• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DI KELAS VIII SMP NEGERI 22 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DI KELAS VIII SMP NEGERI 22 MEDAN."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DI KELAS VIII

SMP NEGERI 22 MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Cholizah Nasution

NIM: 8136171014

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

CHOLIZAH NASUTION. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Di Kelas VIII SMP Negeri 22 Medan. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Rendahnya kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah siswa disebabkan oleh pembelajaran selama ini belum mengkonstruk kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Adapun upaya yang dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan untuk: (1) peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa (2) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa (3) mengetahui aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek.

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMP Negeri 22 Medan. Subjek Penelitian kelas VIII-1 Tahun Pelajaran 2015/2016 sebanyak 40 orang. Objek pada penelitian ini adalah pembelajaran yang menerapkan model pembelajran berbasis proyek untuk mengetahui peningkatan aktivitas aktif, kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II terdiri dari 8 pertemuan.

Adapun hasil penelitian ini dapat dilihat dari (1) terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan pada siklus II meningkat menjadi 34 siswa dengan nilai rata-rata 73,19 (3) kadar aktifitas aktif siswa pada siklus I terdapat tiga dari sembilan kriteria pengamatan yang berada pada batas toleransi waktu, sedangkan pada siklus II terdapat tujuh dari sembilan kriteria pengamatan yang berada pada batas waktu toleransi.

(7)

ii

ABSTRACT

CHOLIZAH NASUTION. Efforts to Improve Creative Thinking Ability and Mathematical Problem Solving Ability Students Using Project Based Learning Model In Class VIII SMP Negeri 22 Medan. Thesis Mathematics Education Graduate Program, State University of Medan, 2015.

Low ability of creative thinking and problem solving skills of students due to the learning has not construct creative thinking skills and mathematical problem solving ability of students. As for the efforts is implementing project-based learning model that aims to: (1) increase the ability of creative thinking of students (2) improve students' mathematical problem solving (3) determine the activity of teachers in managing learning by using project based learning model.

This type of research is a classroom action research (PTK) which was held in SMP Negeri 22 Medan. Research Subjects VIII-1 in the school year 2015/2016 as many as 40 students. The object of this research is learning that applying prject based learning model to determine the increased activity of the active, creative thinking skills and mathematical problem solving ability of students. This study consisted of two cycles of the first cycle and the second cycle consists of 8 meetings.

The results of this study can be seen from (1) an increase in the ability to think creatively. This can be seen in the results of the average acquisition value in the first cycle was 64.69 about 28 students who have an increased ability to think creatively and on the second cycle increased to 33 students or 82.50% and (2) an increase in mathematical problem solving ability students. This can be seen in the results of the acquisition of the average - average value in the first cycle was 68.63% or 30 students has increased mathematical problem solving skills and the second cycle increased to 34 students with an average value of 73.19 (3) levels of activity active students in the first cycle, in the first cycle there are three of the nine criteria observations that are within the tolerance limits of time, on the second cycle there are seven of the nine criteria of observations that are on a time limit of tolerance.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberi rahmat, kesehatan dan hidayah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis yang berjudul “Upaya

Meningkatkan Kemampuan Berpikr Kreatif Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Di Kelas VIII SMP Negeri 22 Medan” disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Sejak mulai dari persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khusunya penulis sampaikan kepada :

(9)

iv

penulis, dan seluruh keluarga penulis yang telah memberikan doa, kasih sayang, pengorbanan, pengertiannya.

2. Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc., Ed., Ph.D dan Bapak Dr. Waminton Rajagukguk,M.Pd sebagai dosen pembimbing tesis yang telah banyak memberi bimbingan, saran serta motivasi kepada penulis sejak awal penyusunan proposal sampai terselesaikannya tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, S.E, M.Si, yang telah memberi kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd, Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd serta Ibu Dr. Ani Minarni, M.Si selaku narasumber yang telah memberi masukan dan saran dalam perbaikan tesis ini.

5. Direktur, Asisten I dan II beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang sudah memberikan ilmu pengetahuan yang tidak berhingga kepada penulis.

7. Ibu Dermawati, M.Pd selaku kepala SMP Negeri 22 Medan yang telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

(10)

v

Halimah Harahap, Sri Delina Lubis, Rahmadani, Vivi Sumanti Sinambela, Annajmi, Ade Rahman Matondang motivasi dan kebaikan kalian tidak akan terlupakan semoga menjadi kemudahan bagi kalian untuk sukses selalu.

9. Semua Pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah memberikan dukungan doa dan motivasi yang diberikan selama penyelesaian studi ini.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi mahasiswa di lingkungan program studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED dan memberikan inspirasi bagi MGMP Matematika khususnya Rumpun 17 untuk perbaikan pendidikan Matematika.

Medan, September 2015 Penulis,

(11)

vi 2.1. Macam – macam keterampilan dalam berpikir dalam matematika ... 18

2.2. Berpikr Kreatif ... 19

2.3. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 21

2.4. Defenisi Pembelajaran Berbasis Proyek 2.4.1 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek ... 34

2.4.2 Prinsip –prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek……….. 35

2.4.3 Ciri – ciri Pembelajaran Berbasis Proyek……….. 38

2.4.4 Kelebihan Pembelajaran Berbasis Proyek……….. 39

2.4.5 Langkah –langkah Pembelajaran Berbasis Proyek……… 40

2.4.4 Perbedaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Pembelajaran Tradisional ………..43

2.5. Materi Operasi Aljabar ... 44

2.6. Dukungan teoretik pembelajan berbasis Proyek... 50

2.7. Hipotesis Penelitian ... 57

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 58

3.2. Lokasi Penelitian ... 58

3.3. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian ... 59

3.4. Mekanisme dan Rangcangan Penelitian ... 59

3.4.1. Tahap Perencanaan ... 61

3.4.2. Tahap Pelaksanaan ... 63

3.4.3. Tahap Observasi ... 64

3.4.4. Tahap Refleksi ... 64

3.5. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 79

3.5.1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 79

(12)

vii

3.5.3. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 85

3.5.4. Lembar Pengamatan Guru Mengelola Pembelajaran... 87

3.6. Teknik Analisis Data ... 89

3.6.1. Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 89

3.6.2. Analisis Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 90

3.6.3. Analisis Data Aktivitas Aktif Siswa ... 92

3.6.4. Analisis Data Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 94

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 97

4.1 Deskripsi Hasil Tes awal Kemampuan Berpikir Keratif dan Pemecahan Masalah ... 97

4.2 Hasil PenelitianTindakan Siklus I ... 101

4.2.1 Perencanaan Tindakan Siklus I ... 102

4.2.5.1 Refleksi Terhadap Kinerja Siswa Dalam Memyelesaikan LKS ... 117

4.2.5.2 Refleksi Terhadap Aktivitas Belajar ... 118

4.2.5.3 Refleksi Terhadap Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran………. 119

4.2.5.4 Refleksi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif ... 122

4.3 Hasil Penelitian Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 123

(13)

viii

Guru ... 142

4.3.5.3 Refleksi Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah ... 143

4.3.5.4 Refleksi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 143

4.3.5.5 Refleksi Terhadap Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemapuan Pemecahan Masalah Matematis ... 145

4.3 Temuan Penelitian ... 146

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 147

4.4.1 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 148

4.4.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 149

4.4.3 Aktivitas Guru selama Pembelajaran ... 150

4.4.4 Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ... 151

4.6 Keterbatasan Penelitian ... 153

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 154

5.1 Kesimpulan ... 154

5.2 Saran ... 156

(14)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. KKM siswa SMP Negeri 22 Medan ... ... 4

2.1. Perbandingan Pembelajaran Tradisional dengan Pembelajaran Berbasis Proyek ... 44

3.1. Siklus Penelitian ... 71

3.2. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 76

3.3. Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 77

3.4. Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Kreatif ... 80

3.5. Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 80

3.6. Hasil Validasi instrumen THB I dan THB II Kemampuan Berpikir Kreatif ... 82

3.7. Hasil uji coba validasi Kemampuan Awal Berpikir Kreatif ... 80

3.8. Hasil Uji Coba Validasi Kemampuan Berpikir Kreatif ... 84

3.9. Validasi Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah ... 84

3.10. Nilai Ketuntasan Pengetahuan dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa ... 87

3.11. Nilai Ketuntasan Pengetahuan dan Keterampilan Pemecahan Masalah…91 3.12. Kadar Aktivitas Aktif Siswa ... 94

4.1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Awal Berpikir Kreatif ... 99

4.2. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Awal Pemecahan Masalah ... 100

4.3. Hasil Observasi Kemampuan guru Mengelola Pembelajaran Siklus 1 .. 106

4.4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 ... 108

4.5. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 113

4.6. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I ………. 115

4.7. Hasil Catatan Lapangan Pembelajaran Siklus 1 ... 116

4.8. Hasil Revisi Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Hasil refleksi Siklus I ... 124

4.9. Hasil Observasi aktivitas Guru Siklus 2 ... 130

4.10. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2 ... 136

4.11. Hasil tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus 2 ... 137

4.12. Catatan Lapangan Siklus 2 ... 141

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik

sebagai generasi penerus, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi

tumbuh kembangnya bangsa dan negara indonesia sepanjang zaman.

Dokumen kurikulum matematika terbaru secara internasional, pada

umumnya mempromosikan pendekatan berorientasi perubahan dan mengenalkan

pentingnya melibatkan para siswa dalam memanfaatkan matematika melalui suatu

proses yang termasuk di dalamnya adalah pemecahan masalah, penalaran dan

pembuktian, komunikasi, koneksi, dan representasi. Dalam silabus matematika

menyiratkan bahwa dalam pembelajaran matematika proses Working

Mathematically menyertakan lima proses yang saling berhubungan yaitu

questioning, applying strategies, communicating, reasoning and reflecting.

Sementara dalam Kurikulum Nasional juga tercantum bahwa standar kelulusan

siswa SMP untuk pelajaran matematika menunjukkan kemampuan berpikir logis,

kritis, kreatif dan inovatif, menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai

potensi yang dimilikinya, dan menunjukkan kemampuan menganalisis dan

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Munandar (1997: 3) menyatakan bahwa perhatian sekolah terhadap potensi

(16)

2

memperhatikan proses berpikir kreatif dalam pembelajarannya. Lebih lanjut

dikemukakan bahwa tingkat kreativitas anak-anak Indonesia berusia 10 tahun

(dengan jumlah sampel 50 anak di Jakarta) adalah yang terendah di antara anak-anak

seusianya dari 8 negara lainnya. Secara berturut-turut dari yang tertinggi sampai

yang terendah rata-rata skor tes kreativitasnya adalah: Filipina, Amerika Serikat,

Inggris, Jerman, India, RRC, Kamerun, Zulu, dan terakhir Indonesia. Padahal

menurut Silver (1997: 2) matematika sebagai domain intelektual berada pada

peringkat atas dari domain intelektual apapun, yang digolongkan sesuai dengan

tingkat di mana kreativitas jelas terlihat dalam disiplin yang berkaitan dengan

aktivitas matematika (Wardani:2009).

Oleh karena itu pembelajaran matematika memiliki sumbangan yang

penting untuk perkembangan kemampuan berpikir kreatif dalam diri setiap

individu siswa agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu

tujuan pembelajaran matematika adalah siswa memiliki kemampuan berpikir

kreatif. Kemampuan ini sangat diperlukan dalam kehidupan di era globalisasi dan

era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diwarnai dengan keadaan

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Berpikir kreatif merupakan sebuah proses yang bermuara pada penarikan

kesimpulan tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan kita

lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama adalah

mempertanyakan jawaban, fakta, atau informasi yang ada. Namun kenyataan

menunujukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa-siswa Indonesia khususnya

(17)

3

ditemukan bahwa dari 6 level kemampuan yang dirumuskan di dalam studi PISA,

hampir semua peserta didik Indonesia hanya mampu menguasai sampai level 3 saja,

sementara negara lain yang terlibat dalam studi ini banyak yang mencapai level 4, 5

dan 6. Dengan keyakinan bahwa semua manusia diciptakan sama, interpretasi yang

dapat diambil dari hasil studi ini hanya satu, yaitu bahwa yang kita ajarkan berbeda

dengan tuntutan zaman.

Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif seseorang ditunjukkan

melalui produk pemikiran atau kreativitas yang menghasilkan sesuatu yang “baru”.

Munandar (1999) menunjukkan indikasi berpikir kreatif dalam definisinya bahwa

“kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan menemukan

banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada

kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban”. Pengertian ini menunjukkan

bahwa kemampuan berpikir kreatif seseorang makin tinggi, jika ia mampu

menunjukkan banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah.

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus dilakukan secara inovatif.

Namun, mutu pendidikan belum menunjukkan hasil yang sebagaimana yang

diharapkan kenyataan ini terlihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa masih sangat

rendah, khususnya mata pelajaran matematika. Keluhan terhadap rendahnya hasil

belajar matematika siswa dari jenjang pendidikan terendah sekolah dasar sampai

perguruan tinggi tidak pernah hilang. Di SMP Negeri 22 Medan rendahnya hasil

(18)

4

Kriteria Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Hal ini bisa dilihat pada tabel Nilai

KKM Matematika siswa kelas VIII dibawah ini:

Kelas Agama PKN IPA IPS SBK B.IND B.

ING PJOK MM

VIII-1 75 72 75 72 80 75 72 78 65

VIII-2 75 72 75 72 80 75 72 78 65

VIII-3 75 72 75 72 80 75 72 78 65

VIII-4 75 72 75 72 80 75 72 78 65

VIII-5 75 72 75 72 80 75 72 78 65

VIII-6 75 72 75 72 80 75 72 78 65

Tabel 1.1 Nilai KKM Siswa SMP Negeri 22 Medan Tahun Pelajaran 2014/2015

Dari data tersebut terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa masih belum

mencapai yang diharapkan oleh kurikulum, yaitu 65 untuk rata-rata kelas, 15%

untuk daya serap dan 85% untuk ketuntasan belajar, (sumber: nilai raport siswa

tahun pelajaran 2014/2015).

Hal ini berbeda dengan kenyataan yang ditemui peneliti di SMP Negeri 22

Medan, dari hasil tes uji kemampuan awal menunjukkan bahwa kemampuan

berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan permasalahan masih rendah. Hal ini

terlihat dari pola jawaban siswa yang menunjukkan bahwa siswa belum mampu

menemukan, memformulasikan dan membuat suatu keputusan yang terdapat pada

suatu permasalahan. Jawaban permasalahan yang bervariasi memang sudah

menunjukkan bahwa siswa sebenarnya memiliki kemampuan elaborasi atau

kerincian dalam menyelesaikan masalah, namun belum mampu mengeksplorasi

jawaban mereka karena terbiasa dengan permasalahan yang berupa simbol – simbol

(19)

5

Ibu akan membagi – bagikan kue tart, seperempat bagian untuk ayah, seperempat bagian untuk nenek, dan sisanya dibagikan kepada ketiga anaknya. Berapa bagian yang diperoleh setiap anak?

Jawaban salah, siswa belum mampu memahami bahwa ½ kue yang tersisa dibagikan pada 3 anak lagi

Sudah mampu menuunjukkan fluency di awal pemyelesaian Ketika permasalahan diberikan berbentuk soal cerita dengan berbagai

alternatif jawaban, siswa yang mampu menyelesaikan dengan jawaban benar dan

menunjukkan kemampuan berpikir kreatif hanya 35% saja, sedangkan 20 % siswa

dari jawabannya sudah benar tetapi pada proses penyelesaian masalah masih belum

menunjukkan kelancaran. Sedangkan 45% siswa melakukan penyelesaian masalah

dengan pola – pola jawaban berikut:

(20)

6

Gambar 1.2 pola jawaban siswa yang menunjukkan siswa belum mampu berpikir kreatif

Soal di atas dapat yang menstimulasi berpikir kreatif siswa, karena disini

aspek tantangannya kuat sekali. Siswa diminta untuk membuat suatu keputusan

yang didasarkan pada ide individu ataupun pada pengalaman individu. Siswa harus

menganalisa situasi kemudian membuat keputusan. Sisa bagian kue yang telah

dibagikan kepada Ayah dan nenek akan dibagikan kepada ketiga anaknya, sehingga

berpa bagian yang akan diperoleh setiap anak. Siswa akan dengan sangat mudah

menyelesaikan masalah jika kita memberikan permasalahan dalam bentuk: 1− 1

4− 1 4

dan 1

2 : 3, daripada bentuk soal uraian cerita seperti diatas.

Melihat kurangnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa di SMP

Negeri 22 Medan saat ini beserta implikasinya, maka perlu diberikan perhatian

lebih pada kemampuan ini dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif

dalam pembelajaran matematika saat ini. Hal tersebut karena kemampuan berpikir

kreatif adalah kemampuan yang sangat penting dalam aktivitas pemecahan masalah Jawaban salah dan belum

menunjukkan kelancaran

(21)

7

yang merupakan aktivitas utama dalam matematika. Dalam kehidupan, tiap individu

senantiasa menghadapi masalah, dalam skala sempit maupun luas, sederhana

maupun kompleks.

Selain fakta di atas, ditemui juga bahwa dalam pembelajaran matematika

masih banyak guru matematika yang menganut paradigma transfer of knowledge.

Dalam hal ini interaksi dalam pembelajaran hanya terjadi satu arah yaitu dari guru

sebagai sumber informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Siswa tidak

diberikan banyak kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan

belajar-mengajar (KBM) di kelas, dengan kata lain pembelajaran lebih berpusat pada

guru, bukan pada siswa yang mengakibatkan terjadinya pembunuhan karakter yang

menjadikan siswa tidak berpikir kritis dan kreatif. Pembelajaran matematika yang

dilaksanakan dewasa ini orientasinya lebih kepada hasil dan bukan kepada proses.

Pada hakikatnya program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami

dan menguasai apa dan bagaimana sesuatu terjadi, tetapi juga memberi pemahaman

dan penguasaan tentang “ mengapa hal itu terjadi”. Berpijak pada permasalahan

tersebut, maka pembelajaran pemecahan masalah menjadi sangat penting untuk

diajarkan. Dan pada dasarnya tujuan akhir suatu pembelajaran adalah menghasilkan

siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah

yang dihadapi kelak di masyarakat. Untuk menghasilkan siswa yang memiliki

kompetensi yang handal dalam pemecahan masalah, maka diperlukan serangkaian

(22)

8

Ron adalah seekor katak. Ron memiliki lompatan yang paling hebat diantara katak – katak yang lain. Setiap Ron melompat memiliki jarak

yang sama. Ketika dia melompat 4 lompatan dan 8 langkah sama

dengan 52 langkah.

a. Berapa banyak langkah dalam 2 lompatan dan 4 langkah yang

dilakuakn Ron?

b. Berapa banyak langkah dalam lompatan Ron?

Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan masa

depannya. Para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemapuan pemecahan masalah

dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu

yang diajarkan (suharsono,1991). Persoalan tentang bagaimana mengajarkan

pemecahan masalah tidak akan pernah terselesaikan tanpa memperhatikan jenis

masalah yang ingin dipecahkan, saran dan bentuk program yang disiapkan untuk

mengajarkannya, serta variabel-variabel pembawaan siswa.

Dari hasil tes uji kemampuan awal dan wawancara yang dilakukan oleh guru,

siswa mengalami kesulitan ketika mengembangkan suatu informasi untuk

mengkonstruk pengetahuan yang mereka miliki terhadap masalah yang diajukan

serta perencanaan dalam penyelesaian langkah – langkah masalah tersebut. Salah

satu fakta yang menunjukkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa ditunjukkan pada salah satu soal pada saat tes kemampuan awal siswa berikut

ini:

Pada penyelesaian masalah diatas, siswa menunjukkan proses jawaban yang

(23)

9

Gambar 1.3 Pola jawaban Tes awal Kemampuan Pemecahan masalah Matematis

Sebanyak 25% siswa memiliki pola jawaban seperti dibawah ini, siswa

belum mampu memahami masalah dan melakukan perhitungan, hal ini terlihat dari

jawaban yang salah, tetapi mampu menujukkan penyelesaian yang berbeda.

Gambar 1.4 Pola jawaban Tes awal Kemampuan Pemecahan masalah Matematis siswa

Siswa yang menyelesaikan masalah dengan proses seperti dibawah ini adalah

sebanyak 45%, siswa ini sudah melakukan perhitungan dengan benar, tetapi masih

belum terampil dalam melakukan rencana penyelesaian.

Jawaban benar, tetapi belum mampu membuat rencana penyelesaian

Jawaban salah

(24)

10

Ganbar 1.5 Gambar 1.6

Pola jawaban siswa pada Tes awal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa

Dengan adanya permasalahan yang ditemukan diatas, peneliti ingin lebih

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek yang

akan melibatkan seluruh siswa sesuai dengan karakter dan kecerdasan mereka tanpa

merasa terpaksa melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan.

Jacqueline dan Matin Brooks (1993, 2001) mengeluh bahwa hanya sedikit

sekolah yang benar-benar mengajar siswa untuk berpikir secara kreatif. Dalam

pandangan mereka, sekolah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membuat

siswa agar memberikan jawaban yang benar dengan cara meniru daripada

mendorong siswa memperluas pemikiran mereka dengan membuat ide-ide baru,

menganalisis, menyimpulkan, menghubungkan, menyintesis, mengkritik, membuat,

mengevaluasi dan mengumpul dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan

pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek

(25)

11

Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang menggunakan

masalah sebagai langkah awal dalam kompleks yang diperlukan peserta didik dalam

melakukan investigasi dan memahaminya. Model ini juga memberikan kesempatan

kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja

proyek. Melalui pembelajaran kerja proyek, kreatifitas siswa akan meningkat

karena dipandang sebagai bentuk open-ended contextual activity based learning,

dan merupakan bagian dari proses pembelajaran yang memberi penekanan kuat pada

pemecahan masalah sebagai suatu usaha kolaboratif, yang dilakukan dalam proses

pemebelajaran pada periode tertentu.

Menyikapi masalah-masalah yang timbul dalam pendidikan matematika, dan

harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika, maka diperlukan upaya

yang inovatif untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika

melalui perbaikan proses pembelajaran. Salah satunya adalah menerapkan model

pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan

pemecahan masalah siswa sekaligus. Untuk itu, penulis mencoba menerapkan

model pembelajaran berbasis proyek guna meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif siswa dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP Negeri 22

Medan. Model pembelajaran berbasis proyek biasanya dilakukan oleh guru mata

pelajaran IPA dan belum pernah ada dilakukan penelitian dengan menggunakan

model pembelajaran untuk pelajaran Matematika.

Jenis penelitian yang akan dibuat peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Sesuai dengan Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi

(26)

12

bahwa guru harus melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas

pembelajaran. Selanjutnya dijabarkan pada butir 10.3 yakni dengan melakukan

penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata

pelajaran yang diampu. Hal tersebut ditegaskan kembali pada kompetensi

profesional poin 23 yang menyebutkan bahwa guru harus mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Hal ini

berarti bahwa kompetensi guru dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) adalah tuntutan sekaligus kebutuhan dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran dan keprofesionalannya.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Berbasis Proyek di Kelas VIII SMP Negeri 22 Medan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan beberapa

identifikasi masalah, yaitu :

1. Kriteria Ketuntasan Minimal pada pelajaran Matematika masih rendah

2. Kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah.

4. Penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh guru belum sesuai

(27)

13

5. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dalam bentuk soal cerita

masih rendah

6. Guru belum pernah menggunakan model pembelajara berbasis proyek

7. Aktivitas aktif siswa belum berada pada interval batas toleransi pencapaian

waktu efektif.

1.3 Batasan Masalah

Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas dan

kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka penulis

membatasi masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah.

3. Aktivitas aktif siswa belum berada pada interval batas toleransi pencapaian

waktu efektif.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang

dikaji dalam penelitian adalah “Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif

dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 22

Medan dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Proyek. Rumusan

masalah tersebut dijabarkan dalam beberapa sub rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan

(28)

14

2. Bagaimana meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Proyek?

3. Bagaimana kadar aktivitas aktif siswa selama pembelajaran dengan

menggunakan model Pembelajaran Berbasis Proyek.?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam

hal ini adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan

menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Proyek.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Proyek.

3. Untuk mengetahui aktivitas aktif siswa selama pembelajaran dengan

menggunakan model Pembelajaran Berbasis Proyek pada materi Operasi

Aljabar.

1.6 Manfaat Penelitian

Sebagai penelitian tindakan kelas, penelitian ini memberi manfaat

konseptual. Utamanya kepada pembelajaran di SMP Negeri 22 Medan, antara lain

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pembalajaran

(29)

15

masalah siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan bagaimana

Pelaksanaan Pembelajaran

Manfaat Praktis a. Bagi Guru

 Dapat digunakan sebagai masukan untuk menyelenggarakan

pembelajaran aktif

 Penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan kepada

rekan-rekan guru MGMP Matematika atau untuk rekan-rekan guru bidang studi

yang lain sebagai pertimbangan dalam meningkatkankan

profesionalisme sebagai guru.

b. Bagi Siswa

 Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah

matematika siswa disetiap mengikuti pelajaran matematika

khususnya

 Menciptakan kreatifitas siswa dalam berinovasi menciptakan suatu

produk pembelajaran

c. Bagi Peneliti

 Penelitian memberikan pengalaman langsung kepada penulisi untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah

siswa dikelas peneliti.

 Memotivasi penulis untuk terus berinovasi dalam pendidikan demi

(30)

16

1.7 Defenisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap beberapa variabel yang

digunakan dalam penelitian ini sehingga tidak terjadi perbedaan penafsiran maka

akan dijelaskan pengertian dari variabel-variabel itu:

1. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir secara bervariasi

dan memiliki bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu

persoalan yang melibatkan dimensi kreativitas, yakni:

a. Kelancaran (fluency)

b. Keluwesan atau fleksibilitas (flexibility)

c. Kerincian atau elaborasi (elaboration)

d. Orisinalitas atau kepekaan (originality)

2. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan siswa

dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses

menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah,

yaitu:

a. Memahami masalah.

b. Membuat rencana penyelesaian

c. Melakukan perhitungan

d. Memeriksa kembali kebenaran jawaban

3. Pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran dengan menggunakan

tugas proyek sebagai metode pembelajaran. Para peserta didik bekerja

(31)

17

produk secara nyata atau realistis. Prinsip yang mendasari pada pembelajaran

berbasis proyek adalah:

a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas

projek pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.

b. Tugas projek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu

tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.

c. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan

produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan

tema/topik yang disusun dalam bentuk produk ( laporan atau hasil karya).

Produk tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan

dan umpan balik untuk perbaikan

4. Langkah – langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek:

a) Penentuan Proyek

b) Perancangan langkah – langkah penyelesaian proyek

c) Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek

d) Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru

e) Penyusunan laporan dan presentasi/ publikasi hasil proyek

(32)

154 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan dapat diambil kesimpulan yang berkaitan dengan penerapan pembelajaran Berbasis Proyekuntuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif siswa pada materi Operasi Aljabar sebagai berikut:

(33)

155

2. Penerapan pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini diketahui dari persentase siswa yang telah mampu berpikir kreatif pada siklus I adalah 68,63%. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa menuliskan strategi penyelesaian dan belum

terbiasa memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah. kondisi ini diatasi dengan

cara membiasakan siswa untuk menuliskan rencana strategi penyelesaian dan

memeriksa kembali penyelesaian dengan mengujicobakan pilihan jawaban yang

tersedia pada saat mengerjakan latihan individu. Berdasarkan hasil refleksi siklus

I disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa belum memenuhi kriteria keberhasilan. Oleh karenanya pemberian tindakan dilanjutkan ke siklus II. Selanjutnya di siklus II meningkat menjadi 73,19 %. Dengan demikian hasil belajar siswa memenuhi standar ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 85% dan peningkatan kemampuan berpikir kreatif dikategorikan baik. dengan demikian pelaksanaan tindakan berhasil dan siklus dihentikan.

(34)

156

aktivitas aktif siswa dalam pembelajaran dipenuhi, maka penelitian ini berhenti pada siklus II.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

5.2.1 Bagi Guru

1. Pada siklus I siswa belum terbiasa dengan pembelajaran Berbasis Proyek, oleh karena itu disarankan agar sebelum melaksanakan pembelajaran Berbasis Proyek siswa diperkenalkan cdahulu dengan model pembelajaran tersebut dengan cara menginformasikan tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran Berbasis Proyek.

2. Dalam menyusun instrumen disarankan agar menggunakan kalimat sederhana yang mudah dipahami siswa, bila perlu sisipkan gambar-gambar ilustrasi agar siswa lebih mudah memahami soal tersebut.

3. Pada saat pembelajaran berlangsung terutama pada tahap membimbing kelompok belajar disarankan agar lebih memperhatikan kelompok yang mengalami kesulitan namun jangan terfokus pada satu kelompok saja.

(35)

157

5. Pembelajaran Berbasis Proyek dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif matematis siswa ini membutuhkan pemanfaatan waktu yang tepat. Oleh karena itu disarankan agar guru benar-benar merancang dan menggunakan alokasi waktu dengan tepat.

5.2.2 Bagi Siswa

1. Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan pengalaman bagi siswa dalam bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu proyek, sebuah masalah, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama, oleh karena itu ketika proses belajar berlangsung agar tidak ragu untuk memberikan ide penyelesaian, berdiskusi, berargumentasi dan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

(36)

158

DAFTAR PUSTAKA

Baroody, Arthur J. (1993). Problem Solving, Reasoning, and Communicating, K-8 . New York: Macmillan Publishing Company

Hamzah, Ali. (2014). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT. Grafindo Persada. hal. 214-244)

Hosnan, M. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. hal. (98-120)

Hudojo, Herman. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang. hal. (123-134)

Joyce, Bruce. (2011). Models of Teaching. New Jersey, USA: Pustaka Pelajar. hal. ( 243-298)

Pusat Pengembangan Profesi Pendidik. Materi Implementasi Kurikulum 2013. (2014). Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Penjamin Mutu Pendidikan. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. hal. ( 46-49)

Santrock, John W. ( 2014). Psikologi Pendidikan, Jakarta:Salemba Humanika, hal. (9- 30)

Shadiq, Fadjar. (2013). Psikologi Perkembangan Siswa dan Aplikasi Teori Belajar dalam Pembelajaran. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan Dan Penjamin Mutu Pendidikan. Sleman, Yogyakarta: PPPPTK. hal. (12-13)

Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. hal. (310-312)

 Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. hal. (92-125)

Thomson, Sue. (2003). Ensiklopedia Matematika Terapan: Matematika dalam Kejahatan. Klaten: Cempaka Putih. hal. (5a-6b)

Trianto. (2009). Mendesain model Pembelajaran Inovatif –Progresif. Jakarta: Kencana. hal. (241-242)

Van De Walle, John A. (2007). Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah Dasar Dan Menengah. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga. hal. (218-233)

Wardhani, Sri. (2013). Penilaian Dalam Pembelajaran Matematika SMP/ MTs Mengacu Kurikulum 2013. Modul Diklat Guru Mtematika SMP/MTS Tahun 2013.Yogyakarta: PPPPTK Matematika. hal. ( 9-12)

Wena, Made. (2014). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. hal. (144-160)

Gambar

Tabel                                                                                                     Halaman
Gambar 1.1 pola jawaban siswa yang sudah menunjukkan kelancaran (fluency) tetapi masih terdapat kesalahan dalam memperinci
Gambar 1.2 pola jawaban siswa yang menunjukkan siswa belum mampu berpikir kreatif
Gambar 1.3 Pola jawaban Tes awal Kemampuan Pemecahan masalah Matematis
+2

Referensi

Dokumen terkait

A National Survey of Nitrite/ Nitrate Concentration in Cured Meat Products and Non Meat Foods Avalable at Retail.. Research Report

Syukur alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan

Komputer juga dapat digunakan untuk menginstal software yang bisa digunakan untuk membantu proses pembelajaran, misalnya Macro Media Flash yang bisa digunakan sebagai media

Kata benda yang menyatakan bangunan lengkung : Fossa : Letak tulang yang luas pada permukaan tulang Fossula : Lekuk tulang yang kecil. Fovea : Lekuk tulang yang

Pada hari ini Sabtu tanggal Tiga Belas bulan April Tahun Dua Ribu Tiga Belas (13 - 04 - 2013 ), kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Jika tanah sudah tercemar limbah detergen, di khawatirkan bahan kimia yang terkandung pada detergen terakumulasi dalam tubuh dan dapat mengakibatkan penyakit sejenis kanker

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Khusus Sekolah Pascasarjana.

Oleh karena itu, untuk mengetahui hasil analisis kekuatan konstruksi pelat berpenegar pada setiap variasi profil penegar, penulis melakukan penelitian dengan judul “