• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Wanita Untuk Melakukan Pemeriksaan Lanjutan Setelah USG Payudara di Kabupaten Badung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Determinan Wanita Untuk Melakukan Pemeriksaan Lanjutan Setelah USG Payudara di Kabupaten Badung."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

DETERMINAN WANITA UNTUK MELAKUKAN

PEMERIKSAAN LANJUTAN SETELAH USG

PAYUDARA DI KABUPATEN BADUNG

ARTIKA DEWI AMRI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

UNIVERSITAS UDAYANA

DETERMINAN WANITA UNTUK MELAKUKAN

PEMERIKSAAN LANJUTAN SETELAH USG

PAYUDARA DI KABUPATEN BADUNG

ARTIKA DEWI AMRI NIM. 1220025043

(3)

UNIVERSITAS UDAYANA

DETERMINAN WANITA UNTUK MELAKUKAN

PEMERIKSAAN LANJUTAN SETELAH USG PAYUDARA DI

KABUPATEN BADUNG

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

ARTIKA DEWI AMRI NIM. 1220025043

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya dapat diselesaikannya skripsi yang berjudul “Determinan Wanita Untuk Melakukan Pemeriksaan Lanjutan Setelah USG Payudara di Kabupate n Badung” ini tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih diberikan atas kerjasamanya dalam penyusunan skripsi ini kepada :

1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., PhD, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Ni Luh Putu Suariyani, SKM., MHlth&IntDev, selaku Kepala Peminatan Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sekaligus dosen pembimbing yang telah memberika n bimbingan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

3. dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid dan dr. I Made Sutarga, M.Kes selaku tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dalam penelitian ini. 4. Para dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana.

(7)

7. Orang tua Amrizal Majid dan Sumiarti, kakak saya Riyan Jumaika Amri dan Macgiver Setiawan yang telah memberikan dukungan finansial dan dukungan moral dalam melaksanakan penelitian maupun penyusunan skripsi ini.

8. Made Intan Kusuma Dewi, Ni Ketut Swandewi dan Erwita Yasinta yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian serta A.A.Istri Ratna Maadnyani, Sharryl Allicia Kainde, Meitha Indah Mawarni dan Ketut Alit Sukertha Winaya yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2012 yang telah memberika n motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Demikian skripsi ini disusun semoga dapat memberikan manfaat bagi diri kami sendiri dan pihak lain yang menggunakan.

Denpasar, 01 Juni 2016

(8)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI Skripsi, Juni 2016

Determinan Wanita Untuk Melakukan Pemeriksaan Lanjutan Setelah USG Payudara di Kabupaten Badung

ABSTRAK

Perlunya pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara karena pemeriksaan USG saja tidak direkomendasikan untuk deteksi dini kanker payudara, tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi kelainan pada payudara dapat ditentukan lebih akurat. Metode mammografi merupakan metode yang dapat mendeteksi kanker payudara dengan akurasi sampai 90%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan wanita untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung.

Desain penelitian menggunakan studi observasional deskriptif dengan desain

cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan simple random sampling

dengan jumlah sampel 100 orang. Analisis bivariat menggunakan chi-square dengan

α=0,05.

Hasil penelitian ini menggambarkan dari 100 responden sebanyak 43 orang (43%) sudah melakukan pemeriksaan lanjutan dan 57 orang (57%) tidak melakukan pemeriksaan lanjutan. Proporsi wanita yang melakukan pemeriksaan lanjutan sebanyak 41 orang (45,05%) berpendidikan tinggi, 38 orang (62,30%) berpengetahua n baik, 18 orang (47,37%) menyatakan jarak pelayanan kesehatan jauh, 43 orang (52,44%) mampu untuk membiayai pemeriksaan lanjutan, 38 orang (52,44%) pernah memperoleh informasi tentang kanker payudara, 43 orang (57,33%) memperole h dukungan petugas kesehatan dan 41 orang (53,95%) memperoleh dukungan baik dari keluarga. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat faktor yang memilik i hubungan terhadap pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara yaitu tingkat pengetahuan, keterjangkauan biaya, dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga.

(9)

The Determinants of Women to Perform the Advanced Examination after Taking the Breast Ultrasound in Badung

ABSTRACT

The further examination after breast ultrasound is needed because the ultrasound examination is not recommended for early detection of breast cancer ; however by the combination of ultrasound and mammography, the disorder in the breast could be determined more accurately. Mammography method is a method that could detect breast cancer with an accuracy up to 90%. This study is aimed to determine the determinant of women to conduct further examination after breast ultrasound in Badung.

The study’s design used a descriptive observational study with cross sectional design. The sampling technique that used was simple random sampling with a sample ) which are able to pay the further examination, 38 people (52.44%) that ever received the information about breast cancer, 43 people (57.33%) that gained the support of health workers and 41 people (53.95%) that received good support from family. The results showed that there are four factors that have a relationship with the further examination after breast ultrasound, those are the level of knowledge, affordabilit y, the support of health workers and the support of family.

Therefore, the conclusion of this study is the determinant of women to undertake the further examination after breast ultrasound depends on the level of knowledge, affordability, the support of health workers and the support of family.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI...ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

KATA PENGANTAR... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xvi BAB I PENDAHULUAN ...Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang...Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ...Error! Bookmark not defined.

1.3 Pertanyaan Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

(11)

2.2 Faktor Risiko ...Error! Bookmark not defined.

2.3 Deteksi Dini ...Error! Bookmark not defined.

2.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kesehatan ... Error! Bookmark not defined.

BAB III KERAN GKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... Error! Bookmark not defined.

3.1 Kerangka Konsep ...Error! Bookmark not defined.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ...Error! Bookmark not defined.

BAB IV METODOLOGI PEN ELITIAN ...Error! Bookmark not defined.

4.1 Desain Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...Error! Bookmark not defined.

4.3 Populasi dan Sampel...Error! Bookmark not defined.

4.4 Pengumpulan Data...Error! Bookmark not defined.

4.5 Pengolahan Data ...Error! Bookmark not defined.

4.6 Analisis Data ...Error! Bookmark not defined.

BAB V HASIL ...Error! Bookmark not defined.

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian...Error! Bookmark not defined.

5.2 Analisis Univariabel ...Error! Bookmark not defined.

5.3 Analisis Bivariabel ...Error! Bookmark not defined.

BAB VI PEMBAHASAN ...Error! Bookmark not defined.

(12)

6.2 Tingkat Pendidikan terhadap Pemeriksaan Lanjutan Setelah USG Payudara.... ...Error! Bookmark not defined.

6.3 Tingkat Pengetahuan terhadap Pemeriksaan Lanjutan Setelah USG Payudara... ...Error! Bookmark not defined.

6.4 Keterjangkauan Jarak Fasilitas Kesehatan terhadap Pemeriksaan Lanjutan Setelah USG Payudara ...Error! Bookmark not defined.

6.5 Keterjangkauan Biaya terhadap Pemeriksaan Lanjutan Setelah USG Payudara ...Error! Bookmark not defined.

6.6 Sumber Informasi terhadap Pemeriksaan lanjutan Setelah USG Payudara

Error! Bookmark not defined.

6.7 Dukungan Petugas Kesehatan terhadap Pemeriksaan lanjutan Setelah USG Payudara ...Error! Bookmark not defined.

6.8 Dukungan Keluarga terhadap Pemeriksaan lanjutan Setelah USG Payudara... ...Error! Bookmark not defined.

6.9 Kelebihan dan Kelemahan Penelitian...Error! Bookmark not defined.

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ...Error! Bookmark not defined.

7.1 Simpulan ...Error! Bookmark not defined.

7.2 Saran ...Error! Bookmark not defined.

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2. 1 K lasifikasi Hasil Pemeriksaan USG & MammografiError! Bookmark not defined.

Tabel 3.2 Definisi Operasional...Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.1 Contoh Tabel Silang dalam Analisis BivariatError! Bookmark not defined.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik RespondenError! Bookmark not defined.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Lanjutan Setelah USG Payudara ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Rencana Pemeriksaan Lanjutan Setelah USG Payudara ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Determinan Wanita Untuk Melakukan Pemeriksaan Lanjutan Setelah USG Payudara ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 5 5 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi yang diperoleh Responden tentang Kanker Payudara ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 5 6 Analisis Hubungan Determinan Wanita Untuk Melakukan Pemeriksaan Lanjutan Setelah USG Payudara ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 5 7 Distribusi Frekuensi Sumber Dana untuk Melakukan Pemeriksaan Lanjutan Setelah USG Payudara ...Error! Bookmark not defined.

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(15)

DAFTAR GRAFIK

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Jadwal Penelitian 2. Kuesioner Penelitian 3. Output Analisis Data 4. Dokumentasi

5. Ethical Clearance

(17)

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

BIRADS : Breast Imaging Reporting and Data System

BMI : Body Mass Index

Depkes : Departemen Kesehatan HHUS : Hand-Held Ultrasonography

IVA : Inveksi Visual Asetat

IARC : International Agency for Research on Cancer

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat RI : Repbulik Indonesia

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat SADARI : Pemeriksaan Payudara Sendiri SARANIS : Pemeriksaan Payudara Klinis USG : Ultrasonography

(18)
(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tidak terkendali, dapat merusak jaringan dan melakukan metastasis. Sel kanker bersifat ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia (Depkes RI, 2009). Kanker merupakan salah satu penyakit yang ditakuti dan dipandang sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia, kanker merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia dimana kanker penyumbang kematian nomor dua yaitu sebesar 3% setelah penyakit kardiovaskuler (Kemenkes, 2015). Penyakit kanker tidak hanya berisiko terhadap laki-laki tetapi juga berisiko terhadap wanita tanpa memandang umur. Jenis kanker yang terjadi pada wanita antara lain kanker payudara, kanker serviks, kanker ovarium, leukemia, kanker kolorektal, kanker thyroid, kanker nasofaring, kanker paru, kanker kulit dan kanker hati. Diantara jenis kanker tersebut, kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh wanita.

Survei yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa 8-9% wanita mengalami kanker payudara (Anggorowati, 2013). Menurut data

GLOBOCAN (IARC) tahun 2012 diketahui bahwa kanker payudara merupakan

(20)

memperkirakan setiap tahunnya sekitar 178.000 wanita Amerika akan didiagno s is terkena kanker payudara (Susanti & Mintarsih, 2013).

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2015, prevalensi penyakit kanker payudara di Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,05%. Masalah kanker payudara menjadi lebih besar karena lebih dari 70% penderita datang ke pelayanan kesehatan pada stadium lanjut. Hasil penelitian Taha (2010) di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan menunjukkan tingginya persentase penderita kanker payudara stadium lanjut datang ke pelayanan kesehatan pertama kali untuk memeriksakan diri yaitu pada stadium IV sebesar 39,7% dan stadium IIIB sebesar 34,5%.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa di Provinsi Bali prevalensi dan estimasi jumlah penderita kanker payudara pada tahun

2013 sebesar 0,6 ‰ atau sekitar 1.233 orang penderita kanker payudara. Laporan

tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2011 menyatakan bahwa persentase penderita kanker payudara dengan diagnosis awal stadium lanjut mencapai 75% dan stadium awal 25% (Mediasta, 2012).

(21)

3

deteksi dini kanker payudara ada dua yaitu pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan secara klinis (SARANIS). Namun deteksi dini belum populer di Indonesia karena dipengaruhi beberapa faktor antara lain kurangnya pengetahuan, tidak ada kepedulian dan kurangnya kemampuan secara finans ia l (Desanti dkk, 2010).

Kabupaten Badung merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Bali yang saat ini gencar melakukan deteksi dini kanker payudara dengan sasaran wanita yang berada di wilayah Kabupaten Badung. Dinas Kesehatan Kabupaten Badung merupakan instansi yang bertanggung jawab dalam menjalankan program deteksi dini kanker payudara tersebut. Program yang dijalankan merupakan program deteksi dini bergerak (mobile) berupa mobil bus dengan desain khusus yang dilengkapi alat USG ABVS (Automated Breast Volume Scanner) dan peralatan audio visual untuk penyuluha n dengan maksud mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan diharapkan dapat menjaring wanita yang berisiko terkena kanker payudara sedini mungkin. Pelayanan ini merupakan pelayanan inovasi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Badung. Program yang diresmikan pada bulan Desember 2014 dan mulai beroperasi pada bulan Januari 2015 telah memenuhi target pelayanan deteksi dini yaitu sebesar 1.200 wanita di Kabupaten Badung. Program ini telah banyak menarik minat wanita untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini, sebab program deteksi dini kanker payudara yang dilaksanakan pemerintah Kabupaten Badung selain tidak dipungut biaya juga

merupakan pelayanan “jemput bola” yaitu petugas kesehatan secara langsung datang

(22)

4

Alat ABVS yang digunakan dalam melakukan deteksi dini akan menghasilka n gambaran pada payudara yang disebut sebagai BIRADS (Breast Imaging Reporting and Data System)yang dikategorikan menjadi 6 kategori yaitu BIRADS 1 (normal), BIRADS 2 (kelainan jinak), BIRADS 3 (kelainan yang mungkin jinak dan disarankan untuk evaluasi ketat), BIRADS 4 (kelainan yang mungkin mengarah keganasan), BIRADS 5 (sangat mungkin ganas) dan BIRADS 6 (ganas). Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui secara pasti kelainan pada payudara. Perlunya pemeriksaan lanjutan karena pemeriksaan USG saja tidak direkomendasikan untuk deteksi kanker payudara, tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi kelainan pada payudara dapat ditentukan lebih akurat (Savitri dkk, 2015). Metode mammografi merupakan metode yang dapat mendeteksi kanker payudara dengan akurasi sampai 90%. Selaras dengan hal ini, penelitian yang dilakukan Huang, et al (2012) menunjukkan bahwa pemeriksaan deteksi dini kanker payudara yang dilakukan dengan USG terlebih dahulu, lalu jika diindikasi maka dilanjutkan dengan pemeriksaan mammografi memiliki tingkat spesitivitas tinggi (99,4%) dan sensitivitas (84,8%) yang akan mengoptima lka n pemeriksaan deteksi dini kanker payudara.

(23)

5

maka wanita tersebut tidak mengetahui secara pasti adanya kelainan pada dirinya dan tidak mendapatkan tindakan secara tepat dan cepat. Dalam melakukan pemeriksaan lanjutan deteksi dini kanker payudara banyak faktor yang akan mempenga r uhi kesediaan wanita untuk memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan. Hal ini berhubungan dengan perilaku kesehatan wanita tersebut, dimana perilaku kesehatan menurut Lawrence Grenn dipengaruhi oleh faktor predisposisi, pendukung dan pendorong dalam melakukan pemeriksaan lanjutan (Notoatmodjo, 2014). Pada penelitian yang dilakukan Desanti, dkk (2010) mengenai persepsi wanita berisiko kanker payudara tentang pemeriksaan payudara sendiri di kota Semarang, Jawa Tengah menyatakan bahwa 74,8% responden merasa perilaku SADARI tidak mempunyai keuntungan dan 70,1% responden merasakan hambatan untuk melakukan SADARI. Hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan kenyataan bahwa responden adalah wanita yang mempunyai faktor risiko kanker payudara yang seharusnya akan merasa rentan untuk terkena kanker payudara. Selain itu penelit ia n mengenai faktor-faktor keterlambatan penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan awal ke pelayanan kesehatan menyatakan bahwa hasil analisis nilai odd ratio menunjukkan semakin rutin melakukan SADARI maka dapat terhindar dari keterlambatan dalam melakukan pemeriksaan awal kanker payudara ke pelayanan kesehatan. Orang yang tidak pernah melakukan SADARI mempunyai risiko 11,08 kali dan orang yang tidak rutin melakukan SADARI mempunyai risiko 5,18 kali untuk mengalami keterlambatan melakukan pemeriksaan awal kanker payudara ke pelayanan kesehatan dibandingkan orang yang rutin melakukan deteksi dini SADARI setiap bulan (Dyanti & Suariyani, 2016).

(24)

6

USG payudara di Kabupaten Badung. Selain itu juga, penelitian ini belum pernah dilaksanakan sebelumnya sebab program yang diadakan Pemerintah Kabupaten Badung merupakan program inovasi baru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diketahui bahwa untuk mendiagnos is kanker payudara secara dini diperlukan skrining dan diagnosa lanjutan. Program deteksi dini kanker payudara yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Badung menggunakan alat USG. Wanita yang telah melakukan deteksi dini dengan metode USG dan memperoleh hasil BIRADS 2, 3, 4, 5 dan 6 yang dicurigai memiliki kelainan pada payudara diharapkan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui kelainan tersebut secara pasti. Namun tidak semua yang dicurigai memiliki kelainan pada payudara dengan hasil USG BIRADS 2, 3, 4, 5 dan 6 melakukan pemeriksaan lanjutan. Hal tersebut bertolak belakang dengan kenyataan bahwa responden adalah wanita yang mempunyai faktor risiko kanker payudara yang seharusnya akan merasa rentan untuk terkena kanker payudara. Adanya perbedaan tersebut, sehingga pada penelitian ini ingin mengetahui determinan wanita untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara. Oleh karena itu adapun rumusan masalah yang dapat

diangkat yaitu “Bagaimana determinan wanita untuk melakukan pemeriksaan lanjutan

setelah USG payudara di Kabupaten Badung?”

(25)

7

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui determinan wanita untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui proporsi wanita melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung berdasarkan tingkat pendidikan.

2. Untuk mengetahui proporsi wanita melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung berdasarkan tingkat pengetahuan. 3. Untuk mengetahui proporsi wanita melakukan pemeriksaan lanjutan setelah

USG payudara di Kabupaten Badung berdasarkan keterjangkauan jarak. 4. Untuk mengetahui proporsi wanita melakukan pemeriksaan lanjutan setelah

USG payudara di Kabupaten Badung berdasarkan keterjangkauan biaya. 5. Untuk mengetahui proporsi wanita melakukan pemeriksaan lanjutan setelah

USG payudara di Kabupaten Badung berdasarkan sumber informasi.

6. Untuk mengetahui proporsi wanita melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung berdasarkan dukungan keluarga.

7. Untuk mengetahui proporsi wanita melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara di Kabupaten Badung berdasarkan dukungan petugas kesehatan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

(26)

8

deteksi kanker payudara yang bertujuan untuk penemuan penderita kanker payudara sedini mungkin serta tindakan yang tepat dan cepat.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan dan informasi yang bertujuan untuk mengetahui determinan wanita dalam melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara.

1.5.2 Manfaat Teoritas

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi dari faktor presdiposisi, pendukung dan pendorong terhadap perilaku kesediaan wanita untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah USG payudara.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

(27)
(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Payudara

Kanker payudara (Carcinoma Mammae) merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali pada jaringan payudara (Mulyani, 2013). Tanda-tanda awal kanker payudara tidak sama pada setiap wanita. Tanda yang paling umum terjadi adalah perubahan bentuk payudara dan puting yaitu perubahan yang terasa saat perabaan dan keluarnya cairan dari puting. Adapun beberapa gejala kanker payudara yang dapat terasa dan terlihat antara lain: 1) munculnya benjolan pada payudara; 2) munculnya benjolan di ketiak (aksila); 3) perubahan bentuk dan ukuran payudara; 4) keluarnya cairan dari puting (nipple discharge); 5) perubahan pada puting susu; 6) kulit payudara berkerut dan 7) tanda-tanda kanker telah menyebar muncul seperti nyeri tulang, terjadi pembengkakan lengan atau luka pada kulit, penumpukan cairan di sekitar paru-paru, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, penyakit kuning, sesak napas atau penglihatan ganda (Savitri dkk, 2015).

(29)

4

progesi dimana sel-sel menjadi sangat ganas dan mampu bermetastasis (menyebar) ke bagian-bagian tubuh lain (Mulyani, 2013).

Kejadian kanker payudara berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui pada tahun 2012 kejadian kasus baru kanker payudara sebesar 43,3% dan kematian akibat kanker payudara sebesar 12,9% (Kemenkes, 2015). Data dari American Cancer Society menyatakan sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis menderita kanker payudara dan tiap tahunnya di seluruh dunia kurang lebih 465.000 wanita meninggal dunia karena kanker payudara dan kejadian ini meningkat sekitar 30% dalam kurun waktu 25 tahun di negara-negara maju (Ferlay, J. et all, 2001 dalam Rasjidi, 2009).

Situasi penyakit kanker payudara di Indonesia berdasarkan estimasi insiden menurut GLOBOCAN (IARC) tahun 2012 sebesar 40 per 100.000 perempuan dan angka ini meningkat dari tahun 2002 dengan insiden kanker payudara 26 per 100.000 perempuan. Kanker payudara merupakan jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia tahun 2010 yaitu sebesar 28,7% (Kemenkes, 2015).

2.2 Faktor Risiko

(30)

5

1. Umur

Risiko seorang wanita untuk menderita kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan umur. Lebih dari 80% kanker payudara terjadi pada wanita berusia 50 tahun keatas dan telah mengalami menapouse (Astrid dkk, 2015). Berdasarkan penelitian Nani (2009) menunjukkan bahwa distribusi kelompok umur terbanyak ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun (36,5%) dan 50-59 tahun (30,8%). Selaras dengan penelitian tersebut, penelitian Haslinda, dkk (2013) menunjukkan adanya hubungan antara umur dengan kejadian kanker payudara (p = 0,000).

2. Faktor Genetik

(31)

6

wanita mengalami pubertas maka makin panjang pula jaringan payudaranya dapat terkena oleh unsur-unsur berbahaya yang menyebabkan kanker seperti bahan kimia, estrogen ataupun radiasi (Mulyani, 2013). Penelitian Butler dkk mengenai hubunga n antara usia menarche terhadap risiko peningkatan kanker payudara dalam 1505 kontrol dan 1647 kasus diperoleh bahwa usia menarche yang lebih muda (<12 tahun) terdapat peningkatan risiko kanker payudara dengan OR 1,5 (Rasjidi, 2009).

4. Usia Kehamilan Pertama ≥ 30 tahun

Risiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkata n usia saat kehamilan pertama. Hal ini disebabkan karena adanya rangsanga n pematangan dari sel-sel pada payudara yang diinduksi oleh kehamilan, yang membuat sel-sel ini lebih peka terhadap transformasi yang bersifat karsinogenik (Rasjidi, 2009). Wanita yang memiliki anak pertama diusia 30 tahun ke atas memiliki risiko menderita kanker payudara. Risiko ini meningkat sebanyak 3% setiap kali wanita bertambah usia (Savitri dkk, 2015). Penelitian mengenai faktor risiko kanker payudara pada wanita

menyatakan bahwa variabel usia melahirkan anak pertama ≥ 30 tahun memiliki

hubungan dengan kejadian kanker payudara yakni OR = 4,99 (Anggorowati, 2013). 5. Nulipara

(32)

7

6. Riwayat Tidak Menyusui Anak/Menyusui dalam Waktu Singkat

Wanita menyusui akan mengeluarkan hormon yang disebut prolaktin. Di dalam tubuh, hormon prolaktin akan menekan paparan hormon estrogen. Kebiasaan menyusui berhubungan dengan siklus hormonal, dimana setelah proses melahirka n kadar hormon estrogen dan hormon progesteron yang tinggi selama kehamilan akan menurun dengan tajam. Menurunnya hormon tersebut selama menyusui akan mengurangi pengaruh hormon tersebut terhadap proses profilerasi jaringan termasuk jaringan payudara yang memicu terjadinya kanker payudara (Tjindarbumi, 2002 dalam Anggorowati, 2013). Selaras dengan penelitian Priyatin dkk (2013) menyatakan wanita usia subur yang tidak menyusui memiliki risiko 2,118 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara. Selain itu juga, semakin singkat riwayat lama menyus ui akan semakin meningkat risiko untuk menderita kanker payudara.

7. Riwayat Tumor Jinak pada Payudara

Wanita yang menderita tumor jinak (benign) mungkin memiliki risiko kanker payudara. Wanita dengan adenosis, fibroadenema serta fibrosis tidak ada peningkata n risiko terjadinya kanker payudara, namun pada hiperplasis dan papiloma berisik o meningkat 1,5 sampai 2 kali terjadinya kanker payudara (Mulyani, 2013).

8. Riwayat Kanker Ovarium pada Keluarga

(33)

8

9. Riwayat Obesitas

Wanita yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan setelah memasuki masa menopause memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker payudara karena memiliki tingkat estrogen yang jauh lebih tinggi (Savitri dkk, 2015). Mezzeti, dkk menyatakan bahwa wanita pascamenapause dengan BMI > 26,6 kg/m2 memiliki risiko

terjadinya kanker payudara lebih besar (OR 1,22). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan berat badan wanita selama masa pascamenopause meningkatkan risiko terkena kanker payudara (Rasjidi, 2009). Selaras dengan penelitian tersebut, penelit ia n observasional menunjukkan bahwa kenaikan berat badan di periode premenopause dan kelebihan berat badan atau obesitas pascamenopause memiliki peningkatan risiko kanker payudara 4,93 kali (Howell et al, 2014).

10. Penggunaan Kontrasepsi Hormonal

Penggunaan pil KB pada waktu yang lama dapat meningkatkan wanita terkena risiko kanker payudara karena sel-sel yang sensitif terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau ganas (Mulyani, 2013). Penelitian menemukan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral (pil KB) memiliki risiko sedikit lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakannya. Selain pil KB, kontrasepsi hormonal lainnya seperti KB suntik yang diberikan setiap 3 bulan juga diketahui memberikan efek terhadap risiko kanker payudara (Savitri dkk, 2015).

11. Perokok Pasif

(34)

9

payudara karena mengandung bahan kimia dalam konsentrasi tinggi yang menyebabkan kanker payudara. Tahun 2005 sebuah laporan dari California Environmental Agency menyimpulkan bahwa bukti tentang asap rokok dan kanker payudara terjadi pada wanita muda (Savitri dkk, 2015).

12. Konsumsi Alkohol

Wanita yang sering mengonsumsi alkohol akan berisiko terkena kanker payudara karena alkohol menyebabkan perlemakan hati, sehingga hati bekerja lebih keras dan menyebabkan sulitnya untuk memproses estrogen agar keluar dari tubuh (Mulyani, 2013). Studi menemukan bahwa setelah mengonsumsi alkohol akan terjadi peningkatan jumlah estrogen pada urin dan kulit. Alkohol dapat menyebabkan hiperinsulinemia yang akan merangsang faktor pertumbuhan pada jaringan payudara (Rasjidi, 2009).

13. Mengkonsumsi Makanan Siap Saji (Junk Food)

(35)

10

semakin besar. Penelitian dari Women’s Health Initiative menemukan bahwa aktivitas fisik pada wanita menopause yang berjalan sekitar 30 menit per hari dikaitkan dengan penurunan 20 persen risiko kanker payudara (Mulyani, 2013).

2.3 Deteksi Dini

Deteksi dini kanker adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat dan dengan tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan (Rasjidi, 2009).

Terdapat dua jenis deteksi dini kanker payudara yaitu pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan pemeriksaan payudara secara klinis (SARANIS). Adapun penjabarannya sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah metode deteksi dini yang dilakukan sendiri untuk melihat dan memeriksa perubahan-perubahan pada payudara setiap bulannya. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh wanita setelah berusia 20 tahun. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak keras, sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan (Mulyani, 2013). Adapun tahap-tahap melakukan SADARI dalam Mulyani (2013) yaitu :

(36)

11

b. Angat kedua tangan ke atas kepala. Perhatikan apakah ada kelainan pada kedua payudara atau puting.

c. Kedua tangan di diletakkan di pinggang agak membungkuk ke arah cermin sambil menarik bahu dan siku ke arah depan. Kemudian periksa kembali apakah ada kelainan pada kedua payudara atau puting.

d. Angkatlah lengan kanan, kemudian dengan menggunakan 3-4 jari tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan. Pemeriksaan dilakukan dengan cara ditekan menggunakan ujung jari tangan membentuk lingkaran dimulai dari tepi sisi luar dan secara bertahap sampai ke arah puting. Rasakan untuk setiap benjolan yang tidak biasa atau benjolan di bawah kulit. Lakukan hal yang sama untuk payudara sebelah kiri.

e. Dengan kedua tangan, pijat puting payudara kanan dan tekan payudara untuk melihat apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting payudara. Lakukan hal yang sama untuk payudara sebelah kiri.

(37)

12

a. Ultrasonography (USG)

Ultrasonography payudara adalah pemeriksaan ultasound dengan

menggunakan gelombang bunyi frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan pada payudara. Gelombang bunyi yang tinggi ini dapat membedakan suatu massa yang solid, yang kemungkinan kanker dan kista yang berisi cairan yang kemungkinannya bukan kanker (Mulyani, 2013). Pemeriksaan USG dianjurkan pada wanita di bawah usia 40 tahun (Rasjidi, 2009).

Prosedur penggunaan USG, pasien akan diminta untuk berbaring terlentang. Gel akan ditempatkan pada area payudara yang akan diperiksa sehingga transduser aman dan memastikan transduser tersebut langsung bersentuhan dengan tubuh pasien. Transduser akan ditekan pada kulit dan diarahkan bolak-balik di atas wilayah payudara. Pemeriksaan payudara untuk kedua payudara sekitar 30 menit.

Automated Breast Volume Scanner (ABVS) merupakan USG deteksi

(38)

13

lateral dan medial payudara dipindai secara berurutan dengan penambahan scan inferior dan superior lebih lanjut jika diperlukan untuk menutupi seluruh payudara.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Q Zhang, et al tahun 2012

mengenai “Detection of Breast Lesions Using on Automated Breast Volume

(39)

14

b. Mammografi

Mammografi adalah pemeriksaan payudara menggunakan sinar X yang dapat memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk terkecil yaitu mikrokalsifikasi. The American Cancer Society merekomendasikan agar mammogram dilakukan setiap tahun saat seorang wanita memasuki usia 40 tahun (Rasjidi, 2009). Penelitian terhadap 41.427 penderita, sensitivitas nya mencapai 82,3% dengan spesifitasnya 91,2% (Fadjari, 2012).

Prosedur penggunaan mammografi dalam Mulyani, dkk (2013) adalah: 1. Ketika akan melakukan pemeriksaan mammografi, pasien jangan menggunakan deodorant ataupun bedak pada ketiak ataupun lengan dan payudara karena dapat mengaburkan hasil pemeriksaan berupa bintik kalsium.

2. Pasien berdiri di depan mesin sinar X khusus. Teknisi radiologi meletakkan payudara pasien (satu per satu) diantara dua bidang plastik. Kemudian, bidang ini menekan payudara dan meratakannya. Pemeriksaan mammografi ini selama kurang lebih 15 menit dari awal sampai akhir.

(40)

15

sebagai tanda kanker adalah titik-titik yang sangat kecil dan titik-tit ik tersebut berkumpul dalam suatu kelompok.

Hasil pemeriksaan USG dan mammografi dapat diklasifikas ika n menurut panduan The American College of Radiology yang dikenal sebagai BIRADS (Breast Imaging Radiology and Data System) sebagai berikut :

Tabel 2. 1 Klasifikasi Hasil Pemeriksaan USG & Mammografi

Kategori Hasil

Kategori 0 Harus dilakukan mammografi untuk menentukan diagnosis

Kategori 1 Negatif atau tidak ditemukan lesi

Kategori 2 Jinak. Biasanya kista simpleks dan harus mengulangi USG

1 tahun lagi

Kategori 3 Kemungkinan jinak. Sering ditemukan pada FAM. Ulang

USG 3-6 bulan

Kategori 4 Curiga abnormal. Harus dibiopsi

Kategori 5 Sangat curiga ganas. Dikelola sesuai panduan kanker

payudara

Kategori 6 Kanker. Hasil biopsi memang benar keganasan payudara,

(41)

16

2.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan (health behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat sakit seperti lingkunga n, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2014). Dalam hal ini perilaku kesehatan merupakan kegiatan seseorang yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, mencakup mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, mencari penyembuhan apabila terkena masalah kesehatan.

Dalam perilaku kesehatan berdasarkan Preced Model (Green, 1990) dalam Notoatmodjo (2014) menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yakni faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong sebagai berikut : 2.4.1 Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor predisposisi adalah faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku atau tindakan pada diri seseorang atau masyarakat. Faktor ini antara lain pengetahua n, pendidikan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan persepsi yang berhubunga n dengan motivasi individu atau kelompok untuk bertindak (Notoatmodjo, 2014). Berikut faktor predisposisi yang berhubungan dengan perilaku kesehatan sebagai berikut :

1. Tingkat Pendidikan

(42)

17

pendidikan berpengaruh terhadap perilaku kesehatan dimana orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan formal yang lebih rendah karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan pentingnya kesehatan. Berdasarkan penelitian motivasi untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) memiliki latar belakang pendidikan antara lain pendidikan SLTP (29,8%) pendidikan SLTA (57,4%) dan pendidikan S1 (12,8%) (Masithoh, 2015). Penelitian mengenai PHBS berdasarkan tingkat pendidikan pedagang Hidangan Istimewa Kampung menyatakan bahwa pedagang berpendidikan SLTP/SLTA (20%) memiliki PHBS lebih baik daripada pedagang berpendidikan SD/tak bersekolah (5%). Berdasarkan proporsi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara tingkat pendidikan dengan PHBS dengan nilai p sebesar 0,003 (Amalia, 2009).

2. Tingkat Pengetahuan

(43)

18

2.4.2 Faktor Pendukung (Enabling Factors)

Faktor pendukung adalah kemampuan/keahlian dan sumber-sumber yang diperlukan untuk menciptakan atau memunculkan perilaku kesehatan yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau tidak tersedianya fasilitas- fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya ketersediaan sarana-sarana pelayanan kesehatan dan prasarana-sarana atau fasilitas- fasilitas, personalia, sekolah-sekolah, klinik maupun sumber-sumber sejenis. Faktor-faktor pendukung juga berkaitan dengan aksesibilitas berbagai sumber daya, biaya, jarak, sarana transportasi yang ada dan waktu pemakaian sarana kesehatan (Notoatmodjo, 2014). Berikut faktor pendukung yang berhubungan dengan perilaku kesehatan sebagai berikut :

1. Keterjangkauan Jarak

(44)

19

2. Keterjangkauan Biaya

Tingkat pendapatan menjadi salah satu faktor yang mempengar uhi seseorang untuk melakukan tindakan khususnya tindakan yang berhubunga n dengan kesehatan seseorang. Dalam hal ini tingkat pendapatan akan berpengaruh terhadap keterjangkauan biaya dalam perilaku kesehatan. Berdasarkan penelit ia n analisis bivariat dengan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,024 menunjukka n bahwa variabel penghasilan mempunyai hubungan bermakna dengan pemeriksaan pap smear. Selaras dengn penelitian yang dilakukan Dyanti & Suariyani (2016) menunjukkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,003, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara keterjangkauan biaya dengan keterlambatan penderita kanker payudara dalam melakukan pemeriksaan awal ke pelayanan kesehatan. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Yuliwati (2012) menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara keterjangkauan biaya dengan perilaku WUS dalam melakukan pemeriksaan IVA dengan nilai p = 0,669 (Yuliwati, 2012).

2.4.3 Faktor Pendorong (Renforcing Factors)

(45)

20

penyebaran penyakit. Informasi dapat berasal dari mana saja baik dari petugas kesehatan, keluarga, teman maupun melalui media massa. Keterpaparan terhadap media informasi yang didengar, dilihat ataupun dibaca akan dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat berpengaruh terhadap tindakan pengambilan keputusan. Berdasarkan penelitian Desanti, dkk (2010) menunjukkan untuk informasi tentang SADARI ternyata hanya 31% yang pernah mendengar tentang SADARI. Informasi tersebut diperoleh dari puskesmas/dokter (33,1%), seminar dan diskusi ilmiah (17,4%), koran atau majalah (16,9%), televisi atau radio (14,6%), sumber informasi lain (14,6%), pengajian (0,3%) dan PKK (0,3%).

2. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah segala bentuk dukungan yang berupa sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor dalam seseorang melakukan upaya deteksi dini maupun pemeriksaan lanjutan kanker payudara. Berdasarkan penelit ia n, hubungan antara dukungan orang tua dengan perilaku SADARI pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012 menunjukkan terdapat hubungan yang signifika n dengan nilai OR = 4,5 (Septiani & Suara, 2013).

3. Dukungan Petugas Kesehatan

(46)

21

(47)

Referensi

Dokumen terkait

• Product  Image  Watermark:  salah  satu  tantangan  dalam  dunia  toko  online  dan  internet  pada  umumnya  adalah  pembajakan  gambar  produk.  Kalau 

Jadi, yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah suatu penelitian dalam mengukur perbedaan hasil belajar antara pembelajaran geometri dengan menggunakan

Kegiatan Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 22 Rehabilitasi Sarana Irigasi DI Tempel Ds Kenaiban Kec Karangdowo.

Model Pengujian Analisis Regresi Linear Berganda pada PTPN III Kebun Huta Padang pada Tanaman Berumur 7, 10 dan 13 Tahun Selama 3 Tahun (2013-2015).. Uji Analisis Regresi

Ia berpandangan bahwa jika suatu pengetahuan dapat diverifikasi di dalam realitas empiris, pengetahuan tersebut adalah pengetahuan yang valid dan tidak bermakna. 45

Surat Keputusan Mahkamah Agung No.144 tentang keterbukaan Informasi di Pengadilan merupakan terobosan dan warisan berarti dari Ketua MA periode yang lalu, Bagir Manan.

Untuk pembuatan animasi bergerak penulis menggunakan aplikasi Macromedia Flash MX 2004, sedangkan pembuatan database penulis menggunakan aplikasi Microsoft Office Access 2003.

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLII-3/W1, 2017 2017 International Symposium on Planetary Remote Sensing