• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA TUNAGRAHITA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA TUNAGRAHITA : Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 2030/UN.40.2.6.1/PL/2014

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA

TUNAGRAHITA

(Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunagrahita di SMPLB-C

Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013-2014)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh Agan Setia Putra

1000927

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA

TUNAGRAHITA

(Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota

Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)

Oleh:

Agan Setia Putra

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial

© Agan Setia Putra

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

AGAN SETIA PUTRA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA TUNAGRAHITA

(Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013-1014)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I,

Dr. H. Endis Firdaus, M. Ag. NIP.195703031988031001

Pembimbing II,

Elan Sumarna, M. Ag. NIP. 196708202005011002

Mengetahui

Ketua Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam,

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung. Hal ini menjadi penting karena adanya persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami kesulitan, yang disebabkan tingkat intelegensi mereka yang di bawah rata-rata orang normal. Mendidik siswa tunagrahita tidaklah semudah mendidik siswa normal. Siswa-siswa seperti ini mempunyai karakteristik dan kebutuhan khusus, oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran PAI untuk siswa tunagrahita diperlukan pendekatan serta pembelajaran secara khusus. Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Teknik analisis data dengan cara mereduksi data, display data, dan disimpulkan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi. Pada pengolahan data hasil penelitian diketahui bahwa perencanaan pembelajaran PAI mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang terdiri dari program tahunan, program semester, silabus, RPP, dan CPPH (catatan pembelajaran harian) serta adanya asesmen bagi siswa untuk aspek akademik dan non akademik untuk penyesuaian pelayanan pendidikan yang akan diberikan.Pada pelaksanaan pembelajarannya dilakukan secara individual yakni pelayanan pendidikan yang diberikan guru disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan setiap siswa. Evaluasi pembelajarannya berupa tes tertulis, tes lisan, serta tes perbuatan. Kemudian siswa mendapatkan buku rapor yang berisi nilai angka dan nilai uraian deskriptif. Selain mendapatkan pendidikan akademik, siswa mendapatkan pendidikan life skill berupa keterampilan membuat sandal jepit dari bahan karet yang sudah tersedia di pasaran, sebagai bekal keterampilan hidup di masa depan. Berdasarkan hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran PAI kurang maksimal. Pada pelaksanaan pembelajaran PAI sudah cukup baik, namun dilakukan oleh guru khusus PLB bukan oleh guru PAI secara khusus, karena adanya hambatan dari kondisi siswa tunagrahita pada saat kegiatan pembelajaran. Untuk evaluasi pembelajarannya berjalan dengan baik, aspek yang dievaluasi ialah aspek kognitif,afektif, serta psikomotor.

(5)

ABSTRACT

This research purposes on knowing the planning, actuating, evaluating of learning in Islamic education for mental retardation student at Muhammadiyah special needs junior high school Cipedes Bandung. This subject become important because there are some problems that faced by student when studying Islamic education learning. They find some difficult problems. That caused by their level of intelligences is lower than common people. Educating Islamic education to mental retardation student is not as easy as educating normal student. These kind of students have special character and needs to treat. Therefore in Islamic education learning needs special approach for mental retardation student. This research is using qualitative approach and descriptive method. The data analyzing is using data reduction, display data and conclusion. The data collecting technique is using observation, interview, and documentation study. The processing of final research data founded that learning plan of Islamic education learning is following national curriculum consist of the annual program, semester program, syllabus, plan of learning, and daily learning notes, and assessment for student on academic aspect and non academic aspect to adjustment education service which will be given. The learning is being done individually. It is service education that given by teacher suited to student’s character and needs. The learning evaluations are written test, oral test, and psychomotor test. Students accept report of study evaluation which the content is about numeric score and description score. Beside academic education, student also get life skill education sort a sandals crafting that made from rubber it is for their life skills in the future. Based on research generally it can be concluded that learning plan of Islamic education is not optimal yet. The conclusion of learning actuation is good enough, but the learning is being done by special need teacher not the Islamic education teacher, it is because there are some threats of mental retardation student’s condition. The learning evaluation is good, the aspect that evaluated is cognitive, affective, psychomotor aspects.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ………. i

KATA PENGANTAR ………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii

ABSTRACT ……….………… v

ABSTRAK ……….………….. vi

DAFTAR ISI ……… vii

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xii

PEDOMAN TRANSLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIA . xiii BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Penelitian ………... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ……….. 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ………...…... 8

D. Tujuan Penelitian ……… 9

E. Manfaat Penelitian ……….. 9

F. Struktur Organisasi Skripsi ………. 10

BAB I PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN TUNAGRAHITA … 11 A. Pendidikan Agama Islam ……… 11

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ……….. 11

2. Sumber Pendidikan Agama Islam ……….. 12

(7)

viii

4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam ………. 18

5. Metode Pendidikan Agama Islam ……….. 22

6. Evaluasi Pendidikan Agama Islam ………. 29

B. Tunagrahita ………. 32

1. Pengertian Tunagrahita ………... 32

2. Klasifikasi Tunagrahita ………... 34

3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita ……….. 37

4. Karakteristik Anak Tunagrahita ………. 37

C. Pendidikan Anak Tunagrahita ……… 38

1. Pengembangan Asesmen dalam Pendidikan Anak Tunagrahita ………. 39 2. Pengembangan Kurikulum dalam Pendidikan Anak Tunagrahita ………. 39 3. Perencanaan Pembelajaran Siswa Tunagrahita ………….. 40

4. Pelaksanaan Pembelajaran Siswa Tunagrahita …………... 42

5. Evaluasi Pembelajaran Siswa Tunagrahita ………. 46

D. Pembelajaran PAI untuk Siswa Berkebutuhan Khusus ……….. 47

1. Prinsip Pembelajaran PAI untuk Siswa Berkebutuhan Khusus .. 47

2. Ruang Lingkup Pembelajaran PAI di Sekolah ……… 51

3. Penyusunan Program Pembelajaran PAI untuk Siswa Berkebutuhan Khusus ………... 53 E. Penelitian Terdahulu ………... 54

(8)

ix

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………. 57

B. Desain Penelitian ……… 57

C. Metode Penelitian ………... 58

D. Definisi Operasional ……….. 59

E. Instrumen Penelitian ………... 61

F. Uji Keabsahan Data ……… 61

G. Teknik Pengumpulan Data ………... 66

H. Analisa Data ………... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 71

A. Pemaparan Data Hasil Penelitian ………... 71

1. Perencanaan Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ………... 71

2. Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ……… 74

3. Evaluasi Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ………... 81

B. Pembahasan Data Hasil Penelitian ………..…... 83

1. Pembahasan Perencanaan Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung …………...……. 87

2. Pembahasan Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ……...…………. 97

(9)

x

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 111

A. SIMPULAN ………...………. 111

B. REKOMENDASI ………..………. 112

1. Untuk Pembuat Kebijakan ………...………... 112

2. Sekolah yang Bersangkutan (SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung) ………..………... 112

(10)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Komponen perencanaan pembelajaran ………. 41

Gambar 2.2. Aspek-aspek Pengembangan Pribadi ABK dalam Pembelajaran Agama Islam ……….. 51

Gambar 2.3. Langkah-langkah Penyusunan Program Pembelajaran PAI untuk ABK ……….. 53

Gambar 3.1. Triangulasi sumber data ………... 63

Gambar 3.2. Triangulasi teknik pengumpulan data ………... 64

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Bagan Hasil Penelitian

Lampiran 2 Hasil Wawancara

Lampiran 3 Deskripsi Hasil Observasi

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia sebagai makhluk Allah mendapat amanat yang harus

dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya. Menurut Assegaf (2011, hlm. 157)

tugas hidup yang harus diemban oleh manusia di muka bumi yakni tugas

khalīfaħ, yang berarti tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi untuk menjaga dan memelihara alam. Seperti firman Allah,



Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalīfaħ di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalīfaħ) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. al-Baqaraħ[2]: 30)*

Peran manusia sebagai khalīfaħ Allah di muka bumi ternyata dibarengi

dengan tugas sebagai hamba Allah (‘abd), seorang hamba Allah harus taat dan

patuh kepada perintah Allah. Manusia sebagai hamba Allah adalah makhluk

yang dimuliakan oleh Allah, kemulian manusia dibanding dengan makhluk

lainnya ialah karena manusia memiliki akal untuk berfikir. Dua peran yang

diemban manusia sebagai khalīfaħ dan ‘abd merupakan keterpaduan tugas dan

tanggung jawab yang melahirkan dinamika kehidupan yang sarat dengan

*

(13)

2

kreativitas serta amaliah yang selalu menjunjung pada kebenaran (Assegaf,

2011, hlm. 158).

Manusia lahir ke dunia ini dalam kondisi yang lemah, seperti yang

dikemukakan oleh Sauri (2006, hlm. 39) bahwa manusia dilahirkan ke dunia

dalam keadaan lemah dan tidak tahu apapun, kemudian tumbuh dan

berkembang menjadi manusia seutuhnya. Pertumbuhan dan perkembangan

manusia ini tidak bisa diserahkan begitu saja kepada lingkungannya, manusia

membutuhkan bimbingan dan pengarahan. Hal ini dikarenakan, ia mempunyai

keterbatasan kondisi fisik serta kemampuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu,

manusia membutuhkan pendidikan.

Menurut Assegaf (2011, hlm. 164) manusia merupakan makhluk yang

dapat mendidik dan dididik (homo educable), sedangkan makhluk lain tidak.

Pada ranah ini manusia mempunyai potensi yang dapat menjadi objek dan

subjek pengembangan diri. Maka pendidikan pun harus berpijak pada potensi

yang dimiliki manusia, karena potensi manusia tidak akan berkembang tanpa

adanya rangsangan dari luar yakni berupa pendidikan.

Secara luas pendidikan ialah hidup, yakni pendidikan merupakan

pengalaman belajar yang terjadi di segala lingkungan serta berlangsung

sepanjang hidup. Dan secara sempit pendidikan itu ialah sekolah, yakni

pengajaran yang dilaksanakan di sekolah dalam naungan lembaga pendidikan

formal. Segala pengaruh yang diberikan sekolah kepada siswanya dalam

rangka menumbuhkan kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh

terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka (Mudyahardjo,

2012, hlm. 3).

Pendidikan agama salah satu pendidikan yang penting bagi siswa.

Khususnya dalam hal ini ialah Pendidikan Agama Islam yang disingkat

menjadi PAI bagi siswa muslim. Menurut Zakiyah Daradjat dalam Majid dan

Andayani (2006, hlm. 130) PAI adalah suatu usaha yang dilakukan dalam

rangka membina dan mengasuh siswa agar mendapat pemahaman ajaran Islam

secara komprehensif. Serta siswa mampu menghayati tujuan dan

(14)

3

Tujuan PAI menurut Muhammad Yunus dalam Muchsin dkk. (2010, hlm.

11) yakni mendidik siswa agar menjadi seorang muslim yang sejati, teguh

beriman dan mempunyai akhlaq yang mulia, sehingga ia mampu menjadi

anggota masyarakat, mengabdi kepada Allah, dan berbakti kepada bangsa

serta kepada sesamanya.

Tujuan yang sangat mulia ini tentunya harus dicapai oleh semua umat

muslim. Seperti yang dikutip dari Purwanti (2011, hlm. 1) bahwa Islam

mewajibkan kepada pemeluknya untuk melaksanakan pendidikan, hal ini

tertera dalam firman Allah sebagai berikut:

 dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Q.S. Ṣād[38]: 29)

Kewajiban melaksanakan pendidikan ini juga tercantum dalam ḥadīṡ Nabi

Muḥammad sebagai berikut (Sumarna, 2009, hlm. 21) :

memiliki kekurangan secara fisik maupun mental tetap memiliki hak yang

sama. Seperti firman Allah sebagai berikut:

(15)

4 sendiri, makan (bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah saudara- saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan, dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan, dirumah yang kamu miliki kuncinya atau dirumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.” (Q.S. al-Nūr[24]: 61)

Ayat di atas mengandung makna kesetaraan, yakni tidak ada halangan bagi

masyarakat untuk berkumpul bersama dengan orang yang memiliki kebutuhan

khusus (buta, pincang, tuli atau sakit). Mereka berhak untuk makan bersama

serta berkumpul seperti layaknya masyarakat lazimnnya. Maka, sudah jelas

bahwa Islam tidak mendiskriminasikan terhadap anak berkebutuhan khusus

(ABK) dalam hal pendidikan (Setiati, 2014).

Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, yang membahas

(16)

5

Indonesia (RI) no. 20 tahun 2003 pada pasal lima ayat satu berisi tentang

Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu. Dan pada

ayat dua berisi tentang warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,

mental intelektual, dan sosisal berhak memperoleh pendidikan khusus

(Himpunan Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional, 2013, hlm. 7).

Pendidikan khusus diberikan kepada mereka yang memiliki keterbatasan

atau lebih dikenal dengan istilah ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) atau

special needs chidren dapat diartikan sebagai anak yang lambat (slow) atau

mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan berhasil di sekolah

anak-anak pada umumnya. ABK juga sering disebut dengan anak-anak yang mengalami

gangguan fisik, mental, intelegensi dan emosional sehingga membutuhkan

pembelajaran secara khusus (Kosasih, 2012, hlm. 1)

Secara yuridis layanan pendidikan bagi ABK tercantum dalam UU RI

no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal lima ayat

dua yang berisi tentang warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,

mental intelektual, dan sosisal berhak memperoleh pendidikan khusus

(Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, 2013, hlm. 7).

Dalam Peraturan Pemerintah RI no. 72 tahun 1991 tentang pendidikan luar

biasa, dalam pasal satu pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang khusus

diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau

mental. Khususnya dalam kajian ini mengenai anak dengan ketunagrahitaan,

dalam penjelasan pasal tiga ayat tiga bahwa tunagrahita adalah keterbelakangan

mental, termasuk disini yang keterbelakangan mental ringan dan

keterbelakangan mental sedang (Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan

Luar Biasa, 1991, hlm. 1).

Pendidikan agama dalam perundang-undangan tercantum dalam UU no.

20 tahun 2003 pasal 12 tentang sistem pendidikan nasional yang mengatakan

bahwa setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai

dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik seagama

(17)

6

Dalam kajian ini, peneliti mengkhususkan pada ABK dengan tunagrahita.

Menurut Wijaya (2013, hlm. 21) tunagrahita merupakan individu yang

mempunyai intelegensi berada di bawah rata-rata (sub- average) yaitu dengan

nilai intelligence quotient (IQ) 84 ke bawah dan disertai dengan

ketidakmampuan dalam bersosialisasi yang muncul pada masa

perkembangan.

Anak tunagrahita ialah anak yang mempunyai IQ 70 ke bawah. Jumlah

penyandang tunagrahita 2,3 %. Atau 1,92 % anak usia sekolah menyandang

tunagrahita dengan perbandingan laki-laki 60 % dan perempuan 40 % atau

3:2. Pada Data Pokok Sekolah Luar Biasa terlihat dari kelompok usia sekolah,

jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang kelainan adalah 48.100.548

orang, jadi estimasi jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang

tunagrahita adalah 2 % x 48.100.548 orang = 962.011 orang (Kemis &

Rosnawati, 2013, hlm. 11).

Meskipun secara perundang-undangan sudah diatur dengan jelas, menurut

Kosasih (2012, hlm. 1) anak-anak berkebutuhan khusus yang berusia sekolah

masih sedikit yang dapat mengenyam pendidikan. Dari Biro Pusat Statistik

tahun 2007, dari perkiraan 1,5 juta anak berkebutuhan khusus di Indonesia,

baru 66.000 anak atau sekitar dibawah 5% yang mendapatkan layanan

pendidikan.

Dalam kenyataannya, masyarakat masih ada yang memandang sebelah

mata anak dengan keterbelakangan mental atau tunagrahita ini. Terlebih lagi

jika penyandang kecacatan itu muslim, maka PAI pun harus tetap diberikan

kepadanya. Ia berhak untuk mendapatkan pendidikan agama. Baik itu di

lingkungan lembaga formal sekolah atau di lingkungan keluarga.

Permasalahan lainnya yaitu proses pembelajaran di Sekolah Luar Biasa

(SLB) yang berlangsung saat ini cenderung bersifat klasikal dan berorientasi

kepada kurikulum. Bukan didasarkan kepada masalah, kemampuan dan

kebutuhan siswa tunagrahita, mengingat siswa tunagrahita ini memiliki

karakteristik serta tingkat intelegensi yang variatif (Kemis & Rosnawati, 2013,

(18)

7

Pemerintah seringkali menganggap proses pembelajaran di SLB itu linear

dengan sekolah reguler, maka layanan pendidikan khusus bagi siswa

tunagrahita menjadi berbanding lurus dengan penyelenggaraan pendidikan

reguler. Cara ini bertentangan dengan kaidah dan prinsip pendidikan

tunagrahita (Kemis & Rosnawati, 2013, hlm. 4).

Hal ini mengakibatkan pendidikan bagi siswa tunagrahita tidak bermakna

dan telah kehilangan esensi yaitu layanan pendidikan berdasarkan kebutuhan

setiap siswa tunagrahita. Jadi pengembangan kurikulum harus didasarkan pada

kebutuhan siswa tunagrahita itu sendiri yang menjadi acuan dalam

pembelajaran (Kemis & Rosnawati, 2013, hlm. 4).

Dalam hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Aini (2012, hlm.

156-157) mengungkapkan ada beberapa problematika mengenai pembelajaran PAI

untuk siswa tunagrahita:

1. Problem siswa ialah tidak tersampaikannya materi secara tuntas, siswa

sulit dalam baca-tulis huruf arab. Ketidak tertarikan siswa dalam belajar

yang bersifat materi, sering terjadi perbedaan persepsi terhadap perintah

yang diberikan oleh guru. Konsentrasi yang mudah berubah, perilaku

buruk siswa tunagrahita yang sulit dikontrol, materi yang terlalu tinggi,

dan ketunagandaan yang siswa miliki.

2. Problem guru berupa minimnya jumlah guru PAI serta keterbatasan

kemampuan guru dalam mengambil materi yang benar-benar sesuai

dengan kemampuan siswa.

Persoalan-persolan yang dihadapi oleh siswa tunagrahita dalam

mengikuti proses pembelajaran, tak lain disebabkan oleh adanya keterbatasan

mereka dalam hal intelegensi. Serta adanya penyimpangan-penyimpangan

perilaku yang dilakukan oleh siswa tunagrahita. Mendidik siswa tunagrahita

tidaklah semudah mendidik siswa normal pada umumnya. Maka dalam proses

pelaksanaan pembelajaraan siswa tunagrahita diperlukan pendekatan dan

pembelajaran secara khusus. Seperti pelayanan pendidikan yang khusus,

alat-alat khusus, guru khusus, bahkan kurikulum, dan pembinaan yang khusus pula

(19)

8

Berdasarkan latar belakang di atas, peniliti tertarik untuk mengetahui dan

memperoleh informasi lebih mendalam mengenai pembelajaran PAI yang

dilaksanakan di SMPLB-C. Oleh karena itu, maka penulis mengangkat judul “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA TUNAGRAHITA” (Studi Deskriptif tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pada Siswa Tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014).

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti mengidentifikasikan

masalah penelitian yaitu adanya problem-problem yang dihadapi siswa pada

saat kegiatan pembelajaran, hal ini disebabkan oleh keterbatasan mereka

dalam hal intelegensi, siswa ini mempunyai kecerdasan di bawah rata-rata

orang normal. Problem guru berupa minimnya jumlah guru PAI serta

keterbatasan kemampuan guru dalam mengambil materi yang benar-benar

sesuai dengan kemampuan siswa. Permasalahan yang dihadapi oleh siswa

tunagrahita dalam mengikuti proses pembelajaran PAI, hal ini disebabkan

oleh keterbatasan mereka dalam hal intelegensi, anak tunagrahita mempunyai

kecerdasan di bawah rata-rata orang normal. Sehingga dalam proses

pembelajaran PAI, siswa tunagrahita memerlukan pendekatan dan

pembelajaran secara khusus.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti merumuskan

masalah berikut: adanya permasalahan yang dihadapi oleh siswa tunagrahita

dalam mengikuti proses pembelajaran PAI, hal ini disebabkan oleh

keterbatasan mereka dalam hal intelegensi, anak tunagrahita mempunyai

kecerdasan di bawah rata-rata orang normal. Sehingga dalam proses

pembelajaran PAI, siswa tunagrahita memerlukan pendekatan dan

pembelajaran secara khusus.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan diarahkan untuk menjawab

(20)

9

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada

siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung

tahun ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada

siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung

tahun ajaran 2013/2014?

3. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam

pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota

Bandung tahun ajaran 2013/2014?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi tujuan umum dan khusus.

Adapun tujuan umumnya yaitu untuk memperoleh gambaran tentang

pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam untuk siswa tunagrahita di

SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014.

Selanjutnya tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota

Bandung tahun ajaran 2013/2014

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota

Bandung tahun ajaran 2013/2014

3. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada

siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung

tahun ajaran 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan

sumbangan ilmiah dalam bidang PAI, khususnya PAI di Sekolah Luar

Biasa.

(21)

10

a. Bagi civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia diharapkan

agar memahami pembelajaran PAI yang dilaksanakan bagi siswa

tunagrahita.

b. Bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam, hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal nanti pada saat

menghadapi siswa tunagrahita dalam pembelajaran.

c. Bagi guru, yang terlibat dalam membimbing anak tunagrahita,

dapat memberikan masukan tentang strategi dan metode PAI pada

siswa tunagrahita.

d. Bagi anak tunagrahita, diharapkan dapat menginternalisasikan

nilai-nilai agama Islam dalam kehidupannya sehingga mampu mensyukuri

atas semua pemberian Allah.

e. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menambah wawasan baru

mengenai pembelajaran PAI untuk siswa tunagrahita.

f. Bagi peneliti, memberikan pengalaman, wawasan dan pemahaman

pribadi tentang pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa

tunagrahita.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi yang akan dibuat meliputi lima BAB, yaitu :

BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang penelitian,

identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, definisi operasional dan struktur organisasi skripsi.

BAB II Kajian Teoritis yang membahas tentang Pendidikan Agama Islam

(PAI), tunagrahita, pendidikan tunagrahita, pembelajaran PAI

untuk siswa berkebutuhan khusus dan penelitian terdahulu.

BAB III Metode Penelitian, yang mencakup lokasi dan subjek

populasi/sampel penelitian,desain penelitian, metode penelitian,

definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan

(22)

11

BAB IV Deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, menguraikan hasil

penelitian dan pembahasan temuan penelitian.

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di Sekolah Menengah

Pertama Luar Biasa-C (SMPLB-C) Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung.

Beralamat di Jalan Sukagalih Gang H. Gozali No. 119 B Kota Bandung.

Lokasi ini dipilih oleh peneliti dengan beberapa pertimbangan. Pertama, SLB

ini merupakan lembaga pendidikan dibawah naungan organisasi masyarakat

(ormas) Islam terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang keagamaan,

kemanusiaan, pendidikan, kesehatan dan lainnya yaitu ormas Muhammadiyah.

Kedua, SLB ini disamping melaksanakan kegiatan pendidikan juga

melaksanakan kegiatan keagamaan di sekolah. Ketiga, SLB ini memberikan

pendidikan life skill berupa keterampilan tangan (produk komersil) seperti

sandal, serta mengembangkan minat dan bakat siswa seperti bermain musik.

Menurut Arikunto (2006, hlm. 145) subjek penelitian ialah manusia atau

benda sebagai subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek penelitian

juga disebut sebagai unit analisis yakni subjek yang menjadi pusat perhatian

atau sasaran peneliti.

Dalam penelitian ini, yang akan menjadi subjek informan ialah

pihak-pihak bertanggung jawab, sesuai porsinya, benar-benar paham serta

menguasai dan terlibat secara langsung dalam kegiatan pendidikan di sekolah

yaitu diantaranya kepala sekolah, staf guru, dan segenap siswa SMPLB-C

Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana tentang cara mengumpulkan dan

menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan serasi dengan

tujuan penelitian itu (Nasution, 2009, hlm. 23).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini ialah case study atau studi

(24)

58

yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di

dalamnya. Selanjutnya Maxfield dalam Nazir (2011, hlm.57) menyebutkan

bahwa case study ialah penelitian tentang status subjek penelitian yang

berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.

Subjek penelitiannya dapat individu, kelompok, lembaga, maupun

masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta

interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan studi

kasus ialah memberikan gambaran yang detail mengenai latar belakang,

sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu,

yang kemudian dari sifat-sifat yang khas tersebut menjadi suatu hal yang

bersifat umum (Nazir, 2011, hlm.57).

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menggunakan

metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pendekatan kualitatif

merupakan metode penelitian naturalistik, karena dilaksanakan pada kondisi

yang alamiah (natural setting). Metode penelitian ini berlandaskan pada

filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan

data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada

makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2012, hlm. 8-9).

Menurut Boglan dan Biklen dalam Moleong (2002, hlm. 2)

mengungkapkan bahwa ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian

kualitatif, yakni penelitian atau inkuiri naturaistik atau alamiah, etnografi,

interaksionis simbolik, perspektif ke dalam, etnometodologi, the Chicago

School, fenomenologis, studi kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif.

Selanjutnya Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2002, hlm. 3)

memberikan pendapatnya mengenai metodologi kualitatif yakni prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif yakni berupa tulisan, lisan dari

(25)

59

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,

dimana data itu mengandung sebuah makna. Makna disini ialah data yang

sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang

tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada

generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna (Sugiyono, 2010, hlm. 3).

Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengungkapkan data di lapangan dengan menguraikan hingga menganalisa

berdasarkan fakta-fakta di lapangan. Agar memperoleh suatu gambaran

mengenai realita PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat

pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.

Penelitian deskriptif merupakan akumulasi data dasar dengan cara deksriptif

semata, tanpa perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentes

hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi

(Suryabrata, 2012, hlm. 76).

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kerancuan pemahaman serta menghindari pemaknaan

ganda dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk memberikan

penegasan maksud atas judul yang dikemukakan oleh penulis yaitu :

1. Studi Deskriptif

Studi deskriptif menurut Arikunto (2009, hlm. 234) adalah penelitian

yang tidak bermaksud untuk menguji hipotesis tertentu, namun hanya

menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala, atau

keadaan. Selanjutnya, Nazir (2011, hlm. 54) menyebutkan tujuan dari

studi desktiptif ini ialah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Studi deskriptif dalam penelitian ini adalah studi yang berusaha untuk

(26)

60

tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung tahun

ajaran 2013-2014.

2. Pembelajaran

Pembelajaran (instruction) adalah upaya untuk membelajarkan

seseorang atau kelompok orang melalui beragam upaya (effort), strategi,

metode, dan pendekatan ke arah tujuan yang telah direncanakan.

Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai kegiatan guru secara terprogram

untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menggunakan sumber

belajar (Majid, 2012, hlm. 109).

Pembelajaran dalam penelitian ini ialah kegiatan pembelajaran PAI

yang dilakukan oleh guru di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota

Bandung terhadap siswa tunagrahitanya, yakni meliputi perencaaan

pembelajaran PAI, pelaksanaan pembelajaran PAI, serta evaluasi

pembelajaran PAI.

3. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam atau disingkat menjadi PAI menurut Zakiyah

Daradjat dalam Majid dan Andayani (2006, hlm. 130) merupakan suatu

usaha yang dilakukan dalam rangka membina dan mengasuh siswa agar

mendapat pemahaman ajaran Islam secara komprehensif. Serta siswa

mampu menghayati tujuan dan mengamalkannya, hingga menjadikan

Islam sebagai pedoman hidup.

PAI adalah mata pelajaran yang wajib diberikan ke semua jenjang

sekolah, yang berisi ajaran Islam dengan tujuan membina siswa agar

memiliki pengetahuan, akhlak serta pengamalan dari ajaran Islam. Dalam

penelitian ini ialah mata pelajaran PAI untuk SMPLB-C.

4. Siswa tunagrahita

Tunagrahita adalah suatu kondisi anak dengan kecerdasan dibawah

rata-rata. Anak tersebut ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan

(27)

61

Siswa tunagrahita dalam penelitian ini adalah siswa SMPLB-C

Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung yang mempunyai tingkat

intelegensi di bawah rata-rata orang normal.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini ialah peneliti sendiri sebagai instrumen

satu-satunya. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012, hlm. 222)

bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Dimana peneliti kualitatif sebagai human

instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai

sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis

data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Menurut Moleong (2002, hlm. 19) peneliti alamiah bergantung pada

dirinya sebagai alat pengumpulan data, disamping itu juga peneliti sendiri

sebagai instrumen mempunyai senjata dapat memutuskan yang secara luwes

dapat digunakannya. Ia dapat menilai keadaan serta mengambil keputusan.

Selanjutnya, Nasution dalam Sugiyono (2012, hlm. 223) memberikan

pendapatnya terkait instrumen penelitian kualitatif :

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

F. Uji Keabsahan Data

Sebagaimana dikutip dari Sugiyono (2012, hlm. 270) uji keabsahan data

dalam penelitian kualitatif diantaranya adalah uji credibility (validitas

internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan

confirmability (obyektivitas). Selanjutnya keempat hal ini akan dijelaskan

(28)

62

1. Credibility (validitas internal)

Menurut Alwasilah (2012, hlm. 140) validitas internal memiliki makna

apakah temuan penelitian yang dilakukan itu sesuai dengan realitas yang

ada. Uji kredibilitas data ini, seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono

(2012, hlm. 270) dapat dilakukan dengan hal-hal berikut ini :

a. Perpanjangan pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke

lapangan, melaksanakan pengamatan, wawancara kembali dengan

sumber data yang pernah ditemui apapun yang baru. Dengan

perpanjangan pengamatan ini pula peneliti mengecek kembali data

apakah yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah

benar atau tidak. Dalam perpanjangan pengamatan ini, sebaiknya

difokuskan pada pengujian pada data yang diperoleh. Jika setelah

dicek ke lapangan data sudah benar, maka waktu perpanjangan

pengamatan dapat diakhiri (Sugiyono, 2012, hlm. 270).

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti merupakan aspek

utama untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian.

Karena peneliti sendirilah yang langsung melaksanakan wawancara

dan observasi dengan nara sumbernya. Oleh karena itu peneliti

mempunyai waktu yang lama bersama nara sumber, hingga kejenuhan

data tercapai (Bungin, 2007, hlm. 254).

b. Peningkatan ketekunan

Menurut Bungin (2007, hlm. 254) untuk memperoleh derajat

keabsahan yang tinggi, maka caranya dengan meningkatkan ketekunan

dalam pengamatan di lapangan. Senada dengan itu, Sugiyono (2012,

hlm. 270) menyatakan bahwa peningkatan ketekunan berarti

melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.

(29)

63

direkam secara pasti serta sistematis. Melalui peningkatan ketekunan

ini peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang

ditemukan itu salah atau tidak.

c. Triangulasi

Menurut Sutopo (2006, hlm. 92) triangulasi merupakan teknik

yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperpektif,

yakni menarik kesimpulan yang tidak hanya satu cara pandang.

Sejalan dengan itu, Sugiyono (2012, hlm. 270) menyebutkan

bahwa triangulasi dalam hal ini berarti pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian

terdapat teknik triangulasi diantaranya:

1) Triangulasi sumber data

Triangulasi sumber merupakan cara mengarahkan peneliti

dalam mengumpulkan data wajib menggunakan berbagai sumber

data berbeda yang tersedia. Dengan demikian, apa yang diperoleh

dari sumber yang satu , bisa teruji kebenarannya jika dibandingkan

dengan sumber yang lain (Sutopo, 2006, hlm. 93).

Atasan teman

Bawahan

Gambar 3.1. Triangulasi sumber data

2) Triangulasi teknik

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 271) triangulasi teknik untuk

menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara data dengan

sumber yang sama tetapi dengan teknik yang berbeda. Misalnya

sebuah data diperoleh dengan observasi, lalu di cek dengan

wawancara atau dokumentasi. Senada dengan itu, Sutopo (2006,

(30)

64

penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda, dan bahkan

lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang

sama untuk menguji kevalidan datanya.

Wawancara Observasi

Kuesioner/dokumen

Gambar 3.2. Triangulasi teknik pengumpulan data

3) Triangulasi waktu

Triangulasi waktu juga diberikan karena waktu juga sering

mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan pada pagi

hari di saat kondisi masih segar, akan memberikan data yang lebih

valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka

mengumpulkan data melalui teknik yang berbeda dalam waktu atau

kondisi yang berbeda pula (Sugiyono (2012, hlm. 271).

Selanjutnya Satori & Komariah (2010, hlm. 171) berpendapat

bahwa peneliti dapat mengecek konsistensi, kedalaman dan

kebenaran suatu data. Misalnya peneliti yang melakukan

wawancara di pagi hari, dan mengeceknya di siang hari.

Siang Sore

Pagi

Gambar 3.3. Triangulasi waktu pengumpulan data

d. Menggunakan bahan referensi

Menggunakan bahan referensi yang dimaksud disini ialah adanya

pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh

peneliti. Contohnya data hasil wawancara perlu didukung dengan

rekaman wawancara. Alat-alat bantu perekam data dalam penelitian

(31)

65

menggunakan bahan referensi ini menjadikan data yang diperoleh

lebih dapat dipercaya (Sugiyono, 2012 hlm. 271).

e. Analisis kasus negatif

Menurut Satori & Komariah (2010, hlm. 171) kasus negatif

merupakan kasus ganjil yang ditemukan pada saat pengumpulan data,

dan kasus tersebut bertolak belakang dengan data lainnya serta dapat

menjadi kunci keajegan data sebelumnya.

f. Member check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh oleh

peneliti kepada pemberi data. Member check bertujuan untuk

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

diberikan oleh pemberi data. Pelaksanaan member check dapat

dilaksanakan setelah satu periode pengumpulan data selesai atau

setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan (Sugiyono, 2012 hlm.

271).

2. Transferability (validitas eksternal)

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 276) transferability ialah validitas

eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan

derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di

mana sampel tersebut diambil. Sejalan dengan itu, Satori & Komariah

(2010, hlm. 173) mengatakan bahwa transferability berkenaan dengan

hasil penelitian, hingga manakah hasil penelitian ini dapat digunakan

dalam situasi lain. Untuk mendapatkan derajat transferability tinggi

bergantung pada kemampuan peneliti dalam mengangkat makna esensial

dari temuannya, serta melaksanakan refleksi dan analisis kritis yang

ditunjukkkan dalam pembahasan penelitian.

3. Dependability (reabilitas)

Menurut Satori & Komariah (2010, hlm. 174) suatu penelitian

(32)

66

tersebut. Pengujian ini dilaksanakan dengan memeriksa semua proses

penelitian. Jika proses penelitian tidak dilaksanakan di lapangan tapi

datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel. Kegiatan audit seperti

ini dilakukan oleh independen atau pembimbing.

4. Confirmability (obyektivitas)

Dalam penelitian kualitatif confirmability dinamakan dengan uji

obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif jika hasil penelitian

telah disepekati banyak orang. Uji confirmability ini mirip dengan uji

dependability sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan

(Sugiyono, 2012, hlm. 277).

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

ini ialah menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik

pengumpulan data ini digunakan agar data yang diperoleh dari penelitian

tersebut menjadi valid, obyektif serta benar, tidak menyimpang.

1. Observasi

Menurut Sutrisno hadi dalam Sugiyono (2012, hlm. 145)

mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompeks,

suatu proses yang tersusun dari berbagai aspek psikologis dan biologis.

Dua diantara yang terpenting dalam proses pengamatan ialah ingatan.

Observasi terbagi menjadi dua macam yaitu observasi participant dan

observasi nonparticipant.

Teknik ini memungkinkan peneliti menarik kesimpulan, ihwal makna

dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang

diamati. Melalui observasi ini, peneliti akan melihat sendiri pemahaman

yang tidak terucapkan (tacit understanding), bagaimana teori digunakan

langsung (theory in use), dan sudut pandang responden yang mungkin

(33)

67

Dalam penelitian ini peneliti mengambil observasi nonparticipant

dimana peneliti hanya berperan sebagai pengamat saja. Teknik observasi

ini digunakan peneliti dalam mencari data mengenai pelaksanaan serta

evaluasi pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota

Bandung.

2. Wawancara

Wawancara atau interview menurut Sugiyono (2012, hlm. 137)

digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti dan juga jika peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya kecil. Adapun jenis wawancara

yang peneliti gunakan ialah wawancara terstruktur.

Melalui wawancara, peneliti dapat mendapatkan informasi yang

mendalam (indepth information) karena peneliti dapat menjelaskan

pertanyaan yang tidak dimengerti responden, peneliti dapat mengajukan

pertanyaan susulan (follow up questions), responden cenderung menjawab

jika diberi pertanyaan serta responden dapat menceritakan sesuatu yang

terjadi di masa lalu dan mendatang (Alwasilah, 2012, hlm. 110).

Wawancara ini digunakan peneliti dalam mencari data mengenai

perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi pembelajaran PAI di SMPLB-C

Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung. Wawancara ini dilakukan peneliti

dengan kepala sekolah, guru PAI atau guru kelas yang dapat menunjang

kelengkapan data dalam wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Bungin (2007, hlm. 121) merupakan salah satu

metode pengumpulan data untuk menelusuri data historis. Misalnya data

yang tersedia berbentuk seperti surat-surat, catatan harian, laporan,

cendramata dan lainnya.

Teknik dokumentasi ini digunakan peneliti untuk memperoleh data

(34)

68

tenaga kependidikan dan siswa, letak geografis serta foto-foto kegiatan

dan sebagainya.

H. Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi serta dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menguraikan dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh

diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2012, hlm. 244).

Senada dengan di atas, menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2007,

hlm. 248) analisa data kualitatif ialah sebagai berikut:

Analisa data kualitatif ialah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, mengklasifikasikan menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012, hlm. 246)

menyatakan bahwa dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif

dan berlangsung secara kontinyu sampai datanya jenuh. Selanjutnya, aktivitas

dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

1. Data Reduction (reduksi data)

Menurut Sutopo (2006, hlm. 114) reduksi data merupakan komponen

utama dalam proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi

dari semua jenis informasi yang ada dalam catatan lapangan.

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka dari

itu perlu untuk dicatat secara telat dan rinci. Selanjutnya, harus segera

dilakukan analisis data melalui reduksi data. Reduksi data merupakan

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah

(35)

69

peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan (Sugiyono, 2012, hlm. 247).

Proses mereduksi ini berlangsung terus selama penelitian, reduksi data

sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan, melakukan

pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian, tentang kerangka kerja

konseptual, dan pada saat menentukan cara pengumpulan data yang akan

digunakan, dan jenis data ini sudah terarah dan ditentukan oleh beragam

pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah dalam penelitiannya

(Sutopo, 2006, hlm. 114).

Untuk memudahkan dalam menyusun laporan penelitian, maka peneliti

menggunakan koding data terhadap hasil penelitian. Menurut Moleong

(2007, hlm. 288) koding berarti memberikan kode pada setiap satuan, agar

tetap dapat ditemukan data satuannya yang berasal dari sumber mana.

Koding digunakan terhadap data yang telah diperoleh, yakni koding

untuk sumber data (wawancara: W, Observasi: O, Dokumentasi: D).

Koding untuk jenis responden (kepala sekolah: KS, guru kelas: GK, siswa:

S). Untuk lokasi observasi (ruang kelas: RK, ruang kepala sekolah: RKS).

Selanjutnya kategorisasi dalam penelitian ini didasarkan pada

istilah-istilah pengumpulan data di lapangan serta setelah semua data terkumpul.

Kategorisasi dalam penelitian ini yakni perencanaan pendidikan (PP),

proses pelaksanaan (PL), pelaksanaan evaluasi (PE).

2. Data Display (penyajian data)

Langkah selanjutnya dalam menganalisis data ialah mendisplaykan

data. Menurut Sutopo (2006, hlm. 114) penyajian data merupakan suatu

rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi untuk

selanjutnya dapat dilakukan penyimpulan penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan

bentuk uraian singkat. Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif ialah

(36)

70

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono,

2012, hlm. 249).

Kegiatan penyajian data ini sangat penting dan menentukan untuk

langkah selanjutnya yakni penarikan kesimpulan/verifikasi karena dapat

memudahkan usaha pemaparan serta penegasan kesimpulan (conclution

drawing and verification) (Suharsaputra, 2012, hlm. 219).

3. Conclusion Drawing/Verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi)

Langkah terakhir dalam menganalisis data ialah penarikan kesimpulan

dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun jika

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh

bukti-bukti yang valid serta konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2012, hlm. 252).

Simpulan perlu diverifikasi agar benar-benar bisa

dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan verifikasi

yang merupakan kegiatan pengulangan untuk tujuan pemantapan,

penelusuran data dengan cepat (dengan melihat catatan lapangan kembali

pada saat menulis sajian data). Verifikasi juga dapat dilakukan dengan

lebih mengembangkan ketelitian, misalnya dengan berdiskusi. Pada

dasarnya makna data harus diuji validitasnya agar simpulan penelitian

menjadi lebih kuat dan dipercaya (Sutopo, 2006, hlm. 116).

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan yang baru

yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih kurang jelas sehingga

setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,

(37)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan rumusan masalah yang

tercantum di BAB I, yaitu perencanaan pembelajaran pendidikan agama

Islam, pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dan evaluasi

pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunagrahita di SMPLB-C

Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014.

Dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran PAI di SMPLB-C

Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung sudah baik. Perencanaan yang ada

diantaranya program tahunan, program semester, silabus, RPP serta CPPH

(catatan pembelajaran harian) yang dibuat oleh guru. Serta adanya asesmen

mengenai kemampuan akademik dan non akademik bagi siswa untuk

penyesuaian pelayanan pendidikan berdasarkan karakteristik dan

kebutuhannya.

Pelaksanaan pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes

Kota Bandung sudah cukup baik. Pembelajaran PAI di SMPLB-C

Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung lebih ditekankan pada aspek akhlak.

Pelaksanaan pembelajaran PAI tidak selalu mengacu kepada kurikulum

nasional, namun kurikulum tersebutlah yang harus menyesuaikan dengan

karakter dan kebutuhan setiap siswa tunagrahita. Proses pembelajaran siswa

tunagrahita berlangsung secara individual, artinya guru berperan untuk

memberikan layanan pendidikan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan

setiap siswa yang berbeda-beda.

Evaluasi pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota

Bandung mengacu kepada tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan

psikomotor. Evaluasi pembelajaran bagi siswa tunagrahita disusun

berdasarkan karakteristik serta kebutuhan setiap siswa. Di SMPLB-C

Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ada dua tingkat ketunagrahitaan yakni

C (ringan) dan C1 (sedang), maka evaluasinya kembali disesuaikan dengan

(38)

112

B. Rekomendasi

1. Untuk Pembuat Kebijakan

a. Hasil penelitian tentang pembelajaran pendidikan agama Islam di

SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ini dianjurkan

untuk dikembangkan lagi, agar dapat meningkatkan sumber daya

manusia yang berkecimplung di dunia SMPLB-C (tunagrahita) agar

dapat melaksanakan pelayanan pendidikan yang lebih baik lagi

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi perhatian bagi pemerintah agar

sistem pendidikan bagi tunagrahita lebih diperbaiki lagi, sehingga

siswa tunagrahita mendapatkan pendidikan yang bermakna sesuai

dengan karakteristik dan kebutuhannya.

2. Sekolah yang Bersangkutan (SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung)

a. Mempertahankan serta mengembangkan lagi pembelajaran yang ada

sehingga pelayanan pendidikan menjadi tepat sasaran, sesuai porsi dan

kebutuhan siswa tunagrahita

b. Bagi guru senantiasa berdedikasi tinggi, penuh keuletan dan kesabaran

dalam memberikan pendidikan terhadap siswa tunagrahita hingga

menghasilkan lulusan yang diharapkan.

c. Bagi guru pendidikan luar biasa agar memperdalam dan

mengembangkan keilmuan PAI untuk siswa tunagrahita

3. Bagi Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam (Prodi IPAI)

a. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi, serta sumbangan

pemikiran mengenai pembelajaran pendidikan agama Islam untuk

siswa tunagrahita. Sehingga lulusan Prodi IPAI dapat menerapkan

metode serta strategi pembelajaran PAI untuk siswa tunagrahita suatu

saat nanti.

b. Mengembangkan pendidikan khusus secara Islami

(39)

DAFTAR PUSTAKA

_____. (2005). Al-Qur`ān dan Terjemahnya: Al-Jumānatul `Alī (Seuntai Mutiara yang Maha Luhur). (Departemen Agama RI, Penerj.) Bandung: CV Penerbit

J-Art.

Abbas. (2014, Mei 19). Adaptasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Dipetik Mei 22, 2014, dari http://adaptasiabk.blogspot.com/2013/09/metode-pembelajaran-anak-tunagrahita.html.

Abdulllah, M. (2014). Model Pembelajaran Agama Islam untuk Meningkatkan

Pengetahuan dan Pengamalan Agama bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa. Disertasi pada Prodi Ilmu Pendidikan Islam Program

Pasca Sarjana UIN Bandung: Tidak diterbitkan.

Aini, E. S. (2012). Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islām Bagi

Siswa Penyandang Tunagrahita di SMPLB-C SLB Pembina Tingkat Nasional Malang. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang: Tidak diterbitkan.

Al-Syaibany, O. M.-T. (tanpa tahun). Filsafat Pendidikan Islam. (H. Langgulung, Penerj.) Jakarta: Bulan Bintang.

Alwasilah, C. (2012). Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan

Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya.

Amin, M., & Dwidjosumarto, A. (1979). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: PT. New Aqua Press.

Amrullah, F. (2012). Buku Pintar Bahasa Tubuh untuk Guru. Jogjakarta: Diva Press.

Arifin. (2008). Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Tinjauan Interdisipliner. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

______. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (ke-6 ed.). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

(40)

114

Assegaf, A. R. (2011). Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma baru pendidikan

hadhari berbasis integratif-interkonektif. Jakarta: Rajawali pers.

Assjari, M. (2005). Program Pembelajaran Individual. -: Departemen Pendidikan Nasional.

Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

Daradjat, Z. (2008). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting

Pendidikan Inklusi). Bandung: PT Refika Aditama.

______. (2012). Pembelajaran Anak Tunagrahita: Suatu Pengantar dalam

Pendidikan Inklusi. Bandung: PT Refika Aditama.

Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Direktorat Pembinaan Sekolah Luar

Biasa (Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus). Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

______. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Ke-4 ed.). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

______. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah

Pertama Luar Biasa Tunagrahita Ringan (SMPLB-C). -: Departemen

Pendidikan Nasional.

Efendi, M. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hidayah, S. N. (2011). Pendidikan Agama Pada Anak Tunagrahita (Studi

Terhadap Sistem Pembelajaran PAI di SLB A,B,C,D Muhammadiyah Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2011). Skripsi pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga: Tidak diterbitkan.

Jalaluddin. (2011). Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Pers.

Kemis, & Rosnawati, A. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Tunagrahita. Jakarta: PT. Luxima Metro Media.

Kosasih, E. (Penyunt.). (2012). Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan

Khusus. Bandung: Yrama Widya.

Majid, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Majid, A., & Andayani, D. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi

(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: PT Remaja

(41)

115

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2008). Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengenai Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa dan Tunalaras. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Moleong, L. J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

______. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muchsin, B. dkk. (2010). Pendidikan Islam Humanistik: Alternatif Pendidikan

Pembebasan Anak. Bandung: PT Refika Aditama.

Muchsin, B., Sulthon, M., & Wahid, A. (2010). Pendidikan Islam Humanistik:

Alternatif Pendidikan Pembebasan Anak. Bandung: PT Refika Aditama.

Mudyaharjo, R. (2012). Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang

Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.

Jakarta: Rajawali Pers.

Muhaimin, & Suti'ah. (2004). Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mujib, A., & Mudzakir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islam . Jakarta: Kencana.

Mulyasa. (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan

Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasih, A. M., & Kholidah, L. N. (2009). Metode dan Teknik Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika Aditama.

Nasution. (2009). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nizar, R. d. (2010). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan Luar Biasa. (1991). Peraturan

Pemerintah RI nomor 72 tahun 1991 tentang pendidikan luar biasa. Jakarta:

Gambar

Gambar 3.1. Triangulasi sumber data
Gambar 3.2. Triangulasi teknik pengumpulan data

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah penggunaan skor skala koma Glasgow dapat membantu dalam mendiagnosis perdarahan intrakranial yang terjadi pada

untuk jogja masyarakatnya juga mulai sadar bahwa pengawet kimia sangat berbahaya bagi kesehatan. terbukti terjadi penurunan 60 persen setelah kami laukan sidak beberapa

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul “Pengujian

- Jenis soal dalam kegiatan pembelajaran ini yaitu lisan dan tertulis, soal lisan diberikan pada siswa selama kegiatan pembelajaran, yaitu melalui penilaian proses

Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) DIY/siang tadi juga turut melakukan aksi di depan gedung agung yogyakarta// Dalam kesempatan

Masalah dan Solusi Yang Dihadapi Dalam aplikasi Metode Proyek “Berkebun” dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Di TK Terpadu Tunas Krida Nusantara.... Keterbatasan

Sanitasi masih menjadi masaJah di Indonesia SaJah satu Jingkungan berisiko adaJah kawasan kUll7uh Pada kawasan kumuh, jamban memenuhi syarat J,9%, sall7pah daJam

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dilaksanakan