• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PADA PEMETAAN ZONASI KERENTANAN BANJIR DI KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PADA PEMETAAN ZONASI KERENTANAN BANJIR DI KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETAAN ZONASI KERENTANAN BANJIR DI KECAMATAN

BANJARAN KABUPATEN BANDUNG DENGAN SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS

SKRIPSI

Dianjukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh :

ADJIE DEWO BHAYANGKARA

0806763

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PADA PEMETAAN ZONASI KERENTANAN BANJIR DI KECAMATAN BANJARAN

KABUPATEN BANDUNG

Oleh:

Adjie Dewo Bhayangkara

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial

© Adjie Dewo Bhayangkara 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PADA PEMETAAN ZONASI KERENTANAN BANJIR DI KECAMATAN BANJARAN

KABUPATEN BANDUNG

Adjie Dewo Bhayangkara

0806763

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Drs. H. Dede Sugandi, M.Si

NIP. 19580526 198603 1 010

Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2 001

Pembimbing II

(4)

Skipsi ini diujikan pada tanggal 31 Januari 2013

Panitia ujian sidang terdiri atass :

Ketua : Dekan FPIPS UPI

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 002

Sekertaris : Ketua Jurusan Pendidikan Geografi

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd

NIP. 19620 304 198704 2 001

Penguji : 1. Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd

NIP. 19620512 198703 1 002

: 2. Drs. Asep Mulyadi, M.Pd

NIP . 19620902 199001 1 001

(5)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PADA PEMETAAN ZONASI KERENTANAN BANJIR DI KECAMATAN BANJARAN KABUPATEN BANDUNG

Oleh: Adjie Dewo Bhayangkara NIM.0806763

ABSTRAK

Banjir akhir-akhir ini merupakan bencana yang melanda indonesia. Banjir adalah salah satu dampak dari penurunan kualitas lingkungan akibat dari pertumbuhan dan pembangunan yang pesat tanpa berwawasan lingkungan. Untuk meminimalisir dampak dari banjir diperlukan pemetaan kerentanan banjir beserta jalur evakuasinya. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung, karena kondisi banjir dari tahun ke tahun semakin meluas.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengklasifikasikan daerah kerentanan banjir beserta jalur evakuasinya. Dengan ini diharapkan pemerintah dan stake holder yang berwenang dapat melakukan perencanaan ulang terhadap kawasan banjir untuk meminimalisir korban.

Metode yang digunakan adalah metode Sistem Informasi Geografis (SIG), yang dibagi kedalam tiga tahap proses yaitu, (1) pemasukan data, (2) pengolahan data, dan (3) proses analisis. Data yang digunakan adalah Peta Rupa Bumi Idonesia, Curah hujan, Peta tanah, yang dianalisis menggunakan software Map Info dengan analisis overlay, buffer, dan 3D untuk mengetahui daerah rentan banjir. Variabel bebas dalam penelitian ini kemiringan lereng, bentuk lahan, curah hujan, tekstur tanah, penggunaan lahan, buffer sungai, dan variabel terikat kerentanan banjir di Kecamatan Banjaran.

Berdasarkan hasil analisis dengan SIG maka terdapat empat klasifikasi banjir di Kecamatan Banjaran, yaitu tidak rentan agak rentan, rentan, dan sangat rentan. Secara umum bagian agak rentan terdapat di bagian tengah Kecamatan Banjaran, rentan terdapat di bagian sebagan di tengah dan utara, sangat rentan terdapat di utara, dan tidak rentan terdapat di bagian selatan dan barat Kecamatan Banjaran.

Jalur evakuasi banjir di Banjaran terbagi ke dalam empat jalur. Bagi Desa Tarajusari, dan Desa Banjaran jalur evakuasi di arahkan menuju jalur empat ke arah tengah Banjaran dengan melalui jalan lokal ke arah selatan yang berakhir dan berkumpul di pemukiman wilayah administrasi Desa Banjaran Wetan dengan jarak berkisar 500 meter. Untuk Desa Tanjungsari, kamasan, Kiangroke diarahkan juga kepada jalur tiga, menuju bagian tengah melalui jalan lokal dan arteri ke arah selatan, kemudian berkumpul di tanah kosong wilayah administrasi Desa Neglasari yang berjarak berkisar 700 meter, sedangkan Desa Cangkuang dan Ciluncat diarahkan menuju jalur dua ke arah bagian barat Kecamatan Banjaran, mengikuti Jalan lokal ke arah selatan yang berakhir dan berkumpul di pemukiman Desa Nagrag dengan jarak berkisar 250 meter, dan Desa Pananjung di arahkan kepada jalur satu menuju jalan lokal ke arah selatan dan berakhir di pemukiman Desa Pananjung bagian tengah dengan jarak berkisar 100 meter.

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR HAK CIPTA ... ii

LEMBAR PENGUJI ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, ... 8

A. Banjir... 8

(7)

b. Resiko Banjir ... 9

B. Aplikasi SIG Untuk Banjir... 10

C. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

A. Metode Penelitian ... 14

B. Alat dan Bahan ... 16

C. Populasi dan Sample ... 17

D. Variabel Penelitian ... 16

E. Teknik Pengumpulan Data ... 18

F. Teknik Analisis Data... 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Lokasi Penelitian ... 35

B. Hasil... 37

1. Kondisi fisik Daerah Penelitian ... 37

a. Iklim dan Curah Hujan ... 37

2. Geomorfologi ... 40

a. Topografi ... 40

b. Bentuk Lahan ... 43

c. Tekstur Tanah ... 45

d. Sungai... 48

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 50

(8)

b. Kependudukan ... 54

C. Pembahasan... 55

a. Curah Hujan ... 55

b. Topografi dan Bentuk Lahan ... 56

c. Tekstur Tanah ... 57

d, Sungai ... 57

e. Penggunaan Lahan ... 58

f. Kependudukan ... 59

D. Pemetaan Daerah Rawan Banjir ... 59

E. Jalur Evakuasi ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Rekomendasi ... 65

DAFTAR PUSTAKA ...

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3. 1 Variabel Penelitian ... 18

3. 2 Skor kemiringan lereng ... 24

3. 3 Skor kelas bentuk lahan ... 25

3. 4 Skor kelas curah Hujan Bulanan ... 26

3. 5 Skor tekstur tanah ... 27

3. 6 Skor Penggunaan Lahan ... 27

3. 7 Skor Buffer Sungai ... 28

3.8 Bobot Parameter Penyebab Banjir ... 28

3.9 Nilai tingkat kerentanan banjir ... 30

4. 1 Curah hujan Curah Hujan kecamatan Banjaran ... 37

4. 2 Perhitungan Curah Hujan ... 38

4. 3 Perhitungan Kelas Kemiringan Lereng ... 41

4. 4 Perhitungan Kelas Bentuk Lahan... 43

4. 5 Perhitungan Kelas Tekstur Tanah ... 46

4. 6 Lahan non Pertanian ... 50

(10)

4. 8 Pertanian Sawah ... 51

4. 9 Perhitungan Kelas Penggunaan Lahan... 52

4. 10 Penduduk Kecamatan Banjaran ... 54

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

3. 1 Tampilan 3D Kecamatan Banjaran ... 22

3. 2 Analisis Banjir Terdahulu ... 31

3. 3 Alur Penelitian ... 34

4. 1 Peta Administrasi Kecamatan Banjaran ... 36

4. 2 Peta Curah Hujan Kecamatan Banjaran ... 39

4. 3 Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Banjaran ... 42

4. 4 Peta Bentuk Lahan Kecamatan Banjaran ... 44

4.5 Peta Tekstur Tanah Kecamatan Banjaran... 47

4.6 Peta Buffer Sungai Kecamatan Banjaran... 49

4.7 Peta Penggunaan Lahan banjir Kecamatan Banjaran... 53

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kajian bencana mewarnai penelitian geografi sejak tsunami Aceh 2004. Sejak itu, terjadi booming penelitian geografi, baik terkait bencana gempabumi, banjir, kekeringan, longsor, kebakaran hutan, badai siklon, dan sebagainya (Hartono, 2010:2).

(13)

Seiring perkembangan ilmu dan teknologi, perkembangan aplikasi sistem informasi geografis (SIG) berjalan semakin pesat. Aplikasi ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai sektor, diantaranya sektor lingkungan hidup, pertanian, pendidikan, telekomunikasi, pertanahan, pertahanan dan keamanan, keruangan, tenaga kerja dan lainya. Hal ini di dorong dengan beberapa kemudahan diantaranya mudah dalam pengolahan, pengumpulan dan penyimpanan data hemat dan ringkas, mudah diubah jika ada perubahan, relatif lebih murah, dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.

Salah satu peranan Sistem Informasi Geografis yang erat kaitannya dengan lingkungan yaitu analisis mengenai daerah rentan banjir . Banjir sangat perlu mendapatkan perhatian khusus, sebab banjir dapat menimbulkan korban, baik korban jiwa maupun materi dengan jumlah yang tidak sedikit. Bencana banjir dewasa ini sering melanda indonesia di musim hujan termasuk di Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.

Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah Kecamatan Banjaran kabupaten Bandung. Banjaran adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kecamatan Banjaran seluruhnya mencapai 25.935,92 ha, dengan penggunaan untuk tanah pertanian, pesawahan, kehutanan, pemukiman, fasilitas umum, dan lain sebagainya, dengan tipe iklim B1, suhu rata-rata 18oC-29 oC, dan curah hujan 1450 mm/tahun. Kecamatan Banjaran merupakan daerah yang memiliki geomorfologi berupa satuan pematang homoklin dan perbukitan yang terdiri dari tiga bentukan lahan yaitu datar sampai berombak, berombak sampai berbukit, dan berbukit sampai bergunung. Selain itu secara hidrologi kecamatan Banjaran dilalui oleh Ci Sangkuy, yang merupakan anak Ci Tarum (Monografi Kecamatan Banjaran, 2010).

(14)

bencana banjir yang menyebabkan kerugian jiwa dan materi dalam jumlah besar (BPBD,2010:25). Luapan air bah di sepanjang DA Ci tarum yang berdampak meluapnya air di Sub aliran Ci Sangkuy telah mengakibatkan banjaran terjadi banjir terbesar pada akhir tahun 2010. Hal tersebut berkaitan dengan masih banyaknya tanggul tanah dari sungai maupuun saluran drainase yang belum diperkuat dan pola pemukiman penduduk yang tidak teratur, sehingga terjadilah tingkat sedimentasi yang tinggi yang berdampak pada pendangkalan sungai dan mengakibatkan debit air meningkat kemudian banjir. (SDAPE, 2010:4).

Cakupan wilayah yang sering terjadi banjir di Kecamatan Banjaran tidak hanya pada wilayah yang sering dilanda banjir, melainkan semakin meluas dari tahun ke tahun ke wilayah lainnya. Oleh karena itu Untuk mengurangi dampak penurunan kualitas lingkungan khususnya banjir, maka dibutuhkan suatu sistem ataupun aplikasi untuk pembuatan pemetaan zonasi kerentanan Banjir beserta jalur evakuasinya .

Dalam penelitian ini dipandang perlu pemetaan daerah rentan banjir beserta penanggulangannya, yaitu dengan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dalam hal ini pembuatan peta zonasi rentan banjir, beserta jalur evakuasi banjir di kecamatan Banjaran. Dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografi (SIG) out put dari hasil analisisnya bukan hanya terbatas dalam hal memetakan saja melainkan kita dapat menginterpretasikan data tersebut baik dalam bentuk peta, tabel, grafik, dan laporan, sehingga informasi yang dihasilkan menjadi lebih luas (Somantri,:2008:87). Dengan tersedianya peta zonasi daerah rentan banjir beserta jalur evakuasinya diharapkan akan meminimalisisir dampak negatif dari bencana banjir. Maka dari permasalahan di atas Penulis mengangkat judul “Aplikasi Sistem Informasi Geografis Pada Pemetaan Zonasi Kerentanan Banjir di Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung”.

(15)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan, penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah zonasi daerah rentan banjir di Kecamatan Banjaran, menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)?

2. Bagaimana jalur evakusi di wilayah rentan banjir di kecamatan Banjaran, dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengklasifikasikan daerah rentan banjir di Kecamatan Banjaran beserta penangananya dengan menggunakan sistem informasi Geografis.

2. Memetakan daerah jalur evakuasi di daerah rentan banjir di Kecamatan Banjaran.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pengayaan dalam hal pengaplikasiaan Sistem Informasi Geografi (SIG) pada derah rentan bencana banjir

2. Bagi pihak lain yang berwenang, sebagai bahan masukan dalam hal perencanaan tata ruang.

3. Bagi peneliti lain, sebagai pembanding dan sumber data terkait dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografi daerah rentan banjir.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam

penelitian ini, dan memberikan pengertian antara penulis dan pembaca. Istilah penelitian akan diuraikan dengan penjelasan sebagai berikut.

(16)

Menurut barus dan Wiradisastra, Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial. Dalam SIG, data dipelihara dalam bentuk digital. Sistem ini merupakan suatu sistem komputer untuk menangkap, mengatur, mengintegrasi, memanipulasi, menganalisis dan menyajikan data yang bereferensi ke bumi (Barus,2005:11). Menurut Setiawan (2010:9-10) “SIG adalah suatu sistem yang dapat digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, menintergrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan

menampilkan data yang memiliki referensi ruang atau lokasi di permukaan bumi”

Sistem Informasi Geografis dalam penelitian ini adalah sistem komputer untuk membantu memetakan daerah yang memiliki kerentanan resiko banjir. Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam kerentanan banjir dapat menghasilkan peta zonasi kerentanan banjir dan evakuasi dari banjir dengan cara yang lebih mudah dan ringkas. Hasil dari sistem informasi geografis ini berupa peta klasifikasi kerentanan banjir di Kecamatan Banjaran beserta jalur evakuasinya.

2. Kerentanan Banjir

Kerentanan banjir (flood susceptibility) adalah tingkat kemudahan suatu daerah untuk terkena banjir (Dibyosaputro, 1984:85). Daerah yang sangat terpengaruh adanya banjir adalah darerah dengan relief datar dan landai seperti dataran aluvial, teras sungai erosional, teras marin, dan dataran nyaris. Berdasarkan pengertian diatas kerentanan banjir dalam penelitian ini adalah daerah yang memiliki tingkat kemungkinan terjadi banjir dalam waktu tertentu dan berpotensi merusak alam dan kerugian baik materi maupun jiwa.

3. Kerawanan Banjir

Kerawanan (vulnerability): tingkat atau derajad kehilangan atau kerugian (sebagai

(17)

4. Evakuasi

Evakuasi adalah usaha pemindahan korban dari lokasi kejadian yang berbahaya ke tempat yang memadai untuk diberi pertolngan atau untuk ditindak lanjuti dengan kondisi guna kelangsungan hidupnya (BNPB :2010:22). Dalam mengevakuasi korban harus memperhatikan situasi dan kondisi keadaan korban dan alam. Menurut BNPB ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jalur evakuasi banjir yaitu aman dari banjir, jarak yang tidak terlalu jauh, dan kemudahan akses yang ditempuh.

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Arikunto (2006:26) mengemukakan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data penelitiannya. Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model empiris yaitu model yang menjelaskan mengenai variabel yang diteliti dan diimplementasikan melalui model sistem informasi geografis berbasis komputer. Tujuan model empiris adalah untuk memprediksi atau memperkirakan bukan menjelaskan, selain itu juga menganalisis dan menginterpretasikan hasil-hasil pemrosesan program, menggunakan prosedur umum yang sama sehingga dapat kita gunakan untuk hasil di dunia nyata.(Iskandar muda,2009:19). Setelah data diperoleh kemudiaan data tersebut diproses dan dianalisis menggunakan software, Map Info dengan menggunakan analisis overlay, 3D, skoring, networking dan buffer.

(19)

zonasi rentan banjir di kecamatan Banjaran beserta jalur evakuasinya untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan banjir. Penelitian di kecamatan Banjaran ini menggunakan data sekunder dan menggunakan data lapangan. Tahapan dalam penelitian ini meliputi :

1. Pemilihan daerah penelitian

Penentuan daerah penelitian dimaksudkan untuk lebih mengetahui gambaran umum penelitian. Faktor-faktor yang mempengaruhi daerah penelitian adalah :

a. Kecamatan Banjaran adalah kecamatan yang rentan banjir, yang dari tahun ke tahun semakin meluas

b. Tersediannya data dan informasi mengenai gambaran umum kecamatan Banjaran

c. Belum adanya penelitian mengenai zonasi kerentanan banjir di Kecamatan Banjaran

2. Pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan dua macam data, data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data sekunder data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, penelitian lain, instansi-instansi terkait yang menunjang dalam penelitian.

a) Data Primer yaitu, data yang diperoleh dari hasil cek lapangan yang meliputi : kemiringan lahan, tekstur tanah,bentuk lahan dan penggunaan lahan. Data ini dimaksudkan untuk memeperkuat analisis kuantitatif dalam penelitian ini.

(20)

 Data Curah Hujan

 Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000 lembar Pakutandang, Soreang,

Pangalengan, Lebak sari  Peta Tanah lembar Banjaran

2. Cek lapangan

Cek lapangan dilakukan dengan cara melihat dan mengambil beberapa sample yang ada di lapangan sesuai dengan unit lahan untuk mengsingkronkan dengan data peta dan sebagai tambahan data yang kurang tersedia. Cek lapangan ini meliputi melihat dan mengukur derajat kemiringan lereng, merasakan tektur tanah, melihat kondisi penggunaan lahan, melihat morfologi dan kondisi DAS yang ada di kecamatan Banjaran. Cek lapangan juga bermanfaat untuk mengetahui kondisi lapangan yang sesungguhnya terkini.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Personal Computer Intel Core i3, memori 3 GB Hardisk 320 GB

- System operasi Window Seven Ultimate

- Software Map Info 8.5

- Arg GIS

- Printer Canon untuk print out atau mencetak hasil laporan

- Kamera Digital

(21)

2. Bahan

Bahan Yang digunakan dalam Penilitian ini adalah sebagai berikut:

- Data curah hujan daerah pengamatan Kecamatan Banjaran - Peta Tanah cangkupan Kecamatan Banjaran

- Peta Rupa Bumi Indonesia Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung C. Populasi dan Sample

1. Populasi

Menurut Sumaatmadja (1988: 112), populasi adalah keseluruhan gejala, individu, kasus, dan masalah yang diteliti, yang ada di daerah penelitian yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh wilayah di kecamatan Banjaran yang mempunyai Potensi ataupun kerentanan Banjir.

2. Sample

Menurut Nasution (2009:25) tiap penelitian memerlukan sejumlah orang yang harus kita selidiki. Secara ideal kita harus menyelidiki keseluruhan populasi. Bila populasi terlampau besar kita ambil sejumlah sampel yang representatif, yaitu yang mewakili keseluruhan populasi itu.

Sampel dari penelitian ini yaitu sampel wilayah Yang berpotensi terjadi banjir di Kecamatan Banjaran. Sampel wilayah yang diambil meliputi semua unit lahan kecamatan Banjaran yang memiliki kerentanan banjir. Sample dan unit lahan yang diambil meliputi, kemiringan lereng, dan tekstur tanah.

D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2008 : 61) variabel adalah “suatu atribut atau sifat atau

(22)

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Adapun faktor yang berpengaruh terhadap penelitian kerentanan banjir ini seperti yang tersaji dalam tabel 3.3 diantaranya :

Tabel 3.1Variabel Penelitian

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi (documentary study). Studi dokumenter merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen - dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Teknik dokumentasi digunakan untuk mencari data-data terkait parameter penelitian dalam tema penelitian seperti laporan-laporan, peta, citra, dan berbagai data/fakta terkait tema.

(23)

dalam analisis SIG. Teknik observasi lapangan ini bertujuan untuk melengkapi data sehingga dapat lebih mudah dan akurat dalam menganalisis.

F. Teknik Analisis data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografis menggunakan metode tumpang susun (Overlay), skoring, penampakan 3D, network dan buffer. Metode tumpang susun yaitu menggabungkan antara dua atau lebih data peta atau grafis untuk dapat diperoleh data baru yang memiliki satuan pemetaan (unit pemetaan) gabungan dari beberapa data grafis tersebut. Jadi dalam proses tumpang susun akan diperoleh satuan pemetaan baru (unit baru). Kemudian dilakukan analisis 3D untuk mengetahui bentuk lahan (geomorfologi), lalu melakukan analisis perhitungan skoring wilayah zonasi kerentanan banjir dan buffer sungai dengan memberikan region batasan wilayah bahaya di sekitas sempadan sungai sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Namun sebagai acuan Peneliti Membuat peta banjir sebelumnya yang didasarkan dari media dan warga yang memberitakan. Peta ini bertujuan untuk melengkapi penelitian sehingga dapat mengetahui cangkupan banjir terdahulu, sehingga dapat memperkirakan kemana arahan banjir akan meluas. Peneliti membuat peta banjir berdasarkan analisis ketinggian tempat yang memiliki banjir terdalam dengan mengasumsikan daerah yang memiliki ketinggian lebih rendah terkena banjir.

1. Analisis Peta

a . Pembuatan Peta kelas Kemiringan Lereng

(24)

beberapa tahapan. Tahapan pertama pembuatan garis grid melalui sofware Map Info 8.5, kemudian menganalisis garis kontur yang berpotongan dengan garis

diagonal. Perhitungan kelas kemiringan lereng dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

KL = Kelas Kemiringan Lereng

n = Jumlah Kontur yang terdapat dalam satu grid C1 = Kontur Interval

a = Diagonal

b. Pembuatan Buffer Sungai

Peta Buffer sungai dibuat berdasarkan zona buffer yang dihasilkan dari

Peraturan menteri pekerjaan umum pasal 7 (3) tahun 1993 yang berbunyi “ Garis

sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar ditetapkan sekurang- kurangnya 100 (seratus) meter, sedangkan pada sungai kecil sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter. Dihitung dari tepi sungai padda waktu

ditetapkan”.

(25)

c. Pembuatan Peta Tekstur Tanah

Peta tekstur tanah dibuat berdasarkan sumber peta tanah, batuan induk, dan jenis tanah yang terdapat di kecamatan Banjaran. Kemudian dikembangkan oleh peneliti kedalam tekstur tanah sesuai dengan kriteria jenis dan batuan induk di kecamatan Banjaran yang diperkuat oleh cek lapangan oleh peneliti.

d. Pembuatan Peta Curah Hujan

dalam pembuatan peta curah hujan peneliti mengmbil data dari stasiun pengamatan hujan kemidian menggunakan metode Poligon Thiessen untuk memudahkan dalam pembuatan peta curah hujan. Poligon ini merupakan pendekatan terhadap informasi titik yang diperluas (titik menjadi poligon) dengan asumsi bahwa informasi yang terbaik untuk suatu lokasi yang tanpa pengamatan adalah informasi yang terdapat pada titik terdekat dimana hasil pengamatannya diketahui (Aronof,1989, Dalam Aris). Metode Thissen ditentukan dengan cara menghubungkan semua stasiun hujan yang berpengaruh kemudian dihubungkan dengan dengan garis sehingga membentuk segitiga, kemudian pada masing- masing segitiga ditarik garis sumbu tegak lurus, dan semua garis sumbu tersebut membentuk polygon, setelah itu luas daerah hujan yang dianggap mewakili oleh salah satu stasiun yang bersangkutan adalah daerah yang dibatasi oleh polygon tersebut.

e. Pembuatan Peta Bentuk Lahan

(26)

Dengan bantuan tampilan 3 dimensi kita dapat mengetahui daerah yang memiliki dataran tinggi, perbukitan, ataupun dataran rendah. Secara umum kecamatan banjaran memiliki beberapa bentuk lahan dan kemiringan lereng yang berbeda.

Berdasarkan tampilan 3 dimensi juga dapat terlihat cekungan di bagian utara kecamatan dan dataran tinggi di bagian barat dan selatan. Dengan menggabungkan semua informasi 3 dimensi, peta rupa bumi (konntur dan geomorfologi), daerah-daerah tertentu di deliniasi sehingga menjadi poligon khusus dan diberi skor. Seperti yang disajikan dalam gambar 3.1.

Gambar 3.1 Tampilan 3D Kecamatan Banjaran (Dilihat dari Utara-Selatan)

2. Analisis Keruangan

a. Buffer

(27)

pekerjaan umum tahun 1993. Buffer bertujuan untuk mengetahui kondisi sempadan sungai yang berpengaruh terhadap kerentanan banjir di suatu daerah.

b. Overlay

Analisis ini merupakan hasil penggabungan dari beberapa peta. Hasil overlay (tumpang susun) dari beberapa peta tersebut akan menghasilkan informasi

baru dalam bentuk luasan atau poligon yang terbentuk dari beberapa peta yang di tampalkan.

c. Klasifikasi

Digunakan untuk mengklasifikasikan data atribut menjadi data spasial baru dengan memakai kriteria tertentu. Klasifikasi ini digunakan untuk membatasi wilayah yang memiliki kerentanan banjir serta mempermudah dalam analisis berikutnya.

d. 3 Dimensi

analisis 3 dimensi merupakan penggambaran dari wilayah penelitian yaitu kecamatan banjaran secara 3 dimensi yang bersumber dari peta kontur daerah penelitian. Melalui proses analisis 3 dimensi ini bisa mengetahui topografi maupun morfologi daerah peneltian, yang dapat menunjang dan mempermudah untuk analisis berikutnya.

3. Pengskoran dan Pembobotan

(28)

proses dilakukan, kemudian dilanjutkan kedalam analisis tingkat kerentanan banjir.

Pengskoran dimaksudkan sebagai pemberian skor terhadap masing-masing kelas kedalam setiap parameter. Pemberian skor ini didasarkan pada pengaruh kelas tersebut terhadap banjir. Semakin tinggi pengaruhnya terhadap banjir maka, skor yang diberikan akan semakin tinggi, atau dengan kata lain semakin rentan terkena banjir.

a. Pengskoran Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng merupakan salah satu penunjang terjadinya banjir. Sesuai dengan salah satu sifat air, air akan mengalir ke tempat yang lebih rendah, semakin tinggi kemiringan lereng maka air yang diteruskan semakin tinggi. Air yang berada pada lereng yang tinggi akan diteruskan dengan cepat ke tempat yang mempunyai kemiringan lereng lebih rendah (landai). Sehingga kemungkinan terjadinya penggenangan air atau banjir pada derajat kemiringan yang rendah akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya bila derajat kemiringan lereng di suatu daerah tinggi (curam), kemungkinan terjadinya penggenangan air atau banjir akan semakin rendah. Berikut skor kemiringan lereng dalam tabel 3.2. sebagai berikut :

Table. 3 2 Skor Kemiringan Lereng

No Kelas Skor

6 Berbukit curam/terjal (>45%) 0

Sumber : Utomo (2004:31)

(29)

Bentuk lahan mempunyai pengaruh dalam terjadinya banjir. Topografi daerah yang memiliki bentuk lahan dataran banjir akan memiliki peluang kejadian banjir yang tinggi, sedangkan daerah yang memiliki bentuk lahan lereng volkan atas / lereng terjal memiliki peluang banjir yang jarang, bahkan tidak pernah. Bentuk lahan yang berbukit jarang mengalami banjir karena memiliki kemiringan yang relatif curam sehingga sebagian besar air hujan langsung mengalir menjadi aliran permukaan. Akan tetapi, aliran permukaan ini tidak menyebabkan banjir karena hanya mengalir ke daerah-daerah yang lebih rendah. Selain itu, sebagai kecil air hujan mengalami infiltrasi masuk kedalam tanah (Sumantri,: 2009:49). Berikut merupakan skor bentuk lahan seperti yang tersaji dalam tabel 3.3 sebagai berikut :

Table. 3.3 Skor Kelas Bentuk Lahan

No Kelas Skor

1 Dataran Banjir 90

2 Cekungan di Dataran Tinggi 70

3 Aliran Lava 50

4 Punggung Vulkan 35

5 Pesisir Pantai, Rawa 30

6 Punggung Plateau 20

7 Lereng Vokan Bawah, Perbukitan Volkan 10

8 Lereng Volkan Tengah 1

9 Lereng Volkan atas, Lereng Terjal 0

Sumber : Utomo (2004:32)

(30)

Daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi akan lebih berpengaruh terhadap terjadinya banjir. Berdasarkan hal tersebut maka pemberian skor curah hujan, semakin tinggi curah hujan, maka semakin tinggi skornya dan peluang terjadinya banjir. Peneliti mengambil curah hujan bulanan dengan curah hujan tertinggi di 9 tahun terakhir. Berikut merupakan skor untuk untuk curah hujan bulanan yang tersaji dalam tabel 3.4

Tabel. 3.4 Skor kelas curah Hujan Bulanan

No Kelas Skor

(31)

Tabel. 3.5 Skor tekstur tanah

Penggunaan lahan akan mempengaruhi kerentanan banjir di suatu daerah penggunaan lahan akan berpengaruh terhadap air limpasan (run off) yang telah melebihi titik jenuh tanah. Daerah yang banyak ditumbuhi pepohonan akan sulit mengalirkan air limpasan. Hal ini disebabkan karena besarnya resapan air oleh pepohonan dan lambatnya limpasan air karena terhalang oleh akar dan batang pohon. Sehingga kemungkinan banjir lebih kecil dibandingkan dengan daerah yang jarang terdapat pepohonan. Berikut merupakan skor untuk penggunaan lahan seperti yang tersaji dalam tabel 3.6 sebagai berikut :

Tabel. 3.6 Skor Penggunaan Lahan

No Penggunaan Lahan Skor

1 Sawah, Tanah terbuka 90

2 Pertanian Lahan Kering, Permukiman 70

3 Semak, Belukar, Alang-alang 50

4 Perkebunan 30

5 Hutan 10

6 Awan dan Bayangan Awan 10

Sumber : Utomo (2004:31)

f. Pengskoran Buffer Sungai

(32)

wilayah dengan sungai, maka peluang untuk terjadinya banjir semakin tinggi, ini di karenakan bila air sungai meluap penggunaan lahan yang berada tepat di pinggir sungai akan tergenang atau banjir terlebih dahulu. Maka dari itu, pemberian skor akan semakin tinggi bila semakin dekat jaraknya dengan sungai. Seperti yang tersaji dalam tabel 3.7 sebagai berikut:

Tabel. 3.7 Skor Buffer Sungai

Pembobotan adalah pemberian bobot pada peta digital terhadap masing-masing parameter yang berpengaruh terhadap banjir, dengan didasarkan atas pertimbangan masing-masing parameter terhadap kejadian banjir. Makin besar pengaruh parameter tersebut maka bobot yang berikan semakin besar pula. Berikut merupakan tabel pembobotan yang tersaji dalam tabel 3.8.

Tabel. 3.8 Bobot Parameter Penyebab Banjir

No Parameter Bobot

(33)

penjumlahan skor seluruh parameter yang berpengaruh terhadap banjir. Nilai Kerentanan ditentukan dengan menggunakan rumus :

K = nilai kerentanan

Wi = Bobot untuk parameter ke i Xi = Skor kelas pada parameter ke i

Menurut Kingma (1991:34) penentuan tingkat kerentanan dilakukan dengan membagi sama banyak nilai-nilai kerentanan dengan jumlah interval kelas, yang ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

I = Lebar interval

R = Selisih skor maksimum dan skor minimum n = Jumlah kelas kerentanan banjir

(34)

Tabel 3.9 Nilai tingkat kerentanan banjir

No Tinkat Kerentanan Banjir Total Nilai

1 Sangat Rentan 67,5 – 90

2 Rentan 45 – 67,5

3 Agak Rentan 22,5 – 44

4 Tidak Rentan < 22,5

Sumber : Utomo (2004:34)

6. Analisis Daerah Banjir terdahulu

(35)
(36)

7. Tahapan-Tahapan Penelitian

Tahap sebuah penelitian sangat penting untuk melihat proses penelitian. Adapun langkah penelitian yang dilakukan mengenai pemetaan atau zonasi daerah rentan bencana banjir di kecamatan banjaran adalah :

1. Input Data

Pembentukan format data keruangan (spasial) yaitu dijitisasi peta digital, kemudian memasukan data – data tambahan yang bersumber dari lembaga yang berhubungan dengan penelitian. Setelah data terkumpul kemudian semua data dimasukan kedalam software map info yang kemudian dianalisis menggunakan analisis sistem informasi geografis.

a. Data lapangan

Data lapangan adalah data yang diperoleh secara langsung melalui hasil pengamatan di lapangan, karena data ini tidak terekam dengan alat penginderaan jauh. Misalnya, batas administrasi, curah hujan, jenis tanah dan kemiringan lahan. Data dilapangan dibutuhkan untuk mengsinkronkan data yang di dapat dengan data lapangan terkini.

b. Data peta

Data peta adalah data yang digunakan sebagai masukan dalam SIG yang diperoleh dari peta, kemudian diubah ke dalam bentuk digital. Setelah data di dapat kemudian data di olah menggunakan analisis sistem informasi geografis. Data yang telah dianalisis akan menghasilkan berupa informasi baru.

c. Penyiapan data

(37)

2. Pengolahan Data

a. Pemasukan Data-Data Atribut

Dalam tahapan awal pemasukan data setelah mendapat data peta adalah pemasukan data atribut. Data atribut berfungsi untuk membantu atau menunjang dalam penelitian, yang bersumber dari data di lapangan dan data dari lembaga – lembaga yang berkaitan. Bentuk data masukan atribut SIG berupa spasial/non-spasial, vektor/raster, tabular alfanumerik. Data atribut yang digunakan kedalam penelitian ini adalah data ketinggian tempat, nama sungai, nama jalan.

b. Pemasukan, Pembobotan, dan Skoring Data

Salah satu tahapan dalam sistem informasi geografis (SIG) adalah pemasukan (input), dan analisis data. Pemasukan dalam penelitian ini bersumber dari data lapangan dan lembaga terkait yang dimasukan kedalam bentuk data spasial dengan proses digitasi, kemudian dilakukan analisis, dalam penelitian ini penulis memakai analisis data dengan cara melakukan overlay peta, pembobotan dan skoring, 3D, dan buffering yang disesuaikan dengan data

(38)
(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis, dengan menggunakan variabel kemiringan lereng, Bentuk lahan, curah hujan, tekstur tanah, dan penggunaan lahan zonasi kerentanan banjir di Kecamatan Banjaran terbagi kedalam empat klasifikasi yaitu tidak tidak rentan, agak rentan, rentan, dan sangat rentan. Daerah yang memiliki klasifikasi tidak rentan tidak terdapat di sebelah barat dan selatan Banjaran, di Desa Jatisari bagian selatan, Nagrag bagian selatan,Pananjung bagian selatan, dan bandasari bagian selatan, kasifikasi agak rentan terdapat di bagian tengah Desa Pananjung, Bandasari, Nagrag, Jatisari, Neglasari, Sindang Panon, Ciapus, Banjaran Wetan, dan Mekarjaya. Klasifikasi rentan terdapat di bagian utara Desa Banjaran Wetan, Ciapus, Margahurip, dan Bandasari. Klasifikasi sangat rentan tersebar di Desa Ciluncat, Cangkuang, Tanjungsari, Kiangroke, Banjaran, Kamasan, dan Tarajusari.

(40)

dengan jarak berkisar 250 meter, dan Desa Pananjung di arahkan kepada jalur satu menuju jalan lokal ke arah selatan dan berakhir di pemukiman Desa Pananjung bagian tengah dengan jarak berkisar 100 meter.

B. Rekomendasi

1. Pemerintah dan stake holder terkait, menyususn kembali rencana pembangunan di daerah yang memiliki kerentanan banjir sangat rentan, rentan dan agak rentan di Kecamatan Banjaran, sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga dapat meminimalisir banjir beserta dampaknya.

2. Pemerintah dan stake holder terkait, melakukan pengetatan dalam mendirikan bangunan di sempadan sungai, serta memberikan penyuluhan kepada warga untuk menjaga lingkungan beserta mitigasi bencana khususnya banjir.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rinaka Cipta

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung (BPBD). 2010. Kerentanan Bencana Kabupaten Bandung. Kantor BPBD Kabupaten Bandung.

Barus, B. 2005. Kamus SIG ( Sistem Informasi Geografis ) dengan 128 diagram. Studio teknologi informasi spasial. Bogor.

Badan Pusat statisti (BPS) Kabupaten Bandung. 2010.

Dibyosaputro, P. 1984. Flood Susceptibility and Hazard Survey of The Kudus Prawata-Welahan Area, Central Java, Indonesia. Thesis. ITC. Enschede. The Neterherlands.

Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Mineral Kabupaten Bandung. 2010. Laporan Akhir: Perencanaan Normalisasi Saluran Sungai. No./Nama Paket: JP.2 Review Outline Plan and Ded Drainase Kota Banjaran dan Kecamatan Banjaran. PT. Genta Pertiwi Konsultan.

Edy,Prahasta, 2005. Sistem Informasi Geografis. Edisi Revisi, cetakan kedua. Bandung. C.V.Informatika

Hartono, DEA, DESS. 2010.Orientasi Penelitian Geografi dan Manfaatnya Dalam Pembangunan Nsional. Yogyakarta

Husein, Rahmad. 2009. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Tersedia di www.IlmuKomputer.com. (diakses pada tanggal 30 Maret 2011).

Monografi Kecamatan Banjaran. 2010.

Muda, Iskandar. 2009.Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Perumahan Menggunakan Sisitem Informasi Geografis di Kabupaten Garut. Jurnal Geografi GEA, Vol 9 No 2, Oktober 2009. Bandung : UPI

Kabupaten Bandung Dalam Angka .2009.

Kingma,N.C. 1991. Natural Hazard : Geomorfologikal aspect of Floodhazard. ITC, The Nederlands.

Kodatie, R. J dan Sugiyanto. 2002. Banjir Beberapa Penyebab dan Metode Pengendalianya Dalam Perspektif Lingkungan. Pustaka Relajar. Yogyakarta.

Kustiyanto, Eko.200F4.Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Banjir. Yogyakarta. Buana Nusantara.

(42)

Nurjanah, I. 2005. Zonasi Tingkat Kerawanan Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh di Kab. Tangerang, Banten.Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Pawitan, H. Memahami Banjir dan Tanah Longsor ; Bencana Alam Atau Bukan ???. Artikel. Atmosfer. 2006.

Pemerintah Kecamatan Banjaran, Monografi Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 63 tahun 1993 Pasal 7 (3)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 63 tahun 1993 Pasal 12 (b)

Primayuda, Aris. 2006.Pemanfaatan Daerah Rawan dan Resiko Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika.

Setiawan, Iwan. 2010. Dasar-Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung : Buana Nusantara Press.

Somantri, Lili. 2008. Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh untuk

Mengidentifikasi Kerentanan dsn Resiko Banjir. Jurnal Geografi GEA, Volume. 8, No. 2, Oktober 2008. Bandung: UPI.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi Sebagai Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni.

Sumampow, Nathanael. 2007. Karakteristik Kepribadian dan Persepsi Risiko Banjir. jakarta : Informatika

UPTD Sub DAS Cisangkuy. 2010.

Gambar

Tabel
Gambar                                                                                                                 Hal 3
gambaran umum penelitian. Faktor-faktor yang mempengaruhi daerah penelitian
Tabel 3.1Variabel Penelitian  Variabel Bebas Variabel terikat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya bersedia secara sukarela untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian dengan judul “Pengaruh Propolis.. Sebagai Obat Kumur

KEPADA PESERTA PELELANGAN YANG KEBERATAN, DIBERIKAN KESEMPATAN UNTUK MENYAMPAIKAN SANGGAHAN KHUSUSNYA MENGENAI KETENTUAN DAN PROSEDUR YANG TELAH DITENTUKAN DALAM

Pemanfaatan dana kapitasi porsi 40% untuk penunjang operasional lainnya sesuai dengan Permenkes 21 tahun 2016, sangat bervariasi tergantung jumlah dana kapitasi yang

menjalin hubungan kerja dengan klien 5.3 Menerapkan kode etik dalam.. menjalin hubungan kerja dengan

Perubahan harga atau eskalasi dilakukan berdasarkan volume pekerjaan sisa, komponen faktor harga dan indeks ekonomi bulanan pada bulan tersebut.. Data tersebut dapat diperoleh

dipakai secara efektif. • Lendutan akhir yang terjadi lebih kecil dibandingkan dengan beton bertulang. • Dapat dibuat konstruksi dengan bentangan yang panjang.. • Untuk bentang &gt;

[r]

Kadar Vitamin C Manisan Belimbing Wuluh Dengan / Tanpa Perlakuan Blanching Setelah Proses Pengeringan Dengan Metoda Solar Tunnel Drying (STD) dan Open Air Sun Drying