No. Daftar FPIPS: 2030/UN.40.2.6.1/PL/2014
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA
TUNAGRAHITA
(Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunagrahita di SMPLB-C
Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung
Tahun Ajaran 2013-2014)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh Agan Setia Putra
1000927
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA
TUNAGRAHITA
(Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota
Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)
Oleh:
Agan Setia Putra
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial
© Agan Setia Putra
Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
HALAMAN PENGESAHAN
AGAN SETIA PUTRA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA TUNAGRAHITA
(Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung
Tahun Ajaran 2013-1014)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I,
Dr. H. Endis Firdaus, M. Ag. NIP.195703031988031001
Pembimbing II,
Elan Sumarna, M. Ag. NIP. 196708202005011002
Mengetahui
Ketua Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung. Hal ini menjadi penting karena adanya persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami kesulitan, yang disebabkan tingkat intelegensi mereka yang di bawah rata-rata orang normal. Mendidik siswa tunagrahita tidaklah semudah mendidik siswa normal. Siswa-siswa seperti ini mempunyai karakteristik dan kebutuhan khusus, oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran PAI untuk siswa tunagrahita diperlukan pendekatan serta pembelajaran secara khusus. Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Teknik analisis data dengan cara mereduksi data, display data, dan disimpulkan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi. Pada pengolahan data hasil penelitian diketahui bahwa perencanaan pembelajaran PAI mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang terdiri dari program tahunan, program semester, silabus, RPP, dan CPPH (catatan pembelajaran harian) serta adanya asesmen bagi siswa untuk aspek akademik dan non akademik untuk penyesuaian pelayanan pendidikan yang akan diberikan.Pada pelaksanaan pembelajarannya dilakukan secara individual yakni pelayanan pendidikan yang diberikan guru disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan setiap siswa. Evaluasi pembelajarannya berupa tes tertulis, tes lisan, serta tes perbuatan. Kemudian siswa mendapatkan buku rapor yang berisi nilai angka dan nilai uraian deskriptif. Selain mendapatkan pendidikan akademik, siswa mendapatkan pendidikan life skill berupa keterampilan membuat sandal jepit dari bahan karet yang sudah tersedia di pasaran, sebagai bekal keterampilan hidup di masa depan. Berdasarkan hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran PAI kurang maksimal. Pada pelaksanaan pembelajaran PAI sudah cukup baik, namun dilakukan oleh guru khusus PLB bukan oleh guru PAI secara khusus, karena adanya hambatan dari kondisi siswa tunagrahita pada saat kegiatan pembelajaran. Untuk evaluasi pembelajarannya berjalan dengan baik, aspek yang dievaluasi ialah aspek kognitif,afektif, serta psikomotor.
ABSTRACT
This research purposes on knowing the planning, actuating, evaluating of learning in Islamic education for mental retardation student at Muhammadiyah special needs junior high school Cipedes Bandung. This subject become important because there are some problems that faced by student when studying Islamic education learning. They find some difficult problems. That caused by their level of intelligences is lower than common people. Educating Islamic education to mental retardation student is not as easy as educating normal student. These kind of students have special character and needs to treat. Therefore in Islamic education learning needs special approach for mental retardation student. This research is using qualitative approach and descriptive method. The data analyzing is using data reduction, display data and conclusion. The data collecting technique is using observation, interview, and documentation study. The processing of final research data founded that learning plan of Islamic education learning is following national curriculum consist of the annual program, semester program, syllabus, plan of learning, and daily learning notes, and assessment for student on academic aspect and non academic aspect to adjustment education service which will be given. The learning is being done individually. It is service education that given by teacher suited to student’s character and needs. The learning evaluations are written test, oral test, and psychomotor test. Students accept report of study evaluation which the content is about numeric score and description score. Beside academic education, student also get life skill education sort a sandals crafting that made from rubber it is for their life skills in the future. Based on research generally it can be concluded that learning plan of Islamic education is not optimal yet. The conclusion of learning actuation is good enough, but the learning is being done by special need teacher not the Islamic education teacher, it is because there are some threats of mental retardation student’s condition. The learning evaluation is good, the aspect that evaluated is cognitive, affective, psychomotor aspects.
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ………. i
KATA PENGANTAR ………. ii
UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii
ABSTRACT ……….………… v
ABSTRAK ……….………….. vi
DAFTAR ISI ……… vii
DAFTAR GAMBAR ………... xi
DAFTAR LAMPIRAN ……… xii
PEDOMAN TRANSLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIA . xiii BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang Penelitian ………... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ……….. 8
C. Rumusan Masalah Penelitian ………...…... 8
D. Tujuan Penelitian ……… 9
E. Manfaat Penelitian ……….. 9
F. Struktur Organisasi Skripsi ………. 10
BAB I PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN TUNAGRAHITA … 11 A. Pendidikan Agama Islam ……… 11
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ……….. 11
2. Sumber Pendidikan Agama Islam ……….. 12
viii
4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam ………. 18
5. Metode Pendidikan Agama Islam ……….. 22
6. Evaluasi Pendidikan Agama Islam ………. 29
B. Tunagrahita ………. 32
1. Pengertian Tunagrahita ………... 32
2. Klasifikasi Tunagrahita ………... 34
3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita ……….. 37
4. Karakteristik Anak Tunagrahita ………. 37
C. Pendidikan Anak Tunagrahita ……… 38
1. Pengembangan Asesmen dalam Pendidikan Anak Tunagrahita ………. 39 2. Pengembangan Kurikulum dalam Pendidikan Anak Tunagrahita ………. 39 3. Perencanaan Pembelajaran Siswa Tunagrahita ………….. 40
4. Pelaksanaan Pembelajaran Siswa Tunagrahita …………... 42
5. Evaluasi Pembelajaran Siswa Tunagrahita ………. 46
D. Pembelajaran PAI untuk Siswa Berkebutuhan Khusus ……….. 47
1. Prinsip Pembelajaran PAI untuk Siswa Berkebutuhan Khusus .. 47
2. Ruang Lingkup Pembelajaran PAI di Sekolah ……… 51
3. Penyusunan Program Pembelajaran PAI untuk Siswa Berkebutuhan Khusus ………... 53 E. Penelitian Terdahulu ………... 54
ix
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………. 57
B. Desain Penelitian ……… 57
C. Metode Penelitian ………... 58
D. Definisi Operasional ……….. 59
E. Instrumen Penelitian ………... 61
F. Uji Keabsahan Data ……… 61
G. Teknik Pengumpulan Data ………... 66
H. Analisa Data ………... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 71
A. Pemaparan Data Hasil Penelitian ………... 71
1. Perencanaan Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ………... 71
2. Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ……… 74
3. Evaluasi Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ………... 81
B. Pembahasan Data Hasil Penelitian ………..…... 83
1. Pembahasan Perencanaan Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung …………...……. 87
2. Pembahasan Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ……...…………. 97
x
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 111
A. SIMPULAN ………...………. 111
B. REKOMENDASI ………..………. 112
1. Untuk Pembuat Kebijakan ………...………... 112
2. Sekolah yang Bersangkutan (SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung) ………..………... 112
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Komponen perencanaan pembelajaran ………. 41
Gambar 2.2. Aspek-aspek Pengembangan Pribadi ABK dalam Pembelajaran Agama Islam ……….. 51
Gambar 2.3. Langkah-langkah Penyusunan Program Pembelajaran PAI untuk ABK ……….. 53
Gambar 3.1. Triangulasi sumber data ………... 63
Gambar 3.2. Triangulasi teknik pengumpulan data ………... 64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Bagan Hasil Penelitian
Lampiran 2 Hasil Wawancara
Lampiran 3 Deskripsi Hasil Observasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Manusia sebagai makhluk Allah mendapat amanat yang harus
dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya. Menurut Assegaf (2011, hlm. 157)
tugas hidup yang harus diemban oleh manusia di muka bumi yakni tugas
khalīfaħ, yang berarti tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi untuk menjaga dan memelihara alam. Seperti firman Allah,
Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalīfaħ di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalīfaħ) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. al-Baqaraħ[2]: 30)*
Peran manusia sebagai khalīfaħ Allah di muka bumi ternyata dibarengi
dengan tugas sebagai hamba Allah (‘abd), seorang hamba Allah harus taat dan
patuh kepada perintah Allah. Manusia sebagai hamba Allah adalah makhluk
yang dimuliakan oleh Allah, kemulian manusia dibanding dengan makhluk
lainnya ialah karena manusia memiliki akal untuk berfikir. Dua peran yang
diemban manusia sebagai khalīfaħ dan ‘abd merupakan keterpaduan tugas dan
tanggung jawab yang melahirkan dinamika kehidupan yang sarat dengan
*
2
kreativitas serta amaliah yang selalu menjunjung pada kebenaran (Assegaf,
2011, hlm. 158).
Manusia lahir ke dunia ini dalam kondisi yang lemah, seperti yang
dikemukakan oleh Sauri (2006, hlm. 39) bahwa manusia dilahirkan ke dunia
dalam keadaan lemah dan tidak tahu apapun, kemudian tumbuh dan
berkembang menjadi manusia seutuhnya. Pertumbuhan dan perkembangan
manusia ini tidak bisa diserahkan begitu saja kepada lingkungannya, manusia
membutuhkan bimbingan dan pengarahan. Hal ini dikarenakan, ia mempunyai
keterbatasan kondisi fisik serta kemampuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu,
manusia membutuhkan pendidikan.
Menurut Assegaf (2011, hlm. 164) manusia merupakan makhluk yang
dapat mendidik dan dididik (homo educable), sedangkan makhluk lain tidak.
Pada ranah ini manusia mempunyai potensi yang dapat menjadi objek dan
subjek pengembangan diri. Maka pendidikan pun harus berpijak pada potensi
yang dimiliki manusia, karena potensi manusia tidak akan berkembang tanpa
adanya rangsangan dari luar yakni berupa pendidikan.
Secara luas pendidikan ialah hidup, yakni pendidikan merupakan
pengalaman belajar yang terjadi di segala lingkungan serta berlangsung
sepanjang hidup. Dan secara sempit pendidikan itu ialah sekolah, yakni
pengajaran yang dilaksanakan di sekolah dalam naungan lembaga pendidikan
formal. Segala pengaruh yang diberikan sekolah kepada siswanya dalam
rangka menumbuhkan kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka (Mudyahardjo,
2012, hlm. 3).
Pendidikan agama salah satu pendidikan yang penting bagi siswa.
Khususnya dalam hal ini ialah Pendidikan Agama Islam yang disingkat
menjadi PAI bagi siswa muslim. Menurut Zakiyah Daradjat dalam Majid dan
Andayani (2006, hlm. 130) PAI adalah suatu usaha yang dilakukan dalam
rangka membina dan mengasuh siswa agar mendapat pemahaman ajaran Islam
secara komprehensif. Serta siswa mampu menghayati tujuan dan
3
Tujuan PAI menurut Muhammad Yunus dalam Muchsin dkk. (2010, hlm.
11) yakni mendidik siswa agar menjadi seorang muslim yang sejati, teguh
beriman dan mempunyai akhlaq yang mulia, sehingga ia mampu menjadi
anggota masyarakat, mengabdi kepada Allah, dan berbakti kepada bangsa
serta kepada sesamanya.
Tujuan yang sangat mulia ini tentunya harus dicapai oleh semua umat
muslim. Seperti yang dikutip dari Purwanti (2011, hlm. 1) bahwa Islam
mewajibkan kepada pemeluknya untuk melaksanakan pendidikan, hal ini
tertera dalam firman Allah sebagai berikut:
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Q.S. Ṣād[38]: 29)
Kewajiban melaksanakan pendidikan ini juga tercantum dalam ḥadīṡ Nabi
Muḥammad sebagai berikut (Sumarna, 2009, hlm. 21) :
memiliki kekurangan secara fisik maupun mental tetap memiliki hak yang
sama. Seperti firman Allah sebagai berikut:
4 sendiri, makan (bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah saudara- saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan, dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan, dirumah yang kamu miliki kuncinya atau dirumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.” (Q.S. al-Nūr[24]: 61)
Ayat di atas mengandung makna kesetaraan, yakni tidak ada halangan bagi
masyarakat untuk berkumpul bersama dengan orang yang memiliki kebutuhan
khusus (buta, pincang, tuli atau sakit). Mereka berhak untuk makan bersama
serta berkumpul seperti layaknya masyarakat lazimnnya. Maka, sudah jelas
bahwa Islam tidak mendiskriminasikan terhadap anak berkebutuhan khusus
(ABK) dalam hal pendidikan (Setiati, 2014).
Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, yang membahas
5
Indonesia (RI) no. 20 tahun 2003 pada pasal lima ayat satu berisi tentang
Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu. Dan pada
ayat dua berisi tentang warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental intelektual, dan sosisal berhak memperoleh pendidikan khusus
(Himpunan Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional, 2013, hlm. 7).
Pendidikan khusus diberikan kepada mereka yang memiliki keterbatasan
atau lebih dikenal dengan istilah ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) atau
special needs chidren dapat diartikan sebagai anak yang lambat (slow) atau
mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan berhasil di sekolah
anak-anak pada umumnya. ABK juga sering disebut dengan anak-anak yang mengalami
gangguan fisik, mental, intelegensi dan emosional sehingga membutuhkan
pembelajaran secara khusus (Kosasih, 2012, hlm. 1)
Secara yuridis layanan pendidikan bagi ABK tercantum dalam UU RI
no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal lima ayat
dua yang berisi tentang warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental intelektual, dan sosisal berhak memperoleh pendidikan khusus
(Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, 2013, hlm. 7).
Dalam Peraturan Pemerintah RI no. 72 tahun 1991 tentang pendidikan luar
biasa, dalam pasal satu pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang khusus
diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau
mental. Khususnya dalam kajian ini mengenai anak dengan ketunagrahitaan,
dalam penjelasan pasal tiga ayat tiga bahwa tunagrahita adalah keterbelakangan
mental, termasuk disini yang keterbelakangan mental ringan dan
keterbelakangan mental sedang (Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan
Luar Biasa, 1991, hlm. 1).
Pendidikan agama dalam perundang-undangan tercantum dalam UU no.
20 tahun 2003 pasal 12 tentang sistem pendidikan nasional yang mengatakan
bahwa setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai
dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik seagama
6
Dalam kajian ini, peneliti mengkhususkan pada ABK dengan tunagrahita.
Menurut Wijaya (2013, hlm. 21) tunagrahita merupakan individu yang
mempunyai intelegensi berada di bawah rata-rata (sub- average) yaitu dengan
nilai intelligence quotient (IQ) 84 ke bawah dan disertai dengan
ketidakmampuan dalam bersosialisasi yang muncul pada masa
perkembangan.
Anak tunagrahita ialah anak yang mempunyai IQ 70 ke bawah. Jumlah
penyandang tunagrahita 2,3 %. Atau 1,92 % anak usia sekolah menyandang
tunagrahita dengan perbandingan laki-laki 60 % dan perempuan 40 % atau
3:2. Pada Data Pokok Sekolah Luar Biasa terlihat dari kelompok usia sekolah,
jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang kelainan adalah 48.100.548
orang, jadi estimasi jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang
tunagrahita adalah 2 % x 48.100.548 orang = 962.011 orang (Kemis &
Rosnawati, 2013, hlm. 11).
Meskipun secara perundang-undangan sudah diatur dengan jelas, menurut
Kosasih (2012, hlm. 1) anak-anak berkebutuhan khusus yang berusia sekolah
masih sedikit yang dapat mengenyam pendidikan. Dari Biro Pusat Statistik
tahun 2007, dari perkiraan 1,5 juta anak berkebutuhan khusus di Indonesia,
baru 66.000 anak atau sekitar dibawah 5% yang mendapatkan layanan
pendidikan.
Dalam kenyataannya, masyarakat masih ada yang memandang sebelah
mata anak dengan keterbelakangan mental atau tunagrahita ini. Terlebih lagi
jika penyandang kecacatan itu muslim, maka PAI pun harus tetap diberikan
kepadanya. Ia berhak untuk mendapatkan pendidikan agama. Baik itu di
lingkungan lembaga formal sekolah atau di lingkungan keluarga.
Permasalahan lainnya yaitu proses pembelajaran di Sekolah Luar Biasa
(SLB) yang berlangsung saat ini cenderung bersifat klasikal dan berorientasi
kepada kurikulum. Bukan didasarkan kepada masalah, kemampuan dan
kebutuhan siswa tunagrahita, mengingat siswa tunagrahita ini memiliki
karakteristik serta tingkat intelegensi yang variatif (Kemis & Rosnawati, 2013,
7
Pemerintah seringkali menganggap proses pembelajaran di SLB itu linear
dengan sekolah reguler, maka layanan pendidikan khusus bagi siswa
tunagrahita menjadi berbanding lurus dengan penyelenggaraan pendidikan
reguler. Cara ini bertentangan dengan kaidah dan prinsip pendidikan
tunagrahita (Kemis & Rosnawati, 2013, hlm. 4).
Hal ini mengakibatkan pendidikan bagi siswa tunagrahita tidak bermakna
dan telah kehilangan esensi yaitu layanan pendidikan berdasarkan kebutuhan
setiap siswa tunagrahita. Jadi pengembangan kurikulum harus didasarkan pada
kebutuhan siswa tunagrahita itu sendiri yang menjadi acuan dalam
pembelajaran (Kemis & Rosnawati, 2013, hlm. 4).
Dalam hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Aini (2012, hlm.
156-157) mengungkapkan ada beberapa problematika mengenai pembelajaran PAI
untuk siswa tunagrahita:
1. Problem siswa ialah tidak tersampaikannya materi secara tuntas, siswa
sulit dalam baca-tulis huruf arab. Ketidak tertarikan siswa dalam belajar
yang bersifat materi, sering terjadi perbedaan persepsi terhadap perintah
yang diberikan oleh guru. Konsentrasi yang mudah berubah, perilaku
buruk siswa tunagrahita yang sulit dikontrol, materi yang terlalu tinggi,
dan ketunagandaan yang siswa miliki.
2. Problem guru berupa minimnya jumlah guru PAI serta keterbatasan
kemampuan guru dalam mengambil materi yang benar-benar sesuai
dengan kemampuan siswa.
Persoalan-persolan yang dihadapi oleh siswa tunagrahita dalam
mengikuti proses pembelajaran, tak lain disebabkan oleh adanya keterbatasan
mereka dalam hal intelegensi. Serta adanya penyimpangan-penyimpangan
perilaku yang dilakukan oleh siswa tunagrahita. Mendidik siswa tunagrahita
tidaklah semudah mendidik siswa normal pada umumnya. Maka dalam proses
pelaksanaan pembelajaraan siswa tunagrahita diperlukan pendekatan dan
pembelajaran secara khusus. Seperti pelayanan pendidikan yang khusus,
alat-alat khusus, guru khusus, bahkan kurikulum, dan pembinaan yang khusus pula
8
Berdasarkan latar belakang di atas, peniliti tertarik untuk mengetahui dan
memperoleh informasi lebih mendalam mengenai pembelajaran PAI yang
dilaksanakan di SMPLB-C. Oleh karena itu, maka penulis mengangkat judul “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SISWA TUNAGRAHITA” (Studi Deskriptif tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pada Siswa Tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung
Tahun Ajaran 2013/2014).
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti mengidentifikasikan
masalah penelitian yaitu adanya problem-problem yang dihadapi siswa pada
saat kegiatan pembelajaran, hal ini disebabkan oleh keterbatasan mereka
dalam hal intelegensi, siswa ini mempunyai kecerdasan di bawah rata-rata
orang normal. Problem guru berupa minimnya jumlah guru PAI serta
keterbatasan kemampuan guru dalam mengambil materi yang benar-benar
sesuai dengan kemampuan siswa. Permasalahan yang dihadapi oleh siswa
tunagrahita dalam mengikuti proses pembelajaran PAI, hal ini disebabkan
oleh keterbatasan mereka dalam hal intelegensi, anak tunagrahita mempunyai
kecerdasan di bawah rata-rata orang normal. Sehingga dalam proses
pembelajaran PAI, siswa tunagrahita memerlukan pendekatan dan
pembelajaran secara khusus.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti merumuskan
masalah berikut: adanya permasalahan yang dihadapi oleh siswa tunagrahita
dalam mengikuti proses pembelajaran PAI, hal ini disebabkan oleh
keterbatasan mereka dalam hal intelegensi, anak tunagrahita mempunyai
kecerdasan di bawah rata-rata orang normal. Sehingga dalam proses
pembelajaran PAI, siswa tunagrahita memerlukan pendekatan dan
pembelajaran secara khusus.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan diarahkan untuk menjawab
9
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung
tahun ajaran 2013/2014?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung
tahun ajaran 2013/2014?
3. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota
Bandung tahun ajaran 2013/2014?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi tujuan umum dan khusus.
Adapun tujuan umumnya yaitu untuk memperoleh gambaran tentang
pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam untuk siswa tunagrahita di
SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014.
Selanjutnya tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota
Bandung tahun ajaran 2013/2014
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota
Bandung tahun ajaran 2013/2014
3. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
siswa tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung
tahun ajaran 2013/2014.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangan ilmiah dalam bidang PAI, khususnya PAI di Sekolah Luar
Biasa.
10
a. Bagi civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia diharapkan
agar memahami pembelajaran PAI yang dilaksanakan bagi siswa
tunagrahita.
b. Bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal nanti pada saat
menghadapi siswa tunagrahita dalam pembelajaran.
c. Bagi guru, yang terlibat dalam membimbing anak tunagrahita,
dapat memberikan masukan tentang strategi dan metode PAI pada
siswa tunagrahita.
d. Bagi anak tunagrahita, diharapkan dapat menginternalisasikan
nilai-nilai agama Islam dalam kehidupannya sehingga mampu mensyukuri
atas semua pemberian Allah.
e. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menambah wawasan baru
mengenai pembelajaran PAI untuk siswa tunagrahita.
f. Bagi peneliti, memberikan pengalaman, wawasan dan pemahaman
pribadi tentang pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa
tunagrahita.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi yang akan dibuat meliputi lima BAB, yaitu :
BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang penelitian,
identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, definisi operasional dan struktur organisasi skripsi.
BAB II Kajian Teoritis yang membahas tentang Pendidikan Agama Islam
(PAI), tunagrahita, pendidikan tunagrahita, pembelajaran PAI
untuk siswa berkebutuhan khusus dan penelitian terdahulu.
BAB III Metode Penelitian, yang mencakup lokasi dan subjek
populasi/sampel penelitian,desain penelitian, metode penelitian,
definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan
11
BAB IV Deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, menguraikan hasil
penelitian dan pembahasan temuan penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di Sekolah Menengah
Pertama Luar Biasa-C (SMPLB-C) Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung.
Beralamat di Jalan Sukagalih Gang H. Gozali No. 119 B Kota Bandung.
Lokasi ini dipilih oleh peneliti dengan beberapa pertimbangan. Pertama, SLB
ini merupakan lembaga pendidikan dibawah naungan organisasi masyarakat
(ormas) Islam terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang keagamaan,
kemanusiaan, pendidikan, kesehatan dan lainnya yaitu ormas Muhammadiyah.
Kedua, SLB ini disamping melaksanakan kegiatan pendidikan juga
melaksanakan kegiatan keagamaan di sekolah. Ketiga, SLB ini memberikan
pendidikan life skill berupa keterampilan tangan (produk komersil) seperti
sandal, serta mengembangkan minat dan bakat siswa seperti bermain musik.
Menurut Arikunto (2006, hlm. 145) subjek penelitian ialah manusia atau
benda sebagai subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek penelitian
juga disebut sebagai unit analisis yakni subjek yang menjadi pusat perhatian
atau sasaran peneliti.
Dalam penelitian ini, yang akan menjadi subjek informan ialah
pihak-pihak bertanggung jawab, sesuai porsinya, benar-benar paham serta
menguasai dan terlibat secara langsung dalam kegiatan pendidikan di sekolah
yaitu diantaranya kepala sekolah, staf guru, dan segenap siswa SMPLB-C
Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana tentang cara mengumpulkan dan
menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan serasi dengan
tujuan penelitian itu (Nasution, 2009, hlm. 23).
Desain yang digunakan dalam penelitian ini ialah case study atau studi
58
yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di
dalamnya. Selanjutnya Maxfield dalam Nazir (2011, hlm.57) menyebutkan
bahwa case study ialah penelitian tentang status subjek penelitian yang
berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.
Subjek penelitiannya dapat individu, kelompok, lembaga, maupun
masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta
interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan studi
kasus ialah memberikan gambaran yang detail mengenai latar belakang,
sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu,
yang kemudian dari sifat-sifat yang khas tersebut menjadi suatu hal yang
bersifat umum (Nazir, 2011, hlm.57).
C. Metode Penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pendekatan kualitatif
merupakan metode penelitian naturalistik, karena dilaksanakan pada kondisi
yang alamiah (natural setting). Metode penelitian ini berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada
makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2012, hlm. 8-9).
Menurut Boglan dan Biklen dalam Moleong (2002, hlm. 2)
mengungkapkan bahwa ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian
kualitatif, yakni penelitian atau inkuiri naturaistik atau alamiah, etnografi,
interaksionis simbolik, perspektif ke dalam, etnometodologi, the Chicago
School, fenomenologis, studi kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif.
Selanjutnya Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2002, hlm. 3)
memberikan pendapatnya mengenai metodologi kualitatif yakni prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif yakni berupa tulisan, lisan dari
59
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,
dimana data itu mengandung sebuah makna. Makna disini ialah data yang
sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang
tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada
generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna (Sugiyono, 2010, hlm. 3).
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan data di lapangan dengan menguraikan hingga menganalisa
berdasarkan fakta-fakta di lapangan. Agar memperoleh suatu gambaran
mengenai realita PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat
pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.
Penelitian deskriptif merupakan akumulasi data dasar dengan cara deksriptif
semata, tanpa perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentes
hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi
(Suryabrata, 2012, hlm. 76).
D. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kerancuan pemahaman serta menghindari pemaknaan
ganda dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk memberikan
penegasan maksud atas judul yang dikemukakan oleh penulis yaitu :
1. Studi Deskriptif
Studi deskriptif menurut Arikunto (2009, hlm. 234) adalah penelitian
yang tidak bermaksud untuk menguji hipotesis tertentu, namun hanya
menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala, atau
keadaan. Selanjutnya, Nazir (2011, hlm. 54) menyebutkan tujuan dari
studi desktiptif ini ialah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Studi deskriptif dalam penelitian ini adalah studi yang berusaha untuk
60
tunagrahita di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung tahun
ajaran 2013-2014.
2. Pembelajaran
Pembelajaran (instruction) adalah upaya untuk membelajarkan
seseorang atau kelompok orang melalui beragam upaya (effort), strategi,
metode, dan pendekatan ke arah tujuan yang telah direncanakan.
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai kegiatan guru secara terprogram
untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menggunakan sumber
belajar (Majid, 2012, hlm. 109).
Pembelajaran dalam penelitian ini ialah kegiatan pembelajaran PAI
yang dilakukan oleh guru di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota
Bandung terhadap siswa tunagrahitanya, yakni meliputi perencaaan
pembelajaran PAI, pelaksanaan pembelajaran PAI, serta evaluasi
pembelajaran PAI.
3. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam atau disingkat menjadi PAI menurut Zakiyah
Daradjat dalam Majid dan Andayani (2006, hlm. 130) merupakan suatu
usaha yang dilakukan dalam rangka membina dan mengasuh siswa agar
mendapat pemahaman ajaran Islam secara komprehensif. Serta siswa
mampu menghayati tujuan dan mengamalkannya, hingga menjadikan
Islam sebagai pedoman hidup.
PAI adalah mata pelajaran yang wajib diberikan ke semua jenjang
sekolah, yang berisi ajaran Islam dengan tujuan membina siswa agar
memiliki pengetahuan, akhlak serta pengamalan dari ajaran Islam. Dalam
penelitian ini ialah mata pelajaran PAI untuk SMPLB-C.
4. Siswa tunagrahita
Tunagrahita adalah suatu kondisi anak dengan kecerdasan dibawah
rata-rata. Anak tersebut ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan
61
Siswa tunagrahita dalam penelitian ini adalah siswa SMPLB-C
Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung yang mempunyai tingkat
intelegensi di bawah rata-rata orang normal.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini ialah peneliti sendiri sebagai instrumen
satu-satunya. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012, hlm. 222)
bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Dimana peneliti kualitatif sebagai human
instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis
data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Menurut Moleong (2002, hlm. 19) peneliti alamiah bergantung pada
dirinya sebagai alat pengumpulan data, disamping itu juga peneliti sendiri
sebagai instrumen mempunyai senjata dapat memutuskan yang secara luwes
dapat digunakannya. Ia dapat menilai keadaan serta mengambil keputusan.
Selanjutnya, Nasution dalam Sugiyono (2012, hlm. 223) memberikan
pendapatnya terkait instrumen penelitian kualitatif :
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
F. Uji Keabsahan Data
Sebagaimana dikutip dari Sugiyono (2012, hlm. 270) uji keabsahan data
dalam penelitian kualitatif diantaranya adalah uji credibility (validitas
internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan
confirmability (obyektivitas). Selanjutnya keempat hal ini akan dijelaskan
62
1. Credibility (validitas internal)
Menurut Alwasilah (2012, hlm. 140) validitas internal memiliki makna
apakah temuan penelitian yang dilakukan itu sesuai dengan realitas yang
ada. Uji kredibilitas data ini, seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono
(2012, hlm. 270) dapat dilakukan dengan hal-hal berikut ini :
a. Perpanjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melaksanakan pengamatan, wawancara kembali dengan
sumber data yang pernah ditemui apapun yang baru. Dengan
perpanjangan pengamatan ini pula peneliti mengecek kembali data
apakah yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah
benar atau tidak. Dalam perpanjangan pengamatan ini, sebaiknya
difokuskan pada pengujian pada data yang diperoleh. Jika setelah
dicek ke lapangan data sudah benar, maka waktu perpanjangan
pengamatan dapat diakhiri (Sugiyono, 2012, hlm. 270).
Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti merupakan aspek
utama untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian.
Karena peneliti sendirilah yang langsung melaksanakan wawancara
dan observasi dengan nara sumbernya. Oleh karena itu peneliti
mempunyai waktu yang lama bersama nara sumber, hingga kejenuhan
data tercapai (Bungin, 2007, hlm. 254).
b. Peningkatan ketekunan
Menurut Bungin (2007, hlm. 254) untuk memperoleh derajat
keabsahan yang tinggi, maka caranya dengan meningkatkan ketekunan
dalam pengamatan di lapangan. Senada dengan itu, Sugiyono (2012,
hlm. 270) menyatakan bahwa peningkatan ketekunan berarti
melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.
63
direkam secara pasti serta sistematis. Melalui peningkatan ketekunan
ini peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang
ditemukan itu salah atau tidak.
c. Triangulasi
Menurut Sutopo (2006, hlm. 92) triangulasi merupakan teknik
yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperpektif,
yakni menarik kesimpulan yang tidak hanya satu cara pandang.
Sejalan dengan itu, Sugiyono (2012, hlm. 270) menyebutkan
bahwa triangulasi dalam hal ini berarti pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian
terdapat teknik triangulasi diantaranya:
1) Triangulasi sumber data
Triangulasi sumber merupakan cara mengarahkan peneliti
dalam mengumpulkan data wajib menggunakan berbagai sumber
data berbeda yang tersedia. Dengan demikian, apa yang diperoleh
dari sumber yang satu , bisa teruji kebenarannya jika dibandingkan
dengan sumber yang lain (Sutopo, 2006, hlm. 93).
Atasan teman
Bawahan
Gambar 3.1. Triangulasi sumber data
2) Triangulasi teknik
Menurut Sugiyono (2012, hlm. 271) triangulasi teknik untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara data dengan
sumber yang sama tetapi dengan teknik yang berbeda. Misalnya
sebuah data diperoleh dengan observasi, lalu di cek dengan
wawancara atau dokumentasi. Senada dengan itu, Sutopo (2006,
64
penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda, dan bahkan
lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang
sama untuk menguji kevalidan datanya.
Wawancara Observasi
Kuesioner/dokumen
Gambar 3.2. Triangulasi teknik pengumpulan data
3) Triangulasi waktu
Triangulasi waktu juga diberikan karena waktu juga sering
mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan pada pagi
hari di saat kondisi masih segar, akan memberikan data yang lebih
valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka
mengumpulkan data melalui teknik yang berbeda dalam waktu atau
kondisi yang berbeda pula (Sugiyono (2012, hlm. 271).
Selanjutnya Satori & Komariah (2010, hlm. 171) berpendapat
bahwa peneliti dapat mengecek konsistensi, kedalaman dan
kebenaran suatu data. Misalnya peneliti yang melakukan
wawancara di pagi hari, dan mengeceknya di siang hari.
Siang Sore
Pagi
Gambar 3.3. Triangulasi waktu pengumpulan data
d. Menggunakan bahan referensi
Menggunakan bahan referensi yang dimaksud disini ialah adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh
peneliti. Contohnya data hasil wawancara perlu didukung dengan
rekaman wawancara. Alat-alat bantu perekam data dalam penelitian
65
menggunakan bahan referensi ini menjadikan data yang diperoleh
lebih dapat dipercaya (Sugiyono, 2012 hlm. 271).
e. Analisis kasus negatif
Menurut Satori & Komariah (2010, hlm. 171) kasus negatif
merupakan kasus ganjil yang ditemukan pada saat pengumpulan data,
dan kasus tersebut bertolak belakang dengan data lainnya serta dapat
menjadi kunci keajegan data sebelumnya.
f. Member check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh oleh
peneliti kepada pemberi data. Member check bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data. Pelaksanaan member check dapat
dilaksanakan setelah satu periode pengumpulan data selesai atau
setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan (Sugiyono, 2012 hlm.
271).
2. Transferability (validitas eksternal)
Menurut Sugiyono (2012, hlm. 276) transferability ialah validitas
eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan
derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di
mana sampel tersebut diambil. Sejalan dengan itu, Satori & Komariah
(2010, hlm. 173) mengatakan bahwa transferability berkenaan dengan
hasil penelitian, hingga manakah hasil penelitian ini dapat digunakan
dalam situasi lain. Untuk mendapatkan derajat transferability tinggi
bergantung pada kemampuan peneliti dalam mengangkat makna esensial
dari temuannya, serta melaksanakan refleksi dan analisis kritis yang
ditunjukkkan dalam pembahasan penelitian.
3. Dependability (reabilitas)
Menurut Satori & Komariah (2010, hlm. 174) suatu penelitian
66
tersebut. Pengujian ini dilaksanakan dengan memeriksa semua proses
penelitian. Jika proses penelitian tidak dilaksanakan di lapangan tapi
datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel. Kegiatan audit seperti
ini dilakukan oleh independen atau pembimbing.
4. Confirmability (obyektivitas)
Dalam penelitian kualitatif confirmability dinamakan dengan uji
obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif jika hasil penelitian
telah disepekati banyak orang. Uji confirmability ini mirip dengan uji
dependability sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan
(Sugiyono, 2012, hlm. 277).
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
ini ialah menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik
pengumpulan data ini digunakan agar data yang diperoleh dari penelitian
tersebut menjadi valid, obyektif serta benar, tidak menyimpang.
1. Observasi
Menurut Sutrisno hadi dalam Sugiyono (2012, hlm. 145)
mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompeks,
suatu proses yang tersusun dari berbagai aspek psikologis dan biologis.
Dua diantara yang terpenting dalam proses pengamatan ialah ingatan.
Observasi terbagi menjadi dua macam yaitu observasi participant dan
observasi nonparticipant.
Teknik ini memungkinkan peneliti menarik kesimpulan, ihwal makna
dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang
diamati. Melalui observasi ini, peneliti akan melihat sendiri pemahaman
yang tidak terucapkan (tacit understanding), bagaimana teori digunakan
langsung (theory in use), dan sudut pandang responden yang mungkin
67
Dalam penelitian ini peneliti mengambil observasi nonparticipant
dimana peneliti hanya berperan sebagai pengamat saja. Teknik observasi
ini digunakan peneliti dalam mencari data mengenai pelaksanaan serta
evaluasi pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota
Bandung.
2. Wawancara
Wawancara atau interview menurut Sugiyono (2012, hlm. 137)
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti dan juga jika peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya kecil. Adapun jenis wawancara
yang peneliti gunakan ialah wawancara terstruktur.
Melalui wawancara, peneliti dapat mendapatkan informasi yang
mendalam (indepth information) karena peneliti dapat menjelaskan
pertanyaan yang tidak dimengerti responden, peneliti dapat mengajukan
pertanyaan susulan (follow up questions), responden cenderung menjawab
jika diberi pertanyaan serta responden dapat menceritakan sesuatu yang
terjadi di masa lalu dan mendatang (Alwasilah, 2012, hlm. 110).
Wawancara ini digunakan peneliti dalam mencari data mengenai
perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi pembelajaran PAI di SMPLB-C
Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung. Wawancara ini dilakukan peneliti
dengan kepala sekolah, guru PAI atau guru kelas yang dapat menunjang
kelengkapan data dalam wawancara.
3. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Bungin (2007, hlm. 121) merupakan salah satu
metode pengumpulan data untuk menelusuri data historis. Misalnya data
yang tersedia berbentuk seperti surat-surat, catatan harian, laporan,
cendramata dan lainnya.
Teknik dokumentasi ini digunakan peneliti untuk memperoleh data
68
tenaga kependidikan dan siswa, letak geografis serta foto-foto kegiatan
dan sebagainya.
H. Analisa Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi serta dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menguraikan dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh
diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2012, hlm. 244).
Senada dengan di atas, menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2007,
hlm. 248) analisa data kualitatif ialah sebagai berikut:
Analisa data kualitatif ialah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, mengklasifikasikan menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012, hlm. 246)
menyatakan bahwa dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara kontinyu sampai datanya jenuh. Selanjutnya, aktivitas
dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.
1. Data Reduction (reduksi data)
Menurut Sutopo (2006, hlm. 114) reduksi data merupakan komponen
utama dalam proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi
dari semua jenis informasi yang ada dalam catatan lapangan.
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka dari
itu perlu untuk dicatat secara telat dan rinci. Selanjutnya, harus segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Reduksi data merupakan
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah
69
peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan (Sugiyono, 2012, hlm. 247).
Proses mereduksi ini berlangsung terus selama penelitian, reduksi data
sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan, melakukan
pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian, tentang kerangka kerja
konseptual, dan pada saat menentukan cara pengumpulan data yang akan
digunakan, dan jenis data ini sudah terarah dan ditentukan oleh beragam
pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah dalam penelitiannya
(Sutopo, 2006, hlm. 114).
Untuk memudahkan dalam menyusun laporan penelitian, maka peneliti
menggunakan koding data terhadap hasil penelitian. Menurut Moleong
(2007, hlm. 288) koding berarti memberikan kode pada setiap satuan, agar
tetap dapat ditemukan data satuannya yang berasal dari sumber mana.
Koding digunakan terhadap data yang telah diperoleh, yakni koding
untuk sumber data (wawancara: W, Observasi: O, Dokumentasi: D).
Koding untuk jenis responden (kepala sekolah: KS, guru kelas: GK, siswa:
S). Untuk lokasi observasi (ruang kelas: RK, ruang kepala sekolah: RKS).
Selanjutnya kategorisasi dalam penelitian ini didasarkan pada
istilah-istilah pengumpulan data di lapangan serta setelah semua data terkumpul.
Kategorisasi dalam penelitian ini yakni perencanaan pendidikan (PP),
proses pelaksanaan (PL), pelaksanaan evaluasi (PE).
2. Data Display (penyajian data)
Langkah selanjutnya dalam menganalisis data ialah mendisplaykan
data. Menurut Sutopo (2006, hlm. 114) penyajian data merupakan suatu
rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi untuk
selanjutnya dapat dilakukan penyimpulan penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan
bentuk uraian singkat. Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif ialah
70
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono,
2012, hlm. 249).
Kegiatan penyajian data ini sangat penting dan menentukan untuk
langkah selanjutnya yakni penarikan kesimpulan/verifikasi karena dapat
memudahkan usaha pemaparan serta penegasan kesimpulan (conclution
drawing and verification) (Suharsaputra, 2012, hlm. 219).
3. Conclusion Drawing/Verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi)
Langkah terakhir dalam menganalisis data ialah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun jika
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid serta konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2012, hlm. 252).
Simpulan perlu diverifikasi agar benar-benar bisa
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan verifikasi
yang merupakan kegiatan pengulangan untuk tujuan pemantapan,
penelusuran data dengan cepat (dengan melihat catatan lapangan kembali
pada saat menulis sajian data). Verifikasi juga dapat dilakukan dengan
lebih mengembangkan ketelitian, misalnya dengan berdiskusi. Pada
dasarnya makna data harus diuji validitasnya agar simpulan penelitian
menjadi lebih kuat dan dipercaya (Sutopo, 2006, hlm. 116).
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan yang baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih kurang jelas sehingga
setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan rumusan masalah yang
tercantum di BAB I, yaitu perencanaan pembelajaran pendidikan agama
Islam, pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dan evaluasi
pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunagrahita di SMPLB-C
Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014.
Dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran PAI di SMPLB-C
Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung sudah baik. Perencanaan yang ada
diantaranya program tahunan, program semester, silabus, RPP serta CPPH
(catatan pembelajaran harian) yang dibuat oleh guru. Serta adanya asesmen
mengenai kemampuan akademik dan non akademik bagi siswa untuk
penyesuaian pelayanan pendidikan berdasarkan karakteristik dan
kebutuhannya.
Pelaksanaan pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes
Kota Bandung sudah cukup baik. Pembelajaran PAI di SMPLB-C
Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung lebih ditekankan pada aspek akhlak.
Pelaksanaan pembelajaran PAI tidak selalu mengacu kepada kurikulum
nasional, namun kurikulum tersebutlah yang harus menyesuaikan dengan
karakter dan kebutuhan setiap siswa tunagrahita. Proses pembelajaran siswa
tunagrahita berlangsung secara individual, artinya guru berperan untuk
memberikan layanan pendidikan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
setiap siswa yang berbeda-beda.
Evaluasi pembelajaran PAI di SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota
Bandung mengacu kepada tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Evaluasi pembelajaran bagi siswa tunagrahita disusun
berdasarkan karakteristik serta kebutuhan setiap siswa. Di SMPLB-C
Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ada dua tingkat ketunagrahitaan yakni
C (ringan) dan C1 (sedang), maka evaluasinya kembali disesuaikan dengan
112
B. Rekomendasi
1. Untuk Pembuat Kebijakan
a. Hasil penelitian tentang pembelajaran pendidikan agama Islam di
SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung ini dianjurkan
untuk dikembangkan lagi, agar dapat meningkatkan sumber daya
manusia yang berkecimplung di dunia SMPLB-C (tunagrahita) agar
dapat melaksanakan pelayanan pendidikan yang lebih baik lagi
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi perhatian bagi pemerintah agar
sistem pendidikan bagi tunagrahita lebih diperbaiki lagi, sehingga
siswa tunagrahita mendapatkan pendidikan yang bermakna sesuai
dengan karakteristik dan kebutuhannya.
2. Sekolah yang Bersangkutan (SMPLB-C Muhammadiyah Cipedes Kota Bandung)
a. Mempertahankan serta mengembangkan lagi pembelajaran yang ada
sehingga pelayanan pendidikan menjadi tepat sasaran, sesuai porsi dan
kebutuhan siswa tunagrahita
b. Bagi guru senantiasa berdedikasi tinggi, penuh keuletan dan kesabaran
dalam memberikan pendidikan terhadap siswa tunagrahita hingga
menghasilkan lulusan yang diharapkan.
c. Bagi guru pendidikan luar biasa agar memperdalam dan
mengembangkan keilmuan PAI untuk siswa tunagrahita
3. Bagi Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam (Prodi IPAI)
a. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi, serta sumbangan
pemikiran mengenai pembelajaran pendidikan agama Islam untuk
siswa tunagrahita. Sehingga lulusan Prodi IPAI dapat menerapkan
metode serta strategi pembelajaran PAI untuk siswa tunagrahita suatu
saat nanti.
b. Mengembangkan pendidikan khusus secara Islami
DAFTAR PUSTAKA
_____. (2005). Al-Qur`ān dan Terjemahnya: Al-Jumānatul `Alī (Seuntai Mutiara yang Maha Luhur). (Departemen Agama RI, Penerj.) Bandung: CV Penerbit
J-Art.
Abbas. (2014, Mei 19). Adaptasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Dipetik Mei 22, 2014, dari http://adaptasiabk.blogspot.com/2013/09/metode-pembelajaran-anak-tunagrahita.html.
Abdulllah, M. (2014). Model Pembelajaran Agama Islam untuk Meningkatkan
Pengetahuan dan Pengamalan Agama bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa. Disertasi pada Prodi Ilmu Pendidikan Islam Program
Pasca Sarjana UIN Bandung: Tidak diterbitkan.
Aini, E. S. (2012). Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islām Bagi
Siswa Penyandang Tunagrahita di SMPLB-C SLB Pembina Tingkat Nasional Malang. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang: Tidak diterbitkan.
Al-Syaibany, O. M.-T. (tanpa tahun). Filsafat Pendidikan Islam. (H. Langgulung, Penerj.) Jakarta: Bulan Bintang.
Alwasilah, C. (2012). Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan
Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya.
Amin, M., & Dwidjosumarto, A. (1979). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: PT. New Aqua Press.
Amrullah, F. (2012). Buku Pintar Bahasa Tubuh untuk Guru. Jogjakarta: Diva Press.
Arifin. (2008). Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Tinjauan Interdisipliner. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
______. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (ke-6 ed.). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
114
Assegaf, A. R. (2011). Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma baru pendidikan
hadhari berbasis integratif-interkonektif. Jakarta: Rajawali pers.
Assjari, M. (2005). Program Pembelajaran Individual. -: Departemen Pendidikan Nasional.
Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.
Daradjat, Z. (2008). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting
Pendidikan Inklusi). Bandung: PT Refika Aditama.
______. (2012). Pembelajaran Anak Tunagrahita: Suatu Pengantar dalam
Pendidikan Inklusi. Bandung: PT Refika Aditama.
Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Direktorat Pembinaan Sekolah Luar
Biasa (Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus). Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
______. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Ke-4 ed.). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
______. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah
Pertama Luar Biasa Tunagrahita Ringan (SMPLB-C). -: Departemen
Pendidikan Nasional.
Efendi, M. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hidayah, S. N. (2011). Pendidikan Agama Pada Anak Tunagrahita (Studi
Terhadap Sistem Pembelajaran PAI di SLB A,B,C,D Muhammadiyah Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2011). Skripsi pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga: Tidak diterbitkan.
Jalaluddin. (2011). Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Pers.
Kemis, & Rosnawati, A. (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Tunagrahita. Jakarta: PT. Luxima Metro Media.
Kosasih, E. (Penyunt.). (2012). Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan
Khusus. Bandung: Yrama Widya.
Majid, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Majid, A., & Andayani, D. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: PT Remaja
115
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2008). Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengenai Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa dan Tunalaras. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Moleong, L. J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
______. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muchsin, B. dkk. (2010). Pendidikan Islam Humanistik: Alternatif Pendidikan
Pembebasan Anak. Bandung: PT Refika Aditama.
Muchsin, B., Sulthon, M., & Wahid, A. (2010). Pendidikan Islam Humanistik:
Alternatif Pendidikan Pembebasan Anak. Bandung: PT Refika Aditama.
Mudyaharjo, R. (2012). Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang
Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: Rajawali Pers.
Muhaimin, & Suti'ah. (2004). Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mujib, A., & Mudzakir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islam . Jakarta: Kencana.
Mulyasa. (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan
Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasih, A. M., & Kholidah, L. N. (2009). Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika Aditama.
Nasution. (2009). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.
Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nizar, R. d. (2010). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan Luar Biasa. (1991). Peraturan
Pemerintah RI nomor 72 tahun 1991 tentang pendidikan luar biasa. Jakarta: