commit to user
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“
Guru memberikan pelajaran terlebih dahulu sebelum memberikan
ujian. Tetapi
pengalaman itu guru yang eksentrik, karena
memberikan ujian terlebih dahulu baru kemudian memberikan
pelajaran
”
.
Guru penjas memberikan pelajaran terlebih dahulu sebelum memberikan ujian kompetensi penjas kepada para siswa. Tetapi pengalaman pembelajaran penjas itu guru yang eksentrik, karena memberikan ujian-ujian terlebih dahulu kepada siswa sebelum mengajarkannya tentang bagaimana belajar hidup dan kehidupan melalui ektivitas edukatif pendidikan jasmani kepada para siswa (Agus Kristiyanto - Penulis)
Pelatih olahraga memberikan beraneka variasi latihan terlebih dahulu sebelum memberikan ujian performasi kepada para atlet. Tetapi pengalaman kepelatihan olahraga itu pelatih yang eksentrik, karena memberikan ujian-ujian terlebih dahulu kepada seluruh atlet sebelum mengajarkannya tentang bagaimana mengoptimalkan prestasi kepada para atlet (Agus Kristiyanto - Penulis).Buku ini dipersembahkan untuk:
commit to user
KATA PENGANTAR OLEH PROFESOR FURQON
Pengembangan penelitian bidang pendidikan jasmani dan kepelatihan
olahraga, selama ini masih selalu dihadapkan oleh permasalahan akut yang terjadi
pada tahap implementasi di lapangan. Permasalahan tersebut terkait dengan
dimensi proses penelitian dan pemanfaatan penelitian. Pada dimensi proses,
kalangan peneliti belum secara optimal mampu menerima tantangan untuk
mengembangkan strategi penelitian yang dapat menjadi solusi praktis. Pada
dimensi pemanfaatan, ada kesan bahwa penelitian sekadar menghasilkan
berbagai saran yang tidak secara otomatis dapat dimanfaatkan oleh para praktisi
Pendidikan Jasmani dan kepelatihan olahraga. Bahkan ada kecenderungan
peneliti dan praktisi berada dalam posisi masing-masing yang tidak bisa
berkomunikasi dan sharing secara ideal. Temuan peneliti digantung di langit
sementara praktisi hanya berdiri terpaku di permukaan bumi.
Dengan demikian, pengembangan penelitian bidang pendidikan jasmani
dan kepelatihan olahraga akan lebih mengarah pada pencarian alternatif penelitian
untuk mengatasi kedua hal yang dijelaskan di atas. Saya secara pribadi
memberikan apresiasi yang tinggi atas usaha Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk menulis buku yang
berjudul “ Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Pendidikan Jasmani dan
Kepelatihan Olahraga”. Buku ini merupakan buku yang dapat dijadikan referensi
tambahan bagi siapa saja, terutama bagi peneliti, guru pendidikan jasmani dan
para pelatih olahraga sebagai bagian dari usaha peningkatan profesionalisme.
Buku ini juga dapat digunakan oleh para calon guru pendidikan jasmani atau calon
pelatih olahraga yang ingin menyelesaikan tugas akhir studinya dengan
menggunkan jenis penelitian praktis, terutama PTK. Semoga buku ini bermanfaat.
Surakarta, September 2010
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
commit to user
iii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadlirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-NYA, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan buku ini. Buku ini merupakan seri buku tentang penelitian praktis yang
sengaja ditulis untuk melengkapi buku-buku tentang Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang telah ada. Buku ini ditulis juga karena untuk memenuhi keinginan para
guru pendidikan jasmani dan para pelatih olahraga, serta para mahasiswa yang
terutama sedang studi di Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan /Fakultas
Ilmu Keolahragaan. Keunikan buku ini terkait dengan kekhususan substansi yang
dikaji, yakni menukik pada kajian tentang PTK dalam Pendidikan Jasmani dan
Kepelatihan Olahraga.
Penguasaan sendi –sendi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir-akhir ini
memang menjadi sebuah kebutuhan yang cukup mendasar bagi para guru
pendidikan jasmani, baik di jenjang SD, SMP, SMA, bahkan di jenjang Perguruan
Tinggi. Bagi para guru dan pelatih, PTK diperlukan dalam rangka pengembangan
keahlian sehubungan dengan tugas profesional. Guru dan pelatih melakukan PTK
profesional. Hal tersebut juga terjadi pada kalangan mahasiswa Prodi PJKR/ Prodi
Penkepor/ JPOK/ FIK, terutama untuk kepentingan tugas tambahan selama
Program Pengalaman Lapangan (PPL) dan penulisan tugas akhir atau skripsi. Jika
guru pendidikan jasmani dan pelatih olahraga melakukan PTK profesional, maka
para mahasiswa melakukan PTK akademik.
Animo komunitas penjas dan olahraga yang begitu besar tidak dibarengi
dengan ketersediaan referensi yang cukup memadai tentang PTK. Jika ada, maka
buku PTK tersebut tidak menukik secara khusus pada pendalaman bidang kajian
pendidikan jasmani dan kepelatihan olahraga. Pada sisi yang lain, kebanyakan
buku seri penelitian lebih memfokus pada substansi penelitian formal, seperti :
eksperimen, deskriptif, historis, ex post facto, dan lain-lain. Penelitian formal
tersebut bermanfaat karena membahas tentang prosedur-prosedur ilmiah untuk
commit to user
profesional, dalam kenyataannya sebagian guru dan pelatih terkendala untuk
mengembangkan penelitian-penelitian formal tersebut. Sangat logis, jika guru dan
pelatih “kurang tertarik” melakukan penelitian formal.
Kendala guru penjas dan pelatih olahraga untuk melakukan penelitian
formal terkait dengan ketidakcukupan waktu yang dimiliki serta kendala-kendala
teknis yang lain. Dalam penelitian formal, guru pendidikan jasmani dan pelatih
olahraga harus menyediakan waktu secara khusus. Bahkan harus memisahkan
antara tugas mengajar/ melatih dengan pelaksanaan tugas penelitian formal. Hasil
penelitian yang dilakukan juga belum tentu bermanfaat secara pragmatis dengan
tugas-tugas profesionalnya sebagai guru penjas dan pelatih olahraga. Oleh karena
itu, sebuah tuntutan yang logis jika guru penjas dan pelatih olahraga itu kemudian
mencoba mencari alternatif jenis-jenis penelitian lain yang lebih mudah dan
aplikatif. Dengan kata lain, guru perlu mengembangkan metode penelitian alternatif
yang bersifat sederhana dan praktis.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan solusi yang tepat untuk
mengatasi kendala-kendala pelaksanaan penelitian formal. PTK juga hadir untuk
memenuhi kebutuhan guru penjas dan pelatih olahraga akan metode penelitian
yang sederhana, lentur, dan untuk memecahkan masalah praktis. PTK jika
dilaksanakan secara serius oleh guru atau pelatih, maka akan menghasilkan
manfaat secara nyata, praktis, dan segera, karena PTK bersifat “ Langsung –
Disini – Sekarang”. Manfaat yang diperoleh bukan hanya akan dirasakan oleh
guru/ pelatih, tetapi juga oleh siswa/ atlet, sekolah/ klub olahraga.
Semoga buku ini dapat bermanfaat untuk membantu mewujudkan
keinginan-keinginan para guru penjas, para pelatih olahraga, peneliti penjas dan
olahraga, para mahasiswa penjas/ penkepor/ JPOK/ FIK, serta pihak-pihak lain
yang ingin membantu memajukan kinerja pembelajaran penjas dan proses
kepelatihan olahraga melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
commit to user
v
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL... i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ii
KATA PENGANTAR... iii
A. Tantangan PTK di Kalangan Guru Pendidikan Jasmani ... 1
1. Booming Kesadaran Guru Pendidikan Jasmani untuk Ber-PTK ... 1
2. Membentuk Guru yang Pendidik- Pengajar- Peneliti (P3)... 2
3. PTK sebagai Solusi atas Kendala Guru Penjas dalam Meneliti ... 7
4. Guru Penjas Harus Memulai Suka Mencatat Kejadian Kecil ... 9
B. Tantangan PTK di Kalangan Pelatih Olahraga ... 11
1. Prestasi Lahir Karena Pelatih Bermitra dengan Atlet ... 11
2. Tiga Tantangan Besar untuk Pelatih Olahraga... 12
3. Penerapan PTK dalam Kepelatihan Olahraga ... 13
II PTK AKADEMIK VERSUS PTK PROFESIONAL ... 18
A. Pengembangan PTK di Kalangan Mahasiswa ... 18
B. PTK sebagai Prosedur atau Cara ... 19
C. PTK sebagai Substansi Akademik ... 20
1. Batasan PTK dalam Pendidikan Jasmani/ Kepelatihan Olahraga ... 21
2. Karakteristik PTK dalam Penjas dan Kepelatihan Olahraga ... 21
3. Tujuan Pelaksanaan PTK dalam Penjas dan Kepelatihan Olahraga . 22 D. PTK sebagai Penelitian Akademik ... ... 23
E. PTK sebagai Penelitian Profesional ... 24
III PTK DAN PEMECAHAN MASALAH PRAKTIS ... 28
A. Pendekatan Penelitian untuk Memecahkan Masalah Praktis ... 28
1. Quasi Eksperimen atau Eksperimen Semu ... 29
commit to user
3. Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research ... 32
B. Beberapa Definisi Konseptual PTK sebagai Penelitian Praktis ... 34
1. Definisi Stephen Kemmis ... 34
2. Definisi Mc Niff ... 34
3. Definisi Susilo ... 35
4. Definisi Iskandar ... 36
5. Definisi Zaenal Akib ... 36
6. Definisi Agus Kristiyanto ... 37
IV KARAKTERISTIK DAN FOKUS PTK DALAM PENJAS DAN KEPELATIHAN OLAHRAGA ... 39
A. Karakteristik PTK dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga 39 1. PTK Merupakan Penelitian Praktis ... 39
2. PTK Merupakan Penelitian Kolaborasi ... 44
3. PTK Merupakan Penelitian Self-Monitoring ... 50
B. Fokus Permasalahan PTK dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga ... 53 1. Fokus dan Sasaran PTK dalam Pendidikan Jasmani ... 54
2. Fokus dan Sasaran PTK dalam Kepelatihan Olahraga ... 55
V RANCANGAN SIKLUS DALAM PTK PENJAS DAN KEPELATIHAN
A. Identifikasi dan Analisis Masalah PTK ... 73
1. Identifikasi Masalah PTK ... 73
2. Analisis Masalah PTK ... 75
commit to user
vii
B. Penetapan Fokus Permasalahan PTK ... 77
C. Perencanaan Tindakan ... 78
A. Menetapkan Sistematika Proposal PTK ... 86
B. Komponen 1 : Rumusan Judul PTK ... 89
1. Anatomi Judul PTK ... 89
2. Pola Judul PTK ... 93
C. Komponen 2 : Latar Belakang Masalah ... 97
1. Masalah yang Layak Diangkat dalam PTK ... 98
2. Sifat Masalah PTK ... 98
3. Identifikasi Masalah Disertai Data Pendukung ... 99
4. Menentukan Akar Masalah PTK ... 100
D. Komponen 3 : Rumusan Masalah ... ... 101
E. Komponen 4 : Rumusan Tujuan Penelitian ... . 102
F. Komponen 5 : Uraian Manfaat Penelitian ... 103
G. Komponen 6 : Kajian Pustaka ... 104
VIII TIPS KHUSUS UNTUK PENELITI PTK PEMULA ... 112
commit to user
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Tabel Matriks Kemampuan dan Kemauan Guru Penjas dalam
Melakukan PTK ... 6
Tabel 1.2 Komparasi antara Action dalam PTK dan Treatment dalam
Eksperimen ... 17
Tabel 3.1 Tabel Anatomi PTK dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan
Olahraga ... 38
Tabel 4.1 Perbandingan antara Penelitian Formal dan PTK dalam
Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga ... 43
Tabel 5.1 Contoh Format Observasi untuk Pengamatan Kekeliruan dan
Catatan PBM pada Awal Latihan Praktek Mengajar ... 63
Tabel 5.2 Contoh Observasi Terhadap Kejadian dalam Proses Belajar
Mengajar (PBM) Sesuai Episode Pembelajaran ... 64
Tabel 5.3 Contoh Lembar Observasi Untuk Mengamati Kualitas Penguasaan
Komponen Keterampilan Mengajar pendidikan Jasmani ... 66
Tabel 7.1 Format Pola Standar 3 Bab Proposal PTK ... 88
Tabel 7.2 Contoh Pola Judul PTK yang Memenuhi Kriteria ... 94
Tabel 7.3 Contoh Judul yang Tidak Memenuhi Kriteria dan Alasannya
(Karena komponen tak lengkap) ... 95
Tabel 7.4 Contoh Judul yang Tidak Memenuhi Kriteria dan Alasannya
(Karena Aspek Metodologis) ... 96
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1.1 Menuju Guru Penjas: Pendidik, Pengajar, Peneliti (P3) ... 5
Gambar 1.2 Jangan Sampai Ada Kendala Guru Penjas Dalam Melakukan
PTK ... 8
Gambar 2.1 Dimensi-dimensi Penelitian Tindakan Kelas ... 19
Gambar 2.2 Desain PTK dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan
Olahraga ... 23
Gambar 2.3 Mahasiswa Praktikan Disamping sebagai Calon Guru Penjas,
juga didesain menjadi Calon Peneliti PTK Masa Depan (PTK Akademik) ... 24
Gambar 2.4 Para Guru Penjas Melaksanakan PTK sebagai Bagian dari
Realisasi Pelaksanaan PTK Profesional ... 25
Gambar 3.1 Kedudukan PTK Sebagai Penelitian Masalah Praktis ... 33
Gambar 4.1 Karakteristik PTK dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga ... 52
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1 Contoh Proposal PTK dalam Pendidikan Jasmani ... 119
Lampiran 2 Power Point Contoh Proposal PTK dalam Kepelatihan Olahraga . 152 Lampiran 3 Contoh Proposal Penelitian Pengembangan dalam Pendidikan Jasmani ( Komparasi Penelitian Praktis Non-PTK) ... 158
Lampiran 4 Contoh Artikel Hasil PTK dalam Pendidikan Jasmani ... 178
Lampiran 5 Jenis – jenis Format Observasi dalam PTK ... 199
commit to user
18
A. Pengembangan PTK di Kalangan Mahasiswa
Masih banyak yang beranggapan bahwa PTK hanya boleh
dilakukan oleh guru dan pelatih. Guru melakukan PTK pendidikan jasmani
di suatu kelas pada jenjang pendidikan tertentu, sedangkan pelatih
melakukan PTK kepelatihan olahraga pada cabang atau nomor olahraga
tertentu. Pihak yang bersikukuh bahwa PTK hanya boleh dilakukan oleh
guru dan pelatih mungkin berasumsi bahwa PTK itu penelitian atas
masalah-masalah praktis di kelas/lapangan secara alamiah (natural
setting). Hanya guru dan pelatih yang memiliki ikatan secara profesional
dengan natural setting, sehingga hanya guru dan pelatihlah yang
memenuhi syarat untuk melakukan PTK, tidak dapat digantikan oleh
siapapun apalagi oleh mahasiswa dalam rangka penyusunan tugas akhir.
Bagaimana dengan para mahasiswa kita yang calon guru pendidikan
jasmani atau calon pelatih olahraga? Benarkah mereka itu tidak boleh
melakukan PTK ? Haruskah mereka menjadi guru atau pelatih terlebih
dahulu agar bisa memiliki pengalaman ber-PTK?
Sebelum sampai pada kesimpulan boleh atau tidaknya
mahasiswa melakukan PTK ada baiknya kita kupas satu persatu tentang
persoalan mendasar PTK itu sendiri. Setidak-tidaknya ada 4 hal atau
dimensi yang perlu diuraikan terkait dengan persoalan tersebut, yaitu : (1)
BAB II
commit to user
PTK sebagai prosedur; (2) PTK sebagai substansi ;(2) PTK sebagai
penelitian akademik; (4) PTK sebagai penelitian profesional.
Gambar 2.1. Dimensi-dimensi Penelitian Tindakan Kelas
B. PTK Sebagai Prosedur atau Cara
PTK itu sebenarnya merupakan sebuah prosedur atau cara
penelitian yang dipilih dan dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
praktis. Sebagai prosedur, PTK itu memiliki nilai yang sama dengan
pilihan-pilihan prosedur penelitian yang lainnya, seperti: ekperimen, studi
korelasional, studi kasus, survey, dan jenis-jenis penelitian formal yang
lain. Jika penelitian formal cenderung mengarah pada pengujian teoretik,
maka PTK lebih memfokus pada pemecahan masalah praktis dengan
mengembangkan pada pengujian hipotesis tindakan. Dengan demikian, Prosedur
Penel Akademik
commit to user
20
perguruan tinggi yang mencetak akademisi dan calon profesional sudah
barang tentu tidak akan membatasi mahasiswanya hanya melakukan
penelitian pengujian teoritis, tapi justru juga mengarahkan agar
mahasiswa memiliki kemampuan pengujian atas masalah praktis terkait
dengan masalah yang relevan dengan bidang ilmu dan sendi-sendi
profesi yang sangat diperlukan di kemudian hari.
C. PTK Sebagai Substansi Akademik
Sebagai sebuah substansi metodologis yang sifatnya teoretis,
PTK dapat dipelajari oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. PTK
bahkan dapat ditempatkan sebagai subject matter atau matakuliah/ mata
pelajaran di pendidiikan tinggi pada semua jenjang yang ada, mulai D1,
D2, D3, D4, S1, S2, dan S3. Mendalami substansi PTK ibarat
mempelajari tentang fenomena ideologis, kebijakan, atau proses sejarah.
Kita boleh mempelajari substansi ideologi tertentu, kebijakan tertentu,
atau proses sejarah tertentu, walaupun kita tidak harus terlibat secara
praktis dengan ideologi, kebijakan, dan proses sejarah tersebut.
Secara substansial, PTK dapat dikatakan seperti air, yakni
memiliki volume yang pasti tetapi bentuknya mengikuti wadahnya. Dalam
tataran ini, maka dapat digarisbawahi bahwa PTK itu layak dipelajari
substansinya oleh mahasiswa dari berbagai jenjang dan prodi, khususnya
di perguruan tinggi yang lulusannya dibekali kemampuan akademik dan
profesional. Mahasiswa memang seharusnya menguasai benar tentang
hal-hal akademis yang terkait dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Dalam kaitannya dengan ini, maka PTK adalah subject matter yang
menjadi bagian terpenting untuk menjembatani keilmuan dan
pengembangan dasar-dasar profesi kependidikan jasmani / kepelatihan
commit to user
Dalam kaitannya tentang PTK sebagai substansi, maka
setidak-tidaknya harus diyakinkan bahwa mahasiswa benar-benar telah sampai
pada pemahaman yang lurus tentang PTK. Pemahaman dasar PTK
meliputi tentang : (1) batasan PTK dalam pendidikan jasmani/
kepelatihan olahraga; (2) karakteristik PTK dalam pendidikan jasmani /
kepelatihan olahraga; serta (3) tujuan pelaksanaan PTK dalam pendidikan
jasmani/ kepelatihan olahraga, termasuk di dalamnya adalah tentang
desain PTK dalam pendidikan jasmani/ kepelatihan olahraga.
1. Batasan PTK dalam Pendidikan Jasmani/ Kepelatihan Olahraga
“ Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam pendidikan jasmani dan kepelatihan olahraga adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif dan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari
tindakan-tindakan guru/ calon guru pendidikan jasmani maupun
pelatih/ calon pelatih olahraga dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukannya, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek
pembelajaran pendidikan jasmani /kepelatihan olahraga tersebut
dilakukan, dimulai dari adanya perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi untuk setiap siklusnya”
2. Karakteristik PTK dalam Pendidikan Jasmani/ Kepelatihan Olahraga
Karakteristik PTK tersebut meliputi: (1) PTK merupakan
penelitian praktis (practical inquiry) yang bertujuan untuk
commit to user
22
PTK tidak menguji pengetahuan dan teori-teori; (2) PTK merupakan
penelitian yang dilaksanakan secara kolaboratif. Pihak yang
berkolaborasi adalah pihak-pihak yang secara riil menjadi komponen
inti dalam praktek pembelajaran sesuai masalah yang diteliti; dan (3)
PTK merupakan penelitian berbentuk self-monitoring dengan
penajaman kemampuan merefleksi berdasarkan apa yang telah
direncanakan, dilaksanakan, dan diobservasi.
3. Tujuan Pelaksanaan PTK dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga
Tujuan pelaksanaan PTK dalam pendidikan jasmani dan
kepelatihan olahraga, setidak-tidaknya mengarah pada dua hal yaitu:
a. Untuk memperoleh cara meningkatkan atau memanipulasi perlakuan
atau tindakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani/ kepelatihan
olahraga agar proses dan hasil pembelajaran pendidikan jasmani/
kepelatihan olahraga meningkat.
b. Untuk meyakinkan pelaksanaan perbaikan melalui Proses
Pengkajian Berdaur (cyclical): Merencanakan, Melakukan Tindakan,
Mengobservasi, dan Merefleksi. Pengkajian berdaur tersebut
diilustrasikan dalam bentuk proses berkelanjutan, yang disebut
commit to user
A. Menetapkan Sistematika Proposal PTK
Seberapa layak kemampuan seorang guru pendidikan jasmani,
pelatih olahraga, termasuk juga mahasiswa calon guru atau calon pelatih
dalam ber-PTK, dapat dilihat dari bagaimana kemampuannnya dalam
menyusun proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Proposal itu dapat
diibaratkan sebuah rencana matang sebelum yang bersangkutan
benar-benar akan melaksanakan PTK. Banyak yang beranggapan bahwa 80 %
pemahaman PTK dapat dicermati dari bagaimana seseorang itu
menyusun proposal PTK. Kita sudah memahami pandangan umum
seperti itu, bahwa perencanaan itu sesuatu yang sangat strategis dan vital
sebelum pelaksanaan. Ada ungkapan umum bahwa: “ failing to plan is
planing to fail”, artinya bahwa kegagalan dalam menyusun sebuah
rencana (proposal), berarti merencanakan (memproposalkan) suatu
kegagalan.
Langkah awal sebelum menyusun proposal adalah menetapkan
terlebih dahulu sistematika proposal yang akan digunakan. Sebagaimana
penelitian-penelitian yang lain, penyusunan proposal itu harus mengikuti
sistematika yang berlaku. Dalam kaitannya dengan ini maka akan
terdapat banyak sekali versi sistematika proposal. Proposal PTK juga
akan ditemukan banyak versi. Apapun versi proposal yang akan
digunakan maka ada sebuah keharusan yang harus dimiliki oleh calon
BAB VII
KOMPONEN PROPOSAL PTK DALAM
PENJAS DAN KEPELATIHAN
commit to user
87
peneliti PTK, yaitu bahwa calon telah benar-benar menemukenali
permasalahan praktis dalam setting alami serta alternatif tindakan yang
direncanakan akan diimplementasikan. Dengan kata lain, telah tercipta
ide matang dari calon peneliti tentang masalah penelitian serta
tindakannya.
Penyusunan proposal hanyalah merupakan penuangan ide
tersebut dalam sebuah format perencanaan yang sistematis. Semakin
sistematis dan rinci, maka proposal tersebut semakin banyak membantu
peneliti dalam pelaksanaan PTK. Sebaliknya, jika ide atau gagasan
peneliti dituangkan dalam sebuah proposal yang kurang sistematis dan
kurang rinci, maka dalam pelaksanaannya akan ditemukan berbagai
kendala teknis. Oleh karena itu proposal itu harus berisi
komponen-komponen khusus dan penting yang secara teknis telah menampung
berbagai hal yang mudah diimplementasikan dalam praktek penelitian di
lapangan/ kelas. Proposal PTK memiliki fungsi sebagai dokumen
pemandu dan pengarah dalam pelaksanaan penelitian PTK.
Sistematika proposal PTK dalam pendidikan jasmani dan
kepelatihan olahraga pada umumnya meliputi komponen proposal yang
meliputi: (1) Judul; (2) Latar Belakang Masalah; (3) Rumusan Masalah; (4)
Tujuan Penelitian; (5) Manfaat Penelitian; (6) Kajian Pustaka; (7) Metode
Penelitian; (8) Jadwal Penelitian; (9) Rincian Beaya Penelitian; (10) Daftar
Pustaka; dan (11) Lampiran-lampiran.
Untuk kepentingan pemahaman isi proposal dalam rangka
persiapan penyusunan laporan PTK, lazimnya komponen-komponen
tersebut kemudian dikemas secara teknis dalam sebuah format dengan
commit to user
A. Hakikat Satuan Siklus PTK
Siklus dalam PTK dapat dikatakan sebagai prosedur mikro.
Siklus itu merupakan sebuah satuan pakem dari serangkaian
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Siklus adalah sebuah
satuan mekanisme sadar yang dilakukan peneliti (bersama kolaborator)
dalam rangka untuk merubah keadaan secara rasional dan terencana.
Pelaksanaan siklus dapat diibaratkan seperti keinginan kita untuk
melarutkan sesendok gula pasir di dalam secangkir teh hangat. Untuk
melarutkan gula dan menjadikan teh agar berasa manis, maka ada
keharusan kita secara sadar untuk mengaduknya dengan sebuah
senduk. Banyaknya adukan dan kecepatan pengadukan akan
memberikan efek yang berbeda atas proses pelarutan gula di dalam
cangkir tersebut. Semakin sering mengaduk, artinya frekwensi dan
kecepatan mengaduknya ditingkatkan, maka akan semakin cepat larut
gula di dalam cangkir itu. Indikator dari telah larutnya gula itu dapat
dirasakan dari tingkat kemanisan teh yang ada di dalam cangkir
tersebut. Ada sebuah keterkaitan rasional, bahwa semakin banyak gula
yang larut, maka semakin manis rasa teh yang ada di cangkir tersebut.
Siklus dalam contoh di atas dapat didesain dengan volume
tertentu, tetapi tidak dapat dipatok dengan memberikan satuan waktu
BAB V
RANCANGAN SIKLUS
commit to user
57
sebagaimana dalam penentuan durasi dalam eksperimen. (Berdasarkan
kajian teoretis, eksperimen dalam pendidikan jasmani dan kepelatihan
olahraga mengembangkan treatment dengan frekwensi 3 x per minggu
dengan durasi 3 bulan, misalnya). Tetapi siklus dalam PTK tidak
dipolakan dengan penentuan durasi yang demikian.
Siklus dalam contoh pengadukan gula tersebut adalah
seperangkat tindakan yang dilakukan agar action pengadukan itu
melarutkan gula sehingga teh berasa Lumayan Manis (Indikator
capaian akhir siklus I), kemudian action berikutnya menjadi Cukup
Manis (indikator capaian akhir siklus II), melalui action berikutnya
menjadi Manis (Indikator capaian akhir siklus III), dan melalui action
berikutnya menjadi Sangat Manis (Indikator capaian akhir siklus IV).
Jika hasil final PTK itu mengarah pada pencapaian tindakan
pengadukan untuk melarutkan gula agar teh berasa Sangat Manis,
maka artinya bahwa PTK tersebut berhenti pada akhir siklus IV.
Ketercapaian siklus IV tersebut bisa jadi dalam durasi sekian detik,
tetapi bisa jadi berlangsung secara lama dan memakan waktu
bermenit-menit. Kita tidak dapat mengontrol waktu karena tujuan kita tidak
memfokus pada kegiatan EKSPERIMEN mengaduk gula dalam
secangkir teh. Tetapi pengadukan gula itu dalam suasana yang memiliki
setting alamiah, yaitu ketika pelaksanaan meeting atau pelaksanaan
acara resmi yang lainnya. Itulah gambaran mudah tentang action PTK.
Analog dengan contoh pengadukan gula di dalam cangkir yang
berisi teh hangat tersebut, maka pemahaman tentang siklus di dalam
PTK pembelajaran pendidikan jasmani dan kepelatihan olahraga juga
dapat dipahami sebagai berikut: bahwa permasalahan yang
ditemukenali dalam praktik pembelajaran pendidikan jasmani dan
kepelatihan olahraga harus diidentifikasikan terlebih dahulu. Setelah
commit to user
TENTANG PENULIS
Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd lahir di Wonogiri pada tanggal 28 Nopember 1965. Lulus S1 FKIP UNS Tahun 1989. Lulus Magister Pendidikan (S2) PPs IKIP Jakarta Tahun 1996. Lulus Program Doktor dengan predikat Cum Laude di PPs Universitas Negeri Jakarta 2010. Mengawali karier sebagai dosen di Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta sejak tahun 1990. Sekarang adalah Lektor Kepala dengan pangkat Pembina Utama Muda Golongan IV/c di Jurusan POK FKIP UNS.
Tahun 2003 – 2007 bertugas menjadi Ketua Program Studi S1 Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi JPOK FKIP UNS. Tahun 2005 – 2006 menjadi Ketua Pelaksana SP4 Pengembangan Jurusan Batch II. Saat ini, disamping sebagai anggota Tim Penetapan Angka Kredit Kenaikan Pangkat Dosen FKIP UNS, juga mendapat tambahan tugas antara lain sebagai: (1) Anggota Tim Ahli Sport
Development Index (SDI) Pusat, (2) Tim Pengembang Pembangunan Karakter
Bangsa Kemenkokesra RI, (3) Tim Pengembang Pendidikan Karakter Bangsa di Direktorat Ketenagaan Ditjen Dikti, dan (4) Koordinator Konsultan Ahli SDM Keolahragaan DPRD Kota Balikpapan Kalimantan Timur.
Dosen Matakuliah Metodologi Penelitian Pengajaran Penjas dan Olahraga, termasuk juga Matakuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Cukup sering diundang untuk menjadi pembicara acara seminar atau nara sumber workshop tentang PTK, di antaranya adalah: Pembicara Seminar Nasional Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Jasmani di Universitas Lambung Mangkurat (2009), Training PTK bagi guru SMP di Wonogiri (2009), Workshop PTK bagi Guru Penjas di Sukoharjo (2009),
Workshop PTK bagi Guru Penjas SD di Karanganyar (2009).
Publikasi ilmiah kurun lima tahun terakhir telah dipresentasikan dalam seminar nasional dan internasional tidak kurang dari 30 karya. Karya berupa makalah, buku, artikel jurnal, artikel proceeding. antara lain: (1) Aplikasi Model Pembelajaran Sibernetika Pendidikan Jasmani, (2) Euforia Olahraga dan Penciutan Ruang Publik, (3) Peningkatan Kompetensi Mengajar Pendidikan Jasmani melalui Perbaikan Pilihan Spektrum Gaya Mengajar Model Mosston, (4) An Analysis on Sport Fund Collection in Indonesia, an Academic Study on Sport Economics-Sport Industries in Indonesia,
(5) Ekspektasi dan Kesiapan Mahasiswa dalam Program Magang Profesi Guru Pendidikan Jasmani, (6) A Contemporary Study of Philosophy Physical Education
and Sports after the Release of Act No.3 Of 2005 About The National Sports System,
(7) Penguatan Kebijakan Publik Industri Olahraga untuk Program Pengentasan Kemiskinan, (8) Golf dan Pemberantasan Korupsi, (9) Prototipe Pembekalan Kompetensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berbasis Multiaspek, Kolaboratif, dan Sintesis Keunggulan Sumber Belajar, dan (10) An Exploration of “Other Intelligence”
commit to user
118
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal . 2008. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Penerbit Yrama Widya
Iskandar, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Cipayung – Ciputat: Gunung Persada (GP) Press.
Joni, T Raka. 1998. Penelitian Tindakan Kelas: Beberapa Permasalahannya. Jakarta: PCP PGSM Ditjen Dikti.
Karyadi, Benny, dkk. 2006. Penelitian untuk Peningkatan Kualitas
Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Direktorat
Ketenagaan Ditjen Dikti Depdiknas.
Kasbolah, Kasihani, dan Sukaryana, I Wayan. 2001. Penelitian Tindakan
Kelas Untuk Guru. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Kemmis, S and Mc Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Third Edition. Victoria: Deakin University Press.
Muhadjir, Noeng. 1997. Analisis dan Refleksi dalam Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: BP3SD Ditjen Dikti Depdikbud.
Natawidjaya, Rochman. 1997. Konsep Dasar Penelitian Tindakan. Bandung: IKIP Bandung.
Soedarsono, 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas,
Bagian Kedua: Rencana, Desain, dan Impelementasi. Yogyakarta:
Ditjen Dikti Depdikbud BP3GSD.
Suroso, 2009. Penelitian Tindakan Kelas : Peningkatan Kemampuan Menulis
melalui Classroom Action Research. Yogyakarta: Penerbit
Pararaton.
Susilo, 2009. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Sleman Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.