• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER FUTSAL DENGAN BOLA BASKET DI SMKN 1 TAKOKAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER FUTSAL DENGAN BOLA BASKET DI SMKN 1 TAKOKAK."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANTARA SISWA YANG

MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER FUTSAL DENGAN

BOLA BASKET DI SMKN 1 TAKOKAK

(Studi Deskriptif ex-post facto Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Futsal dan Bola Basket di SMK Negeri 1 Takokak Kab.Cianjur)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh

TOTOH SUPARDI

0704090

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANTARA SISWA YANG

MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER FUTSAL DENGAN

BOLA BASKET DI SMKN 1 TAKOKAK

(Studi Deskriptif ex-post facto Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Futsal dan Bola Basket di SMK Negeri 1 Takokak Kab.Cianjur)

Oleh Totoh Supardi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Totoh Supardi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TOTOH SUPARDI

0704090

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER FUTSAL DENGAN

BOLA BASKET DI SMKN 1 TAKOKAK

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Drs. Sucipto, M.Kes., AIFO NIP. 196106121987031002

Pembimbing II

dr. Lucky Angkawijaya R., M.Pd., AIFO NIP.197103282000121001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPOK UPI

(4)

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR TABEL ……….………. v

DAFTAR GAMBAR ……….…………... vii

BAB I PENDAHULUAN ……….……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……...……….…….…………... 1

B. Rumusan Masalah ……….……. 7

C. Tujuan Penelitian ……….……….. 7

D. Manfaat Penelitian ………. 8

E. Batasan Penelitian………...8

F. Batasan Istilah………...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ……….……….………. 11

A. Konsep Dasar Permainan Bola Basket……..………... 11

B. Konsep Dasar Permainan Futsal....………... 22

C. Keterampilan Sosial...……… 26

D. Kerangka Pemikiran ………. 35

E. Hipotesis Penelitian………... 36

BAB III METODE PENELITIAN ...38

A. Metode penelitian ……….38

(5)

C. Paradigma penelitian.………....40

D. Instrumen penelitian ... 43

E. Tehnik pengumpulan data...56

F. Prosedur Pengolahan Data...58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Hasil Penelitian ... 61

B. Diskusi Pembahasan Hasil Temuan ... 68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Simpulan ... 69

B. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA

(6)

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER FUTSAL DENGAN BOLA

BASKET DI SMKN 1 TAKOKAK

Totoh supardi1, Sucipto2, Lucky Angkawijaya3 Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Pendidikan jasmani di lingkungan sekolah pada dasarnya merupakan aktivitas fisik dan atau kecabangan olahraga tertentu yang dilakukan melalui proses pembelajaran atau bimbingan guru dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Perkembangan lingkungan sosial yang begitu pesat meningkatkan tantangan dan pengaruh yang tidak kecil bagi perkembangan pendidikan di sekolah dan pembentukan pribadi anak.Untuk itu, Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya indikasi kurangnya keterampilan sosial siswa/siswi yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga di SMK Negri 1 Takokak baik pada ekstrakurikuler futsal maupun ekstrakurikuler bola basket, untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji secara empirik perbedaan keterampilan sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal dan bola basket. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode deskritif ex-postfacto. Tujuannya untuk menggambarkan suatu hasil dari proses observasi terhadap siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler futsal dan bola basket yang kemudian diketahui pengaruhnya terhadap pembentukan keterampilan sosial. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler futsal dan bola basket sebanyak 40 orang. Sampel diperoleh melalui teknik sampling jenuh sebanyak 20 orang. Instrumen penelitian ini adalah angket mengenai keterampilan sosial siswa. Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan teknik prosentase analitik teknik survey terhadap 40 orang siswa terdiri atas 20 orang siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal dan 20 orang siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola basket. Instrumen penelitian menggunakan angket keterampilan sosial dan dianalisis menggunakan teknik uji t perbedaan dua rata-rata dengan bantuan program SPSS. Hasil analisis Terdapat perbedaan yang nyata (signifikan) diantara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola basket terhadap keterampilan social siswa. Dimana siswa yang mengikuti ekstrakulikuler futsal keterampilan socialnya lebih tinggi dibandingkan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola basket.

Kata Kunci : Perbedaan, Keterampilan Sosial, Ekstrakurikuler, Futsal, Bola Basket, SMKN 1 Takokak.

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia

2

Penulis Penanggung Jawab

3

(7)

SOCIAL SKILLS DIFFERENCE BETWEEN THE FOLLOWING STUDENTS WITH BALL FUTSAL EXTRACURRICULAR BASKET

IN SMKN 1 TAKOKAK

Totoh supardi1, Sucipto2, Lucky Angkawijaya3 Physical Education Healthy and Recreation,

Faculty of Sport Education and Healthy, Indonesia Education University

ABSTRAC

Physical education in the school environment is basically a physical activity or sport specific kind made through the guidance of a teacher or the learning process in order to achieve educational goals. The development of the social environment that is so rapidly increasing the challenge and not a small effect for the development of education in private schools and the establishment of a child. To that end, the research background by the indication of a lack of social skills of students / students who follow extracurricular sports in SMK Negeri 1 takokak well in extra-curricular and extracurricular futsal basketball, for the present study aims to identify and empirically assess differences in the students' social skills follow extracurricular futsal and basketball. The experiment was conducted by using descriptive ex-post facto. The aim is to describe the results of the observations of the students who take part in extracurricular futsal and basketball which then determine its effect on the formation of social skills. The population in this research that students who take extracurricular activities indoor soccer and basketball as many as 40 people. Samples were obtained through sampling techniques saturation of 20 people. The research instrument was a questionnaire about students' social skills. Processing techniques and data analysis using analytical techniques percentage survey of 40 engineering students comprised of 20 students who take extracurricular futsal and 20 students who followed extracurricular basketball. The research instrument using social skills questionnaire and analyzed using t-test techniques the average difference of two with SPSS. There are differences in the results of the analysis of a real (significant) among students who take extracurricular futsal with the students who follow basketball extracurricular social skills to students. Where students who take extracurricular futsal scocial skill higher than students who take extracurricular basketball.

Keywords: Differences, Social Skills, Extracurricular, Futsal, Basketball, SMK 1 takokak.

1

Student of Physical Health and Recreation Education, Sport and Healthy Education Faculty, Indonesia Education University

2

(8)

3

(9)

BAB I

PENDAHULAUN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan di dunia ini begitu pesat dan global, semua unsur mengalami perubahan yang sangat tinggi sekali, hal tersebut terjadi bukan hanya di negara-negara maju, Negara berkembang pun mengalami kemajuan, perubahan tersebut terjadi pula didunia pendidikan. Kita sebagai penghuni di negara berkembang yaitu Indonesia dibutuhkan suatu cara untuk mengikuti perubahan tersebut, terutama di dunia pendidikan yaitu dengan memprioritaskan sumber daya manusia (SDM) yang baik dan memiliki pemikiran maju. Untuk itu maka dibutuhkan lah sarana dan prasarana yang menunjang demi terciptanya SDM yang mampu bersaing dengan yang lainnya.

Manfaat dari sarana dan prasarana tersebut yaitu untuk memperlancar proses belajar mengajar demi terciptanya tujuan yang telah ditanamkan yaitu mengikuti perubahan zaman dengan teknologi yang begitu maju. Sesuai dengan pendapat

Suprayekti (2003: 114) menyatakan bahwa, “Proses belajar tidak dapat dipisahkan

dari aksi (aktivitas) dan interaksi, karena prestasi dan aktivitas berjalan seiring secara biologis. Belajar merupakan proses penciptaan makna sebagai hasil dari pemikiran

individu dan melalui interaksi dalam suatu konteks sosial”.

Selanjutnya Priyatna (2007: 87) Mengemukakan bahwa, “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu-individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu sendiri

dalam interkasi dengan lingkungan”.

(10)

2

berguna untuk perubahan pada diri seseorang guna menghasilkan tujuan yang ingin dicapai.

Selanjutnya pengertian belajar menurut Sardiman (2010:20) mengutip definisi tentang belajar dari Harold Spears yaitu,“Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.” Definisi tersebut menjelaskan bahwa belajar adalah sebuah proses mengobservasi, membaca, mengimitasi, mencoba sesuatu yang ada pada dirinya, mendengarkan dan mengikuti petunjuk. Semua itu diperoleh melalui pengalaman langsung dalam pembelajaran. Apa yang diperolehnya dalam belajar akan mempengaruhi pandangan dan pola pikir yang akhirnya juga dapat mempengaruhi tingkah laku kesehariannya.

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara umum memiliki tanggung jawab untuk mendidik individu dan kelompok siswa melalui aktivitas fisik atau jasmani. Rusli Lutan (1997:36) menjelaskan pengertian penjaskes sebagai “Pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik sebagai media untuk mengembangkan segala potensi yang ada pada individu (kognitif, afektif dan

psikomotor), sehingga tumbuh dan berkembang secara menyeluruh atau holistik.”

Siswa bukan hanya diberikan pembelajaran keterampilan fisik atau motorik saja, melainkan juga harus dikembangkan ranah kognitif serta afektifnya. Pembelajaran penjas dikatakan holistic atau menyeluruh apabila ketiga ranah dalam pembelajaran penjas disampaikan oleh guru. Lebih lanjut Rusli Lutan (2001:35) mengemukakan bahwa,

Tujuan pendidikan jasmani bersifat menyeluruh dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

(11)

3

Penjas bukan semata-mata hanya pendidikan terhadap kemampuan fisik semata, hal ini dikemukakan Sukintaka (2004:37) yang menyatakan bahwa, “Pendidikan jasmani bukanlah pendidikan terhadap badan, atau bukan merupakan pendidikan tentang problem tubuh, akan tetapi merupakan pendidikan tentang problem manusia

dan kehidupan.” Artinya bahwa pendidikan jasmani bukan pendidikan siswa agar terampil dari segi fisik semata, melainkan bagaimana pendidikan jasmani dapat menjadi sebuah solusi bagi permasalahan dalam kehidupan manusia. Selanjutnya Sukintaka (2004:38) menyatakan bahwa, “tujuan pendidikan jasmani terdiri dari empat ranah, yakni: (1) jasmani, (2) psikomotorik, (3) afektif dan (4) kognitif.”

Selanjutnya tujuan dari pendidikan jasmani yang diungkapkan oleh Bucher (1964) yang dikutif oleh Suherman (2009: 7) bahwa tujuan dari pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, adapun kategori tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (Physical fitness)

2. Perkebangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (Skillful). 3. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir

dan menginterprestasikan keseluruhan pengentahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungan.

4. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada sesuatu kelompok atau masyarakat.

(12)

4

Karena kegiatan ekstrakurikuler salah satu kegiatan di luar jam pelajaran, jadi sifatnya tidak dibatasi dengan waktu. Artinya seorang guru atau pelatih bisa mengembangkan kegiatan secara menyeluruh dan terperinci misalnya dalam pengembangan permainan bola basket dan cabang yang lainya, akan tetapi bisa menjelaskan dengan tehnik dan komponen kondisi fisik yang lainya bahkan sampai peraturanya secara mendetail bisa diberikan. Kegiatan ekstrakurikuler juga memungkinkan siswa untuk meningkatkan rasa percaya diri di dalam diri mereka yang nantinya membentuk karakteristik fisiknya. Dan juga akan meningkatkan sosial siswa terhadap suatu cabang olahraga.

Kegiatan ekstrakurikuler sering dilakukan di sekolah dalam bentuk olahraga yaitu Sepak Bola atau Futsal, Bola Voli dan Bola Basket, Bela Diri, dan lain-lain. Cabang olahraga yang terdapat dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah salah satu materi yang berada dalam kurikulum pendidikan jasmani dan harus diajarkan kepada siswa, dengan diadakannya kegiatan ini, siswa diharapkan akan lebih menguasai dan memahami materi dari pelajaran pendidikan jasmani tersebut, bahkan nantinya akan mengarah terhadap prestasi dari cabang olahraga yang siswa ikuti.

Adapun yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini cabang olahraga futsal dan basket, kedua cabang tersebut menjadi permasalahan yang mengakibatkan tumbuhnya suatu hubungan antar siswa sehingga terjalinnya sosial yang baik antar siswa.

(13)

5

menggunakan keranjang sebagai sasaran memasukan bola dan permainannya pun hanya menggunakan tangan sebagai dorongan untuk memantulkan bola serta jumlah dari setiap regu hanya 5 orang.

Dikarenakan futsal dan bola basket merupakan suatu cabang olahraga yang memiliki teknik gerakan kompleks dan memiliki tujuan, sehingga untuk dapat memainkan futsal dan bola basket dengan baik diperlukan penguasaan teknik yang sempurna, oleh karena itu, diperlukan latihan gerakan teknik secara terus menerus sehingga terjadi otomatisasi tiap teknik dasar futsal dan bola basket.

Selain teknik dan taktik yang harus dimiliki oleh setiap pemain futsal dan bola basket, adapun kemampuan yang lain yang sama pentingnya dimiliki oleh pemain futsal yaitu diantaranya karakteristik fisik, komponen kondisi fisik, dan emosional. Semua kemampuan tersebut bertujuan untuk mencapai prestasi juara.

Dalam suatu pertandingan futsal, keberhasilan dan kegagalan suatu tim dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor teknik, fisik, taktik, dan mental dalam pencapaian prestasi yang maksimal, sehingga faktor-faktor ini sangat perlu mendapat

perhatian khusus. Seperti yang diungkapkan oleh Harsono (1988:100) bahwa “Ada

empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet yaitu : (a) Latihan fisik, (b) Latihan teknik, (c) Latihan Taktik, dan (d) Latihan

mental”.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses keberhasilan pelaksanaan gerak maupun keberhasilan belajar gerak, menurut Gagne (1974:10) “Secara garis besar dapat dibedakan menjadi faktor-faktor internal dan eksternal”. Lebih jelas lagi mengenai faktor-faktor tersebut. Rusli Lutan (1988:322) menerangkan bahwa:

Faktor-faktor internal adalah faktor-faktor yang ada pada diri anak itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang ada di luar diri anak yang dapat dimanipulasi guna memperkembangkan anak tersebut dalam segala potensi internalnya.

(14)

6

keterampilan, atau terdiri dari beberapa keterampilan dan derajat penguasaan yang dicapai oleh seseorang menggambarkan tingkat keterampilannya. Hal ini bisa terjadi karena kebiasaan yang sudah biasa diterima umum untuk menyatakan bahwa satu atau beberapa pola gerak atau perilaku yang diperhalus bisa disebut keterampilan, misalnya menulis, memainkan gitar atau piano, menyetel mesin, berjalan, berlari, melompat, dan sebagainya. Jika ini yang digunakan maka keterampilan yang dimaksud adalah sebagai kata benda. Dipihak lain, keterampilan juga bisa digunakan sebagai kata sifat, walaupun kalau hal ini digunakan, kata tersebut sudah berubah strukturnya menjadi terampil. Kata ini digunakan untuk menunjukkan suatu tingkat keberhasilan dalam melakukan suatu tugas.

Jika memperhatikan kondisi dari kedua hal tersebut, maka istilah keterampilan tersebut harus didefinisikan dengan dua cara. Pertama, dengan menganggapnya sebagai kata benda, yang menunjuk pada suatu kegiatan tertentu yang berhubungan dengan seperangkat gerak yang harus dipenuhi syarat-syaratnya agar bisa disebut suatu ketterampilan. Kedua, dengan mengganggapnya sebagai kata sifat.

Keterampilan menurut Poerwadarminta (1993:88) adalah: “Kecekatan-kecekatan atau

kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat.”

Kemampuan gerak (Motor ability) merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi terhadap penguasaan suatu keterampilan gerak. Seperti yang diungkapkan oleh Schmidt (2000:28) bahwa “Ability: defined as inherited, relatively enduring, stable straits of individual that underlie or support various kinds of

activities or skills”.Maksud dari kalimat di atas adalah motor ability didefinisikan sebagai kemampuan bawaan yang di bawa sejak lahir atau keturunan sifatnya relatif lama dan bersifat stabil. Motor ability ini mendasari atau mendukung terhadap penguasaan suatu gerakan atau keterampilan.

(15)

7

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian dari keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan secara cermat dan terampil yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kegiatan dengan melibatkan lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa permainan futsal dan bola basket adalah permainan yang memiliki karakteristik sebagai permainan tim, sehingga untuk dapat meendukung terwujudnya sikap sosial yang baik pada diri siswa, maka dalam pembelajaran permainan futsal dan bola basket yang diberikan kepada siswa haruslah mengandung usur-unsur kerjasama, tanggung jawab, fair play dan disiplin dengan demikian diharapkan adanya suatu perubahan atau suatu penunjuk yang menghasilkan bahwa akibat dari permainan futsal atau bola basket dapat menunjukkan hasil keterampilan sosial yang baik. Selanjutnya latar belakang dari penelitian ini yaitu kurangnya sebuah jalinan interaksi antar siswa sehingga dapat berimbas kepada suatu keterampilan sosial yang dimiliki siswa akibat dari permainan bola basket dan futsal maka penulis ingin mengetahui perbedaan keterampilan sosial siswa antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal dan bola basket di SMK Negeri 1 Takokak Kabupaten Cianjur.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah terdapat perbedaan keterampilan sosial antara siswa yang mengikuti ekstrakulikuler futsal dengan siswa yang mengikuti ekstrakulikuler basket di SMKN 1 Takokak ?”.

C.Tujuan Penelitian

(16)

8

“Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan keterampilan sosial antara siswa yang mengikuti ekstrakulikuler futsal dengan siswa yang mengikuti ekstrakulikuler basket di SMKN 1 Takokak”.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak yang terkait, sebagai berikut:

1. Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang berarti serta menjadi suatu bahan informasi dalam usaha pengembangan sikap bagi pihak yang terkait. 2. Secara praktis diharapkan bagi siswa dapat bermanfaat untuk terus aktif dalam

kegiatan ekstakurikuler guna menghasilkan prestasi yang baik, bagi sekolah dapat dijadikan bahan informasi dan referensi dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan, khususnya pendidikan jasmani dan peneliti-peneliti lain yang hendak meneliti hal-hal lain yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani, dan bagi lemabaga bermanfaat untuk dijadikan referensi bagi kegiatan olahraga bola basket dan futsal disetiap sekolah.

3. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait terutama perkumpulan olahraga bola basket yang bermanfaat untuk dijadikan bahan acuan bahwa dari setiap orang harus terus meningkatkan motivasi dalam diri guna menghasilkan prestasi yang tinggi.

E.Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini perlu batasan agar dalam pelaksanaannya tetap terkendali dan tidak keluar dari jalur yang diteliti. Demi kelancaran dan terkendalinya pelaksanaan penelitian ini, maka penulis membatasi penelitian ini sebagai berikut: 1. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian dengan variabel:

(17)

9

2. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi anggota ekstrkurikuler bola basket dan Futsal di SMK Negeri 1 Takokak Kabupaten Cianjur yang masih aktif.

3. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes angket untuk mengukur keterapilan sosial siswa.

F. Batasan Istilah

Untuk memperjelas masalah yang akan dikaji dan agar tidak terjadi salah faham terhadap istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis akan memberikan penjelasan mengenai beberapa istilah menurut para ahli. Adapun istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan jasmani. Rusli Lutan (1997:36) menyatakan mengenai pendidikan jasmani adalah, “Pendidikan yang menggunakan atau via aktivitas fisik sebagai media untuk mengembangkan segala potensi yang ada pada individu (kognitif, afektif dan psikomotor), sehingga tumbuh dan berkembang secara menyeluruh

atau holistik.”

2. Ekstrakurikuler menurut Hermawan, dkk. (2003: 123) menyatakan bahwa,

“Ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajran biasa dan pada waktu libur sekolah yang dilakukan baik di sekolah ataupun di luar sekolah”.

3. Permainan Menurut Hans Daeng (dalam Andang Ismail, 2009: 17), adalah

“Bagian mutlak dari kehidupan anak dan permainan merupakan bagian integral dari proses pembentukan kepribadian anak.” Selanjutnya Andang Ismail (2009: 26) menuturkan bahwa,

Permainan ada dua pengertian. Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah.Kedua, permainan diartikan sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai pencarian menang-kalah.

(18)

10

masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan.”

5. Futsal pada http://id.wikipedia.org/wiki/Futsal yaitu

Permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepak bola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan.

6. Keterampilan menurut Nadler (1986: 73) adalah “kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dan aktivitas”.

7. Sosial menurut Soerjono (2001: 7) bahwa, “Sekumpulan orang yang telibat dalam suatu kegiatan dan saling berikatan dengan melibatkan lingkungan sekitarnya”. 8. Keterampilan Sosial menurut Merrel (2008: 1) adalah keterampilan social sebagai

(19)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode dalam penelitian harus sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Sudjana dan Ibrahim (2001: 64) menjelaskan tentang metode deskriptif sebagai berikut:

Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskriptifkan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Hal serupa dikemukakan oleh Arikunto (2002:309) bahwa “Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian

dilakukan.” Berdasarkan pada pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan suatu peristiwa yang nampak pada suatu situasi pada saat penelitian. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisis untuk menetapkan kesimpulan. Hal ini untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan penelitian tercapai seperti yang diharapkan. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif ex-postfacto.

Mengenai metode ini, Nazir (2005:73) mengemukakan bahwa: “Penelitian

ex-postfacto adalah penyelidikan secara empiris yang sistematik, dimana peneliti tidak mempunyai kontrol langsung terhadap variabel-variabel bebas (Independent Variables) karena manifestasi fenomena telah terjadi atau karena fenomena sukar

(20)

40

Totoh Supardi, 2014

Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian ini adalah meneliti tentang variabel yang kejadiannya sudah terjadi sebelum penelitian dilaksanakan. Penggunaan metode ex-postfacto ini diharapkan dapat mengungkapkan tentang perbedaan tingkat sosial antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler permainan futsal dengan bola basket di SMK Negeri 1 Takokak Kabupaten Cianjur.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam proses penyusunan sampai dengan menganalisis data sehingga mendapatkan gambaran sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukan sumber data. Pada umumnya sumber data dalam penelitian disebut populasi dan sampel penelitian.

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2009:80) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Arikunto (2010:173) menyatakan bahwa “Populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian”. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga

obyek dan benda-benda alam lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti ekstra kurikuler futsal dan bola basket di SMK Negeri 1 Takokak, Kab. Cianjur.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2009:81) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan Arikunto

(2010:174) menyatakan bahwa “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang

(21)

41

peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari populasi. Sampel yang di ambil dari populasi harus benar-benar mewakili (representatif).

Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik dan sifat yang mewakili seluruh populasi yang ada. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh. Sugiyono (2010:124)

menjelaskan bahwa: “Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel.” Hal ini sering dilakukan bila jumlah

populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

Untuk mengetahui besar kecilnya sampel penelitian, peneliti menggunakan teknik sampling yang dijelaskan oleh Arikunto (2006:134) yang menjelaskan mengenai pedoman pengambilan sampel sebagai berikut:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjek besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, dana dan tenaga.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal dan 20 siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket.

C. Paradigma Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Dalam penelitian kuantitatif/positivistik, pola hubungan antara variabel yang akan diteliti disebut paradigma penelitian. Sugiyono (2010:66) menjelaskan bahwa:

(22)

42

Totoh Supardi, 2014

Paradigma penelitian ini terdiri satu variabel bebas yaitu ekstra kurikuler bola basket dan futsal, sedangkan variabel terikat yaitu keterampilan sosial dengan sampelnya yaitu siswa SMK Negeri 1 Takokak, Kab. Cianjur yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola basket dan futsal. Sebagaimana dapat kita lihat dalam bagan di bawah ini:

Bagan 3.1. Paradigma Penelitian Sugiyono (2010 : 66)

Ket:

X1 : Ekstrakurikuler Futsal X2 : Ekstrakurikuler Bola Basket Y : Keterampilan sosial

2. Langkah-Langkah Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian deskriptif ini, Peneliti menyusun langkah-langkah sebagai berikut :

a. Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta diselidiki dengan sumber yang ada. b. Menetukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari

penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah . c. Memberikan limitasi atau scope, atau batasan sejauh mana penelitian ini

akan dilaksanakan. Baik daerah geograpisnya, batasan kronologis, serta sebarapa utuh daerah penelitian ini akan dijangkau.

d. Merumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian diturunkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis untuk diverifikasikan.

e. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang berhubungan dengan masalah yang ingin dipecahkan.

f. Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin diuji, baik secara eksplisit maupun implisit.

X2 X1

(23)

43

g. Mengumpulkan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitain.

h. Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan.

i. Memberikan interprestasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh secara referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan.

j. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin diuji. Memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan-kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian.

k. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.

Dari proses di atas terlihat jelas bahwa dalam penelitian deskriptif terbagi atas dua proses, yaitu proses perencanaan dan proses pelaksanaan. Proses perencanaan penelitian dimulai dari identifikasi, pemilihan serta rumusan masalah, sampai dengan perumusan hipotesis serta kaitannya dengan teori dan kepustakaan yang ada. Proses selanjutnya merupakan tahap operasional dari penelitian. Langkah-langkah penelitian dapat digambarkan sebagaimana tercantum dalam bagan di bawah ini:

PENYEBARAN ANGKET

PENGUMPULAN DATA

PENGOLAHAN DATA

HASIL

KESIMPULAN POPULASI

SAMPEL

(24)

44

Totoh Supardi, 2014

Bagan 3.2

Langkah-langkah Penelitian

D. Instrumen Penelitian

Dalam proses pengumpulan data, diperlukan alat yang disebut instrumen. Pemilihan instrumen penelitian yang tepat sangat diperlukan agar lebih mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data. Dijelaskan oleh Arikunto

(2010:203) bahwa “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih

mudah diolah”.

Arikunto (2010:194) menjelaskan bahwa “Kuesioner adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”.

Pemilihan instrumen penelitian sangat ditentukan oleh beberapa hal, yaitu: objek penelitian, sumber data, waktu, dan dana yang tersedia, jumlah tenaga peneliti, dan teknik yang akan digunakan untuk mengolah data bila sudah terkumpul.

Dalam penelitian ini, Instrumen yang digunakan adalah menggunakan skala Likert pada angket. Menurut Sugiyono (2010:134) menyatakan bahwa

“Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.” Mengenai penjelasan angket/kuesioner,

Selanjutnya Sugiyono (2010:133) menyatakan bahwa “Instrumen

penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan

data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala”.

(25)

45

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

menjawabnya”.

Jenis-jenis angket/kuesioner yang dapat dipakai sebagai alat pengumpul data dijelaskan oleh Arikunto (2010:195) adalah sebagai berikut:

Kuesioner dapat dibeda-bedakan atas beberapa jenis,tergantung pada sudut pandangnya:

a. Dipandang dari cara menjawab, maka ada:

1) Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

2) Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

b. Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:

1) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.

2) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.

c. Dipandang dari bentuknya, maka ada:

1) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner tertutup.

2) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.

3) Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda

check (√) pada kolom yang sesuai.

4) Rating-scale, (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.

Penggunaan angket dalam hal ini memiliki beberapa keuntungan sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2010:195) adalah sebagai berikut:

Keuntungan kuesioner:

1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti

2) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden

4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab

5) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

(26)

pertanyaan-46

Totoh Supardi, 2014

pertanyaan itu penulis berpedoman pada pendapat Sugiyono (2010:142) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu:

a.Isi dan tujuan pertanyaan b.Bahasa yang digunakan c.Tipe dan bentuk pertanyaan d.Pertanyaan tidak mendua

e.Tidak menanyakan yang sudah lupa f. Pertanyaan tidak menggiring g.Panjang pertanyaan

h.Urutan pertanyaan i. Prinsip pengukuran j. Penampilan fisik angket

Angket dalam penelitian ini terdiri dari variabel yang dijabarkan melalui sub variabel, indikator-indikator dan pernyataan. Model angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah model angket tertutup. Untuk memudahkan dalam penyusunan butir-butir pernyataan angket serta alternatif yang tersedia, maka responden hanya diperkenankan untuk menjawab salah satu alternatif jawaban saja. Jawaban yang dikemukakan oleh responden merupakan jawaban sendiri. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan angket adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Spesifikasi Data

Hal ini bertujuan untuk menjabarkan ruang lingkup masalah yang akan diukur secara terperinci. Untuk lebih jelas dan memudahkan penyusunan spesifikasi data tersebut, maka penulis tuangkan dalam bentuk kisi-kisi yang mengacu pada pendapat para ahli tentang ketrampilan sosial baik definisi maupun bentuk dan jenis sikap itu sendiri diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Definisi Ketrampilan Sosial

1) Libert & Lewinsohn (dalam Istanti 2008 : 11,) menyebutkan keterampilan sosial sebagai kemampuan kompleks untuk melakukan perilaku yang mendapt peguatan positif dan tidak melakukan perilaku yang mendapat penguatan negatif.

(27)

47

lain pada konteks sosial dalam cara-cara spesifik yang secara sosial diterima atau bernilai dan dalam waktu yang sama memiliki keuntungan untuk pribadi dan orang lain.

3) Hersen & Bellack (1977, dalam Cartledge & Milburn, 1993 : 4) menjelaskan keterampilan sosial berdasarkan situasi, dan konsep keterampilan sosial yaitu perilaku efektif dalam melakukan interaksi sosial dan bergantung pada konteks dan parameter dari keadaan.

4) Surya (Rosmawati, 2004 : 17) memaparkan bahwa keterampilan sosial adalah perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar bagi tercapainya interaksi sosial secara efektif.

b. Bentuk dan Jenis keterampilan Sosial

1) Menurut Mu’tadin (2002) dalam http://blog.uin-malang.ac.id yang menyatakan bahwa:

Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja adalah memiliki keterampilan sosial (social skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Keterampilan-keterampilan sosial tersebut meliputi:

1. Kemampuan berkomunikasi

2. Menjalin hubungan dengan orang lain 3. Menghargai diri sendiri dan orang lain

4. Mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain 5. Memberi atau menerima feedback

6. Memberi atau menerima kritik

7. Bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.

2) Menurut Helm dan Turner (1983:225) dalam http://jenisperilakusosial.com menjelaskan bahwa jenis perilaku sosial dapat di lihat dari empat dimensi yaitu:

1. Mampu bekerjasama (cooperating) dengan orang lain.

2. Mampu menghargai (altruism) baik dalam menghargai milik, pendapat, hasil karya orang lain, serta kondisi-kondisi yang ada pada orang lain.

(28)

48

Totoh Supardi, 2014

Untuk lebih jelas dan mempermudah penyusunan spesifikasi data tersebut, maka penulis tuangkan dalam bentuk kisi-kisi pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Variabel Penelitian Keterampilan Sosial Siswa

Sub Variabel Indikator Butir Soal Positif Butir Soal Negatif

1.Kemampuan

1.Saya bertanya kepada guru ketika tidak memahami materi pembelajaran

2.Saya selalu berdiskusi dengan guru mengenai materi pembelajaran pada jadwal kegiatan

ekstrakurikuler

3.Saya selalu berdiskusi dengan teman mengenai materi pembelajaran

4.Saya menginformasikan kepada teman tentang hal-hal yang disampaikan guru

1.Saya enggan bertanya kepada guru mengenai materi

pembelajaran yang tidak saya pahami

2.Saya tidak pernah berdiskusi dengan guru mengenai materi pembelajaran di luar jadwal ekstrakurikuler

3.Saya enggan berdiskusi dengan teman mengenai materi pembelajaran

4.Saya tak acuh terhadap teman dengan informasi yang

1.Saya menerima dengan

lapang dada setiap kritikan yang ditujukan kepada saya 2.Saya menyambut baik

terhadap teman yang baru bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler

3.Saya menjalin hubungan baik dengan teman baik selama latihan ataupun di luar latihan

4.Saya mudah bergaul

1.Saya tak acuh dengan setiap kritikan yang ditujukan kepada saya

2.Saya tak acuh terhadap teman yang baru bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler

3.Saya hanya menjalin

hubungan baik dengan teman selama latihan berlangsung

(29)

49

Tidak egois 1.Saya melakukan passing atau mengoper bola kepada teman yang tidak dijaga lawan

2.Saya selalu memberi dukungan dalam bermain dengan memberikan ruang gerak kepada teman

3.Saya ikut membantu pertahanan pada saat diserang

4.Saya memberikan

kesempatan kepada teman yang belum bermain

1.Saya enggan melakukan passing atau mengoper bola kepada teman walaupun posisinya tidak dijaga oleh lawan

2.Saya bermain pasif dan kurang memberi ruang gerak kepada temen selama permainan

3.Saya malas membantu

pertahanan pada saat diserang 4.Saya enggan memberikan

kesempatan kepada teman yang belum bermain

4.Mendengarkan

1.Saya menolong teman yang membutuhkan pertolongan

2.Saya bersedia membantu apabila diminta

pertolongan oleh siapa saja

3.Saya menolong teman walaupun baru saya kenal

4.Saya bersedia membantu menyiapkan peralatan latihan meskipun tidak diminta oleh guru

1.Saya mengabaikan teman yang membutuhkan pertolongan

2.Saya hanya bersedia memberikan pertolongan apabila diminta oleh teman dekat saja

3.Saya mengabaikan untuk menolong teman yang belum saya kenal

4.Saya hanya bersedia

menyiapkan peralatan latihan jika diminta oleh guru

5.Memberi atau menerima

feedback

Toleran 1.Saya menghargai teman yang tidak datang latihan jika dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan

2.Saya menghargai teman yang kurang pandai dalam melakukan gerakan/teknik 3.Saya menghargai teman

yang mengungkapkan pendapat selama pembelajaran

4.Saya memberi masukan

kepada junior saya ketika

1.Saya tidak dapat menerima alasan apapun bagi teman yang tidak datang latihan

2.Saya mengejek teman yang kurang pandai dalam melakukan gerakan/teknik

3.Selama pembelajaran saya menganggap bahwa pendapat yang disampaikan teman tidak sebaik pendapat saya

(30)

50

1.Saya menerima dan mempertimbangkan pendapat dari siapa saja jika itu baik

2.Saya menerima saran dari guru maupun teman

3.Saya merasa senang jika ada yang memberi saran kepada saya

4.Saya bersedia memberikan masukan dan saran jika di minta oleh teman ataupun junior saya

1.Saya menolak pendapat orang lain yang tidak sesuai dengan keinginan saya

2.Saya mengabaikan saran dari guru maupun teman

3.Saya merasa tersinggung jika ada yang memberi saran

4.Saya tidak bersedia memberikan masukan dan saran sekalipun diminta oleh teman ataupun junior saya

1.Saya selalu menaati setiap aturan dan ketentuan yang berlaku di ekstrakurikuler

2.Saya berusaha mematuhi setiap perintah yang diberikan oleh guru

3.Saya selalu melakukan peregangan sebelum dan setelah pembelajaran

4.Saya selalu mengikuti pembelajaran dengan serius

1.Saya mengabaikan setiap aturan dan ketentuan yang berlaku di ekstrakurikuler

2.Saya kerapkali mengabaikan perintah dari guru

3.Saya melakukan peregangan sebelum dan setelah

pembelajaran hanya ketika saya mau

4.Saya serius mengikuti pembelajaran ketika ada guru

2. Penyusunan Angket

Indikator-indikator yang telah dirumuskan ke dalam bentuk kisi-kisi tersebut di atas selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir-butir pernyataan dalam angket. Butir-butir pernyataan tersebut dibuat dengan kemungkinan jawaban yang telah tersedia. Mengenai alternatif jawaban dalam angket, penulis menggunakan skala Likert.

Mengenai skala Likert dijelaskan oleh Sugiyono (2010:134) “Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial.” Dalam penelitian, fenomena sosial

(31)

51

Untuk kategori uraian tentang alternatif jawaban dalam angket, penulis menetapkan kategori penyekoran sebagai berikut:

Kategori untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Sangat Setuju (SS) = 5, Setuju (S) = 4, Ragu-ragu (R) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2, Sangat Tidak Setuju (STS) = 1. Kategori untuk setiap pernyataan negatif, yaitu Sangat Setuju (SS) = 1, Setuju (S) = 2, Ragu-ragu (R) = 3, Tidak Setuju (TS) = 4, Sangat Tidak Setuju (STS) = 5.

Kategori tersebut disusun untuk memberikan skor terhadap jawaban yang diberikan responden, sehingga melalui skor-skor tersebut dapat disusun dan ditetapkan suatu penilaian mengenai perbedaan sikap siswa tentang pembelajaran permainan bola voli antara kelas pagi dan kelas siang. Mengenai kategori penilaian dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban

Sangat Tidak Setuju (STS)

5 validitas dan reliabilitas dari setiap butir pertanyaan-pernyataan. Dari uji coba angket akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini.

(32)

52

Totoh Supardi, 2014

Adapun langkah-langkah dalam mengolah data untuk menentukan validitas instrumen tersebut adalah:

1. Data yang diperoleh dari hasil uji coba dikumpulkan dan dipisahkan antara skor tertinggi dan terendah.

2. Menentukan 27% responden yang memperoleh skor tinggi dan 27% yang memperoleh skor rendah.

3. Kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor tinggi disebut kelompok atas. Sedangkan kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor rendah disebut kelompok bawah.

4. Mencari nilai rata-rata ( ) setiap butir pernyataan kelompok atas dan nilai rata-rata ( ) setiap butir pernyataan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

: nilai rata-rata yang dicari

∑xi : Jumlah skor

n : Jumlah responden

5. Mencari simpangan baku (S) setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S : simpangan baku n : jumlah sampel x : nilai skor

: rata-rata nilai

(33)

53

Keterangan:

S2 : varians gabungan

S1 : Simpangan baku kelompok satu

S2 : Simpangan baku kelompok dua

n : sample

7. Mencari nilai t-hitung untuk setiap butir pernyataan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

t : nilai t yang dicari

: rata-rata suatu kelompok S : Simpangan baku gabungan n : Jumlah sampel

8. Selanjutnya membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel dalam taraf nyata 0.05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Instrumen penelitian ini memiliki tingkat kebebasan n1 + n2 – 2 = 11 + 11 – 2 = 20, nilai t-tabel

menunjukkan harga 1.725.

Untuk menguji validitas dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan uji coba angket ke 40 orang responden dengan 56 butir mengenai tingkat kepercayaan diri siswa. Hasil uji coba angket terdapat pada tabel 3.4.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen Keterampilan sosial Siswa

t tabel (dk = 20 dan α = 0,05) = 1,725

(34)

54 terhadap teman yang baru bergabung dalam

kegiatan ekstrakurikuler

3.Saya menjalin hubungan baik dengan teman baik selama latihan ataupun di luar latihan

4.Saya mudah bergaul dengan siapapun ketika

(35)

55

pertolongan oleh siapa saja

3.Saya menolong teman walaupun baru saya kenal

4. Saya bersedia membantu

menyiapkan peralatan

latihan meskipun tidak diminta oleh guru

Toleran 1.Saya menghargai teman yang tidak datang latihan jika dengan alasan yang dapat dipertanggung kepada junior saya ketika melakukan kesalahan

terhadap junior saya walaupun dia pendapat dari siapa saja jika itu baik

2.Saya menerima saran dari guru maupun teman

(36)

56

3.Saya selalu melakukan peregangan sebelum dan

setelah pembelajaran

4.Saya selalu mengikuti pembelajaran dengan

Tabel di atas menunjukan bahwa pernyataan uji coba angket yang berjumlah 56 butir ternyata menunjukan bahwa 6 butir soal tidak valid dan selebihnya yaitu 50 butir soal valid, sehingga soal yang valid dijadikan alat pengumpul data penelitian.

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen, penulis melakukan pendekatan sebagai berikut:

1. Membagi butir pernyataan menjadi dua bagian pernyataan yang bernomor genap dan bernomor ganjil.

2. Skor dari butir pernyataan yang bernomor ganjil dikelompokkan menjadi variabel x dan skor dari butir-butir pernyataan yang bernomor genap dijadikan variabel y.

(37)

57

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi yang dicari XY : jumlah perkalian skor x dan skor y

∑X : jumlah skor x

∑Y : jumlah skor y

n : jumlah banyaknya soal

4. Mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus

Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

rii : koefisien yang dicari 2. r : dua kali koefisien korelasi 1 + r : satu tambah koefisien korelasi

5. Menguji signifikansi korelasi, yaitu dengan rumus yang dikembangkan oleh Sudjana (2001) sebagai berikut:

Keterangan:

t : nilai t-hitung yang dicari r : koefisien seluruh tes

n - 2 : Jumlah soal/pernyataan dikurangi dua

Hasil penghitungan teknik korelasi Pearson Product Moment dimasukkan ke dalam rumus Spearmen Brown, kemudian untuk menentukan nilai t-hitung, nilai r-seluruh item tes yang dihasilkan dimasukkan ke dalam rumus yang dikembangkan oleh Sudjana (2001).

Untuk menyimpulkan hasil dari penghitungan reliabilitas di atas maka dilakukan interpretasi skor yang ada pada correted item total correlation(

r

hitung)

dengan skor r tabel dengan nilai α = 0,05, keputusan pengujian validitas item instrumen, yaitu sebagai berikut

(38)

58

Totoh Supardi, 2014

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil r hitung 0,99, sedangkan pada r tabel product moment diketahui bahwa dengan n = 50 dan α = 0,05 menunjukan angka 0,279. Dengan demikian nilai r hitung lebih besar dari r tabel, hal tersebut menunjukan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel. Hasil uji siknifikan korelasi menunjukan hitung = 48,92, sedangkan t-tabel pada taraf nyata 0,05 dan dk (20) dengan jumlah soal valid 50 maka t-t-tabel = 1,725. Dengan demikian t-hitung lebih besar daripada t-tabel, ini menunjukan bahwa korelasi 0,98 mempunyai reliabilitas yang siknifikan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang di tetapkan.

Menurut Sugiyono (2010:309) macam-macam teknik pengumpulan data

yaitu: “Observasi, Wawancara, Dokumentasi dan Triangulasi/gabungan”. Dalam

penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan observasi dan dokumentasi.

1. Observasi

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2010:310) menyatakan bahwa “Observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan.” Selanjutnya Sutrisno Hadi (1986) dalam

Sugiyono (2010:203) mengemukakan bahwa “Observasi merupakan suatu proses

yang kompleks, suatu proses yan tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan”.

Sanafiah Faisal (1990) dalam Sugiyono (2010:310) mengklasifikasikan

observasi menjadi “Observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation and covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation)”.

(39)

59

Observasi berpartisipasi dibagi menjadi empat, yaitu partisipasi pasif

(passive participation), partisipasi moderat (moderate participation),

observasi yang terus terang dan tersamar/partisipai aktif (active participation), dan observasi yang lengkap (complete participation).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi partisipasi pasif (passive participation). Sugiyono (2010:312) menyatakan bahwa

“Partisipasi pasif dalam hal ini maksudnya adalah peneliti datang di tempat

kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.” Jadi peneliti hanya datang ke tempat penelitian tanpa ikut terlibat dalam kegiatanorang atau siswa yang sedang di amati.

2. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2010:329) merupakan “Catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang.”

F. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilakukan setelah data hasil dari penelititan diperoleh. Pengolahan data ini dilakukan berdasarkan metode statistika agar diperoleh data akhir atau kesimpulan yang benar. Menurut Bambang dan Jajat (2010:11) “Statistik merupakan kumpulan fakta dalam bentuk angka atau bilangan yang disusun dalam bentuk tabel atau grafik yang dapat menggambar atau melukiskan adanya suatu persoalan.”

1. Langkah-langkah dalam pengolahan data penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menghitung skor rata – rata dari setiap kelompok menggunakan rumus:

keterangan:

X = nilai rata-rata yang dicapai X = skor yang diperoleh

(40)

60

Totoh Supardi, 2014

Σ = jumlah

b. Mencari simpangan baku (S) setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S : simpangan baku yang dicari

: jumlah hasil penguadratan nilai skor dikurangi rata-rata n - 1 : jumlah sampel dikurangi satu

c. Mencari variansi gabungan (S2) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S2 : Varians gabungan

S1 : Simpangan baku kelompok satu

S2 : Simpangan baku kelompok dua

n : Sampel

d. Mencari t-hitung dengan rumus polled varian sebagai berikut:

Keterangan :

t : nilai t-hitung yang dicari

rata-rata kelompok bolabasket dan futsal di SMK Negeri 1 Takokak, Kab. Cianjur

S1 : Simpangan baku kelompok satu

S2 : Simpangan baku kelompok dua

n : sample

2. Adapun langkah-langkah pengujian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(41)

61

H0 : Tidak terdapat perbedaan sikap yang signifikan antara siswa yang

mengikuti ekstra kurikuler bolabasket dengan siswa yang mengikuti ekstra kurikuler futsal di SMK Negeri 1 Takokak, Kab. Cianjur. H1 : Terdapat perbedaan sikap yang signifikan antara siswa yang

mengikuti ekstra kurikuler bolabasket dengan siswa yang mengikuti ekstra kurikuler futsal di SMK Negeri 1 Takokak, Kab. Cianjur. Membuat hipotesis statistik:

H0 : µ = µ0

H1 : µ ≠ µ0

b. Mencari thitung

c. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis Terima H0 jika –t(1-1/2α) < t < t(1-1/2α) dalam hal lain H0 ditolak.

d. Membandingkan thitung dan ttabel

e. Membuat kesimpulan. 3. Uji Homogenitas

Untuk menentukan homogen tidaknya kedua sample maka perlu dilakukan uji homogenitas varians terlebih dahulu dengan uji F. Uji F dapat di lakukan dengan membandingkan varian terbesar dengan varian terkecil.

F =

Harga ini selanjutnya dibandingkan dengan F tabel. Jika F hitung lebih kecil dari F tabel maka kedua kelompok data tersebut homogen. Begitu sebaliknya jika F hitung lebih besar dari F tabel maka kedua data kelompok tersebut tidak homogen.

4. Uji Normalitas

(42)

62

Totoh Supardi, 2014

penelitian berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji normalitas Liliefors. Abduljabar dan jajat (2010: 256) caranya sebagai berikut:

a. Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampai dengan yang terbesar, kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku.

b. Mencari Z skor dan tempatkan pada kolom Zi c. Mencari luas Zi pada tabel Z

d. Pada kolom F(Zi), untuk luas daerah yang bertanda negatif maka 0,5-luas daerah, sedangkan untuk luas daerah yang positif maka 0,5+luas daerah. e. S(Zi), adalah urutan n dibagi jumlah n.

f. Hasil pengurangan F(Zi)- S(Zi) temapatkan pada kolom F(Zi)-S(Zi). g. Mencari data / nilai yang tertinggi, tanpa melihat negatif atau positif

sebagai nilai Lo.

h. Membuat kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis:

1. Jika Lo ≥ Ltabel Tolak H0 dan H1 diterima artinya data tidak berdistribusi

normal.

2. Jika Lo ≤ Ltabel Terima H0 artinya data berdistribusi normal.

i. Mencari nilai Ltabel, membandingkan Lo dengan Ltabel

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah peneliti lakukan, maka dalam penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa :

Terdapat perbedaan keterampilan sosial yang signifikan antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler basket di SMKN 1 Takokak, dimana siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal keterampilan sosialnya lebih tinggi.

B. Saran

Sehubungan dengan penelitian yangtelah penulis lakukan di SMK Negeri 1 Takokak kabupaten Cianjur terhadap siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal dan ekstrakurikuler bola basket dengan ini penulis ingin mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada pihak sekolah untuk memberi dukungan terhadap kegiatan ekstrakurikuler olahraga supaya siswa/siswi lebih percaya diri memgikuti ekstrakurikuler olahraga.

2. Dengan mengikuti ekstrakurikuler olahraga membantu meningkatkan keterampilan sosial diri siswa/siswi.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang dan Darajat K.N, Jajat.(2010). Statistika dalam Penjas. FPOK UPI. Bandung.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Budiman, Didin. Bahan Ajar M.K. Psikologi Anak dalam Penjas PGSD. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197409072001121-DIDIN_BUDIMAN/psikologi_anak_dlm_penjas/PERILAKU_SOSIAL.pdf. [Diakses 12 Februari 2014]

Gunarsa, S. et al. 1989. Psikologi Olahraga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Harsono. (1990). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: TambakKusuma

Hermawan, Asep ,dkk. (2003). Perkembangan Kurikulum dan Pemebelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Hidayat,Y. (2008). Psikologi Olahraga. Bandung : FPOK UPI.

Ibrahim, Rusli. (2007). Psikologi Kepelatihan. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Istanti, Prista Yuni. (2008). Perbedaan Keterampilan Sosial Antara Anak Yang Bermain Dengan Permainan Yang Bersifat Soliter Dengan Anak Yang Bermain Dengan Permainan Yang

Bersifat Kooperatif. Skripsi, Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang. [Online]. Tersedia: http://eprints.unika.ac.id/2421/1/04.40.0173_Prista_Yuni_Istanti.pdf. [Diakses 21 Oktober 2013].

Komarudin, Arif. (2010). Permainan Bola Basket. [Online]. Tersedia: http://komarudinarief.wordpress.com/2010/06/16/permainan-bola-basket-1/. [Diakses 18 Septembr 2013].

(45)

--- .(1986). Pengelolaan Interaksi belajar mengajar intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Jakarta .Universitas Terbuka.

Nazir, Moh, (2005), Metode Penenlitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nurhasan .(2000). Pengembangan Sistem Pembelajaran Modul Mata Kuliah Statistik. Bandung: FPOK UPI Bandung

Nurhasan dan Cholil. (2007). Modul Tes dan Pengeukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI Pasaribu. (1983). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito

Priyatna, Asep. (2007). Psikologi. Bandung: Epsilon Group

Purwanto, Ngalim. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. FPOK UPI Bandung.

Ramadiarsyah, Awaludin. (2013). Uji Validitas dan Reliabilitas tes Koordinasi Untuk Cabang Olhraga Futsal (modifikasi soccer wall). Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/4495/4/S_KOR_0801431_Chapter1.pdf. [Diakses 15 Mei 2014]

Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Setyobroto, Sudibyo.2001Mental Pemainan. Jakarta: CV Jaya Sakti.

Soekanto, Soerjono. (2001). SosiologiSuatuPengantar. Jakarta: PT. Raja GafindoPersada Sudjana, (2005), MetodaStatistika. Bandung: PT. Tarsito Bandung.

Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung: CV. Alfabeta. Suherman, Adang. 2009. Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung:

Bintang WarliArtika.

(46)

Suprayekti. (2003). Pembaharuan-Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Warimun. (1997). Efektifitas Model Pembelajaran Induktif dalam Meningkatkan Prestasi Belajar, Motivasi Berprestasi, dan Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika. Tesis: Tidak Diterbitkan

Waruwu dan Endah. (2004). Hubungan Antara Urutan Kelahiran Anak dan Pola Asuh Orang Tua dalam Keluarga dengan Motivasi Berprestasi Anak Di Sekolah.

http://file.upi.edu

http://www.psikologi-untar.com/admin/tampil.php

http://id.wikipedia.org/wiki/Futsal/Basket

http:///basket/PembentukanPERBASITulungagung.html

file:///F:/futsal/pelajaran%20dari%20Hobi%20Futsal%20%20%20Latief%20Abdullah.htm

http://healthiskesehatan.blogspot.com

http://teoriperilakusosialmanusia.blogspot.com

http://akhmadsudrajat.wordpress.com

http://jenisperilakusosial.com

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel di atas menunjukan bahwa pernyataan uji coba angket yang berjumlah

Referensi

Dokumen terkait

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada

Adapun peningkatan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran IPS dapat terlihat dari beberapa indikator yaitu siswa mampu mengumpulkan tugas tepat waktu, siswa secara

Minyak kayu putih yang banyak beredar dipasaran / ternyata ada juga yang diproduksi dari bahan mentahnya di Yogyakarta // Setelah melewati berbagai proses / termasuk melalui

Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian Sandrawati, dkk,.(2007) yang menyatakan bahwa pemberian kompos sampah kota berpengaruh nyata terhadap peningkatan pH.. tanah dari

[r]

APABILA SELAMA INI ORANG MENGENAL BATIK DENGAN KAIN SEBAGAI MEDIANYA / MEMBATIK DENGAN MEDIA KAYU / TENTULAH MENJADI HAL YANG CUKUP UNIK // BEGITULAH KEHIDUPAN. PENDUDUK DI

Pengaruh kompos sampah kota dan pupuk kandang sapi terhadap beberapa sifat kimia tanah dan hasil tanaman jagung manis (Zea Mays Saccharata) pada Fluventic Eutrudepts asal

[r]