• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI PEMBELAJARAN MENCAP DENGAN KAOS KAKI : Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A RA Ikhlashul A’mal Kebon Kopi Pangalengan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI PEMBELAJARAN MENCAP DENGAN KAOS KAKI : Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A RA Ikhlashul A’mal Kebon Kopi Pangalengan."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI

MELALUI PEMBELAJARAN MENCAP DENGAN KAOS KAKI

(PenelitianTindakan Kelas pada Kelompok A di RA Ikhlasul A’mal Kebon Kopi Pangalengan)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat menempuh gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Disusun Oleh :

Nn. Yeti Sumiaty (1010102)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

JURUSANPEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik

Halus Anak Usia Dini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki” ini sepenuhnya

adalah karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya merupakan plagiat dari karya orang

lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini

saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari

pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Pangelengan, Juni 2014

Yang membuat pernyataan

(3)
(4)
(5)

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A RA Ikhlashul A’mal Kebon Kopi Pangalengan)

Yeti Sumiaty

1010102

Anak-anak kelompok A RA Ikhlashul ‘Amalbelum terbiasa dengan pembelajaran motorik halus yang idealnya diberikan untuk mengembangkan potensi atau kemampuan motorik halusnya. Selain itu anak kelompok A RA

Ikhlashul ‘Amal belum mendapatkan pembelajaran yang menarik dan bervariasi.

Pembelajaran motorik halus yang tidak menarik cenderung membuat anak merasa jenuh. Upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus direalisasikan melalui implementasi aktifitas Mencap dengan Kaos Kaki. Pertanyaan penelitian berikut menjadi acuan dalam melaksanakan penelitian, (1) Bagaimana kondisi

objektif kemampuan motorik halus anak kelompok A Ikhlashul ‘Amal sebelum

dilakukan pembelajaran mencap dengan kaos kaki, (2) Bagaimana implementasi pembelajaran motorik halus melalui pembelajaran mencap dengan kaos kaki pada kelompok A RA Ikhlashul ‘Amal, dan (3) Bagaimana kemampuan motorik halus anak kelompok A RA Ikhlashul ‘Amal setelah dilakukannya pembelajaran mencap dengan kaos kaki. Setelah melaksanakan penelitian selama kurang lebih 1 bulan, hasil penelitian menunjukan ondisi akhir kemampuan motorik halus anak

(6)

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE ENDAVOUR OF IMPROVING EARLY CHILDHOOD FINE MOTOR SKILL BY STAMPING WITH SOCK LEARNING

(CLASSROOM ACTION RESERACH TO GROUP A RA IKHLASHUL

(7)

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

DAFTAR ISI

Pernyataan ... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iii

Ucapan Terima kasih ... iv

Daftar Isi... v

Daftar Tabel...viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Grafik ... x

BAB I Pendahuluan...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ...3

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Penelitian...4

E. Sistematika Penulisan... 5-6 BAB II Kajian Teoritis tentang Kemampuan Motorik Halus dan Kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki ...7

A. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini ...7

(8)

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Tahapan Perkembangan Motorik Halus ...9

3. Pengaruh Pembelajaran Motorik Halus di Sekolah ...11

4. Usaha Mengembangkan Motorik Halus ...12

5. Pembelajaran Motorik Halus ...14

B. Mencap denga Kaos Kaki ...15

BAB III Metode Penelitian A. Lokasi dan Subjek Penelitian ...16

B. Desain Penelitian ...18

C. Metode Penelitian...22

D. Definisi Istilah ...23

E. Asumsi Penelitian...23

F. Instrumen Penelitan ...24

G. Teknik Pengumpulan Data ...28

1. Observasi ...29

2. Studi Dokumentasi ...29

3. Teknik Analisis Data ...29

4. Validitas Data ...30

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian ...31

(9)

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

2. Implementasi Kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki untuk

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak ...40

a. Siklus 1 ...40

b. Siklus 2 ...50

B. Pembahasan ...67

1. Kondisi Objektif Perkembangan Motorik Halus Kelompok A RAIlkhlashul ‘Amal Sebelum Kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki ...60

2. Meningkatkan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki pada Kelompok A di RA Ikhlashul ‘Amal ...61

Bab V Kesimpulan dan Saran ...64

A. Kesimpulan...64

B. Rekomendasi ...65

DAFTAR PUSTAKA ...66

(10)

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Tabel Perkembangan Gerak Motoik Kasar dan Halus Anak Usia

Dini ...9

Tabel 3.1 Profil Anak Kelompok A RA Ikhlashul ‘Amal ...17

Tabel 3.2 Profil Guru RA Ikhlashul ‘Amal ... 18

Tabel 3.3 Alur Penelitian Tindakan Tahap 1...21

Tabel 3.4 Alur Penelitian Tindakan Tahap 2...22

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki...26

Tabel 3.6 Instrumen Observasi Anak selama Kegiatan Pembelajaran...28

Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Kemampuan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki ...33

Tabel 4.2 Deskripsi Kemampuan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki sebelum Tindakan...35

Tabel 4.3 Data Hasil Observasi Siklus 1...44

Tabel 4.4 Deskripsi Kemampuan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki Siklus 1...45

Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Siklus 2...52

(11)

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Gambar Model Penelitian Elliot...20

Gambar 4.1 Kegiatan Pra Siklus; Suasana Kegiatan Mencap dengan Kaos

Kaki...39

Gambar 4.2 Kegiatan Siklus 1; Suasana Kegiatan Mencap dengan Kaos

Kaki...49

Gambar 4.3 Kegiatan Siklus 2; Suasana Kegiatan Mencap dengan Kaos

(12)

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Presentasi Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mencap

dengan Kaos Kaki (Sebelum Tindakan)...34

Grafik 4.2 Presentasi Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mencap

dengan Kaos Kaki (Siklus I)...44

Grafik 4.3 Presentasi Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mencap

dengan Kaos Kaki (Siklus 2)...53

Grafik 4.4 Grafik 4.4 Hasil Presentase Kemampuan Motorik Halus Anak Pra

(13)

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Prinsip pembelajaran anak usia dini sejatinya bersifat kolaboratif, tidak hanya

menitikberatkan satu aspek saja, akan tetapi berorientasi pada pengembangan

seluruh aspek perkembangan potensi anak (Wahyudin dan Agustin, 2011:5).

Kenyataan yang kini dihadapi adalah pergeseran konsep kecerdasan yang bergeser

dari tumbuh kembang fisik-motorik ke pengembangan intelektual secara sempit

(Suyadi, 2010:66). Guru dan para orang tua lebih menekankan anak-anak mereka

untuk unggul dalam pengembangan intelektual daripada keterampilan fisik. Hal

ini menunjukan pentingnya pembelajaran bagi anak usia dini yang menyeluruh,

yang tidak hanya terbatas pada aspek kecerdasan, tetapi juga mencakup

perkembangan-perkembangan yang lebih luas; aspek motorik, kognitif, bahasa,

aspek moral, dan nilai agama, aspek sosio-emosional, aspek seni, dan kreatifitas.

Fenomena sebaliknya terjadi pada anak kelompok A Raudhatul Athfal

Ikhlasul „Amal Kebon Kopi Pangalengan, dimana para orang tua dan guru

mengalokasikan lebih besar waktu belajarnya dengan kegiatan belajar berhitung,

berbicara, dan menulis daripada kemampuan fisik. Para guru dan orang tua

mungkin tidak menyadari hal tersebut membetuk karakter anak yang lebih

menyukai kegiatan non-fisik, seperti bermain video game, menonton televisi, dan

bermain komputer. Aktifitas-aktifitas tersebut tidak mampu menghasilkan gerakan

lentur tubuh anak, dan membuat anak tidak percaya diri untuk melakukan

tugas-tugas fisik dan keterampilan lainnya.

Jumlah keseluruhan anak kelompok A RA Ikhlashul „Amal adalah 17 anak,

dengan jumlah anak perempuan sebanyak 11 anak, laki-laki sebanyak 6 anak.

Hasil obseravasi menunjukan bahwa 6 anak bisa memegang pensil dengan benar,

(14)

2

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mewarnai dengan rapi, sedangkan 11 anak lainnya belum mampu melakukan

kegiatan belajar tersebut dengan baik dan benar. Anak-anak cenderung tidak

luwes, kaku, kasar, dan cenderung tidak rapi.

Kondisi ini erat kaitannya dengan pembelajaran motorik halus yang tidak

seimbang diberikan di sekolah. Anak-anak tidak terbiasa dengan pembelajaran

motorik halus yang idealnya diberikan untuk mengembangkan potensi atau

kemampuan motorik halus anak. Selain itu anak kelompok A RA Ikhlashul „Amal

belum mendapatkan pembelajaran yang menarik dan bervariasi. Pembelajaran

motorik halus yang tidak menarik cenderung membuat anak merasa jenuh.

Moeleong (Wahyudin dan Agustin, 2001:35) mengungkapkan bahwa motorik

halus juga menjadi jembatan bagi anak untuk mengembangkan aspek kecerdasan

jamak terkait dengan kinestetik tubuh. Seperti yang dikutip dari Ditjen Olahraga

Depdiknas (Wahyudin dan Agustin, 2001:35) bahwa dilihat dari aspek sosialnya

tentunya kematangan kemampuan motorik halus anak membantu menanamkan

citra diri yang positif dalam bentuk kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan

orang lain dan lingkungannya.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran motorik halus sangat penting bagi

anak sebagai upaya untuk melatih gerakan koordinasi tubuhnya yang bersifat

halus, atau bisa diartikan gerakan-gerakan kecil yang melibatkan otot anak.

Gerakan ini harus dimaksimalkan untuk mempersiapkan anak dalam menjalankan

aktifitas di tahap selanjutnya yang memerlukan kematangan kemampuan motorik

anak, seperti memegang pensil dengan benar saat menulis. Pembelajaran motorik

halus juga berperan dalam menumbuhkan citra diri yang positif, diantaranya

mampu melatih ketelitian, dan kesabaran anak, serta mengebangkan kreatifitas

anak.

Sudah menjadi sebuah keharusan bahwa pada masa pendidikan anak usia dini,

anak akan melakukan pola-pola integrasi (keterampilan motorik baru) sehingga

akan menjadi semakin kompleks. Tantangan-tantangan baru untuk mewujudkan

keberhasilan dalam mengembangkan kecerdasan fisik-motorik anak perlu

(15)

3

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengembangkan kemampuan motorik halusnya dengan memanfaatkan beragam

media. Pemanfaatan berbagai media untuk mengembangkan motorik halus pada

anak dapat membantu anak untuk mengulangi aktifitas tersebut (Agustin dan

Wahyudin, 2012:35).

Banyak metode atau media yang bisa dilakukan untuk melatih dan

mengembangkan kemampuan motorik halus anak, namun dalam penelitian ini

peneliti memilih aktifitas mencap. Mencap melibatkan anggota tubuh anak yaitu

tangan yang berkoordinasi dengan saraf, mata secara cermat. Selain aktifitas

mencap ini mampu mengembangkan ekspresi melalui media gambar, mencap juga

mampu melatih ketelitian dan kerapian anak. Berbeda dengan kegiatan

pengembangan motorik halus lainnya, mencap dengan menggunakan media kaos

kaki adalah aktifitas yang unik dan tidak pernah dilakukan di RA Ikhlasul „Amal.

Dengan kegiatan mencap dengan menggunakan kaos kaki ini mampu

meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

Latar belakang ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki”Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A RA Ikhlashul „Amal Kebon Kopi Pangalengan.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Untuk menjadikan penelitian ini spesifik, peneliti merumuskan masalah

menjadi tiga pertanyaan, adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan motorik halus anak kelompok A Ikhlashul „Amal sebelum dilakukan pembelajaran mencap dengan kaos kaki? 2. Bagaimana implementasi pembelajaran motorik halus melalui pembelajaran

mencap dengan kaos kaki di kelompok A RA Ikhlashul „Amal?

(16)

4

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini memperoleh gambaran tentang meningkatkan

kemampuan motorik halus anak melalui pembelajaran mencap dengan kaos kaki.

Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak kelompok A Ikhlashul „Amal sebelum dilaksanakan pembelajaran mencap dengan kaos kaki.

2. Untuk mengetahui perancanaan pembelajaran mencap dengan kaos kaki

untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok A RA Ikhlashul „Amal.

3. Untuk memperoleh gambaran tentangpelaksanaan pembelajaran motorik

halus melalui pembelajaran mencap dengan kaos kaki pada anak kelompok A RA Ikhlashul „Amal.

4. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anakk elompok A RA Ikhlashul „Amal setelah dilakukannya pembelajaran mencap dengan kaos kaki.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak di kelompok A RA Ikhlashul „Amal melalui kegiatan mencap dengan kaos kaki.

1. Manfaat Teoritis

a. Data hasil penelitian ini selanjutnya dapat berkontribusi dalam upaya

mengembangkan penelitian ilmiah lainnya di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut;

a. Bagi anak, yaitu untuk meningkatkan kemampuan motorik halus melalui

(17)

5

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Bagi guru, guru dapat mengambil manfaat dari hasil penelitian ini untuk

digunakan dalam rangka pengembangan motorik halus anak.

c. Bagi Orang tua anak, orang tua dapat mengambil pelajaran yang berharga

dalam rangka mengembangkan motorik halus pada anak saat anak berada di

lingkungan keluarga.

d. Bagi Peneliti, dapat memperkaya wawasan yang berkaitan dengan metode

pembelajaran motorik halus yang lebih menarik, kreatif dan menyenangkan.

e. Bagi Sekolah, sebagai motivasi untuk meningkatkan proses pembelajaran

motorik halus di sekolah.

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini memuat lima bab yang terdiri dari Bab I, Bab II, Bab III, BabIV,

dan Bab V.Bab Pertama merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang

masalah yang menjelaskan alasan mendasar peneliti memilih masalah yang

diteliti. Bab ini memuat pula rumusan masalah, tujuan penelitian,

signifikansi/masalah penilitian, dan struktur atau sistematika penelitian.

Bab II yaitu Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian.

Kajian Pustaka menjelaskan tentang teori-teori, dalil, dan paparan para ahli yang

dikutip oleh peneliti. Kutipan teori-teori ataupun dalil ini merupakan dasar atau

landasan peneliti dalam menganalisis masalah yang diteliti. Dalam skripsi ini,

teori-teori yang relevan adalah teori tentang motorik halus, perkembangan

motorik halus, dan teori lain yang relevan.

Bab ketiga, menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian. Selain metode penelitian, langkah pengambilan data dan pengolahan

juga dijelaskan dalam bab ini.

Bab keempat adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan. Setelah melaksanakan

serangkaian proses penelitian, maka hasil penelitian pun diperoleh. Hasil

penelitian dan pembahasan tertuang dalam bab ini. Peneliti mendiskusikan

temuan-temuan, dan mengaiktannya dengan teori-teori yang dipaparkan di bab

(18)

6

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab terakhir, atau Bab lima adalah Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan

merupakan jawaban dari semua rumusan masalah dalam penelitian ini. Bab ini

(19)

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Raudhatul Athfal Ikhlashul „Amal, Komplek Perumahan Kebon Kopi, Blok B RT 04 RW 15 Desa Margamulya, Kecamatan

Pangalengan Kabupaten Bandung. Subjek dalam penelitian ini 17 orang anak dan

dua orang guru di kelompok A Raudhatul Athfal Ikhlashul „Amal.

Peneliti memilih lokasi ini berdasarkan beberapa alasan yaitu; (1) berdasarkan

wawancara bersama dengan guru yang dilakukan pada bulan November 2013,

diperoleh informasi bahwa pembelajaran motorik halus bagi anak kelompok A di RA Ikhlashul „Amal mengalami kendala dalam proses pelaksanaannya, (2) pembelajaran motorik halus kurang menarik, (3) media yang digunakan dalam

pembelajaran motorik halus kurang bervariasi, (4) keterampilan motorik anak

kelompok A RA Ikhlashul „Amal masih sangat rendah. Masalah-masalah yang

telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan

keterampilan atau kemampuan motorik halus anak diperlukan adanya metode

pembelajaran motorik halus yang berbeda, menarik, dan unik, yaitu pembelajaran mencap dengan kaos kaki sebagai pilihan, (5) Raudhatul Athfal Ikhlashul „Amal Komplek Perumahan Kebon Kopi, Blok B RT 04 RW 15 Desa Margamulya,

Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung adalah tempat peneliti mengajar.

Hal ini hal yang memotivasi dan juga memberikan peneliti kesempatan untuk

meningkatkan proses pembelajaran motorik halus di Raudhatul Athfal Ikhlashul,

khususnya di kelompok A melalui kegiatan pembelajaran mencap dengan kaos

kaki sehingga indikator yang diharapkan dapat tercapai.

(20)

17

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1

Profil Anak Kelas A Sebagai Subjek Penelitian

No Nama Tempat dan Tanggal Lahir Jenis

Kelamin

1 ALL Bandung, 22 September 2007 Perempuan

2 CJ Bandung, 29 Juli 2008 Laki-laki

3 DNP Bandung, 22 September 2007 Perempuan

4 FI Banten, 3 Mei 2008 Perempuan

5 KK Bandung, 28 Oktober 2008 Perempuan

6 NZ Badung 24 Agustus 2008 Perempuan

7 RS Bandung, 27 Mei 2007 Perempuan

8 RG Bandung, 02 Agustus 2008 Laki-laki

9 APW Bandung, 07 February 2009 Perempuan

10 AAN Bandung, 02 Juli 2008 Laki-laki

11 BAA Bandung, 06 Agustus 2009 Perempuan

12 FK Bandung, 31 Mei 2009 Laki-laki

13 KK Bandung, 14 Juni 2009 Perempuan

14 RIN Bandung, 17 Februari 2009 Laki-laki

15 SNM Bandung, 18 Juni 2009 Perempuan

16 ZA Bandung, 31 Agustus 2009 Perempuan

17 ZAP Bandung, 30 November 2008 Perempuan

Tabel berikutnya, adalah tabel data guru-guru pengajar di RA Ikhlashul

„Amal, Taman Kebon Kopi RT 04 RW 15, Desa Margamulya, Kabupaten

(21)

18

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Tabel 3.2

Profil Guru RA Ikhlashul „Amal

Nama Pendidikan Terakhir Jabatan

Yeti Sumiaty SMA Kepala Sekolah

Eti Mulyati SPG Guru Kelas

Lilis Handayani D3 Guru Kelas

Santi Nurhayati SMA Guru Kelas

Rima Mariam SMA Guru Kelas

Susan Susanti D2 PGRA Guru Kelas

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah berupa Penelitian Tindakan Kelas. Desain

penelitian ini sangat sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh peneliti.

Penelitian Tindakan kelas yang bergerak secara tak berjarak, bahkan melebur

dengan pembelajaran dan memang dimaksudkan untuk memcahkan masalah

pemebelajaran secara kasuistis dan lokal (Mulyasa, 2012:37). Kecenderungan ini

akan memudahkan peneliti dalam menyelesaikan permasalahan.

Suhardjono, 2009 (dalam Dimyati, 2013:116) memberikan pengertian

penelitian tindakan kelas sebagai penelitian yang langsung menerapkan perlakuan

dengan secara hati-hati, seraya mengikuti proses serta dampak perlakuan yang

dimaksud. Penelitian ini juga bertujuan untuk memperbaiki mutu praktik

pembelajaran di kelas.

Terdapat empat tahapan dalam setiap penelitian tindakan. Suharsimi Akunto

dalam bukunya menjabarkan empat tahapan tersebut, yaitu, (1) Perencanaan, (2)

Pelaksanaan, (3) Pengamatan (Observasi), (4) Refleksi.

Perencanaan merupakan suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan.

Perencanaan harus bersifat fleksibel sehingga Peneliti siap mengubah mengubah

rencana pembelajaran mengacu pada situasi pembelajaran yang aktual (Mulyasa,

2012:112). Secara sederhana perencanaan merupakan tindakan penyusunan

rencana kerja, juga penjelasan mengenai apa, kapan, dimana, oleh siapa dan

(22)

19

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

skenario penelitian; langkah-langkah penelitian. Peneliti juga mempersiapkan

sumber-sumber pembelajaran, melakukan simulasi pembelajaran, dan menyiapkan

pedoman evaluasi pelaksnaan rencana tindakan.

Pelaksanaan merupakan aktualisasi dan realisasi perencanaan. Pada dasarnya

dalam penelitian tidakan kelas pelaksanaan penelitian terjadi secara alami,

melebur dengan aktifitas mengajar yang sebenarnya. Peneliti akan berkolaborasi

dengan guru kelas dalam pelaksanaan penelitian. Guru kelas yang akan

memberikan materi pembelajaran sesuai dengan perencanaan, sedangkan Peneliti

akan berperan sebagai obeserver.

Pengamatan (Observasi), merupakan metode pengumpulan data penelitian

melalui pengamatan terhadap objek yang diteliti. Metode ini sesuai digunakan

karena pada dasarnya metode observasi baik digunakan untuk meneliti perilaku,

kegiatan, atau perbuatan yang dilakukan oleh subjek penelitian (Dimyati,

2013:92). Ada beberapa jenis observasi, dan yang dipilih oleh peneliti adalah

Observasi Langsung. Peneliti terlibat langsung dengan objek atau subjek yang

diamati atau yang diteliti. Untuk mencegar adanya bias pengamatan terhadap

objek yang diteliti, maka seorang peneliti perlu didampingi alat bantu observasi

(Dimyati, 2013:93). Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan pedoman

observasi berbentuk checklist.

Refleksi, ini tahap dimana peneliti mengemukakan hasil pengamatan atau

observasi.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan model penelitian tindakan

John Elliot, yang merupakan model pengembangan Kurt Levin ini bersifat lebih

perinci dan detail (Dimyati, 2013:125). Model penelitian Elliot ini dilakukan

secara berkesinambungan, yang terdiri dari beberapa aksi pelaksanaan atau

tindakan. Model seperti ini akan memudahkan tercapainya tujuan penelitian

tindakan kelas untuk yaitu untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran di

(23)

20

Yeti Sumiaty, 2014

(24)

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Desain pelaksanaan PTK yang akan dilakukan sesuai dengan skema di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.3

Alur Penelitian Tindakan Tahap 1

TAHAP 1

Perencanaan 1. Menganalisis materi pembelajaran

2. Menentukan dan menyiapkan materi

3. Membuat rencana pembelajaran

4. Menyiapkan media pembelajaran seperti, kaos kaki,

gelang karet, pewarna, dan kertas gambar.

5. Membuat lembar pengamatan.

Tindakan 1. Guru memberi penjelasan kepada anak tentang

materi yang akan dipelajari.

2. Guru menjelaskan tentang cara mencap dengan

menggunakan kaos kaki

3. Guru menjelaskan dan membimbing anak

bagaimana mencap dengan kaos kaki

Refleksi Menganalisa hasil observasi untuk mengetahui kesimpulan

bagaimana dan hal apa saja yang harus diperbaiki di tahap

(25)

22

Tabel 3.4

Alur Penelitian Tindakan Tahap 2

TAHAP 2

Perencanaan 1. Menyusun perencanaan berdasarkan hasil refleksi

tahap sebelumnya

2. Memberikan apresiasi kepada anak untuk

memperbaiki pembelajaran yang diberikan di tahap

sebelumnya.

3. Memperbaiki kesalahan dari pembelajaran

sebelumnya.

Tindakan 1. Anak melakukan pembelajaran mencap dengan

kaos kaki.

2. Guru meminta anak mencap dengan menggunakan

kaos kaki.

Refleksi Menganalisis data yang diperoleh melaui kegiatan

observasi, hasil analisis menjadi keseimpulan dari hasil

pembelajaran selama dua tahap.

C. Metode Penelitian

Menurut O'Brien (2001) penelitian tindakan dilakukan ketika sekelompok

orang (siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru)

menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya. Selama tindakan berlangsung,

peneliti melakukan pengamatan perubahan perilaku siswa dan faktor-faktor yang

menyebabkan tindakan yang dilakukan tersebut sukses atau gagal. Apabila

peneliti merasa tindakan yang dilakukan hasilnya kurang memuaskan

maka akan dicoba kembali tindakan kedua dan seterusnya. Dalam PTK, jarang

ada keberhasilan yang dapat dicapai dalam satu kali tindakan, oleh sebab itu

PTK sering dilakukan dalam beberapa siklus tindakan. Pengaruh action research

(26)

23

Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengembangkan strategi

pembelajaran yang paling efisien dan efektif pada situasi yang alamiah

(bukan eksperimen). Action research berasumsi bahwa pengetahuan dapat

dibangun dari pengalaman, khususnya pengalaman yang diperoleh melalui

tindakan (action). Dengan asumsi tersebut, orang biasa mempunyai peluang

untuk ditingkatkan kemampuannya melalui tindakan-tindakan penelitian.

Peneliti yang melakukan penelitian tindakan diasumsikan telah mempunyai

keahlian untuk mengubah kondisi, perilaku dan kemampuan subjek (siswa) yang

menjadi sasaran penelitian. Peningkatan mutu pembelajaran di kelas dapat

dilakukan dengan dua metode penelitian yaitu metode eksperimen dan action

research. Penelitian tindakan kelas cukup menggunakan satu kelas, tetapi

tindakan yang dilakukan dapat berulang-ulang sampai menghasilkan perubahan

menuju arah perbaikan (Dimyati, 2013:128-131).

D. Definisi Istilah

1. Kemampuan Motorik Halus : Keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil

serta koordinasi antara mata dan tangan. Saraf Motorik halus bisa dilatih dan

dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang dilakukan secara rutin

dan terus menerus (Decaprio, 2013:20)

2. Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki : Aktifitas yang menghasilkan pola

bentuk dengan menekan benda atau objek tertentu yang memiliki pola yang

unik dengan menggunakan media kaos kaki yang digulung dan diikat dengan

karet. Setelah membentuk gulungan yang rapi, gulungan kemudian

dicelupkan ke pewarna. Kemudian cap atau totolkan kaos kaki di atas kertas

gambar.

E. Asumsi Penelitian

Berikut ini merupakan asumsi penelitian pembelajaran mencap dengan kaos

(27)

24

1. Perkembangan motorik halus pada anak mencakup kemampuan anak

dalam menunjukan dan menguasai gerakan-gerakan otot indah dalam

bentuk koordinasi, ketangkasan, dan cekatan dalam menggunakan

tangan dan jari jemari (Wahyudin dan Agustin, 2012:35)

2. Kemampuan mengkoordinasikan mata, dapat menggerakan ibu jari dan

telunjuk, dapat menggerakan otot-otot tangan merupakan salah satu

indikator yang harus dicapai dalam pemberlajaran motorik halus di TK.

3. Semakin banyak latihan yang dilakukan anak maka anak akan semakin

terampil. Kemampuan motorik adalah kemampuan dalam masalah skill

atau kemampuan bertindak yang semuanya itu diperoleh dari

banyaknya latihan dan praktik yang dilakukan (Decaprio, 2013:105).

F. Instrumen Penelitian

Dimyati (2013) mengungkapkan bahwa untuk dapat mengumpulkan data

penelitian dengan baik maka tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti adalah

menyusun instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan

untuk mengumpulkan data.

Dalam penelitian ini tahap pertama yang dilakukan adalah menemukan apa

yang menjadi hambatan dalam pembelajaran motorik halus pada kelompok A RA Raudhathul Athfal Ikhlashul „Amal, juga kendala yang dihadapi sebelum diberikan pembelajaran motorik halus sehingga selanjutnya dapat diketahui

langkah apa saja yang harus ditempuh untuk meningkatkan kemampuan motorik

halusnya. Sehingga pada akhirnya diketahui perkembangan yang dicapai anak.

Untuk mencapai semua tujuan tersebut dibutuhkan adanya instrumen penelitian

yang baik, sehingga memudahkan berjalannya tahap refleksi masalah.

Dalam penelitian ini berikut urutan penyusunan instrumen penelitian sesuai

dengan apa yang dijelaskan Akunto, 2006 (dalam Dimyati, 2013:102) tentang

penyusunan instrumen yang baik:

1. Perencanaan dan penyusunan tujuan dan variabel yang dituangkan

(28)

25

2. Penyuntingan instrumen.

3. Uji coba di lapangan

4. Penganalisaan hasil uji coba

(29)

26

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

(30)

27

ujung kiri kaos kaki. c. Mencap

dengan Kaos kaki

3. Mencelupkan ujung gulungan kaos kaki ke dalam pewarna.

1. Anak dapat

memegang gulungan kaos kaki kemudian mencelupkan ujung gulungan kaos kaki ke dalam pewarna

dengan gerakan koordinasi mata dan tangan yang baik. 4. Mencap ujung

gulungan kaos kaki ke atas permukaan kertas gambar.

(31)

28 Tabel 3.6

Instrumen Observasi Anak selama Kegiatan Pembelajaran

1. Nama Anak :

2. Nama TK :

3. Kelas :

4. Hari/tanggal Observasi :

No. Aspek yang Dikembangkan Hasil Belajar Siswa

B C K

1. Anak dapat menggulung kaos kaki dengan menggunakan jari-jemari dari kedua tangan dengan luwes.

2. Anak dapat melakukan gerakan memutar jari-jemari dan pergelangan tangan untuk menghasilkan ikatan karet gelang pada ujung kanan kaos kaki.

3. Anak dapat melakukan gerakan memutar jari-jemari dan pergelangan tangan untuk menghasilkan ikatan karet gelang pada ujung kiri kaos kaki.

4. Anak dapat memegang gulungan kaos kaki kemudian mencelupkan ujung gulungan kaos kaki ke dalam pewarna dengan gerakan koordinasi mata dan tangan yang baik.

(32)

29

1. Observasi

Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan meninjau objek

secara langsung. Metode ini baik dilakukan untuk mengumpulkan data penelitian

yang berupa perilaku, kegiatan, dan perbuatan yang sedang dilakukan oleh subjek

penelitian (Dimyati, 2013:92). Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk

melihat aspek pembelajaran motorik halus meninjau proses dan hasil kegiatan

mencap dengan kaos kaki yang meliputi gerakan lentur yang melibatkan otot

tangan, pergelangan tanga, jari-jemari dalam kegiatan yang berlangsung selama

dua tahap. Observasi ini akan membantu peneliti untuk mendapat gambaran

kemampuan motorik halus anak, penerapan pemebelajaran mencap dengan kaos

kaki untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok A RA

Ikhlashul „Amal Taman Kebon Kopi Blok B Desa Margamulya Kecamatan

Pangalengan Kabupaten Bandung. Untuk mencegah terjadinya bias dalam

mengamati obyek yang diteliti maka penelitian ini akan dilengkapi dengan alat bantu yang disebut “pedoman observasi” yang berbentuk “checklist”.

1. Studi Dokumentasi

Wiriatmaja (2005:121) menyatakan bahwa, ada macam-macam dokumen

yang dapat membantu dalam mengumpulkan data penelitian yang ada kaitannya

dengan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas, misalnya:

a. Silabi atau Rencana Pembelajaran

b. Catatan tentang Siswa

c. Hasil Karya Siswa

2. Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisis dengan metode kualitatif, dimana data hasil

penelitian akna diteliti berdasarkan kualitas dan mutu dari sesuatu. Seperti yang

dijelaskan oleh Dimyati (2013:103) bahwa;

(33)

30

statistik yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian dari data kualitatif, antara lain persen, kuartil, ranking, mean, mode, median, bagan, grafi, dan tabel. Pemakaian teknik tersebut tergantung jenis data yang diperoleh dari hasil penelitian. Bila data hasil penelitian dalam bentuk data nominal atau kategoris. Maka, teknik analisis datanya menggunakan persen, kuartil, mean, mode, dan median”

Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif, maka analisis data hasil penelitian

adalah dengan mendeskripsikan hasil penelitian dengan data frekuensi dan persen

(persentase).

3. Validasi Data

Selanjutnya Wiriatmadja (2010:172) menambahkan bahwa agar data yang

diperoleh peneliti memiliki validitas dan objektifitas yang tinggi, diperlukan

beberapa persyaratan sebagai berikut:

1. Member-check yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada informan. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian data

yang diberikan oleh pemberi data. Jadi lewat membercheck ini

kegiatan pengecekan data dilakukan dari hasil temuan yang diperoleh

dari narasumber baik kepala TK, guru, anak, pada setiap akhir

pelaksanaan tindakan untuk menentukan kebenaran kepada informan

yang lebih ahli unttuk selanjutnya dianilisis lebih lanjut.

2. Triangulasi, yaitu proses mengecek kebenaran data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda. Yakni dengan

mengungkapkan data tentang aktifitas siswa di kelas dengan teknik

wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi.

3. Audit Trail, yaitu pengujian yang dilakukan dengan mengaudit

keseluruhan proses penelitian. Audit dilakukan oleh independen atau

pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktifitas peneliti dalam

melakukan penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan

dengan temuan-temuan lapangan dengan dosen pembimbing maupun

(34)

64

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini secara umum membuktikan bahwa melalui kegiatan

mencap dengan kaos kaki dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok A RA Ikhlashul ‘Amal. Adapun secara khusus kesimpulannya adalah sebagai berikut:

1. Kondisi awal kemampuan motorik halus anak kelompok A RA Ikhlashul ‘Amal berada pada tingkat rendah. Mayoritas kemampuan motorik halus adalah kurang. Saat anak diajak untuk melaksanakan

kegiatan menggulung dengan kaos kaki, hanya 4 (empat) orang dari 17

anak yang mampu menggulung dengan luwes dan baik. Pada saat

menggulung kaos kaki kebanyakan anak menggulung dengan kaku

sehingga menghasilkan gulungan yang tidak rapi. Begitu juga saat

mengikat ujung gulungan kaos kaki, anak-anak belum melakukannya

dengan menggunakan tangan yang luwes, sehingga ikatannya tidak

rapi. Berbeda dengan pada saat menggulung dan mengikat gulungan

kaos kaki, saat mencelupkan gulungan kaos kaki dan mencapkannya di

atas permukaan kertas, hampir semua anak dapat melakukannya

dengan cukup luwes, meskipun masih jauh dari sempurna.

2. Implementasi perencanaan kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki untuk

meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam kelompok A RA Ikhlashul ‘Amal Komplek Perumahan Kebon Kopi, Blok B RT 04 RW 15 Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

terdiri dari 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2.

(35)

65

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

4. anak 71% anak sudah masuk ke dalam kategori anak dengan

kemampuan motorik halus yang baik. Dengan jumlah tersebut yang

menunjukan peningkatan kemampuan motorik halus yang signifikan terjadi pada anak dalam kelompok A RA Ikhlashul ‘Amal dibadingkan dengan kondisi kemampuan motorik halus anak pada pra siklus dan

siklus.

B. Rekomendasi

Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, peneliti

merekomendasikan beberapa upaya berikut ini:

1. Bagi Guru TK

a. Guru hendaknya mencari berbagai media pembelajaran yang lebih

menarik bagi anak.

b. Media pembelajaran yang menarik dan unik hendaknya dapat

memanfaatkan barang atau bahan yang ramah lingkungan dan

mengurangi sampah, misalnya dengan menggunakan barang bekas.

2. Bagi Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

a. Memberikan motivasi dan semangat kepada guru dan anak dalam

upaya pengembangan potensi anak khusunya kemampuan motorik

halus anak.

b. Membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan para

orang tua anak untuk terus berperan aktif dan bijak dalam proses

tumbuh kembang anak.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian yang menunjukan adanya peningkatan kemampuan

motorik halus anak melalui kegiatan mencap dengan kaos kaki secara

signifikan dapat memotivasi peneliti berikutnya untuk dapat menggali

solusi-solusi terbaik lainnya yang dapat meningkatkan potensi anak,

(36)

Yeti Sumiaty, 2014

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Decaprio, Richard. 2013. Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah.

Yogyakarta : DIVA Press.

Dimyati, Johni. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikn dan Aplikasinya pada

Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Jakarta. 2007.

Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Seni di Taman Kanak

Kanak (Buku 5).2007. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Mansur. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Mulyasa. 2012. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta : BIPA.

Wahyudin & Agustin. 2011. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung

PT Refika Aditama.

Gambar

Tabel berikutnya, adalah tabel data guru-guru pengajar di RA Ikhlashul
Tabel 3.3
Tabel 3.4 Alur Penelitian Tindakan Tahap 2
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: Untuk meningkatkan motorik halus anak usia dini kelompok B menggunakan metode demonstrasi dengan tehnik melipat.. Jenis

Mengembangkan keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun dengan menggunakan media kolase pada anak usia dini sesuai dengan prosedur, yaitu merencankan

Penelitian yang dilakukan oleh Vidya Pitaloka, dkk., dalam e-journal Antologi PAUD Vol 3, No 3 (2015) dengan Judul “ Pengembangan Keterampilan motorik Halus Anak Usia

UPAYA TUTOR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (3-4 TAHUN) MELALUI PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI MELIPAT (ORIGAMI). Universitas Pendidikan Indonesia |

Perkembangan motorik halus anak dapat dikembangkan sejak usia dini. Dengan melakukan kegiatan motorik halus ini anak di harapkan dapat melakukan aktivitas

Dari analisis hasil dan pembahasan penelitian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan perkembangan kemampuan motorik halus pada anak usia dini melalui kegiatan stencil

43 | Alat Permainan Edukatif Sebagai Sarana Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini/ cahniyo.wijaya@radenintan.ac.id Suratno menyatakan bahwa kegiatan menggunting membutuhkan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan dan dipahami bahwa meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini melalui permainan sains di PAUD Azkya Lampung Timur telah