• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya World Vision Melakukan Pelestarian Hutan Melalui Sekolah Hijau di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat Tahun 2011 - 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya World Vision Melakukan Pelestarian Hutan Melalui Sekolah Hijau di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat Tahun 2011 - 2014."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA WORLD VISION MELAKUKAN

PELESTARIAN HUTAN MELALUI SEKOLAH HIJAU

DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT

TAHUN 2011-2014

SKRIPSI

Disusun oleh: Edwin Peter Mathews Pangaribuan

NIM. 1021105048

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik pada Program Studi Hubungan Internasional

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus melalui Belas Kasihan dan Pemeliharaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Upaya World Vision Melakukan Pelestarian Hutan Melalui Sekolah Hijau Di

Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat Tahun 2011-2014”. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk dapat memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana Ilmu Politik pada Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana. Penulis sadar bahwa skripsi ini sepenuhnya tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan arahan dari berbagai pihak yang memberikan waktu mereka dalam penyusunan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, penyertaan-Mu tidak pernah berkesudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan kehendak-Nya.

2. Prof. Dr. Dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD, selaku Rektor Universitas Udayana.

3. Dr. Drs. I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana

4. Idin Fasisaka, S.IP., M.A, selaku Ketua Program Studi S1 Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana. Penulis berterima kasih untuk bimbingan dari Bapak juga selaku penguji.

(5)

v

6. A.A. Ayu Intan Parameswari, S.IP., M.Si, selaku Pembimbing II atas kesabaran sepenuhnya dan masukan dalam membimbing penulis. Penulis minta maaf untuk kesalahan-kesalahan yang diperbuat.

7. D.A. Wiwik Dharmiasih, S.IP, S.IP, M.A., selaku penguji yang bisa mendorong penulis melalui dukungan, masukan dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Mohon maaf bila dalam ujian terdapat kesalahan dari penulis.

8. Putu Ratih Kumala Dewi, SH., M.Hub.Int, selaku penguji yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Mohon maaf bila adanya kesalahan yang dilakukan penulis.

9. Dosen program studi Hubungan Internasional, Ibu Titah, terima kasih banyak untuk referensi bacaan dan dukungan ibu.

10. Seluruh dosen-dosen di Program Studi Hubungan Internasional dan program studi lainnya atas dukungan untuk penyusunan skripsi.

11. Para staf Tata Usaha dan karyawan di FISIP yang mendukung penulis menyelesaikan skripsi. Luar biasa kinerja Bapak dan Ibu.

12. Universitas Udayana sebagai wadah mendapatkan ilmu

13. Kedua orang tua dan ka Desi, luar biasa semua dukungan dan doa kalian. Penulis tidak bisa berkata-kata untuk cinta kasih kalian.

14. Keluarga besar PERKANTAS, kak yuli selaku kaka KTB, rekan sepelayanan TPS, PMK, adik-adik siswa dan kakak-kakak Alumni. Luar biasa dukungan moral kalian, tetap semangat pelayanannya. 15. Keluarga besar pemuda NHKBP Priok dan P3MI, priska, dewi, yeri,

(6)

vi

16. Rekan-rekan seangkatan dan perjuangan skripsi, ray jordi, andre & marcela (langsung ikut konseling pacaran ya), sindu (berhenti merokok), khesia (bawa dalam doa untuk calon keluarga), dan lainnya. 17. Masih banyak lagi belum disebutkan namanya, mohon maaf dan

terima kasih

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis menghargai masukan, kritik dan saran dari para pembaca.

Denpasar, 28 Juli 2016

(7)

vii

1.6 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II Tinjauan Pustaka ... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.2 Kerangka Konseptual ... 12

2.2.1 Politik Lingkungan ... 12

2.2.2 Non-Government Organization ... 16

BAB III Metodologi Penelitian ... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Sumber Data ... 24

3.3 Level Analisis ... 24

(8)

viii

3.5 Teknik Analisis Data ... 25

3.6 Penyajian Data ... 25

3.7 Penarikan Kesimpulan ... 26

BAB IV Pembahasan ... 27

4.1 Permasalahan Hutan dan Pendidikan di Kabupaten Sambas ... 27

4.2 Aktivitas World Vision di Indonesia ... 33

4.2.1 World Vision Dalam Bidang Lingkungan di Sambas ... 40

4.3 Upaya World Vision Melakukan Pelestarian Hutan Melalui Sekolah Hijau di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat ... 44

4.3.1 Awareness – Raising, Campaigning and Advocacy ... 45

4.3.1.1 Peningkatan Kesadaran ... 45

4.3.1.2 Kampanye ... 63

4.3.1.3 Advokasi ... 67

4.3.2 Education, Training and Capacity Building ... 71

4.3.3 Government and NGO Partnership ... 74

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 80

(9)

ix

DAFTAR DIAGRAM

(10)

x

DAFTAR TABEL

(11)

xi

DAFTAR SINGKATAN

ADP : Area Development Program

CEVCA : Climate Change and Environmental Degradation Vulnerability and Capacity Assessment

DESD : Decade of Education for Sustainable Development ESD : Education for Sustainable Development

FNMR : Farmer Managed Natural Farmer FWI : Forest Watch Indonesia

HI : Hubungan Internasional

INGO : International Non-Governmental Organization IPM : Indeks Pembangunan Manusia

MOU : Memorandum of Understanding NGO : Non-Governmental Organization Ormas : Organisasi Kemasyarakatan

PAKEM : Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

PIR-Trans : Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi

RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah SD : Sekolah Dasar

ToT : Training of Trainer

UNCED : United Nations Conference on Environment and Development UNESCAP : United Nation Economic and Social Commission for Asia and

Pasific

UNESCO : United Nations Educational, Scientific And Cultural Organization

UU : Undang-Undang

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

xiii ABSTRAK

Isu lingkungan seperti deforestasi merupakan salah satu permasalahan serius terhadap pembangunan nasional. Terutama bagi Indonesia sebagai negara berkembang. Masyarakat tidak memiliki daya untuk melawan eksploitasi kelapa sawit di Kabupaten Sambas. Awareness-Raising dilakukan sebagai pemberdayaan agar masyarakat memiliki kemampuan menghadapi isu deforestasi di Sambas. Advokasi membantu masyarakat memiliki haknya kembali atas pendidikan berbasis lingkungan dalam menghadapi deforestasi melalui pelestarian hutan di sekolah. Usaha tersebut sebagai tindakan politik untuk berpengaruh terhadap masyarakat lokal dan pemerintah. Upaya ini sebagai pendekatan bottom-up melalui sekolah hijau di Kabupaten Sambas. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan upaya yang dilakukan World Vision sebagai INGO membantu pelestarian hutan di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

(14)

xiv ABSTRACT

Environmental issue such as deforestation is one of serious threats toward national development. Especially for Indonesia as developing country. Society does not have power to fight the palm oil plantations in Sambas District, West Kalimantan. Awareness-Raising as empowerment so that people have power against deforestation issue in Sambas. Advocacy helps people to gain their rights back on environment-based education against deforestation through forest conservation in learning schools. The effort is political act to influence people and government. The efforts as a bottom-up approach through the green schools in Sambas. This research aims to describe the effort undertaken by World Vision as INGO helped forests conservation in Sambas, West Kalimantan.

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan di Indonesia menjadi potensi besar sebagai paru-paru dunia, berdasarkan data Food and Agriculture Organization (2015) luas wilayah hutan tropis terbesar ketiga yakni 91.010.000 Ha, setelah Zaire (152.578.000 Ha) dan Brazil yakni (493.538.000 Ha). Namun dengan luas tersebut tidak diimbangi dengan usaha pelestariannya, sehingga sejak 2009-2013 Indonesia kehilangan wilayah hutan mencapai 1 juta Hektar (Listiya, T., 2015). Hilangnya luas wilayah hutan dikarenakan deforestasi (kerusakan hutan) sebagai konversi kawasan lahan produksi untuk kepentingan sektor non-kehutanan seperti perkebunan kelapa sawit dan transmigrasi (Hidayat, H., 2011: 88).

(16)

2

Berdasarkan data diatas dapat dikatakan hilangnya luas hutan di Kalimantan Barat dikarenakan eksploitasi perkebunan kelapa sawit yang telah lama terjadi.

Terdapat izin eksploitasi kelapa sawit dari negara yang diberikan oleh pemerintah untuk pengusaha perkebunan tentang pelepasan lahan hutan di Kalimantan Barat menjadi sektor non-kehutanan. Terlihat pada tahun 2013 Kementerian Kehutanan mengeluarkan surat keputusan pengalihan tersebut seluas 554.137 hektar (FWI, 2013: 47-48). Izin ekploitasi membuat semakin mendesak kebutuhan masyarakat terhadap lahan bertani dan pemanfaatan hasil hutan (Kompas, 2014). Pembukaan akses pemanfaatan hutan untuk perkebunan kelapa sawit oleh pemerintah berpengaruh kepada kesejahteraan masyarakat lokal di kawasan hutan.

(17)

3

Lembaga Gemawan (2011) mengungkap melalui konsolidasi masyarakat Sambas menyatakan bahwa masyarakat tidak memiliki daya dalam menghadapi kekuatan perkebunan kelapa sawit. Huruswati (2012) mengungkapkan hal tersebut disebabkan minimnya kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) karena pendidikan yang minim di Kabupaten Sambas. Daerah Sajingan Besar sebagai contoh bahwa mayoritas usia produktif masyarakat hanya tamatan Sekolah Dasar (SD) sehingga pekerjaan seperti buruh kelapa sawit menjadi mata pencaharian utama tanpa memikirkan dampak kedepan bagi masyarakat (Huruswati, I., dkk, 2012). Minimnya pendidikan masyarakat berpengaruh terhadap rencana pembangunan di Kabupaten Sambas. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dilihat dari pendidikan di Sambas, tergolong paling rendah (60,8 %) dari kabupaten lain di Kalimantan Barat sehingga diperlukan upaya peningkatan kualitas pendidikan untuk mendorong pembangunan di Kabupaten Sambas (RPJMD Sambas, 2006). Dengan demikian, jika adanya pendidikan yang sesuai dengan kondisi di Sambas maka dapat membantu kekuatan masyarakat.

(18)

4

Saat ini Hubungan kemitraan organisasi non-pemerintah dengan negara tertuang berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17 Tahun 2013, World Vision sebagai organisasi masyarakat berbadan hukum asing di Indonesia wajib bermitra dengan pemerintah. Berdasarkan peraturan tersebut wajib memiliki izin dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan izin beroperasi dengan pemerintah sesuai dengan bidang kegiatan dengan perjanjian tertulis. Berdasarkan data dari Kemlu bahwa World Vision memiliki fokus kesejahteraan sosial khususnya bagi anak di Indonesia (Direktori OINP, 2011). World Vision dapat melakukan aktivitas sebagai pengaruhnya di Indonesia karena adanya izin operasional melalui MOU (Memorandum of Understanding) dengan Kemsos RI dalam upaya pemberdayaan masyarakat (Kementerian Luar Negeri, 2014).

(19)

5

ditujukan pendidikan lingkungan bagi anak usia dini sebagai pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan hal diatas peneliti melakukan studi analisis untuk mengetahui upaya World Vision di Indonesia dalam pelestarian hutan di Kabupaten Sambas melalui sekolah hijau yang dilakukan guna menyadarkan masyarakat dalam pemecahan permasalahan.

1.2 Rumusan Masalah

Melalui penjelasan dari latar belakang diatas, adanya permasalahan yang menarik untuk diteliti lebih lanjut, dan dirumuskan pada pertanyaan penelitian yakni bagaimana upaya World Vision melakukan pelestarian hutan melalui sekolah hijau di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat pada tahun 2011-2014?

1.3 Batasan Masalah

(20)

6

1.4 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan upaya World Vision sebagai International Non-Governmental Organization (INGO) dalam membantu pelestarian

hutan di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

1.5 Manfaat Penelitian

Pencapaian analisis suatu permasalahan, berdampak pada nilai guna secara akademis dan praktis yang dicapai dari penelitian ini.

1. Manfaat Akademis

Diharapkan menyumbangkan keilmuan tentang masuknya INGO ke negara dalam upaya pelestarian hutan dan cara interaksi yang dilakukan oleh kedua aktor, sehingga menjadi referensi bagi mahasiswa terutama Program Studi Hubungan Internasional.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini menyumbangkan informasi bagi pihak pemerintah, untuk memberikan gambaran mengenai pentingnya peran INGO sebagai jembatan antara masyarakat dan negara serta dalam mempengaruhi kebijakan publik yang berkaitan dengan meluasnya deforestasi di daerah Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

(21)

7

disekolah. Tujuannya agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam proses perencanaan tentang isu lingkungan.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Terdiri dari telaah melalui penelitian sebelumnya dan berhubungan dengan tema penelitian yang hendak dilakukan. Keterkaitan antar konsep sebagai kerangka konseptual untuk menjelaskan permasalahan yang diteliti.

BAB III: METODE PENELITIAN

Terdiri dari jenis penelitian, ruang lingkup penelitian, jenis data, unit analisis, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

BAB IV: PEMBAHASAN

(22)

8

BAB V: PENUTUP

(23)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian selanjutnya berkaitan dengan pengaruh NGO dalam pelestarian

lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian ”NGO dan Sustainable

Development: Peran Wetlands International – Indonesia Programme Dalam

Merehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Mengembangkan Mata Pencaharian Di

Aceh-Nias Tahun 2005-2009 (Proyek Green Coast)”. Penelitian ini membukakan tentang Proyek Green Coast sebagai upaya memberdayakan masyarakat di Aceh-Nias untuk sadar dalam mempertahankan atau melestarikan tanaman-tanaman daerah pesisir. Salah satu usaha yang dilakukan adalah information politics, bahwa NGO tersebut mengumpulkan data dan menyebarkannya sebagai informasi terkait kondisi ekologi dan sosial-ekonomi masyarakat.

(24)

10

Penelitian yang terkait dengan upaya NGO dalam pelestarian lingkungan kawasan hutan adalah berasal dari tulisan Rozaq (2015) dengan judul penelitian

Peran Greenpeace Dalam Mengatasi Kasus Deforestasi Hutan Di Kalimantan

Tengah Indonesia Tahun 2010-2014”. Penelitian ini mengungkapkan tentang peran serta upaya Greenpeace dalam menjaga kelestarian lingkungan global. Usaha yang dilakukan adalah advokasi mengenai isu deforestasi di Kalimantan Tengah yaitu politic campaign untuk mendorong pemerintah mencanangkan peraturan-peraturan

untuk melindungi hutan yakni Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 10 Tahun 2011 dan Nomor 06 Tahun 2013. Kedua peraturan tersebut tentang penundaan pembukaan area lain di kawasan hutan. Melalui kampanye, Greenpeace memanfaatkan media sebagai sarana yang digunakan menyebarkan informasi secara luas mengajak masyarakat peduli kondisi kawasan hutan Kalimantan Tengah.

(25)

11

Penelitian yang terkait dengan upaya NGO dalam pelestarian hutan berasal dari tulisan Sarah (2013) dengan judul “Peran Greenpeace dalam menanggulangi masalah kerusakan hutan alam dan gambut di Riau, Sumatra, Studi kasus: PT. Riau

Andalan Pulp and Paper”. Tulisan sarah memberikan gambaran umum mengenai kerusakan hutan yang terjadi di Semenjung Kampar, Riau akibat deforestasi yang dilakukan oleh perusahaan sehingga mengancam kelestarian hutan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. Perusahaan telah melakukan tindakan penebangan ilegal yang dilihat memiliki cacat hukum dalam izin penebangan hutan alam. Greenpeace sebagai aktor NGO berupaya dalam mendesak pemerintah agar menghasilkan kebijakan untuk mendukung pelestarian hutan. Upaya tersebut dilakukan berdasarkan fungsinya sebagai advokasi untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat sekitar hutan. Greenpeace memonitor aktivitas deforestasi dengan cara patroli kawasan hutan dan lahan gambut. Greenpeace juga memberikan fasilitas bagi masyarakat dan sebagai jembatan antara

masyarakat dan instansi pemerintah dalam melakukan pelestarian hutan.

(26)

12

tulisan sarah yakni World Vision memiliki program sekolah hijau dalam pembangunan berkelanjutan untuk membantu kehidupan masyarakat di wilayah Kalimantan Barat agar dapat melestarikan hutan di Sambas.

2.2 Kerangka Konseptual

Peneliti menggunakan beberapa konsep di dalam penulisan ilmiah dengan maksud mengkaji upaya World Vision dalam pelestarian hutan di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat melalui analisa terhadap program yang dilakukan selama 2011-2014. Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah

2.2.1 Politik lingkungan

(27)

13

Paterson menjelaskan bahwa Tahun 1970, menjadi awal dari tindakan green politics, yang menolak sistem dari pemikiran tradisional, menempatkan negara

sebagai aktor dominan. Aktor negara secara terus-menerus mengejar kepentingan dan membuka akses dalam pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan. Hal ini berdampak pada kerusakan lingkungan dan mengakibatkan kelangkaan sumber daya serta meningkatnya jumlah pengungsi.

Para pemikir green politic merasa bahwa struktur politik global yang berjalan harus diubah ke arah yang demokratis, yaitu adanya sikap saling berbagi permasalahan lingkungan. Green politic juga memperhatikan isu ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga menggagas pembangunan berkelanjutan yang bertujuan agar terdapat keseimbangan antara lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi dalam menangani kemiskinan serta kelaparan (Steans & Pettiford, 2005: 382 dalam Ikbar, Y., 2014).

(28)

14

Advokasi NGO dengan cara melakukan kampanye (penyebaran informasi) dan lobi guna mengekpresikan kondisi kemiskinan maupun kerusakan lingkungan sehingga advokasi dapat melampaui batas-batas negara (Rugendyke, B., 2007).

(29)

15

NGO juga memberikan kesadaran umum atas masalah-masalah lingkungan, peduli terhadap isu pembangunan dan keadilan sosial bagi kaum miskin terpinggirkan secara sosial dan ekonomi. NGO melihat akibat deforestasi, masyarakat memiliki akses minim untuk mendapatkan hasil sumber daya alam karena pengaruh eksploitasi dalam menggantikan kawasan hutan dengan tanaman yang memberikan keuntungan seperti kelapa sawit, karet, kopi dan lainnya. Hal ini membuat melemahnya kontribusi masyarakat lokal dalam sektor ekonomi dan mengakibatkan menurunnya kesejahteraan (Hidayat H, 2011: 17).

(30)

16

pembelajaran pelestarian hutan, menghemat air, pengelolaan sampah agar dapat dimanfaatkan kembali (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012).

Berdasarkan pengertian tentang politik lingkungan, kita dapat melihat aktivitas NGO untuk membantu dalam pelestarian lingkungan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. upaya pemberdayaan masyarakat oleh NGO melalui pendidikan lingkungan untuk penyadaran kepada masyarakat mengenai isu lingkungan. NGO sebagai penyedia pendidikan non-formal merupakan manifestasi sebagai program pelestarian lingkungan agar masyarakat berpartisipasi memecahkan permasalahan lingkungan. Pendidikan lingkungan merupakan aspek penting dari proses pembangunan berkelanjutan. World Vision membantu masyarakat di kabupaten Sambas, Kalimantan Barat menggunakan sekolah hijau sebagai alat untuk memberi pengaruh kepada masyarakat dan pemerintah dalam menemukan cara atau solusi guna menjaga dan melestarikan lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar di masa depan mereka tetap dapat merasakan manfaat dari hutan melalui pemberdayaan masyarakat lokal.

2.2.2 Non-Governmental Organization

World Bank (1992, dalam Kim, Y., 2011) memberikan definisi mengenai Non-Governmental Organization sebagai kelompok dan lembaga yang seluruh atau

(31)

17

sebagai partai politik atau lembaga pemerintah, sehingga tidak harus memiliki tujuan mencapai kekuasaan politik. Kedua, NGO tidak harus menghasilkan keuntungan terutama dari pihak swasta. Ketiga, bahwa tidak ada keikutsertaan kelompok kriminal di dalam NGO walaupun mereka bukan berasal dari pemerintah atau swasta.

World Bank (1995) mendefinisikan NGO dalam dua kategori berdasarkan tujuannya yakni operasional dan advokasi. NGO operasional memiliki tujuan utama yakni merancang dan melaksanakan proyek-proyek yang berkaitan dengan pembangunan. Tujuan pembangunan dimaksudkan untuk meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi di negara-negara berkembang dengan cara memberikan layanan kesehatan, program pendidikan dan kredit mikro bagi masyarakat. NGO operasional biasanya melakukan kontrak atau kesepakatan dengan negara untuk program pembangunan. NGO advokasi memiliki tujuan mempertahankan atau mengangkat secara spesifik mengenai kebijakan ataupun penyebab kebijakan tertentu. Kedua tipe tersebut tidak menjadi eksklusif karena NGO operasional dapat melakukan kegiatan advokasi dan sebaliknya, seperti yang dilakukan NGO kemanusiaan.

(32)

18

untuk pengembangan kemampuan atau kapasitas mereka sebagai fokus dalam proses pendekatan Bottom-up (Ulleberg, 2009). Menurut Sutomo (1998), intervensi lebih difokuskan sebagai bagian enabling process atau upaya pengembangan kapasitas masyarakat. Menurut Sumodiningrat (2002) Enabling process merupakan upaya pemberdayaan masyarakat untuk membangun daya atau kemampuan melalui pengembangan potensi. Pemberdayaan tersebut dilakukan dengan cara peningkatan kesadaran masyarakat. Ife (1995) mengungkapkan bahwa pemberdayaan juga merupakan proses membantu masyarakat tertinggal dengan cara mendidik, menggunakan lobi, memakai media dan terlibat dalam aksi politik dan sebagainya. Pengertian diatas bahwa intervensi NGO dilakukan melalui pengembangan kapasitas masyarakat lokal dengan cara peningkatan kesadaran masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dan merupakan proses pendekatan Bottom-up.

UNESCAP / United Nation Economic and Social Commission for Asia and Pasific (2000) menjelaskan bahwa NGO memiliki fungsi penting untuk

meningkatkan kepedulian lingkungan melalui kesadaran terhadap isu lingkungan serta menjalankan program pembangunan berkelanjutan. Berikut fungsi yang dijalankan dari NGO:

1. Awareness – Raising, Campaigning and Advocacy a. Peningkatan Kesadaran

(33)

19

lingkungan dan terlibat dalam pembangunan berkelanjutan. Finnemore dan Sikkink (1998, dalam Kim, Y., 2011) menjelaskan NGO sebagai Norm Generator berupaya membangkitkan kesadaran norma kepada publik. Terdapat tiga tahap yang dilakukan yakni NGO memberikan perhatian kepada suatu kondisi kritis negara supaya menerima norma-norma baru (norm emergence); mensosialisasikan norma baru melalui penyuaraan isu penting untuk membujuk masyarakat menerima norma tersebut (Norm cascade); menyebarkan norma baru di antara masyarakat (internalization norm). Tahap internalisasi norma, dilakukan untuk mensinkronkan norma internasional ke dalam praktik-praktik domestik.

b. Kampanye

Penyuaraan (kampanye) dilakukan melalui pendekatan kepada masyarakat. NGO memainkan fungsinya untuk membangun hubungan antara masyarakat dengan proses politik. NGO membujuk masyarakat untuk ikut mendukung program kemanusiaan melalui media seperti televisi, surat kabar dan majalah. Apabila media di batasi oleh negara maka NGO juga dapat melakukan pengiklanan mengenai suatu isu masalah kepada publik dengan cara mengirim pesan singkat. NGO dalam kegiatan ini dapat mengubah pandangan publik supaya merespon dan mempengaruhi keputusan pemerintah. Menurut Bouget dan Prouteau (2002, dalam Kim, Y., 2011) Melalui fungsi tersebut, NGO dapat dikatakan berperan sebagai Agenda Setters.

c. Advokasi

(34)

20

masyarakat. NGO melakukan lobi kepada pemerintah karena kemampuan dalam mengakses informasi tanpa batas. Lobi dilakukan guna perubahan kebijakan melalui laporan data yang dikumpulkan dari kondisi masyarakat ataupun pengorganisasian masyarakat. NGO juga berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan melalui penyebaran informasi. NGO sebagai jaringan transnasional masyarakat sipil dapat memberikan informasi ke luar negeri tentang realita yang terjadi di suatu negara sehingga bisa menekan pemerintah untuk mempertimbangkan isu-isu yang terjadi (Demars, 2005 dalam Kim, Y., 2011).

World Vision melakukan penyadaran kepedulian, kampanye dan advokasi untuk mempengaruhi penduduk dan pemerintah di Kabupaten Sambas agar sadar terhadap permasalahan. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan agar masyarakat di Sambas untuk mendukung program sekolah hijau. NGO juga memiliki maksud untuk menyadarkan pemerintah di Kabupaten Sambas, untuk menemukan solusi peningkatan kualitas pendidikan yang berkarakter sesuai lingkungan hutan agar kesejahteraan masyarakat meningkat.

2. Education, Training and Capacity Building

(35)

21

lingkungan. Pendidikan lingkungan menjadi faktor penting di dalam memberikan kesadaran untuk melindungi lingkungan dimulai dari tingkat pendidikan dasar. Pelatihan kepada tenaga pengajar mengenai pendidikan lingkungan dimulai dari memperkenalkan perencanaan kurikulum dan metode pengajaran melalui pengembangan keterampilan dan lokakarya (UNESCAP, 2000).

3. Government and NGO Partnership

Kemampuan NGO yang tidak dimiliki oleh aktor negara dalam menjangkau masyarakat di berbagai daerah menjadi hal yang diperlukan bagi pemerintah untuk mengadakan kerjasama antar aktor tersebut. Rekomendasi dapat diberikan oleh NGO untuk mengembangkan program melalui pengkajian dari informasi pemerintah. Pemerintah sebagai mitra dapat mendanai program NGO dalam bidang pelestarian lingkungan. NGO dapat berpartisipasi dengan pemerintah daerah melalui pendekatan yang inovatif seperti strategi pendidikan (Ulleberg, 2009). Salah satu strategi yang diberikan oleh World Vision adalah pendidikan lingkungan melalui sekolah hijau.

(36)

22

Referensi

Dokumen terkait