UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI
MELALUI PEMBELAJARAN MENCAP DENGAN KAOS KAKI
(PenelitianTindakan Kelas pada Kelompok A di RA Ikhlasul A’mal Kebon Kopi Pangalengan)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat menempuh gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Disusun Oleh :
Nn. Yeti Sumiaty (1010102)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSANPEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik
Halus Anak Usia Dini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki” ini sepenuhnya
adalah karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya merupakan plagiat dari karya orang
lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini
saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari
pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Pangelengan, Juni 2014
Yang membuat pernyataan
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A RA Ikhlashul A’mal Kebon Kopi Pangalengan)
Yeti Sumiaty
1010102
Anak-anak kelompok A RA Ikhlashul ‘Amalbelum terbiasa dengan pembelajaran motorik halus yang idealnya diberikan untuk mengembangkan potensi atau kemampuan motorik halusnya. Selain itu anak kelompok A RA
Ikhlashul ‘Amal belum mendapatkan pembelajaran yang menarik dan bervariasi.
Pembelajaran motorik halus yang tidak menarik cenderung membuat anak merasa jenuh. Upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus direalisasikan melalui implementasi aktifitas Mencap dengan Kaos Kaki. Pertanyaan penelitian berikut menjadi acuan dalam melaksanakan penelitian, (1) Bagaimana kondisi
objektif kemampuan motorik halus anak kelompok A Ikhlashul ‘Amal sebelum
dilakukan pembelajaran mencap dengan kaos kaki, (2) Bagaimana implementasi pembelajaran motorik halus melalui pembelajaran mencap dengan kaos kaki pada kelompok A RA Ikhlashul ‘Amal, dan (3) Bagaimana kemampuan motorik halus anak kelompok A RA Ikhlashul ‘Amal setelah dilakukannya pembelajaran mencap dengan kaos kaki. Setelah melaksanakan penelitian selama kurang lebih 1 bulan, hasil penelitian menunjukan ondisi akhir kemampuan motorik halus anak
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
THE ENDAVOUR OF IMPROVING EARLY CHILDHOOD FINE MOTOR SKILL BY STAMPING WITH SOCK LEARNING
(CLASSROOM ACTION RESERACH TO GROUP A RA IKHLASHUL
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
DAFTAR ISI
Pernyataan ... i
Abstrak ... ii
Kata Pengantar ... iii
Ucapan Terima kasih ... iv
Daftar Isi... v
Daftar Tabel...viii
Daftar Gambar ... ix
Daftar Grafik ... x
BAB I Pendahuluan...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ...3
C. Tujuan Penelitian...4
D. Manfaat Penelitian...4
E. Sistematika Penulisan... 5-6 BAB II Kajian Teoritis tentang Kemampuan Motorik Halus dan Kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki ...7
A. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini ...7
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Tahapan Perkembangan Motorik Halus ...9
3. Pengaruh Pembelajaran Motorik Halus di Sekolah ...11
4. Usaha Mengembangkan Motorik Halus ...12
5. Pembelajaran Motorik Halus ...14
B. Mencap denga Kaos Kaki ...15
BAB III Metode Penelitian A. Lokasi dan Subjek Penelitian ...16
B. Desain Penelitian ...18
C. Metode Penelitian...22
D. Definisi Istilah ...23
E. Asumsi Penelitian...23
F. Instrumen Penelitan ...24
G. Teknik Pengumpulan Data ...28
1. Observasi ...29
2. Studi Dokumentasi ...29
3. Teknik Analisis Data ...29
4. Validitas Data ...30
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian ...31
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
2. Implementasi Kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki untuk
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak ...40
a. Siklus 1 ...40
b. Siklus 2 ...50
B. Pembahasan ...67
1. Kondisi Objektif Perkembangan Motorik Halus Kelompok A RAIlkhlashul ‘Amal Sebelum Kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki ...60
2. Meningkatkan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki pada Kelompok A di RA Ikhlashul ‘Amal ...61
Bab V Kesimpulan dan Saran ...64
A. Kesimpulan...64
B. Rekomendasi ...65
DAFTAR PUSTAKA ...66
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Tabel Perkembangan Gerak Motoik Kasar dan Halus Anak Usia
Dini ...9
Tabel 3.1 Profil Anak Kelompok A RA Ikhlashul ‘Amal ...17
Tabel 3.2 Profil Guru RA Ikhlashul ‘Amal ... 18
Tabel 3.3 Alur Penelitian Tindakan Tahap 1...21
Tabel 3.4 Alur Penelitian Tindakan Tahap 2...22
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki...26
Tabel 3.6 Instrumen Observasi Anak selama Kegiatan Pembelajaran...28
Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Kemampuan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki ...33
Tabel 4.2 Deskripsi Kemampuan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki sebelum Tindakan...35
Tabel 4.3 Data Hasil Observasi Siklus 1...44
Tabel 4.4 Deskripsi Kemampuan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki Siklus 1...45
Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Siklus 2...52
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Gambar Model Penelitian Elliot...20
Gambar 4.1 Kegiatan Pra Siklus; Suasana Kegiatan Mencap dengan Kaos
Kaki...39
Gambar 4.2 Kegiatan Siklus 1; Suasana Kegiatan Mencap dengan Kaos
Kaki...49
Gambar 4.3 Kegiatan Siklus 2; Suasana Kegiatan Mencap dengan Kaos
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Presentasi Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mencap
dengan Kaos Kaki (Sebelum Tindakan)...34
Grafik 4.2 Presentasi Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mencap
dengan Kaos Kaki (Siklus I)...44
Grafik 4.3 Presentasi Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mencap
dengan Kaos Kaki (Siklus 2)...53
Grafik 4.4 Grafik 4.4 Hasil Presentase Kemampuan Motorik Halus Anak Pra
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Prinsip pembelajaran anak usia dini sejatinya bersifat kolaboratif, tidak hanya
menitikberatkan satu aspek saja, akan tetapi berorientasi pada pengembangan
seluruh aspek perkembangan potensi anak (Wahyudin dan Agustin, 2011:5).
Kenyataan yang kini dihadapi adalah pergeseran konsep kecerdasan yang bergeser
dari tumbuh kembang fisik-motorik ke pengembangan intelektual secara sempit
(Suyadi, 2010:66). Guru dan para orang tua lebih menekankan anak-anak mereka
untuk unggul dalam pengembangan intelektual daripada keterampilan fisik. Hal
ini menunjukan pentingnya pembelajaran bagi anak usia dini yang menyeluruh,
yang tidak hanya terbatas pada aspek kecerdasan, tetapi juga mencakup
perkembangan-perkembangan yang lebih luas; aspek motorik, kognitif, bahasa,
aspek moral, dan nilai agama, aspek sosio-emosional, aspek seni, dan kreatifitas.
Fenomena sebaliknya terjadi pada anak kelompok A Raudhatul Athfal
Ikhlasul „Amal Kebon Kopi Pangalengan, dimana para orang tua dan guru
mengalokasikan lebih besar waktu belajarnya dengan kegiatan belajar berhitung,
berbicara, dan menulis daripada kemampuan fisik. Para guru dan orang tua
mungkin tidak menyadari hal tersebut membetuk karakter anak yang lebih
menyukai kegiatan non-fisik, seperti bermain video game, menonton televisi, dan
bermain komputer. Aktifitas-aktifitas tersebut tidak mampu menghasilkan gerakan
lentur tubuh anak, dan membuat anak tidak percaya diri untuk melakukan
tugas-tugas fisik dan keterampilan lainnya.
Jumlah keseluruhan anak kelompok A RA Ikhlashul „Amal adalah 17 anak,
dengan jumlah anak perempuan sebanyak 11 anak, laki-laki sebanyak 6 anak.
Hasil obseravasi menunjukan bahwa 6 anak bisa memegang pensil dengan benar,
2
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mewarnai dengan rapi, sedangkan 11 anak lainnya belum mampu melakukan
kegiatan belajar tersebut dengan baik dan benar. Anak-anak cenderung tidak
luwes, kaku, kasar, dan cenderung tidak rapi.
Kondisi ini erat kaitannya dengan pembelajaran motorik halus yang tidak
seimbang diberikan di sekolah. Anak-anak tidak terbiasa dengan pembelajaran
motorik halus yang idealnya diberikan untuk mengembangkan potensi atau
kemampuan motorik halus anak. Selain itu anak kelompok A RA Ikhlashul „Amal
belum mendapatkan pembelajaran yang menarik dan bervariasi. Pembelajaran
motorik halus yang tidak menarik cenderung membuat anak merasa jenuh.
Moeleong (Wahyudin dan Agustin, 2001:35) mengungkapkan bahwa motorik
halus juga menjadi jembatan bagi anak untuk mengembangkan aspek kecerdasan
jamak terkait dengan kinestetik tubuh. Seperti yang dikutip dari Ditjen Olahraga
Depdiknas (Wahyudin dan Agustin, 2001:35) bahwa dilihat dari aspek sosialnya
tentunya kematangan kemampuan motorik halus anak membantu menanamkan
citra diri yang positif dalam bentuk kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan
orang lain dan lingkungannya.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran motorik halus sangat penting bagi
anak sebagai upaya untuk melatih gerakan koordinasi tubuhnya yang bersifat
halus, atau bisa diartikan gerakan-gerakan kecil yang melibatkan otot anak.
Gerakan ini harus dimaksimalkan untuk mempersiapkan anak dalam menjalankan
aktifitas di tahap selanjutnya yang memerlukan kematangan kemampuan motorik
anak, seperti memegang pensil dengan benar saat menulis. Pembelajaran motorik
halus juga berperan dalam menumbuhkan citra diri yang positif, diantaranya
mampu melatih ketelitian, dan kesabaran anak, serta mengebangkan kreatifitas
anak.
Sudah menjadi sebuah keharusan bahwa pada masa pendidikan anak usia dini,
anak akan melakukan pola-pola integrasi (keterampilan motorik baru) sehingga
akan menjadi semakin kompleks. Tantangan-tantangan baru untuk mewujudkan
keberhasilan dalam mengembangkan kecerdasan fisik-motorik anak perlu
3
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengembangkan kemampuan motorik halusnya dengan memanfaatkan beragam
media. Pemanfaatan berbagai media untuk mengembangkan motorik halus pada
anak dapat membantu anak untuk mengulangi aktifitas tersebut (Agustin dan
Wahyudin, 2012:35).
Banyak metode atau media yang bisa dilakukan untuk melatih dan
mengembangkan kemampuan motorik halus anak, namun dalam penelitian ini
peneliti memilih aktifitas mencap. Mencap melibatkan anggota tubuh anak yaitu
tangan yang berkoordinasi dengan saraf, mata secara cermat. Selain aktifitas
mencap ini mampu mengembangkan ekspresi melalui media gambar, mencap juga
mampu melatih ketelitian dan kerapian anak. Berbeda dengan kegiatan
pengembangan motorik halus lainnya, mencap dengan menggunakan media kaos
kaki adalah aktifitas yang unik dan tidak pernah dilakukan di RA Ikhlasul „Amal.
Dengan kegiatan mencap dengan menggunakan kaos kaki ini mampu
meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
Latar belakang ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki”Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A RA Ikhlashul „Amal Kebon Kopi Pangalengan.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Untuk menjadikan penelitian ini spesifik, peneliti merumuskan masalah
menjadi tiga pertanyaan, adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan motorik halus anak kelompok A Ikhlashul „Amal sebelum dilakukan pembelajaran mencap dengan kaos kaki? 2. Bagaimana implementasi pembelajaran motorik halus melalui pembelajaran
mencap dengan kaos kaki di kelompok A RA Ikhlashul „Amal?
4
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini memperoleh gambaran tentang meningkatkan
kemampuan motorik halus anak melalui pembelajaran mencap dengan kaos kaki.
Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak kelompok A Ikhlashul „Amal sebelum dilaksanakan pembelajaran mencap dengan kaos kaki.
2. Untuk mengetahui perancanaan pembelajaran mencap dengan kaos kaki
untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok A RA Ikhlashul „Amal.
3. Untuk memperoleh gambaran tentangpelaksanaan pembelajaran motorik
halus melalui pembelajaran mencap dengan kaos kaki pada anak kelompok A RA Ikhlashul „Amal.
4. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anakk elompok A RA Ikhlashul „Amal setelah dilakukannya pembelajaran mencap dengan kaos kaki.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak di kelompok A RA Ikhlashul „Amal melalui kegiatan mencap dengan kaos kaki.
1. Manfaat Teoritis
a. Data hasil penelitian ini selanjutnya dapat berkontribusi dalam upaya
mengembangkan penelitian ilmiah lainnya di masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut;
a. Bagi anak, yaitu untuk meningkatkan kemampuan motorik halus melalui
5
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Bagi guru, guru dapat mengambil manfaat dari hasil penelitian ini untuk
digunakan dalam rangka pengembangan motorik halus anak.
c. Bagi Orang tua anak, orang tua dapat mengambil pelajaran yang berharga
dalam rangka mengembangkan motorik halus pada anak saat anak berada di
lingkungan keluarga.
d. Bagi Peneliti, dapat memperkaya wawasan yang berkaitan dengan metode
pembelajaran motorik halus yang lebih menarik, kreatif dan menyenangkan.
e. Bagi Sekolah, sebagai motivasi untuk meningkatkan proses pembelajaran
motorik halus di sekolah.
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini memuat lima bab yang terdiri dari Bab I, Bab II, Bab III, BabIV,
dan Bab V.Bab Pertama merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang
masalah yang menjelaskan alasan mendasar peneliti memilih masalah yang
diteliti. Bab ini memuat pula rumusan masalah, tujuan penelitian,
signifikansi/masalah penilitian, dan struktur atau sistematika penelitian.
Bab II yaitu Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian.
Kajian Pustaka menjelaskan tentang teori-teori, dalil, dan paparan para ahli yang
dikutip oleh peneliti. Kutipan teori-teori ataupun dalil ini merupakan dasar atau
landasan peneliti dalam menganalisis masalah yang diteliti. Dalam skripsi ini,
teori-teori yang relevan adalah teori tentang motorik halus, perkembangan
motorik halus, dan teori lain yang relevan.
Bab ketiga, menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian. Selain metode penelitian, langkah pengambilan data dan pengolahan
juga dijelaskan dalam bab ini.
Bab keempat adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan. Setelah melaksanakan
serangkaian proses penelitian, maka hasil penelitian pun diperoleh. Hasil
penelitian dan pembahasan tertuang dalam bab ini. Peneliti mendiskusikan
temuan-temuan, dan mengaiktannya dengan teori-teori yang dipaparkan di bab
6
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab terakhir, atau Bab lima adalah Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan
merupakan jawaban dari semua rumusan masalah dalam penelitian ini. Bab ini
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Raudhatul Athfal Ikhlashul „Amal, Komplek Perumahan Kebon Kopi, Blok B RT 04 RW 15 Desa Margamulya, Kecamatan
Pangalengan Kabupaten Bandung. Subjek dalam penelitian ini 17 orang anak dan
dua orang guru di kelompok A Raudhatul Athfal Ikhlashul „Amal.
Peneliti memilih lokasi ini berdasarkan beberapa alasan yaitu; (1) berdasarkan
wawancara bersama dengan guru yang dilakukan pada bulan November 2013,
diperoleh informasi bahwa pembelajaran motorik halus bagi anak kelompok A di RA Ikhlashul „Amal mengalami kendala dalam proses pelaksanaannya, (2) pembelajaran motorik halus kurang menarik, (3) media yang digunakan dalam
pembelajaran motorik halus kurang bervariasi, (4) keterampilan motorik anak
kelompok A RA Ikhlashul „Amal masih sangat rendah. Masalah-masalah yang
telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan
keterampilan atau kemampuan motorik halus anak diperlukan adanya metode
pembelajaran motorik halus yang berbeda, menarik, dan unik, yaitu pembelajaran mencap dengan kaos kaki sebagai pilihan, (5) Raudhatul Athfal Ikhlashul „Amal Komplek Perumahan Kebon Kopi, Blok B RT 04 RW 15 Desa Margamulya,
Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung adalah tempat peneliti mengajar.
Hal ini hal yang memotivasi dan juga memberikan peneliti kesempatan untuk
meningkatkan proses pembelajaran motorik halus di Raudhatul Athfal Ikhlashul,
khususnya di kelompok A melalui kegiatan pembelajaran mencap dengan kaos
kaki sehingga indikator yang diharapkan dapat tercapai.
17
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1
Profil Anak Kelas A Sebagai Subjek Penelitian
No Nama Tempat dan Tanggal Lahir Jenis
Kelamin
1 ALL Bandung, 22 September 2007 Perempuan
2 CJ Bandung, 29 Juli 2008 Laki-laki
3 DNP Bandung, 22 September 2007 Perempuan
4 FI Banten, 3 Mei 2008 Perempuan
5 KK Bandung, 28 Oktober 2008 Perempuan
6 NZ Badung 24 Agustus 2008 Perempuan
7 RS Bandung, 27 Mei 2007 Perempuan
8 RG Bandung, 02 Agustus 2008 Laki-laki
9 APW Bandung, 07 February 2009 Perempuan
10 AAN Bandung, 02 Juli 2008 Laki-laki
11 BAA Bandung, 06 Agustus 2009 Perempuan
12 FK Bandung, 31 Mei 2009 Laki-laki
13 KK Bandung, 14 Juni 2009 Perempuan
14 RIN Bandung, 17 Februari 2009 Laki-laki
15 SNM Bandung, 18 Juni 2009 Perempuan
16 ZA Bandung, 31 Agustus 2009 Perempuan
17 ZAP Bandung, 30 November 2008 Perempuan
Tabel berikutnya, adalah tabel data guru-guru pengajar di RA Ikhlashul
„Amal, Taman Kebon Kopi RT 04 RW 15, Desa Margamulya, Kabupaten
18
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Tabel 3.2
Profil Guru RA Ikhlashul „Amal
Nama Pendidikan Terakhir Jabatan
Yeti Sumiaty SMA Kepala Sekolah
Eti Mulyati SPG Guru Kelas
Lilis Handayani D3 Guru Kelas
Santi Nurhayati SMA Guru Kelas
Rima Mariam SMA Guru Kelas
Susan Susanti D2 PGRA Guru Kelas
B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah berupa Penelitian Tindakan Kelas. Desain
penelitian ini sangat sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh peneliti.
Penelitian Tindakan kelas yang bergerak secara tak berjarak, bahkan melebur
dengan pembelajaran dan memang dimaksudkan untuk memcahkan masalah
pemebelajaran secara kasuistis dan lokal (Mulyasa, 2012:37). Kecenderungan ini
akan memudahkan peneliti dalam menyelesaikan permasalahan.
Suhardjono, 2009 (dalam Dimyati, 2013:116) memberikan pengertian
penelitian tindakan kelas sebagai penelitian yang langsung menerapkan perlakuan
dengan secara hati-hati, seraya mengikuti proses serta dampak perlakuan yang
dimaksud. Penelitian ini juga bertujuan untuk memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelas.
Terdapat empat tahapan dalam setiap penelitian tindakan. Suharsimi Akunto
dalam bukunya menjabarkan empat tahapan tersebut, yaitu, (1) Perencanaan, (2)
Pelaksanaan, (3) Pengamatan (Observasi), (4) Refleksi.
Perencanaan merupakan suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan.
Perencanaan harus bersifat fleksibel sehingga Peneliti siap mengubah mengubah
rencana pembelajaran mengacu pada situasi pembelajaran yang aktual (Mulyasa,
2012:112). Secara sederhana perencanaan merupakan tindakan penyusunan
rencana kerja, juga penjelasan mengenai apa, kapan, dimana, oleh siapa dan
19
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
skenario penelitian; langkah-langkah penelitian. Peneliti juga mempersiapkan
sumber-sumber pembelajaran, melakukan simulasi pembelajaran, dan menyiapkan
pedoman evaluasi pelaksnaan rencana tindakan.
Pelaksanaan merupakan aktualisasi dan realisasi perencanaan. Pada dasarnya
dalam penelitian tidakan kelas pelaksanaan penelitian terjadi secara alami,
melebur dengan aktifitas mengajar yang sebenarnya. Peneliti akan berkolaborasi
dengan guru kelas dalam pelaksanaan penelitian. Guru kelas yang akan
memberikan materi pembelajaran sesuai dengan perencanaan, sedangkan Peneliti
akan berperan sebagai obeserver.
Pengamatan (Observasi), merupakan metode pengumpulan data penelitian
melalui pengamatan terhadap objek yang diteliti. Metode ini sesuai digunakan
karena pada dasarnya metode observasi baik digunakan untuk meneliti perilaku,
kegiatan, atau perbuatan yang dilakukan oleh subjek penelitian (Dimyati,
2013:92). Ada beberapa jenis observasi, dan yang dipilih oleh peneliti adalah
Observasi Langsung. Peneliti terlibat langsung dengan objek atau subjek yang
diamati atau yang diteliti. Untuk mencegar adanya bias pengamatan terhadap
objek yang diteliti, maka seorang peneliti perlu didampingi alat bantu observasi
(Dimyati, 2013:93). Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan pedoman
observasi berbentuk checklist.
Refleksi, ini tahap dimana peneliti mengemukakan hasil pengamatan atau
observasi.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan model penelitian tindakan
John Elliot, yang merupakan model pengembangan Kurt Levin ini bersifat lebih
perinci dan detail (Dimyati, 2013:125). Model penelitian Elliot ini dilakukan
secara berkesinambungan, yang terdiri dari beberapa aksi pelaksanaan atau
tindakan. Model seperti ini akan memudahkan tercapainya tujuan penelitian
tindakan kelas untuk yaitu untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran di
20
Yeti Sumiaty, 2014
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Desain pelaksanaan PTK yang akan dilakukan sesuai dengan skema di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3.3
Alur Penelitian Tindakan Tahap 1
TAHAP 1
Perencanaan 1. Menganalisis materi pembelajaran
2. Menentukan dan menyiapkan materi
3. Membuat rencana pembelajaran
4. Menyiapkan media pembelajaran seperti, kaos kaki,
gelang karet, pewarna, dan kertas gambar.
5. Membuat lembar pengamatan.
Tindakan 1. Guru memberi penjelasan kepada anak tentang
materi yang akan dipelajari.
2. Guru menjelaskan tentang cara mencap dengan
menggunakan kaos kaki
3. Guru menjelaskan dan membimbing anak
bagaimana mencap dengan kaos kaki
Refleksi Menganalisa hasil observasi untuk mengetahui kesimpulan
bagaimana dan hal apa saja yang harus diperbaiki di tahap
22
Tabel 3.4
Alur Penelitian Tindakan Tahap 2
TAHAP 2
Perencanaan 1. Menyusun perencanaan berdasarkan hasil refleksi
tahap sebelumnya
2. Memberikan apresiasi kepada anak untuk
memperbaiki pembelajaran yang diberikan di tahap
sebelumnya.
3. Memperbaiki kesalahan dari pembelajaran
sebelumnya.
Tindakan 1. Anak melakukan pembelajaran mencap dengan
kaos kaki.
2. Guru meminta anak mencap dengan menggunakan
kaos kaki.
Refleksi Menganalisis data yang diperoleh melaui kegiatan
observasi, hasil analisis menjadi keseimpulan dari hasil
pembelajaran selama dua tahap.
C. Metode Penelitian
Menurut O'Brien (2001) penelitian tindakan dilakukan ketika sekelompok
orang (siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru)
menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya. Selama tindakan berlangsung,
peneliti melakukan pengamatan perubahan perilaku siswa dan faktor-faktor yang
menyebabkan tindakan yang dilakukan tersebut sukses atau gagal. Apabila
peneliti merasa tindakan yang dilakukan hasilnya kurang memuaskan
maka akan dicoba kembali tindakan kedua dan seterusnya. Dalam PTK, jarang
ada keberhasilan yang dapat dicapai dalam satu kali tindakan, oleh sebab itu
PTK sering dilakukan dalam beberapa siklus tindakan. Pengaruh action research
23
Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengembangkan strategi
pembelajaran yang paling efisien dan efektif pada situasi yang alamiah
(bukan eksperimen). Action research berasumsi bahwa pengetahuan dapat
dibangun dari pengalaman, khususnya pengalaman yang diperoleh melalui
tindakan (action). Dengan asumsi tersebut, orang biasa mempunyai peluang
untuk ditingkatkan kemampuannya melalui tindakan-tindakan penelitian.
Peneliti yang melakukan penelitian tindakan diasumsikan telah mempunyai
keahlian untuk mengubah kondisi, perilaku dan kemampuan subjek (siswa) yang
menjadi sasaran penelitian. Peningkatan mutu pembelajaran di kelas dapat
dilakukan dengan dua metode penelitian yaitu metode eksperimen dan action
research. Penelitian tindakan kelas cukup menggunakan satu kelas, tetapi
tindakan yang dilakukan dapat berulang-ulang sampai menghasilkan perubahan
menuju arah perbaikan (Dimyati, 2013:128-131).
D. Definisi Istilah
1. Kemampuan Motorik Halus : Keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil
serta koordinasi antara mata dan tangan. Saraf Motorik halus bisa dilatih dan
dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang dilakukan secara rutin
dan terus menerus (Decaprio, 2013:20)
2. Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki : Aktifitas yang menghasilkan pola
bentuk dengan menekan benda atau objek tertentu yang memiliki pola yang
unik dengan menggunakan media kaos kaki yang digulung dan diikat dengan
karet. Setelah membentuk gulungan yang rapi, gulungan kemudian
dicelupkan ke pewarna. Kemudian cap atau totolkan kaos kaki di atas kertas
gambar.
E. Asumsi Penelitian
Berikut ini merupakan asumsi penelitian pembelajaran mencap dengan kaos
24
1. Perkembangan motorik halus pada anak mencakup kemampuan anak
dalam menunjukan dan menguasai gerakan-gerakan otot indah dalam
bentuk koordinasi, ketangkasan, dan cekatan dalam menggunakan
tangan dan jari jemari (Wahyudin dan Agustin, 2012:35)
2. Kemampuan mengkoordinasikan mata, dapat menggerakan ibu jari dan
telunjuk, dapat menggerakan otot-otot tangan merupakan salah satu
indikator yang harus dicapai dalam pemberlajaran motorik halus di TK.
3. Semakin banyak latihan yang dilakukan anak maka anak akan semakin
terampil. Kemampuan motorik adalah kemampuan dalam masalah skill
atau kemampuan bertindak yang semuanya itu diperoleh dari
banyaknya latihan dan praktik yang dilakukan (Decaprio, 2013:105).
F. Instrumen Penelitian
Dimyati (2013) mengungkapkan bahwa untuk dapat mengumpulkan data
penelitian dengan baik maka tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti adalah
menyusun instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data.
Dalam penelitian ini tahap pertama yang dilakukan adalah menemukan apa
yang menjadi hambatan dalam pembelajaran motorik halus pada kelompok A RA Raudhathul Athfal Ikhlashul „Amal, juga kendala yang dihadapi sebelum diberikan pembelajaran motorik halus sehingga selanjutnya dapat diketahui
langkah apa saja yang harus ditempuh untuk meningkatkan kemampuan motorik
halusnya. Sehingga pada akhirnya diketahui perkembangan yang dicapai anak.
Untuk mencapai semua tujuan tersebut dibutuhkan adanya instrumen penelitian
yang baik, sehingga memudahkan berjalannya tahap refleksi masalah.
Dalam penelitian ini berikut urutan penyusunan instrumen penelitian sesuai
dengan apa yang dijelaskan Akunto, 2006 (dalam Dimyati, 2013:102) tentang
penyusunan instrumen yang baik:
1. Perencanaan dan penyusunan tujuan dan variabel yang dituangkan
25
2. Penyuntingan instrumen.
3. Uji coba di lapangan
4. Penganalisaan hasil uji coba
26
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
27
ujung kiri kaos kaki. c. Mencap
dengan Kaos kaki
3. Mencelupkan ujung gulungan kaos kaki ke dalam pewarna.
1. Anak dapat
memegang gulungan kaos kaki kemudian mencelupkan ujung gulungan kaos kaki ke dalam pewarna
dengan gerakan koordinasi mata dan tangan yang baik. 4. Mencap ujung
gulungan kaos kaki ke atas permukaan kertas gambar.
28 Tabel 3.6
Instrumen Observasi Anak selama Kegiatan Pembelajaran
1. Nama Anak :
2. Nama TK :
3. Kelas :
4. Hari/tanggal Observasi :
No. Aspek yang Dikembangkan Hasil Belajar Siswa
B C K
1. Anak dapat menggulung kaos kaki dengan menggunakan jari-jemari dari kedua tangan dengan luwes.
2. Anak dapat melakukan gerakan memutar jari-jemari dan pergelangan tangan untuk menghasilkan ikatan karet gelang pada ujung kanan kaos kaki.
3. Anak dapat melakukan gerakan memutar jari-jemari dan pergelangan tangan untuk menghasilkan ikatan karet gelang pada ujung kiri kaos kaki.
4. Anak dapat memegang gulungan kaos kaki kemudian mencelupkan ujung gulungan kaos kaki ke dalam pewarna dengan gerakan koordinasi mata dan tangan yang baik.
29
1. Observasi
Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan meninjau objek
secara langsung. Metode ini baik dilakukan untuk mengumpulkan data penelitian
yang berupa perilaku, kegiatan, dan perbuatan yang sedang dilakukan oleh subjek
penelitian (Dimyati, 2013:92). Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk
melihat aspek pembelajaran motorik halus meninjau proses dan hasil kegiatan
mencap dengan kaos kaki yang meliputi gerakan lentur yang melibatkan otot
tangan, pergelangan tanga, jari-jemari dalam kegiatan yang berlangsung selama
dua tahap. Observasi ini akan membantu peneliti untuk mendapat gambaran
kemampuan motorik halus anak, penerapan pemebelajaran mencap dengan kaos
kaki untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok A RA
Ikhlashul „Amal Taman Kebon Kopi Blok B Desa Margamulya Kecamatan
Pangalengan Kabupaten Bandung. Untuk mencegah terjadinya bias dalam
mengamati obyek yang diteliti maka penelitian ini akan dilengkapi dengan alat bantu yang disebut “pedoman observasi” yang berbentuk “checklist”.
1. Studi Dokumentasi
Wiriatmaja (2005:121) menyatakan bahwa, ada macam-macam dokumen
yang dapat membantu dalam mengumpulkan data penelitian yang ada kaitannya
dengan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas, misalnya:
a. Silabi atau Rencana Pembelajaran
b. Catatan tentang Siswa
c. Hasil Karya Siswa
2. Teknik Analisis Data
Data hasil penelitian ini dianalisis dengan metode kualitatif, dimana data hasil
penelitian akna diteliti berdasarkan kualitas dan mutu dari sesuatu. Seperti yang
dijelaskan oleh Dimyati (2013:103) bahwa;
30
statistik yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian dari data kualitatif, antara lain persen, kuartil, ranking, mean, mode, median, bagan, grafi, dan tabel. Pemakaian teknik tersebut tergantung jenis data yang diperoleh dari hasil penelitian. Bila data hasil penelitian dalam bentuk data nominal atau kategoris. Maka, teknik analisis datanya menggunakan persen, kuartil, mean, mode, dan median”
Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif, maka analisis data hasil penelitian
adalah dengan mendeskripsikan hasil penelitian dengan data frekuensi dan persen
(persentase).
3. Validasi Data
Selanjutnya Wiriatmadja (2010:172) menambahkan bahwa agar data yang
diperoleh peneliti memiliki validitas dan objektifitas yang tinggi, diperlukan
beberapa persyaratan sebagai berikut:
1. Member-check yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada informan. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian data
yang diberikan oleh pemberi data. Jadi lewat membercheck ini
kegiatan pengecekan data dilakukan dari hasil temuan yang diperoleh
dari narasumber baik kepala TK, guru, anak, pada setiap akhir
pelaksanaan tindakan untuk menentukan kebenaran kepada informan
yang lebih ahli unttuk selanjutnya dianilisis lebih lanjut.
2. Triangulasi, yaitu proses mengecek kebenaran data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda. Yakni dengan
mengungkapkan data tentang aktifitas siswa di kelas dengan teknik
wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi.
3. Audit Trail, yaitu pengujian yang dilakukan dengan mengaudit
keseluruhan proses penelitian. Audit dilakukan oleh independen atau
pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktifitas peneliti dalam
melakukan penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan
dengan temuan-temuan lapangan dengan dosen pembimbing maupun
64
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini secara umum membuktikan bahwa melalui kegiatan
mencap dengan kaos kaki dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok A RA Ikhlashul ‘Amal. Adapun secara khusus kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Kondisi awal kemampuan motorik halus anak kelompok A RA Ikhlashul ‘Amal berada pada tingkat rendah. Mayoritas kemampuan motorik halus adalah kurang. Saat anak diajak untuk melaksanakan
kegiatan menggulung dengan kaos kaki, hanya 4 (empat) orang dari 17
anak yang mampu menggulung dengan luwes dan baik. Pada saat
menggulung kaos kaki kebanyakan anak menggulung dengan kaku
sehingga menghasilkan gulungan yang tidak rapi. Begitu juga saat
mengikat ujung gulungan kaos kaki, anak-anak belum melakukannya
dengan menggunakan tangan yang luwes, sehingga ikatannya tidak
rapi. Berbeda dengan pada saat menggulung dan mengikat gulungan
kaos kaki, saat mencelupkan gulungan kaos kaki dan mencapkannya di
atas permukaan kertas, hampir semua anak dapat melakukannya
dengan cukup luwes, meskipun masih jauh dari sempurna.
2. Implementasi perencanaan kegiatan Mencap dengan Kaos Kaki untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam kelompok A RA Ikhlashul ‘Amal Komplek Perumahan Kebon Kopi, Blok B RT 04 RW 15 Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
terdiri dari 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2.
65
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
4. anak 71% anak sudah masuk ke dalam kategori anak dengan
kemampuan motorik halus yang baik. Dengan jumlah tersebut yang
menunjukan peningkatan kemampuan motorik halus yang signifikan terjadi pada anak dalam kelompok A RA Ikhlashul ‘Amal dibadingkan dengan kondisi kemampuan motorik halus anak pada pra siklus dan
siklus.
B. Rekomendasi
Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, peneliti
merekomendasikan beberapa upaya berikut ini:
1. Bagi Guru TK
a. Guru hendaknya mencari berbagai media pembelajaran yang lebih
menarik bagi anak.
b. Media pembelajaran yang menarik dan unik hendaknya dapat
memanfaatkan barang atau bahan yang ramah lingkungan dan
mengurangi sampah, misalnya dengan menggunakan barang bekas.
2. Bagi Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
a. Memberikan motivasi dan semangat kepada guru dan anak dalam
upaya pengembangan potensi anak khusunya kemampuan motorik
halus anak.
b. Membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan para
orang tua anak untuk terus berperan aktif dan bijak dalam proses
tumbuh kembang anak.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian yang menunjukan adanya peningkatan kemampuan
motorik halus anak melalui kegiatan mencap dengan kaos kaki secara
signifikan dapat memotivasi peneliti berikutnya untuk dapat menggali
solusi-solusi terbaik lainnya yang dapat meningkatkan potensi anak,
Yeti Sumiaty, 2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia D ini melalui Pembelajaran Mencap dengan Kaos Kaki
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Decaprio, Richard. 2013. Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah.
Yogyakarta : DIVA Press.
Dimyati, Johni. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikn dan Aplikasinya pada
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Jakarta. 2007.
Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Seni di Taman Kanak
Kanak (Buku 5).2007. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Mansur. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Mulyasa. 2012. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta : BIPA.
Wahyudin & Agustin. 2011. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung
PT Refika Aditama.