• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH OLAHRAGA TRADISIONAL BEBENTENGAN TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK (MOTOR ABILITY) ANAK USIA 6-8 TAHUN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH OLAHRAGA TRADISIONAL BEBENTENGAN TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK (MOTOR ABILITY) ANAK USIA 6-8 TAHUN."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH OLARAGA TRADISIONAL BEBENTENGAN TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK (MOTOR ABILITY)

ANAK USIA 6 - 8 TAHUN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh :

RANGGA MAULANA AKBAR 0807763

JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PENGARUH OLARAGA TRADISIONAL BEBENTENGAN TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK (MOTOR ABILITY)

ANAK USIA 6 - 8 TAHUN

Oleh

Rangga Maulana Akbar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Rangga Maulana Akbar 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH OLARAGA TRADISIONAL BEBENTENGAN TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK (MOTOR ABILITY)

ANAK USIA 6 - 8 TAHUN

Oleh :

Rangga Maulana Akbar

0807763

Disetujui dan disahkan oleh :

Oleh Pembimbing:

Pembimbing I,

Drs. Sumardiyanto, M.Pd. NIP. 196212221987031002

Pembimbing II,

Dra. Surdiniaty Ugelta, M.Kes NIP. 195912201987032001

Mengetahui,

Ketua Prodi Ilmu Keolahragaan,

(4)

ABSTRAK

Pengaruh Olahraga Tradisional Bebentengan Terhadap Kemampuan Motorik (Motor Ability) Anak

Usia 6-8 Tahun Rangga maulana akbar

0807763

Permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan pengamatan penulis, anak pada zaman sekarang sudah jarang memainkan olahraga tradisional seperti olahraga bebentengan maupun olahraga tradisional yang lainnya. Hal ini dikarenakan lahan untuk memainkan olahraga tradisional sudah jarang apalagi di daerah perkotaan sudah jarang lapangan untuk anak-anak memainkan olahraga tradisional ini, sudah banyaknya olahraga-olahraga modern seperti komputer dan game online yang dianggap lebih menyenangkan dibandingkan olahraga tradisional, adapun karena orang tua anak yang tidak mau anaknya untuk bermain diluar rumah karena takut anaknya kotor dan celaka.

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh olahraga tradisional bebentengan terhadap kemampuan motorik (motor ability) pada anak usia 6-8 tahun. Penelitian ini menggunakan metode True Experimental Design dengan desain penelitian

one-group pre-tes post-test control one-group design. Tes flexion of trunk, lari cepat 30

meter, lari 600 meter, dan zig-zag run adalah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling insidential atau pemilihan sampel secara kebetulan, dengan jumlah sampel 17 orang. Sampel yang diambil berasal dari siswa kelas 1, 2, dan 3 SDN Kawungsari Girang Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah olahraga tradisional bebentengan berpengaruh terhadap kemampuan motorik (motor ability) pada anak usia 6-8 tahun, terdapat peningkatan kemampuan kemampuan motorik antara sebelum dan sesudah diberikan olahraga tradisional bebentengan.

Kata kunci : Olahraga Tradisional Bebentengan, Kemampuan motorik (Motor

(5)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, dan - HIPOTESIS PENELITIAN 6

A. Olahraga Pada Usia Dini/Anak ... 6

B. Pentingnya Kemampuan Motorik (Motor Ability) Untuk Anak ... 14

C. Perkembangan Anak Usia Sekolah ... 19

D. Hubungan Permainan Bebentengan Dengan Kemampuan Motorik - (Motor Abiliy) Pada Anak-Anak ... 22

E. Pengertian Dan Peraturan Olahraga Tradisional Bebentengan ... 24

1. Alat Permainan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 29 A. Metode Penelitian ... 29

B. Desain Penelitian Dan Langkah Penelitian ... 31

1. Desain Penelitian ... 31

2. Alur Penelitian ... 32

(6)

D. Populasi Dan Sampel ... 35

1. Membuat Daftar Distribusi Frekuensi ... 46

2. Mencari Parameter Statistik ... 47

3. Analisis Data ... 47

a. Mencari Normalitas ... 48

b. Uji Hipotesis ... 49

1) Uji Komparatif Dua Sampel... 49

2) Metode Wilcoxon ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 51 A. Hasil Penelitian ... 51

2) Uji Statistik Non-Parametrik ... 60

a) Zig-Zag Run ... 60

1. Bagi Guru Khususnya Pendidikan Jasmani Di Sekolah ... 65

(7)

3. Bagi Orang Tua ... 66

4. Bagi Lembaga FPOK UPI ... 67

5. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 69

LAMPIRAN ARSIP ... 85

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan olahraga pada anak-anak sering kali tidak disadari, dikarenakan

mereka melakukan gerakan-gerakan olahraga dalam kegiatan bermain. Dimana

kegiatan bermain yang melibatkan aspek keterampilan fisik (physical skill)

maupun motorik kasar (gross motoric skill) cenderung mirip dengan kegiatan

olahraga. Kegiatan bermain anak-anak pada umur 5 tahun keatas sedang berada

pada masa Golden Age yaitu masa dimana psikomotorik anak sangat peka dalam

menerima suatu rangsangan, dan bilamana masa Golden Age tersebut terlewatkan,

maka terlewatlah sudah kesempatan terbaik bagi anak tersebut.

Tidak dipungkiri bahwa pada sekolah dasarlah anak-anak mendapatkan

beberapa pendidikan umum salah satunya adalah pendidikan olahraga dasar. Hal

ini bertujuan agar anak mampu melakukan beberapa kemampuan motorik, guna

membantu perkembangan motorik anak ke masa yang akan datang. Menurut

Yudha M. Saputra (2008: 2.8) “anak pada usia tengah memiliki potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk

perkembangan motoriknya”.

“Dari segi psikologi masa anak tengah diwarnai dengan kekompakan teman

sebaya yang berjenis kelamin sejenis” (Agoes, 2007:39). Pertumbuhan fisik anak tengah tergolong lambat, sedangkan anak tengah ini memiliki potensi intelektual

(9)

2

senang bermain berkelompok, dimana permainan-permainan ini dilakukan

berdasarkan perkembangan lingkungan tertentu. Dengan kata lain perkembangan

permainan didominasi oleh unsur kebudayaan daerah seperti permainan

tradisional di Jawa Barat.

Kurangnya perkembangan gerak anak pun disebabkan oleh banyak hal,

mulai dari lahan umum bermain anak yang tersingkirkan dengan banyaknya

pembangunan ekonomi yang tidak terkendali, penunjang belajar anak disekolah

dalam pembelajaran olahraga yang sedikit mendapatkan jam belajar dalam setiap

minggu, banyaknya permainan modern untuk anak yang mengakibatkan anak

sukar untuk melakukan pergerakan seperti video game, dan banyak lagi.

Dari latar belakang diatas penulis ingin meneliti perkembangan kemampuan

motorik anak masa tengah (middle childhood) melalui suatu permainan

bebentengan yang berkembang di daerah Jawa Barat. Bebentengan sendiri

merupakan permainan yang mengandung unsur kemampuan motorik. Dari segi

perkembangan sosial bagi anak, permainan bebentengan dapat menanamkan unsur

kerjasama yang melahirkan kekompakan dalam berkelompok. Disamping itu

salah satu upaya untuk melestarikan kembali permainan tradisional yang mulai

tersisihkan oleh perkembangan teknologi. Dimana perkembangan teknologi

memberikan dampak negatif yaitu membuat anak cenderung bertingkah laku pasif

terhadap gerakan. Sementara gerakan merupakan salah satu ciri kehidupan yang

terpenting. “Kian nyata gerakan seseorang atau kian banyak dia mampu bergerak

(10)

ingin mencoba meneliti kemampuan motorik pada anak usia 6-8 tahun,

dikarenakan pada usia tersebut anak memiliki kemampuan penerapan yang tinggi

ketika akan diberikan suatu pembelajaran.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka dilakukan kegiatan penelitian

untuk mengetahui gambaran pengaruh dalam permainan tradisional dan olahraga.

Dengan judul penelitian “Pengaruh Olahraga Tradisional Bebentengan Terhadap

Kemampuan Motorik Anak Usia 6 -8 Tahun”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka perlu diadakan

perumusan masalah agar penelitian ini dapat dilakukan sebaik-baiknya. Adapun

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh dari permainan tradisional bebentengan terhadap

kelentukan (flexibility) pada anak usia 6 – 8 tahun ?

2. Apakah terdapat pengaruh dari permainan tradisional bebentengan terhadap

kecepatan (speed) pada anak usia 6 – 8 tahun?

3. Apakah terdapat pengaruh dari permainan tradisional bebentengan terhadap

daya tahan (endurance) pada anak usia 6 – 8 tahun ?

4. Apakah terdapat pengaruh dari permainan tradisional bebentengan terhadap

(11)

4

C. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang kita lakukan haruslah mempunyai tujuan yang terarah

dan terukur serta mengandung maksud-maksud tertentu, adapun tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengkaji sejauh mana tingkat kemampuan kelincaan (agility) siswa

kelas kelas I , II, dan III di SDN Kawungsari Girang,

2. Untuk mengkaji sejauh mana tingkat kemampuan kecepatan (speed) siswa

kelas kelas I , II, dan III di SDN Kawungsari Girang,

3. Untuk mengkaji sejauh mana tingkat kemampuan kelentukan (flexibility)

siswa kelas kelas I , II, dan III di SDN Kawungsari Girang,

4. Untuk mengkaji sejauh mana tingkat kemampuan daya tahan (endurance)

siswa kelas kelas I , II, dan III di SDN Kawungsari Girang.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian berupa eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan di

lapangan dengan memberikan perlakuan / treatment (Sugiono, 2010:72). Desain

penelitian eksperimen yang digunakan untuk mengukur variabel pengaruh olahraga

tradisional bebentengan adalah pre-experimental designs tentang beberapa

komponen yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik (motor ability). Test

dilakuakan oleh responden yang terdiri dari kemampuan motorik yang

dikembangkan untuk mengukur aspek gerak kecepatan, kelincahan, kelentukan,

(12)

Eksperimen dalam penelitian ini terdiri dari komponen-komponen atau

variabel inti. Komponen-komponen eksperimen merupakan variabel yang utuh.

Bentuk eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group

pretest-posttest design. Dimana sampel diberikan test awal berdasarkan aspek

yang akan dikembangkan, kemudian diberikan treatment / perlakuan dengan

melakukan olahraga tradisional bebentengan, dan selanjutnya setelah diberikan

teatment sampel dites akhir untuk mengetahui hasil dari perlakuan / treatment.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, penulis berharap dapat bermanfaat baik bagi

penulis sendiri, pembaca, dan khususnya bagi masyarakat umum yang memiliki

anak usia dini. Untuk itu harapan penulis dari manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis dapat menambah ilmu dan pemahaman bagi pihak terkait

tentang pengaruh permainan permainan tradisional terhadap kemampuan

kemampuan motorik pada anak usia 6-8 tahun;

2. Sebagai sumbangan keilmuan bagi perpustakaan FPOK UPI;

3. Secara praktis bagi sekolah, guru, dan siswa SDN Kawungsari Girang, agar

lebih dapat mengembangkan bentuk pembelajaran penjas agar

(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SDN Kawungsari Girang Desa Wargamekar

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.

Sumber : GoogleEarth:2012

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian SDN Kawungsari Girang

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan peneliti dalam

rangka memperoleh data yang dipergunakan sesuai dengan permasalahan yang

diselidiki. Seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad (1990:133-310) sebagai

(14)

Metode adalah merupakan suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara ini dipergunakan setelah penyelidik, memperhitungkan kewajarannya, ditinjau dari tujuan penelitian serta dari situasi penelitian.

Penelitian juga merupakan salah satu cara dalam mencari suatu kebenaran

melalui cara-cara ilmiah atau metode ilmiah. Metode ilmiah itu berarti kegiatan

penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan. Sugiyono (2008:2) menyatakan “ciri-ciri keilmuan sebagai berikut, yaitu rasional, empiris, dan

sistematis”. Rasional berarti kegiatan penelitian yang dilakuakan dengan cara-cara

masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti data

yang nyata, sehingga orang lain dapat mengetahui dan mengamati cara-cara yang

digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu

menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Dari pernyataan yang telah dikemukakan diatas, maka metode penelitian

yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode

eksperimen merupakan sebuah penelitian yang memberikan perlakuan (treatment)

kepada objek penelitiannya agar memberikan sebuah dampak atau hasil yang diinginkan. Menurut Sugiyono (2010:72) “ metode penelitian eksperimen dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali”. Lebih

lanjut arikunto (2006:9) mejelaskan bahwa, “ekperimen selalu dimaksudkan

dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan”. Dengan demikian

berdasarkan pengertian tersebut, peneliti berharap bahwa metode eksperimen tepat

(15)

31

olahraga permainan tradisional terhadap kemampaun pengolahan kelincahan,

kelentukan, kecepatan, dan daya tahan pada anak usia 6 – 8 tahun..

B. Desain Penelitian dan Langkah Penelitian 1. Desain Penelitian

Desain penelitian eksperimen yang digunakan untuk mengukur variabel pengaruh

olahraga tradisional bebentengan adalah pre-experimental designs tentang

beberapa komponen yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik (motor

ability). Test dilakuakan oleh responden yang terdiri dari kemampuan motorik

yang dikembangkan untuk mengukur aspek kelincahan, kelentukan, kecepatan,

dan daya tahan. Eksperimen dalam penelitian ini terdiri dari komponen-komponen

atau variabel inti dalam olahraga tradisional bebentengan. Komponen-komponen

eksperimen merupakan variabel yang disesuaikan. Bentuk eksperimen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pretest-posttest design.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan lama perkiraan

penelitian yaitu 16 kali pertemuan. Adapun desain penelitian ini seperti pada

gambar dibawah ini :

Keterangan :

: Nilai Pretest (sebelum diberi diklat)

: Nilai Posttest (setelah diberi diklat)

X : Treatment atau Perlakuan

(16)

Pada desain ini terdapat kelompok sampel yang dijadikan subjek

eksperimen, subjek penelitian tes awal yang kemudian diberikan treatment dan

setelah diberikan treatment lalu diberikan kembali tes akhir yang bentuknya sama

seperti tes awal, tujuan desain penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari

suatu perlakuan.

Adapun yang menjadi treatment atau perlakuan yang diberikan adalah

keterampilan tes-motor ability yaitu kelincahan (agility), kelentukan

(fleksibilitas), kecepatan (speed), dan daya tahan (endurance).

2. Alur Penelitian

Alur penelitian dibuat merupakan sebagai rencana atau rancangan kerja

dalam penelitian. Dengan dibuatnya alur penelitian maka diharapkan dapat

mempermudah dalam pelaksanaan sebuah penelitian. Oleh karena itu dibuatlah

rencana kerja yang diharapkan dapat mempermudah pelaksanaan penelitian.

Adapun alur penelitian didahului dengan observasi permasalahan, perencanaan,

pelaksanaan, analisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Langkah-langkah yang

(17)

33

Gambar 3.2 Skema Penelitian

C. DEFINISI OPERASIONAL

Agar tidak terjadi salah penafsiran atau pengertian terhadap judul penelitian

ini, maka pembahasan ini diharapkan dapat mengarah pada penelitian yang efektif

dan efisien. Untuk itu penulis memaparkannya sebagai berikut : POPULASI

SAMPEL

PRETEST MOTOR ABILITY

KELINCAHAN KELENTUKAN KECEPATAN DAYA TAHAN

BEBENTENGAN

POSTEST MOTOR ABILITY

ANALISIS

(18)

1. Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009: 536) adalah “

daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang”.

2. Olahraga tradisional menurut Nurlan Kusmaedi (2010:24) adalah “jenis kegiatan yang mengandung aturan-aturan khusus yang merupakan cerminan karakter dan berasal atau berakar dari budaya asli masyarakat Indonesia.”

3. Bebentengan menurut Husna (2009:7) yaitu :

permainan tradisional yang dimana pemain dibagi menjadi 2 grup, masing – masing grup memilih tiang atau pohon sebagai bentengnya. Tugas tiap grup adalah merebut benteng musuh. Hanya saja, tidak semudah itu untuk “ menduduki “ benteng musuh karena mereka akan berusaha mempertahankan bentengnya dan merebut juga benteng lawannya. Dalam permainan ini, benteng berfungsi sebagai pengisi kekuatan pemainnya. Orang yang berada diluar benteng, kekuatannya akan berkurang sehingga dapat ditangkap oleh musuh yang baru keluar dari bentenya. Untuk itu, setiap pemain harus memperbarui kekuatannya dengan menyentuh tiang benteng agar bisa menangkap musuh yang berada lebih lama diluar bentengnya. Pemain yang tertangkap akan menjadi tawanan musuh dan “ dipenjara “ disebalah benteng lawan, sandera bisa diselamatkan asal disentuh oleh teman satu grupnya.

4. Terhadap Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009: 251) adalah “ kata depan untuk menandai arah kepada.”

5. Kemampuan Motorik Menurut Yudha M. Saputra (2008:1.18) yaitu : “perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan

berbagai aspek prilaku dan kemampuan gerak”.

6. Kelincahan (Agility) menurut Iwan Setiawan (2005:69) adalah “kemampuan

seeorang untuk dapat mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan keseimbangan”.

(19)

35

kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh jarak tertentu, terutama jarak pendek, dalam waktu sesingkat-singkatnya. Kecepatan dipengaruhi oleh reaksi, yaitu waktu mulai mendengar aba-aba sampai gerak pertama dilakukan, ataupun waktu gerak, yaitu waktu yang dipakai untuk menempuh jarak.

8. Kelentukan (Fleksibility) Menurut Iwan Setiawan (2005:67) yaitu “kelentukan penting untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari, lebih-lebih

bagi seorang atlet suatu cabang olahraga yang menuntut keluwesan gerak seperti senam, atletik, gulat, dan permainan”.

9. Daya tahan (endurance) Menurut Iwan Setiawan (2005:67) yaitu

menyeluruh yang memberikan informasi yang terkumpul terhadap peneliti.

Data-data yang terkumpul melalui tes kelompok eksperimen, baik melalui tes awal

(pre-test) maupun test akhir (post-test). Dalam Sugiyono (2011:80) menyebutkan

bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Arikunto (2006:130) bahwa “Polpulasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

(20)

disimpulkan populasi dalam penelitian eksperimen ini adalah siswa anak kelas I,

II, dan III Sekolah Dasar Negeri Kawungsari Girang Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini dapat diartikan sebagian dari jumlah populasi

yang dipergunakan sebagai sumber data yang sesungguhnya dan pengambilan

sampel disini tak terlepas dari karakteristik populasi itu sendiri.

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2011:81) bahwa :

Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Sedangkan dalam Arikunto (2006:131-132) menyebutkan :

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel bila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggenaralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil jumlah sampel dengan

menggunakan teknik non-probability sampling, yang dimana teknik pengambilan

sampel ini tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Adapun jenis teknik dari

pengambilan non-probability sampling ini yaitu sampling insidental. Teknik

pengambilan sampling insidental ini merupakan teknik penentuan sampel

(21)

37

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

Arikunto (2006:112) menjelaskan pula bahwa jumlah dari sampel dalam

sebuah penelitian sebagai berikut :

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila sebjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 - 15% atau lebih.

Untuk menentukan jumlah sampel, selanjutnya Riduwan (2008:65)

merumuskan jumlah sampel berdasarkan jumlah populasi, pada rumus yang

dikembangkannya sebagai berikut :

S = 10% +

(50% - 15%) Dimana :

S = jumlah sampel yang diambil

n = jumlah anggota populasi

Karena jumlah sampel dalam penelitian ini lebih dari 150 siswa yaitu anak

umur 6 tahun 58 siswa, anak umur 7 tahun 56 siswa, dan anak umur 8 tahun 55

siswa dengan jumlah 169 siswa di SDN Kawungsari Girang Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung, maka peneliti mengambil sampel penelitian

sebanyak 10% dari jumlah populasi berdasarkan rumus tersebut diatas sebagai

(22)

S = 10% + 0,37 S = 10,369%

Berdasarkan hasil penghitungan menggunakan rumus tersebut, maka

diperoleh jumlah sampel dari populasi 90 orang sebesar 10,37% x 169 orang =

17,52 ≈ 17 responden. Untuk lebih memudahkan, maka jumlah sampel di

dibulatkan menjadi 17 sampel. Dalam hal ini penulis mengambil sampel 17

sampel eksperimen.

E. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lari cepat 30

meter, zig-zag run, flexion of trunk, dan lari 600 meter, seperti yang dijelaskan

oleh Nurhasan (2007:127-149), bahwa berdasarkan norma, tes kesegaran jasmani

indonesia untuk mengukur kemampuan motor ability kelincahan, kecepatan, daya

tahan, dan kelentukan adalah:

1. Tes zig – zag run

Tujuan : mengukur kelincahan gerak seseorang

Alat/fasilitas : cones, stopwatch dan diagram

Pelaksanaan : subjek berdiri dibelakan start, bila ada aba-aba “ya”, ia lari secepat mungkin mengikuti arah panah

sesuai dengan diagram sampai batas finish, subyek

diberi kesempatan melakukan tes ini sebanyak 3 kali

(23)

39

Gagal bila menggeser toggak tidak sesuai pada

diagram tes tersebut.

Skor : catatan waktu tempuh yang terbaik dari 3 kali

percobaan dan dicatat sampai sepuluh detik.

Gambar lapangan tes :

Gambar 3.3 Lapangan Zig Zag Run

2. Tes lari cepat 30 meter

Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan lari seseorang

Alat/Fasilitas :

a) Lintasan lurus, rata dan tidak licin, jarak antara garis start

dan finish 30 meter

b) Peluit

c) Stopwatch

d) Bendera start dan tiang pancang

Pelaksanaan : subyek berdiri di belakang garis start dengan sikap

(24)

subyek menyentuh/melewati garis finish stopwatch

dihentikan.

Kesempatan lari diulang bilamana :

a) Pelari mencuri start

b) Pelari terganggu oleh pelari yang lainnya

Skor : Skor hasil tes yaitu waktu yang dicapai oleh pelari

untuk menempuh jarak 30 meter. Waktu dicatat

sampai sepersepuluh detik.

Penilaian :

Tabel 3.1

Penilaian tes lari cepat 30 Meter, Nurhasan (2007: 106) 6-9 Tahun

Putera Puteri Nilai

sd- 5,5” sd-5,8” 5

5,6-6,1” 5,9-6,6” 4

6,2-6,9” 6,7-7,8” 3

7,0-8,6” 7,9-9,2” 2

8,7-dst 9,3-dst 1

3. Tes lari 600 meter

Tujuan : mengukur daya tahan (cardio respiratory

endurance)

(25)

41

a) Lapangan yang rata atau lintasa yang telah diketahui

panjangnya mudah untuk menentukan jarak 600 meter

b) Bendera start dan tiang pancang

c) Peluit

d) Stop watch

e) Nomor dada

f) Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis

g) Tanda/garis untuk start dan finish

Pelaksanaan : subjek berdiri di belakang garis start. Pada aba-aba “ya” subyek lari menuju garis finish, dengan

menempuh jarak 600 meter. Bila ada subyek yang

mencuri start, maka subyek tersebut dapat

mengulangi tes tersebut.

Skor : hasil yang dicatat sebagai skor lari 600 meter

adalah waktu yang dicapai dalam menempuh jarak

600 meter. Hasil dicatat sampai sepersepuluh detik.

(26)

Tabel 3.2

Penilaian tes lari 600 Meter, Nurhasan (2007: 116) 6-9 Tahun

Putera Puteri Nilai

sd - 2’.39” sd –2’.53” 5

2’.40” –3’.00” 2’.54” –3’.23” 4 3’.01” –3’.45” 3’.24” –4’.08” 3 3’.46” –4’.48” 4’.09” –5’.03” 2 4’.49” - dst 5’.04” - dst 1

4. Tes flexion of trunk

Tujuan : mengukur komponen fleksibilitas

Alat/fasilitas :

a) Pita ukuran b) Matras

c) Alat pengukuran flesi (flexiometer)

Pelaksanaan : orang coba berdiri tegak diatas alat ukur dengan

kedua kaki rapat dan kedua ibu ujung ibu jari kaki

rata dengan pinggir alat ukur. Badan dibungkukan

kebawah, tangan lurus. Renggutkan badan kebawah

perlahan-lahan sejauh mungkin, kedua tangan

menelusuri alat ukur dan berhenti pada jamgkauan

(27)

43

Skor : jarak jangkauan yang terjauh yang dapat dicapai

oleh subyek dilakukan sebanyak dua kali

pengulangan, yang diukur dalam cm.

F. Teknik Pengumpulan Data

Seperti telah dijelaskan pada bagian metode dan pendekatan penelitian,

penulis menggunakan metode penelitian pre-eksperiment dengan desain pretest

posttest control group design. Langkah awal pelaksanaan pengumpulan data

adalah penulis menentukan ukuran atau jumlah sampel. Pemilihan sampel seperti

dijelaskan di atas adalah dengan sampling insidental, sehingga populasi dipilih

berdasarkan situasi kebetulan.

Pada pelaksanaan pengumpulan data, penulis melakukan tes awal terlebih

dahulu pada sampel atau disebut dengan pre-test mengenai tes kemampuan

motorik (motor ability). Sampel diberikan tes lari cepat 30 meter, zig-zag run,

flexion of trunk, dan lari 600 meter, untuk mengetahui keadaan awal (pre-test)

mereka terhadap perkembangan kemampuan motorik (motor ability).

Selanjutnya sampel eksperimen diberikan perlakuan yaitu permainan

tradisional bebentengan. Jumlah pertemuan dalam pelaksanaan perlakuan adalah

16 kali pertemuan dengan setiap pertemuannya sampel diberikan perlakuan

dengan olahraga tradisional bebentengan.

Dengan diberikan perlakuan ini diharapkan sampel dapat terbiasa

(28)

perkembangan kemampuan motorik (motor ability), selain itu guna untuk

melestarikan warisan budaya negeri.

Berikut ini adalah rancangan susunan program perlakuan dari pertemuan

pertama sampai pertemuan terakhir pada tabel 3.3

Tabel 3.3

Rancangan Umum Program Perlakuan (treatment)

Untuk langkah teknis pelaksanaan dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan

ke-16 yang berlangsung 1 kali pre-test di awal pertemuan, 14 kali

perlakuan/treatment, dan 1 kali post-test di akhir pertemuan selama 1 Bulan

dengan rancangan dimulai dari pendahuluan, isi dan penutup setiap kali

pertemuan. Rancangan program ini akan menjadi bahan rujukan bagi penulis

selama pelaksanaan perlakuan terhadap sampel. Pada pelaksanaannya

Pertemuan

Ke- Hari/Tgl Perlakuan yang Diberikan (treatment )

1 Sabtu, 24 November 2012 Pretest

2 Senin, 26 November 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

3 Selasa, 27 November 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

4 Rabu, 28 November 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

5 Kamis, 29 November 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

6 Jumat, 30 November 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

7 Sabtu, 1 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

8 Senin, 3 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

9 Selasa, 4 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

10 Rabu, 5 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

11 Kamis, 6 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

12 Jum’at, 7 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

13 Sabtu, 8 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

14 Senin, 10 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

15 Selasa, 11 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

(29)

45

dimungkinkan oleh adanya situasi dan kondisi yang terjadi pada saat pelaksanaan

perlakuan. Namun secara garis besar, pelaksanaan program tidak akan

menyimpang jauh dari program yang telah dibuat. Adapun program pelaksanaan

eksperimen, penulis jabarkan pada tabel 3.4 rancangan program pelaksanaan

eksperimen setiap pertemuan.

Berdo'a dan cek sampel Berdo'a

(30)

sebanyak 14 kali pertemuan yang terpotong 2 kali pertemuan untuk pengumpulan

hasil tes pre-test dan post-test dalam 1 Bulan, penulis juga bekerjasama dengan

guru mata pelajaran penjas di sekolah dan orang tua murid dengan menghimbau

agar anak-anak dirumah dapat memainkan olahraga tradisional tidak hanya

memainkan permainan modern saja seperti game online dan permainan komputer.

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil pengetesan merupakan skor mentah yang

harus diolah dengan menggunakan rumus-rumus statistik agar data dapat

ditafsirkan, sehingga dapat dilakukan penarikan kesimpulan dengan benar.

1. Membuat Daftar Distribusi Frekuensi

a. mencari skor terbesar dan terkecil;

b. mencari nilai rentangan ( R ) : R = Skor terbesar – Skor terkecil;

c. mencari banyaknya kelas ( BK );

BK = 1 + 3,3 Log n ( Rumus Sturgess ) (Sudjana, 2002: 47)

d. mencari nilai panjang kelas ( i );

(Riduwan, 2008: 121)

(31)

47

2. Mencari Parameter Statistik

a. mencari skor rata-rata dengan menggunakan rumus :

̅

Keterangan : ̅ : Rata-rata

: Skor yang diperoleh : Banyaknya Sampel : Jumlah

b. Mencari simpangan Varians dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

: Varians : Jumlah : frekuensi data

: Tanda Kelas (Batas atas – Batas Bawah) : Banyaknya Sampel

c. Menghitung Simpangan Baku

Keterangan :

: Simpangan Baku : Varians

(32)

Penghitungan dan analisis data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk

mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah

penelitian. Adapun jenis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

dengan menggunakan statistik manual. Karena dilakukan terhadap 1 sampel yang

berpasangan, sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan

subyek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang

berbeda, seperti subjek A diberi perlakuan I dan subjek B diberi perlakuan II. Dan

dihitung sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan apakah terdapat

pengaruh atau tidak. Berikut merupakan analisis yang dibutuhkan:

a. Mencari Normalitas

Apabila data masih disajikan secara individu, maka uji normalitas data

sebaiknya dilakukan dengan uji Lillifors, karena uji Lillifors jauh lebih teliti

dibandingkan dengan uji chi-kuadrat. Metode Lillifors menggunakan data dasar

yang belum diolah dan dalam tabel distribusi frekuensi. Data ditransformasikan

dalam nilai z untuk dapat dihitung luasan kurva normal sebagai probabilitas

kumulatif normal. Probabilitas tersebut dicari bedanya dengan probabilitas

kumulatif empiris. Beda terbesar dibandingkan dengan tabel Lillifors (tabel harga

quartil statistik lillifors distribusi normal).

Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan uji Lillifors adalah

sebagai berikut :

1) urutkan data sampel dari yang kecil sampai yang terbesar dan tentukan

frekuensi tiap-tiap data

(33)

49

̅

Keterangan :

z = transformasi dari angka ke notasi pada distribusi normal = Tanda Kelas (Batas atas – Batas Bawah)

̅ = Rata-rata

= Simpangan Baku

3) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai z berdasarkan tabel

z yang diberi nama F(z)

4) Tentukan frekuensi kumulatif relatif dari masing-masing nilai z dan

disebut dengan S(z) = frekuensi : ̅

5) Tentukan nilai L hitung dengan melihat selisih antara F(z) dengan S(z),

kemudian bandingkan dengan L tabel dari tabel lillifors

6) Jika L hitung < L tabel maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan

bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b. Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan kesimpulan seberapa pengaruh treatment terhadap

perkembangan motor ability anak usia 6-8 tahun. Analisis hipotesis bergantung

pada hasil uji normalitas data. Jika data terdistribusi normal maka metode yang

dipakai adalah hipotesis komparatif dua sampel (t-test sampel related). Jika data

tidak terdistribusi normal maka metode yang dipakai adalah metode Wilcoxon.

1) Hipotesis Komparatif Dua Sampel

Bila sampel berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan sebelum

dan sesudah treatment atau perlakuan, atau membandingkan kelompok kontrol

dengan kelompok eksperimen, maka digunakan t-test sampel related sebagai

(34)

̅ ̅ √

√ √

Keterangan : t = t hitung ̅ = Rata-rata

= Simpangan Baku = Korelasi

= varians

Jika t hitung < t tabel maka Ho ditolak. Didapat t tabel dengan tarif nyata = 0,05 dan

dk = bk – 2

2) Metode Wilcoxon

Uji ini merupakan pengujian hipotesis untuk data terdistribusi tidak normal.

Langkah-langkah pengujian wilcoxon :

a) Beri nomor urut bagi setiap harga mutlak selisih (Xi – Yi). Harga mutlak

yang terkecil diberi nomor urut atau peringkat 1, harga mutlak selisih

selanjutnya diberi nomor urut 2, dan akhirnya harga mutlak terbesar

diberi nomor urut n. Jika terdapat selisih yang harga mutlaknya sama

besar, untuk nomor urut diambil rata-ratanya.

b) Untuk tiap nomor urut berikan pula tanda yang didapat dari selisih (X-Y).

c) Hitunglah jumlah nilai urut yang bertanda positip dan juga jumlah nilai

urut yang bernilai negatif.

d) Untuk jumlah nomor urut yang didapat di (c) ambilah jumlah yang harga

mutalknya paling kecil. Sebutlah harga ini dengan J. Jumlah J inilah yang

(35)

51

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah diuraikan pada

bab IV, dapat terlihat bahwa kemampuan motorik (motor ability) anak yang

diberikan perlakuan olahraga tradisional bebentengan mengalami peningkatan

yang relatif tinggi, terlihat dari hasil hipotesis pengolahan data untuk menguji

hipotesis digunakan rumus uji-t dan uji Wilcoxon. Dari hasil perhitungan uji-t dari

perhitungan data yang normal diperoleh thitung yang sangat signifikan yang dimana

thitung < ttabel maka Ho = ditolak. Kemudian dari hasil perhitungan uji wilcoxon

yang merupakan hasil penghitungan data yang tidak normal diperoleh Jhitung <

Jtabel maka menunjukan Ho ditolak. hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan

hasil yang signifikan antara nilai uji post-test dan nilai uji pre-test pada hasil tes

kemampuan motorik (motor ability) kelincahan, kecepatan, daya tahan, dan

kelentukan.

Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Olahraga tradisional berpengaruh terhadap kemampuan motorik (motor

ability) anak usia 6-8 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa olahraga

tradisional itu memiliki banyak manfaat bagi anak-anak terutama terhadap

perkembangan kemampaun motorik anak (motor ability). 1) Kecepatan (speed)

anak meningkat saat tes lari cepat 30 meter; 2) kelincahan (agility) anak

(37)

65

flexion of trunk; 4) daya tahan (endurance) anak juga meningkat saat tes lari 600

meter.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan selama pelaksanaan penelitian,

penulis mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi guru khususnya guru pendidikan jasmani di sekolah

Pada siswa usia 6-8 tahun cenderung lebih senang melakukan berbagai

kegiatan yang sifatnya bermaian. Banyak anak yang merasa bosan dengan

kegiatan olahraga yang tidak bervariasi atau monoton. Berkaitan dengan hal

tersebut guru penjas di sekolah diharapkan dapat meminimalisir rasa bosan anak

dan juga mengembangkan pelajaran penjas agar anak menyenangi pelajaran

penjas dan tidak merasa bosan melakukan olahraga. Salah satu cara yang dapat

dilakukan adalah dengan cara memberikan olahraga tradisional kepada anak pada

saat pemanasan. Ini dapat bermanfaat terhadap anak dalam mengembangkan

kemampuan gerak anak.

2. Bagi siswa usia sekolah

Olahraga tradisional banyak sekali manfaatnya, terutama dalam

perkembangan kemampaun gerak dan motorik anak. Selain itu, olahraga

tradisional pun dapat digunakan sebagai alat untuk menumbuhkan sikap sportif

pada diri anak, seperti perkembangan hasil nilai yang diperoleh pada post-test.

Dapat dilihat perubahan yang baik dari setiap aspek yang diteliti. Seperti

(38)

dibanding pada awal tes, karena pada saat pemberian perlakuan anak diharuskan

mampu berlari secepat mungkin untuk menangkap lawan mainnya. Kelentukan

(flexibility) anak meningkat dikarena pada perlakuan ini anak harus melakukan

gerakan meliuk-liuk secara kontinyu, untuk dapat menecoh lawan pada saat

mengejar. Kelincahan (agility) anak pun meningkat, karena saat diberikan

perlakuan anak selalu melakukan gerakan spontanitas, seperti mengubah arah

tubuh secara tiba-tiba pada saat dikejar oleh lawan. Daya tahan (endurance) anak

bertambah dikarenakan pada saat diberi perlakuan, tanpa disadari anak melakukan

intensitas waktu berlari cukup lama pada saat lawan yang dikejar sangat susah

untuk ditangkap.

Oleh karena itu penulis memberikan rekomendasi kepada siswa agar dapat

memainkan olahraga tradisional selain bermanfaat terhadap perkembangan

kemampuan gerak dan motorik anak, dengan kita memainkan olahraga tradisional

maka kita telah membantu untuk melestarikan warisan kebudayaan negeri kita.

3. Bagi orang tua

Bagi orang tua siswa sebaiknya jangan terlalu mengekang anak untuk tidak

bermain diluar rumah seperti memainkan olahraga tradisional, hanya karena takut

anaknya kotor ataupun takut anaknya merasa kecapean dan celaka. Terlalu

banyak bermain di dalam rumah seperti bermain game online dan komputerpun

tidak baik untuk perkembangan gerak anak karena permaina tersebut tidak terlalu

(39)

67

4. Bagi lembaga FPOK UPI

FPOK UPI sebagai lembaga akademis dalam bidang olahraga dan

kesehatan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan mengenai

manfaat yang ada dalam olahraga tradisional, yang dipubikasikan melalui media

massa baik itu cetak maupun elektronik.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Dalam penelitian ini penulis menggunakan media olahraga tradisional yang

terbatas yaitu olahraga tradisional bebentengan saja, dan perkembangan motorik

nyapun terbatas hanya kecepatan, kelentukan, kelincahan, dan daya tahan saja.

Dengan demikian, penulis berharap agar ada peneliti berikutnya yang dapat

mengungkap mengenai olahraga tradisional lain yang mempengaruhi kemampuan

motorik yang lain

Adanya kelemahan dan keterbatasan penulis, sehingga masih adanya

variable -variabel luar yang mempengaruhi penelitian tidak dapat terkontrol secara

ketat. Oleh karena itu, penulis berharap agar peneliti selanjutnya dapat

memperhatikan metode yang digunakan, sehingga tidak banyak bias (prasangka)

yang terjadi dalam pengambilan kesimpulan penelitian. Penulis menduga bahwa

penggunaan sampel yang lebih banyak akan lebih baik dalam penelitian mengenai

pengaruh olahraga tradisional terhadap kemampuan motorik (motor ability) anak

(40)

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktek Edisi Revisi

V. Jakarta: Rineka Cipta.

Bun, Henri. (2009). 300 Game Kreatif Edisi I. Jakarta: Gradien Mediatama.

Dariyono, A. (2007). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Aditama.

Husna, A. (2009). 100 + Permainan Tradisional Indonesia Edisi I. Yogyakarta: Andi.

Kusmaedi, N. (2011). Tesis. Bandung.

Lutan, R. (1979). Pengantar Buku Pegangan Guru Olahraga Di SPG. Bandung : IKIP.

Margono. (2009). Archive For The 'Olahraga Tradisional' Category Olahraga

Tradisional dan Atletik. Yogyakarta: UNY.

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sajoto, M. (1988). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang : Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (P2LPTK).

Santoso, G. (2005). Manusia dan Olahraga. Bandung : ITB.

Singarimbun, M dan Effend, S. (1995). Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka Lp3es Indonesia.

Sudjana. (2005). Metoda statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiono. (2010). Metode Penalitian Eksperimen. Bandung: Alfabeta.

Sumardiyanto. (2010). Stratei Pembinaan Olahraga Tradisional. Bandung.

Tp. (2012). [online]. Tersedia: http://Ringkasanmateri.blogspot.com/pola-gerak-dasar-anak- usia-dini.html [22 Februari 2012]

Tp. (2012). Manfaat Dari Permainan Tradisional: file.upi.edu [online] . tersedia: http:// /Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA.com [10 januari 2013]

UPI. (2011). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI.

Gambar

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian SDN Kawungsari Girang
gambar dibawah ini :
Gambar 3.3 Lapangan Zig Zag Run
Tabel 3.1 Penilaian tes lari cepat 30 Meter, Nurhasan (2007: 106)
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Kadar minyal inti sawit tersebut sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan pemerintah yaitu 49% - 52% dan kadar air inti sawit sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan

Penerapan Metode Reliability Centered Maintenence pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar

Status gizi berkaitan dengan perkembangan kecerdasan anak dilihat dari, gizi yang baik merupakan asupan zat gizi dan energi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Berlian Nurlianti 2014 Universitas Pendidikan

[r]

[r]