• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanaman nilai-nilai religius pada anak usia dini melalui alat permainan edukatif berbasis limbah rumah tangga ONENG NURUL BARIYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penanaman nilai-nilai religius pada anak usia dini melalui alat permainan edukatif berbasis limbah rumah tangga ONENG NURUL BARIYAH"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN PENELITIAN

PENANAMAN NILAI-NILAI RELIGIUS PADA ANAK USIA DINI MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF BERBASIS LIMBAH RUMAH TANGGA

Ketua : Dr. Susilahati, M.Si (NIDN : 0324106002)

Anggota : Dr. Oneng Nurul Bariyah, M.Ag (NIDN: 0310106803) Dr. Ir. Elfarisna, M.Si ( NIDN:0303106503)

Ir. Helfi Gustia, M.Si (NIDN:0012086101)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2013

(2)

2 Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh mahalnya harga Alat Permainan Edukatif (APE) yang merupakan media belajar pada anak usia dini , sehingga lembaga PAUD yang ada kekurangan media pembelajaran APE. sementara saat ini jumlah PAUD terus meningkat seiring dengan peran serta masyarakat dalam merespon PAUD. Disatu sisi limbah rumah tangga nampak belum banyak termanfaatkan dengan baik . Fakta dilapangan menunjukkan terdapat PAUD yang kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan limbah rumah tangga sebagai media pembelajaran anak usia dini. Salah satu lembaga yang memanfaatkan limbah rumah tangga menjadi APE adalah RA Mesjid Istiqlal. Bagaimana APE berbasis limbah rumah tangga itu digunakan sebagai media pembelajaran, menjadi hal menarik untuk diteliti.Mengingat penyelenggaraan pendidikan di RA Istiqlal berbasis agama, sub fokus penelitian ini meliputi : bagaimana penanaman nilai-nilai religius pada anak usia dini diterapkan dengan menggunakan APE berbasis limbah rumah tangga. Metode penelitian yang digunakan bersifat kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa APE dapat dibuat dari limbah rumah tangga dan dapat digunakan sebagai media penanaman nilai-nilai religius pada pendidikan anak usia dini dengan melalui metode bermain di sentra-sentra. Output penelitian adalah modul penanaman nilai-nilai religius berbasis APE limbah rumah tangga.

(3)
(4)
(5)

5

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya akhirnya penelitian yang berjudul: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada anak Usia Dini melalui APE berbasis Limbah Rumah Tangga dapat selesai.

Penelitian ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, kami berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi dalam penyelesaian penelitian ini. Secara khusus pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada keluarga besar RA Istiqlal yang telah bersedia sebagai lokasi dan obyek penelitian. Juga kepada ditlitambas dikti kemendikbud yang telah mendanai penelitian ini serta rektor UMJ atas kesempatan yang diberikan dalam mengakses kegiatan penelitian ini. Terima kasih juga disampaikan kepada tim LPPM UMJ yang telah membantu tekhnis penelitian ini.

Kiranya hasil penelitian ini mudah-mudahan dapat memberi sumbangsih dalam penanaman nilai-nilai religius bagi anak usia dini dan bagi lembaga penyelenggara pendidikan anak usia dini

Jakarta, Desember 2013 Ketua Tim Peneliti

(6)

6 DAFTAR ISI

JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah C. Perumusan Masalah D. Pembatasan Masalah E. Tujuan Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Keagamaan Anak Usia Dini B.Perkembangan Anak Usia Dini C.Pendidikan Anak Usia Dini D.Limbah Rumah Tangga..

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian. B. Metode Penelitian.

C. Tahapan penelitian. D. Jadwal Penelitian.

BAB IV TEMUAN-TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi

B. Penanaman nilai-nilai Religius.

C. Penggunaan APE berbasis Limbah Rumah Tangga BAB IV Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan. B. Saran. DAFTAR PUSTAKA

(7)

7 BAB I.

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah.

Manusia adalah makhluk Tuhan yang dikarunia akal sebagai pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itu, hal yang sangat pantas apabila manusia berbakti kepada Tuhan sebagai wujud syukurnya. Semua manusia di segala zaman, mulai dari manusia primitif sampai modern. Hasrat mengabdikan diri pada Tuhan, diungkapkan dalam bentuk ritual yang berbeda-beda.

Namun ada masalah yang menjadi perdebatan di kalangan ahli jiwa. Apakah hasrat mengabdi pada Tuhan itu timbul dalam diri manusia sebagai bawaan sejak lahir ataukah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain? Dalam masalah tersebut ada yang disebut dengan teori Monistik dan teori Fakulti (Faculty theory). Dalam teori monistik menyebutkan bahwa sumber kejiwaan agama adalah satu sumber kejiwaan. Tokoh-tokoh psikologi yang termasuk aliran Monistik antara lain Thomas van Aquino, Fredrick Hegel, Fredrickk Schleimacher, Rudolf Oto dan Sigmund Frued. Aquino berpendapat bahwa sumber kejiwaan agama itu adalah berfikir. Manusia bertuhan karena manusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Sementara Fredrick Hegel menyatakan bahwa agama adalah suatu pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran abadi. Sementara itu Fredrick Schleimacher berpendapat bahwa sumber keagamaan adalah ketergantungan yang mutlak.1 Teori lain yaitu teori fakulti menyebutkan bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada suatu faktor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur yang dianggap penting yaitu fungsi cipta (reason), rasa (emotion), dan karsa (will). Cipta (reason)

1

(8)

8

berperan mennetukan benar tidaknya ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelek seseorang. Rasa (emotion) menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama. Karsa (will) menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan logis.2

Pengalaman sebagai bentuk aplikasi agama pada diri manusia dapat terjadi melalui pendidikan yang diterima sejak lahir. Pendidikan pertama yang diterima seorang manusia adalah melalui keluarga. Sosok seorang ibu atau bapak memiliki pengaruh dalam keagamaan seorang anak. Walaupun dalam perkembangan selanjutnya, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi keagamaan seseorang apakah melalui berfikir lewat pendidikan yang dia terima ataupun karena lingkungan seperti melalui perkawinan.

Anak usia dini berada pada masa keemasan ( golden age) bagi penanaman nilai-nilai religious, sehingga pada masa tersebut seorang anak harus dididik dengan baik. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan oleh para pendidik, termasuk upaya menanamkan nilai-nilai keagamaan pada diri anak sejak usia dini. Metode pengajaran dan alat yang digunakan oleh seorang pendidik dalam penanaman nilai-nilai keagamaan bagi anak usia dini disesuaikan dengan perkembangan jiwa mereka. Selain itu, masa kanak-kanak sebagai masa bermain tentu berpengaruh pada alat yang digunakan dalam penanaman nilai-nilai religius. Pada anak usia dini media pembelajaran yang efektif adalah dengan menggunakan APE, karena anak akan tertarik pada APE. Alat

Pembuatan alat permainan edukatif bagi anak usia dini terkadang membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan mahal. Untuk itu, diperlukan strategi

2

(9)

9

yang baik agar APE yang digunakan itu bersifat murah selain memberikan penanaman nilai-nilai religius pada anak usia dini. Alat permainan edukatif yang murah membutuhkan keterampilan khusus dari para pendidik. APE tersebut dapat dibuat dari limbah rumah tangga yang saat ini kian marak. Limbah yang berasal dari rumah tangga adalah penyumbang terbesar dari limbah yang ada saat ini. Bahkan, kini limbah yang berasal dari rumah tangga khususnya di kota-kota besar seperti Jawa Barat sudah mencapai 80%.

Pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai alat permainan edukatif yang digunakan sebagai media penanaman nilai-nilai religius anak usia dini ada faktor-faktor yang harus diperhatikan. Misalnya, jenis alat permainan apa yang dapat digunakan? Bagaimana metode pembelajaran yang dapat dilakukan dengan menggunakan APE limbah tersebut? Untuk menjawab permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa masalah dalam penelitian yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Darimana alat permainan edukatif berbasis limbah dapat diperoleh? 2. Bagaimanakah uji kelayakan limbah yang dapat digunakan bagi alat

permainan edukatif?

3. Jenis limbah rumah tangga apa yang dapat dibuat sebagai alat permainan edukatif bagi penanaman nilai-nilai religius anak usia dini?

4. Bagaimanakah pengaruh penggunaan APE limbah rumah tangga bagi penanaman psikologi anak?

(10)

10

6. Bagaimana pemanfaatan APE limbah rumah tangga dalam penanaman nilai nilai religius?

C. Pembatasan Masalah

Masalah penelitian dibatasi pada pemanfaatan APE berbasis limbah rumah tangga dalam penanaman nilai nilai religius pada anak usia dini.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penanaman nilai-nilai religius pada anak usia dini ?

2. APE berbasis limbah rumah tangga yang bagaimana yang dapat digunakan untuk anak usia dini ?

3. Bagaimana penanaman nilai nilai religius anak usia dini melalui APE berbasis limbah rumah tangga ?

E. Tujuan Penelitian

1.Mendapatkan bentuk dan jenis serta manfaat APE berbasis limbah rumah tangga yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai religius

2.Mendapatkan model pembelajaran anak usia dini dalam menanamkan nilai-nilai religius.

(11)

11 BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keagamaan Pada Anak Usia Dini.

Hampir pada kebanyakan keluarga saat ini, telah disadari sepenuhnya bahwa pendidikan agama harus dimulai sejak usia dini. Di lembaga pendidikan anak usia dini, juga demikian. Institusi ini dengan sadar mempriorotaskan masalah nilai-nilai religi pada anak sebagai landasan tumbuh kembang anak pada periode berikutnya.

1.Pengertian Agama.

Istilah agama menurut bahasa berasal dari bahasa Sansekerta yaitu "a" artinya

"tidak" dan "gama" artinya "kacau" atau “kocar-kacir” atau “tidak teratur”. Jadi istilah "agama menurut bahasa bermakna "tidak kacau". Adapun arti agama menurut Mahmud Syaltut yaitu "ketetapan ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia." Sedangkan menurut Syaikh Muhammad Abdullah Badran dalam bukunya al-Madkhal ila al-Adyan, bahwa agama sama artinya dengan "din" yaitu hubungan antara dua pihak dimana yang pertama mmemiliki kedudukan lebih tinggi daripada yang kedua. Kata "din" yang terdiri dari huruf dal, ya dan nun sama dengan

(12)

12

controller of the universe, who has given to man a spiritual nature which continues to

exist after the death of body (agama adalah mempercayai adanya kekuatan kodrat Yang Maha Mengatasi, Menguasai, Menciptakan dan Mengawasi alam semesta dan yang telah menganugerahkan kepada manusia suatu watak rohani, supaya manusia dapat hidup terus menerus setelah mati tubuhnya."3

2. Perkembangan Agama Anak

Kata pertumbuhan sering dikaitkan dengan kata perkembangan sehingga ada istilah tumbuh kembang. Ada pendapat yang mengatakan bahwa pertumbuhan merupakan bagian dari perkembangan. Namun sebenarnya pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang berbeda. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh, misalnya bertambah berat badan, bertambah tinggi badan, bertambah lingkaran kepala, bertambah lingkar lengan, tumbuh gigi susu, dan perubahan tubuh yang lainnya yang biasa disebut pertumbuhan fisik. Pertumbuhan dapat dengan mudah diamati melalui penimbangan berat badan atau pengukuran tinggi badan anak. Pemantauan pertumbuhan anak dilakukan secara terus menerus dan teratur.

Adapun perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, tingkah laku, dan sebagainya. Proses perubahan mental ini juga melalui tahap pematangan terlebih dahulu. Bila saat kematangan belum tiba maka anak sebaiknya tidak dipaksa untuk meningkat ke tahap berikutnya misalnya kemampuan duduk atau berdiri. Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat (genetik), lingkungan (gizi dan cara perawatan kesehatan), dan konvergensi (perpaduan antara

3

(13)

13

bakat dan lingkungan). Oleh sebab itu perlakuan terhadap anak tidak dapat disamaratakan, sebaiknya dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak (Diktentis Diklusepa, 2003:8).

Berdasarkan hasil penelitian Ernest Harms bahwa perkembangan agama pada anak melalui beberapa fase. Demikian disebutkan dalam bukunya the Development of Religious of Children bahwa perkembangan agama pada anak melalui tiga tingkatan, yaitu:

1. The Early Tale Stage (Tingkat Dongeng)

Pada tingkatan ini pengetahuan tentang konsep Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi

2. The Realistice Stage (Tingkat Kenyataan)

Tingkat ini dimulai pada anak usia Sekolah Dasar hingga usia remaja (adolesense). Pada masa ini, ide ke-Tuhanan anak sudah menemukan konsep-konsep yang berdasarkan kepada penyataan. Konsep ini timbul mellaui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa.

3. The individual Stage (tingkat individu)

Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka.Dalam pandangan Islam keagamaan anak sudah ada sejak lahir. Artinya anak sudah memiliki naluri ketuhanan4 . Namun, potensi keagamaan yang ada pada anak dapat dipengaruhi oleh orang tua. Maka peran orang tua di sini sangat besar dalam upaya membina dan menanamkan keagamaan anak.

4

(14)

14

Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini di Indonesia, mengacu kepada tujuan pendidikan nasional yang telah disepakati seluruh bangsa. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 5 . Dalam Islam, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda ”setiap bayi yang dilahirkan ke dunia dalam keadaan fitrah (suci), maka tergantung orang tuanya yang akan menjadikan ia menjadi Yahudi, Nashrani atau Majuzi.6 Konsekuensi dari landasan yuridis dan filosofis diatas adalah bahwa dalam pendidikan anak usia dini, nilai-nilai agama harus sudah dikenalkan dan ditanamkan. Prof Dr.Zakiah Darajat, ahli jiwa menyatakan bahwa :

Anak-anak mulai mengenal Allah SWT, melalui bahasa.Yaitu dari kata-kata orang tua dan lingkungan keluarganya. Sebelum anak dapat bicara, dia telah dapat melihat dan mendengar kata-kata, yang barangkali belum mempunyai arti apa-apa baginya, namun pertumbuhan agama telah mulai ketika itu.7

Ini berarti dalam pembelajaran anak usia dini, harus sudah termasuk bagaimana agama dipahami dan diaplikasikan dalam tindakan serta perilaku dalam kehidupan sehar-hari. Sabda Rasulullah SAW “Apabila anak-anakmu mulai dapat berbicara, maka ajarilah, laa ilaha illallah.” Islam mengajarkan nilai-nilai keislaman ditanamkan kepada anak melalui cara pembiasaan seperti pendapat al-Ghazali dalam “Ihya

Ulumudidin.”

Anak-anak adalah amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci ibarat permata bergharga yang masih bersahaja, belum digosok dan dibentuk. Hati ini reseptif bagi berbagai pengaruh dan cenderung meniru segala yang dekat kepadanya. Oleh karena itu, apabila hati dibiasakan dan diajarkan untuk selalu berbuat baik, niscaya ia kan tumbuh di atas kebaikan, serta akan bahagia di dunia dan akhirat. Maka kedua orang tuanya pun akan mendapatkan pahala, begitu pula guru dan pendidiknya. Tetapi jika anak dibiasakan untuk berbuat buruk dan dibiarkan bertingkah laku seperti binatang,

5

Depdiknas RI: 2003. loc.cit.

6

Imam Musbikin. Kudidik Anakku dengan Bahagia. (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003). p.4. 7

(15)

15

niscaya ia akan sengsara dan binasa. Maka orang-orang bertanggung jawab dalam mendidiknya akan menerima dosanya.8

Karakteristik pembelajaran pada anak usia dini, dilakukan melalui pembiasaan ucapan dan perbuatan yang berdasarkan nilai-nilai agama. Pembiasaan ini dapat dilakukan disaat anak-anak berinteraksi sosial dengan teman-teman sebayanya mulai sejak dini. Menurut Sujiono, pelaksanaan interaksi yang berpijak pada landasan iman dan taqwa, akan mewujudkan perangai akhlak dan interaksi yang sangat baik sebagai insan shaleh, cerdas, bijak dan dinamis.9

B. Perkembangan Anak Usia Dini. 1.Anak Usia Dini.

Anak usia dini adalah sebuah periode usia bagi anak yang berada diawal-awal kehidupannya dan anak berada pada kondisi serba belajar dan mencoba melakukan sesuatu . Jauh sebelum dikenal istilah ini, dikenal istilah balita, yaitu anak berusia dibawah lima tahun. Ada banyak pendapat yang menjelaskan tentang anak usia dini. Diantaranya pendapat dari National Association for The Education of Young Children (NAEYC), yang menjelaskan bahwa kategori anak usia dini adalah mereka yang usianya antara 0-8 tahun. Sementara di Indonesia anak usia dini memiliki rentang usia 0-6 tahun. Hal ini dapat dilihat pada Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional pasal 28 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan

merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar.” 10

Ini berarti pengakuan negara akan siapa yang dimaksud anak usia dini adalah mereka yang berusia 0-6 tahun. 2.Perkembangan Anak Usia Dini.

8

Ibid., p.8 9

Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Indeks, 2009). p. 217 10

(16)

16

Pada dasarnya perkembangan anak usia dini merupakan masa usia emas bagi seorang anak atau dikenal pula dengan istilah golden age. Bloom mengemukakan bahwa pengembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia empat tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan 20% pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Ini berarti bahwa pengembangan yang terjadi pada usia 0-4 tahun sama besarnya dengan pengembangan yang terjadi pada usia 4 tahun hingga 15-20 tahun. Pengembangan yang terjadi pada usia 4-8 tahun lebih besar dari pada pengembangan yang terjadi pada usia 8 tahun hingga 15-20 tahun. Dalam kaitan ini Bloom mengatakan bahwa 4 tahun pertama merupakan kurun waktu yang sangat peka terhadap kaya miskinnya lingkungan akan stimulasi. Dalam kurun waktu tersebut perbedaan kecerdasan pada anak yang lingkungannya kaya akan stimulasi dengan anak yang berada di lingkungan yang miskin stimulasi mencapai sekitar 10 unit IQ. Selanjutnya perbedaan sekitar enam unit IQ terjadi pada usia 4-8 tahun.11

Dalam perjalanan waktu, setiap potensi yang dibawa oleh anak akan mengalami dua hal yaitu tumbuh dan berkembang secara optimal atau sebaliknya akan berkembang minimal. Menurut Gutama, pengembangan potensi pada diri anak bisa dikatagorikan menjadi tiga, pertama berkembangnya secara alamiah kalau stimulasinya kurang (natural development), kedua berkembang secara optimal jika stimulasi maksimal (nurture development). Dan ketiga terlambat memberikan stimulasi, potensi tidak berkembang secara optimal.12

Perkembangan anak usia dini dapat pula dilihat dari teori perkembangan kognitif, seperti yang dinyatakan Jean Piaget. Perkembangan kognitif ini akan melibatkan

11

National Early Childhood Development Forum. Early Childhood Care and Development in Indonesia. (Jakarta: Forum PADU, 2004). p. 21

12

(17)

17

pikiran dan perasaan, inteligensi dan bahasa 13.Peaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan saja, melainkan interaksi antara keduanya. Dalam pandangan ini, organisme aktif mengadakan hubungan dengan lingkungan. Ada penahapan dalam perkembangan ini yang dicapai oleh anak pada waktu yang tidak sama, tetapi urutannya selalu tetap, tidak bervariasi. Adanya perbedaan dalam waktu seseorang anak mencapai suatu tahap perkembangan tertentu, menyebabkan Piaget tidak terlalu memperhatikan penahapan atas dasar umur. Inilah sebabnya uraiannya tentang umur terkesan kurang jelas, kurang ajeg.

Tahap-tahap perkembangan kognitif oleh J. Piaget pada masa usia dini disebut sebagai masa pra-operasional yang berada pada rentang waktu 2-7 tahun. Pada masa ini anak telah mempergunakan fungsi simbolik. Fungsi simbolik, yakni kemampuan untuk mewakilkan sesuatu yang tidak ada, tidak terlihat dengan sesuatu yang lain atau sebaliknya sesuatu hal mewakili sesuatu yang tidak ada. Fungsi simbolik ini bisa nyata atau abstrak. Misalnya pisau yang terbuat dari plastik adalah sesuatu yang nyata, mewakili pisau yang sesungguhnya. Kata pisau sendiri bisa mewakili sesuatu yang abstrak seperti misalnya bentuknya atau tajamnya.

Pada masa pra-operasional ini, anak bisa menemukan objek-objek yang tertutup atau tersembunyi. Untuk bisa melakukan ini, anak harus bisa melakukan simbolisasi terhadap objek yang tidak ada atau tidak diketahuinya ketika terjadi pemindahan objek. Anak juga sudah bisa melalkukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku.

13

(18)

18

Perkembangan mensimbolisasi sesuatu ini terlihat pula pada permainan yang dilakukan anak-anak, misalnya kursi yang “dijadikan” kereta api, pinsil yang dianggap pistol dan bermacam-macam lagi. Selain itu, penggunaan kata-kata merupakan rangkaian simbol-simbol yang tersusun, untuk mengungkapkan sesuatu baik mengenai sesuatu yang tidak terlihat dan tidak dapat langsung diamati, seperti kata kemarin, nanti atau besok.

Pada masa ini, anak mulai mengerti dasar-dasar mengelompokkan sesuatu, mula-mula dengan satu dimensi, misalnya mengelompokkan benda atas dasar warnanya atau ukurannya dan bentuknya saja. Semakin lama semakin mampu memperkembangkan kemampuan mengelompokkan ini atas dasar dua, tiga dimensi dan seterusnya. Piaget mengatakan anak-anak pada masa pra-operasional belum bisa memusatkan perhatian pada dua dimensi yang berbeda secara serempak. Pada masa ini anak belum bisa menyusun benda-benda dalam urutan-urutan sesuai dengan ukurannya. Jadi pada masa praoperasional ini anak berada pada tahap perkembangan penggunaan simbol dan penyusunan tanggapan internal seperti dalam permainan bahasa dan peniruan.

Menurut Berk pada dasarnya terdapat lima tahap perkembangan yaitu periode

prenatal, periode infancy and toddlerhood, early childhood, middle childhood, dan

(19)

19 C. Pendidikan Anak Usia Dini.

Pendidikan pada periode usia dini merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan, kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio-emosional dan spiritual yang menentukan tingkat keberhasilan pada pendidikan selanjutnya yang penuh tantangan bagi setiap anak. Pendidikan pada periode kondusif ini disebut dengan Pendidikan Anak Usia Dini.

1.Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini.

Di Indonesia, pengertian pendidikan anak usia dini telah jelas dirumuskan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pada Bab I pasal 1 butir 14 yang mencantumkan bahwa:

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.14

Upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun ini merupakan pendidikan yang menyiapkan anak mampu memasuki pendidikan sekolah dasar dan seterusnya. Pembinaan yang dilakukan kepada anak usia dini mengutamakan pemberian rangsangan atau stimulus sesuai dengan masa perkembangannya.

2.Pendekatan pendidikan anak usia dini.

Pendidikan anak usia dini melibatkan berbagai program yang melayani anak-anak mulai dari lahir hingga berusia 8 tahun yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan anak-anak dari sisi intelektual, sosial, emosional, bahasa, dan perkembangan fisik dan pembelajaran (Bredekamp & Copple,). Dari program

14

(20)

20

tersebut, sebenarnya pendekatan pendidikan anak usia dini dapat dikelompokan menjadi dua seperti yang dinyatakan dalam Children Resources International yaitu bahwa dalam bidang pendidikan anak usia dini, terdapat dua pendekatan yang mendasar untuk mengajar anak-anak yang berusia antara tiga sampai enam tahun yaitu: pendidikan perilaku dan pendekatan perkembangan. 15 Pendekatan perkembangan memberikan kerangka untuk memahami dan menghargai pertumbuhan alami anak-anak usia dini. Pendekatan ini menganggap bahwa anak-anak usia dini:

1. Adalah pembelajar aktif yang secara terus-menerus mendapatkan informasi mengenai dunia lewat permainan.

2. Mengalami kemajuan melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat diperkirakan.

3. Bergantung pada orang lain berkenaan dengan pertumbuhan emosi dan kognitif melalui interaksi sosial.

4. Adalah individu yang unik yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang berbeda.

3.Pembelajaran Anak Usia Dini.

Proses pembelajaran adalah bagian penting dari pendidikan. Secara umum pembelajaran memiliki pengertian sebagai pengaturan lingkungan belajar agar terjadi proses belajar yang kondusif pada siswa atau anak.

Pembelajaran adalah suatu integrasi dari seperangkat prinsip yang menjelaskan tentang pedoman untuk mengatur kondisi-kondiri belajar dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. (Snelbecker,1974). Sedangkan Kemp mengemukakan bahwa pembelajaran adalah merupakan proses yang kompleks terdiri dari fungsi dan bagian-bagian yang saling

15

(21)

21

berhubungan satu dengan yang lainnya serta diselenggarakan secara logis untuk mencapai keberhasilan dan belajar.16

Sejalan dengan hal tersebut, teori Piaget menekankan menekankan bagaimana anak memperoleh pengetahuan dan mengembangkan inteleknya secara jelas adalah relevan dengan pendidikan. Teori Piaget merupakan salah satu gambaran yang merefleksi apa yang dapat digunakan sebagai alat pendidik dalam memahami anak dan mengapa mereka belajar atau tidak belajar di sekolah. Piaget memandang bahwa memori (ingatan) bukan hal yang utama dalam belajar karena hal itu tidak melibatkan asimilasi dan komperhensi, yang berbeda dengan teori behaviorsime yang memandang hafalan (memori) sebagai bentuk belajar. Piaget berpendapat bahwa belajar selalu terkait dengan konstruksi dan komperhensif. Piaget juga menekankan pentingnya transformasi pengajaran berdasarkan tingkat perkembangan anak tertentu. Pendidik harus dapat berapresiasi secara luas agar minat anak dan model belajar dari waktu ke waktu berbeda17

Teori Piaget menganjurkan bahwa metode dan materi pengajaran harus konsisten dengan tingkat perkembangan konsep anak. Keaktifan interaksi fisik dan interaksi anak dengan lingkungan yang konstrukif adalah faktor yang sangat penting dalam perkembangan kognitif di sekolah. Jadi dalam teori Piaget ini menekankan bahwa reorganisasi kognitif bisa berlangsung jika ada aktivitas tindakan pisik dan kognitif. Menurut Piaget , asimilasi dan akomodasi tindakan adalah selalu di bawah kontrol internal (equilibration), dan reorganisasi struktur kognitif dalam cara tertentu tidak pernah dapat dipastikan oleh organisasi eksternal pengalaman. Jadi menurut teori Piaget bahwa belajar pada anak bukan sepenuhnya tergantung pada pendidik (sebagaimana ditekankan oleh tokoh-tokoh teori belajar pada aliran behaviorisme yang memandang perkembangan anak sebagai pribadi yang mekanistis) melainkan harus keluar dari anak itu sendiri.

16

Yamin dan Sanan. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta: GP Press, 2010) .

(22)

22 4.Belajar sambil bermain.

Secara epistomologis, pembelajaran pada anak usia dini haruslah menggunakan konsep belajar sambil bermain (learning by playing), belajar sambil berbuat (learning by doing) dan belajar melalui stimulus (learning by stimulating). 18 Untuk mencapai ini semua dibutuhkan suasana belajar, strategi dan stimulus yang sesuai dengan kebutuhan anak, agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.

Hurlock mengartikan bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar.19 McConkey secara lebih jelas lagi menyampaikan akan esensi bermain bagi anak, yaitu:

Bermain itu diinisiasi oleh anak itu sendiri, adalah dirinya yang memilih apa yang dimainkan dan bagaimana memainkannya. Tak seperti bekerja, bermain dilakukan untuk kepentingannya, bukan karena kepentingan akan hasil ataupun penghargaan. Maknabermain adalah penghargaannya sendiri. Di dalam bermain, anak-anak merasa bebas dari tekanan dan ia bisa memuaskan dirinya sendiri. Dia bisa bereksperimen tanpa resiko kesalahan, karena dia yang membuat peraturannya sendiri.Bermain juga merupakan suatu hal yang mencegah munculnya rasa frustasi. Kita sering berbicara kepada anak untuk melepaskan beban dalam bermain.Dalam bermain, seorang anak seperti mengisi kembali baterainya dan menemukan energi baru yang segar.20

5. Jenis Permainan

Pengalaman bermain yang menyenangkan dengan bahan, anak lain dan perhatian orang dewasa menolong anak-anak berkembang secara fisik, emosi, kognisi dan sosial. Lingkungan bermain yang bermutu tinggi untuk anak usia dini mendukung tiga jenis bermain yang dikenal dalam penelitian anak usia dini (Wikart, Rodgers, & Adcock. 1971) dan teori dari Erik Erikson, Jean Piaget, Lev Vygotsky, dan Anna Freud 21 :

18

Sujiono. op.cit. 19

Elizabeth Hurlock. op.cit. p. 320 20

Jeffrey, McConkey. Let Me Play. (London. Souvenir Press. 1994) p.15. 21

(23)

23 1. Main sensorimotorik atau fungsional

Menurut Piaget dan Smilansky, anak usia dini belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika mereka disediakan kesempatan untuk berhubungan dengan bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik di dalam maupun di luar ruangan. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika mereka diberi kesempatan untuk bergerak secara bebas, bermain di halaman atau di lantai atau di meja dan di kursi. Kebutuhan bermain sensorimotor anak didukung bila lingkungan baik di dalam maupun di luar ruangan menyediakan kesempatan untuk berhubungan dengan banyak tekstur dan berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak.

2. Main pembangunan: Sifat cair/bahan alam dan terstruktur

Piaget menyatakan bahwa kesempatanmain pembangunan membantu anak untuk mengembangkan keterampilan yang akan mendukung keberhasilan sekolahnya dikemudian hari. Balok unit, lego, balok berongga, dan bahan lainnya dengan bentuk yang sudah ditentukan sebelumnya, yang mengarahkan bagaimana anak meletakkan bahan-bahan tersebut bersama menjadi sebuah karya, dianggap sebagai bahan main pembangunan yang terstruktur.22

3. Main peran mikro dan makro

Manusia membangun kemampuan untuk menghadapi pengalaman dengan membuat suatu keadaan yang semestinya dan menguasai kenyataan melalui uji coba dan perencanaan didalamnya. Menurut Erikson, anak menyusun hal ini melaluii kegiatan bermain. Dalam keadaan yang ia buat sendiri, anak memperbaiki kesalahannya dan memperkuat harapan-harapannya. Anak mengantisipasi keadaan-keadaan masa depan melalui ujicoba-ujicoba.

22

(24)

24

Erikson menjelaskan dua jenis main peran yaitu main peran mikro dan main peran makro. Main peran mikro terdiri dari bahan main berukuran kecil, contoh : Rumah boneka dengan perabot dan orang-orangan, kebun binatang dengan binatang-binatang liar. Sedangkan main peran makro terdiri dari alat-alat berukuran sesungguhnya dan anak-anak dapat menggunakannya untuk menciptakan dan memainkan peran-peran. Contoh: dokter, perawat, polisi dan pemadam kebakaran, penjual barang kelontong.23

4. Waktu bermain yang dibutuhkan anak

Anak harus memiliki waktu untuk bermain, tempat, peralatan, dan pijakan dari pendidik ketika dibutuhkan. Dalam lingkungan anak usia dini harus ditekankan untuk menyediakan tiga jenis main, intensitas dan densitas dari pengalaman bermain.

a. Konsep Intensitas

Intensitas adalah sejumlah waktu yang dibutuhkan anak untuk pengalaman dalam tiga jenis main sepanjang hari dan sepanjang tahun. Konsep ini menekankan pada jumlah waktu yang dibutuhkan anak untuk berpindah melalui tahap perkembangan kognisi, sosial, emosi, dan fisik yang dibutuhkan agar dapat berperan serta dalam keberhasilan sekolah di kemudian hari.

b. Konsep Densitas

Densitas adalah berbagai macam cara setiap jenis main yang disediakan untuk mendukung pengalaman anak. Konsep ini menekankan pada kegiatan yang berbeda yang disediakan untuk anak oleh orang dewasa dilingkungan anak usia dini. Kegiatan-kegiatan ini harus memperkaya kesempatan pengalaman anak melalui tiga jenis main dan dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan perkembangan anak.

c. Lingkungan main

23

(25)

25

Pada umumnya, anak-anak usia dini mempunyai kesulitan dalam menemukan urutan kejadian, benda-benda dan orang di lingkungan mereka. Teori dan penelitian telah membuktikan bahwa anak membutuhkan lingkungan yang dapat diperkirakan dan ditata, baik di rumah maupun di sekolah. Warna, penataan ruang dan bahan yang direncanakan dapat memberi pengaruh positif atau negatif pada anak usia dini (Torelli & Durrentt, 1998).24 Yang menyarankan bahwa tempat main dimana anak dapat bergerak dengan bebas dan memilih kegiatan seharusnya berukuran dua setengah (2,5) tempat main setiap anak.

Penelitian yang lain yang dilakukan oleh Phelps (1986) dan Stannard (2002) menyarankan tiga tempat main setiap anak untuk perkembangan anak usia dua, tiga, dan empat tahun. Jika satu ruang kelas mempunyai 20 anak yang akan bergerak di sekitar ruangan untuk memilih kegiatan, di situ harus ada enam puluh tempat yang direncanakan untuk bermain.25.

Montessori merealisasikan bahwa anak-anak memiliki motivasi sejak lahir untuk belajar. Orang lain tidak dapat menghalangi aktivitas belajar atau bekerja anak. Hal ini merupakan dukungan bagaimana pengembangan sikap positif terhadap sesuatu yang anak harapkan bagi kepentingan belajar pada jenjang pendidikan yang berbeda yang dimulai dari jenjang pendidikan anak usia dini baik dalam bentuk TPA, TK maupun kelompok bermain. Menurut Montesori ada enam periode sensitif yaitu: 1) sensitivitas memerintah, 2) sensitivitas berbahasa, 3) sensitivitas berjalan, 4) sensitivitas aspek kehidupan sosial, 5) sensitivitas objek-objek kecil, dan 6) sensitivitas belajar26.

6.Peran guru anak usia dini dalam bermain.

24

Ibid., p.3 25

Ibid., p.4 26

(26)

26

Keberhasilan kegiatan bermain pada pendidikan anak usia dini sangat ditentukan oleh peran guru. Pada anak usia dini tidak mungkin diceramahi atau ditransfer pengetahuan. Karena itu peran guru dalam memfasilitasi, memediasi, memotivasi, menginformasikan sesuatu, membimbing, mengevaluasi pada kegiatan bermain menjadi hal yang sangat penting agar bermain menjadi bermakna bagi anak. Hal ini seperti dinyatakan oleh Yamin bahwa peran guru anak usia dini adalah sebagai fasilitator, mediator, motivator, informator, evaluator, dan pembimbing.27

D. Limbah Rumah Tangga

Limbah adalah sisa suatu usaha dan / atau kegiatan.28 Setiap upaya atau kegiatan memang dapat menghasilkan limbah yakni sisa sumber daya yang tidak sesuai dengan makna yang dituju semula. Limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan oleh rumah tangga, perkantoran, perdagangan, dan industri yang dianggap tidak punya nilai ekonomi. Limbah dapat dibagi menjadi limbah padat, cair, dan gas. Limbah padat pada umumnya disebut sampah. Apabila dikaitkan dengan bidang usaha, maka dapat dipilahkan menjadi limbah industri, pertanian, peternakan, dan pertambangan. Limbah padat yang berupa sampah dapat berupa sampah kota, sampah rumah tangga, sampah pasar dan sampah jalanan. Limbah dapat berupa barang bekas. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh ... bahwa limbah adalah Limbah adalah benda yang dibuang, baik berasal dari alam ataupun dari hasil proses teknologi. Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas, sisa kotoran hewan, tanaman, atau sayuran.

Limbah dapat dikelompokan menjadi dua golongan besar, (Nusa Idaman Said, 2011) yaitu ,

1. Limbah yang dapat mengalami perubahan secara alami (degradable waste = mudah terurai), yaitu limbah yang dapat mengalami dekomposisi oleh bakteri dan jamur, seperti daun-daun, sisa makanan, kotoran, dan lain-lain.

27

Yamin. op.cit.

28

(27)

27

2. Limbah yang tidak atau sangat lambat mengalami perubahan secara alami (nondegradable waste = tidak mudah terurai), misanya plastic, kaca, kaleng, dan sampah sejenisnya.

Berdasarkan wujudnya ( Ign Suharto, 2011) limbah dibedakan menjadi tiga, yaitu: limbah dalam wujud padat,gas, dan cair.

1. Limbah padat, limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat bersifat kering, tidak dapat berpindah kecuali ada yang memindahkannya. Limbah padat ini misalnya, sisa makanan, sayuran, potongan kayu, sobekan kertas, sampah, plastik, dan logam

2. Limbah cair, limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh limbah cair adalah air bekas mencuci pakaian, air bekas pencelupan warna pakaian, dan sebagainya.

3. Limbah gas, limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas. Limbah gas dapat dilihat dalam bentuk asap. Limbah gas selalu bergerak sehingga penyebarannya sangat luas. Contoh limbah gas adalah gas pembuangan kendaraan bermotor. Pembuatan bahan bakar minyakjuga menghasilkan gas buangan yang berbahaya bagi lingkungan.

Berdasarkan sumbernya menurut A. K. Haghi, 2011, salah satu jenis limbah adalah Limbah rumah tangga, limbah rumah tangga disebut juga limbah domestik. Jika dilihat arti limbah adalah juga termasuk barang-barang bekas, maka barang bekas rumah tangga seperti botol , perlengkapan dari plastik, kardus, kertas yang tidak terpakai termasuk kategoro limbah rumah tangga.

(28)

28

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RA Istiqlal, Jl. Taman Wijaya Kusumah, Jalarta Pusat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – November 2013. Penelitian dilakukan di sentra persiapan, sentra bahan alam, sentra ibadah, sentra main peran dan sentra balok usia anak yang mengikuti kegiatan ini adalah RA kelompok A yang berumur 3-4 tahun. Kategorinya dalam PAUD adalah masuk dalam katagori kelompok bermain.

B. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif yang mengacu kepada paradigma naturalistik yaitu paradigma alamiah yang bersumber pada pandangan fenomenologis.29 Pandangan ini bersandar pada gejala-gejala yang menampakkan diri, dimana peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya dalam situasi tertentu dari perilaku seseorang atau sekelompok orang yang berhubungan dengan APE berbasis limbah rumah tangga di RA Istiqlal.

Dalam penelitian kualitatif ini peneliti terlibat langsung di lapangan untuk melihat, mendengarkan dan ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan untuk mendapatkan kebenaran empiris secara langsung dengan APE berbasis limbah rumah tangga di RA Istiqlal. Hal ini sejalan dengan pendapat Muhajir bahwa keterlibatan subyek peneliti di lapangan dan menghayatinya merupakan salah satu ciri utama penelitian phenomenologik.30 Moleong menjelaskan lebih lanjut bahwa dari cara penelitian tersebut akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat

29

Lexy J. Moleong M.A. Loc.Cit., p.51 30

(29)

29

diamati.31 Melalui data empiris yang terkumpul diyakini akan dapat memberi jawaban terhadap permasalahan dalam penelitian ini.

Dasar pemilihan metode kualitatif diharapkan dapat memberikan jawaban secara rinci, untuk mengetahui dan menemukan keunikan APE berbasis limbah rumah tangga. Straus dan Corbin menyatakan bahwa metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkapkan dan memahami apa yang menjadi latar belakang sebuah fenomena, dapat memberikan data secara terinci dari sebuah fenomena yang mungkin sulit diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari metode-metode kuantitatif lainnya.32 . Lingkup diatas dibuat sebagai sebuah arah bahwa penelitian ini lebih banyak melihat proses dari pada hasilnya.33

2. Prosedur pengumpulan data :

Data penelitian ini didapat dari informan kunci yaitu guru, kepala sekolah, Pengumpulan data didapat melalui pengamatan, wawancara terbuka dan dokumentasi seperti yang dianjurkan oleh penelitian kualitatif bahwa: pengumpulan data didapat melalui pengamatan, wawancara terbuka dan dokumentasi.34

Mengawali penelitian ini, peneliti datang untuk menjajaki lokasi penelitian, untuk melihat apakah memang RA Istiqlal menerapkan APE berbasis limbah rumah tangga. Untuk melihat kebenarannya lalu peneliti meminta waktu kepada kepala tata usaha untuk diizinkan melihat sekilas sarana prasarana APE berbasis limbah rumah tangga dan proses mengajar

31

Lexy J. Moleong M.A. Loc.Cit., p 11

32

Anselm Strauss dan Juliet Corbin,Dasar-dasar Penelitian Kualitatif Prosedur, Teknik dan Teori Grounded (Surabaya: PT.Bina Ilmu,2007) p 11

33

Lexy J. Moleong M.A.,Loc.Cit., p.11 34

(30)

30

sekilas. Setelah yakin bahwa Istiqlal menerapkan pendekatan ini, peneliti menyampaikan surat permohonan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Pengamatan

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan sesuai dengan tahapan-tahapan yang dijelaskan oleh Basrowi dan Suwandi yaitu: (a) pengamatan deskriptif, (b) pengamatan terfokus, dan (c) pengamatan terpilih.35 Tahap-tahap yang dilakukan antara lain: 1) Pengamatan umum untuk memperoleh gambaran secara umum tentang kondisi fisik RA Istiqlal, unsur personal yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah, pelaksanaan pembelajaran secara umum, interaksi di antara siswa, dan setting lingkungan sentra bermain. Pengamatan umum ini dilakukan sambil bersilaturahmi dengan informan kunci dan melihat dari dekat secara keseluruhan apa yang dilaksanakan dalam program pembelajaran. 2) Pengamatan terfokus dimaksudkan untuk mengamati penanaman nilai-nilai religius dengan penerapan APE berbasis limbah rumah tangga. Pengamatan difokuskan kepada karakteristik penanaman nilia-nilia religius melalui APE berbasis limbah rumah tangga, bagaimana peran pendidik dalam menanamkan nilai-nilai religius; 3) Pengamatan terpilih dilakukan untuk mengamati secara intensif penanaman nilai-nilai religius dengan menggunakan APE berbasis limbah rumah tangga

b. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara berstruktur dan tak berstruktur. Wawancara tak berstruktur dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keterangan secara umum mengenai pelaksanaan penanaman nilai-nili religius di RA Istiqlal melalui APE berbasis limbah rumah tangga. Hasil wawancara tak berstruktur ini diharapkan dapat diperoleh dari informasi untuk menyusun pertanyaan lebih terperinci yang

35

(31)

31

akan dituangkan dalam wawancara berstruktur. Sedangkan wawancara berstruktur dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai berbagai komponen data yang diperlukan, yang belum didapat dari pendalaman informasinya saat melukaukan observasi.

c. Dokumentasi

Sebagai kelengkapan data tentang penanaman nilai-nilai religius melalui APE berbasis limbah rumah tangga, peneliti juga melihat berbagai dokumen yang tersedia seperti buku persiapan pengajaran, buku persiapan penciptaan setting sentra-sentra bermain, tema-tema dalam kurikulum. Untuk meyakinkan penanaman nilai-nilai religius melalui APE berbasis limbah rumah tangga, peneliti juga meminjam buku catatan dan buku-buku lain yang berisi perkembangan nilai-nilai religius.

Dalam menggunakan dokumentasi sebagai pelengkap data, sebelumnya peneliti menelaah isi dokumen dengan mengecek: (1) keaslian dokumen, (2)

d. Perekaman Data

Data pengamatan dicatat dalam bentuk inti-inti yang berkaitan dengan fokus, dilengkapi dengan merekam menggunakan handycam Hasil rekaman ditelaah secara mendalam dihubungkan dengan catatan tertulis saat di lapangan. Data hasil pengamatan dari

handycam dibuatkan transkipnya dalam bentuk kata-kata. Rekaman berikutnya difokuskan kepada hal-hal unik yang muncul saat penanaman nilai-nilai religius.

Pada rekaman wawancara, digunakan voice recorder. Dengan menggunakan alat bantu, data langsung diketik dalam bentuk catatan diskripsi. Lalu data dikelompokkan sesuai tema yang ditanyakan.

3. Pengorganisasian pengumpulan data

(32)

32

persiapan, sentra kreatifitas, sentra bahan alam, sentra musik, dan sentra olah tubuh. Sentra yang diteliti adalah sentra ibadah, sentra main peran, sentra bahan alam, sentra balok, dan sentra persiapan. Dasar pemilihan sentra tersebut karena ke lima sentra ini merupakan standar yang dapat diterapkan secara umum di lembaga penyelenggara pendidikan usia dini lainnya yang ada di masyarakat.

4. Keabsahan Data.

Penelitian kualitatif dinyatakan absah apabila memiliki derajat keterpercayaan

(credibility), keteralihan (transfereability), kebergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability).36Secara lebih praktis. dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah ketekunan pengamatan, triangulasi dan auditing yaitu sebagai berikut:37

a. Ketekunan Pengamatan

Pengamatan dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan agar menemukan ciri-ciri atau unsur-unsur dalam situasi yang sesuai, sehingga peneliti mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan jelas dari berbagai aplikasi APE berbasis limbah rumah tangga. Untuk mempermudah kegiatan pengamatan, peneliti menggunakan alat bantu handycam. Pengaturan catatan jadwal digital dalam handycam mempermudah untuk mengetahui keabsahan data karena dapat dibandingkan secara periodic.

. Dengan demikian waktu yang dipergunakan sudah cukup guna kepentingan penelitian ini dengan mengamati secara berulang peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan pelaksanaan penanaman nilai-nilai religius dengan pendekatan APE berbasis limbah rumah tangga.

b. Triangulasi

36Djam”an Satori,MA & Aan Komariah,M.Pd.

Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung,2009) p.164. 37

(33)

33

Cara yang ditempuh dalam trianggulasi adalah melakukan pengecekan data (cek, cek ulang, dan cek silang) kepada dua atau lebih sumber informasi, antara lain mengecek ulang dengan proses wawancara secara berulang dengan mengajukan pertanyaan yang sama kepada informan yang sama dalam waktu yang berlainan, dan mengecek silang dengan cara mewawancarai guru dan anak serta melakukan pengecekan terhadap sumber informasi data. Peneliti juga melakukan pengecekan dengan mencocokkan hasil wawancara dan hasil pengamatan di lapangan serta dokumentasi yang terkumpul.

C. Tahapan Penelitian

1. Garis Besar Penelitian Tahun 1.

Kegiatan yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi ke RA Istiqlal untuk melihat APE berbasis limbah yang digunakan dan penanaman nilai-nilai religius yang diterapkan.

b. Wawancara dengan informan, dan pengambilan dokumentasi. c. Analisis data.

d. FGD

e. Membuat dan merumuskan draft model. 2. Garis besar penelitian tahun ke 2.

Pada tahun ke 2 ini penelitian yang dilakukan dengan merepakan modul yang telah dirumuskan dengan langkah

a. Pemilihan TK Aisyiyah yang akan menerapkan draft model. b. Uji coba draft model.

c. Pelatihan guru d. Analisis uji coba. e. Workshop

f. Revisi model

(34)

34 6

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi.PenelitianTindakan Kelas. Jakarta. PT. Bumi aksara, cetqakan kedelapan .2009), h.74

7

Suharsimi Arikunto.prosedur Peneltian suatu Pendekatan Praktek, edisi revisi V (Jakarta PT. Rineka Cipta, 2002), h.84

BAGAN ALIR PENELITIAN

Dasar Teori Latar Belakang Masalah Pendahuluan

Tahun 1 Identifikasi masalah dan rumusan masalah

Merumuskan draft model pe nanaman nilai nilai religius melalui APE berbasis lim-bah rumah tangga

FGD

Draft model

Tahun 2

Analisis uji coba

Pengumpulan data

Observasi, wawancara dan dokumentasi

Analisis data

Uji Coba modl Penelitian tindakan kelas

Pemilihan PAUD Pemulung yang akan menerapkan draft model

(35)

35 D. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahun I dan tahun II. 1. Jadwal Tahun 1

No Kegiatan Penelitian Juni Juli Agus Sep Okt Nop Des 1 Persiapan penelitian, persiapan ke

lapangan, urus perizinan/ permo-honan, membuat instrumen, dan (skedul kegiatan secara teknis) 2 Pengumpulan data

3 Analisis data

4 Penulisan laporan hasil kemajuan penelitian.

1.Monev internal UMJ kemajuan penelitian

2.Perbaikan hasil monev 3.Monev dari dikti 5 FGD

6. Draft model

3. Jadwal Tahun 2

No. Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. lih Pemilihan PAUD Pemulung yang akan mene- rapkan draft model PAUD Pemulung yang akan menerapkan draft

model

2. Uji coba draft model

Workshop

Revisi model

(36)

36 3. Pelatihan guru

4. Analisis uji coba 5. Workshop

(37)

37 BAB IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum RA Istiqlal

1. Lokasi .

Raudhatul Athfaal (RA) Istiqlal berlokasi di Jln. Taman Wijaya Kusumah Masjid Istiqlal Jakarta Pusat dengan kode Kode Pos: 10710, Telepon: 021-3500711, fax: 021-3459525. RA yang terletak di kompleks Masjid Istiqlal ini merupakan cerminan dari PAUD yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai religius.

2. Falsafah.

Falsafah Raudhatul Athfaal (RA) Istiqlal adalah mengintegrasikan iman dan taqwa sesuai perkembangan anak. Sistem pendidikannya adalah mendukung perkembangan anak dan memberikan pilihan permainan dengan media yang dirancang untuk membantu mengembangkan imajinasi. Anak-anak diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-temannya dengan tidak membedakan kemampuan, suku, bangsa, budaya dan status ekonomi.

3. Visi dan Misi

Visi RA Istiqlal adalah memfasilitasi dan mengoptimalkan perkembangan potensi peserta didik sejak usia dini agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Misinya adalah terlaksananya ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari anak sesuai dengan kemampuan dan perkembangannya.

4. Tujuan RA Istiqlal.

(38)

38

meletakkan dasar-dasar pengembangan keimanan dan ketakwaan, akhlakul karimah serta seluruh aspek kepribadian yang dimiliki dan dibutuhkan anak didik.

5. Fungsi.

RA Istiqlal berfungsi sebagai sebuah pusat informasi dan contoh bagi penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan anak usia dini tingkat nasional melalui sistem bermain sambil belajar terintegrasi imtaq. RA Istiqlal juga memfungsikan dirinya sebagai pusat informasi dan contoh dalam penyediaan Alat Pendidikan Edukatif yang bernuansa agama dalam menunjang perkembangan anak usia dini. Selain itu juga berfungsi sebagai tempat pelatihan dan observasi bagi para guru dan atau pengelola kelompok bermain serta tempat penelitian bagi para mahasiswa dan tempat konsultasi bagi masyarakat tentang pendidikan anak usia dini

Alat Permainan Edukatif yang bernuansa agama ini, mempunyai ciri khas dalam menggunakan limbah atau barang-barang bekas seperti botol-botol plastik, kaleng susu, kartun bekas dus, kompor, panci dan lain sebagainya.

6. Metode Pembelajaran.

. Terdapat 10 (sepuluh ) sentra bermain yaitu: sentra ibadah, sentra main peran makro, sentra main peran mikro, sentra bahan alam, sentra balok, sentra persiapan, sentra kreatifitas, sentra seni, sentra olah tubuh, sentra memasak. Metode pembelajaran yang digunakan RA Istiqlal adalah bermain sambil belajar yang diintegrasikan dengan pendidikan keimanan dan ketaqwaan melalui sentra-sentra bermain

7. Program.

(39)

39 8.Jadwal Kegiatan Harian.

[image:39.595.100.531.204.552.2]

Kegiatan belajar terbagi dalam dua kegiatan besar yaitu materi pagi dan bermain di sentra. Materi pagi untuk pembahasan tema, dan bermain disentra untuk menggunakan APE yang sesuai dengan tema yang telah dibahas.

Tabel 1.

Jadwal Kegiatan Satu Hari di RA Istiqlal

No. Waktu Kegiatan

1. 07.00-07.30 Morning Al-Quran dan Jurnal Pagi 2. 07.30-08.15 Toilet training, Ikrar dan main bebas

3. 08.15-08.40 RA Bertadarus (surat-surat pendek dan doa) 4. 08.40-09.15 Materi Pagi (Pembahasan Tema)

5. 09.15-12.15 Bermain di sentra 5. 11.45-12.15 Sholat Dzuhur 6. 12.15-12.45 Tilawati PAUD 7. 12.45-12.55 Recalling

8. 12.55-13.00 Doa dan Pulang

9.Hasil yang diharapkan.

Hasil yang diharapkan oleh Istiqlal adalah tercapainya peserta didik yang mampu: mengenal diri dan mengagumi alam sekitarnya sebagai mahluk ciptaan Allah, mengetahui dan dapat menirukan sifat-sifat Allah (asmaul husna), melakukan gerakan shalat dan menghapal

(40)

40 10. Dewan guru

Guru yang mengajar di RA Istiqlal seluruhnya berjumlah 20 orang. Latar belakang pendidikannya bervariasi : S1 lulusan Pendidikan Anak Usia Dini baru 10 orang, lulusan Pendidikan Guru TK berjumlah 2 orang, dan selebihnya adalah lulusan S1 dari berbagai latar belakang. Proses pembelajaran juga dibantu oleh staf sekretariat dan tenaga keamanan. Mulau dari Ketua TU sampai tenaga administrasi keuangan, akademik dan lainnya.

Setiap guru mempunyai tugas rangkap berdasarkan jenis kegiatan. Tugas guru yang dilakukan bergantian setiap hari adalah kegiatan jurnal, membaca ikrar, variasi bermain, bermain bebas dan guru tema. Sedangkan tugas tetap adalah sebagai wali kelas materi pagi, guru bermain di sentra, dan guru keluarga makan.

B. Penanaman Nilai – Nilai Religius.

Penanaman nilai-nilai religius dilakukan disetiap kegiatan, mulai dari anak datang disekolah sampai pulang. Dalam penanaman nilai-nilai religius, dikelompokkan dalam dua kegiatan besar yaitu saat sebelum menggunakan APE dan pada saat digunakannya APE. Dua kegiatan ini dilaksanakan di sentra bermain.

1.Penanaman nilai sebelum menggunakan APE.

(41)

41

a.Tujuan penanaman nilai sebelum menggunakan APE.

1).Untuk menetralisir emosi anak dari rumah agar siap menerima pelajaran

2). Adanya jurnal dapat mengapresisasi ide-ide anak . Jurnal pagi yang dilakukan dengan menggambar, karena anak akan dapat mengekspresikan apa yang ada dalam pikirannya yang dituangkan dalam gambar. Dengan demikian akan memudahkan bagi guru dalam menanamkan nilai-nilai Islam melalui APE Bentuk-bentuk jurnal pagi dilakukan secara bervariatif misalnya menggambar, mengabsen, menulis, simbol. Melalui kegiatan menggambar sebenarnya mengandung tiga unsur yaitu : pembangunan, peran dan sesor motorik.

3).Adanya jurnal pagi juga memberikan manfaat untuk mempererat silaturrahmi antar anak serta guru.

(42)

42 b.Tema.

Penyusunan tema disusun untuk satu tahun kemudian dijabarkan dalam semester, lalu dijabarkan dalam kegiatan harian. Pada prinsipnya adanya tema dimulai dari yang bersifat global kemudian terurai secara rinci. Tujuannya agar anak dapat berfikir sistematis yaitu berfikir global kemudian berfikir hal-hal secara rinci.

c. Kegiatan penanaman nilai-nilai religius sebelum menggunakan APE.

Menanamkan nilai-nilai religius dengan menggunakan APE, tidak dapat dilakukan dengan mengajak anak langsung bersentuhan dengan APE. Banyak proses yang harus dilalui anak, jauh sebelum anak menyentuh APE. Di KB Istiqlal, kegiatan bermain dengan menggunakan APE dilakukan di sentra bermain. Jika dilihat pada jadwal kegiatan satu hari, kegiatan di sentra dilakukan pada siang hari sekitar jam 10.00, sementara kegiatan sudah dimulai sejak anak datang di sekolah. Sesuai dengan hasil pengamatan , wawancara dan telaah dokumen, kegiatan penunjang penanaman nilai-nilai religius yang dilakukan sebelum menggunakan APE,dilakukan dengan melalui :

1).Jurnal pagi.

(43)

43 2).Membaca ikrar.

Saat jam menunjukan hampir 7.30, guru memberi kesempatan kepada anak-anak untuk ke toilet. Guru mempersiapkan anak-anak menuju ruang membaca ikrar.. Menjelang membaca ikrar, anak-anak bernyanyi sesuai tema, lalu mempersilahkan anak yang bertugas sebagai pemimpin , untuk memimpin baca ikrar yang diikuti oleh teman-temannya seperti berikut:

Kotak 1. Pembacaan ikrar.

Pemimpin : Bismillahir rahmaanir rahim Murid-murid dan guru : Bismillahir rahmaanir rahim Pemimpin : Asyhadu al laa ilaaha illallaah Murid-murid dan guru : Asyhadu al laa ilaaha illallaah Pemimpin : Aku bersaksi

Murid-murid dan guru : aku bersaksi

Pemimpin : bahwa tiada Tuhan Murid-murid dan guru : bahwa tiada Tuhan Pemimpin : melainkan Allah Murid-murid dan guru : melainkan Allah

Pemimpin : wa asyhadu anna muhammadan

‟abduhu wa rasuuluh

Murid-murid dan bu guru : wa asyhadu anna muhammadan

‟abduhu wa rasuuluh

Pemimpin : dan aku bersaksi Murid-muriddan bu guru : dan aku bersaksi

Pemimpin : bahwa nabi Muhammad itu Murid-murid dan bu guru : bahwa nabi Muhammad itu Pemimpin : Rasul utusan Allah

Murid-murid dan bu guru : Rasul utusan Allah Pemimpin : Robbitubillahi robbah Murid-murid dan bu guru : Robbitubillahi robbah

Pemimpin : aku rela

Murid-murid dan bu guru : aku rela

Pemimpin : bertuhan Allah Murid-murid dan bu guru : bertuhan Allah Pemimpin : wabil islami dina Murid-murid dan bu guru : wabil islami dina Pemimpin : dan aku rela Murid-murid dan bu guru : dan aku rela

Pemimpin : beragama Islam

Murid-murid dan bu guru : beragama islam

Pemimpin : wabil muhammadi nabi ya warasullah

(44)

44 warasullah

Pemimpin : dan aku rela Murid-murid dan bu guru : dan aku rela.

Pemimpin : bernabi muhammad. Murid-murid dan bu guru : bernabi muhammad.

Pemimpin : Wabil qurani imama wa hukma Murid-murid dan bu guru : Wabil qurani imama wa hukma Pemimpin : dan aku rela

Murid-muriddan bu guru : dan aku rela

Pemimpin : berkitab suci al qur‟an Murid-murid dan bu guru : berkitab suci al qur‟an Pemimpin : Angkat kedua tangannya. Murid-murid dan bu guru, lalu mengangkat kedua tangannya

Pemimpin : Robbi

Murid-murid dan bu guru : Robbi

Pemimpin : ya Allah

Murid-murid dan bu guru : ya Allah Pemimpin : zidnii ‟ilmaaS Murid-murid dan bu guru : zidnii ‟ilmaa Pemimpin : tambahilah ilmuku Murid-murid dan bu guru : tambahilah ilmuku Pemimpin : wa zukni fahman Murid-murid dan bu guru : wa zukni fahman

Pemimpin : dan pertingikanlah kecerdasanku Murid-murid dan bu guru : dan pertingikanlah kecerdasanku

Pemimpin : amin

Murid-murid dan bu guru : amin

Pemimpin : ya Allah

Murid-murid dan bu guru : ya Allah

Pemimpin : Kabulkanlah permohonanku ini Murid-murid dan bu guru : Kabulkanlah permohonanku ini Semua menyanyikanlagu TK Istiqlal:

: “Senangnya senangnya di pagi hari. Kamilah murid TK Istiqlal.

Tempatnya di jalan wijaya kusuma Ayo kita bergembira.

Selamat pagi bu Selamat pagi pak Selamat pagi semua

Selamat pagi bu Selamat pagi pak Selamat pagi merdeka , merdeka ! Merdeka. Merdeka !!! Merdeka !!!

(45)

45

Pada naskah pembacaan ikrar, nuansa agama sudah cukup kental, dan ini dibaca setiap hari dengan dipimpin seorang murid yang bertugas secara bergantian setiap harinya dengan didampingi guru yang bertugas.

3).Kegiatan variasi bermain.

Variasi bermain adalah kegiatan bermain yang dilakukan tanpa menggunakan APE. Penanaman nilai-nilai religius dilakukan saat anak-anak akan memulai bermain dan mengakhiri bermain yaitu dengan membaca doa bismillah dan hamdallah. Pemimpin akan mengajak semua anak mengucapkan : ” Bismillahir rahmaanir rahiim...” dan

“Alhamdulillahirobbil alamin. “ .

Anak-anak diberi kesempatan sebebasnya untuk tertawa, teriak, berlari, agar ekspresi anak tersalurkan. Saat ada yang anak yang menang dalam permainan ini, guru

menanamkan ucapan “ Alhamdulillah”..Subhanullah “ dan pada kelompok anak yang

kalah, guru menanamkan ucapan “ bersabar dan ikhlas “ 4).Kegiatan transisi menuju materi pagi

Penanaman nilai religius dilakukan saat anak-anak tidak bersabar dan tidak tertib. Ucapan kata sabar menjadi nilai religius yang ditanamkan. Ditemukan bahwa TK Istiqlal meyakini akan perlunya masa transisi bagi setiap anak, saat nilai-nilai religius akan ditanamkan.

5).Materi pagi

(46)

46

yang tidak tertib atau konflik dengan temannya dengan ungkapan kata “ Allah Maha Tahu, kejujuran, ikhlas. Hal lain yang berkaitan dengan penanaman niali-nilai religius adalah tentang latihan melakukan gerakan shalat yang diikuti dengan bacaan doa masuk kamar mandi, doa berwudhu dan doa selesai wudhu atau keluar kamar mandi. Penanaman nilai-nilai religius juga dilakukaan saat kegiatan membaca buku cerita dengan menyediadakan buku-buku yang berkaitan dengan tema dan saat mendampingi membaca , guru akan melakukan penanaman nilai-nilai religius melalui ungkapan-ungkapan islami.

2.Penanaman nilai-nilai religius menggunakan APE.

Tujuan memberikan selamat datang kepada anak-anak saat mereka memasuki sentra adalah agar anak memiliki sikap ramah terhadap orang yang datang. Ucapan

assalamu‟alaikum sebagai bentuk penghormatan bagi tamu yang datang akan

menanamkan sikap empati dan hormat. Hal ini akan berdampak secara psikologis terhadap kenyamanan anak dalam menggunakan APE.

(47)

47

disiishkan atau bahkan merasa lebih dari yang lain. Pada intinya memilih teman bermain berpengaruh pada psikologi anak.

Penanaman nilai-nilai religius di RA Istiqlal diterapkan dengan menggunakan sentra bermain, bukan sudut atau area. Menurut RA Istiqlal, istilah sentra lebih tepat digunakan karena istilah sentra begitu dekat dengan Allah jika dibandingkan dengan menggunakan konsep sudut. Penerapan konsep sudut dirasa kurang pas, karena secara harfiah sudut itu artinya pojok. namun pada kenyataannya sudut diletakkan di tengah bukan disudut sesuai maksudnya. Penggunaan istilah sudut yang berbeda maknanya secara harfiah dikhawatirkan dapat membingungkan murid. Maka dalam penanaman nilai-nilai religius pada anak usia dini, digunakan istilah sentra bermain .

(48)
[image:48.595.118.524.66.522.2]

48

Gambar 1 . Penanaman nilai-nilai religius menggunakan model Sentra.

Penanaman nilai-nilai religius dengan cara konvensional pada pendidikan anak usia dini dilakukan dengan cara-cara menghafal dan memahami tentang agama dan nilai-nilai religinya tanpa menggunakan APE. Di RA Istiqlal, penanaman nilai-nilai religius dilakukan dengan media bantu APE. Pada kegiatan ini , desain bermain sesuai tema diemplementasikan selama 90 menit. Kegiatan ini dinamakan kegiatan bermain di sentra. Kegiatan di sentra bermain dibagi menjadi tiga yaitu sebelum main, saat main dan setelah main.

Penggunaan sentra bermain dalam menanamkan nilai-nilai religius, didasarkan

pada filosofi yang terdapat dalam Al Qur‟an, kerangka pemikiran dan tujuan sentra seperti berikut :

a.Sentra bahan alam :

Sentra bahan alam, memiliki falsafah dari Q.S.Yunus 24 yang artinya “

”Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang

(49)

49

Sentra bahan alam, memiliki kerangka pemikiran sebagai berikut :

1) Allah yang maha pencipta telah menciptakan dan menyiapkan sumber-sumber bahan alam di bumi ini untuk memenuhi kebutuhan hidup makhluk-Nya yang ada di bumi.

2) Salah satu kebutuhan anak adalah bermain yang berfungsi untuk mengaplikasikan dan mengaktualisasikan dirinya: bermain yang berkualitas dengan menstimulasi seluruh kecerdasan, diantaranya memfasilitasi bermain sensorimotor.

3) Allah memberi akal dan kekuatan pada manusia untuk mengolah, memanfaatkan dan melestarikan sumber-sumber bahan alam dengan cara yang diridhoi-Nya. 4) Kemampuan serta kepedulian anak terhadap kelestarian sumber-sumber bahan

alam perlu dilatih dan dibiasakan dari sejak dini melalui aktifitas bermain.

5) Sentra bahan alam disiapkan sebagai tempat anak melakukan kegiatan bermain sambil belajar dengan menggunakan bahan-bahan alam baik yang kering maupun yang basah untuk membantu proses perkembangan keimanan dan ketakwaan, bahasa, daya pikir, daya cipta/kreatifitas, ketrampilan dan jasmani.

Tujuan dibuatnya sentra bahan alam adalah :

1) Mengenalkan bahwa Allah yang telah menciptakan alam beserta isinya, sebagai bukti adanya Allah.

2) Mengenalkan bahwa Allah maha pandai yang telah menciptakan alam beserta isinya untuk diolah, dipelajari dan disyukuri oleh manusia

(50)

50

4) Mengembangkan aspek-aspek perkembangan, sehingga mengembangkan konsep diri yang positif, beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

5) Memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan minat yang diberikan Allah untuk eksperimen dan eksplorasi terhadap alam dan lingkungan sekitarnya sesuai dengan kemampuan dan tahap perkembangan anak.

6) Mengembangkan pemahaman anak tentang alam sekitar ciptaan Allah dan bagaimana mengolah dengan baik sesuai dengan aturan Allah.

7) Anak dapat memahami hubungan manusia dengan benda alam karunia Allah. 8) Memahami fungsi anggota badan sendiri termasuk panca indera serta perasaan

dan pemeliharaannya menurut aturan Allah.

9) Dengan bimbingan Allah anak belajar membuat keputusan yang akhirnya mengarah ada kemandirian.

10)Belajar berakhlak dan berprilaku yang benar menurut nilai agama dan budaya lingkungannya.

11)Berbagai macam kegiatan yang mengfungsikan kontrol motorik halus karunia Allah adalah mempersiapkan anak untuk persiapan menulis.

b.Sentra ibadah.

Falsafah sentra ibadah, berdasar pada Q. S. Al-Baqarah 177; al-A‟Raaf : 172 ; al-Imran :19, 85; al-Maidah

Bukanlah Menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajukan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta, memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat dan memuniakan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya ap

Gambar

Tabel 1.  Jadwal Kegiatan Satu Hari di RA Istiqlal
Gambar 1 . Penanaman nilai-nilai religius menggunakan model Sentra.
Tabel 3. Penataan Lingkungan Bermain Sentra Ibadah
gambar- main sendiri (solitary)   huruf hijaiyah atau main sensorimotor.
+7

Referensi

Dokumen terkait