• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penjas dan kepelatihan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penjas dan kepelatihan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

commit to user

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Guru memberikan pelajaran terlebih dahulu sebelum memberikan

ujian. Tetapi

pengalaman itu guru yang eksentrik, karena

memberikan ujian terlebih dahulu baru kemudian memberikan

pelajaran

.

Guru penjas memberikan pelajaran terlebih dahulu sebelum memberikan ujian kompetensi penjas kepada para siswa. Tetapi pengalaman pembelajaran penjas itu guru yang eksentrik, karena memberikan ujian-ujian terlebih dahulu kepada siswa sebelum mengajarkannya tentang bagaimana belajar hidup dan kehidupan melalui ektivitas edukatif pendidikan jasmani kepada para siswa (Agus Kristiyanto - Penulis)

Pelatih olahraga memberikan beraneka variasi latihan terlebih dahulu sebelum memberikan ujian performasi kepada para atlet. Tetapi pengalaman kepelatihan olahraga itu pelatih yang eksentrik, karena memberikan ujian-ujian terlebih dahulu kepada seluruh atlet sebelum mengajarkannya tentang bagaimana mengoptimalkan prestasi kepada para atlet (Agus Kristiyanto - Penulis).

Buku ini dipersembahkan untuk:

(3)

commit to user

KATA PENGANTAR OLEH PROFESOR FURQON

Pengembangan penelitian bidang pendidikan jasmani dan kepelatihan

olahraga, selama ini masih selalu dihadapkan oleh permasalahan akut yang terjadi

pada tahap implementasi di lapangan. Permasalahan tersebut terkait dengan

dimensi proses penelitian dan pemanfaatan penelitian. Pada dimensi proses,

kalangan peneliti belum secara optimal mampu menerima tantangan untuk

mengembangkan strategi penelitian yang dapat menjadi solusi praktis. Pada

dimensi pemanfaatan, ada kesan bahwa penelitian sekadar menghasilkan

berbagai saran yang tidak secara otomatis dapat dimanfaatkan oleh para praktisi

Pendidikan Jasmani dan kepelatihan olahraga. Bahkan ada kecenderungan

peneliti dan praktisi berada dalam posisi masing-masing yang tidak bisa

berkomunikasi dan sharing secara ideal. Temuan peneliti digantung di langit

sementara praktisi hanya berdiri terpaku di permukaan bumi.

Dengan demikian, pengembangan penelitian bidang pendidikan jasmani

dan kepelatihan olahraga akan lebih mengarah pada pencarian alternatif penelitian

untuk mengatasi kedua hal yang dijelaskan di atas. Saya secara pribadi

memberikan apresiasi yang tinggi atas usaha Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk menulis buku yang

berjudul “ Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Pendidikan Jasmani dan

Kepelatihan Olahraga”. Buku ini merupakan buku yang dapat dijadikan referensi

tambahan bagi siapa saja, terutama bagi peneliti, guru pendidikan jasmani dan

para pelatih olahraga sebagai bagian dari usaha peningkatan profesionalisme.

Buku ini juga dapat digunakan oleh para calon guru pendidikan jasmani atau calon

pelatih olahraga yang ingin menyelesaikan tugas akhir studinya dengan

menggunkan jenis penelitian praktis, terutama PTK. Semoga buku ini bermanfaat.

Surakarta, September 2010

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

(4)

commit to user

iii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadlirat Allah SWT, atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-NYA, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penyusunan buku ini. Buku ini merupakan seri buku tentang penelitian praktis yang

sengaja ditulis untuk melengkapi buku-buku tentang Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) yang telah ada. Buku ini ditulis juga karena untuk memenuhi keinginan para

guru pendidikan jasmani dan para pelatih olahraga, serta para mahasiswa yang

terutama sedang studi di Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan /Fakultas

Ilmu Keolahragaan. Keunikan buku ini terkait dengan kekhususan substansi yang

dikaji, yakni menukik pada kajian tentang PTK dalam Pendidikan Jasmani dan

Kepelatihan Olahraga.

Penguasaan sendi –sendi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir-akhir ini

memang menjadi sebuah kebutuhan yang cukup mendasar bagi para guru

pendidikan jasmani, baik di jenjang SD, SMP, SMA, bahkan di jenjang Perguruan

Tinggi. Bagi para guru dan pelatih, PTK diperlukan dalam rangka pengembangan

keahlian sehubungan dengan tugas profesional. Guru dan pelatih melakukan PTK

profesional. Hal tersebut juga terjadi pada kalangan mahasiswa Prodi PJKR/ Prodi

Penkepor/ JPOK/ FIK, terutama untuk kepentingan tugas tambahan selama

Program Pengalaman Lapangan (PPL) dan penulisan tugas akhir atau skripsi. Jika

guru pendidikan jasmani dan pelatih olahraga melakukan PTK profesional, maka

para mahasiswa melakukan PTK akademik.

Animo komunitas penjas dan olahraga yang begitu besar tidak dibarengi

dengan ketersediaan referensi yang cukup memadai tentang PTK. Jika ada, maka

buku PTK tersebut tidak menukik secara khusus pada pendalaman bidang kajian

pendidikan jasmani dan kepelatihan olahraga. Pada sisi yang lain, kebanyakan

buku seri penelitian lebih memfokus pada substansi penelitian formal, seperti :

eksperimen, deskriptif, historis, ex post facto, dan lain-lain. Penelitian formal

tersebut bermanfaat karena membahas tentang prosedur-prosedur ilmiah untuk

(5)

commit to user

profesional, dalam kenyataannya sebagian guru dan pelatih terkendala untuk

mengembangkan penelitian-penelitian formal tersebut. Sangat logis, jika guru dan

pelatih “kurang tertarik” melakukan penelitian formal.

Kendala guru penjas dan pelatih olahraga untuk melakukan penelitian

formal terkait dengan ketidakcukupan waktu yang dimiliki serta kendala-kendala

teknis yang lain. Dalam penelitian formal, guru pendidikan jasmani dan pelatih

olahraga harus menyediakan waktu secara khusus. Bahkan harus memisahkan

antara tugas mengajar/ melatih dengan pelaksanaan tugas penelitian formal. Hasil

penelitian yang dilakukan juga belum tentu bermanfaat secara pragmatis dengan

tugas-tugas profesionalnya sebagai guru penjas dan pelatih olahraga. Oleh karena

itu, sebuah tuntutan yang logis jika guru penjas dan pelatih olahraga itu kemudian

mencoba mencari alternatif jenis-jenis penelitian lain yang lebih mudah dan

aplikatif. Dengan kata lain, guru perlu mengembangkan metode penelitian alternatif

yang bersifat sederhana dan praktis.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan solusi yang tepat untuk

mengatasi kendala-kendala pelaksanaan penelitian formal. PTK juga hadir untuk

memenuhi kebutuhan guru penjas dan pelatih olahraga akan metode penelitian

yang sederhana, lentur, dan untuk memecahkan masalah praktis. PTK jika

dilaksanakan secara serius oleh guru atau pelatih, maka akan menghasilkan

manfaat secara nyata, praktis, dan segera, karena PTK bersifat “ Langsung

Disini Sekarang”. Manfaat yang diperoleh bukan hanya akan dirasakan oleh

guru/ pelatih, tetapi juga oleh siswa/ atlet, sekolah/ klub olahraga.

Semoga buku ini dapat bermanfaat untuk membantu mewujudkan

keinginan-keinginan para guru penjas, para pelatih olahraga, peneliti penjas dan

olahraga, para mahasiswa penjas/ penkepor/ JPOK/ FIK, serta pihak-pihak lain

yang ingin membantu memajukan kinerja pembelajaran penjas dan proses

kepelatihan olahraga melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

(6)

commit to user

v

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL... i

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ii

KATA PENGANTAR... iii

A. Tantangan PTK di Kalangan Guru Pendidikan Jasmani ... 1

1. Booming Kesadaran Guru Pendidikan Jasmani untuk Ber-PTK ... 1

2. Membentuk Guru yang Pendidik- Pengajar- Peneliti (P3)... 2

3. PTK sebagai Solusi atas Kendala Guru Penjas dalam Meneliti ... 7

4. Guru Penjas Harus Memulai Suka Mencatat Kejadian Kecil ... 9

B. Tantangan PTK di Kalangan Pelatih Olahraga ... 11

1. Prestasi Lahir Karena Pelatih Bermitra dengan Atlet ... 11

2. Tiga Tantangan Besar untuk Pelatih Olahraga... 12

3. Penerapan PTK dalam Kepelatihan Olahraga ... 13

II PTK AKADEMIK VERSUS PTK PROFESIONAL ... 18

A. Pengembangan PTK di Kalangan Mahasiswa ... 18

B. PTK sebagai Prosedur atau Cara ... 19

C. PTK sebagai Substansi Akademik ... 20

1. Batasan PTK dalam Pendidikan Jasmani/ Kepelatihan Olahraga ... 21

2. Karakteristik PTK dalam Penjas dan Kepelatihan Olahraga ... 21

3. Tujuan Pelaksanaan PTK dalam Penjas dan Kepelatihan Olahraga . 22 D. PTK sebagai Penelitian Akademik ... ... 23

E. PTK sebagai Penelitian Profesional ... 24

III PTK DAN PEMECAHAN MASALAH PRAKTIS ... 28

A. Pendekatan Penelitian untuk Memecahkan Masalah Praktis ... 28

1. Quasi Eksperimen atau Eksperimen Semu ... 29

(7)

commit to user

3. Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research ... 32

B. Beberapa Definisi Konseptual PTK sebagai Penelitian Praktis ... 34

1. Definisi Stephen Kemmis ... 34

2. Definisi Mc Niff ... 34

3. Definisi Susilo ... 35

4. Definisi Iskandar ... 36

5. Definisi Zaenal Akib ... 36

6. Definisi Agus Kristiyanto ... 37

IV KARAKTERISTIK DAN FOKUS PTK DALAM PENJAS DAN KEPELATIHAN OLAHRAGA ... 39

A. Karakteristik PTK dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga 39 1. PTK Merupakan Penelitian Praktis ... 39

2. PTK Merupakan Penelitian Kolaborasi ... 44

3. PTK Merupakan Penelitian Self-Monitoring ... 50

B. Fokus Permasalahan PTK dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga ... 53 1. Fokus dan Sasaran PTK dalam Pendidikan Jasmani ... 54

2. Fokus dan Sasaran PTK dalam Kepelatihan Olahraga ... 55

V RANCANGAN SIKLUS DALAM PTK PENJAS DAN KEPELATIHAN

A. Identifikasi dan Analisis Masalah PTK ... 73

1. Identifikasi Masalah PTK ... 73

2. Analisis Masalah PTK ... 75

(8)

commit to user

vii

B. Penetapan Fokus Permasalahan PTK ... 77

C. Perencanaan Tindakan ... 78

A. Menetapkan Sistematika Proposal PTK ... 86

B. Komponen 1 : Rumusan Judul PTK ... 89

1. Anatomi Judul PTK ... 89

2. Pola Judul PTK ... 93

C. Komponen 2 : Latar Belakang Masalah ... 97

1. Masalah yang Layak Diangkat dalam PTK ... 98

2. Sifat Masalah PTK ... 98

3. Identifikasi Masalah Disertai Data Pendukung ... 99

4. Menentukan Akar Masalah PTK ... 100

D. Komponen 3 : Rumusan Masalah ... ... 101

E. Komponen 4 : Rumusan Tujuan Penelitian ... . 102

F. Komponen 5 : Uraian Manfaat Penelitian ... 103

G. Komponen 6 : Kajian Pustaka ... 104

VIII TIPS KHUSUS UNTUK PENELITI PTK PEMULA ... 112

(9)

commit to user

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1 Tabel Matriks Kemampuan dan Kemauan Guru Penjas dalam

Melakukan PTK ... 6

Tabel 1.2 Komparasi antara Action dalam PTK dan Treatment dalam

Eksperimen ... 17

Tabel 3.1 Tabel Anatomi PTK dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan

Olahraga ... 38

Tabel 4.1 Perbandingan antara Penelitian Formal dan PTK dalam

Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga ... 43

Tabel 5.1 Contoh Format Observasi untuk Pengamatan Kekeliruan dan

Catatan PBM pada Awal Latihan Praktek Mengajar ... 63

Tabel 5.2 Contoh Observasi Terhadap Kejadian dalam Proses Belajar

Mengajar (PBM) Sesuai Episode Pembelajaran ... 64

Tabel 5.3 Contoh Lembar Observasi Untuk Mengamati Kualitas Penguasaan

Komponen Keterampilan Mengajar pendidikan Jasmani ... 66

Tabel 7.1 Format Pola Standar 3 Bab Proposal PTK ... 88

Tabel 7.2 Contoh Pola Judul PTK yang Memenuhi Kriteria ... 94

Tabel 7.3 Contoh Judul yang Tidak Memenuhi Kriteria dan Alasannya

(Karena komponen tak lengkap) ... 95

Tabel 7.4 Contoh Judul yang Tidak Memenuhi Kriteria dan Alasannya

(Karena Aspek Metodologis) ... 96

(10)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1.1 Menuju Guru Penjas: Pendidik, Pengajar, Peneliti (P3) ... 5

Gambar 1.2 Jangan Sampai Ada Kendala Guru Penjas Dalam Melakukan

PTK ... 8

Gambar 2.1 Dimensi-dimensi Penelitian Tindakan Kelas ... 19

Gambar 2.2 Desain PTK dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan

Olahraga ... 23

Gambar 2.3 Mahasiswa Praktikan Disamping sebagai Calon Guru Penjas,

juga didesain menjadi Calon Peneliti PTK Masa Depan (PTK Akademik) ... 24

Gambar 2.4 Para Guru Penjas Melaksanakan PTK sebagai Bagian dari

Realisasi Pelaksanaan PTK Profesional ... 25

Gambar 3.1 Kedudukan PTK Sebagai Penelitian Masalah Praktis ... 33

Gambar 4.1 Karakteristik PTK dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga ... 52

(11)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1 Contoh Proposal PTK dalam Pendidikan Jasmani ... 119

Lampiran 2 Power Point Contoh Proposal PTK dalam Kepelatihan Olahraga . 152 Lampiran 3 Contoh Proposal Penelitian Pengembangan dalam Pendidikan Jasmani ( Komparasi Penelitian Praktis Non-PTK) ... 158

Lampiran 4 Contoh Artikel Hasil PTK dalam Pendidikan Jasmani ... 178

Lampiran 5 Jenis – jenis Format Observasi dalam PTK ... 199

(12)

commit to user

18

A. Pengembangan PTK di Kalangan Mahasiswa

Masih banyak yang beranggapan bahwa PTK hanya boleh

dilakukan oleh guru dan pelatih. Guru melakukan PTK pendidikan jasmani

di suatu kelas pada jenjang pendidikan tertentu, sedangkan pelatih

melakukan PTK kepelatihan olahraga pada cabang atau nomor olahraga

tertentu. Pihak yang bersikukuh bahwa PTK hanya boleh dilakukan oleh

guru dan pelatih mungkin berasumsi bahwa PTK itu penelitian atas

masalah-masalah praktis di kelas/lapangan secara alamiah (natural

setting). Hanya guru dan pelatih yang memiliki ikatan secara profesional

dengan natural setting, sehingga hanya guru dan pelatihlah yang

memenuhi syarat untuk melakukan PTK, tidak dapat digantikan oleh

siapapun apalagi oleh mahasiswa dalam rangka penyusunan tugas akhir.

Bagaimana dengan para mahasiswa kita yang calon guru pendidikan

jasmani atau calon pelatih olahraga? Benarkah mereka itu tidak boleh

melakukan PTK ? Haruskah mereka menjadi guru atau pelatih terlebih

dahulu agar bisa memiliki pengalaman ber-PTK?

Sebelum sampai pada kesimpulan boleh atau tidaknya

mahasiswa melakukan PTK ada baiknya kita kupas satu persatu tentang

persoalan mendasar PTK itu sendiri. Setidak-tidaknya ada 4 hal atau

dimensi yang perlu diuraikan terkait dengan persoalan tersebut, yaitu : (1)

BAB II

(13)

commit to user

PTK sebagai prosedur; (2) PTK sebagai substansi ;(2) PTK sebagai

penelitian akademik; (4) PTK sebagai penelitian profesional.

Gambar 2.1. Dimensi-dimensi Penelitian Tindakan Kelas

B. PTK Sebagai Prosedur atau Cara

PTK itu sebenarnya merupakan sebuah prosedur atau cara

penelitian yang dipilih dan dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah

praktis. Sebagai prosedur, PTK itu memiliki nilai yang sama dengan

pilihan-pilihan prosedur penelitian yang lainnya, seperti: ekperimen, studi

korelasional, studi kasus, survey, dan jenis-jenis penelitian formal yang

lain. Jika penelitian formal cenderung mengarah pada pengujian teoretik,

maka PTK lebih memfokus pada pemecahan masalah praktis dengan

mengembangkan pada pengujian hipotesis tindakan. Dengan demikian, Prosedur

Penel Akademik

(14)

commit to user

20

perguruan tinggi yang mencetak akademisi dan calon profesional sudah

barang tentu tidak akan membatasi mahasiswanya hanya melakukan

penelitian pengujian teoritis, tapi justru juga mengarahkan agar

mahasiswa memiliki kemampuan pengujian atas masalah praktis terkait

dengan masalah yang relevan dengan bidang ilmu dan sendi-sendi

profesi yang sangat diperlukan di kemudian hari.

C. PTK Sebagai Substansi Akademik

Sebagai sebuah substansi metodologis yang sifatnya teoretis,

PTK dapat dipelajari oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. PTK

bahkan dapat ditempatkan sebagai subject matter atau matakuliah/ mata

pelajaran di pendidiikan tinggi pada semua jenjang yang ada, mulai D1,

D2, D3, D4, S1, S2, dan S3. Mendalami substansi PTK ibarat

mempelajari tentang fenomena ideologis, kebijakan, atau proses sejarah.

Kita boleh mempelajari substansi ideologi tertentu, kebijakan tertentu,

atau proses sejarah tertentu, walaupun kita tidak harus terlibat secara

praktis dengan ideologi, kebijakan, dan proses sejarah tersebut.

Secara substansial, PTK dapat dikatakan seperti air, yakni

memiliki volume yang pasti tetapi bentuknya mengikuti wadahnya. Dalam

tataran ini, maka dapat digarisbawahi bahwa PTK itu layak dipelajari

substansinya oleh mahasiswa dari berbagai jenjang dan prodi, khususnya

di perguruan tinggi yang lulusannya dibekali kemampuan akademik dan

profesional. Mahasiswa memang seharusnya menguasai benar tentang

hal-hal akademis yang terkait dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Dalam kaitannya dengan ini, maka PTK adalah subject matter yang

menjadi bagian terpenting untuk menjembatani keilmuan dan

pengembangan dasar-dasar profesi kependidikan jasmani / kepelatihan

(15)

commit to user

Dalam kaitannya tentang PTK sebagai substansi, maka

setidak-tidaknya harus diyakinkan bahwa mahasiswa benar-benar telah sampai

pada pemahaman yang lurus tentang PTK. Pemahaman dasar PTK

meliputi tentang : (1) batasan PTK dalam pendidikan jasmani/

kepelatihan olahraga; (2) karakteristik PTK dalam pendidikan jasmani /

kepelatihan olahraga; serta (3) tujuan pelaksanaan PTK dalam pendidikan

jasmani/ kepelatihan olahraga, termasuk di dalamnya adalah tentang

desain PTK dalam pendidikan jasmani/ kepelatihan olahraga.

1. Batasan PTK dalam Pendidikan Jasmani/ Kepelatihan Olahraga

“ Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam pendidikan jasmani dan kepelatihan olahraga adalah suatu bentuk kajian yang bersifat

reflektif dan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari

tindakan-tindakan guru/ calon guru pendidikan jasmani maupun

pelatih/ calon pelatih olahraga dalam melaksanakan tugas,

memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang

dilakukannya, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek

pembelajaran pendidikan jasmani /kepelatihan olahraga tersebut

dilakukan, dimulai dari adanya perencanaan, pelaksanaan, observasi,

dan refleksi untuk setiap siklusnya”

2. Karakteristik PTK dalam Pendidikan Jasmani/ Kepelatihan Olahraga

Karakteristik PTK tersebut meliputi: (1) PTK merupakan

penelitian praktis (practical inquiry) yang bertujuan untuk

(16)

commit to user

22

PTK tidak menguji pengetahuan dan teori-teori; (2) PTK merupakan

penelitian yang dilaksanakan secara kolaboratif. Pihak yang

berkolaborasi adalah pihak-pihak yang secara riil menjadi komponen

inti dalam praktek pembelajaran sesuai masalah yang diteliti; dan (3)

PTK merupakan penelitian berbentuk self-monitoring dengan

penajaman kemampuan merefleksi berdasarkan apa yang telah

direncanakan, dilaksanakan, dan diobservasi.

3. Tujuan Pelaksanaan PTK dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga

Tujuan pelaksanaan PTK dalam pendidikan jasmani dan

kepelatihan olahraga, setidak-tidaknya mengarah pada dua hal yaitu:

a. Untuk memperoleh cara meningkatkan atau memanipulasi perlakuan

atau tindakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani/ kepelatihan

olahraga agar proses dan hasil pembelajaran pendidikan jasmani/

kepelatihan olahraga meningkat.

b. Untuk meyakinkan pelaksanaan perbaikan melalui Proses

Pengkajian Berdaur (cyclical): Merencanakan, Melakukan Tindakan,

Mengobservasi, dan Merefleksi. Pengkajian berdaur tersebut

diilustrasikan dalam bentuk proses berkelanjutan, yang disebut

(17)

commit to user

A. Menetapkan Sistematika Proposal PTK

Seberapa layak kemampuan seorang guru pendidikan jasmani,

pelatih olahraga, termasuk juga mahasiswa calon guru atau calon pelatih

dalam ber-PTK, dapat dilihat dari bagaimana kemampuannnya dalam

menyusun proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Proposal itu dapat

diibaratkan sebuah rencana matang sebelum yang bersangkutan

benar-benar akan melaksanakan PTK. Banyak yang beranggapan bahwa 80 %

pemahaman PTK dapat dicermati dari bagaimana seseorang itu

menyusun proposal PTK. Kita sudah memahami pandangan umum

seperti itu, bahwa perencanaan itu sesuatu yang sangat strategis dan vital

sebelum pelaksanaan. Ada ungkapan umum bahwa: “ failing to plan is

planing to fail”, artinya bahwa kegagalan dalam menyusun sebuah

rencana (proposal), berarti merencanakan (memproposalkan) suatu

kegagalan.

Langkah awal sebelum menyusun proposal adalah menetapkan

terlebih dahulu sistematika proposal yang akan digunakan. Sebagaimana

penelitian-penelitian yang lain, penyusunan proposal itu harus mengikuti

sistematika yang berlaku. Dalam kaitannya dengan ini maka akan

terdapat banyak sekali versi sistematika proposal. Proposal PTK juga

akan ditemukan banyak versi. Apapun versi proposal yang akan

digunakan maka ada sebuah keharusan yang harus dimiliki oleh calon

BAB VII

KOMPONEN PROPOSAL PTK DALAM

PENJAS DAN KEPELATIHAN

(18)

commit to user

87

peneliti PTK, yaitu bahwa calon telah benar-benar menemukenali

permasalahan praktis dalam setting alami serta alternatif tindakan yang

direncanakan akan diimplementasikan. Dengan kata lain, telah tercipta

ide matang dari calon peneliti tentang masalah penelitian serta

tindakannya.

Penyusunan proposal hanyalah merupakan penuangan ide

tersebut dalam sebuah format perencanaan yang sistematis. Semakin

sistematis dan rinci, maka proposal tersebut semakin banyak membantu

peneliti dalam pelaksanaan PTK. Sebaliknya, jika ide atau gagasan

peneliti dituangkan dalam sebuah proposal yang kurang sistematis dan

kurang rinci, maka dalam pelaksanaannya akan ditemukan berbagai

kendala teknis. Oleh karena itu proposal itu harus berisi

komponen-komponen khusus dan penting yang secara teknis telah menampung

berbagai hal yang mudah diimplementasikan dalam praktek penelitian di

lapangan/ kelas. Proposal PTK memiliki fungsi sebagai dokumen

pemandu dan pengarah dalam pelaksanaan penelitian PTK.

Sistematika proposal PTK dalam pendidikan jasmani dan

kepelatihan olahraga pada umumnya meliputi komponen proposal yang

meliputi: (1) Judul; (2) Latar Belakang Masalah; (3) Rumusan Masalah; (4)

Tujuan Penelitian; (5) Manfaat Penelitian; (6) Kajian Pustaka; (7) Metode

Penelitian; (8) Jadwal Penelitian; (9) Rincian Beaya Penelitian; (10) Daftar

Pustaka; dan (11) Lampiran-lampiran.

Untuk kepentingan pemahaman isi proposal dalam rangka

persiapan penyusunan laporan PTK, lazimnya komponen-komponen

tersebut kemudian dikemas secara teknis dalam sebuah format dengan

(19)

commit to user

A. Hakikat Satuan Siklus PTK

Siklus dalam PTK dapat dikatakan sebagai prosedur mikro.

Siklus itu merupakan sebuah satuan pakem dari serangkaian

pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Siklus adalah sebuah

satuan mekanisme sadar yang dilakukan peneliti (bersama kolaborator)

dalam rangka untuk merubah keadaan secara rasional dan terencana.

Pelaksanaan siklus dapat diibaratkan seperti keinginan kita untuk

melarutkan sesendok gula pasir di dalam secangkir teh hangat. Untuk

melarutkan gula dan menjadikan teh agar berasa manis, maka ada

keharusan kita secara sadar untuk mengaduknya dengan sebuah

senduk. Banyaknya adukan dan kecepatan pengadukan akan

memberikan efek yang berbeda atas proses pelarutan gula di dalam

cangkir tersebut. Semakin sering mengaduk, artinya frekwensi dan

kecepatan mengaduknya ditingkatkan, maka akan semakin cepat larut

gula di dalam cangkir itu. Indikator dari telah larutnya gula itu dapat

dirasakan dari tingkat kemanisan teh yang ada di dalam cangkir

tersebut. Ada sebuah keterkaitan rasional, bahwa semakin banyak gula

yang larut, maka semakin manis rasa teh yang ada di cangkir tersebut.

Siklus dalam contoh di atas dapat didesain dengan volume

tertentu, tetapi tidak dapat dipatok dengan memberikan satuan waktu

BAB V

RANCANGAN SIKLUS

(20)

commit to user

57

sebagaimana dalam penentuan durasi dalam eksperimen. (Berdasarkan

kajian teoretis, eksperimen dalam pendidikan jasmani dan kepelatihan

olahraga mengembangkan treatment dengan frekwensi 3 x per minggu

dengan durasi 3 bulan, misalnya). Tetapi siklus dalam PTK tidak

dipolakan dengan penentuan durasi yang demikian.

Siklus dalam contoh pengadukan gula tersebut adalah

seperangkat tindakan yang dilakukan agar action pengadukan itu

melarutkan gula sehingga teh berasa Lumayan Manis (Indikator

capaian akhir siklus I), kemudian action berikutnya menjadi Cukup

Manis (indikator capaian akhir siklus II), melalui action berikutnya

menjadi Manis (Indikator capaian akhir siklus III), dan melalui action

berikutnya menjadi Sangat Manis (Indikator capaian akhir siklus IV).

Jika hasil final PTK itu mengarah pada pencapaian tindakan

pengadukan untuk melarutkan gula agar teh berasa Sangat Manis,

maka artinya bahwa PTK tersebut berhenti pada akhir siklus IV.

Ketercapaian siklus IV tersebut bisa jadi dalam durasi sekian detik,

tetapi bisa jadi berlangsung secara lama dan memakan waktu

bermenit-menit. Kita tidak dapat mengontrol waktu karena tujuan kita tidak

memfokus pada kegiatan EKSPERIMEN mengaduk gula dalam

secangkir teh. Tetapi pengadukan gula itu dalam suasana yang memiliki

setting alamiah, yaitu ketika pelaksanaan meeting atau pelaksanaan

acara resmi yang lainnya. Itulah gambaran mudah tentang action PTK.

Analog dengan contoh pengadukan gula di dalam cangkir yang

berisi teh hangat tersebut, maka pemahaman tentang siklus di dalam

PTK pembelajaran pendidikan jasmani dan kepelatihan olahraga juga

dapat dipahami sebagai berikut: bahwa permasalahan yang

ditemukenali dalam praktik pembelajaran pendidikan jasmani dan

kepelatihan olahraga harus diidentifikasikan terlebih dahulu. Setelah

(21)

commit to user

TENTANG PENULIS

Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd lahir di Wonogiri pada tanggal 28 Nopember 1965. Lulus S1 FKIP UNS Tahun 1989. Lulus Magister Pendidikan (S2) PPs IKIP Jakarta Tahun 1996. Lulus Program Doktor dengan predikat Cum Laude di PPs Universitas Negeri Jakarta 2010. Mengawali karier sebagai dosen di Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta sejak tahun 1990. Sekarang adalah Lektor Kepala dengan pangkat Pembina Utama Muda Golongan IV/c di Jurusan POK FKIP UNS.

Tahun 2003 – 2007 bertugas menjadi Ketua Program Studi S1 Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi JPOK FKIP UNS. Tahun 2005 – 2006 menjadi Ketua Pelaksana SP4 Pengembangan Jurusan Batch II. Saat ini, disamping sebagai anggota Tim Penetapan Angka Kredit Kenaikan Pangkat Dosen FKIP UNS, juga mendapat tambahan tugas antara lain sebagai: (1) Anggota Tim Ahli Sport

Development Index (SDI) Pusat, (2) Tim Pengembang Pembangunan Karakter

Bangsa Kemenkokesra RI, (3) Tim Pengembang Pendidikan Karakter Bangsa di Direktorat Ketenagaan Ditjen Dikti, dan (4) Koordinator Konsultan Ahli SDM Keolahragaan DPRD Kota Balikpapan Kalimantan Timur.

Dosen Matakuliah Metodologi Penelitian Pengajaran Penjas dan Olahraga, termasuk juga Matakuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Cukup sering diundang untuk menjadi pembicara acara seminar atau nara sumber workshop tentang PTK, di antaranya adalah: Pembicara Seminar Nasional Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Jasmani di Universitas Lambung Mangkurat (2009), Training PTK bagi guru SMP di Wonogiri (2009), Workshop PTK bagi Guru Penjas di Sukoharjo (2009),

Workshop PTK bagi Guru Penjas SD di Karanganyar (2009).

Publikasi ilmiah kurun lima tahun terakhir telah dipresentasikan dalam seminar nasional dan internasional tidak kurang dari 30 karya. Karya berupa makalah, buku, artikel jurnal, artikel proceeding. antara lain: (1) Aplikasi Model Pembelajaran Sibernetika Pendidikan Jasmani, (2) Euforia Olahraga dan Penciutan Ruang Publik, (3) Peningkatan Kompetensi Mengajar Pendidikan Jasmani melalui Perbaikan Pilihan Spektrum Gaya Mengajar Model Mosston, (4) An Analysis on Sport Fund Collection in Indonesia, an Academic Study on Sport Economics-Sport Industries in Indonesia,

(5) Ekspektasi dan Kesiapan Mahasiswa dalam Program Magang Profesi Guru Pendidikan Jasmani, (6) A Contemporary Study of Philosophy Physical Education

and Sports after the Release of Act No.3 Of 2005 About The National Sports System,

(7) Penguatan Kebijakan Publik Industri Olahraga untuk Program Pengentasan Kemiskinan, (8) Golf dan Pemberantasan Korupsi, (9) Prototipe Pembekalan Kompetensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berbasis Multiaspek, Kolaboratif, dan Sintesis Keunggulan Sumber Belajar, dan (10) An Exploration of “Other Intelligence”

(22)

commit to user

118

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal . 2008. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Penerbit Yrama Widya

Iskandar, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Cipayung – Ciputat: Gunung Persada (GP) Press.

Joni, T Raka. 1998. Penelitian Tindakan Kelas: Beberapa Permasalahannya. Jakarta: PCP PGSM Ditjen Dikti.

Karyadi, Benny, dkk. 2006. Penelitian untuk Peningkatan Kualitas

Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Direktorat

Ketenagaan Ditjen Dikti Depdiknas.

Kasbolah, Kasihani, dan Sukaryana, I Wayan. 2001. Penelitian Tindakan

Kelas Untuk Guru. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Kemmis, S and Mc Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Third Edition. Victoria: Deakin University Press.

Muhadjir, Noeng. 1997. Analisis dan Refleksi dalam Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta: BP3SD Ditjen Dikti Depdikbud.

Natawidjaya, Rochman. 1997. Konsep Dasar Penelitian Tindakan. Bandung: IKIP Bandung.

Soedarsono, 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas,

Bagian Kedua: Rencana, Desain, dan Impelementasi. Yogyakarta:

Ditjen Dikti Depdikbud BP3GSD.

Suroso, 2009. Penelitian Tindakan Kelas : Peningkatan Kemampuan Menulis

melalui Classroom Action Research. Yogyakarta: Penerbit

Pararaton.

Susilo, 2009. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Sleman Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Gambar

Gambar  1.1 Menuju Guru Penjas: Pendidik, Pengajar, Peneliti (P3) ............
Gambar 2.1. Dimensi-dimensi Penelitian Tindakan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu pengeluaran yang dilakukan pemerintah untuk sektor kesehatan dan pendidikan secara nominal cenderung meningkat setiap tahun dan cukup besar (gambar

1. Memantapkan penataan kawasan hutan KPH Bali Timur secara rasional, efektif dan efisien. Menyusun perencanaan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan sumber daya hutan dengan

Proses komunikasi empatik yang berlangsung antara orangtua dan anak penderita kanker juga memiliki kesamaan satu dengan informan lainnya, dari mulai menciptakan

Malik (1994) mengemukakan bahwa media belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang

[r]

Program of class of mothers of children under five years old was socialised in Banyumas District in 2011 but all 331 village midwives had not been trained as

dari konflik interrole yang memberikan tekanan peran di skctor kerja dan keluarga saling bertentangan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa tekanan dalam

Mahasiswa yang akan mengambil MK Magang harus memenuhi syarat sebagai berikut : (1) terdaftar sebagai mahasiswa aktif di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen FEMA IPB, (2) telah