• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI Variasi Pengaturan Tempat Duduk Siswa Dalam Upaya Meningkatkan Minat Dan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV Di SD Negeri 1 Sawahan Tahun Ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LANDASAN TEORI Variasi Pengaturan Tempat Duduk Siswa Dalam Upaya Meningkatkan Minat Dan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV Di SD Negeri 1 Sawahan Tahun Ajaran 2014/2015."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

6 A. Kajian Teori

Pembahasan teori yang akan diuraikan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Pengaturan Tempat Duduk

a. Pengertian Pengaturan Tempat Duduk

Menurut Sidi (Asmani, 2010:117) “pengaturan tempat duduk dalam pembelajaran lebih bervariasi, termasuk kerja kelompok, kerja perorangan, dan klasikal”.

Pengaturan atau penataan tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas. Dengan penataan tempat duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan kondisi belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa. Penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Lebih jauh, diketahui bahwa tempat duduk berpengaruh jumlah terhadap waktu yang digunakan siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

(2)

b. Jenis-jenis Pengaturan atau Penataan Tempat Duduk

Pengaturan tempat duduk terdiri dari bemacam-macam jenis. Silberman (2001:13) menunjukkan “penataan tempat duduk siswa yang dapat dipilih dalam proses pembelajaran adalah: model huruf U, corak tim, meja konferensi, lingkaran, susunan chevron, auditorium, dan model tradisional”.

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing jenis pengaturan tempat duduk:

1) Huruf U

Gambar 2.1. Tempat Duduk Model Huruf U

Formasi kelas bentuk huruf U sangat menarik dan mampu mengaktifkan para siswa, sehingga mampu membuat mereka antusias untuk mengikuti pelajaran. Dalam hal ini guru adalah orang yang paling aktif dengan bergerak dinamis ke segala arah dan langsung berinteraksi secara langsung, sehingga akan mendapatkan respon dari pendidik secara langsung.

2) Corak Tim

(3)

Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau oblong di ruang tengah kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursi melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru atau papan tulis.

3) Meja Konferensi

Gambar 2.3. Tempat Duduk Model Meja Konferensi

Formasi konferensi sangat bagus digunakan dalam metode debat saat membahas suatu permasalahan yang dilontarkan oleh pendidik, kemudian membiarkan para siswa secara bebas mengemukakan berbagai pendapat mereka. Dengan begitu akan didapatkan sebuah kesimpulan atau bahkan dapat memunculkan permasalahan baru yang bisa dibahas lagi pada pertemuan berikutnya.

4) Lingkaran

(4)

Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung. Model lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok penuh.

5) Susunan Chevron

Gambar 2.5. Tempat Duduk Model Susunan Chevron

Bentuk chevron mungkin bisa sangat membantu dalam usaha mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran di kelas. Formasi ini memberikan sudut pandang baru bagi siswa, sehingga mereka mampu menjalani proses belajar-mengajar dengan antusias, menyenangkan, dan terfokus.

6) Auditorium

(5)

Formasi auditorium merupakan tawaran alternatif dalam menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional). Jika tempat duduk sebuah kelas dapat dengan mudah dipindah-pindahkan, maka guru dapat membuat bentuk pembelajaran ala auditorium untuk membentuk hubungan yang lebih erat, sehingga memudahkan siswa melihat guru.

7) Tradisional

Gambar 2.7. Tempat Duduk Model Tradisional

Formasi Tradisional adalah formasi yang biasa kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Namun, model ini sangat memiliki keterbatasan yaitu pandangan teman yang berada di kelas terutama di belakang sering terganggu. Mobilitas siswa juga tidak bisa leluasa.

c. Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Jenis Pengaturan atau Penataan Tempat Duduk

1) Huruf U

Kelebihan : guru dapat menjangkau seluruh peserta didik sehingga pembelajaran dapat maksimal.

(6)

2) Corak Tim

Kelebihan : memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Siswa juga dapat mendiskusikan masalah belajarnya dengan siswa satu kelompoknya dan dapat memaksimalkan kegiatan belajarnya dengan baik.

Kekurangan : kondisi kelas biasanya ramai dan materi yang disampaikan tidak dapat disampaikan secara maksimal dalam kondisi kelas yang demikian. 3) Meja Konferensi

Kelebihan : menjadikan mudah permasalahan yang dianggap berat atau sulit karena didiskusikan secara bersama. Kekurangan : dapat mengurangi peran penting siswa.

4) Lingkaran

Kelebihan : sistem ini dapat menyelesaikan permasalahan kelompok secara bersama dengan peserta didik yang jumlahnya banyak, dapat menjadikan mudah permasalahan yang dianggap berat atau sulit.

Kekurangan : pembelajaran kurang efektif dalam penerimaan dan pemberian tugas, karena siswa umumnya lebih suka bermain.

5) Susunan Chevron

Kelebihan : mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pendangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran.

Kekurangan : - 6) Auditorium

(7)

7) Tradisional

Kelebihan : siswa mampu di jangkau oleh pandangan guru, kelas tampak ledih teratur dan rapi, serta guru dapat mengawasi dari depan.

Kekurangan : guru biasanya kurang memperhatikan siswa yang ada di belakang. Siswa yang tempat duduknya di belakang tidak dapat menerima pelajaran secara maksimal.

d. Tujuan Pengaturan Tempat Duduk

Menurut Hamid (2011:126) pengaturan bangku atau tempat duduk dilakukan untuk memenuhi empat tujuan pembelajaran, yaitu:

1) Aksesibilitas yang membuat siswa mudah menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedia.

2) Mobilitas yang membuat siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas.

3) Interaksi yang memudahkan terjadinya komunikasi antara guru, siswa, maupun antarsiswa.

4) Variasi kerja siswa yang memungkinkan siswa bekerja sama secara perorangan, berpasangan, atau berkelompok.

2. Minat

a. Pengertian Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal dan aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2010:180).

Menurut Djaali (2007:122) “minat adalah perasaan yang ingin tahu,

mempelajari, mengagumi, atau memiliki sesuatu”. Sedangkan menurut

Rahman (2004:262) “minat adalah kecenderungan untuk memberikan

(8)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu yang ingin dicapai.

b. Jenis-jenis Minat

Minat terdiri dari beberapa jenis. Menurut Djaali (2007:122) minat dibagi dalam enam jenis yaitu:

1) Realistis

Orang realistis umumnya mapan, kasar, praktis, berfisik kuat, dan sering sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang baik dan terampil. Akan tetapi ia kurang mampu menggunakan medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan orang lain.

2) Investigative

Orang investigative termasuk orang yang berorientasi keilmuan. Mereka umumnya berorientasi pada tugas, introspektif, dan asosial, lebih menyukai memikirkan sesuatu daripada melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami alam, menyukai tugas-tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka bekerja sendirian, kurang pemahaman dalam kepemimpinan akademik dan intelektualnya, menyatakan diri sendiri sebagai analisis, selalu ingin tahu, bebas dan bersyarat, dan kurang menyukai pekerjaan yang berulang.

3) Artistik

Orang artistik menyukai hal-hal yang tidak terstruktur, bebas, memiliki kesempatan bereaksi, sangat membutuhkan suasana yang dapat mengekspresikan sesuatu secara individual, sangat kreatif dalam bidang seni dan musik.

4) Sosial

Tipe ini sangat dapat bertanggung jawab, berkemanusiaan, dan sering alim, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat perhatian kelompok, memiliki kemampuan verbal, terampil bergaul, menghindari pemecahan masalah secara intelektual, suka memecahkan masalah yang ada kaitannya dengan perasaan, menyukai kegiatan menginformasikan, melatih dan mengaja

5) Enterprising

Tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain, memiliki keterampilan verbal untuk berdagang, memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya diri, dan umumnya sangat aktif.

6) Konvensional

(9)

berhubungan dengan angka, sangat efektif menyelesaikan tugas yang berstruktur tetapi patuh, praktis, senang, tertib, efisien, mereka mengidentifikasi dengan kekuasaan dan materi.

c. Faktor yang Menimbulkan Minat

Crow dan Crow (Rahman, 2004:264), berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu:

1) Dorongan dari dalam diri individu

Misal dorongan untuk makan, ingin tahu, dan seks. Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan lain-lain. Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan penelitian, dan lain-lain. Dorongan untuk seks akan membangkitkan minat untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis, minat terhadap pakaian dan kosmetik, dan lain-lain. 2) Motif sosial

Dapat menjadi faktor yang dapat membangkitkan minat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian timbul karena ingin mendapat persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain. Minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat. 3) Faktor emosional

Minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut. d. Indikator Minat Belajar

(10)

Seperti halnya menurut pendapat Sujanto (2004:92) “minat yaitu sebagai sesuatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan tergantung dari bakat dan lingkungannya”.

Menurut Slameto (2007:180) “minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”.

Selain itu menurut Djamarah (2008:132) mengungkapkan bahwa minat dapat diekpresikan anak didik melalui:

1) Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya, 2) Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan yang diminati, serta

3) Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diketahui ciri-ciri/indikator adanya minat pada seseorang dari beberapa hal, antara lain:

1) Adanya perasaan senang. 2) Adanya rasa ketertarikan. 3) Adanya peningkatan perhatian. 4) Adanya pemusatan perhatian.

5) Adanya aktivitas serta keterlibatan secara aktif pada kegiatan tersebut yang merupakan akibat dari rasa senang dan perhatian.

Indikator minat belajar siswa pada penelitian ini sebagai berikut: 1) Siswa merasa lebih senang belajar IPA di kelas.

2) Siswa tertarik belajar IPA dengan menggunakan berbagai variasi pengaturan tempat duduk.

3) Siswa lebih memperhatikan pelajaran daripada yang lain. 4) Siswa selalu memusatkan perhatian kepada guru.

(11)

3. Motivasi

a. Pengertian motivasi

Menurut Sutikno (Asmani, 2010:175) motivasi berpangkal dari

kata “motif”, yang dapat diartikan sebagai “daya penggerak yang ada

dalam diri seseorang, untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi tercapainya suatu tujuan”. Menurut Donald (Asmani, 2010:175) “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Sedangkan menurut Davies (1987:214) motivasi ialah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita, yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu terhadap suatu tujuan.

b. Jenis-jenis motivasi

Motivasi terdiri dari beberapa jenis. Motivasi dibagi dalam dua jenis (Asmani, 2010:176) yaitu:

1) Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain. Dengan kata lain, motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul atas dasar kemauan sendiri.

2) Motivasi Ekstrinsik

(12)

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya. Siswa seperti ini membutuhkan motivasi ekstrinsik secara mutlak. Di sini tugas bai seorang guru, guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa, sehingga ia mau melakukan belajar. c. Indikator Motivasi Belajar

Indikator motivasi belajar menurut Suprijono (2010:163) adalah: 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan atau cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik.

Sedangkan menurut Sardiman (2003:81) indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas.

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa.

4) Lebih senang bekerja mandiri. 5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin. 6) Dapat mempertahankan pendapatnya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diketahui ciri-ciri/indikator adanya motivasi pada seseorang dari beberapa hal, antara lain:

1) Adanya kemauan untuk berbuat/belajar (semangat). 2) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

3) Keakifan dalam mengemukakan pendapat.

4) Tidak mudah putus asa apabila menghadapi kesulitan dalam belajar.

(13)

Indikator motivasi belajar siswa pada penelitian ini sebagai berikut:

1) Siswa memiliki kemauan yang besar atau antusias yang tinggi untuk belajar.

2) Siswa tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.

3) Siswa berani dan aktif dalam mengemukakan pendapatnya di kelas saat proses pembelajaran.

4) Siswa selalu berusaha untuk dapat lebih menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.

5) Siswa aktif bertanya kepada guru mengenai materi yang belum jelas.

4. Belajar

a. Pengertian belajar

Pada saat manusia lahir tidak tahu apa-apa, tidak bisa apa-apa dan juga tidak mengetahui bahwa dirinya tidak tahu apa-apa serta tidak bisa apa-apa. Tetapi manusia lahirnya pada umumnya memiliki potensi dan naluri yang diberikan oleh Allah untuk dapat tumbuh dan berkembang atas dukungan lingkungan menuju ke arah kedewasaan. Upaya menumbuhkan dan mengembangkan diri inilah terjadi apa yang disebut dengan proses belajar. Hal ini berarti bahwa setiap manusia mengalami proses belajar selama menjalani kehidupannya.

Menurut Hartini, dkk (2008:73) “belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan diperoleh pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan baru”. Sedangkan menurut Hamalik (2001:27) “belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.

(14)

b. Faktor-faktor Belajar

Aktifitas belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersifat mendukung maupun menghambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas belajar sangat kompleks sifatnya, tetapi dapat dipolakan kedalam dua jenis, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Surtikanti dan Santoso (2008:15) mengemukakan bahwa:

“Faktor internal adalah berbagai kondisi dinamis baik pisik maupun psikhis yang berasal dari dalam diri individu peserta didik sendiri. Selain faktor tersebut ada pendapat lain yang menambahkan dengan faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berada di luar kondisi peserta didik dengan berbagai karakteristiknya. Yang termasuk faktor eksternal diantaranya: faktor sekolah, faktor keluarga, dan faktor masyarakat. Sebagaimana dikemukakan di muka bahwa faktor-faktor tersebut bersifat dinamis, maksudnya adalah bahwa semua jenis faktor tersebut tidak statis yang pada suatu saat juga mengalami berbagai perkembangan”.

5. Ilmu Pengetahuan Alam

Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dipandang dari segi produk, proses, dan dari pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA tersebut (Sulistyorini, 2007:9).

Di bawah ini beberapa hal penting yang berhubungan dengan IPA di SD, yaitu sebagai berikut:

a. Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam

Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

(15)

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

b. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Kusnah (2012). Penelitiannya berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas I Dengan Variasi Penataan Kelas di SDIT Izzatul Islam Getasan Tahun Ajaran

2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya variasi penataan

(16)

belajar siswa yang dalam hal ini dapat dilihat dari meningkatnya minat, keaktifan serta hasil belajar atau nilai siswa. Dalam hal prestasi belajar atau nilai menunjukkan adanya peningkatkan yang ditunjukkan dalam prosentase rata-rata siklus I yaitu 23% untuk prestasi siswa, 80% untuk siklus II, dan 100% untuk prestasi belajar siswa pada siklus III.

2. Penelitian Sri Wiyanti (2010), yang berjudul “Variasi Penataan Kelas

Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD N 02 Lemahbang Kecamatan Jumapolo”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan penelitian telah tercapai, yang dibuktikan dengan pencapaian nilai siswa yaitu 94% siswa kelas IV SD Negeri 02 Lemahbang telah mencapai nilai diatas KKM. Peningkatan nilai siswa ini dipengaruhi oleh meningkatnya kreatifitas guru dalam mengelola kelasnya dan motivasi yang diberikan guru kepada siswanya. Pada siklus I prosentase guru dalam mengelola ruang, waktu, dan fasilitas belajar siswa mencapai 37,33 %, siklus II mencapai 69%, dan siklus III mencapai 81%.

3. Eris Khamdanah (2005). Penelitian ini dengan judul “Variasi Guru Dalam

(17)

Tabel 2.1.

Persamaan dan Perbedaan

Penelitian yang Relevan dengan Penelitian yang Akan Dilakukan

No. Nama Peneliti Judul Persamaan Perbedaan

(18)

Matematika SD

Salah satu upaya untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa di kelas yaitu dengan menggunakan variasi pengaturan tempat duduk. Pengaturan tempat duduk siswa divariasi dengan berbagai bentuk dan model dengan tujuan siswa tidak merasa bosan dengan bentuk tempat duduknya, tidak terlihat monoton, serta dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar.

(19)

meningkatkan minat dan motivasi belajar serta diikuti dengan pencapaian hasil belajar yang memuaskan.

Berdasarkan paparan yang diuraikan diatas, maka diperoleh alur kerangka berpikir dalam penelitian ini, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.8. Kerangka berpikir

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Penggunaan variasi pengaturan tempat duduk dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV A di SD Negeri 1 Sawahan.

2. Penggunaan variasi pengaturan tempat duduk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV A di SD Negeri 1 Sawahan.

1. Tempat duduk model tradisional. 2. Minat dan motivasi belajar rendah. 3. Hasil belajar siswa rendah.

Kondisi Awal

1. Membuat variasi model tempat duduk siswa.

2. Meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.

Tindakan

1. Minat dan motivasi belajar siswa meningkat.

(20)

3. Penggunaan variasi pengaturan tempat duduk dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV A di SD Negeri 1 Sawahan.

Gambar

Gambar 2.2. Tempat Duduk Model Corak Tim
Gambar 2.3. Tempat Duduk Model Meja Konferensi
Gambar 2.5. Tempat Duduk Model Susunan Chevron
Gambar 2.7. Tempat Duduk Model Tradisional
+2

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linear ganda, uji keberartian regresi linear ganda (uji F) dan uji keberartian

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) meningkatkan keaktifan siswa dalam menulis kreatif puisi dengan model Bengkel Sastra pada siswa kelas VII A SMP Negeri

The purpose of the Faculties of Public Health project is to assist the Government of Indonesia to expand and regionalize public health education and research

WOMEN’S ROLE IN JHON LEE HANCOCK’S THE BLIND SIDE (2009) MOVIE: A FEMINIST PERSPECTIVE RESEARCH PAPER. SCHOOL OF TEACHING TRAINING AND EDUCATION MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF

improve local government capacity in the basin to plan and manage. integrated rural

Ganesa 10, Bandung 40132; 2 Center for Atomic, Molecular and Surface Physics, Murdoch University, Perth 6150, Western Australia; 3.. Physics Department, Faculty of Matematical

proses pembelajaran sehingga siswa akan lebih memahami materi matematika yang dipelajari dan menjadikan siswa cinta pada matematika, karena keberhasilan dalam pendidikan

Informan penelitian terdiri dari 4 narasumber, yaitu narasumber utama dua orang penderita depresi yang melakukan percobaan bunuh diri, dan narasumber pendukung