commit to user
i
APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN
PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI
YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN
KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
OLEH:
BERTA BUDHI SETYAWAN
X.4604013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN
PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI
YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI SE KABUPATEN
KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh:
BERTA BUDHI SETYAWAN
X.4604013
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
commit to user
commit to user
commit to user
v
ABSTRAK
Bertha Budhi Setyawan. APLIKASI MODEL PAIKEM DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES OLEH GURU PENJASORKES PASCA SERTIFIKASI YANG TELAH BERSERTIFIKAT DI SMA
NEGERI SE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Peran guru Penjasorkes pasca
sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA
Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011. (2) Aplikasi model
PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes oleh guru Penjasorkes pasca sertifikasi
yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran
2010/2011.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sumber data
diperoleh dari guru Penjasorkes dan Kepala Sekolah di SMA Negeri se Kabupaten
tahun pelajaran 2010/2011 berjumlah 21 orang. Teknik pengumpulan data dengan
angket tertutup (quisioner). Teknik analisis data dengan deskriptif yang
didasarkan pada analisis kuantitatif melalui frekuensi dan prosentase.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Peran
guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam membelajarkan
Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011
adalah baik. Dari hasil analisis angket peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi
yang telah bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se
Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh jawaban ya atau nilai
(2) sebanyak 62%, sedangkan jawaban tidak atau nilai (1) sebanyak 38%. (2)
Guru Panjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat telah mengaplikasikan
model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten
Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 adalah baik. Dari hasil analisis angket
pembelajaran Penjasorkes model PAIKEM oleh guru Panjasorkes pasca sertifikasi
yang telah bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran
2010/2011 diperoleh jawaban ya atau nilai (2) sebanyak 77%, sedangkan jawaban
commit to user
vi
MOTTO
Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
(Terjemahan Q.S. Al Mujadalah:11)
Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu, tidak ada sesuatu yang
lebih terhormat daripada adab dan tidak akan kawan yang lebih bagus
daripada akal.
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Kusunting skripsi ini untuk:
Bapak (Almarhum) dan Ibu yang selalu mendo’a kan
Saudara dan Keluarga tercinta yang telah memberi semangat dan
motivasi dalam perkuliahanku
Teman-teman ku Angkatan ’04 FKIP JPOK UNS Surakarta yang selalu
memberi motivasi dan semangat untuk menyelesaikan kuliah
Guru-Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi dan Kepala Sekolah SMA Negeri
se Kabupaten Kebumen
Tmean-Teman Agger FC & Anak-Anak Teater Lincak
Almamater
commit to user
1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan……….
a. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
b. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani………
commit to user
b. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran………..
c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam PAIKEM……..
4. Sertifikasi Guru……….
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN………
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan
penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Waluyo, S.Pd., M.Or., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Drs.Budhi Satyawan, M.Pd., sebagai pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Singgih Hendarto, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II yang telah
memberikan motivasi dan arahan dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK UNS Surakarta yang secara tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
7. Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes SMA Negeri se Kabupaten Kebumen
tahun pelajaran 2010/2011 yang telah bersedia menjadi responden penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap
semogra skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi para pembaca.
Surakarta, Juni 2011
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mendapat
Panggilan Sertifiaksi Merasa Senang………
2. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes yang Mendapat
Panggilan Sertifikasi Merasa Belum Siap dan Bingung………..
3. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Lulus
Sertifikasi Melalui Jalur Portofolio………..
4. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Lulus
Sertifikasi Melalui Jalur PLPG………
5. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Layak
Menerima Sertifikasi Profesi Guru dan Mendapat Gaji
Sertifikasi………
6. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam
Melengkapi Berkas Portofolio Sesuai/Benar dan Tidak
Berkas yang Dipalsukan………...
7. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Setuju dengan
Program Pemerintah tentang Sertifikasi Guru……….
8. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Meras Berat
atau Sulit saat Melengkapi Portofolio Sertifiaksi Guru……… ……..
9. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Meras Berat
atau Sulit saat Mengikuti PLPG……… ……..
10. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Cukup
Berprofesi sebagai Guru yang Profesional melalui Jalur
PLPG yang Waktunya Relatif Singkat………...
11. Frekuensi dan Prosentase Orientasi Semua Guru Gajinya
commit to user
xii
12. Frekuensi dan Prosentase Orientasi Guru Penjasorkes
Menjadi Guru Profesional setelah Mendapat Tunjangan
Sertifiaksi Guru………
13. Frekuensi dan Prosentase Kinerja Guru Penjasorkes Lebih
Profesional atau Lebih Baik setelah Mendapat Tunjangan
Sertifikasi Guru………. …...
14. Frekuensi dan Prosentase Kinerja Guru Penjasorkes Masih
Sama Seperti Sebelumnya setelah Mendapat Sertifikat
Sertifikasi Guru……….
15. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Menerapkan
Ilmu Pengetahuan yang Diterima dari Kegiatan PLPG……….
16. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengusai
Semua Materi yang Diterima dari Kegiatan PLPG…………..……
17. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes yang Lulus
Sertifikasi Melalui Portofolio Lebih Baik daripada Lulus
Melalui Jalur PLPG………
18. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Merasa Lebih
Enak Lulus Sertifikasi Melalui Portofolio daripada Lulus
Melalui Jalur PLPG……… ……
19. Frekuensi dan Prosentase Proses Sertifikasi Guru Sangat
Rumit dan Bertele-Tele………. ……
20. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Selalu
Meningkatkan Ilmu Pengetahuannya dalam Kegiatan Belajar
Mengajar setelah Mendapat Sertifikat Sertifikasi Guru………
21. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengenal atau
Mengetahui Model Pembelajaran PAIKEM……….……
22. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui
Model Pembelajaran PAIKEM dari Guru Lain……….
23. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui
commit to user
27. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Mengetahui
PTK………
28. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Membuat PTK……….
29. Frekuensi dan Prosentase Siswa Mengalami Kesulitan dalam3
Pembelajaran Penjasorkes Guru Penjasorkes Membuat PTK…….
30. Frekuensi dan Prosentase PTK yang Dibuat Guru
Penjasorkes Relevan dengan Model Pembelajaran PAIKEM……...
31. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Selalu
Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Masalah Pembelajaran
Melalui Buku-Buku yang Relevan………
32. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes dalam
Membelajarkan Penjasorkes Hanya Berpedoman pada LKS………
33. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Memiliki
Reverensi-Reverensi Model Pembelajaran PAIKEM untuk
Mendukung Pembelajaran Penjasorkes……….
34. Frekuensi dan Prosentase Guru Penjasorkes Tidak Peduli
Dengan Perkembangan Ilmu Pembelajaran, sehingga
Pembelajaran Penjasorkes Monoton………
35. Frekuensi dan Prosentase Model Pembelajaran PAIKEM
yang Dicangkan Pemerintah Mengakibatkan Ada Perubahan
commit to user
xiv
36. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen
Peran Guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se
Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2010/2011………
37. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen
Pembelajaran Penjasorkes Model PAIKEM oleh Guru
Penjasorkes Pasca Sertifikasi di SMA Negeri se Kabupaten
Kebumen Tahun Pelajaran 2010/2011………..
64
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Skematis Pendidikan Jasmani Menuju Perkembangan
Menyeluruh………..
2. Skema Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani………..
3. Bagan Komponen-Komponen Pembelajaran………...
4. Diagram Prosedur Sertifikasi Guru dalam Jabatan………..
9
12
16
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kisi-Kisi Ujicoba Instrumen Angket……….
2. Daftar Pertanyaan Ujicoba Penelitian……… 3. Daftar Pertanyaan Angket Penelitian……….
4. Data Tes Angket Try Out………
5. Uji Validitas Butir Soal Angket Try Out………
6. Uji Reliabilitas Data Tes Soal Angket………
7. Dokumentasi Pelaksanan Try Out……….
8. Dokumentasi Pelaksanan Penelitian……….………….
9. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret
Surakarta………
10.Surat Keterangan Penelitian try Out……….…………
11.Surat Keterangan Penelitian………..…………
71
73
81
88
89
91
92
94
96
101
commit to user
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kebutuhan guru pendidikan jasmani yang profesional sangat tinggi dalam
rangka menanggapi tantangan zaman modern. Seiring dengan itu banyak
dinyatakan beberapa praktisi bahwa, guru pendidikan jasmani secara umum belum
menunjukkan profesionalnya. Hal itu dapat diberikan beberapa contoh yaitu: guru
mengajar hanya duduk di pinggir lapangan, sedangkan siswa disuruh latihan atau
bermain sendiri tanpa ada motivasi, penghargaan, dan perhatian yang serius.
Contoh yang lain guru mengajar hanya secara tradisional tanpa menggunakan
media dan metode yang sesuai dengan yang seharusnya.
Guru pendidikan jasmani tugasnya tidak hanya menyampaikan materi
yang bersifat fisik dan motorik saja, melainkan semua ranah harus tersampaikan
pada siswanya melalui pembelajaran dan pendidikan yang utuh. Adang Suherman
(2000: 23) menyatakan, “Secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat
diklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu: (1) perkembangan fisik, (2)
perkembangan gerak, (3) perkembangan mental dan, (4) perkembangan sosial”.
Dalam pendidikan jasmani diajarkan beberapa macam cabang olahraga menurut
jenjang pendidikannya. Menurut Depdiknas (2004: 19-20) bahwa, “Materi pokok
pendidikan jasmani dikelompokkan menjadi enam aspek yaitu: (1) permainan dan
olahraga, (2) aktivitas pengembangan, (3) uji diri/senam, (4) aktivitas ritmik, (5)
akuatik dan, (6) aktivitas luar sekolah”.
Berdasarkan kurikulum Penjasorkes bahwa, materi pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan mencakup berbagai aspek yaitu permainan dan olahraga,
aktivitas pengembangan, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas dan
kesehatan. Dalam upaya mengajarkan materi pendidikan jasmani tersebut, maka
seorang guru pendidikan jasmani harus memiliki kompetensi yang memadai
dengan mengembangkan pengetahuannya agar kualitas pendidikan di Indonesia
commit to user
xviii
Adanya program pemerintah tentang sertifikasi guru yang mulai
diselenggarakan tahun 2007 merupakan konsekuensi dari hukum tentang
pendidikan yaitu: UU RI No. 20/2003 tentang Sisdiknas, UU RI No. 14/2005
tentang Guru dan Dosen dan PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Farida Sarimaya, 2009: 9).
Berdasarkan Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah tersebut guru
adalah pendidik profesional. Sebagai pendidik profesional, maka guru harus
memenuhi sejumlah persyaratan baik kualifikasi akademik maupun kompetensi.
Menurut Syaiful Sagala (2009: 31-39) bahwa, “Kompetensi seorang guru meliputi
empat macam yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3)
kompetensi sosial dan (4) kompetensi profesional”. Berkaitan dengan kompetensi
profesional dalam (http://arifkurniawan
045.blogspot.com/2007/12/persiapan-profesi-guru-penjas.html) dijelaskan:
Profesionalisme guru dibangun melalui penguasaan kompetensi-komptensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah: Kompetensi-kompetensi bidang bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan/pengabdian masyarakat. Pengembangan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi, peningkatan kerja dan kesejahteraannya. Guru sebagai profesional dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreatifitasnya.
Sedangkan Wina Sanjaya (2006: 143-144) menyatakan ciri dan karakteristik dari
proses mengajar sebagai tugas profesional guru mencakup:
1) Dalam mengajar dibutuhkan keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu pengetahuan yang spesifik.
2) Seorang guru harus memiliki bidang keahlian yang jelas, yaitu mengantarkan siswa ke arah tujuan yang diinginkan.
3) Seorang guru dibutuhkan tingkat pendidikan yang memadai.
4) Seorang guru bertugas mempersiapakan generasi muda yang dapat hidup berperan aktif di masyarakat.
5) Pekerjaan guru merupakan pekerjaan dinamis yang selamanya harus sesuai dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Program sertifikasi merupakan program pemberian sertifikat bagi guru
commit to user
xix
persyaratan kualifikasi akademik minimal S1/D4 dibuktikan dengan ijazah dan
persyaratan relevansi mengacu pada jenjang pendidikan yang dimiliki dan mata
pelajaran yang dibina. Melalui program sertifikasi ini diharapkan guru selalu
meningkatkan ilmu pengetahuannya tentang masalah pembelajaran di sekolah.
Apakah guru yang telah mendapat sertifikat sertifikasi kualitasnya menjadi lebih
baik ataukah sama saja.
Banyak kasus dijumpai bahwa, guru yang mendapat panggilan sertifikasi
atau telah memiliki sertifikat guru orientasinya gajinya akan bertambah. Masih
banyak guru yang memiliki sertifikasi belum mengetahui dan tidak mampu
melaksanakan atau membuat PTK (Penelitian Tindakan Kelas), tidak mampu
mengoperasikan komputer atau LCD dan lain sebagainya. Bisa dikatakan program
sertifikasi guru tidak tepat pada sasaran, sehingga hal ini berdampak rendahnya
mutu pendidikan. Selain itu, guru yang telah memiliki sertifikat sertifikasi guru
tidak ada kemauan dan kemampuan guru dalam mengembangkan ilmu
pengetahuannya dalam pembelajaran. Banyak guru yang telah memiliki sertifikat
sertifikasi guru dalam proses pembelajaran masih tradisional. Banyaknya
model-model pembelajaran kurang mengetahui dan memahaminya, meskipun telah
mengikuti program sertifikasi melalui PLPG (Program Latihan Profesi Guru)
ataupun lulus Portofolio. Program PLPG maupun Portofolio yang dilaksanakan
pemerintah belum menjamin mampu meningkatkan kualitas guru. Program PLPG
yang relatif singkat dengan materi yang banyak tentu tidak maksimal untuk
menghantarkan guru menjadi profesional. Pengkajian dan perkembangan ilmu
pengetahuan dalam pendidikan selalu berkembang pesat, sehingga menuntut
seorang guru harus selalu mengembangkan pengetahuannya.
PAIKEM merupakan salah satu model pembelajaran yang saat ini baru
gencar dicanangkan oleh pemerintah dalam kegiatan belajar mengajar. PAIKEM
merupakan kepanjangan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan ternyata masih banyak guru yang lulus sertifikasi belum
memahaminya dan tidak diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Model
pembelajaran PAIKEM menuntut kreatifitas dan inisiatif guru pendidikan jasmani
commit to user
xx
pembelajaran yang dilaksanakan harus efektif agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik. Dan hal yang tak kalah pentingnya, seorang guru harus
mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dalam
belajar, sehingga siswa responsif dengan pembelajaran yang diterimanya,
sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal.
PAIKEM merupakan model pembelajaran yang menuntut kemampuan
guru dalam mengorganisasi pembelajaran dan menuntut siswa terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat
penting agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan efektif. Apakah
guru pasca sertifikasi telah mengaplikasikan model PAIKEM dalam kegiatan
belajar mengajar. Untuk mengetahui hal tersebut, penelitian ini akan dilaksanakan
pada guru Penjasorkes di SMA Negeri se-Kabupaten Kebumen tahun 2010.
Berdasarkan kenyataan bahwa, sudah banyak para guru Penjasorkes di
SMA se-Kabupaten Kebumen telah memiliki sertifikat sertifikasi guru. Namun
belum diketahui apakah telah menerapkan model PAIKEM dalam membelajarkan
Penjasorkes. Masih banyak guru Penjasorkes dalam membelajarkan pendidikan
jasmani kurang inovatif dan kreatif, sehingga pembelajarannya kelihatan
monoton. Selain permasalahan tersebut, masih banyak para siswa yang kurang
senang dengan pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga siswa tidak terlibat
aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan pembelajaran
pendidikan jasmani yang monoton dan siswa tidak aktif akan berdampak pada
motivasi belajar menurun, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai.
Sebagai seorang guru Penjasorkes yang telah lulus sertifikasi seharusnya
mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat agar siswa terlibat aktif
dalam kegiatan belajar dan menyenangkan siswa, sehingga tujuan pembelajaran
akan tercapai. Tetapi sebaliknya, pembelajaran yang monoton dan tidak
menyenangkan, maka siswa akan merasa bosan dan jenuh, sehingga siswa akan
malas melaksanakan tugas ajar, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Untuk mengetahui apakah guru Penjasorkes yang telah lulus sertifikasi telah
mengaplikasikan model PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes, maka perlu
commit to user
xxi
Pembelajaran Penjasorkes oleh guru Penjasorkes Pasca Sertifikasi yang telah
Bersertifikat di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran
2010/2011”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah
bersertifikat dalam membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten
Kebumen tahun pelajaran 2010/2011?
2. Apakah guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA
Negeri se Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2010/2011 telah
mengaplikasikan model PAIKEM dalam membelajarkan Penjasorkes?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Peran guru Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat dalam
membelajarkan Penjasorkes di SMA Negeri se Kabupaten Kebumen tahun
pelajaran 2010/2011.
2. Aplikasi model PAIKEM dalam pembelajaran Penjasorkes oleh guru
Penjasorkes pasca sertifikasi yang telah bersertifikat di SMA Negeri se
commit to user
xxii
D. Manfaat Penelitian
Masalah dalam penelitinan ini penting untuk diteliti dengan harapan
memiliki manfaat antara lain:
1. Dapat diperoleh informasi tentang model pembelajaran Penjasorkes di SMA
Negeri se Kabupaten Kebumen.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam pembelajaran Penjasorkes,
sehingga kelemahan atau kekurangan dalam pembelajaran Penjasorkes dapat
commit to user
xxiii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pusataka
1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
a. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral
dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang memfokuskan pengembangan
aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis,
stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui
aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara
sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Nasional. Di dalam
intensitifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan
manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani sangat
penting yakni memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam
aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani yang dilakukan secara
sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina
sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk
mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan
dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial)
serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan
dan perkembangan yang seimbang. Dengan pendidikan jasmani siswa akan
memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang
menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil dan
memiliki kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat serta memiliki
pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia. Berkaitan dengan
pendidikan jasmani Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992: 4) menyatakan,
“Pendidikan jasmani adalah suatu proses aktivitas jasmani yang dirancang dan
commit to user
xxiv
meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan
pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan”. Menurut Agus Mahendra (2004: 17)
bahwa, “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani,
permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”.
Sedangkan Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001: 2) menyatakan, “Pendidikan
jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani
merupakan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai
tujuan pendidikan melalui gerak fisik”.
Berdasarkan pengertian pendidikan jasmani yang dikemukakan para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
merupakan suatu pendidikan yang di dalamnya mencakup pengembangan
individu secara menyeluruh. Cakupan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
tidak hanya pada aspek jasmani saja, tetapi juga aspek neuromuskular, perseptual,
kognitif, sosial dan emosional. Menurut Agus Mahendra (2004: 7-8) bahwa,
secara umum manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup:
1) Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, semakin besar kemaslahatannya bagi kulaitas pertumbuhan itu sendiri.
2) Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
Pendidikan jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-anak akan lebih memilih untuk berbuat sesuatu daripada hanya harus melihat atau mendengarkan oarng lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya.
Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadian kelak. 3) Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
commit to user
xxv
Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya, maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari keterampilan gerak sedangkan tiba pad amasa kritisnya. Konsekuensinya, keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa berikutnya.
4) Menyalurkan energi yang berlebihan
Anak adalah makhluk yang sedang berada dalam masa kelebihan keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalukan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energi secara optimum.
5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional
Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalahperkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, metal, emosi , sosial dan moral.
Sedangkan Rusli Lutan (2000: 4) menggambarkan pendidikan jasmani menuju
perkembangan menyeluruh sebagai berikut:
Gambar 1. Skematis Pendidikan Jasmani Menuju Perkembangan Menyeluruh (Rusli Lutan, 2000: 4)
Kesegaran jasmani Perseptual motorik
Afektif Kognitif
Konsep diri Intelegensia
emosional & watak Penalaran & pembuatan keputusan
commit to user
xxvi
Skema tersebut menunjukkan bahwa cakupan tujuan ideal pendidikan
jasmani yang pelaksanaannya dilandaskan pada pendekatan pengajaran yang
berorientasi pada taraf perkembangan dan pertumbuhan anak.
Pengembangan domain psikomotor yang mencakup aspek kesegaran
jasmani dan perkembangan perseptual-motorik menegaskan bahwa, upaya
pendidikan jasmani berlangsung melalui gerak atau aktivitas jasmani sebagai
perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik dan sekaligus untuk tujuan yang
bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan. Dengan kata lain, dari aspek
perilaku yang teramati, proses belajar itu tertuju pada dua hal yaitu (1) belajar
untuk bergerak atau menguasai keterampilan gerak dan (2) belajar melalui gerak
bermakna.
Kesegaran jasmani merupakan sebuah topik penting dari domain
psikomotorik yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologik organ
tubuh. Konsentrasinya lebih lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi
fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya sistem
peredaran darah, sistem pernapasan dan sistem metabolisme dan lain-lain). Bila
kesegaran jasmani ditekankan pada aspek kesehatan, maka disebut dalam istilah
kesegaran jasmnai yang berhubungan dengan kesehatan, dan apabila ditekankan
pada penampilan performa gerak seperti pada pencapaian prestasi olahraga
disebut kesegaran jasmani yang berkaitan dengan performa.
Perkembangan perseptual-motorik terjadi melalui proses kemampuan
seseorang untuk menerima rangsang dari luar dan rangsang itu kemudian diolah
dan diprogramkan sampai kemudian tercipta respons berupa aksi yang selaras
dengan rangsang. Dampak langsung dari aktivitas jasmani yang merangsang dan
kecepatan proses persepsi dan aksi itu adalah perkembangan kepekaan sistem
saraf.
Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep dan lebih
penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek
kognitif dalam pendidikan jasmani tidak saja menyangkut penguasaan
commit to user
xxvii
olahraga serta kegiatan pengisi waktu luang, sama halnya pengetahuan yang
berkaitan dengan kesehatan.
Domain afektif menyangkut sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur
kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat
yang perlu dikembangkan, namun lebih penting diantaranya konsep diri dan
komponen kepribadian lainnya seperti intelegensia, emosional dan watak. Konsep
diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya.
Konsep diri merupakan fundasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada
kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa.
Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting yakni
pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan dan kemampuan untuk
berempati. Pengendalian diri merupakan kualitas pribadi yang mampu
menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi (kata hati) yang menjadi sifat
penting dalam kehidupan sosial dan pencapaian sukses hidup bermasyarakat.
Tidak ada pekerjaan yang dapat mencapai hasil terbaik tanpa ketekunan, seperti
juga halnya tentang pentingnya kemampuan memotivasi diri, kemadirian untuk
tidak selalu diawasi dalam penyelesaian tugas apapun. Kemampuan berempati
merupakan kualitas pribadi yang mampu menempatkan diri di pihak orang lain.
Karena itu, empati disebut juga sebagai kecerdasan hubungan sosial antar orang.
Dampak yang jelas dari pendidikan jasmani adalah memberikan
sumbangan kepada prestasi akademik. Sebagian ahli percaya, sumbangannya
melalui perantaraan perkembangan konsep diri yang lebih positif. Sebagian ahli
lainnya percaya bahwa, kemampuan akademis itu didukung oleh perkembangan
perseptual motorik yang merangsang kecerdasan otak.
b. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengutamakan aktivitas
jasmani yang di dalamnya mengandung unsur pendidikan. Banyak disiplin ilmu
yang mendasari dalam pendidikan jasmani. Oleh karena itu, seorang guru
pendidikan jasmani harus memahami dan mengusai beberapa disiplin ilmu yang
commit to user
xxviii
yang mendasari pendidikan jasmani, maka dalam mengajarkan pendidikan
jasmani dapat dilakukan dengan baik dan benar. Adang Suherman (2000: 34)
menggambarkan skema unsur-unsur disiplin ilmu yang melandasi pendidikan
jasmani sebagai berikut:
Gambar 2. Skema Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani (Adang Suherman, 2000: 34)
Berdasarkan skema di atas menunjukkan bahwa, landasan ilmiah dalam
pendidikan jasmani ada delapan unsur yaitu: sport medecine, training theory,
sport biomechanic, sport psikolgi, sport pedagogi, sport sosiologi, sport history
dan sport philosopy. Dari kedelapan disiplin ilmu yang mendasari pendidikan
jasmani tersebut harus dipahami dan dikuasai oleh guru pendidikan jasmani.
2. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
a. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran dewasa ini mengalami perubahan dan perkembangan.
Pembelajaran tidak hanya sekedar guru menyampaikan ilmu pengetahuan atau
keterampilan kepada siswa, tetapi pembelajaran sekarang ini merupakan suatu
proses agar siswa belajar sesuai dengan kemampuannya. Wina Sanjaya (2006: 77)
menyatakan, “Mengajar jangan diartikan sebagai proses penyampaian materi
commit to user
xxix
pembelajaran, atau memberikan stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa,
tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar
sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya”.
Kegiatan pembelajaran lebih berorientasi pada bagaimana seorang guru
menciptakan lingkungan belajar yang baik, seperti penataan lingkungan,
menyediakan alat dan sumber pembelajaran dan hal-hal lain yang memungkinkan
siswa betah dan merasa senang, sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. M. Sobry Sutikno (2009: 32)
berpendapat pembelajaran adalah “Segala upaya yang dilakukan guru (pendidik)
agar terjadi proses belajar pada diri siswa”. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003
yang dikutip Syaiful Sagala (2005: 62) bahwa:
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Secara implisit di dalam pembelajaran ada dua kegiatan memilih,
menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran
yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai
tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan materi pelajaran
dan mengelola pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru harus
memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran
yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai
model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar
dengan perencanaan yang matang. Dalam proses pembelajaran inilah, peran guru
dan siswa telah mengalami perubahan. Lebih lanjut M. Sobry Sutikno (2009:
33-34) menyatakan:
1) Peran guru telah berubah dari:
commit to user
xxx
b) Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.
2) Peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan, yaitu: a) Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam
proses pembelajaran.
b) Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagi pengetahuan.
c) Dari pembelajaran sebagai aktivitas individual menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
Dalam kegiatan proses pembelajaran siswa lebih dominan atau berperan
aktif. Siswa harus selalu berpartisipasi aktif, menghasilkan berbagai macam
pengetahuan dan harus mampu bekerjasama dengan siswa lainnya. Sedangkan
guru bertindak sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk
dipelajari siswa. Menurut Wina Sanjaya (2006: 79) terdapat beberapa karakteristik
penting dari istilah pembelajaran yaitu:
1) Pembelajaran berarti membelajarkan siswa.
Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, tetapi diukur sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian guru tidak lahi berperan hanya sebagai sumber belajar, tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. Inilah makna proses pembelajaran berpusat pada siswa (student oriented). Siswa tidak dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, materi apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya tidak semata-mata ditentukan oleh keinginan guru, tetapi memperhatikan setiap perbedaan.
2) Proses pembelajaran berlangsung di mana saja
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran.
3) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan
commit to user
xxxi
tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai dapat membentuk pola perilaku siswa sendiri. Untuk itulah metode dan strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode ceramah, tetapi menggunakan berbagai metode, seperti diskusi, penugasan, kunjungan ke objek-objek tertentu dan lain sebagainya.
Berdasarkan pengertian pembelajaran dan karakteristik dari pembelajaran
dapat disimpulkan, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh
guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan atau nilai
yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,
pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran itu dikembangkan melalui pola pembelajaran yang menggambarkan
kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pendidik sebagai sumber belajar, penentu metode belajar, dan juga penilai
kemajuan belajar.
b. Komponen-Komponen Pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar akan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan
dapat tercapai tidak terlepas dari beberapa komponen yang terlibat di dalamnya.
Karena pembelajaran merupakan proses, maka harus dapat mengembangkan dan
menjawab beberapa persoalan yang mendasar mengenai kemana proses akan
diarahkan, apa yang harus dibahas dalam proses tersebut, bagaimana cara
melakukannya dan bagaimana mengetahui berhasil tidaknya proses tersebut. Hal
ini artinya, dalam kegiatan pembelajaran harus mengetahui komponen-komponen
yang terlibat di dalamnya. Muhammad Ali (2004: 4) menyatakan, “Komponen
-komponen dalam kegiatan belajar mengajar dikelompokkan ke dalam tiga
kategori yaitu (1) guru, (2) isi atau materi pelajaran dan (3) siswa”. H.J. Gino
dkk., (1998: 30) berpendapat, “Komponen-komponen dalam suatu kegiatan
pembelajaran yaitu: siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media dan
evaluasi”. Sedangkan Nana Sudjana (2005: 30) menggambarkan skematis
commit to user
xxxii
Gambar 2. Bagan Komponen-Komponen Pembelajaran (Nana Sudjana, 2005: 30)
Komponen-komponen pembelajaran tersebut pada prinsipnya saling
berkaitan antara yang satu dengan lainnya. Hal senada tentang
komponen-komponen pembelajaran dikemukakan. M. Sobry Sutikno (2009: 35-40) bahwa,
“Komponen pembelajaran meliputi beberapa aspek yaitu: “(1) Tujuan
pembelajaran, (2) materi pelajaran, (3) kegiatan pembelajaran, (4) metode, (5)
media, (6) sumber belajar dan, (7) evaluasi”. Untuk lebih jelasnya komponen
-komponen pembelajaran diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan kemampuan-kemampuan
yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Dengan
kata lain, tujuan pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari
pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran mempunyai jenjang dari yang
luas atau umum sampai kepada yang sempit atau khusus. Semua tujuan itu
berhubungan antara satu dengan yang lainnya, dan tujuan di atasnya. Bila tujuan
terendah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya tidak tercapai pula. Oleh karena
itu, aspek tujuan pembelajaran merupakan faktor utama yang harus dirumuskan
secara jelas dan spesifik, karena akan menentukan arah pembelajaran.
Tujuan-tujuan pembelajaran harus berpusat pada perubahan perilaku siswa yang
diinginkan, dan karenanya harus dirumuskan secara operasional, dapat diukur dan
dapat diamati ketercapaiannya. Tujuan
Metode dan alat
commit to user
xxxiii
2) Materi Pelajaran
Materi pelajaran merupakan unsur belajar yang penting mendapat
perhatian oleh guru. Materi pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dikonsumsi oleh siswa. Oleh karena itu, penentuan materi
pelajaran harus berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, misalnya berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap dan pengalaman lainnya. Materi pelajaran yang
diterima siswa harus mampu merespons setiap perubahan dan mengantisipasi
setiap perkembangan yang akan terjadi di masa depan. Nana Sudjana (2005: 69)
menyatakan, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan materi
pelajaran sebagai berikut:
1) Bahan pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan.
2) Materi pelajaran yang ditulis dalam perencaan pembelajaran terbatas pada konsep saja, atau berbentuk garis besar bahan pelajaran tidak pula diuraikan terinci.
3) Menetapkan materi pelajaran harus serasi dengan urutan tujuan.
4) Urutan materi pelajaran hendaknya memperhatikan kesinambungan (kontinuitas).
5) Materi pelajaran disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang kongkret menuju yang abstrak. Dengan cara ini siswa akan mudah memahaminya.
6) Sifat materi pelajaran ada yang faktual dan ada yang konseptual.
Untuk menetapkan materi pelajaran hendaknya harus selalu berpedoman
pada tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, merumuskan tujuan pembelajaran
pada awal pembelajaran sangat penting agar pembelajaran dapat berjalan dengan
baik.
3) Kegiatan Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam interaksi
dengan materi pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu siswalah yang
lebih aktif, bukan guru. Keaktifan siswa tentu mencakup kegiatan fisik dan
mental, individual dan kelompok. Interaksi dikatakan maksimal bila terjadi antara
guru dengan semua siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa
dengan materi pelajaran dan media pembelajaran, bahkan siswa dengan sendirinya
commit to user
xxxiv
bersama. Agar memperoleh hasil belajar yang optimal, hendaknya guru
memperhatikan perbedaan individual siswa, baik aspek biologis, intelektual dan
psikologis. Ketiga aspek ini diharapkan memberikan informasi pada guru bahwa,
setiap siswa dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, sekalipun dalam tempo
yang berlainan. Guru harus mampu membangun suasana belajar yang kondusif,
sehingga siswa mampu belajar mandiri. Guru juga harus mampu menjadikan
proses pembelajaran sebagai salah satu sumber yang penting dalam kegiatan
eksplorasi.
4) Metode
Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, metode diperlukan oleh guru
dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Nana Sudjana (2005: 77-89) metode pembelajaran terdiri dari:
1) Metode ceramah 2) Metode tanya jawab 3) Metode diskusi
4) Metode tugas belajar dan resitasi 5) Metode kerja kelompok
6) Metode demonstrasi dan eksperimen 7) Metode sosio drama (role-playing) 8) Metode problem solving
9) Metode sistem regu (team taching) 10)Metode latihan (drill)
11)Metode keryawisata (field trip)
12)Metode resource person (manusia sumber) 13)Metode masyarakat
14)Metode simulasi
Menguasai dan memahami metode-metode pembelajaran tersebut sangat
penting bagi seorang guru. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan, maka dalam pelaksanaan pembelajaran dapat diterapkan
commit to user
xxxv
5) Media
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Berkaitan dengan media pembelajaran,
Muhammad Ali 2004: 88) menyatakan, “Media pengajaran merupakan bagian
integral dalam sistem pengajaran. Banyak media pengajaran yang dapat
digunakan. Penggunaannya meliputi manfaat yang banyak pula. Penggunaan
media harus didasarkan kepada pemilihan yang tepat, sehingga dapat
memperbesar arti dan fungsi dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses
belajar dan mengajar”.
Pendapat tersebut menujukkan, penggunaan media atau alat dalam
pembelajaran sangat penting. Penggunaan media atau alat yang tepat sesuai materi
pelajaran, maka akan memperbesar hasil belajar. Oleh karena itu, untuk
mndukung kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus memanfaatkan media
pembelajaran yang tepat.
6) Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan
sebagai tempat dimana materi pelajaran terdapat. Menurut M. Sobry Sutikno
(2009: 39) bahwa, “Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber belajar yang direncanakan dan sumber belajar karena manfaat”.
Sumber belajar yang direncanakan adalah semua sumber yang secara
khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem pembelajaran untuk
memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sedangkan sumber
belajar karena dimanfaatkan adalah sumber-sumber yang tidak secara khusus
didesain untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, diaplikasikan
dan digunakan untuk keperluan belajar.
7) Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai
dari suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
commit to user
xxxvi
pembelajaran berfungsi (1) untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran.
(2) Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan
guru”.
Evaluasi merupakan aspek yang penting yang berguna untuk mengukur
dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai atau sampai mana
terdapat kemajuan belajar siswa dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Apakah tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai
atau tidak, apakah materi pelajaran yang telah diberikan dapat dikuasai atau tidak,
dan apakah penggunaan metode dan alat pembelajaran tepat atau tidak.
c. Model Pembelajaran Penjasorkes
Model pembelajaran telah dilakukan sejak dahulu pada tahun 1950-an
yang dilakukan oleh peneliti dari Amerika Serikat yaitu Marc Belth. Marc Belth
kemudian mendorong ahli-ahli pendidikan di antaranya Joyce dan Weil untuk
melakukan penelitian tentang model pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil yang
dikutip Suharno dkk., (1998: 25-26) bahwa, “Model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (suatu
rencana pembelajaran jangka panjang) merancang bahan-bahan pembelajaran dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Menurut Nurulwati yang
dikutip Trianto (2007: 5) bahwa, “Maksud dari model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi guru perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Pendapat lain dikemukakan
Syaiful Sagala (2005: 176) bahwa:
Model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka koseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu pola atau
commit to user
xxxvii
pembelajaran ini dibutuhkan perangkat-perangkat yang mendukung kegiatan
pembelajaran. Dengan pola pembelajaran yang baik dan didukung
perangkat-perangkat pembelajaran yang baik dan ideal, maka memperbesar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan pelajaran lainnya. Pendidikan jasmani
merupakan pendidikan yang mengutamakan aktivitas gerak untuk
mengembangkan aspek-aspek yang ada dalam diri siswa untuk mendukung
pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Untuk membelajarkan
pendidikan jasmani yang tepat, perlu diterapkan model pembelajaran yang baik
dan tepat. Menurut Griffin, Mitchell dan Oslin (1997), Joyce, Well, dan Showers
(1992), Singer dan Dick (1980) dalam Kurikulum Penjas untuk Sekolah
Menengah Pertama (2004: 27-28) model pembelajaran yang sering digunakan
dalam pembelajaran pendidikan jasmani sebagai berikut:
1) Model pengetahuan keterampilan (knowledge skill aproach). Model pembelajaran ini memiliki dua metode yaitu ceramah (lecture) dan latihan (drill).
2) Model sosialisasi (socialization approach), berlandaskan pandangan bahwa, proses pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan keterampilan pribadi berkarya, keterampilan interaksi sosial. Model pembelajaran ini terdiri dari: model the social family, the information processing family, dan the professional skills.
3) Model personalisasi. Model ini berlandasakan atas pemikiran bahwa aktivitas jasmani dapat dipergunakan sebagai media untuk mengembangkan kualitas pribadi, model pembelajarannya yaitu: movement education (problem solving techniques).
4) Model belajar (learning approach). Model ini berupaya untuk mempengaruhi kemampuan dan proses belajar anak dengan metode terprogram (programmed instruction), Computer Assisted Instruction (CAI) dan model kreativitas dan pemecahan masalah (creativity and problem solving).
5) Model pembelajaran motorik (motor learning). Model ini mengajarkan aktivitas jasamni berdasarkan klasifikasi keterampilan dan teori proses informasi yang diterima. Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model part hwole methods dan modelling (demonstration). 6) Spektrum gaya mengajar. Spektrum dikembangkan berdasarkan
commit to user
xxxviii
(commad), latihan (practice), resiprokal (reciprocal), uji diri (self check), inklusi (inclusion), penemuan terbimbing (guided discovery), penemuan tunggal (convergen discovery), penemuan beragam (divergent production), program individu (individual program), inisiasi siswa (learner initiated), dan pengajaran diri (self teaching).
7) Model permainan taktis (tactical games approaches). Model ini mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak.
Dari model-model pembelajaran tersebut, seorang guru penjas dapat
menerapkannya dalam pembelajaran menurut kebutuhannya. Selain model-model
pembelajaran tersebut, seorang guru penjas harus selalu mengikuti perkembangan
dan kemajuan ilmu pengetahuan tentang model-model pembelajaran. Hal ini
karena, pengakajian tentang model-model pembelajaran selalu dilakukan oleh
praktisi-praktisi pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas
pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang dewasa ini sedang digalakkan
dalam proses pembelajaran yaitu pembelajaran model PAIKEM.
d. Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Guru Penjasorkes
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi guru pada dasarnya
merupakan tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga
dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Seorang guru harus
sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain
dan dalam melaksanakan tugasnya harus bersungguh-sungguh. Seorang guru
dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuannya, kemampuan dalam rangka
pelaksanaan tugas profesinya. Seorang guru harus peka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran, dan
pada masyarakat pada umumnya. Guru harus dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam pelaksanaan pengajaran sesuai
dengan tuntutan perkembangan jaman.
Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan diberbagai bidang merupakan
keharusan bagi seorang guru. Untuk itu seorang guru Penjasorkes harus memiliki
commit to user
xxxix
Berdasarkan tinjauan literatur dalam pendidikan jasmani sekurang-kurangnya terdapat 5 kompetensi guru pendidikan jasmani yaitu:
1) Pemahaman dan pengahayatan etika dan tindakan moral yang melandasi profesi dalam pendidikan jasmani, utamanya dalam pemberian perlakuan (misalnya, memberikan isntruksi, mengoreksi dan lain-lain) yang dapat dipertanggungjawabkan secara etik, termasuk nilai-nilai agama.
2) Penguasaan keterampilan gerak dan atau dasar-dasar keterampilan beberapa cabang olahraga, termasuk pengetahuan yang berkaitan dengan cabang atau aktivitas jasmani yang bersangkutan (misalnya, peraturan dan ketentuan khusus dalam cabang olahraga).
3) Penguasaan konsep dan teori dalam beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan yang bersifat integrative, sebagai landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga guna memfasilitasi proses pembelajaran, terutama disesuaikan dengan asas pentahapan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
4) Kompetensi dalam menerapkan kurikulum dalam konteks metode dan strategi umum atau khusus dalam pembelajaran, termasuk kompetensi dalam melaksanakan asesmen hasil belajar.
5) Komptensi sosial yang melibatkan keterampilan sosial, seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, kemampuan kerjasama dalam tim.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kompetensi yang
harus dimiliki seorang guru cukup komplek, baik secara umum maupun secara
spesifik sebagai guru pendidikan jasmani. Seorang guru yang memiliki
kompetensi sesuai dengan bidang studinya, maka akan mampu bekerja secara
maksimal. Kinerjanya menjadi lebih baik, karena mengetahui dan menguasainya
tugas dan tanggungjawab yang harus dilakukan sesuai dengan bidangnya.
Menurut Nana Sudjana (2005: 19) bahwa,
Kompetensi yang banyak berhubungan dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dikelompokkan ke dalam empat kemampuan yaitu: (1) Merencanakan program belajar mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin, (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar, (4) menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya/dibinannya.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kompetsni yang harus dimiliki
seorang guru Penjasorkes mencakup empat aspek yaitu: merencanakan program
pembelajaran, melaksanakan dan memimpin pembelajaran, menilai kemajuan
proses belajar mengajar dan menguasai bahan pelajaran sesuai dengan bidang
commit to user
xl
e. Pembelajaran yang Sukses
Mencapai hasil belajar yang maksimal yaitu terjadinya peningkatan
kemampuan atau keterampilan pada diri siwa sangat didambakan baik dari pihak
guru maupun siswa. Namun untuk menentukan indikator bagaimanakah
pembelajaran dapat dikatakan sukses atau berhasil tidaklah mudah. Untuk
mencapai pembelajaran yang sukses, maka perlu penerapan desain sistem
pembelajaran yang baik dan tepat. Menurut Heinich dkk (2005) yang dikutip
Benny A. Pribadi (2009: 19-21) mengemukakan, perspektif pembelajaran sukses
yang terdiri atas beberapa kriteria, yaitu:
1) Peran aktif siswa (active participation)
Proses belajar akan berlangsung efektif, jika siswa terlibat secara aktif dalam tugas-tugas yang bermakna, dan berinteraksi dengan materi pelajaran secara intensif. Keterlibatan mental siswa dalam melakukan proses belajar akan memperbesar kemungkinan terjadinya proses belajar dalam diri seseorang.
2) Latihan (practice)
Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki tingkat daya ingat atau retensi. Latihan juga dapat memperbaiki kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari. Tugas-tugas belajar berupa pemberian latihan akan dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.
3) Perbedaan individual (individual differences)
Setiap individu memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari individu yang lain. Setiap individu memiliki potensi yang perlu dikembangkan secara optimal. Dalam hal ini, tugas guru atau instruktur adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran yang berkualitas.
4) Umpan balik (feedback)
Umpan balik sangat diperlukan oleh siswa untuk mengetahui kemampuan dalam mempelajari materi pelajaran yang benar. Umpan balik dapat diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang hasil belajar (learning outcomes) yang telah dicapai siswa setelah menempuh program dan aktivitas pembelajaran. Informasi dan pengetahuan tentang hasil belajar akan memacu seseorang untuk berprestasi lebih baik lagi.
5) Konteks nyata (realitic context)
commit to user
xli 6) Interaksi sosial (social interaction)
Interaksi sosial sangat diperlukan oleh siswa agar dapat memperoleh dukungan sosial dalam belajar. Interaksi yang berkesinambungan dengan sejawat atau sesama siswa memungkinkan siswa untuk melakukan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang sedang dipelajari.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, pembelajaran yang sukses
apabila siswa berperan aktif, diberikan latihan, memahami perbedaan individu,
adanya umpan balik, ada konmteks yang nyata dan adanya interaksi sosial antar
siswa. Untuk mencapai pembelajaran yang sukses, maka hal-hal seperti di atas
harus diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Pembelajaran Model PAIKEM
a. Pengertian PAIKEM
PAIKEM (Pembelajaran Akktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) merupakan salah satu model pembelajaran yang baru
dikembangkan di Indonesia pada saat ini. PAIKEM pada awalnya berasal dari
model pembelajaran PAKEM. Selanjutnya melalui pengkajian oleh para ahli ilmu
pengetahuan dijadikan atau dirubah dengan nama PAIKEM. PAIKEM lahir dari
pengkajian pembelajaran aktif, dimana pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student oriented). Dasim Budimansyah dkk., (2009: 7) menyatakan:
Pembelajaran aktif (active learning) merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang dinilai memang dapat:
1) Menciptakan ketertarikan bagi siswa (creating exicitement in the classroom).
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berfikir dan bekerja (getting students to think and work).
Dari model pembelajaran PAKEM inilah dilakukan pengkajian lebih
dalam lagi hingga dirubah atau ditambah menjadi model pembelajaran PAIKEM.
PAIKEM memiliki kepanjangan yaitu: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan. (htt://tarmizi.wordpress.com/2010/14/05). Model
pembelajaran PAIKEM merupakan salah satu usaha mendorong terus
commit to user
xlii
berorientasi kepada siswa sebagai subjek belajar dan efektif hasilnya. Maksud dari
masing-masing kata tersebut menurut Madyo Ekosusilo (2007: 2) yaitu:
1) Aktif yaitu guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan pendapat/gagasan.
2) Inovatif yaitu guru harus menciptakan kondisi belajar dan kegiatan pembelajaran yang baru sesuai dengan tuntutan dan perkembangan pendidikan.
3) Kreatif yaitu guru menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
4) Efektif yaitu pembelajaran harus dapat mencapai tujuan/kompetensi yang ditetapkan.
5) Menyenangkan yaitu guru harus mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada apa yang sedang dipelajari.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk mandiri dan aktif
dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan guru bertugas sebagai monitoring dan
fasilitator. Setiap kegiatan yang dilakukan siswa selalu dipantau oleh guru, dan
setiap kesulitan yang dihadapi siswa guru memberi solusi atau jalan keluarnya.
Lebih lanjut Madyo Ekosusilo (2007: 3) menyatakan:
1) PAIKEM dari segi guru yaitu: (1) Aktif:
(a) Memantau kegiatan belajar siswa. (b) Memberi umpan balik.
(c) Mengajukan pertanyaan yang menantang. (d) Mempertanyakan gagasan siswa
(2) Inovatif:
(a) Menciptakan hal-hal yang baru dalam pembelajaran yang baru. (3) Kreatif:
(a) Mengembangkan kegiatan yang beragam. (b) Membuat alat bantu belajar sederhana. (4) Efektif:
commit to user
(c) Mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya. (2) Inovatif:
(a) Berusaha menemukan hal-hal yang baru. (3) Kreatif:
(a) Merancang/membuat sesuatu. (b) Menulis/mengarang.
(4) Efektif:
(a) Menguasai keterampilan yang diperlukan. (5) Menyenangkan:
(a) Membuat anak berani: (b) Mencoba/berbuat (c) Bertanya
(d) Mengemukakan pendapat/gagasan (e) Mempertanyakan gagasan orang lain.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, PAIKEM dilihat dari guru
dan siswa merupakan hubungan timbal balik. Guru berusaha merancang dan
mengorganisasi pembelajaran sebaik mungkin, sedangkan siswa harus aktif dalam
mengikuti pembelajaran. Dengan kata lain, antara guru dan siswa terjalin
koordinasi pembelajaran yang interaktif dan setiap kegiatan yang dilakukan siswa
selalu dipantau oleh guru.
b. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran
Munculnya model pembelajaran PAIKEM melalui proses dan pengkajian
dari para ahli yang cukup lama. Dasim Budimansyah dkk., (2009: 72)
menyatakan:
PAIKEM berasal dari akronim PAKEM. Sementara PAIKEM adalah PAKEM yang ditambah dengan satu ciri pengembangan dari pembelajaran kreatif, yakni pembelajaran inovatif. Dari program MBE (Managing Basic Education) selalu mengkaitkan antara PAKEM dengan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan PSM (Peran Serta Masyarakat). Ketiganya dipandang sebagai tiga unsur dalam satu kesatuan (three in one) program MBE.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam kegiatan