• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Berbagai Tanaman Lahan Kering Di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Berbagai Tanaman Lahan Kering Di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia dan lingkungan mempunyai hubungan yang sangat erat. Manusia dalam hidupnya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dan untuk mencukupi kebutuhannya, manusia memanfaatkan segala potensi yang ada pada dirinya dan lingkungannya. Unsur-unsur lingkungan dapat berupa sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Oleh karena itu manusia perlu melakukan tindakan yang arif dalam pengelolaan lingkungan. Hubungan antara manusia dengan lingkungannya ini diperjelas oleh Bintarto (1977) yang mengemukakan bahwa Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mempelajari fungsi dan unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan akan sumberdaya alam

khususnya lahan, baik berupa pertanian maupun non-pertanian terus meningkat. Populasi penduduk di permukaan bumi semakin bertambah dari waktu ke waktu padahal luas lahan yang tersedia dan diperuntukkan bagi kehidupan manusia selalu tetap dari waktu ke waktu (Jamulya dan Suratman Worosuprojo, 1983). Oleh karena itu, lahan hendaknya dimanfaatkan sebaik mungkin dengan penggunaan dan pengelolaan lahan yang tepat.

Masyarakat merupakan bagian objek dan subjek pembangunan. Oleh karena itu peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam pembangunan, khususnya dalam pembangunan daerah. Peran serta masyarakat perdesaan yaitu secara tidak langsung melalui peningkatan produksi pertanian yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya, sehingga pembanguanan daerah (dalam hal ini pembangunan fisik daerah) dapat terlaksana. Peningkatan produksi pertanian tidak dapat meninggalkan peran serta masyarakat secara aktif, dan hal ini perlu disadarkan kepada masyarakat perdesaan agar kebutuhannya dapat terpenuhi dan dapat berperan aktif dalam pembangunan daerah.

(2)

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas lahan antara lain cara pengolahan lahan, pembibitan, pengaturan pola tanam, pengairan, pemupukan dan pengaturan lahan itu sendiri serta penggunaan lahan yang sesuai dengan jenis tanaman dan pengelolaan secara baik setidaknya mampu menjaga kelestarian lahan dan meningkatkan produktivitas lahan. Lahan yang mempunyai potensi tinggi diharapkan dapat berproduksi tinggi pula sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Mata pencaharian masyarakat di daerah perdesaan sebagian besar pada sektor pertanian. Namun pada saat ini keinginan masyarakat pada sektor pertanian cenderung menurun terutama pada generasi muda yang cenderung memilih sektor non pertanian antara lain pada sektor industri dan jasa. Hal ini antara lain disebabkan oleh semakin menyempitkan lahan pertanian, hasil yang kurang memadai dan membutuhkan waktu yang lama untuk memperolah hasil serta biaya tanam yang tinggi.

Masyarakat di perdesaan harus berusaha keras untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari terutama kebutuhan pokok antara lain dengan bekerja sampingan di luar sektor pertanian dan menanam tanaman lain selain tanaman pokok. Cara-cara ini dilakukan agar hasil panen dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari selama setahun dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Kecamatan Nogosari terdiri dari dari 13 desa dengan luas wilayah 5.536,49 ha, terdiri dari :

1. Tanah pekarangan/bangunan : 1.668,85 ha; 2. Tanah sawah tadah hujan : 3.325,63 ha; dan

3. Tanah tegalan : 542,01 ha.

(3)

Tabel 1.1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi gogo

di Kecamatan Nogosari Tahun 2006

No. Desa Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1.

Tabel 1.2. Luas Panen dan Produksi Tanaman Jagung

di Kecamatan Nogosari Tahun 2006

(4)

Tabel 1.3. Luas Panen dan Produksi Tanaman Kedelai

di Kecamatan Nogosari Tahun 2006

No. Desa Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1.

Tabel 1.4. Luas Panen dan Produksi Tanaman Kacang tanah

di Kecamatan Nogosari Tahun 2006

No. Desa Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1.

(5)

pemerintah setempat, jenis tanaman apa yang paling tepat untuk dikembangkan dan sesuai dengan lahan setempat.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, pada daerah penelitian dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :

1. bagaimana tingkat kesesuaian lahan dan sebarannya di daerah penelitian untuk berbagai tanaman seperti padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah?

2. faktor-faktor pembatas apakah yang ada pada pengelolaan lahan untuk berbagai tanaman lahan kering di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, dapat dirumuskan tujuan penelitian yaitu :

1. mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering yang meliputi padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah

2. mengevaluasi persebaran kelas dan sub-kelas serta mengetahui faktor-faktor pembatas yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini nanti dapat diharapkan :

1. sebagai informasi dan pertimbangan bagi pemerintah kabupaten Boyolali dalam mengambil kebijakan perencanaan pengembangan wilayah.

2. menambah khasanah keilmuan kepada pembaca, sehingga dapat dijadikan referensi bagi peneliti sejenis.

(6)

1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk lahan, proses, genesis dan lingkungan permukaan bumi. Geomorfologi saat ini telah berkembang sebagai ilmu terapan. Terapannya dalam berbagai bidang muncul secara bertahap dan dianggap memiliki arti penting untuk berbagai tujuan. Satu diantara beberapa terapan Geomorfologi adalah perencanaan dan pengembangan perdesaan di bidang pertanian, peternakan atau lainnya berkaitan dengan penggunaan lahan perdesaan melalui evaluasi lahan (Verstappen, 1983 dalam Taryono, 1997).

Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu areal dapat berbeda tergantung dari pada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya berhubungan dengan evaluasi untuk suatu penggunaan tertentu, seperti untuk budidaya padi gogo, jagung dan sebagainya. Evaluasi kesesuaian lahan mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari lokasi yang mempunyai sifat-sifat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi atau penggunaannya. Penilaian kesesuaian lahan pada dasarnya dapat berupa pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu (Sitorus, 1985).

Sitorus (1985) dalam bukunya ”Evaluasi Sumber Daya Lahan” mengemukakan tentang prinsip-prinsip dasar evaluasi lahan yang mengacu pada kerangka evaluasi lahan FAO tahun 1976. Dijelaskan dalam buku ini bahwa evaluasi sumber daya lahan adalah proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai macam penggunaan. Ada tiga aspek utama dalam evaluasi sumber daya lahan, yaitu lahan, penggunaan lahan dan aspek ekonomi. Adapun kerangka dasar dari evaluasi lahan adalah perbandingan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan tertentu dengan sifat yang ada pada lahan tersebut fungsi evaluasi lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana, berbagai macam perbandingan dan alternatif penggunaan yang diharapkan dapat berhasil.

(7)

mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah itu dapat terjadi oleh : 1) kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran, 2) terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinasi) yang merupakan racun bagi tanaman serta tertangkapnya unsur hara atau senyawa lain yang bersifat racun, 3) penjenuhan oleh air, dan 4) erosi. Kerusakan oleh satu atau lebih proses-proses tersebut menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan atau produktivitasnya berkurang.

Saefuddin Sarief (1988) dalam bukunya yang berjudul ”Konservasi Tanah Dan Air” mengemukakan bahwa lahan-lahan pertanian yang ditanami tanpa cara pengelolaan tanaman, tanah dan air yang baik akan menyebabkan penurunan produktivitas tanahnya yang disebabkan oleh menurunnya kesuburan tanah dan terjadinya gejala erosi karena adanya perubahan pada tanah atau adanya perubahan pada penutup tanah tersebut. Selanjutnya juga diungkapkan bahwa peranan pengelolaan tanah menjadi tidak mudah tererosi.

Pribadyo Sosroatmodjo L. A (1980) dalam bukunya yang berjudul “ Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah” meyebutkan bahwa tanaman lahan kering adalah segala jenis dan bentuk tanaman yang diusahakan oleh petani khususnya di atas tanah kering (tanpa pengairan), yang sering disebut sebagai pertanian tanah kering (dry farming) misalnya padi gogo, jagung, kedelai, kacang-kacangan, sorgum, dan lain-lain.

Salah satu manfaat dari ilmu Geomorfologi yang diuraikan dalam penelitian ini adalah sebagai evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering antara lain padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah. Klasifikasi kesesuaian lahan adalah suatu penafsiran dan pengelompokkan lahan yang mempunyai tipe khusus dalam kesesuaian secara mutlak atau relatif untuk semua jenis penggunaan tertentu (FAO, 1976 dalam Sitorus, 1985).

(8)

Data yang dikumpulkan untuk menilai kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di bagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Data primer meliputi : kedalaman efektif tanah, batu dan kerikil, pH tanah, tekstur tanah, drainase tanah, kesuburan tanah, relief mikro, penghambat pertumbuhan karena kekurangan air, banjir, genangan, kemiringan lereng dan ketinggian tempat.

2. Data sekunder meliputi : peta Topografi, peta Geologi, peta Tanah, peta Penggunaan Lahan, peta Administrasi skala 1 :50.000, data curah hujan, data kependudukan, dan data penggunaan lahan.

Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu pengamatan secara langsung di lapangan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Untuk mengadakan pengujian dan pengukuran parameter-parameter serta analisa laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) seluas 5,39%, kelas kesesuaian lahan hampir sesuai (S3) seluas 43,16% dan kelas tidak sesuai pada saat ini (N1) seluas 46,91% dari seluruh luas daerah, sedangkan tingkat produktivitasnya tanaman padi sawah di daerah penelitian sangat rendah.

Arif Nurrohman (2001) dalam skripsinya berjudul “ Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kedelai di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri “ bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pembatas yang mempengaruhi lahan untuk tanaman kedelai dan untuk menyeleksi kelas kesesuaian lahan hingga kategori sub-kelas untuk tanaman kedelai di daerah penelitian.

Data yang dikumpulkan untuk menilai kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai di bagi menjadi dua kelompok yaitu :

(9)

2. Data sekunder meliputi : peta Topografi, peta Geologi, peta Tanah, peta Penggunaan Lahan, peta Administrasi skala 1 :50.000, data curah hujan, data kependudukan, dan data penggunaan lahan.

Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu pengamatan secara langsung di lapangan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Untuk mengadakan pengujian dan pengukuran parameter-parameter serta analisa laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan dapat dibedakan menjadi empat sub-kelas, yaitu : kelas kesesuaian lahan hampir sesuai (S3r) seluas 4.433,4687 ha atau 31,5% yang dibatasi oleh kondisi perakaran yang berupa tekstur tanah, kelas N1r (tidak sesuai pada saat ini) seluas 2.195,4876 ha atau 15,4% yang dibatasi oleh kondisi perakaran yang berupa drainase, kelas N2s (tidak sesuai permanen) seluas 6.657,2852 ha atau 47,09% yang dibatasi oleh kondisi medan yang berupa kemirinagn lereng dan kelas N2sr (tidak sesuai permanen) seluas 878,1950 ha atau 6,1% yang dibatasi oleh kondisi perakaran yang berupa kemirinagn lereng dan kedalaman perakaran.

Wahyu Widayati (2003) melakukan penelitian dengan judul “Kesesuaian Lahan Untuk Berbagai Tanaman Alternatif di Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali” bertujuan untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman alternatif meliputi jagung, ketela rambat, kedelai dan ketela pohon dan untuk mengevaluasi persebaran kelas dan sub-kelas serta mengetahui faktor-faktor pembatas yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman alternatif.

Data yang dikumpulkan untuk menilai kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman alternatif di bagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Data primer meliputi : kedalaman efektif tanah, batuan di permukaan, singkapan batuan, drainase tanah, pH tanah, kadar KTK, kadar N total, kadar P2O5, K2O, salinitas, tekstur tanah, tingkat erosi, banjir, genangan, dan kemiringan lereng.

(10)

Penelitian ini menggunakan metode survei yaitu pengamatan secara langsung di lapangan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian lahan dengan kelas S2 untuk tanaman jagung, kedelai, ketela pohon dengan masing-masing seluas 48,2 ha dengan faktor-faktor pembatas pada kelas ini adalah tekstur tanah, jumlah bulan kering, curah hujan, P2O5, K2O, salinitas dan erosi. Kelas S3 untuk tanaman jagung, kedelai, ketela pohon dengan masing-masing seluas 1.021,8 ha dan untuk tanaman ketela rambat seluas 648 ha dengan faktor pembatas kedalaman efektif tanah, P2O5, dan K2O. Sedangkan kelas N1 untuk ketela rambat seluas 719 ha, dengan faktor pembatas berupa kedalaman efektif tanah dan drainase tanah.

Untuk lebih jelas tentang perbandingan penelitian dari penelitian sebelumnya disajikan dalam tabel 1.1 sebagai berikut :

Tabel 1.5. Perbandingan Penelitian

Nama Novita Hastuti

Judul Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kedelai di Kecamatan Pracimantoro

Kabupaten Wonogiri

Kesesuaian Lahan Untuk Berbagai Tanaman Alternatif di Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Berbagai Tanaman Lahan Kering

Di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali

Tujuan Mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di daerah penelitian.

• Memetakan tingkat kesesuaian untuk tanaman padi sawah di daerah penelitian.

• Mengetahui faktor-faktor pembatas yang mempengaruhi lahan Untuk tanaman kedelai.

• Untuk menyeleksi kelas kesesuaian lahan hingga kategori sub-kelas untuk tanaman kedelai di daerah penelitian.

• Mengetahui kelas kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman alternatif meliputi jagung, ketela rambat, kedelai dan ketela pohon.

• mengevaluasi persebaran kelas dan sub-kelas serta mengetahui faktor-faktor

pembatas yang mempengaruhi kesesuaian

lahan untuk berbagai tanaman alternatif.

• mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering yang meliputi padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah

• mengevaluasi persebaran kelas dan sub-kelas serta mengetahui faktor-faktor pembatas yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering di daerah penelitian.

Metode metode survei dan pengambilan sampel menggunakan teknik

stratified random sampling

metode survei dan pengambilan sampel menggunakan teknik

stratified random sampling

metode survei dan pengambilan sampel menggunakan teknik

stratified random sampling

metode survei dan pengambilan sampel menggunakan teknik

stratified random sampling

Data Primer dan sekunder Primer dan sekunder Primer dan sekunder Primer dan sekunder

Hasil Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah dengan skala 1 : 50.000

Peta kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai dengan skala 1 : 50.000

• Peta persebaran lahan untuk tanaman salak pondoh skala 1 : 75.000. • Tingkat pendapatan petani

pada masing-masing satuan lahan.

(11)

1.6. Kerangka Penelitian

Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu areal dapat berbeda tergantung dari pada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya berhubungan dengan evaluasi untuk suatu penggunaan tertentu. Evaluasi kesesuaian lahan mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari lokasi yang mempunyai sifat-sifat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi atau penggunaannya. Penilaian kesesuaian lahan pada dasarnya dapat berupa pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu (Sitorus, 1985).

Penanaman tanaman lahan kering seperti halnya tanaman lainnya, tanaman ini membutuhkan air. Akan tetapi kebutuhan air tanaman lahan kering tidak seperti tanaman padi sawah yang sewaktu-waktu perlu penggenangan. Dengan demikian tanaman lahan kering dapat tumbuh dan menghasilkan secara baik dalam keadaan debit air sedikit.

Dalam penelitian ini dilaksanakan tahapan-tahapan yang dimulai dari persiapan hingga penyajian hasil penelitian. Adapun tahapan tersebut dimulai dari interpretasi peta geologi yang bertujuan untuk mengetahui persebaran jenis batuan di daerah penelitian dan interpretasi peta topografi untuk mengetahui relief dan proses geomorfologi di daerah penelitian. Dengan peta topografi dan peta geologi dapat dibuat peta bentuklahan. Selanjutnya untuk membuat peta satuan lahan dengan cara tumpang susun antara peta lereng, peta tanah, peta bentuklahan, dan peta penggunaan lahan.

(12)

mendapatkan data-data tersebut dilakukan survei lapangan yang juga dibantu dengan analisa sampel tanah di laboratorium yang didasarkan pada satuan lahan. Penggunaan lahan yang sesuai dengan jenis tanaman dapat meningkatkan produksi tanaman tersebut. Namun masih banyak faktor lain yang dapat menentukan tingkat keberhasilan produksi tanaman antara lain teknik penanaman yang tepat, pemberian pupuk dan pestisida, serta pengairan yang cukup dan teratur.

Pengumpulan data faktor-faktor kesesuaian lahan di lapangan dengan pendekatan satuan lahan. Satuan lahan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara menumpang susunkan (overlay) dari peta bentuklahan, peta tanah, peta lereng dan peta penggunaan lahan. Peta bentuklahan diperoleh dengan cara interpretasi peta topografi, peta geologi dan cheking lapangan.

Data yang diperoleh dari lapangan dan analisa laboratorium dimasukkan dalam petunjuk klasifikasi kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering yang meliputi : padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah yang memakai metode CSR/FAO Staff (1983) dan analisis hasil dengan menggunakan metode

(13)

Sumber : Penulis, 2007

Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian

Data Primer

• Kedalaman efektif tanah

• Drainase tanah • Kemiringan lereng • Batuan di permukaan • Singkapan batuan • Ketinggian tempat

Data Sekunder • Curah hujan • Temperatur rerata

tahunan

• Penggunaan lahan • Kependudukan

Persyaratan Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Lahan Lering Perbandingan

Analisa Laboratorium • Tekstur tanah • p H tanah

• KPK

• P2O5

• N total • K2O

• Salinitas Interpretasi Peta Geologi

Skala 1 :75.000

Interpretasi Peta Topografi Skala 1 :75.000

Peta Tanah Skala 1 : 75.000

Peta Penggunaan Lahan Skala 1 : 75.000 Cek lapangan

Peta Bentuklahan skala 1 :75.000 Peta Lereng

Skala 1 : 75.000

Peta Satuan Lahan Skala 1 : 75.000

Survei Lapangan dan Pengambilan Sampel

Klasifikasi dan Analisa Data

Peta Kesesuaian Lahan untuk Masing-Masing Tanaman Lahan Kering yaitu Padi gogo, Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah

Skala 1 : 75.000 Peta Geologi

Skala 1 :100.000

(14)

1.7. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survei, yaitu mengamati, mencatat dan mengukur secara sistematik gelala-gejala yang diteliti kemudian dilengkapi dengan analisa laboratorium. Selain itu diambil juga data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai bahan pelengkap untuk melengkapi data primer. Cara pengamatan di lapangan dilakukan pada titik sampel yang ditentukan secara stratified random sampling dengan strata yang digunakan adalah satuan lahan, sedangkan analisis hasil dalam penelitian ini dengan cara matching yaitu membandingkan antara persyaratan kelas kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman lahan kering dengan karakteristik lahan di daerah penelitian.

Adapun tahap-tahap yang dilalui menggunakan teknik sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan.

a. Pengenalan fenomena masalah di daerah penelitian.

b. Studi kepustakaan serta penelitian yang berhubungan dengan topik serta objek daerah penalitian.

c. Interpretasi dan analisa peta meliputi :

1) Peta topografi skala 1 : 75.000 dan peta administrasi 1 : 75.000 untuk menentukan lokasi atau letak, morfologi, proses, ketinggian tempat serta digunakan sebagai peta dasar daerah penelitian.

2) Peta geologi skala 1 : 75.000, untuk mengetahui formasi batuan dan litologi pembentuk batuan.

3) Peta tanah skala 1 : 75.000, untuk mengetahui jenis dan persebaran tanah. 4) Peta penggunaan lahan 1 : 75.000, untuk mengetahui macam penggunaan

lahan di daerah penelitian.

d. Pembuatan peta bentuklahan dan satuan lahan.

e. Penentuan titik sampel dilakukan dengan cara overlay peta satuan lahan dengan peta administrasi, kemudian kita tentukan titik pengambilan sampel di daerah penelitian.

(15)

a) Pengumpulan data primer yang meliputi parameter fisik yang dapat diukur di lapangan yaitu : kedalaman efektif tanah, drainase tanah, kemiringan lereng, ketinggian tempat, batuan di permukaan dan singkapan batuan. b) Pengambilan sampel tanah untuk dianalisa di laboratorim untuk

memperoleh data tekstur tanah, pH tanah, KTK, P2O5, N total, K2O dan salinitas.

c) Pengumpulan data sekunder tambahan yang diperoleh dari instansi terkait. Data sekunder tersebut adalah data curah hujan, temperetur rerata tahunan, penggunaan lahan dan kependudukan.

3. Tahap Pengolahan Data.

Pengolahan data merupakan kegiatan pengolahan data mentah dan data hasil laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut dalam rangka menjawab tujuan penelitian. Pada tahap ini, data dikelompokkan dan diklasifikasikan kemudian dibandingkan dengan parameter-parameter yang digunakan untuk menilai tingkat kesesuaian lahan. Adapun faktor-faktor untuk tanaman lahan kering yang berpedoman pada CSR/FAO Staff (1983) yang meliputi padi gogo, jagung, kedelai dan kacang tanah adalah sebagai berikut :

1. Temperatur Udara Tahunan Rata-Rata

Data ini diperoleh dari pencatatan suhu udara pada stasiun meteorologi dan geofisika. Temperatur udara tahunan rata-rata disesuaikan dengan tabel 1.5-1.8. 2. Jumlah Bulan Kering

Untuk mengetahui jumlah bulan kering dalam studi ini didasarkan dari curah hujan bulanan yang besarnya kurang dari 75 mm perbulan yang dihitung dalam sepuluh tahun. Jumlah bulan kering disesuaikan dengan tabel 1.5-1.8.

3. Curah Hujan Tahunan Rata-Rata

Curah hujan tahunan rata-rata dihitung dari curah hujan bulanan dari stasiun pencatat hujan dalam sepuluh tahun. Curah hujan tahunan rata-rata disesuaikan dengan tabel 1.5-1.8.

4. Drainase Tanah

(16)

setelah ditetesi larutan αα dipiridil itu menandakan drainasenya jelek. Juga ditentukan dengan ada atau tidaknya bercak motling yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Drainase sangat buruk (sangat terhambat)

Sebagian besar tanah permukaan basah dan pada umumnya berada di dataran rendah. Tanah-tanah yang cukup basah itu mencegah tumbuhnya sebagian besar tanaman sehingga perlu membuang air. Tanah permukaan berwarna hitam sampai kelabu, sedang tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau kelabu muda, atau mungkin kekuning-kuningan atau kebiru-biruan. Kalau terdapat bercak biasanya notasi warna kroma bawah pada umumnya dua atau kurang dari dua.

b) Drainase buruk (terhambat)

Tanah pada atau dekat permukaan mengalami basah sepanjang waktu sehingga tanaman sukar tumbuh. Untuk itu perlu saluran pembuang air. Kebanyakan tanah-tanah ini berada pada dataran atau daerah bawah. Daerah ini merupakan mintakat jenuh air yang disebabkan oleh keadaan permeabilitas lambat dan adanya rembesan atau kedua-duanya, tanah permukaan berwarna hitan atau kelabu. Biasanya tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau kelabu muda dan pada umumnya warna bercak dengan notasi warna kroma tiga atau lebih.

c) Drainase agak buruk ( agak terhambat)

Tanah dekat permukaan mengalami basah selang periode atau sampai pelaksanaan panen, sehingga hasil tanaman pada tanah itu relatif rendah. Untuk itu perlu saluran pembuangan air buatan. Tanah-tanah ini mempunyai tingakat permeabilitas lambat atau mungkin ada penambahan air dari rembesan atau oleh kedua-duanya. Pada umumnya warna tanah permukaan coklat keabu-abuan dengan warna bercak pada notasi kroma tinggi dengan kedalaman 20-50 cm.

d) Drainase agak baik

(17)

rendah dibandingkan dengan tanah dengan drainase yang baik dan tanah-tanah ini mempunyai tingkat permeabilitas lambat/kedua-duanya, warna tanah permukaan gelap dengan warna bercak di lapisan tanah bawah dengan notasi kroma tinggi.

e) Drainase baik

Tanah ini lembab untuk sementara waktu setelah turun hujan, akan tetapi kemudian akan cepat hilang. Tanah inipun tidak terlalu lama basah setelah turun hujan lebat dan tanah-tanah ini ditandai oleh warna kemerah-merahan, kecoklatan/kekuningan pada tanah permukaan. Pada lapisan tanah bawah bercak dengan notasi kroma tinggi berada pada kedalaman 100 cm atau lebih. f) Drainase agak cepat

Tanah ini mempunyai tingkat permeabilitas cepat dan kemampuan penyimpanan air rendah, tanaman akan emberikan produksi yang relatif rendah apabila tanpa pengairan. Tanah ini sifatnya berpasir dan sifatnya porositi, warna tanah kemerahan, kecoklatan, kekuningan/kelabu apabila dijumpai warna bercak hasil dari pelapukan dalam kondisi agak basah.

g) Drainase sangat cepat

Tanah ini ditandai dengan tingkat permeabilitas sangat cepat sehingga kemampuan penyimpanan air rendah. Tanah ini tidak cocok untuk memproduksi tanaman, apabila tanpa irigasi. Pada umumnya kemiringan lereng termasuk curam, ditandai dengan tanah berwarna kemerahan, kecoklatan, kekuningan atau kelabu. Tanah ini bebas dari bercak dan kelembabannya tinggi.

5. Kedalaman Efektif Tanah

Yang dimaksud kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah sampai sejauh mana tanah dapat ditumbuhi akar tanaman, menyimpan cukup air dan unsur hara. Pengukurannya dilakukan di lapangan dengan pengeboran yang alatnya meliputi bor dan cangkul pada setiap titik sampel sehingga mencapai kedalaman lebih dari 75 cm. Kedalaman efektitf tanah yang ada di daerah penelitian disesuaikan dengan tabel 1.5-1.8.

(18)

6. Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu masa tanah, terutama perbandingan antara fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi lempung.

Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu di lapangan dan di laboratorium dipergunakan sebagai salah satu penentu kelas kesesuaian lahan dan data data tekstur di lapangan digunakan sebagai data pembanding. Contoh tanah yang dianalisis merupakan contoh tanah pada lapisan atas yaitu tanah yang tertoreh karena aktivitas olahan tanah atau untuk tanah yang diolah diambil kedalaman 0-30 cm. Tekstur Tanah yang ada di daerah penelitian disesuaikan dengan tabel 1.5-1.8.

7. Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah yang diteliti meliputi N total dalam tanah diukur di laboratorium dari contoh tanah permukaan yang dilakukan dengan metode desilasi dan hasilnya dinyatakan dalam prosen. Faktor tersedia dalam bentuk ion P2O5 ditentukan di laboratorium dengan metode Amonium Asetat (NH4OHC). Pada pH dengan satuan contoh lapisan tanah, sedangkan untuk penentuan salinitas ditentukan di laboratorium dengan electric conducticity meter. Kemampuan pertukaran kation (KTK) diperoleh dari hasil analisis di laboratorium dengan metode NH4OHC (Amonium Asetat) pada pH dalam satuan me/100 gr yang diambil dari contoh tanah bawah. Sifat kimia tanah dianalisis di laboratorium dan hasilnya kemudian di klasifikasikan seperti dalam tabel 1.2 di bawah ini :

Tabel 1.6. Kelas Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia Sangat

rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat

tinggi

Ntotal (%) < 0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 > 0,75

P2O5 (ppm) < 10 10-15 16-25 26-35 > 35

K2O tersedia

(meg/100 gr)

< 0,2 0,2-0,3 0,31-0,5 0,6-1 > 1

KPK

(meg/100 gr)

< 5 5-16,9 17-24,9 25-40 > 40

Salinitas

(mmhos/cm)

(19)

8. Kelas pH Tanah

pH tanah adalah reaksi tanah yang menunjukkan sifat keasaman atau alkalinitas tanah. Pengukuran pH tanah dilakukan di laboratorium secara elaktrik anaode dan katode yaitu pH meter. Cara penetapannya adalah dengan memasukkan contoh tanah kedalam botol sampai batas volume tertentu (satu bagian), kemudian dituangkan aquades atau KCL sampai volume tertentu pula (2,5 bagian). Kemudian dikocok sampai homogen. Setelah itu dibiarkan selama sekitar satu hari dan dipanasi dengan listrik untuk mengendapkan tanahnya kenudian diuji dengan mencelupkan anode katode kedalam larutan, maka dapat dibaca langsung jarum yang menunjukkan skala pH. Klasifikasi pH tanah daerah penelitian disesuaikan dengan tabel 1.5-1.8.

9. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng diukur di lapangan dengan menggunakan abney level dan dinyatakan dalam persen. Klasifikasi Kemiringan lereng daerah penelitian disesuaikan dengan tabel 1.5-1.8.

10.Keadaan Batuan Di Permukaan

Keterdapatan batuan di permukaan tanah dapat diamati secara langsung pada setiap lokasi pengamatan secara kualitatif dan dinyatakan dalam persen sesuai dengan yang terdapat pada tabel 1.3 di bawah ini :

Tabel 1.7 Kelas Keadaan Batuan di Permukaan

Kelas Kriteria Keadaan Batuan Di Permukaan Sangat sesuai

Cukup sesuai

Hampir sesuai

Tidak sesuai pada saat ini

Tidak sesuai permanen

0

1

2

3

4

Tidak ada atau sedikit batuan, artinya menutupi kurang dari 0,01% dari luas permukaan tanah.

Agak berbatu (faitly stony), yaitu batu menutupi 0,01-0,1% dari luas permukaan tanah, batu dengan diameter 15-30 cm, berjarak 10-30 m satu sama lain.

Berbatu (stony) yaitu batu menutupi 0,1-3% dari luas permukaan tanah, batu berdiameter 15-30 cm, berjarak 1,6-10 cm satu sama lain.

Sangat berbatu (very stony), yakni batu menutupi 3-15% dari luas permukaan tanah, batu dengan diameter 15-30 cm, berjarak 75-160 cm satu sama lainnya.

(20)

11. Singkapan Batuan

Besarnya singkapan batuan dinyatakan dalam persen yang kelihatan pada permukaan lahan. Singkapan batuan berpengaruh terhadap mudah tidaknya pengolahan lahan. Selanjutnya Klasifikasi singkapan batuan daerah penelitian disesuaikan dengan tabel 1.4 di bawah ini :

Tabel 1.8 Kelas Singkapan Batuan

Kelas Kriteria Singkapan Batuan

Sangat sesuai

Cukup sesuai

Hampir sesuai

Tidak sesuai pada saat ini

Tidak sesuai permanen

0

1

2

3

4

Sedikit atau tidak ada singkapan batuan yang kurang dari 2% dalam batuan induk yang tersingkap.

Singkapan batuan berjarak 35-100 m satu sama lain dan menutupi 2-10% luas permukaan tanah. Singkapan batuan berjarak 10-35 m satu sama lain dan menutupi 10-25% luas permukaan tanah.

Singkapan batuan berjarak 3,5-10 m satu sama lain dan menutupi 25-30% luas permukaan tanah.

Singkapan batuan berjarak kurang dari 3,5 m satu sama lain dan menutupi lebih dari 30% luas permukaan tanah.

4. Tahap Klasifikasi Dan Evaluasi Data

(21)

Tabel 1.9. Pedoman Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi Gogo (Upland Rice)

Kelas kesesuaian lahan Kualitas/ Ketersediaan Air (w)

ƒ Bulan kering (< 75

Media perakaran (r)

ƒ Drainase tanah

Retensi hara (f)

ƒ KPK tanah Hara tersedia (n)

ƒ N total

Rendah Sangat rendah

Toksisitas (x)

(22)

Tabel 1.10. Pedoman Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jagung (Maize)

Kelas kesesuaian lahan Kualitas/ Ketersediaan Air (w)

ƒ Bulan kering (< 75

Media perakaran (r)

ƒDrainase tanah

ƒTekstur

ƒKedalaman efektif tanah (cm) Retensi hara (f)

ƒ KPK tanah Hara tersedia (n)

ƒ N total

(23)

Tabel 1.11. Pedoman Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kedelai (Soybean)

Kelas kesesuaian lahan Kualitas/ Ketersediaan Air (w)

ƒ Bulan kering (< 75

Media perakaran (r)

ƒ Drainase tanah

Retensi hara (f)

ƒ KPK tanah Hara tersedia (n)

ƒ N total

(24)

Tabel 1.12. Pedoman Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang tanah (Groundnut)

Kelas kesesuaian lahan Kualitas/ Ketersediaan Air (w)

ƒBulan kering (< 75

Media perakaran (r)

ƒ Drainase tanah Retensi hara (f)

ƒ KPK tanah Hara tersedia (n)

ƒ N total Sumber : CSR/FAO Staff (1983)

(25)

1.8.Batasan Operasional

Bentuklahan adalah bentuk permukaan bumi sebagai hasil dari perubahan bentuk permukaan bumi, oleh proses geomorfologi yang beroperasi di permukaan bumi (LTC dalam Sunardi, 1983 dalam Wahyu Widayati, 2003).

Evaluasi lahan adalah proses penafsiran potensi lahan untuk penggunaan khusus, meliputi interpretasi dan survei bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lain dari berbagai lahan sampai tingkatan mengidentifikasi dan membuat perbandingan jenis penggunaan lahan yang diperbolehkan sesuai dengan tujuan evaluasi (FAO, 1976).

Evaluasi sumber daya alam adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan tertentu dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan tertentu (Taryono, 1997).

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu (Santun Sitorus, 1985)

Klasifikasi kesesuaian lahan adalah proses pengelompokkan dan penilaian tipe tertentu suatu lahan dipandang dari kecocokan secara relatif atas absolut untuk penggunaan tertentu (FAO, 1976)

(26)

Penggunaan lahan adalah bentuk penggunaan kegiatan manusia terhadap lahan, termasuk keadaan alamiah yang belum terpengaruh oleh kegiatan manusia (Van Zuidam, 1979 dalam Wahyu Widayati, 2003).

Satuan lahan adalah area dari lahan yang mempunyai kualitas dan karakteristik lahan tertentu sehingga dapat ditentukan bedanya pada peta (FAO, 1976).

Satuan pemetaan lahan adalah suatu wilayah yang dibatasi dalam peta, dan memiliki karakteristik dan atau kualitas lahan yang spesifik (FAO, 1976).

Pembatas lahan adalah suatu kualitas lahan yang merupakan persyaratan untuk memperoleh produksi yang optimal dan pengolahan dari suatu penggunaan tertentu (FAO, 1976).

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Isa Darmawijaya, 1992).

Gambar

Tabel 1.2. Luas Panen dan Produksi Tanaman Jagung
Tabel 1.3. Luas Panen dan Produksi Tanaman Kedelai
Tabel 1.5. Perbandingan Penelitian
Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, tetapi hasil pe- nelitian ini lebih rendah dari Youssef et al, (2013) yang menunjukkan bahwa penambahan sinbiotik sebagai

Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu (berdoa kepadaKu) akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina. Ungkapan Astajib dalam rangkaian ayat

dan Peredaran Produk Rokok di Makassar” , yang disusun oleh Muhammad Heru Cakra Romokoy, NIM 10500113218, mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum

(1) Dalam hal Wakil Jaksa Agung dan Jaksa Agung Muda dinilai melakukan perbuatan yang dapat menyebabkan pemberhentian tidak dengan hormat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat

Dengan adanya website untuk butik, para pengguna jasa Internet khususnya pelanggan dapat memperoleh lebih banyak informasi mengenai ruang lingkup Website untuk butik tanpa

Pegawai Negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat

Salah satu aspek yang terkenal di Indonesia pada saat ini adalah tanaman, Seperti tanaman Anthurium yang harganya berkisar ratusan juta rupiah, begitu juga dengan tanaman Adenium

Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam Al-Asma Al-Husna (Ar Rozak, Al Mughniy, Al Hamid dan Asy