• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KADAR TEMBAGA DAN KROMIUM VI PA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KADAR TEMBAGA DAN KROMIUM VI PA"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KADAR TEMBAGA DAN KROMIUM(VI) PADA SAMPEL AIR SUNGAI WINONGO DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER

Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Oleh: Yuliana 11630004

PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS KADAR TEMBAGA DAN KROMIUM(VI) PADA SAMPEL AIR SUNGAI WINONGO DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER

Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai derajat Sarjana Kimia

Yang diajukan oleh: Yuliana NIM: 11630004

Yogyakarta, ... 2014

Mengesahkan, Pembimbing Lapangan

Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta,

Ir. Christina Endang S. NIP: 19660714 199603 2 001

Dosen Pembimbing Prodi Kimia

FST UIN SUKA,

Endaruji Se d yadi, M.Sc. NIP. 19820205 000000 1 301

Mengetahui, Kepala Badan Lingkungan Hidup

Kota Yogyakarta,

Irfan Susilo, SH. NIP: 19580720 198903 1 003

a.n. Dekan

Ketua Prodi Kimia FST UIN SUKA,

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul “Analisis Kadar Tembaga dan Kromium(VI) Pada Sampel Air Sungai Winongo dengan Metode Spektrofotometer” di Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta. Laporan Praktek Kerja Lapangan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana Kimia.

Selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan, penyusun mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman berharga yang tidak ternilai. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan proses penyelesaian laporan PKL ini. Ucapan terima kasih tersebut secara khusus disampaikan kepada:

1. Prof. Drs. Akh. Minhaji, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Irfan Susilo, SH., selaku Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, serta Dra.Ika Rustika, MM., selaku Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas, yang telah memberikan izin kepada penyusun sehingga dapat melaksanakan PKL di Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta.

3. Esti Wahyu Widowati, M.Si., M. Biotech., selaku Ketua Program Studi Kimia.

4. Ir. Christina E.S., selaku Kepala Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya Lingkungan Hidup beserta Dewi Fitriana, S.Si., yang menjadi Pembimbing Lapangan yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama PKL.

(4)

6. Seluruh pegawai Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dan petunjuk selama PKL.

7. Segenap keluarga di Purwodadi, Jember, dan Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri, khususnya teruntuk orang tua tercinta Bapak Jasman dan Ibu Sumiati, serta Ayahanda Madroji, Bunda Zubaidah, Abah K. H. Munir Syafa’t, serta Ibunda Nyai Hj. Barokah Nawawi yang menjadi semangat batin bagi penyusun.

8. Segenap anggota kamar H1, teruntuk para sesepuh dan adek-adek yang katanya “unyu-unyu”, terima kasih atas hiburan, kekonyolan, dan kebersamaan kalian, kalian adalah semangatku.

9. Teman dekat penyusun yang tidak dapat disebutkan satu per satu, karena kalian aku dapat mengerti dan tetap tersenyum.

10. Eni Haryani, selaku teman seperjuangan yang telah melewati masa-masa kebersamaan selama PKL. Terima kasih atas kerja samanya. 11. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusun dalam

pelaksanaan PKL maupun penyusunan laporan PKL yang tidak mungkin penyusun sebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari bahwa laporan PKL ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan guna peningkatan pembuatan laporan penelitian/analisis pada tugas yang lain diwaktu mendatang. Semoga penelitian/analisis yang dilakukan dan laporan yang telah disusun ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 30 September 2014

(5)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

... ... i

... HALAMAN PENGESAHAN

... ... ii

KATA PENGANTAR

... ... iii

DAFTAR ISI

... ... vi

DAFTAR GAMBAR

... ... ix

DAFTAR TABEL

... ... x

DAFTAR LAMPIRAN

... ... xi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(6)

B. Rumusan Masalah

2

C. Tujuan Penelitian

2

D. Manfaat Penelitian

2

E. Batasan Masalah

2

BAB II. PROFIL BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA A. Gambaran Umum dan Sejarah Singkat

3 B. Visi dan Misi

3

C. Komitmen, Sasaran, dan Kebijakan

4

D. Tugas Pokok dan Fungsi.

5

E. Struktur Organisasi 6

F. Ketenagaan

6

(7)

6

BAB III. DASAR TEORI

A. Sungai dan Pencemaran ...

8

B. Logam Berat dalam Lingkungan Perairan

9 C. Tembaga (Cu)

13 D. Kromium (Cr)

15 E. Spektrofotometer

... ... 16

BAB VI. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian

... ... 18

B. Alat-alat Penelitian

18 C. Bahan Penelitian

18

D. Cara Kerja Penelitian

1. Penentuan Kadar Tembaga

(8)

2. Penentuan Kadar Kroium (VI)

19

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Penentuan Kadar Tembaga (Cu2+)

20

2. Penentuan Kadar Kromium(VI)

20 B. Pembahasan

1. Preparasi Sampel

20

2. Penentuan Kadar Tembaga (Cu2+)

21

3. Penentuan Kadar Kromium(VI) 23

4. Penentuan Kualitas Air Sungai Winongo

25

BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan

27

(9)

27

DAFTAR PUSTAKA

28 LAMPIRAN

30

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Struktur Organisasi BLH kota Yogyakarta...

6

Gambar 3.1 Spektrofotometer DR 2800 merk HACH...

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Baku mutu air kelas I, II, III, dan IV di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan parameter kimia

11

(11)

Winongo dengan menggunakan spektrofotometer DR 2800 20

Tabel 5.2 Konsentrasi Cr6+ pada beberapa titik sampling sungai

Winongo dengan menggunakan spektrofotometer DR 2800... 20

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Tabel Baku mutu air kelas I, II, III, dan IV di Provinsi

(12)

Parameter fisika dan kimia ...

... ... 30

Lampiran 2. Tabel Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Winongo

... ... 32

Lampiran 3. Gambar TDS meter

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sungai merupakan sumber air permukaan yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Fungsi sungai menjadi kurang maksimal pada kondisi sekarang karena adanya pencemaran. Beberapa pencemaran di sungai tentunya diakibatkan oleh kehidupan disekitarnya, baik pada sungai itu sendiri maupun perilaku manusia sebagai pengguna (Sukadi, 1999).

Pencemaran sungai disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Limbah yang mengandung bahan polutan bersifat racun dan berbahaya dikenal dengan istilah limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya. Apabila ditinjau secara kimiawi, bahan-bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik (Kristanto, 2004).

Kota Yogyakarta mempunyai empat sungai yang mengalir melewati tengah

kota dan keempat sungai tersebut merupakan bagian Daerah Aliran Sungai (DAS)

utama. Adapun keempat sungai tersebut adalah sungai Code, Winongo,

Manunggal, dan Gajahwong (Sukadi, 1999). DAS merupakan suatu ekosistem,

dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi

secara dinamis dan didalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari

(14)

pembangunan yang perlu ditata agar dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan ekosistem

DAS antara lain dibidang pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan,

peternakan, industri, pertambangan, pariwisata dan pemukiman membutuhkan air,

lahan dan mineral yang berada dalam suatu wilayah DAS (Aris, 2006). Sungai

yang menjadi bagian DAS utama cenderung mempunyai potensi pencemaran

lebih tinggi daripada sungai yang berada di daerah pinggiran, sehingga pada

penelitian ini dilakukan analisis penentuan kualitas air sungai ditinjau dari kadar

tembaga dan kromium(VI) pada salah satu bagian DAS utama kota Yogyakarta,

yaitu sungai Winongo.

A. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kualitas air pada sungai Winongo ditinjau dari parameter fisika sesuai dengan peraturan gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta?

2. Bagaimana kadar tembaga dan kromium(VI) pada sungai Winongo?

3. Bagaimana kandungan tembaga dan kromium(VI) pada sungai Winongo dalam memenuhi standar baku mutu air?

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kualitas air pada sungai Winongo ditinjau dari parameter fisika sesuai dengan peraturan gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Mengetahui kadar tembaga dan kromium(VI) pada sungai Winongo.

3. Mengetahui kandungan tembaga dan kromium(VI) pada sungai Winongo ditinjau dari baku mutu air.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan informasi tentang kualitas sungai Winongo ditinjau dari parameter fisika, kandungan tembaga dan kromium(VI).

BAB II

(15)

Badan Lingkungan Hidup (BLH) merupakan instansi yang mendukung tugas kepala daerah di bidang lingkungan hidup. BLH kota Yogyakarta terletak di jalan Bimasakti nomor 1 Yogyakarta 55221, no. telepon/fax (0274) 515876. Luas lahan yang ditempati adalah seluas 3.500 m2, dengan luas bangunan kantor 560 m2 dan luas bangunan garasi seluas 700 m2. Gedung BLH berbatasan sebelah timur dengan kampus II AKPRIND, sebelah selatan BLH merupakan perumahan PT. KA Yogyakarta, sedangkan sebelah baratnya adalah kantor kecamatan Gondokusuman, dan sebelah utara berbatasan dengan permukiman penduduk.

B. Sejarah Singkat

Badan Lingkungan Hidup pertama kali bernama DPU yang dibagi menjadi dua seksi, yaitu seksi kebersihan dan seksi pertamanan. Beberapa saat kemudian DPU berganti nama menjadi DKP (Dinas Kebersihan Pertamanan) dan berganti nama lagi menjadi DKKP (Dinas Kebersihan, Keindahan, Pertamanan). Pada tanggal 1 Januari 2006 sampai 2008 DKKP berganti nama menjadi DIH(Dinas Lingkungan Hidup) setelah itu pada awal tahun 2009 berganti nama menjadi BLH ( Badan Lingkungan Hidup) sampai sekarang.

C. Visi dan Misi 1. Visi:

Menjadi unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang lingkungan hidup yang handal dalam mewujudkan kota Yogyakarta yang berwawasan lingkungan.

2. Misi :

a. Mewujudkan peningkatan kualitas dan fungsi lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam.

(16)

c. Mewujudkan sistem penanganan dan pengurangan sampah yang handal untuk meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan.

D. Komitmen, Sasaran, dan Kebijakan 1. Komitmen

Kota yogyakarta harus bersih, indah, nyaman, dan aman. 2. Sasaran

a. Terwujudnya lingkungan hidup yang berkualitas sesuai peraturan perundangan dengan melibatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha serta penaatan regulasi dalam pengelolaan lingkungan hidup.

b. Terpeliharanya kualitas sumber daya alam melalui pengendalian dan pemanfaatan sumber daya alam.

c. Meningkatnya kapasitas sumber daya lingkungan hidup dan kelembagaan serta meningkatnya akses informasi dalam pengawasan dan pengelolaan lingkungan hidup.

d. Meningkatnya ruang terbuka hijau melalui pengembangan dan peningkatan taman kota, jalur hijau dan ruang terbuka kawasan lingkungan perkotaan. e. Meningkatnya kualitas layanan kebersihan dan pengelolaan persampahan.

3. Kebijakan

a. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan.

b. Memperbaiki mutu lingkungan hidup untuk menjamin kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan.

c. Memadukan lingkungan alam dengan lingkungan nilai-nilai religius, sosial, budaya dan kearifan lokal ke dalam proses pembangunan.

E. Tugas Pokok dan Fungsi

(17)

pemerintah daerah di bidang kebersihan, lingkungan hidup dan sumber daya mineral, yang memiliki tugas pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang kebersihan, lingkungan hidup dan sumber daya mineral. Fungsi, rincian tugas dan tata kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta diatur dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 41 Tahun 2013 tentang Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta.BLH Kota Yogyakarta memiliki fungsi dalam :

1. Pelaksana urusan umum, kepegawaian, keuangan, administrasi, data dan pelaporan.

2. Pengawasan dan pemulihan lingkungan hidup.

3. Pengembangan kapasitas lingkungan hidup dan daur ulang sampah. 4. Pengelolaan kebersihan kota.

5. Pengelolaan keindahan kota, taman dan perindang jalan. F. Struktur Organisasi

(18)

G. Ketenagaan

SDM di Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta berjumlah 453 orang, meliputi 313 PNS dan 9 CPNS dan lainnya sebagai pegawai tidak tetap.

H. Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta

Laboratorium BLH didirikan untuk monitoring kualitas air yang ada di wilayah kota Yogyakarta. Fungsi laboratorium lingkungan (kualitas air dan udara) adalah sebagai berikut:

1. Sebagai fungsi pemeriksaan untuk mengetahui kualitas air seperti limbah cair, air bersih, dan air sungai.

2. Sebagai fungsi pengawasan dan pengendalian di sekitar kegiatan industri di masyarakat.

3. Sebagai fungsi monitoring tingkat kualitas lingkungan di wilayah kota yogyakarta, khususnya kualitas air.

Kemampuan pemeriksaan parameter yang dianalisa di laboratorium lingkungan antara lain:

1. Parameter fisika, meliputi: temperatur, bau, kekeruhan, warna, residu terlarut (TDS), residu tersuspensi (TSS), dan konduktivitas.

(19)

BAB III DASAR TEORI A. Sungai dan Pencemaran

Air sungai merupakan aliran yang berasal dari mata air yang kadang-kadang bercampur dengan limbah manusia, hewan dan tumbuh–tumbuhan, termasuk campuran dari air hujan (Sitepoe, 1997). Sungai pada umumnya merupakan sarana penting bagi masyarakat Indonesia, karena fungsi sungai yang beraneka ragam. Fungsi tersebut antara lain sebagai bahan baku air minum, jalur transportasi, pertanian, industri, perikanan, pengadaan tenaga listrik, rekreasi, MCK (mandi, mencuci, kakus), dan tempat pembuangan (Sembiring, 2007).

Saat ini masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).

(20)

Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tataan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1).

Dalam pasal 2, air pada sumber air menurut kegunaan/ peruntukannya digolongkan menjadi:

1. Golongan A, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B, yaitu yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.

3. Golongan C, yaitu yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan pertenakan.

4. Golongan D, yaitu yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik negara.

(Achmad, 2004).

Pencemaran sungai akan mengubah kualitas air pada suatu sungai. Kualitas air sungai yang mulai menurun, perlu diadakan monitoring setiap waktu. Hal tersebut dimaksudkan agar dampak negatif akibat pencemaran dapat dicegah. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan monitoring kualitas air sungai winongo pada bulan Januari, sehingga kualitas air sungai dapat diketahui.

B. Logam Berat dalam Lingkungan Perairan

(21)

kehidupan biota dalam lingkungan dan akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan manusia (Jovita, 2003).

Menurut Widowati (2008), logam berat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu : 1. Logam berat esensial; yakni logam yang dalam jumlah tertentu sangat

dibutuhkan oleh organisme. Jumlah yang berlebihan pada logam tersebut dapat menimbulkan efek toksik. Contoh dari logam ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya.

2. Logam berat tidak esensial; yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh manusia masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik seperti Hg, Cr, Cd, Pb dan lain sebagainya.

Pencemaran air sungai oleh logam pada perairan dapat disebabkan oleh

limbah industri, limbah domestik maupun siklus alami. Perairan yang tercemar

oleh logam biasanya akan menjadi bioakumulator melalui siklus rantai makanan.

Logam berat dapat menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia, salah satunya adalah efek toksik. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen, ataupun karsinogen. Pencemaran logam dapat terjadi di tanah, udara, dan perairan (Fitriyani, 2010).

Berdasarkan penelitian toksisitas akut terhadap organisme air dan akibatnya (LC-50) selama 48 jam, pengaruh sinergik antara logam, efek subletal, bioakumulasi dan bahayanya terhadap orang yang mengonsumsi ikan, maka disimpulkan bahwa daftar urutan logam dari toksisitasnya paling tinggi ke yang paling rendah adalah sebagai berikut:

Hg2+ > Cd2+ > Ag+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ > Sn2+ > Zn2+.

(22)

sensitif pada beberapa spesies hewan air., sedangkan urutan toksisitas itu adalah sebagai berikut:

Hg2+ > Ag+ > Cu2+ > Zn2+> Ni2+ > Pb2+ > Cd2+ > As3+ > Cr3+ > Sn2+ > Fe3+> Mn2+> Al3+>Be2+> Li+

Daftar urutan toksisitas tersebut mungkin agak berbeda untuk setiap laboratorium, tetapi data tersebut diatas diambil berdasarkan laboratorium yang sudah berpengalaman dalam mengerjakan uji dari toksisitas logam (Darmono, 1995).

Berdasarkan Lampiran Gubernur daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2008, tanggal 14 Agustus 2008, Baku mutu air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan parameter kimia disajikan pada tabel 3.1 :

Tabel 3.1 Baku mutu air kelas I, II, III, dan IV di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan parameter kimia:

Parameter Kimia Baku Mutu Air DIY Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Keterangan Kandungan

pH 6-8,5

6-8,5 6-9 6-9

BOD 2 mg/L 3 mg/L 6 mg/L 12 mg/L COD 10

mg/L 25mg/L 50mg/L 100mg/L

DO 6

mg/L 5mg/L 4mg/L 0mg/L Angkaminimum batas

Parameter Kimia Baku Mutu Air DIY

Kelas

I KelasII KelasIII KelasIV Keterangan

Kandungan

Fosfat 0,2

mg/L 0,2mg/L 1mg/L 5mg/L

Nitrat 10 mg/L 10 mg/L 20 mg/L 20 mg/L Amoniak

(NH3)

0,5 mg/L (x) mg/L (x) mg/L (x) mg/L

(23)

Arsen 0,05

mg/L 1mg/L 1mg/L 1mg/L

Kobalt 0,2

mg/L 0,2 mg/L 0,2 mg/L 0,2 mg/L Barium 1

mg/L (x)mg/L (x)mg/L (x)mg/L

Boron 1

mg/L 1mg/L 1mg/L 1mg/L

Selenium 0,01 mg/L 0,05 mg/L 0,05 mg/L 0,05 mg/L Kadmium 0,01

mg/L 0,01mg/L 0,01mg/L 0,01mg/L Krom

(VI) 0,05mg/L 0,05mg/L 0,05mg/L 1mg/L

Tembaga 0,02 mg/L 0,02 mg/L 0,02 mg/L 0,2 mg/L

Bagi pengolaan air minum secara konvensional Cu 1 mg/ L

Besi 0,3

mg/L (x)mg/L (x)mg/L (x)mg/L Bagi pengolaan airminum secara konvensional Fe  5 mg/L Timbal 0,03 mg/L 0,03 mg/L 0,03 mg/L 1 mg/L

Bagi pengolaan air minum secara konvensional Pb 0,1 mg/L

Mangan 0,1

mg/L (x)mg/L (x)mg/L (x)mg/L Raksa

(Hg) 0,001mg/L 0,002mg/L 0,002mg/L 0,005mg/L Seng (Zn) 0,005

mg/L 0,005 mg/L 0,005 mg/L 2 mg/L

Bagi pengolaan air minum secara konvensional Zn  5 mg/L

Klorida

(Cl-) 600mg/L (x)mg/L (x)mg/L (x)mg/L

Sianida 0,02

mg/L 0,02mg/L 0,02mg/L (x)mg/L

Fluorida 0,5 mg/L 1,5 mg/L 1,5 mg/L (x) mg/L Nitrit 0,06

mg/L 0,06mg/L 0,06mg/L (x)mg/L Bagi pengolaan airminum secara konvensional NO2

-N  1mg/L Parameter

Kimia Baku Mutu Air DIY

Kelas

I KelasII KelasIII KelasIV Keterangan

Kandungan Sulfat 400 mg/L (x) mg/L (x) mg/L (x) mg/L Klorin

(Cl2)

0,3

(24)

Sulfida 0,002 mg/ L 0,002 mg/ L 0,002 mg/ L (x) mg/ L

Bagi pengolaan air minum secara konvensional S sebagai H2S  0,1

mg/L SAR (Sodium adsorptio n ratio)*)

10-18 Maksimumumtuk tanaman10 peka

Maksimum 18

untuk tanaman kurang peka Logam berat yang mencemari perairan akan mengakibatkan bahaya bagi ekosistem sekitar perairan. Sebelum logam berat terakumulasi pada tubuh, perlu dilakukan pencegahan. Salah satu pencegahan tersebut adalah dengan melakukan analisis logam berat pada sungai yang tercemar. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan analisis logam berat Winongo untuk mengetahui tingkat pencemaran logam berat pada sungai tersebut.

C. Tembaga (Cu)

Tembaga dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu. Unsur logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Tembaga menempati posisi dengan nomor atom (NA) 29 dalam tabel periodik unsur-unsur kimia dan mempunyai bobot atau berat atom (BA) 63,546 g/mol. Unsur tembaga di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral (Palar, 2004).

(25)

adalah senyawa Cu(NH3)6.Cl2. Logam Cu dapat larut dalam asam sulfat (H2SO4) panas dan dalam larutan basa NH4OH. Senyawa CuO dapat larut dalam NH4Cl dan KCN (Palar, 2004).

Selain dalam bentuk senyawa sulfida, tembaga juga ditemukan di alam sebagai unsur dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut terjadi karena kereaktifannya yang rendah. Tembaga merupakan unsur logam esensial yang dibutuhkan agar eritrosit dapat berkembang secara tepat. Tembaga mempermudah penyerapan Fe dalam sintesis hemoglobin. Oleh karna itu, kekurangan Cu akan menyebabkan anemia (Lu, 1995). Kebutuhan harian Cu untuk manusia yang dianjurkan oleh WHO (1973) adalah 30 mg Cu per kilogram berat tubuh untuk orang dewasa, 40 mg Cu perkilogram berat tubuh untuk anak-anak dan 80 mg Cu per kilogram berat tubuh untuk bayi (Palar, 2004).

Gejala yang timbul pada manusia yang keracunan Cu akut adalah: mual, muntah, sakit perut, hemolisis, netrofisis, kejang, dan akhirnya mati. Pada keracunan kronis, Cu tertimbun dalam hati dan menyebabkan hemolisis.

Hemolisis terjadi karena tertimbunnya H2O2 dalam sel darah merah sehingga

terjadi oksidasi dari lapisan sel yang mengakibatkan sel menjadi pecah. Defisiensi suhu dapat menyebabkan anemia dan pertumbuhan terhambat (Darmono,1995).

(26)

D. Kromium (Cr)

Logam berat kromium (Cr) merupakan logam yang berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu tinggi, mengkilap, keras, memiliki titik cair 1.8570C dan titik didih 2.6720C, bersifat paramagnetik (sedikit tertarik oleh magnet), dan dapat membentuk senyawa-senyawa berwarna. Kromium bisa membentuk berbagai macam ion kompleks yang berfungsi sebagai katasilator. Kromium merupakan mikronutrien bagi makhluk hidup yang terlibat dalam produksi insulin, menghasilkan energi dari glukosa, metabilisme karbohidrat, kofaktor insulin, tetapi bersifat toksik dalam jumlah besar (Frida, 2010).

(27)

Logam Kromium yang masuk ke dalam lingkungan dapat datang dari bermacam-macam sumber. Tetapi pada umumnya yaitu berasal dari kegiatan-kegiatan perindustrian, kegiatan-kegiatan rumah tangga dan dari pembakaran serta mobilisasi bahan-bahan bakar. Kromium dapat masuk dalam badan perairan melalui dua cara, yaitu secara alamiah dan non alamiah. Kromium masuk ke perairan secara alamiah terjadi karena beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan mineral. Kromium yang masuk secara nonalamiah lebih cenderung berasal dari efek aktivitas manusia. Sumber-sumber kromium yang berkaitan dengan aktivitas manusia dapat berupa limbah atau buangan industri sampai buangan rumah tangga (Fitriyani, 2010).

Logam kromium(VI) merupakan logam yang berbahaya karena bersifat toksik. Logam kromium(VI) dapat masuk ke suatu perairan dan menggangu ekosistem perairan tersebut. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan analisis kadar kromium(VI) dalam perairan sungai Winongo agar dampak negatif karena adanya logam kromium(VI) di perairan dapat dicegah maupun ditanggulangi. E. Spektrofotometer

Spektrofotometri adalah pengukuran absorbsi energi cahaya oleh suatu molekul pada suatu panjang gelombang tertentu untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif. Spektrofometri sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400 – 750 nm (Rohman, 2007). Seiring dengan perkembangan zaman, spektrofotometer

juga memiliki seri yang berbeda, salah satu contohnya adalah spektrofotometer

DR 2800. Menurut situs web alat laboratorium (Mlapak.com, 2012)

spektrofotometer DR 2800 adalah alat instrumen yang digunakan untuk kegiatan

analisa air atau water analysis. Spektrofotometer DR 2800 portable dapat

(28)

50 program penggunan dan 500 titik data termasuk sampel dan ID operator yang

melakukan pengujian, dan seluruh reagen yang digunakan disediakan oleh Hach

sebagai produsen.

Macam-macam analisis penentu kualitas air dapat dilakukan dengan

spektrofotometer DR 2800. Analisis dilakukan dengan menambahkan reagen

tertentu pada sampel yang dibuat khusus untuk tipe-tipe spektrofotometer tertentu.

Analisis kadar Cu2+ dan Cr6+ juga dapat dilakukan dengan alat tersebut. Analisis

kadar Cu2+ dilakukan dengan menggunakan reagen CuVer® 1 Copper Reagent

powder pillow, sedangkan Cr6+ dapat dianalisis dengan menggunakan ChromaVer® 3 Chromium Reagent Powder Pillows. Berikut gambar untuk spektrofotometer DR 2800.

Gambar 3.1. Spektrofotometer DR 2800 merk HACH

(29)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Analisis kadar tembaga dan kromium(VI) sungai Winongo dilakukan pada tanggal 27 Januari sampai 12 Februari 2014, bertempat di Laboratorium Lingkungan (Kualitas Air dan Udara) Badan Lingkungan Hidup kota Yogyakarta. Sampel air sungai Winongo diambil dari titik jembatan Pingit, jembatan Serangan, jembatan Tamansari, jembatan Jeroni, dan jembatan Gedongkiwo.

B. Alat-alat Penelitian

(30)

C. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah ChromaVer® 3 Chromium Reagent powder pillows, CuVer® 1 Copper Reagent powder pillow, CuVer 2 Copper ReagentPillow, dan sampel air sungai Winongo.

D. Cara Kerja Penelitian

1. Analisis Parameter Fisika

Analisis parameter fisika dilakukan dengan melihat kualitas air secara fisik, antara lain warna, bau, konduktivitas, TDS (residu terlarut), dan TSS (residu tersuspensi). Analisis parameter fisika sesuai dengan peraturan gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi: parameter suhu, TDS dan TTS. Analisis parameter-parameter tersebut dilakukan dengan menggunakan alat TDS meter, gambar TDS meter dapat dilihat pada lampiran 3.

2. Penentuan Kadar Tembaga

Sebanyak 10 mL sampel air sungai dari jembatan Pingit dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambah dengan satu sachet reagen CuVer® 1 Copper Reagent powder pillow dan dikocok. Larutan didiamkan selama 2 menit kemudian dimasukkan ke dalam kuvet dan dianalisa dengan menggunakan spektrofotometer DR 2800. Analisis diulangi kembali untuk sampel air sungai dari jembatan Serangan, jembatan Tamansari, jembatan Jeroni, dan jembatan Gedongkiwo.

3. Penentuan Kadar Kromium(VI)

(31)

ChromaVer® 3 Chromium Reagent powder pillows dan dikocok. Larutan kemudian didiamkan selama 5 menit, kemudian dimasukkan ke dalam kuvet dan dianalisa dengan menggunakan spektrofotometer DR 2800. Analisis diulangi kembali untuk sampel air sungai dari jembatan Serangan, jembatan Tamansari, jembatan Jeroni, dan jembatan Gedongkiwo.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Penentuan Kadar Tembaga (Cu)

Tabel 5.1 Konsentrasi Cu pada beberapa titik sampling sungai Winongo dengan menggunakan spektrofotometer DR 2800.

Titik sampling Kadar Cu

(mg/L) Jembatan Pingit 0,07 Jembatan

Serangan 0,10

Jembatan

Tamansari 0,10

Jembatan Jeroni 0,07 Jembatan

Gedongkiwo

0,10

2. Penentuan Kadar Krom (Cr)

(32)

B.

Pembahasan

1. Preparasi Sampel

Analisis kadar tembaga dan krom pada sungai Winongo dilakukan dengan pengambilan sampel pada titik-titik tertentu, yakni pada jembatan Pingit, jembatan Serangan, jembatan Tamansari, jembatan Jeroni, dan jembatan Gedongkiwo.

2. Penentuan Kualitas Air Sungai Winongo Ditinjau dari Parameter Fisika

Tinjauan dari parameter fisika, kualitas air sungai Winongo yang dibandingkan dengan baku mutu air tergolong tidak tercemar. Parameter fisika yang dianalisis antara lain bau, warna, suhu, TDS, TSS dan konduktivitas. Parameter bau, warna, dan konduktivitas pada air sungai tidak ditentukan oleh peraturan gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan parameter suhu, TDS, dan TSS ditentukan. Baku mutu suhu untuk air sungai adalah ± 3 oC terhadap suhu udara. Suhu air sungai Winongo dari jembatan Pingit hingga jembatan Gedongkiwo hasil analisis antara lain: 26,8 oC, 27,2 oC, 27, 8 oC, 28 oC, dan 27,7 oC dengan suhu udara dari jembatan Pingit hingga Gedongkiwo adalah 30 oC, 30 oC, 31oC, 31 oC, dan 30 oC. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa suhu air pada sungai Winongo tidak melebihi baku mutu air sungai. TDS hasil analisis pada air sungai Winongo dari jembatan Pingit hingga Gedongkiwo

Titik Sampling Kadar Kromium (VI) (mg/L)

Jembatan Pingit 0,027

Jembatan Serangan 0,084 Jembatan Tamansari 0,105

Jembatan Jeroni 0,023

(33)

berturut-turut adalah 132,5 mg/L, 139,8 mg/L, 136,7 mg/L, 140,9 mg/L, dan 140,3 mg/L, sedangkan baku mutu TDS untuk sungai adalah 1000 mg/L sehingga dari data dihasilkan dapat diketahui bahwa tidak terjadi pencemaran TDS pada sungai Winongo. Untuk TSS, standar baku mutu adalah 400 mg/L, sedangkan hasil analisis yang diperoleh adalah 14 mg/ L. 12 mg/L, 9 mg/L, 15 mg/L, dan 15 mg/L. Dari analisis yang dilakukan, dapat diketahui bahwa parameter fisika tidak mencemari sungai Winongo.

3. Penentuan Kadar Tembaga (Cu)

Analisis pengukuran kadar tembaga di sungai Winongo dilakukan untuk mengetahui kandungan tembaga di sungai Winongo ditinjau dari baku mutu air. Penentuan kadar tembaga dilakukan dengan metode spektrofotometri. Analisis dilakukan pada tiap titik sungai Winongo, yakni pada lima titik pengambilan sampel (jembatan Pingit, jembatan Serangan, jembatan Tamansari, jembatan Jeroni, dan jembatan Gedongkiwo). Air sungai Winongo dianalisis kadar tembaganya dalam bentuk Cu.

(34)

terbaca pada spektrofotometer DR 2800 adalah nilai konsentrasi dari sampel tersebut.

Berdasarkan tabel 1, terlihat bahwa kandungan Cu terbesar berada pada titik jembatan Serangan, jembatan Tamansari, dan jembatan Gedongkiwo, yaitu sebesar 0,10 mg/L, sedangkan pada titik jembatan Pingit dan Jeroni kadar Cu lebih kecil, yaitu sebesar 0,07 mg/L. Menurut Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tentang kandungan batu mutu air, sungai dikatagorikan sebagai air kelas II. Kandungan Cu yang diperuntukan untuk air kelas II adalah sebesar 0,02 mg/L. Pada tetapan baku mutu air tersebut, dapat dilihat bahwa sungai Winonggo tergolong sungai yang tercemar logam Cu, dengan kadar diatas baku mutu. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain faktor alamiah dan faktor non alamiah.

(35)

pertanian. Oleh karena itu, kadar Cu pada sungai tersebut bisa melampaui baku mutu.

Kadar Cu yang melampaui ambang batas akan menyebabkan efek negatif bagi lingkungan sekitar, baik ekosistem perairan dan manusia. Menurut Darmono (1995), efek negatif yang dapat ditimbulkan akibat keracunan Cu pada manusia antara lain mual, muntah, sakit perut, hemolisis, netrofisis, kejang, dan akhirnya mati. Pada keracunan kronis, Cu dapat tertimbun dalam hati dan menyebabkan hemolisis. Bahaya akibat keracunan Cu memang harus diwaspadai, sehingga adanya analisis kadar Cu pada sungai Winongo dapat memberikan informasi kepada penduduk di sekitar sungai tersebut sehingga dalam memanfaatkan air sungai tersebut dapat lebih berhati-hati.

4. Penentuan Kadar Kromium(VI)

Analisis pengukuran kadar kromium(VI) di sungai Winongo dilakukan untuk mengetahui kandungan kromium(VI) di sungai Winongo ditinjau dari baku mutu air. Penentuan kadar kromium(VI) pada sampel air sungai Winongo dengan beberapa titik dilakukan dengan metode spektrofotometri. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer DR 2800. Pada analisis kadar kromium(VI) dilakukan dengan menggunakanreagen ChromaVer® 3 Chromium Reagent Powder Pillows dengan metode 1,5-Diphenylcarbohydrazide dan blanko berupa air sampel. Panjang gelombang yang digunakan pada analisa adalah 540 nm, karena sampel yang akan dianalisis akan diubah warnanya menjadi ungu.

(36)

Chromium Reagent. Reagen ini berisi penyangga asam yang dikombinasikan dengan 1,5-Diphenylcarbohydrazide. Hasil positif adanya kromium(VI) akan ditunjukan dengan perubahan warna yang ditimbulkan pada larutan sampel, yaitu dari bening menjadi ungu. Warna ungu menunjukkan terbentuknya kompleks pada sampel dan akan dibaca oleh Spektrofotometer DR 2800 sebagai konsentrasi kromium(VI) dalam sampel sungai Winongo. Pada analisis di sungai Winongo, krom yang diukur adalah kromium(VI). Analisis kadar kromium(VI) dilakukan karena kromium(VI) merupakan jenis senyawa krom yang berbahaya, sehingga analisis yang dilakukan dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang kualitas air sungai Winongo.

Menurut Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tentang kandungan batu mutu air, kandungan kromium(VI) yang diperuntukan untuk air sungai adalah sebesar 0,05 mg/ L. Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa kandungan kromium(VI) sampel air sungai Winongo yang di bawah ambang batas terletak pada titik sampling jembatan Pingit, Jeroni, dan Gedongkiwo. Pada titik sampling jembatan Serangan dan Tamansari kandungan logam kromium(VI) melebihi baku mutu air sungai di Yogyakarta, yaitu sebesar 0,084 mg/ L dan 0,105 mg/ L. Penurunan kadar kromium(VI) pada sungai Winongo dapat terjadi karena terjadinya reduksi pada kromium(VI), sedangkan kenaikan kadar kromium(VI) dapat terjadi karena oksidasi kromium(III) menjadi kromium(VI).

(37)

alam juga dipengaruhi oleh proses redoks. Penurunan kadar kromium(VI) di kawasan sungai Winongo diindikasikan adanya reaksi reduksi senyawa kromium(VI) menjadi kromium(III). Reduksi dapat terjadi karena adanya reaksi Cr6+ dengan Fe2+ di perairan.

Cr6+ + Fe2+ Cr3+ + Fe3+

Kandungan kromium(VI) yang melebihi baku mutu air sungai akan membahayakan lingkungan sekitar, terutama manusia. Menurut Frida (2010), efek toksik dari kromium dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung, kanker pada paru-paru, bersifat toksik terhadap kulit, mata, alat pencernaan, serta bisa ditransfer ke embrio melalui plasenta, sedangkan sifat karsinogenik dari kromium terjadi terhadap alat pernapasan. Bahaya akibat keracunan kromium(VI) memang harus diwaspadai, sehingga adanya analisis kadar kromium(VI) pada sungai Winongo dapat memberikan informasi kepada masyarakat di sekitar sungai tersebut sehingga dalam memanfaatkan air sungai tersebut dapat lebih berhati-hati.

(38)

A. Kesimpulan

1. Analisis parameter fisika pada sungai Winongo sesuai dengan peraturan gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi analisis parameter suhu, TDS, dan TSS didapatkan bahwa sungai Winongo tergolong sungai yang belum tercemar ditinjau dari parameter fisika.

2. Analisis logam berat meliputi tembaga dan kromium(VI) telah dilakukan pada sungai Winongo. Kadar tembaga yang diperoleh dari titik jembatan Pingit adalah 0,07 mg/L, jembatan Serangan 0,10 mg/L, jembatan Tamansari 0,10 mg/L, jembatan Jeroni 0,07 mg/L dan jembatan Gedongkiwo 0,10 mg/L. Kadar kromium(VI) dari titik jembatan Pingit adalah 0,027 mg/L, jembatan Serangan 0,084 mg/L, jembatan Tamansari 0,105 mg/L, jembatan Jeroni 0,023 mg/L dan jembatan Gedongkiwo 0,049 mg/L.

3. Kandungan tembaga pada sungai Winongo pada analisis diketahui melebihi ambang batas baku mutu kualitas air sungai, sedangkan kromium(VI) hanya mencemari titik-titik tertentu pada sungai Winongo, yaitu pada jembatan Serangan dan jembatan Tamansari.

B. Saran

Monitoring kualitas air sungai memang perlu dilakukan, namun adakalanya perlu juga dilakukan penanggulangan terhadap pencemaran air.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi.

Bassett, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:

(39)

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI-Press.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.

Fitriyani, N. 2010. Pengaruh Waktu Penyimpanan Sampel Air Sungai Deli Terhadap Kadar Kromium Heksavalen (Cr6+). Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatra Utara: Medan.

Frida, V. 2010. Penetapan Kadar Mangan dan Kromium Pada Air Resevoir PDAM Tirtanadi Instalasi Deli Tua Secara Spektrofotometri. Skripsi.

Fakultas Farmasi. Universitas Sumatra Utara: Medan.

Gabriel, J. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.

Jovita, T.M., 2003. Kandungan Logam Berat Pada Kerang Darah (Anadara Granosa), Air Laut dan Sedimen di Perairan Tanjung Balai dan Bagan Siapi-Api.Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Volume 9 nomor 5.

Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi.

Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rhineka Cipta.

Peraturan Gubernur daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2008, tanggal 14 Agustus 2008, Baku mutu air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

(40)

Penanganannya. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro: Semarang.

Sembiring, S.T.H.B. 2007. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sumatra Utara: Medan.

Sitepoe, M. 1997. Air untuk Kehidupan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sukadi. 1999. Pencemaran Sungai Akibat Buangan Limbah dan Pengaruhnya Terhadap BOD dan DO.Seminar Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan. Bandung. 14 Oktober 1999.

www.hach.com diakses tanggal 5 Maret 2014 pkl 09.25 WIB

www.mlapak.com. 2012. Alat-alat Laboratorium (

http://mlapak.com/2012/05/dr-2800-spectrophotometer/) diakses tanggal 5 Maret 2014 pkl. 09.45 WIB

LAMPIRAN

(41)

Parameter Baku Mutu

Air DIY Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Keterangan

Kandungan

FISIKA

Temperatur ± 3oC

terhadap suhu udara

± 3oC

terhadap suhu udara

± 3oC

terhadap suhu udara

± 3oC

terhadap suhu udara Deviasi temperatur dalam keadaan alamiah

Bau Tidak

berbau (x) (x) (x)

Kekeruhan 5 NTU (x) (x) (x)

Warna 50 TCU (x) (x) (x)

Residu Terlarut (TDS)

1000

mg/L 1000mg/L 1000mg/L 2000mg/L

Bagi pengolahan air minum secara konvesional, residu

tersuspensi  500 mg/L

Residu Tersuspensi (TSS)

0 50 mg/L 400 mg/L 400 mg/L

KIMIA

pH 6-8,5 6- 8,5 6-9 6-9

BOD 2 mg/L 3 mg/L 6 mg/L 12 mg/L

COD 10 mg/L 25 mg/L 50 mg/L 100 mg/L

DO 6 mg/L 5 mg/L 4 mg/L 0 mg/L Angka batas

minimum

Fosfat 0,2 mg/L 0,2 mg/L 1 mg/L 5 mg/L

Nitrat 10 mg/L 10 mg/L 20 mg/L 20 mg/L

Amoniak (NH3)

0,5 mg/L (x) mg/L (x) mg/L (x) mg/L Bagi perikanan

kandungan amoniak bebas untuk ikan yang peka < 0,02 mg/L sebagai NH3

Arsen 0,05

mg/L

1 mg/L 1 mg/L 1 mg/L

Kobalt 0,2 mg/L 0,2 mg/L 0,2 mg/L 0,2 mg/L

Barium 1 mg/L (x) mg/L (x) mg/L (x) mg/L

Boron 1 mg/L 1 mg/L 1 mg/L 1 mg/L

Parameter Baku Mutu Air DIY

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Keterangan Kandungan

Selenium 0,01

mg/L 0,05mg/L 0,05mg/L 0,05mg/L

Kadmium 0,01

mg/L 0,01mg/L 0,01mg/L 0,01mg/L

(42)

mg/L mg/L mg/L Tembaga 0,02 mg/L 0,02 mg/L 0,02 mg/L

0,2 mg/L Bagi pengolaan air minum secara konvensional Cu 1 mg/ L

Besi 0,3 mg/L (x) mg/L (x) mg/L (x) mg/L Bagi pengolaan

air minum secara konvensional Fe  5 mg/L

Timbal 0,03

mg/L 0,03mg/L 0,03mg/L 1 mg/L Bagi pengolaanair minum secara konvensional Pb 0,1 mg/L

Mangan 0,1 mg/L (x) mg/L (x) mg/L (x) mg/L

Raksa (Hg) 0,001

mg/L 0,002mg/L 0,002mg/L 0,005mg/L

Seng (Zn) 0,005

mg/L 0,005mg/L 0,005mg/L 2 mg/L Bagi pengolaanair minum secara konvensional Zn  5 mg/L

Klorida (Cl-) 600 mg/L (x) mg/L (x) mg/L (x) mg/L

Sianida 0,02

mg/L 0,02mg/L 0,02mg/L (x) mg/L

Fluorida 0,5 mg/L 1,5 mg/L 1,5 mg/L (x) mg/L

Nitrit 0,06

mg/L 0,06mg/L 0,06mg/L (x) mg/L Bagi pengolaanair minum secara konvensional NO2-N  1mg/L

Sulfat 400 mg/L (x) mg/L (x) mg/L (x) mg/L

Klorin (Cl2) 0,3 mg/L 0,3 mg/L 0,3 mg/L (x) mg/L Bagi ABAM

tidak

dipersyaratkan

Sulfida 0,002 mg/

L 0,002 mg/L 0,002 mg/L (x) mg/ L Bagi pengolaanair minum secara konvensional S sebagai H2S 

0,1 mg/L SAR (Sodium

adsorption ratio)*)

10-18 Maksimum 10

umtuk tanaman peka

Maksimum 18 untuk tanaman kurang peka

(43)

Pingit Serangan Tamansari Jeroni Gedongkiwo

pH 7,01 7,01 7,01 6,77 6,99

TDS 132,5 139,8 136,7 140,9 140,3

Konduktivita s

277 291 224 294 294

Suhu 26,8 27,2 27,8 28 27,7

DO 7,67 7,06 6,78 7,52 7,07

NH4+ 0,49 0,94 0,55 0,63 0,61

F 0,26 2,59 0,29 0,36 2,47

Cr6+ 0,027 0,084 0,105 0,023 0,049

NO3 1,0 0,9 1,1 1,2 1,0

NO2 0,04 0,054 0,058 0,074 0,068

COD 66 158 158 5 122

TSS 14 12 9 15 15

Cu 0,07 0,1 0,1 0,07 0,1

Warna 87 90 84 97 97

Bau Bau

Cl2 0,03 0,03 0,04 0,04 0,04

BOD 5,9 5,1 5,5 5,5 5,5

(44)

Gambar

Tabel 3.1 Baku mutu air kelas I, II, III, dan IV di Provinsi Daerah Istimewa
Gambar 3.1. Spektrofotometer DR 2800 merk HACH
Tabel 5.1 Konsentrasi Cu pada beberapa titik sampling sungai Winongodengan menggunakan spektrofotometer DR 2800.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, teori serta penelitian terkait maka peneliti berasumsi bahwa motivasi yang baik dari pasien akan membangkitkan keinginan untuk sembuh secara

Setelah dilakukan penghitungan terhadap kuisioner, didapatkan hasil bahwa uji validitas variabel Kampanye “Jadilah Pelopor Keselamatan Berlalu Lintas dan Budayakan Keselamatan

Dengan mendengar gosip tentang kesalahan orang lain, maka kita akan tahu bahwa tindakan itu tidak benar, sehingga kita sebaiknya tidak menirunya.. Sikap yang

Hasil penelitian menunjukan bahwa kepemimpinan islami memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan, yang pada akhirnya kinerja perusahaan akan menjadi lebih

Membuat Template Web Responsive Denga n HTML dan CSS  n HTML dan CSS   – Pada tutorial ini kita akan membuat sebuah template web  – Pada tutorial ini kita akan membuat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari pemeriksaan bahan susun beton, pembuatan benda uji, perawatan benda uji, dan sampai dengan pengujian kuat tekan

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Pada tanaman padi berumur 20-40 hst terlihat adanya serangan hama wereng namun belum terdapat serangan hama walang sangit, hal ini dikarenakan pada tanaman