3. Bagan Komponen-Komponen Pembelajaran………...

4. Diagram Prosedur Sertifikasi Guru dalam Jabatan………..

9

12

16

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kisi-Kisi Ujicoba Instrumen Angket……….

2. Daftar Pertanyaan Ujicoba Penelitian……… 3. Daftar Pertanyaan Angket Penelitian……….

4. Data Tes Angket Try Out………

5. Uji Validitas Butir Soal Angket Try Out………

6. Uji Reliabilitas Data Tes Soal Angket………

7. Dokumentasi Pelaksanan Try Out……….

8. Dokumentasi Pelaksanan Penelitian……….………….

9. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret

Surakarta………

10.Surat Keterangan Penelitian try Out……….…………

11.Surat Keterangan Penelitian………..…………

71

73

81

88

89

91

92

94

96

101

(17)

commit to user

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kebutuhan guru pendidikan jasmani yang profesional sangat tinggi dalam

rangka menanggapi tantangan zaman modern. Seiring dengan itu banyak

dinyatakan beberapa praktisi bahwa, guru pendidikan jasmani secara umum belum

menunjukkan profesionalnya. Hal itu dapat diberikan beberapa contoh yaitu: guru

mengajar hanya duduk di pinggir lapangan, sedangkan siswa disuruh latihan atau

bermain sendiri tanpa ada motivasi, penghargaan, dan perhatian yang serius.

Contoh yang lain guru mengajar hanya secara tradisional tanpa menggunakan

media dan metode yang sesuai dengan yang seharusnya.

Guru pendidikan jasmani tugasnya tidak hanya menyampaikan materi

yang bersifat fisik dan motorik saja, melainkan semua ranah harus tersampaikan

pada siswanya melalui pembelajaran dan pendidikan yang utuh. Adang Suherman

(2000: 23) menyatakan, “Secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat

diklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu: (1) perkembangan fisik, (2)

perkembangan gerak, (3) perkembangan mental dan, (4) perkembangan sosial”.

Dalam pendidikan jasmani diajarkan beberapa macam cabang olahraga menurut

jenjang pendidikannya. Menurut Depdiknas (2004: 19-20) bahwa, “Materi pokok

pendidikan jasmani dikelompokkan menjadi enam aspek yaitu: (1) permainan dan

olahraga, (2) aktivitas pengembangan, (3) uji diri/senam, (4) aktivitas ritmik, (5)

akuatik dan, (6) aktivitas luar sekolah”.

Berdasarkan kurikulum Penjasorkes bahwa, materi pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan mencakup berbagai aspek yaitu permainan dan olahraga,

aktivitas pengembangan, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas dan

kesehatan. Dalam upaya mengajarkan materi pendidikan jasmani tersebut, maka

seorang guru pendidikan jasmani harus memiliki kompetensi yang memadai

dengan mengembangkan pengetahuannya agar kualitas pendidikan di Indonesia

(18)

commit to user

xviii

Adanya program pemerintah tentang sertifikasi guru yang mulai

diselenggarakan tahun 2007 merupakan konsekuensi dari hukum tentang

pendidikan yaitu: UU RI No. 20/2003 tentang Sisdiknas, UU RI No. 14/2005

tentang Guru dan Dosen dan PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (Farida Sarimaya, 2009: 9).

Berdasarkan Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah tersebut guru

adalah pendidik profesional. Sebagai pendidik profesional, maka guru harus

memenuhi sejumlah persyaratan baik kualifikasi akademik maupun kompetensi.

Menurut Syaiful Sagala (2009: 31-39) bahwa, “Kompetensi seorang guru meliputi

empat macam yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3)

kompetensi sosial dan (4) kompetensi profesional”. Berkaitan dengan kompetensi

profesional dalam (http://arifkurniawan

045.blogspot.com/2007/12/persiapan-profesi-guru-penjas.html) dijelaskan:

Profesionalisme guru dibangun melalui penguasaan kompetensi-komptensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah: Kompetensi-kompetensi bidang bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan/pengabdian masyarakat. Pengembangan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi, peningkatan kerja dan kesejahteraannya. Guru sebagai profesional dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreatifitasnya.

Sedangkan Wina Sanjaya (2006: 143-144) menyatakan ciri dan karakteristik dari

proses mengajar sebagai tugas profesional guru mencakup:

1) Dalam mengajar dibutuhkan keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu pengetahuan yang spesifik.

2) Seorang guru harus memiliki bidang keahlian yang jelas, yaitu mengantarkan siswa ke arah tujuan yang diinginkan.

3) Seorang guru dibutuhkan tingkat pendidikan yang memadai.

4) Seorang guru bertugas mempersiapakan generasi muda yang dapat hidup berperan aktif di masyarakat.

5) Pekerjaan guru merupakan pekerjaan dinamis yang selamanya harus sesuai dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Program sertifikasi merupakan program pemberian sertifikat bagi guru

(19)

commit to user

xix

persyaratan kualifikasi akademik minimal S1/D4 dibuktikan dengan ijazah dan

persyaratan relevansi mengacu pada jenjang pendidikan yang dimiliki dan mata

pelajaran yang dibina. Melalui program sertifikasi ini diharapkan guru selalu

meningkatkan ilmu pengetahuannya tentang masalah pembelajaran di sekolah.

Apakah guru yang telah mendapat sertifikat sertifikasi kualitasnya menjadi lebih

baik ataukah sama saja.

Banyak kasus dijumpai bahwa, guru yang mendapat panggilan sertifikasi

atau telah memiliki sertifikat guru orientasinya gajinya akan bertambah. Masih

banyak guru yang memiliki sertifikasi belum mengetahui dan tidak mampu

melaksanakan atau membuat PTK (Penelitian Tindakan Kelas), tidak mampu

mengoperasikan komputer atau LCD dan lain sebagainya. Bisa dikatakan program

sertifikasi guru tidak tepat pada sasaran, sehingga hal ini berdampak rendahnya

mutu pendidikan. Selain itu, guru yang telah memiliki sertifikat sertifikasi guru

tidak ada kemauan dan kemampuan guru dalam mengembangkan ilmu

pengetahuannya dalam pembelajaran. Banyak guru yang telah memiliki sertifikat

sertifikasi guru dalam proses pembelajaran masih tradisional. Banyaknya

model-model pembelajaran kurang mengetahui dan memahaminya, meskipun telah

mengikuti program sertifikasi melalui PLPG (Program Latihan Profesi Guru)

ataupun lulus Portofolio. Program PLPG maupun Portofolio yang dilaksanakan

pemerintah belum menjamin mampu meningkatkan kualitas guru. Program PLPG

yang relatif singkat dengan materi yang banyak tentu tidak maksimal untuk

menghantarkan guru menjadi profesional. Pengkajian dan perkembangan ilmu

pengetahuan dalam pendidikan selalu berkembang pesat, sehingga menuntut

seorang guru harus selalu mengembangkan pengetahuannya.

PAIKEM merupakan salah satu model pembelajaran yang saat ini baru

gencar dicanangkan oleh pemerintah dalam kegiatan belajar mengajar. PAIKEM

merupakan kepanjangan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan ternyata masih banyak guru yang lulus sertifikasi belum

memahaminya dan tidak diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Model

pembelajaran PAIKEM menuntut kreatifitas dan inisiatif guru pendidikan jasmani

(20)

commit to user

xx

pembelajaran yang dilaksanakan harus efektif agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai dengan baik. Dan hal yang tak kalah pentingnya, seorang guru harus

mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dalam

belajar, sehingga siswa responsif dengan pembelajaran yang diterimanya,

sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal.

PAIKEM merupakan model pembelajaran yang menuntut kemampuan

guru dalam mengorganisasi pembelajaran dan menuntut siswa terlibat aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat

penting agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan efektif. Apakah

guru pasca sertifikasi telah mengaplikasikan model PAIKEM dalam kegiatan

belajar mengajar. Untuk mengetahui hal tersebut, penelitian ini akan dilaksanakan

pada guru Penjasorkes di SMA Negeri se-Kabupaten Kebumen tahun 2010.

Berdasarkan kenyataan bahwa, sudah banyak para guru Penjasorkes di

SMA se-Kabupaten Kebumen telah memiliki sertifikat sertifikasi guru. Namun

belum diketahui apakah telah menerapkan model PAIKEM dalam membelajarkan

Penjasorkes. Masih banyak guru Penjasorkes dalam membelajarkan pendidikan

jasmani kurang inovatif dan kreatif, sehingga pembelajarannya kelihatan

monoton. Selain permasalahan tersebut, masih banyak para siswa yang kurang

senang dengan pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga siswa tidak terlibat

aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan pembelajaran

pendidikan jasmani yang monoton dan siswa tidak aktif akan berdampak pada

motivasi belajar menurun, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai.

Sebagai seorang guru Penjasorkes yang telah lulus sertifikasi seharusnya

mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat agar siswa terlibat aktif

dalam kegiatan belajar dan menyenangkan siswa, sehingga tujuan pembelajaran

akan tercapai. Tetapi sebaliknya, pembelajaran yang monoton dan tidak

menyenangkan, maka siswa akan merasa bosan dan jenuh, sehingga siswa akan

malas melaksanakan tugas ajar, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Untuk mengetahui apakah guru Penjasorkes yang telah lulus sertifikasi telah

mengaplikasikan model PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes, maka perlu

(21)

commit to user

xxi

Pembelajaran Penjasorkes oleh guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi yang telah

Bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran

2010/2011”.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah

bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten

Kebumen tahun pelajaran 2010/2011?

2. Apakah guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA

Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 telah

mengaplikasikan model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini

mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam

membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun

pelajaran 2010/2011.

2. Aplikasi model PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes oleh guru

Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA Negeri se

(22)

commit to user

xxii

D. Manfaat Penelitian

Masalah dalam penelitinan ini penting untuk diteliti dengan harapan

memiliki manfaat antara lain:

1. Dapat diperoleh informasi tentang model pembelajaran Penjasorkes di SMA

Negeri se Kabupaten Kebumen.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam pembelajaran Penjasorkes,

sehingga kelemahan atau kekurangan dalam pembelajaran Penjasorkes dapat

(23)

commit to user

xxiii

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pusataka

1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

a. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral

dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang memfokuskan pengembangan

aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis,

stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui

aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara

sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Nasional. Di dalam

intensitifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan

manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani sangat

penting yakni memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam

aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani yang dilakukan secara

sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina

sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk

mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan

dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial)

serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan

dan perkembangan yang seimbang. Dengan pendidikan jasmani siswa akan

memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang

menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil dan

memiliki kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat serta memiliki

pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia. Berkaitan dengan

pendidikan jasmani Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992: 4) menyatakan,

“Pendidikan jasmani adalah suatu proses aktivitas jasmani yang dirancang dan

(24)

commit to user

xxiv

meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan

pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara

dalam rangka mencapai tujuan pendidikan”. Menurut Agus Mahendra (2004: 17)

bahwa, “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani,

permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”.

Sedangkan Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001: 2) menyatakan, “Pendidikan

jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani

merupakan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai

tujuan pendidikan melalui gerak fisik”.

Berdasarkan pengertian pendidikan jasmani yang dikemukakan para ahli

tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

merupakan suatu pendidikan yang di dalamnya mencakup pengembangan

individu secara menyeluruh. Cakupan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

tidak hanya pada aspek jasmani saja, tetapi juga aspek neuromuskular, perseptual,

kognitif, sosial dan emosional. Menurut Agus Mahendra (2004: 7-8) bahwa,

secara umum manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup:

1) Memenuhi kebutuhan anak akan gerak

Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, semakin besar kemaslahatannya bagi kulaitas pertumbuhan itu sendiri.

2) Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya

Pendidikan jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-anak akan lebih memilih untuk berbuat sesuatu daripada hanya harus melihat atau mendengarkan oarng lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya.

Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadian kelak. 3) Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna

(25)

commit to user

xxv

Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya, maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari keterampilan gerak sedangkan tiba pad amasa kritisnya. Konsekuensinya, keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa berikutnya.

4) Menyalurkan energi yang berlebihan

Anak adalah makhluk yang sedang berada dalam masa kelebihan keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalukan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energi secara optimum.

5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional

Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalahperkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, metal, emosi , sosial dan moral.

Sedangkan Rusli Lutan (2000: 4) menggambarkan pendidikan jasmani menuju

perkembangan menyeluruh sebagai berikut:

Gambar 1. Skematis Pendidikan Jasmani Menuju Perkembangan Menyeluruh (Rusli Lutan, 2000: 4)

Kesegaran jasmani Perseptual motorik

Afektif Kognitif

Konsep diri Intelegensia

emosional & watak Penalaran & pembuatan keputusan

(26)

commit to user

xxvi

Skema tersebut menunjukkan bahwa cakupan tujuan ideal pendidikan

jasmani yang pelaksanaannya dilandaskan pada pendekatan pengajaran yang

berorientasi pada taraf perkembangan dan pertumbuhan anak.

Pengembangan domain psikomotor yang mencakup aspek kesegaran

jasmani dan perkembangan perseptual-motorik menegaskan bahwa, upaya

pendidikan jasmani berlangsung melalui gerak atau aktivitas jasmani sebagai

perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik dan sekaligus untuk tujuan yang

bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan. Dengan kata lain, dari aspek

perilaku yang teramati, proses belajar itu tertuju pada dua hal yaitu (1) belajar

untuk bergerak atau menguasai keterampilan gerak dan (2) belajar melalui gerak

bermakna.

Kesegaran jasmani merupakan sebuah topik penting dari domain

psikomotorik yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologik organ

tubuh. Konsentrasinya lebih lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi

fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya sistem

peredaran darah, sistem pernapasan dan sistem metabolisme dan lain-lain). Bila

kesegaran jasmani ditekankan pada aspek kesehatan, maka disebut dalam istilah

kesegaran jasmnai yang berhubungan dengan kesehatan, dan apabila ditekankan

pada penampilan performa gerak seperti pada pencapaian prestasi olahraga

disebut kesegaran jasmani yang berkaitan dengan performa.

Perkembangan perseptual-motorik terjadi melalui proses kemampuan

seseorang untuk menerima rangsang dari luar dan rangsang itu kemudian diolah

dan diprogramkan sampai kemudian tercipta respons berupa aksi yang selaras

dengan rangsang. Dampak langsung dari aktivitas jasmani yang merangsang dan

kecepatan proses persepsi dan aksi itu adalah perkembangan kepekaan sistem

saraf.

Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep dan lebih

penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek

kognitif dalam pendidikan jasmani tidak saja menyangkut penguasaan

(27)

commit to user

xxvii

olahraga serta kegiatan pengisi waktu luang, sama halnya pengetahuan yang

berkaitan dengan kesehatan.

Domain afektif menyangkut sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur

kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat

yang perlu dikembangkan, namun lebih penting diantaranya konsep diri dan

komponen kepribadian lainnya seperti intelegensia, emosional dan watak. Konsep

diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya.

Konsep diri merupakan fundasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada

kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa.

Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting yakni

pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan dan kemampuan untuk

berempati. Pengendalian diri merupakan kualitas pribadi yang mampu

menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi (kata hati) yang menjadi sifat

penting dalam kehidupan sosial dan pencapaian sukses hidup bermasyarakat.

Tidak ada pekerjaan yang dapat mencapai hasil terbaik tanpa ketekunan, seperti

juga halnya tentang pentingnya kemampuan memotivasi diri, kemadirian untuk

tidak selalu diawasi dalam penyelesaian tugas apapun. Kemampuan berempati

merupakan kualitas pribadi yang mampu menempatkan diri di pihak orang lain.

Karena itu, empati disebut juga sebagai kecerdasan hubungan sosial antar orang.

Dampak yang jelas dari pendidikan jasmani adalah memberikan

sumbangan kepada prestasi akademik. Sebagian ahli percaya, sumbangannya

melalui perantaraan perkembangan konsep diri yang lebih positif. Sebagian ahli

lainnya percaya bahwa, kemampuan akademis itu didukung oleh perkembangan

perseptual motorik yang merangsang kecerdasan otak.

b. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengutamakan aktivitas

jasmani yang di dalamnya mengandung unsur pendidikan. Banyak disiplin ilmu

yang mendasari dalam pendidikan jasmani. Oleh karena itu, seorang guru

pendidikan jasmani harus memahami dan mengusai beberapa disiplin ilmu yang

(28)

commit to user

xxviii

yang mendasari pendidikan jasmani, maka dalam mengajarkan pendidikan

jasmani dapat dilakukan dengan baik dan benar. Adang Suherman (2000: 34)

menggambarkan skema unsur-unsur disiplin ilmu yang melandasi pendidikan

jasmani sebagai berikut:

Gambar 2. Skema Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani (Adang Suherman, 2000: 34)

Berdasarkan skema di atas menunjukkan bahwa, landasan ilmiah dalam

pendidikan jasmani ada delapan unsur yaitu: sport medecine, training theory,

sport biomechanic, sport psikolgi, sport pedagogi, sport sosiologi, sport history

dan sport philosopy. Dari kedelapan disiplin ilmu yang mendasari pendidikan

jasmani tersebut harus dipahami dan dikuasai oleh guru pendidikan jasmani.

2. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

a. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran dewasa ini mengalami perubahan dan perkembangan.

Pembelajaran tidak hanya sekedar guru menyampaikan ilmu pengetahuan atau

keterampilan kepada siswa, tetapi pembelajaran sekarang ini merupakan suatu

proses agar siswa belajar sesuai dengan kemampuannya. Wina Sanjaya (2006: 77)

menyatakan, “Mengajar jangan diartikan sebagai proses penyampaian materi

(29)

commit to user

xxix

pembelajaran, atau memberikan stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa,

tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar

sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya”.

Kegiatan pembelajaran lebih berorientasi pada bagaimana seorang guru

menciptakan lingkungan belajar yang baik, seperti penataan lingkungan,

menyediakan alat dan sumber pembelajaran dan hal-hal lain yang memungkinkan

siswa betah dan merasa senang, sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai

dengan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. M. Sobry Sutikno (2009: 32)

berpendapat pembelajaran adalah “Segala upaya yang dilakukan guru (pendidik)

agar terjadi proses belajar pada diri siswa”. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003

yang dikutip Syaiful Sagala (2005: 62) bahwa:

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Secara implisit di dalam pembelajaran ada dua kegiatan memilih,

menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran

yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai

tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan materi pelajaran

dan mengelola pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru harus

memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran

yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai

model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar

dengan perencanaan yang matang. Dalam proses pembelajaran inilah, peran guru

dan siswa telah mengalami perubahan. Lebih lanjut M. Sobry Sutikno (2009:

33-34) menyatakan:

1) Peran guru telah berubah dari:

(30)

commit to user

xxx

b) Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.

2) Peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan, yaitu: a) Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam

proses pembelajaran.

b) Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagi pengetahuan.

c) Dari pembelajaran sebagai aktivitas individual menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.

Dalam kegiatan proses pembelajaran siswa lebih dominan atau berperan

aktif. Siswa harus selalu berpartisipasi aktif, menghasilkan berbagai macam

pengetahuan dan harus mampu bekerjasama dengan siswa lainnya. Sedangkan

guru bertindak sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk

dipelajari siswa. Menurut Wina Sanjaya (2006: 79) terdapat beberapa karakteristik

penting dari istilah pembelajaran yaitu:

1) Pembelajaran berarti membelajarkan siswa.

Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, tetapi diukur sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian guru tidak lahi berperan hanya sebagai sumber belajar, tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. Inilah makna proses pembelajaran berpusat pada siswa (student oriented). Siswa tidak dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, materi apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya tidak semata-mata ditentukan oleh keinginan guru, tetapi memperhatikan setiap perbedaan.

2) Proses pembelajaran berlangsung di mana saja

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran.

3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan

(31)

commit to user

xxxi

tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai dapat membentuk pola perilaku siswa sendiri. Untuk itulah metode dan strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode ceramah, tetapi menggunakan berbagai metode, seperti diskusi, penugasan, kunjungan ke objek-objek tertentu dan lain sebagainya.

Berdasarkan pengertian pembelajaran dan karakteristik dari pembelajaran

dapat disimpulkan, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh

guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan atau nilai

yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,

pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan pembelajaran. Dalam proses

pembelajaran itu dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan

kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Pendidik sebagai sumber belajar, penentu metode belajar, dan juga penilai

kemajuan belajar.

b. Komponen-Komponen Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar akan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan

dapat tercapai tidak terlepas dari beberapa komponen yang terlibat di dalamnya.

Karena pembelajaran merupakan proses, maka harus dapat mengembangkan dan

menjawab beberapa persoalan yang mendasar mengenai kemana proses akan

diarahkan, apa yang harus dibahas dalam proses tersebut, bagaimana cara

melakukannya dan bagaimana mengetahui berhasil tidaknya proses tersebut. Hal

ini artinya, dalam kegiatan pembelajaran harus mengetahui komponen-komponen

yang terlibat di dalamnya. Muhammad Ali (2004: 4) menyatakan, “Komponen

-komponen dalam kegiatan belajar mengajar dikelompokkan ke dalam tiga

kategori yaitu (1) guru, (2) isi atau materi pelajaran dan (3) siswa”. H.J. Gino

dkk., (1998: 30) berpendapat, “Komponen-komponen dalam suatu kegiatan

pembelajaran yaitu: siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media dan

evaluasi”. Sedangkan Nana Sudjana (2005: 30) menggambarkan skematis

(32)

commit to user

xxxii

Gambar 2. Bagan Komponen-Komponen Pembelajaran (Nana Sudjana, 2005: 30)

Komponen-komponen pembelajaran tersebut pada prinsipnya saling

berkaitan antara yang satu dengan lainnya. Hal senada tentang

komponen-komponen pembelajaran dikemukakan. M. Sobry Sutikno (2009: 35-40) bahwa,

“Komponen pembelajaran meliputi beberapa aspek yaitu: “(1) Tujuan

pembelajaran, (2) materi pelajaran, (3) kegiatan pembelajaran, (4) metode, (5)

media, (6) sumber belajar dan, (7) evaluasi”. Untuk lebih jelasnya komponen

-komponen pembelajaran diuraikan secara singkat sebagai berikut:

1) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan kemampuan-kemampuan

yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Dengan

kata lain, tujuan pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari

pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran mempunyai jenjang dari yang

luas atau umum sampai kepada yang sempit atau khusus. Semua tujuan itu

berhubungan antara satu dengan yang lainnya, dan tujuan di atasnya. Bila tujuan

terendah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya tidak tercapai pula. Oleh karena

itu, aspek tujuan pembelajaran merupakan faktor utama yang harus dirumuskan

secara jelas dan spesifik, karena akan menentukan arah pembelajaran.

Tujuan-tujuan pembelajaran harus berpusat pada perubahan perilaku siswa yang

diinginkan, dan karenanya harus dirumuskan secara operasional, dapat diukur dan

dapat diamati ketercapaiannya. Tujuan

Metode dan alat

(33)

commit to user

xxxiii

2) Materi Pelajaran

Materi pelajaran merupakan unsur belajar yang penting mendapat

perhatian oleh guru. Materi pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang dikonsumsi oleh siswa. Oleh karena itu, penentuan materi

pelajaran harus berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, misalnya berupa

pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengalaman lainnya. Materi pelajaran yang

diterima siswa harus mampu merespons setiap perubahan dan mengantisipasi

setiap perkembangan yang akan terjadi di masa depan. Nana Sudjana (2005: 69)

menyatakan, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan materi

pelajaran sebagai berikut:

1) Bahan pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan.

2) Materi pelajaran yang ditulis dalam perencaan pembelajaran terbatas pada konsep saja, atau berbentuk garis besar bahan pelajaran tidak pula diuraikan terinci.

3) Menetapkan materi pelajaran harus serasi dengan urutan tujuan.

4) Urutan materi pelajaran hendaknya memperhatikan kesinambungan (kontinuitas).

5) Materi pelajaran disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang kongkret menuju yang abstrak. Dengan cara ini siswa akan mudah memahaminya.

6) Sifat materi pelajaran ada yang faktual dan ada yang konseptual.

Untuk menetapkan materi pelajaran hendaknya harus selalu berpedoman

pada tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, merumuskan tujuan pembelajaran

pada awal pembelajaran sangat penting agar pembelajaran dapat berjalan dengan

baik.

3) Kegiatan Pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam interaksi

dengan materi pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu siswalah yang

lebih aktif, bukan guru. Keaktifan siswa tentu mencakup kegiatan fisik dan

mental, individual dan kelompok. Interaksi dikatakan maksimal bila terjadi antara

guru dengan semua siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa

dengan materi pelajaran dan media pembelajaran, bahkan siswa dengan sendirinya

(34)

commit to user

xxxiv

bersama. Agar memperoleh hasil belajar yang optimal, hendaknya guru

memperhatikan perbedaan individual siswa, baik aspek biologis, intelektual dan

psikologis. Ketiga aspek ini diharapkan memberikan informasi pada guru bahwa,

setiap siswa dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, sekalipun dalam tempo

yang berlainan. Guru harus mampu membangun suasana belajar yang kondusif,

sehingga siswa mampu belajar mandiri. Guru juga harus mampu menjadikan

proses pembelajaran sebagai salah satu sumber yang penting dalam kegiatan

eksplorasi.

4) Metode

Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, metode diperlukan oleh guru

dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Nana Sudjana (2005: 77-89) metode pembelajaran terdiri dari:

1) Metode ceramah 2) Metode tanya jawab 3) Metode diskusi

4) Metode tugas belajar dan resitasi 5) Metode kerja kelompok

6) Metode demonstrasi dan eksperimen 7) Metode sosio drama (role-playing) 8) Metode problem solving

9) Metode sistem regu (team taching) 10)Metode latihan (drill)

11)Metode keryawisata (field trip)

12)Metode resource person (manusia sumber) 13)Metode masyarakat

14)Metode simulasi

Menguasai dan memahami metode-metode pembelajaran tersebut sangat

penting bagi seorang guru. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan, maka dalam pelaksanaan pembelajaran dapat diterapkan

(35)

commit to user

xxxv

5) Media

Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran. Berkaitan dengan media pembelajaran,

Muhammad Ali 2004: 88) menyatakan, “Media pengajaran merupakan bagian

integral dalam sistem pengajaran. Banyak media pengajaran yang dapat

digunakan. Penggunaannya meliputi manfaat yang banyak pula. Penggunaan

media harus didasarkan kepada pemilihan yang tepat, sehingga dapat

memperbesar arti dan fungsi dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses

belajar dan mengajar”.

Pendapat tersebut menujukkan, penggunaan media atau alat dalam

pembelajaran sangat penting. Penggunaan media atau alat yang tepat sesuai materi

pelajaran, maka akan memperbesar hasil belajar. Oleh karena itu, untuk

mndukung kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus memanfaatkan media

pembelajaran yang tepat.

6) Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan

sebagai tempat dimana materi pelajaran terdapat. Menurut M. Sobry Sutikno

(2009: 39) bahwa, “Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber belajar yang direncanakan dan sumber belajar karena manfaat”.

Sumber belajar yang direncanakan adalah semua sumber yang secara

khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem pembelajaran untuk

memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sedangkan sumber

belajar karena dimanfaatkan adalah sumber-sumber yang tidak secara khusus

didesain untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, diaplikasikan

dan digunakan untuk keperluan belajar.

7) Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai

dari suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

(36)

commit to user

xxxvi

pembelajaran berfungsi (1) untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran.

(2) Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan

guru”.

Evaluasi merupakan aspek yang penting yang berguna untuk mengukur

dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai atau sampai mana

terdapat kemajuan belajar siswa dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai

dengan tujuan pembelajaran. Apakah tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai

atau tidak, apakah materi pelajaran yang telah diberikan dapat dikuasai atau tidak,

dan apakah penggunaan metode dan alat pembelajaran tepat atau tidak.

c. Model Pembelajaran Penjasorkes

Model pembelajaran telah dilakukan sejak dahulu pada tahun 1950-an

yang dilakukan oleh peneliti dari Amerika Serikat yaitu Marc Belth. Marc Belth

kemudian mendorong ahli-ahli pendidikan di antaranya Joyce dan Weil untuk

melakukan penelitian tentang model pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil yang

dikutip Suharno dkk., (1998: 25-26) bahwa, “Model pembelajaran adalah suatu

rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (suatu

rencana pembelajaran jangka panjang) merancang bahan-bahan pembelajaran dan

membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Menurut Nurulwati yang

dikutip Trianto (2007: 5) bahwa, “Maksud dari model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan

berfungsi sebagai pedoman bagi guru perancang pembelajaran dan para pengajar

dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Pendapat lain dikemukakan

Syaiful Sagala (2005: 176) bahwa:

Model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka koseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu pola atau

(37)

commit to user

xxxvii

pembelajaran ini dibutuhkan perangkat-perangkat yang mendukung kegiatan

pembelajaran. Dengan pola pembelajaran yang baik dan didukung

perangkat-perangkat pembelajaran yang baik dan ideal, maka memperbesar tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang mempunyai

karakteristik yang berbeda dengan pelajaran lainnya. Pendidikan jasmani

merupakan pendidikan yang mengutamakan aktivitas gerak untuk

mengembangkan aspek-aspek yang ada dalam diri siswa untuk mendukung

pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Untuk membelajarkan

pendidikan jasmani yang tepat, perlu diterapkan model pembelajaran yang baik

dan tepat. Menurut Griffin, Mitchell dan Oslin (1997), Joyce, Well, dan Showers

(1992), Singer dan Dick (1980) dalam Kurikulum Penjas untuk Sekolah

Menengah Pertama (2004: 27-28) model pembelajaran yang sering digunakan

dalam pembelajaran pendidikan jasmani sebagai berikut:

1) Model pengetahuan keterampilan (knowledge skill aproach). Model pembelajaran ini memiliki dua metode yaitu ceramah (lecture) dan latihan (drill).

2) Model sosialisasi (socialization approach), berlandaskan pandangan bahwa, proses pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan keterampilan pribadi berkarya, keterampilan interaksi sosial. Model pembelajaran ini terdiri dari: model the social family, the information processing family, dan the professional skills.

3) Model personalisasi. Model ini berlandasakan atas pemikiran bahwa aktivitas jasmani dapat dipergunakan sebagai media untuk mengembangkan kualitas pribadi, model pembelajarannya yaitu: movement education (problem solving techniques).

4) Model belajar (learning approach). Model ini berupaya untuk mempengaruhi kemampuan dan proses belajar anak dengan metode terprogram (programmed instruction), Computer Assisted Instruction (CAI) dan model kreativitas dan pemecahan masalah (creativity and problem solving).

5) Model pembelajaran motorik (motor learning). Model ini mengajarkan aktivitas jasamni berdasarkan klasifikasi keterampilan dan teori proses informasi yang diterima. Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model part hwole methods dan modelling (demonstration). 6) Spektrum gaya mengajar. Spektrum dikembangkan berdasarkan

(38)

commit to user

xxxviii

(commad), latihan (practice), resiprokal (reciprocal), uji diri (self check), inklusi (inclusion), penemuan terbimbing (guided discovery), penemuan tunggal (convergen discovery), penemuan beragam (divergent production), program individu (individual program), inisiasi siswa (learner initiated), dan pengajaran diri (self teaching).

7) Model permainan taktis (tactical games approaches). Model ini mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak.

Dari model-model pembelajaran tersebut, seorang guru penjas dapat

menerapkannya dalam pembelajaran menurut kebutuhannya. Selain model-model

pembelajaran tersebut, seorang guru penjas harus selalu mengikuti perkembangan

dan kemajuan ilmu pengetahuan tentang model-model pembelajaran. Hal ini

karena, pengakajian tentang model-model pembelajaran selalu dilakukan oleh

praktisi-praktisi pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas

pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang dewasa ini sedang digalakkan

dalam proses pembelajaran yaitu pembelajaran model PAIKEM.

d. Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Guru Penjasorkes

Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi guru pada dasarnya

merupakan tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga

dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Seorang guru harus

sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain

dan dalam melaksanakan tugasnya harus bersungguh-sungguh. Seorang guru

dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuannya, kemampuan dalam rangka

pelaksanaan tugas profesinya. Seorang guru harus peka terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran, dan

pada masyarakat pada umumnya. Guru harus dapat mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam pelaksanaan pengajaran sesuai

dengan tuntutan perkembangan jaman.

Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan diberbagai bidang merupakan

keharusan bagi seorang guru. Untuk itu seorang guru Penjasorkes harus memiliki

(39)

commit to user

xxxix

Berdasarkan tinjauan literatur dalam pendidikan jasmani sekurang-kurangnya terdapat 5 kompetensi guru pendidikan jasmani yaitu:

1) Pemahaman dan pengahayatan etika dan tindakan moral yang melandasi profesi dalam pendidikan jasmani, utamanya dalam pemberian perlakuan (misalnya, memberikan isntruksi, mengoreksi dan lain-lain) yang dapat dipertanggungjawabkan secara etik, termasuk nilai-nilai agama.

2) Penguasaan keterampilan gerak dan atau dasar-dasar keterampilan beberapa cabang olahraga, termasuk pengetahuan yang berkaitan dengan cabang atau aktivitas jasmani yang bersangkutan (misalnya, peraturan dan ketentuan khusus dalam cabang olahraga).

3) Penguasaan konsep dan teori dalam beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan yang bersifat integrative, sebagai landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga guna memfasilitasi proses pembelajaran, terutama disesuaikan dengan asas pentahapan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.

4) Kompetensi dalam menerapkan kurikulum dalam konteks metode dan strategi umum atau khusus dalam pembelajaran, termasuk kompetensi dalam melaksanakan asesmen hasil belajar.

5) Komptensi sosial yang melibatkan keterampilan sosial, seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, kemampuan kerjasama dalam tim.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kompetensi yang

harus dimiliki seorang guru cukup komplek, baik secara umum maupun secara

spesifik sebagai guru pendidikan jasmani. Seorang guru yang memiliki

kompetensi sesuai dengan bidang studinya, maka akan mampu bekerja secara

maksimal. Kinerjanya menjadi lebih baik, karena mengetahui dan menguasainya

tugas dan tanggungjawab yang harus dilakukan sesuai dengan bidangnya.

Menurut Nana Sudjana (2005: 19) bahwa,

Kompetensi yang banyak berhubungan dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dikelompokkan ke dalam empat kemampuan yaitu: (1) Merencanakan program belajar mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin, (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar, (4) menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya/dibinannya.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kompetsni yang harus dimiliki

seorang guru Penjasorkes mencakup empat aspek yaitu: merencanakan program

pembelajaran, melaksanakan dan memimpin pembelajaran, menilai kemajuan

proses belajar mengajar dan menguasai bahan pelajaran sesuai dengan bidang

(40)

commit to user

xl

e. Pembelajaran yang Sukses

Mencapai hasil belajar yang maksimal yaitu terjadinya peningkatan

kemampuan atau keterampilan pada diri siwa sangat didambakan baik dari pihak

guru maupun siswa. Namun untuk menentukan indikator bagaimanakah

pembelajaran dapat dikatakan sukses atau berhasil tidaklah mudah. Untuk

mencapai pembelajaran yang sukses, maka perlu penerapan desain sistem

pembelajaran yang baik dan tepat. Menurut Heinich dkk (2005) yang dikutip

Benny A. Pribadi (2009: 19-21) mengemukakan, perspektif pembelajaran sukses

yang terdiri atas beberapa kriteria, yaitu:

1) Peran aktif siswa (active participation)

Proses belajar akan berlangsung efektif, jika siswa terlibat secara aktif dalam tugas-tugas yang bermakna, dan berinteraksi dengan materi pelajaran secara intensif. Keterlibatan mental siswa dalam melakukan proses belajar akan memperbesar kemungkinan terjadinya proses belajar dalam diri seseorang.

2) Latihan (practice)

Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki tingkat daya ingat atau retensi. Latihan juga dapat memperbaiki kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari. Tugas-tugas belajar berupa pemberian latihan akan dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.

3) Perbedaan individual (individual differences)

Setiap individu memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari individu yang lain. Setiap individu memiliki potensi yang perlu dikembangkan secara optimal. Dalam hal ini, tugas guru atau instruktur adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran yang berkualitas.

4) Umpan balik (feedback)

Umpan balik sangat diperlukan oleh siswa untuk mengetahui kemampuan dalam mempelajari materi pelajaran yang benar. Umpan balik dapat diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang hasil belajar (learning outcomes) yang telah dicapai siswa setelah menempuh program dan aktivitas pembelajaran. Informasi dan pengetahuan tentang hasil belajar akan memacu seseorang untuk berprestasi lebih baik lagi.

5) Konteks nyata (realitic context)

(41)

commit to user

xli 6) Interaksi sosial (social interaction)

Interaksi sosial sangat diperlukan oleh siswa agar dapat memperoleh dukungan sosial dalam belajar. Interaksi yang berkesinambungan dengan sejawat atau sesama siswa memungkinkan siswa untuk melakukan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang sedang dipelajari.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, pembelajaran yang sukses

apabila siswa berperan aktif, diberikan latihan, memahami perbedaan individu,

adanya umpan balik, ada konmteks yang nyata dan adanya interaksi sosial antar

siswa. Untuk mencapai pembelajaran yang sukses, maka hal-hal seperti di atas

harus diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran.

3. Pembelajaran Model PAIKEM

a. Pengertian PAIKEM

PAIKEM (Pembelajaran Akktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan) merupakan salah satu model pembelajaran yang baru

dikembangkan di Indonesia pada saat ini. PAIKEM pada awalnya berasal dari

model pembelajaran PAKEM. Selanjutnya melalui pengkajian oleh para ahli ilmu

pengetahuan dijadikan atau dirubah dengan nama PAIKEM. PAIKEM lahir dari

pengkajian pembelajaran aktif, dimana pembelajaran yang berpusat pada siswa

(student oriented). Dasim Budimansyah dkk., (2009: 7) menyatakan:

Pembelajaran aktif (active learning) merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang dinilai memang dapat:

1) Menciptakan ketertarikan bagi siswa (creating exicitement in the classroom).

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berfikir dan bekerja (getting students to think and work).

Dari model pembelajaran PAKEM inilah dilakukan pengkajian lebih

dalam lagi hingga dirubah atau ditambah menjadi model pembelajaran PAIKEM.

PAIKEM memiliki kepanjangan yaitu: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,

Efektif dan Menyenangkan. (htt://tarmizi.wordpress.com/2010/14/05). Model

pembelajaran PAIKEM merupakan salah satu usaha mendorong terus

(42)

commit to user

xlii

berorientasi kepada siswa sebagai subjek belajar dan efektif hasilnya. Maksud dari

masing-masing kata tersebut menurut Madyo Ekosusilo (2007: 2) yaitu:

1) Aktif yaitu guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan pendapat/gagasan.

2) Inovatif yaitu guru harus menciptakan kondisi belajar dan kegiatan pembelajaran yang baru sesuai dengan tuntutan dan perkembangan pendidikan.

3) Kreatif yaitu guru menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.

4) Efektif yaitu pembelajaran harus dapat mencapai tujuan/kompetensi yang ditetapkan.

5) Menyenangkan yaitu guru harus mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada apa yang sedang dipelajari.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakan model

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk mandiri dan aktif

dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan guru bertugas sebagai monitoring dan

fasilitator. Setiap kegiatan yang dilakukan siswa selalu dipantau oleh guru, dan

setiap kesulitan yang dihadapi siswa guru memberi solusi atau jalan keluarnya.

Lebih lanjut Madyo Ekosusilo (2007: 3) menyatakan:

1) PAIKEM dari segi guru yaitu: (1) Aktif:

(a) Memantau kegiatan belajar siswa. (b) Memberi umpan balik.

(c) Mengajukan pertanyaan yang menantang. (d) Mempertanyakan gagasan siswa

(2) Inovatif:

(a) Menciptakan hal-hal yang baru dalam pembelajaran yang baru. (3) Kreatif:

(a) Mengembangkan kegiatan yang beragam. (b) Membuat alat bantu belajar sederhana. (4) Efektif:

(43)

commit to user

(c) Mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya. (2) Inovatif:

(a) Berusaha menemukan hal-hal yang baru. (3) Kreatif:

(a) Merancang/membuat sesuatu. (b) Menulis/mengarang.

(4) Efektif:

(a) Menguasai keterampilan yang diperlukan. (5) Menyenangkan:

(a) Membuat anak berani: (b) Mencoba/berbuat (c) Bertanya

(d) Mengemukakan pendapat/gagasan (e) Mempertanyakan gagasan orang lain.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, PAIKEM dilihat dari guru

dan siswa merupakan hubungan timbal balik. Guru berusaha merancang dan

mengorganisasi pembelajaran sebaik mungkin, sedangkan siswa harus aktif dalam

mengikuti pembelajaran. Dengan kata lain, antara guru dan siswa terjalin

koordinasi pembelajaran yang interaktif dan setiap kegiatan yang dilakukan siswa

selalu dipantau oleh guru.

b. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran

Munculnya model pembelajaran PAIKEM melalui proses dan pengkajian

dari para ahli yang cukup lama. Dasim Budimansyah dkk., (2009: 72)

menyatakan:

PAIKEM berasal dari akronim PAKEM. Sementara PAIKEM adalah PAKEM yang ditambah dengan satu ciri pengembangan dari pembelajaran kreatif, yakni pembelajaran inovatif. Dari program MBE (Managing Basic Education) selalu mengkaitkan antara PAKEM dengan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan PSM (Peran Serta Masyarakat). Ketiganya dipandang sebagai tiga unsur dalam satu kesatuan (three in one) program MBE.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam kegiatan

Gambar

Gambar 2. Bagan Komponen-Komponen Pembelajaran
Gambar 4. Diagram Prosedur Sertifikasi Guru dalam Jabatan
tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes yang Mendapat Panggilan
+7

Referensi

Dokumen terkait