• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TARI GAWIL GAYA SUMEDANG."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Seni Tari

Oleh :

NINUK PEBRIANI UTAMI 1100474

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

(2)

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Ninuk Pebriani Utami

1100474

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

© Ninuk Pebriani Utami 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seleuruhnya atau sebagian,

(3)

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Oleh

NINUK PEBRIANI UTAMI

1100474

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dewi Karyati, S.Sen., M.Pd NIP. 195807061984032002

Pembimbing II

Agus Budiman, M.Pd NIP. 197703122005011001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari

(4)

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Tari Gawil Gaya Sumedang. Saat ini keberadaan tari klasik gaya Sumedang kurang mendapatkan apresiasi yang baik dari masyarakat penikmatnya. Kondisi ini diakibatkan oleh beberapa faktor salah satunya kurangnya peran aktif generasi muda dalam melestarikan kesenian Tari Gawil di Kabupaten Sumedang. Tari Gawil merupakan salah satu seni tari khas Sumedang yang ditarikan oleh kaum pria yang masih berkembang di Kabupaten Sumedang. Diharuskannya tarian ini ditarikan oleh kaum pria, membuat penurunan angka popularitas pada tarian ini, sehingga tarian ini jarang ditampilkan karena kurangnya penari pria yang mampu menarikan tari Gawil. Fokus utama masalah penelitian ini adalah mengenai keberadaan tari Gawil gaya Sumedang pada saat ini yang diamati dari aspek struktur koreografi tari Gawil gaya Sumedang, dan busana, rias serta musik pengiring tari Gawil Gaya Sunedang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dan menggunakan pendekatan kualitatif serta etnokoreologi sebagai pisau bedahnya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, studi pustaka dan studi dokumentasi. Hasil temuan pada penelitian ini adalah struktur koreografi tari Gawil gaya Sumedang dilihat dari penari tari Gawil yang memiliki gaya masing-masing yang memiliki kesamaan sehingga disebut sebagai gaya Sumedang. Ciri khas tari Gawil gaya Sumedang itu diantaranya, gerak khas keupat, calik ningkat, adeg-adeg baplang, jiwir sinjang,dan tumpang serta busana, rias dan musik pengiring yang mendukung penyajian tari Gawil gaya Sumedang. Sehingga kesimpulan pada penelitian ini adalah tari Gawil gaya Sumedang merupakan tari klasik khas Sumedang yang memiliki gaya tersendiri yakni gaya Sumedang yang tidak diapatkan pada tari Gawil lainnya.

(5)

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii

ABSTRACK

This study, entitled Dance Style Gawil Sumedang. Currently the presence of classical dance style of Sumedang less get a good appreciation of the public audience. This condition is caused by several factors, one of which is the lack of an active role of young generation in preserving the arts Dance Gawil in Sumedang. Gawil dance is one of the typical Sumedang dance danced by men who are still growing in Sumedang. This dance must danced by men, make a drop in popularity during this dance, so dance is rarely displayed because of the lack of male dancers who danced the dance capable Gawil. The main focus of this research is the presence of dance Gawil Sumedang force at this time is observed from the aspect of dance choreography structure Gawil Sumedang style and fashion, makeup and musical dance style Gawil Sunedang. The method used in this research is descriptive method of analysis and a qualitative approach and etnokoreologi as a scalpel. Result was collected by observation, interview, literature study and documentation study. The findings in this study is the structure of the dance choreography Gawil Sumedang style seen from Gawil dance dancer whose style each of which have in common so-called style of Sumedang. Characteristic of the style dance Gawil Sumedang that include, typical motion keupat, calik ningkat, adeg-adeg baplang, jiwir sinjang, and tumpang tali, makeup and musical accompaniment that supports the presentation of dance Gawil Sumedang style. So that the conclusions of this research are Gawil dance style is classical dance typical Sumedang Sumedang which has its own style that is not the style Sumedang diapatkan on other Gawil dance.

(6)

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Telaah Penelitian Terdahulu ... 9

B. Pengertian Gaya dalam Tari ... 10

C. Klasifikasi Genre Tari di Jawa Barat ... 11

D. Tari Keurseus di Jawa Barat ... 13

E. Tari Gawil Sebagai Salah Satu Rumpun Tari Keurseus di Jawa Barat ... 17 F. Unsur-unsur Pendukung Tari ... 18

G. Kajian Etnokoreologi ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian ... 28

C. Rancangan Langkah-langkah Penelitian ... 30

D. Definisi Operasional ... 32

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

1. Gambaran Umum Kabupaten Sumedang ... 42

2. Keberadaan Tari Gawil di Sumedang Saat Ini ... 44

3. Struktur Koreografi Tari Gawil Karya Rd. Ono Lesmana Kartadikusumah ... 49

a. T. Wahyudin ... 51

b. Edi Junaedi ... 85

4. Busana atau Kostum Pada Tari Gawil Gaya Sumedang ... 117

5. Rias Pada Tari Gawil Gaya Sumedang ... 123

6. Musik Pengiring Tari Gawil Gaya Sumedang ... 124

B. Pembahasan ... 124

1. Analisis Keberadaan Tari Gawil Gaya Sumedang ... 125

(7)

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

3. Analisis Busana, Rias dan Musik Pengiring Tari Gawil Gaya Sumedang ...

142

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 144

B. Rekomendasi... 145

DAFTAR PUSTAKA ... 146

LAMPIRAN ... 148

(8)

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Hal

2.1 Iringan Tari Gawil 22

4.1 Peta Kabupaten Sumedang 42

4.2 Monumen Lingga 43

4.3 Raden Ono Lesmana Kartadikusumah 46

4.4 Museum Prabu Geusn Ulun 48

4.5 Tempat Pelatihan Tari Klasik Padepokan Sekar Pusaka 49 4.6 Busana atau Kostum Tari Gawil Gaya Sumedang 118 4.7 Busana atau Kostum Tari Gawil Gaya Sumedang (Bendo) 118 4.8 Busana atau Kostum Tari Gawil Gaya Sumedang (Baju

Takwa Senting)

119

4.9 Busana atau Kostum Tari Gawil Gaya Sumedang (Samping) 120 4.10 Busana atau Kostum Tari Gawil Gaya Sumedang (Boro atau

Ampleh)

120

4.11 Busana atau Kostum Tari Gawil Gaya Sumedang (Sampur) 121 4.12 Busana atau Kostum Tari Gawil Gaya Sumedang (Tali

Bandang )

122

4.13 Busana atau Kostum Tari Gawil Gaya Sumedang (Keris) 122

4.14 Rias Tari Gawil Gaya Sumedang 123

4.15 Gerak Khas Baplang Wahyudin 128

4.16 Gerak Khas Jiwir Sinjang Wahyudin 129

4.17 Gerak Khas Tumpang Tali Wahyudin 130

4.18 Gerak Khas Keupat Edi 131

(9)

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Hal

2.1 Tujuan dan Fungsi Busana Tari 23

4.1 Prestasi Wahyudin dalam bidang tari 52

4.2 Susunan Koreografi Tari Gawil Gaya Sumedang gaya T. Wahyudin

54

4.3 Prestasi Edi Junaedi dalam bidang tari 85 4.4 Susunan Koreografi Tari Gawil Gaya Sumedang gaya Edi

Junaedi

86

4.5 Pengkategorian Gerak Berdasarkan Macam Gerak Melelui Pendekatan Etnokoreologi

127

4.6 Gerak khas keupat 133

4.7 Gerak khas calik ningkat 135

4.8 Gerak khas adeg-adeg baplang 137

(10)

1

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kabupaten Sumedang yang secara geografis merupakan wilayah yang strategis, karena jarak ke pusat kota Bandung yang menjadi ibu kota provinsi

relatif dekat, dan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung. Dengan demikian sebagian fungsi kota Bandung ditampung di wilayah Kabupaten Sumedang seperti pendidikan, pertanian, budaya dan kesenian. Sesuai dengan julukan yang diberikan yakni “Sumedang Puseur Budaya Sunda” lebih menegaskan bahwa Sumedang kaya akan budaya Sunda. Keanekaragaman budaya yang ada di Kabupaten Sumedang mempunyai nilai jual yang tinggi dan patut diapresiasi oleh khalayak ramai. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai kesenian unggulan yang lahir dari potensi masyarakat di beberapa kecamatan dan desa di Kabupaten Sumedang yang masih hidup dan berkembang hingga sekarang. Jenis kesenian yang diunggulkan itu diantaranya adalah tarawangsa, rengkong, ngalaksa dari Rancakalong; seni Kuda Renggong dari Buah Dua; Beluk

yang masih terdapat di daerah Sumedang Selatan, Tanjungkerta, Pamulihan, Tanjungsari, Cimanggung dan Rancakalong; Gembyung, Terbang dan Genggong dari Tanjungkerta; Goong Renteng dari Cisarua; tari Gawil, tari Lenyepan, tari

Wayang, dan tari Topeng yang berkembang di pusat kota Sumedang, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dari sekian banyak kesenian yang tersebar di seluruh

kecamatan dan desa di Kabupaten Sumedang terdapat satu seni tari yang memiliki keunikan tersendiri yakni, tari Gawil.

(11)

2

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ono Lesmana, Iyus Rusliana, yang mengambil sumber dari genre tari Wayang (Caturwati, 2007, hlm.167).

Tari Gawil adalah salah satu tarian yang terdapat dalam rumpun tari kursus yang dahulunya berawal dari ibing tayub. Karakter tarian tersebut mempunyai ciri

khusus yang menonjol, diantaranya keselarasan pola irama dengan karakter tarian yang mengungkapkan kegembiraan dan kelincahan sehingga tarian ini memiliki

karakter lanyap atau lincah. Istilah Gawil diambil dari nama lagu yang mengiringinya yakni lagu Gawil (Rosala, dkk 1999, hlm.11).

Keanekaragaman kelompok etnik di tatar Sunda memiliki karakter dan ciri khas yang spesifik serta berbeda di masing-masing wilayahnya, khususnya pada pertunjukan tari yang kemudian melahirkan tradisi dan gayanya masing-masing, seperti misalnya: Seni (tari) tradisi Priangan; gaya Bandung, gaya Sumedang, gaya Garut, dan sebagainya. Seni (tari) tradisi Cirebon; gaya Losari, Slangit, Gegesik, Kreo, Palimanan, dan Indramayu. Seni (tari) tradisi Kaleran; gaya Karawang, gaya Subang, dan sebagainya (Caturwati, 2007, hlm.3). Kendatinyapun terdapat banyak gaya pada tari Gawil sendiri misalnya, tari Gawil versi Resna, gaya Wirahmasari oleh R.Sambas Wirakusumah, gaya STSI dan sebagainya. Selain versi atau gaya diatas, tari Gawil juga ada dalam gaya Sumedang. Tari Gawil ini memiliki versi atau gaya yang berbeda, karena semua itu tergantung kepada tokoh atau guru yang membawakannya.

Tari Gawil yang memiliki gaya tersendiri, yang disebut dengan ‘gaya Sumedang’ ini dipelajari oleh beberapa penari di Sumedang yang merupakan murid dari pemilik sanggar tari Sekar Pusaka yang dahulu adalah merupakan tempat perkumpulan untuk mempelajari tari tayub seperti yang telah dijelaskan diatas, yakni Rd. Ono Lesmana. Ramlan (2009, hlm.43) dalam bukunya “Tari Keurseus” menyebutkan :

(12)

3

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gerak tari yang terdapat pada tari Gawil ini bersumber dari gerak ibing Tayub, dengan patokan gerak antara lain, bukaan adeg-adeg, jangkung ilo, aced, mincid keupat, engkeg, galayar, dan baksarai.

Berlandaskan kepada klasifikasi sikap gerak itulah Rd. Ono Lesmana

membuat susunan gerak tari Gawil, yang kemudian ia turunkan kepada murid-muridnya. Maka dengan ide kreatif dari para murid yang membawakan tari Gawil

dengan gayanya sendiri, mereka menganalisis gerak tersebut lalu memberikan variasi terhadap gerak-gerak yang telah diberikan oleh Ono yang dikenal dengan sebutan gaya Sumedang tadi. Berdasarkan narasumber yang merupakan penari tari Gawil di Kabupaten Sumedang, keunikan pada tari Gawil gaya Sumedang ini terletak pada sebagian gerak yang tidak didapatkan pada tari Gawil yang lainnya, diantaranya pada gerak khas keupat, gerak khas jiwir sinjang, gerak khas tangan nangreu pada adeg-adeg, dan gerak khas tangan pada gerak tumpang tali.

Menurut Edi, salah satu narasumber yang merupakan pelatih tari di Sanggar

Dangiang Kutamaya menyebutkan bahwa jenis tarian ini merupakan jenis tari pergaulan di kalangan masyarakat Sunda khususnya di Sumedang, tarian ini lebih banyak di tarikan oleh kaum pria. Namun, sejalan dengan arus globalisasi yang berkembang sangat pesat, membuat penurunan angka penari pria dalam menarikan tari Gawil itu sendiri, sehingga pelatihan di sanggar-sanggar di Kabupaten Sumedang pun berkurang, meskipun tidak sampai kepada kata punah,

karena yang mengikuti pelatihan tari khususnya tari keurseus itu di dominasi oleh kaum wanita.

(13)

4

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indonesia Indah, serta ditampilkan pada acara-acara khusus kenegaraan, penyambutan tamu dan Hari Jadi Kabupaten Sumedang.

Menurunnya popularitas tari Gawil berada pada tahun 2011 dikarenakan tari Gawil harus ditarikan oleh penari laki-laki dan pada saat itu hingga sekarang

penari laki-laki sangat kurang, khususnya dalam menguasai tari Gawil, sehingga menyebabkan merosotnya seni budaya dalam bidang tari khususnya di Kabupaten

Sumedang. Namun, bertahannya keberadaan tari Gawil gaya Sumedang hingga saat ini tidak terlepas dari peran serta sanggar-sanggar tari dan para penari Gawil yang merupakan narasumber dari penelitian ini yakni,

1. T.Wahyudin adalah seorang seniman, budayawan tari sunda dari Sumedang yang dikenal dengan sebutan “Apih Gawil” karena pada tahun 2003 ketika Wahyudin mendirikan sebuah radio komunitas yang diberi nama “Rakom Swara FM”, Wahyudin menamakan dirinya dengan sebutan “Apih Gawil” karena pada setiap pementasan Tayuban, Wahyudin sering menarikan dan diminta untuk menarikan tari Gawil.

2. R. Edi Junaedi adalah salah satu penari laki-laki yang sering menarikan tari Gawil sejak tahun 1994 hingga saat ini sehingga karena Edi sering menarikan tari Gawil hampir di setiap pagelaran tari Ka Sumedangan, Edi sering disebut “Edi Gawil”.

Dua generasi dari murid Rd. Ono Lesmana Kartadikusumah tersebut yang

merupakan narasumber dari penelitian ini.

Sehubungan dengan paparan di atas, banyak yang akan didapatkan dari tari

(14)

5

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah disusun di atas maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang timbul dari perkembangan tari Gawil gaya ka-Sumedangan, diantaranya :

1. Keberadaan tari gawil gaya Sumedang di Kabupaten Sumedang yang nyaris punah;

2. Kurangnya minat generasi muda terutama laki-laki untuk mempelajari tari Gawil gaya Sumedang;

3. Jarangnya pemberian materi pada pelatihan tari Gawil gaya Sumedang di sanggar-sanggar di Kabupaten Sumedang.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian ke dalam bentuk pertanyaan seperti berikut,

1. Bagaimana keberadaan tari Gawil gaya sumedang pada saat ini?

2. Bagaimana koreografi Tari Gawil gaya Sumedang?

3. Bagaimana struktur penyajian (rias, busana dan musik pengiring) Tari Gawil gaya Sumedang?

D. Tujuan Penelitian

Melihat dari rumusan masalah di atas, penelitian ini diharapkan dapat menjawab berbagai permasalahan yang menarik untuk diteliti. Untuk lebih jelasnya penelitian ini memiliki tujuan. Tujuan dalam penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, yang dipaparkan berikut :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menjaga, mencintai, melestarikan dan mengetahui kesenian khas Jawa Barat khusunya di bidang seni tari agar dapat dikenal oleh masyarakat luas.

2. Tujuan Khusus

(15)

6

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Untuk mendeskripsikan koreografi Tari Gawil gaya Sumedang.

c. Untuk mendeskripsikan struktur penyajian gerak Tari Gawil gaya Sumedang.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat secara teoretis dan manfaat secara

praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini secara teoritis berguna untuk mengembangkan konsep pengembangan budaya dalam memahami pelestarian dan perkembangan warisan budaya khususnya seni tari dan diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang bisa dirujuk untuk kajian-kajian ilmiah selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Dilihat dari rumusan masalah diatas, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Peneliti

1) Mengetahui keberadaan serta keanekaragaman seni budaya, khususnya seni tari tradisional di Kabupaten Sumedang.

2) Menambah pengetahuan tentang kesenian tradisional, khususnya perkembangan tari Gawil gaya Sumedang.

b. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI

Menambah kepustakaan untuk kepentingan akademik, mengenai tari Gawil gaya Sumedang.

c. Para Pelaku Seni dan Seniman Tari di Sumedang

1) Menambah pengetahuan mengenai Tari Gawil gaya Sumedang. 2) Memotivasi para seniman untuk menjaga, melestarikan dan

(16)

7

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Memotivasi para seniman untuk melahirkan generasi-generasi muda dalam mempelajari tari Gawil gaya Sumedang.

F. Struktur Organisasi Penulisan

BAB I dalam skripsi ini merupakan uraian tentang latar belakang penelitian, yang isinya adalah acuan peneliti dan penjelasan peneliti tentang alasan

mengambil penelitian dalam skripsi ini, kemudian terdapat identifikasi masalah dan rumusan masalah yang merupakan acuan dalam pembahasan penelitian, selanjutnya pada bab ini pula terdapat tujuan penelitian yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat penelitian yang terbagi menjadi manfat teoritis dan praktis yang ditujukan untuk penulis, Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI, para pelaku seni dan seniman di Sumedang, dan yang terakhir pada bab ini yaitu struktur organisasi penulisan.

BAB II menjelaskan tentang kajian pustaka yang digunakan sebagai referensi untuk mengupas masalah penelitian, diantaranya terdapat penelitian terdahulu yang digunakan peneliti untuk menggali beberapa informasi dari penelitian terdahulu sebagai penujang untuk dijadikan referensi dalam penelitian yang berjudul “Tari Gawil Gaya Sumedang”, selanjutnya dalam bab ini juga terdapat teori-teori yang digunakan diantaranya tentang pengertian gaya dalam tari, klasifikasi genre tari di Jawa Barat, Tari Keurseus di Jawa Barat, Tari Gawil

sebagai salah satu rumpun tari keurseus, unsur-unsur pendukung tari dan kajian Etnokoreologi.

BAB III berisi tentang uraian proses penelitian yang dilakukan peneliti dengan menggunakan metode-metode yang sesuai untuk penelitian. Adapun uraian pada bab ini diantaranya, lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, rancangan langkah-langkah penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

(17)

8

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumedang, dan struktur penyajian (rias, busana, dan iringan musik) tari Gawil gaya Sumedang serta analisis hasil penelitian oleh peneliti

BAB V merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari hasil penelitian dan rekomendasi sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian.

(18)

28

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian oleh penulis yaitu di di Kabupaten Sumedang, dimana merupakan tempat tinggal dari subjek penelitian. Peneliti memilih lokasi ini, karena di Sumedang inilah tari tayuban mulai mucul ke permukaan yakni pada masa Pangeran Suria Kusumah Adinata yakni pada tahun 1863-1882 dimana lebih awal muncul dibanding di luar Kabupaten Sumedang. Sumedang pula masih menjaga keaslian seni tari

klasik khas Sumedang yang dipertahankan melalui pelatihan tari klasik di beberapa sanggar tari di Kabupaten Sumedang. Selain itu, di lokasi ini juga

terdapat penari Gawil yang masih berupaya untuk tetap melestarikan tari Gawil gaya Sumedang ini.

2. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, subjek penelitian yang dilakukan adalah kepada sampel penari tari Gawil yang terkenal pada jamannya yaitu T. Wahyudin yang memiliki julukan “Apih Gawil” dan R. Edi Junaedi yang dikenal

dengan sebutan “Edi Gawil” karena Edi penari laki-laki yang sering menarikan tari Gawil di setiap pertunjukan tari yang ditampilkan di Kabupaten Sumedang. Ketiga penari tersebut merupakan tiga generasi dari murid Rd. Ono Lesmana Kartadikusumah yang hinga saat ini masih melestarikan tari Gawil gaya Sumedang.

B. Metode Penelitian

Metode merupakan cara yang tepat untuk melakukan sesuatu untuk

(19)

29

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif analisis dan kajian etnokoreologi sebagai pisau bedahnya. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008, hlm.21) istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lain. Begitu juga dengan pendapat dari Bodgan dan Taylor (dalam Basrowi, 2008, hlm.21) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang paling tepat untuk membahas penelitian tentang tari Gawil gaya Sumedang karena dalam proses penelitian hanya menghasilkan data deskriptif hasil dari observasi dan wawancara

berupa tulisan tanpa menggunakan statistik atau hitungan lainnya.

Seperti yang telah disebutkan penelitian ini menggunakan metode deskriptif

analisis yaitu penelitian yang berusaha menerangkan/ menggambarkan peristiwa yang bersifat apa adanya sesuai dengan apa yang terjadi pada subjek penelitian kemudian dijelaskan, dianalisa, dan disajikan sedemikian rupa sehingga mendapat gambaran yang sistematis. Seperti yang disebutkan oleh Winarno Surahmad (1989, hlm. 39) bahwa:

Data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar dan perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kulitatif nyang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atau frekuensi. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memberi pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Hakekat pemaparan adalah seperti orang merajut, setiap bagian ditelaah satu demi satu, dengan menjawab pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana suatu fenomena itu terjadi dalam konteks lingkungannya. Objektrivitas pemaparan harus dijaga sedemikian rupa agar subjek penelitian dalam membuat interpretasi dapat dihindari.

(20)

30

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tarinya yakni membahas mengenai struktur gerak, busana, tata rias dan musik pengiring.

C. Rancangan Langkah-langkah Penelitian

Rancangan penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh oleh

peneliti untuk menjelaskan prosedur penelitian dari mencari informasi untuk dijadikan langkah awal dalam penelitian hingga sampai kepada analisis data, hal ini bertujuan agar penelitian bisa dijalankan dengan lancar. Pada penelitian ini terdapat beberapa tahapan yang dilakukan penulis untuk melakukan penelitian.

1. Tahap Perencanaan Penelitian

a. Pra Observasi

Pemilihan masalah yang akan diangkat atau diteliti oleh peneliti adalah pengajuan topik melalui pembimbing skripsi program

Pendidikan Seni Tari yang bermaksud untuk menentukan permasalahan untuk diteliti. Dalam kegiatan pra observasi, peneliti menentukan dosen pembimbing I dan pembimbing II yang bermaksud untuk mempermudah kegiatan penelitian, selain itu pembimbing I dan II akan mengarahkan penulis selama penelitian dan penyusunan berlangsung.

b. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan survei ke tempat pelatihan-pelatihan tari klasik di Sumedang untuk mengetahui secara rinci mengenai tari Gawil gaya Sumedang terutama mencari tahu mengenai narasumber yang cocok untuk dijadikan sumber penelitian. Narasumber yang cocok untuk dijadikan sumber penelitian adalah T.Wahyudin yang bertempat tinggal di Selanjutnya, setelah penulis mendapatkan narasumber yang cocok untuk dijadikan sumber penelitian, peneliti mengumpulkan informasi-informasi dari berbagai subjek melalui teknik berupa observasi, wawancara, studi pustaka dan studi dokumentasi yang bersifat sementara, artinya hanya garis besar sekilas mengenai tari Gawil gaya Sumedang.

(21)

31

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melalui observasi dengan mendapatkan data yang bersifat sementara dan terbatas maka dilakukan penulisan proposal penelitian hal ini dilakukan untuk pengajuan penelitian kepada dewan skripsi untuk mengetahui maju tidak nya penulis kepada tahap selanjutnya. Penulisan proposal penelitian dilakukan pada bulan September dan seminar proposal pada bulan November. Setelah proposal selesai dan disetujui oleh Dewan Skripsi maka langkah selanjutnya yaitu peneliti harus menyelesaikan masalah administrasi yang berhubungan dengan surat-surat perijinan yang berupa :

1) SK (Surat Keputusan) pengangkatan pembimbing I dan II 2) Surat permohonan izin dari rektor UPI yang melalui proses

terlebih dahulu dari urusan bagian BAAK UPI.

3) Mengurus surat izin penelitian yang ditujukan untuk subjek

terkait dalam penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti terjun langsung ke lapangan untuk melakukan kegiatan pengumpulan berbagai data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pengumpulan data yang dilakukan adalah mengumpulkan data kualitatif mengenai tari Gawil gaya Sumedang yang dihasilkan dari beberapa narsumber yang merupakan penari tari Gawil yang masih berupaya melestarikan tari Gawil gaya Sumedang, yaitu T. Wahyudin dan R. Edi.

b. Pengolahan Data

Pada proses pengolahan data ini, data yang sudah terkumpul,

selanjutnya dilakukan proses analisis kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan tari Gawil gaya Sumedang dilihat dari bentuk koreografi, busana, rias dan musik pengiringnya.

c. Proses Bimbingan

(22)

32

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terkoreksi dengan baik dan benar sampai dengan pelaksanaan ujian sidang.

d. Proses Analisis Data

Untuk mencapai hasil yang baik, penulis melakukan anlaisis data yang merupakan kesinambungan dengan pengolahan data agar data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dihadapan Dewan penguji skripsi.

3. Tahap Penyusunan Laporan

Tahap akhir adalah penyusunan laporan peneltian, dalam penyusunan laporan penelitian ini meliputi beberapa proses kegiatan, diantaranta:

a. Penyusunan data

Penyusunan data dilakukan melalui beberapa tahap pengolahan

data yang dihasilkan dalam penelitian di lapangan. Hal ini peneliti lakukan agar proses penulisan laporan menjadi akurat dan signifikan. b. Pengetikan data

Pengetikan data dilakukan setelah semua data yang diperoleh tersusun secara sistematis melalui beberapa proses bimbingan.

c. Penggandaan laporan penelitian

Penggadaan dilakukan setelah penelitian selesai disusun dan telah mendapat pesetujuan dari pembimbing I dan II.

D. Definisi Operasional

1. Tari

Tari adalah salah satu kesenian dengan bahasa ungkap gerak sebagai

ungkapan ekspresi dan komunikasi yang dapat dilakukan dan dinikmati oleh berbagai kalangan yang disusun sedemikian rupa menggunakan unsur keindahan sehingga enak untuk dilihat.

2. Gawil

Istilah Gawil diambil dari nama lagu yang mengiringinya, yakni lagu

(23)

33

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

didapat dari penabuh reog Panca Warna yang ketika itu Wahyudin “Apih Gawil” meminta lagu Gawil di acara tayuban di daerahnya, dalam bahasa Sunda kakacangan berarti sejenis kacang-kacangan yang sering dimakan pada waktu senggang, memiliki sifat renyah dan ringan seperti tari Gawil yang bersifat ringan sehingga lincah ketika ditarikan (T.Wahyudin, wawancara 13 Agustus 2015).

Tari Gawil adalah salah satu tarian yang terdapat dalam rumpun tari

kursus. Karakter tarian tersebut mempunyai ciri khas yang menonjol, karakter tarian ini Ladak/lincah, menggambarkan karakter manusia yang sedang mengungkapkan kegembiraan dan kelincahan. Karakter tari Gawil berada di atas tari Lenyepan yang bersifat lanyap dan berada di bawah Monggawa yang

bersifat gagah. Apabila dalam tari wayang karakternya sama dengan Adipatikarna yang berkarakter satria ladak.

Tari Gawil memiliki versi yang berbeda, bergantung kepada tokoh atau

guru yang membawakannya. Misalnya, tari Gawil versi Resna, Wirakusumah, dan sebagainya.

3. Gaya

Gaya dalam tari itu merupakan identitas dari diri seseorang yang dibuat untuk merekayasa atau menjadikan apa yang ia lakukan menjadi lebih menarik untuk dilihat, oleh karena itu gaya merupakan sesuatu yang tidak dapat bahkan sulit untuk ditiru karena rasa, ciri khas alam sekitar, karakter, dan sosial budaya setempat sangat mempengaruhi seseorang dalam proses penciptaan suatu karya.

4. Sumedang

(24)

34

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kabupaten Garut di sebelah Tenggara serta Kabupaten Bandung di sebelah Barat dan Selatan. Dari Ibukota Provinsi Jawa Barat yaitu kota Bandung hanya berjarak 45 km, karena jarak ke pusat kota Bandung yang menjadi ibu kota provinsi relatif dekat, dan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung. Dengan demikian sebagian fungsi kota Bandung ditampung di wilayah Kabupaten Sumedang. Di wilayah Kabupaten Sumedang bagian barat yaitu di Kecamatan Jatinangor, terdapat kawasan pendidikan dan telah berdiri berbagai perguruan tinggi yang berskala nasional, seperti IPDN, UNPAD, ITB dan IKOPIN.

Ibu kota Kabupaten Sumedang adalah Kota Sumedang, di pusat kota Sumedang yakni di alun-alun Sumedang terdapat satu Monumen Lingga yaitu

tugu peringatan atas jasa-jasa Pangeran Suria Atmadja dalam mengembangkan Sumedang. Monumen tersebut dibangun pada tahu 1902

oleh Pemerintahan Belanda dan hingga kini dijadikan lambang Kabupaten Sumedang..

5. Tari Gawil Gaya Sumedang

(25)

35

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Instrumen Penelitian

Dalam instrumen penelitian, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Seperti yang disebutkan Sugiyono dalam bukunya (2009, hlm.307) bahwa :

Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.

Sehingga, sesuai dengan pernyataan tersebut, untuk dapat mendapatkan informasi dan data yang lengkap, dalam penelitian ini penulis berpijak pada penggunaan instrumen yang diterapkan, yakni observasi dan wawancara tehadap narasumber.

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis objek penelitian, observasi ini menggunakan pengamatan dan penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, dan situasi yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti. Peneliti melakukan observasi terhadap tari Gawil gaya Sumedang dilihat dari segi teksnya serta mengenai keberadaannya. Untuk pedoman observasi yang dilakukan peneliti yaitu observasi secara langsung ke lapangan dengan

mendatangi beberapa sampel penari Gawil yang telah dipilih sebagai subjek penelitian, yaitu narasumber yang memahami tentang tari Gawil gaya

Sumedang, yaitu T. Wahyudin, penari Gawil yang bertempat tinggal di

Situraja Sumedang, dikenal dengan sebutan “Apih Gawil” karena

(26)

sanggar-36

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sanggar yang masih menerapkan tari Gawil sebagai materi pengajaran untuk mengetahui bagaimana keberadaan tari Gawil saat ini di Kabupaten Sumedang, yakni di Padepokan Sekar Pusaka dan di Sanggar Dangiang Kutamaya Sumedang.

2. Pedoman Wawancara

Instrumen wawancara yang terstruktur digunakan peneliti untuk mengetahui dengan pasti tentang informasi apa saja yang akan diperoleh. Wawancara ini menanyakan seputar keberadaan tari Gawil yang dipelajari pada pelatihan sanggar-sanggar di Sumedang dan koreografi tari Gawil gaya Sumedang dari masing-masing subjek terkait. Pedoman wawancara yang

telah di susun secara sistematik, untuk mengungkap sedalam mungkin informasi tentang koreografi dalam tari Gawil gaya Sumedang ini akan

menghasilkan banyak informasi yang sangat penting dan perlu masyarakat ketahui.

Wawancara dilakukan kepada narasumber terkait yakni T. Wahyudin selaku penari tari Gawil yang masih ada hingga saat ini dan Edi Junaedi selaku pelatih tari di Sanggar Dangiang Kutamaya Sumedang.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dalam penelitian untuk mendapatkan data. Tanpa pengumpulan data, peneliti tidak akan mendapatkan data yang sesuai dengan standar data yang telah ditetapkan.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah :

1. Observasi

Nasution (dalam Sugiyono, 2009, hlm.310) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan obyek pengamatan.

(27)

37

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Faisal (dalam Sugiyono, 2009, hlm.310) pengumpulan data dengan observasi terus terang atau tersamar, dalam melakukan pengumpulan data peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi. Peneliti melakukan observasi di lokasi tempat tinggal narasumber yakni di Desa Ranjeng Kecamatan Situraja untuk keberadaan Wahyudin dan di Museum Prabu Geusan Ulun, Jl. Prabu

Geusan Ulun untuk tempat pelatihan dimana Edi Junaedi menjadi pelatih. Observasi dilakukan untuk mengetahui secara lebih jelas mengenai tari

Gawil gaya Sumedang dari segi ragam gerak yang menjadi ciri khas gaya Sumedang dan mengetahui keberadaan tari Gawil di Sumedang pada saat ini.

2. Wawancara

Wawancara adalah upaya menghimpun dan mengumpulkan data yang akurat untuk keperluan penelitian dalam pemecahan masalah tertentu sesuai dengan data. Wawancara dilakukan oleh pewawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan dengan secara langsung kepada narasumber terkait dengan cara dicatat atau direkam. Seperti yang disebutkan oleh Nurdinah Hanifah, 2014, hlm.63

Jadi bisa dikatakan teknik wawancara adalah salah satu alat yang digunakan untuk mendapatan data melalui tanya jawab secara langsung dengan informan, dengan tujuan untuk mendapatkan data yang jelas, akurat, terinci dan mendalam.

Esterberg, (dalam Sugiyono, 2009, hm.319) mengemukakan beberapa macam wawancara, yitu wawancara tertrsuktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur.

(28)

38

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

b. Wawancara Semistruktur (Semistructure Interview)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila

dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih

terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu

mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

c. Wawancara Tak Berstruktur (Unstructured Interview)

Wawancara tidak tertruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap utnuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

(29)

39

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Studi Pustaka

Pada penelitian kali ini peneliti tidak hanya melakukan pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi, peneliti juga menggunakan studi pustaka. Studi pustaka yaitu suatu metode dengan mengkaji data-data yang diperoleh dari buku-buku, bahan-bahan presentasi, artikel, brosur dan bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. Hal ini dilakukan untuk menambah dan memperkuat pembahasan melalui penelitian dengan teori, agar hasil penelitian dapat lebih kuat dan akurat.

Seperti yang ditemukan dalam buku Lalan Ramlan (Bandung, Jurusan Tari STSI Bandung: 2009) membahas tentang awal pertumbuhan tari

Keurseus sebagai langkah awal pembahasan untuk menuju kepada terciptanya tari gawil, kaitan terbentuknya pula tari Gawil di Sumedang dan

membahas tentang koreografi tari Gawil di lingkungan STSI Bandung sebagai pembeda serta acuan untuk pembahasan koreografi tari Gawil gaya Sumedang.

Buku yang berjudul Tari di Tatar Sunda karangan Endang Caturwati (Bandung, Sunan Ambu Press – STSI Bandung: 2007) membahas tentang klasifikasi genre tari sebagai bahan dari pembahasan sebelum menjurus kepada tari gawil, yang di dalam klasifikasi genre tari tersebut terdapat pula pembahasan mengenai tari tayub dan tari keurseus untuk dijadikan referensi sebagai acuan penulisan awal mula terbentuknya tari Gawil.

Dalam buku Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat (Bandung, Humaniora Utama Press: 1999) membahas tentang tari Gawil beserta koreografinya serta pembehasan mengenai tata rias dan busana pada tari keurseus.

4. Studi Dokumentasi

(30)

40

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

teknik observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2009, hlm.329).

Pada penelitian kali ini, studi dokumentasi dilakukan dengan pengambilan gambar atau photo. Seperti yang dikatakan Djam’an Satori dan Aan Komariah (2013, hlm. 155) Foto mempunyai keuntungan tersendiri.

Foto dapat menangkap “membekukan” suatu situasi pada detik tertentu dan

dengan demikian memberikan bahan deskriptif yang berlaku bagi saat itu. Foto bukan sekedar gambar. Banyak hal yang dapat dikorek dari foto itu bila kita berusaha untuk memperhatikannya dengan dapat dijadikan bahan pelengkap penelitian karena foto dapat menggambarkan situasi sebenarnya. Begitu pula pada penelitian kali ini pengambilan gambar atau foto dengan

menggunakan kamera mengenai ragam gerak tari Gawil yang dilakukan oleh para narasumber sebagai bahan pembanding dari masing-masing

narasumber, sehingga peneliti dapat membahas secara jelas mengenai tari Gawil Gaya Sumedang melihat dari pengambilan gambar hasil studi dokumentasi. Media audio digunakan oleh peneliti untuk merekam suara pada saat melakukan penelitian adalah voice recorder (perekam) dari handphone.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah dikumpulkan dipilih sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam penulisan serta disusun sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk masyarakat dan dijadikan rujukan dalam pembuatan kajian-kajian ilmiah selanjutnya.

(31)

41

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(32)

144

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Keberadaan tari Gawil gaya Sumedang hingga saat ini masih terjaga dengan baik, meskipun jarang ditampilkan dalam acara-acara hiburan yang diselenggarakan di Kabupaten Sumedang sendiri, tari Gawil gaya Sumedang masih tetap lestari melalui cara lain. Diantaranya melalui pelatihan di sanggar-sanggar tari klasik, pasanggiri tari klasik ka-Sumedangan, pergelaran tari ka-Sumedangan yang diadakan di luar Kabupaten Sumedang dan melalui materi pengajaran di sekolah. Hal tersebut memotivasi para generasi-generasi

baru untuk mencintai dan menjaga keaslian seni tari ka-Sumedangan.

Koreografi tari Gawil gaya Sumedang merupakan susunan yang telah

dibuat oleh Rd. Ono Lesmana Kartadikusumah melalui pelatihan-pelatihan tari pada tahun 1970-an yang mengubah ibing tayub menjadi ibing keurseus. Gaya Sumedang ini ditimbulkan dari gaya yang menarikannya sehingga turun kepada generasi-generasi selanjutnya. T Wahyudin dan Edi Junaedi merupakan penari Gawil yang masih menjaga dan melestarikan gaya Sumedang pada tari Gawil ini. Gaya yang ditimbulkan didapat dari guru yang mengajarkannya namun terdapat sedikit variasi gerak yang menjadi identitas diri. Ciri khas yang muncul pada tari Gawil gaya Sumedang ini terletak pada sebagian gerak yang tidak didapatkan pada tari Gawil lainnya, diantaranya pada gerak khas keupat, jiwir sinjang, calik ningkat, gerak tangan nangreu, gerak kaki ngarodon, dan gerak khas tumpang tali.

Bentuk busana dari tari Gawil merupakan gambaran dari busana yang

dikenakan oleh para menak. Busana yang digunakan pada tari keurseus terdiri dari bendo, baju takwa, sinjang, ampleh, selendang, tali bandang dan keris. Penggunaan rias pada tari Gawil gaya Sumedang merupakan rias sehari-hari. Hanya saja terdapat penegasan garis-garis pada pembuatan alis, godeg, cedo, eye shadow. Musik pengiring tari Gawil menggunakan gamelan Sunda

(33)

145

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kendang, saron I, saron II, peking, kecrek, selentem, demung, kenong, rebab,

panerus bonang, rincik, kempul dan goong besar. Pada tarian ini pukulan

kendang sangat berperan karena aksen akhir dari setiap gerakan disesuaikan

dengan suara pukulan kendang. Judul lagu yang dibawakan untuk mengiringi tari Gawil ini adalah lagu Gawil.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan yang didapat, maka peneliti mengajukan beberapa saran bagi masyarakat, pemerintah, sekolah, seniman dan penikmat seni, yakni :

1. Materi pembelajaran di Sekolah mengenai tari Gawil gaya Sumedang,

proses pelatihannya jangan dilakukan di luar sekolah saja, jadikan tari klasik ka-Sumedangan menjadi salah satu materi pembelajaran yang

khusus pada pembelajaran Seni Budaya dan tari Gawil gaya Sumedang bisa menjadi salah satu tarian yang dapat dijadikan materi pembelajaran di sekolah-sekolah agar pelestariannya dapat meluas. 2. Bagi masyarakat hendaknya lebih mengenal kesenian yang terdapat di

daerahnya sendiri. Minimal dapat mengapresiasi kesenian yang ada di Kabupaten Sumedang sehingga memiliki tekad untuk dapat melestarikan kesenian tersebut.

3. Bagi para pelaku seni agar tetap mempertahankan keaslian kesenian klasik khas Sumedang dan melahirkan generasi-generasi muda dalam mempelajari tari Gawil gaya Sumedang.

(34)

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 146

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

Bungin, Burhan. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo

Caturwati Endang. (2007). Tari di Tatar Sunda. Bandung : Sunan Ambu Press – STSI Bandung

Gundari. (2011). Penyajian Tari Gawil Naek Monggawa. (Skripsi). Bandung: Sekolah Tinggi Seni Indonesia

Hanifah Nurdinah. (2014). Memahami Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: UPI PRESS

Fristya Laras Sakti, Meiga. (2010). Biografi Wahyudin seniman Tari Bergelar Apih Gawil. (Skripsi). Bandung : Sekolah Tinggi Seni Indonesia

Narawati, Tati. (2005). Tari Sunda Dulu, Kini, dan Esok. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional Universitas Pendidikan Indonesia (P4ST UPI)

Ramlan Lalan. (2009). Tari Keurseus: Bahan Ajar Mata Kuliah Tari Keurseus. Bandung : Jurusan Tari STSI Bandung

Rosala, Dedi. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press

Rusliana, Iyus. (2008). Penciptaan Tari Sunda. Bandung: the_eksyezet Bandung

S. Nalan, Arthur. (1996). Kapitra Selekta Tari. Bandung: STSI Press Bandung

S. Wojowasito. (1982). Kamus Umum Lengkap: Inggris-Indonesia. Indonesia-Inggris. Bandung: Pengarang

Satori dan Komariah (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sedyawati Edi, dkk. (1986). Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta : Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen pendidikan dan kebudayaan

Silviana Agustin, Vina. (2014). Gaya Tari Jaipong di Klinik Gondo Art Production (Studi Kasus Tari Gayana di Klinik Art Gondo Production). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia)

Soharto, Irwan. (2004). Metode Penelitian Sosial, cet VI. Bandung: PT Raja Grafindo

(35)

Ninuk Pebriani Utami, 2015

TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 147

Sumaryono. (2005). Jurnal Seni STSI Bandung: Gaya dalam Seni Tari. Bandung: Sunan Ambu Press

Sumiati, Lilis. (2004). Tari Wayang Gaya Sumedang Karya Raden Ono Lesmana Kartadikusumah. (Tesis). Bandung : Sekolah Tinggi Seni Indonesia

Suwandi dan Basrowi. (2008), Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

Gabungan bentuk dasar dengan bentuk-bentuk yang lain di dalam pemajemukan BM dapat membentuk kata benda majemuk, kata kerja majemuk, kata sifat majemuk, dan kata bilangan

Dalam penulisan ini, penulis mengunakan pendekatan Analysis Content (isi), sehingga hasil penelitiannya tidak berupa angka-angka melainkan berupa interpretasi dan

Adverbia tunggal berupa kata dasar, berupa kata afiks, berupa kata ulang, sedangkan gabungan bentuk dari adverbia tidak berdambingan satu dengan lainnya; (2)

Penelitian kulitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara deskriptif dalam bentuk

Banyak persoalan dinyatakan dan dicatat dalam bentuk bilangan atau angka- angka. Kumpulan angka-angka itu sering disusun atau disajikan dalam bentuk daftar atau tabel. Sering

Data dalam penelitian ini berupa kata, frase, partikel, angka, makna kata, dan kalimat yang termasuk dalam bentuk kesalahan fonologis, morfologi, sintaksis,

Dalam wawancara ini peneliti bertanya langsung pada narasumber yaitu cucu dari Raden Ono Lesmana Kartadikusumah, Raden Widawati Noer Lesmana S.Sen yang berkaitan

Statistika VS Statistik  Statistik → Statistik merupakan kumpulan data, bilangan atau non bilangan yang disusun/disajikan sedemikian rupa biasanya dalam bentuk tabel atau grafik yang