• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

oleh Yuyu Yuliati

1303388

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Oleh Yuyu Yuliati

1303388

Disetujui dan Disahkan oleh

Pembimbing

Dr. H. Wahyu Sopandi, M.A NIP. 196605251990011001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2015 Yang membuat pernyataan

(4)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Oleh Yuyu Yuliati

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

© Yuyu Yuliati 2015

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(5)

ABSTRAK

Yuyu Yuliati (2015). Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Penelitian ini didasarkan pada masih rendahnya kualitas pembelajaran di SD dalam mengimplementasikan pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains. Berdasarkan alasan tersebut tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan apakah data peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran bukan PBM. Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperiment dengan desain pre- and post test design. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V salah satu sekolah dasar negeri di Kabupaten Majalengka pada tahun ajaran 2014/2015 dengan subjek penelitian sebanyak 24 siswa kelas eksperimen dan 24 siswa kelas kontrol. Kelas ekperimen diberi perlakuan PBM, sedangkan kelas kontrol dengan bukan PBM. Kedua kelompok diberikan pre test dan post test dengan menggunakan instrumen tes yang sama. Instrumen yang digunakan terdiri atas butir soal uraian untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif, soal pilihan ganda untuk mengukur keterampilan proses sains, dan lembar observasi untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran. Data pre test dan post test diolah menggunakan bantuan program SPSS 20 for Windows. Hasil analisis data menunjukan bahwa keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains pada kelas eksperimen baik secara keseluruhan maupun pada setiap indikatornya mengalami peningkatan yang lebih baik dibanding siswa kelas kontrol. Adapun peningkatan secara keseluruhan untuk keterampilan berpikir kreatif yaitu sebesar 0,58 sedangkan peningkatan keterampilan proses sains yaitu sebesar 0,56 dimana keduanya berada pada kategori sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran bukan PBM.

(6)

ABSTRACT

Yuyu Yuliati (2015). The Improvement Of Creative Thinking Ability and Science Process Ability Of Primary School Students through Problems Based Learning Method

This study based on education in elementary school is still low in implementing creative thinking ability and science process ability. Based on these reason, the purpose of this research to describe an overview of the impact of problem based learning on creative thinking ability and science process ability. To a chieve these objektive the study used quasi exsperimental method with pre and post test design. The subjek were students of class V in Majalengka one vocational school year 2014/2015. Which 24 student in experimental class and 24 student in control class. In this design, the exsperimental class treated with problem based learning, whereas the untreated control class non problem based learning. Both groups were given a pre-test and post-test using the same test instruments. The instrument used consisted of items description for measuring creative thinking skills, multiple choice questions to measure the science process skills, and the observation sheet to see the feasibility study. Pre-test and post test is processed using SPSS 20 for Windows. The results showed the impact of problem based learning can improve creative thinking ability (N-gain 0,58) and science process ability (N-gain 0,56). Results of this study can be concluded that an increase in creative thinking skills ability and science process ability of the students who received problem-based learning was better than the students who get non problem based learning.

(7)

DAFTAR ISI

B. Pembatasan Masalah... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

B. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 12

1. Definisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 12

2. Implementasi dan Dampak Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 15

3. Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 16

4. Keunggulan dan Kendala Mode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 19

5. Landasan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 20

C. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 22

1. Definisi Keterampilan Berpikir Kreatif ... 22

2. Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif ... 23

3. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif ... 26

4. Mengukur Keterampilan Berpikir Kreatif ... 28

D. Keterampilan Proses Sains ... 29

1. Definisi Keterampilan Proses Sains ... 29

2. Jenis Keterampilan Proses Sains ... 30

3. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains ... 34

4. Mengukur Keterampilan Proses Sains ... 35

E. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Dan Keterampilan Proses Sains ... 37

(8)

I. Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 43

B. Variabel Penelitian ... 44

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

D. Partisipan ... 44

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 45

F. Definisi Operasional ... 45

G. Instrumen Penelitian ... 47

H. Prosedur Penelitian ... 55

I. Teknik Pengumpulan Data ... 58

J. Teknik Analisis data ... 58

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 62

B. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 76

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 90

B. Implikasi ... 90

C. Rekomendasi ... 91

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ... 16

Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif... 24

Tabel 2.3 Jenis Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya ... 32

Tabel 2.4 Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Keterampilan Berpikir kreatif dan Keterampilan Proses Sains ... 37

Tabel 3.1 Interpretasi koefisien korelasi ... 50

Tabel 3.2 Klasifikasi koefisien reliabilitas ... 52

Tabel 3.3 Klasifikasi indeks daya pembeda soal ... 52

Tabel 3.4 Klasifikasi indeks kesukaran ... 53

Tabel 3.5 Rekapitulasi uji coba butir soal keterampilan berpikir kreatif ... 53

Tabel 3.6 Rekapitulasi uji coba butir soal keterampilan proses sains ... 54

Tabel 3.7 Interpretasi kualifikasi skor N-gain... 59

Tabel 4.1 Data peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 62

Tabel 4.2 Rekapitulasi data hasil uji normalitas, uji homogenitas dan uji t terhadap pre test, post test, dan N-gain keterampilan berpikir kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol... 64

Tabel 4.3 Rekapitulasi rata-rata skor pre test, post test, dan N-gain tiap indikator keterampilan berpikir kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 65

Tabel 4.4 Data peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 76

Tabel 4.5 Rekapitulasi data hasil uji normalitas, uji Homogenitas dan uji t terhadap pre test, post test, dan N-gain keterampilan proses sains ... 78

(10)

Gambar 3.1 Desain penelitian ... 43 Gambar 3.2 Alur Penelitian... 57 Gambar 3.3 Alur analisis data ... 61 Gambar 4.1 Perbandingan rata-rata pre test dan post test keterampilan

berpikir kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 63 Gambar 4.2 Perbandingan rata-rata skor N-gain keterampilan berpikir kreatif

kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 63 Gambar 4.3 Kegiatan diskusi identifikasi masalah ... 73 Gambar 4.4 Kegiatan presentasi artefak dan exhibit ... 74 Gambar 4.5 Perbandingan rata-rata skor pre test dan post test keterampilan

proses sains siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol ... 77 Gambar 4.6 Perbandingan rata-rata skor N-gain keterampilan proses sains

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen ... 97

Lampiran 2 Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas kontrol ... 116

Lampiran 3 Bahan ajar ... 126

Lampiran 4 Lembar kerja siswa ... 131

Lampiran 5Kisi-kisi dan butir soal keterampilan berpikir kreatif ... 140

Lampiran 6 Kisi-kisi dan butir soal keterampilan proses sains ... 147

Lampiran 7 Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran ... 157

Lampiran 8 Hasil uji coba instrumen butir soal keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains ... 161

Lampiran 9 Data pre test dan post test keterampilan berpikir kreatif kelas eksperimen ... 170

Lampiran 10 Data pre test dan post test keterampilan berpikir kreatif kelas kontrol ... 171

Lampiran 11 Data pre test dan post test keterampilan proses sain kelas eksperimen ... 172

Lampiran 12 Data pre test dan post test keterampilan proses sains kelas kontrol ... 175

Lampiran 13 Hasil skor pre test, post test, dan N-gain keterampilan berpikir kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 177

Lampiran 14 Hasil skor pre test, post test, dan N-gain keterampilan proses sain kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 179

Lampiran 15 Analisis N-gain tiap indikator keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains ... 181

Lampiran 16 pengujian statistik pre test, post test, dan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 182

Lampiran 17 Hasil observasi guru ... 183

Lampiran 18 Hasil observasi siswa ... 184

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perubahan dunia yang begitu cepat dan menyeluruh, pendidikan memiliki peranan sangat sentral dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna dapat bertahan dan menjalani kehidupan di abad ke-21. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menunjukkan peran strategis pendidikan dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Fungsi pendidikan nasional itu sendiri diantaranya untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa dalam menghadapi tantangan di era global. Sains merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dengan segala aspek kehidupannya dengan mengedepankan aspek metode ilmiah. Pada hakikatnya sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Relevan dengan tujuan pendidikan nasional, Rustaman (2007, hlm. 97) menjelaskan bahwa pendidikan sains memiliki visi untuk mempersiapkan siswa yang melek sains dan teknologi. Harapan dari siswa yang melek sains dan teknologi yaitu mampu memahami diri dan lingkungan sekitarnya melalui pengembangan keterampilan proses, sikap ilmiah, keterampilan berpikir, penguasaan konsep sains, kegiatan teknologi, dan upaya pengelolaan lingkungan secara bijaksana yang dapat menumbuhkan sikap pengagungan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

(13)

2

sehingga siswa mempunyai kemampuan dalam menghadapi tantangan hidup di era globalisai. Bertemali dengan itu maka proses pembelajaran sains selayaknya dikondisikan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan menekankan pada pemberian pengalaman langsung melalui kegiatan inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dengan tujuan dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Salah satu aspek keterampilan berpikir yang perlu mendapat penekanan pada pembelajaran sains dalam menghadapi perubahan teknologi dan masyarakat saat ini adalah keterampilan berpikir kreatif. Dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa siswa harus dapat menunjukan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif dalam membangun, menggunakan, dan menerapkan informasi tentang lingkungan sekitar untuk mampu menyelesaikan masalah (BNSP, 2006). Harapan dikembangkannya keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran sains yaitu siswa dapat berlatih untuk mencari berbagai alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Guilford (dalam Tan, 2009, hlm. 7) mengistilahkan kreativitas sebagai divergent production (berpikir divergen). Berpikir divergen yaitu berpikir untuk memberikan macam-macam kemungkinan jawaban benar ataupun cara penyelesaian suatu masalah berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada jumlah dan kesesuaian. Hassoubah (2008, hlm. 50) menjelaskan bahwa berpikir kreatif merupakan pola berpikir yang didasarkan pada suatu cara yang mendorong kita untuk menghasilkan produk yang kreatif. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dari suatu masalah untuk memberikan bermacam kemungkinan jawaban ataupun cara terhadap pemecahan masalah secara mendetail berdasarkan informasi yang diberikan. Adapun ciri dari keterampilan berpikir kreatif tersebut menurut Munandar (2002; 2009, hlm. 192) diantaranya terdiri dari:

(14)

Keterampilan lain yang juga tidak kalah penting dengan keterampilan berpikir yaitu keterampilan proses sains. Keterampilan ini penting dimiliki oleh siswa dalam kegiatan inkuiri ilmiah guna menyelesaikan berbagai masalah sains. Keterampilan proses sains adalah semua kemampuan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori sains baik berupa kemampuan mental, fisik, maupun kemampuan sosial. Menurut Rustaman (2005, hlm. 80) keterampilan proses sains meliputi kegiatan melakukan pengamatan, menafsirkan pengamatan, mengklasifikasi, berkomunikasi, memprediksi, merumuskan hipotesis, menganalisis data, merancang eksperimen atau percobaan, menerapkan konsep atau prinsip, mengajukan pertanyaan, menggunakan alat, melakukan pengukuran dan penarikan kesimpulan.

Siswa tidak akan lepas dari proses berpikir dan keterampilan proses sains dalam menemukan produk sains. Hal ini terlihat dari banyak jenis keterampilan proses sains seperti mengamati, menginterpretasi atau membuat hipotesis bisa dikuasai siswa dengan baik jika disertai dengan keterampilan berpikir. Kedua keterampilan tersebut merupakan keterampilan siswa yang memerlukan proses latihan, oleh karena itu sudah selayaknya keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains senantiasa dikembangkan dalam setiap langkah pembelajaran disetiap jenjang pendidikan.

(15)

4

Selain itu pembelajaran di lapangan juga tidak banyak melatih keterampilan siswa dalam berinkuiri. Keadaan ini diperparah dengan kondisi dimana fokus penyajian pembelajaran hanya dilakukan dengan kegiatan ceramah sehingga mengakibatkan kegiatan siswa ketika belajar sangat terbatas. Penjelasan tersebut didukung oleh hasil penelitian Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007 (dalam Handika, I & Wangid, M. N., 2013) yang menyatakan bahwa metode ceramah dengan cara menulis di papan tulis merupakan metode yang paling banyak digunakan. Berbagai temuan tersebut juga didukung oleh hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di salah satu sekolah dasar di kabupaten Majalengka, bahwa pertanyan-pertanyaan yang dilontarkan guru pada pelaksanaan pembelajaran sains masih didominasi oleh aspek ingatan, selain itu kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas juga belum dapat mengoptimalkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan melakukan inkuiri. Pada pelaksanaannya siswa lebih banyak diam mendengarkan penjelasan guru serta mencatat hal-hal yang penting.

Rendahnya keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains (KPS) pada akhirnya bermuara pada rendahnya hasil belajar sains siswa. Sebagaimana dikutip dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Peringkat Indonesia di PISA (Programe for International Student Assessment) dalam matematika, sains, dan membaca yang diselenggarakan

Organisation for Economic Co-operation and Development pada tahun 2012

berada pada posisi 64 dari 65 negara yang ikut serta. Berdasarkan data PISA tersebut anak Indonesia masih rendah dalam kemampuan literasi sains diantaranya mengidentifikasi masalah ilmiah, menggunakan fakta ilmiah, memahami sistem kehidupan dan memahami penggunaan peralatan sains (http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa).

(16)

urutan 35 dari 49 dengan skor rata-rata 427, dan hasil survey yang terakhir juga menunjukan hasil yang relatif sama yaitu berada pada urutan 39 dari 41 dengan skor rata-rata 406 sedangkan rata-rata skor internasional sudah mencapai skor 500. Berdasarkan hasil interpretasi survey TIMSS terhadap kemampuan siswa Indonesia ditinjau dari aspek kognitif (knowing, applying, reasoning), ternyata secara rata-rata masih berada pada kemampuan knowing (http://timssandpirls.bc.edu/data-release-2011/pdf/Overview-TIMSS-and-PIRLS-2011-Achievement.pdf).

Berdasarkan data empiris yang telah dikemukakan di atas, perlu dilakukan sebuah perubahan besar dan mendasar dalam pelaksanaan pembelajaran sains. Berbagai upaya seyogyanya dilakukan memiliki tujuan untuk membenahi pembelajaran yang bermuara pada peningkatan mutu dan hasil pembelajaran sehingga pada akhirnya dapat mempersiapkan siswa yang sesuai dengan kebutuhan di masa depan. Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi perubahan pola pikir dalam proses pembelajaran. Perubahan pola pikir tersebut hendaknya menggambarkan pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, dari satu arah menuju pada pembelajaran yang interaktif, dan dari belajar dengan menghafal menjadi belajar berpikir atau dari belajar yang dangkal menjadi kompleks. Permendiknas RI No. 41 (2007, hlm. 6) menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Penjelasan tersebut dimaksudkan supaya pembelajaran menjadi aktivitas yang bermakna dimana setiap siswa dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.

(17)

6

(Wayan & Triwiyono dalam Rustaman, 2007, hlm. 77). Dengan demikian, guru sebagai pendidik berkewajiban untuk mengkondisikan pembelajaran agar siswa mampu mengembangkan keterampilan berpikirnya. Salah satu alternatif model pembelajaran yang memberikan peluang bagi siswa untuk memiliki keterampilan berpikir kreatif dan mengembangkan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Arends (2008, hlm. 41) menyatakan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri, keterampilan berpikir tingkat tinggi, kemandirian, dan percaya diri.

Keberhasilan model pembelajaran berbasis masalah dapat terlihat dari keberhasilan model ini menyelesaikan berbagai permasalahan pembelajaran yang tertuang dalam beberapa penelitian. Penelitian Khori, W. dkk (2013) menunjukan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan pembelajaran model PBL berbantuan multimedia lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif

siswa yang menggunakan pembelajaran ekspositori, ditunjukan dengan rata-rata N-gain kelas ekseperimen sebesar 0,45 lebih baik dari rata-rata N-gain kelas kontrol yang hanya sebesar 0,16. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa melalui PBL terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan kategori sedang. Penelitian lain dari Muntaha, A & Hartono (2013) menunjukan hasil bahwa model PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan rata skor N-gain kelas eksperimen sebesar 0,32 lebih baik dari rata-rata skor N-gain kelas kontrol sebesar 0,14. Selain itu penelitian Handika, I & Wangid, M. N. (2013) yang berjudul pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa kelas V menunjukan hasil bahwa pembelajaran berbasis masalah memberikan pengaruh yang lebih baik dan signifikan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional terhadap penguasaan konsep sains dan keterampilan proses sains siswa.

(18)

peneliti menganggap perlu melakukan penelitian mengenai peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran IPA. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu menitik beratkan pada pembiasaan membaca yang dilakukan oleh siswa sebelum dimulainya pembelajaran.

B. Pembatasan Masalah

Melihat luasnya ruang lingkup masalah yang terindentifikasi maka diperlukan pembatasan masalah, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini terbatas pada peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) pada pembelajaran IPA di kelas V SD, materi daur air. Materi tersebut kemudian dijabarkan menjadi: (1) proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya; (2) pencemaran air; (3) pemanfaatan dan penghematan air. Materi daur air dipilih dengan harapan pembelajaran yang dilakukan dapat memunculkan ide-ide kreatif siswa dalam memberikan pemecahan masalah yang berkaitan dengan air di lingkungan sekitar. Selain itu materi daur air juga dapat menantang siswa untuk melakukan inkuiri dengan mengaplikasikan keterampilan proses sains.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran bukan PBM?

(19)

8

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) terhadap peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa kelas V di salah satu SD kabupaten Majalengka. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan apakah data peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran bukan PBM.

2. Mendeskripsikan apakah data peningkatan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran bukan PBM

E. Manfaat Penelitian

Manfaat umum yang diharapkan dari penelitian ini yaitu agar data hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti empiris tentang peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa sekolah dasar melalui model pembelajaran berbasis masalah. Lebih lanjut secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait. Adapun manfaatnya dapat dilihat dari beberapa aspek berikut, yaitu: 1. Manfaat dari segi teori, penelitian ini diharapkan dapat menambah

perbendaharaan penelitian pendidikan dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan kajian bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitian terkait dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains.

2. Manfaat dari segi kebijakan, memberikan arahan kebijakan untuk mengembangkan pendidikan bagi siswa sekolah dasar dalam pembelajaran IPA yang baik dan efektif untuk diimplementasikan di sekolah dasar.

3. Manfaat dari segi praktis, yaitu:

(20)

itu model pembelajaran berbasis masalah juga dapat meningkatkan antusias siswa pada pembelajaran IPA.

b. Para guru, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa. Selain itu, pada penelitian ini juga tersedia perangkat pembelajaran yang dapat dijadikan contoh dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa khususnya pada materi daur air.

4. Manfaat dari segi isu serta aksi sosial, memberikan informasi kepada semua pihak mengenai model pembelajaran berbasis masalah, sehingga dapat menjadi bahan masukan untuk lembaga-lembaga formal maupun non formal dalam mengimplementasikan pembelajaran IPA.

F. Struktur Organisasi

(21)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan metode penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimental. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre- and post test design (Creswell, 2008, hlm. 314). Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk menguji suatu ide atau perilaku atau prosedur untuk mengetahui pengaruhnya terhadap outcome dengan mengubah suatu kondisi dan pengamati pengaruhnya terhadap hal lain. Dalam desain penelitian ini terdapat dua kelas yaitu select control group dan select experimental group (Creswell, 2008, hlm. 314). Kelas ekperimen diberi perlakuan

berupa pembelajaran berbasis masalah (PBM), sedangkan kelas kontrol menggunakan bukan PBM yaitu pembelajaran yang biasa sehari-hari dilakukan oleh siswa. Kedua kelas diberikan pre test dan post test dengan menggunakan instrument test yang sama. Hasil tes dari kedua kelas tersebut dianalisis dan dideskripsikan untuk melihat sejauh mana peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa melalui PBM. Deskripsi desain penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. berikut.

Time

Quasi-Exsperiment pre- and post test design (Creswell, 2008, hlm. 314)

Keterangan:

Eksperimental treatment yaitu dengan menerapkan model pembelajaran berbasis

masalah (PBM).

(22)

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu keadaan yang dikondisikan, dikendalikan atau diobservasi oleh peneliti untuk memperoleh informasi sehingga bisa diambil kesimpulan. Penelitian ini mengkaji peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains melalui pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan uraian tersebut, maka variabel penelitian pada penelitian ini melibatkan tiga jenis variabel, yaitu:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran, dimana pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis msalah (PBM) sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan bukan PBM.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini terdiri dari keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol pada penelitian ini yaitu materi pelajaran dan alokasi waktu. Variabel kontrol ini ada supaya tidak terdapat perbedaan secara keseluruhan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah dasar negeri di Kabupaten Majalengka. Alasan pemilihan sekolah tersebut sebagai tempat penelitian yaitu dikarenakan secara umum memiliki fasilitas sekolah yang cukup memadai, kualitas guru yang relatif sama, dan akses yang cukup mudah untuk peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun kegiatan penelitian dilaksanalkan pada rentang waktu dari tanggal 16 Maret s/d 4 Mei 2015.

D. Partisipan

(23)

45

Pemilihan siswa kelas VA dan VB sebagai partisipan penelitian didasarkan pada pertimbangan hasil belajar siswa yang relatif seimbang dilihat dari perolehan nilai rata-rata kelas. Adapun nilai rata-rata kelas untuk VA yaitu 63,5 dan VB yaitu 62,0 (lampiran 19). Selain itu, penentuan subjek penelitian juga didasarkan pada pertimbangan tingkat usia dan perkembangan berpikir siswa. Rentang usia siswa kelas V SD yaitu mulai dari 10 sampai 11 tahun yang menunjukan bahwa pada usia tersebut merupakan masa peralihan dari tahap operasi konkret ke operasi formal (Piaget dalam Suprijono, 2014, hlm. 23).

Secara teoritis, karakteristik berpikir siswa dianggap sudah mampu menemukan persfektif lain dari suatu permasalahan. Luasnya perspektif siswa sangat berpotensi untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dalam menyelesaikan bermacam masalah. Bertemali dengan pernyataan tersebut, maka dalam pembelajaran kelas V SD sangat memungkinkan dilakukannya pengembangan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa secara simultan melalui pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (PBM).

E. Populasi dan Sampel Penelitian

Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yaitu pengambilan subjek berdasarkan tujuan atau disesuaikan dengan tujuan penelitian (Sukmadinata, 2010, hlm. 254). Pada penelitian ini, kelas VA ditentukan sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang siswa. Sedangkan kelas VB ditentukan sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang siswa.

F. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka perlu dikemukakan definisi operasional dari variabel yang terkait dengan penelitian ini. Adapun definisi operasional variabel tersebut adalah:

(24)

Adapun ciri dari keterampilan berpikir kreatif tersebut diantaranya, (1) kelancaran (fluency) dengan indikator mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah dengan lancar; (2) keluwesan (flexibility) dengan indikator mampu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi; (3) keaslian (originality) dengan indikator mampu menyatakan suatu ide dengan caranya sendiri; dan (4) merinci (elaboration) dengan indikator merinci ide atau gagasan secara mendetail.

2. Keterampilan proses sains yang dimaksud adalah keterampilan yang digunakan untuk melakukan penyelidikan ilmiah. Keterampilan proses tersebut meliputi: (1) keterampilan mengamati, dengan indikator mengumpulkan fakta yang relevan; (2) keterampilan mengelompokan, dengan indikator mencari dasar pengelompokan; (3) keterampilan menginterpretasi/menafsirkan, dengan indikator menemukan pola atau keteraturan pengamatan; (4) keterampilan meramalkan, dengan indikator mengemukakan sesuatu yang terjadi pada keadaan yang mungkin teramati; (5) keterampilan bertanya, dengan indikator mengajukan pertanyaan terkait dengan percobaan; (6) mengajukan hipotesis, dengan indikator dapat membuat hipotesis; (7) keterampilan merencanakan percobaan, dengan indikator menentukan alat, bahan, atau sumber yang akan digunakan dan menentukan langkah kerja; (8) keterampilan menerapkan konsep, dengan indikator menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi; (9) keterampilan berkomunikasi, dengan indikator mengubah penyajian data hasil pengamatan pada bentuk grafik; dan (10) keterampilan menyimpulkan, dengan indikator menarik kesimpulkan berdasarkan hasil interpretasi terhadap data dan menarik kesimpulan data hasil percobaan.

(25)

47

percaya diri. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah (PBM), yaitu: a) memberikan orientasi masalah pada siswa; b) mengorganisasikan siswa untuk melakukan kegiatan penelitian; c) membantu investigasi mandiri dan kelompok; d) mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit; e) menganalisis dan mengevaluasi masalah. Pada penelitian ini penerapan pembelajaran berbasis masalah menitik beratkan pada pembiasaan membaca yang dilakukan oleh siswa sebelum dimulainya pembelajaran.

4. Pembelajaran bukan PBM yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPA pada materi dair air yang biasa dilakukan oleh guru pada kegiatan pembelajaran sehari-hari. Adapun langkah-langkahnya yaitu siswa ditugaskan membaca sebuah wacana, siswa membuat pertanyaan terhadap wacana, siswa melakukan diskusi kelompok, melakukan tanya jawab, guru menjelaskan materi pelajaran dan siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru. Aktifitas siswa meliputi kegiatan membaca, berdiskusi, menanya, mendengar, mencatat, dan mengerjakan soal secara individu atau berkelompok.

G. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Butir soal

a. Soal uraian digunakan untuk mengetahui sejauhmana keterampilan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran berbasis masalah. Soal uraian ini terdiri dari 7 butir soal yang bermuatan materi IPA tentang air. Setiap soal dibuat sesuai dengan indikator keterampilan berpikir kreatif. Kisi-kisi soal keterampilan berpikir kreatif dan kriteria penskorannya dapat dilihat pada lampiran (lampiran 5).

(26)

siswa semakin luwes dalam berfikir. Keterampilan berpikir orisinal (originality), apabila jawaban siswa semakin memiliki keterbaruan menandakan bahwa siswa telah terampil berpikir orisinal. Agar penilaian terhadap keterampilan berpikir orisinal lebih objektif, maka peneliti melakukan konfirmasi jawaban kepada siswa dengan memberikan pertanyaan lanjutan seperti menanyakan berasal darimana idenya tersebut. Keterampilan berpikir merinci (elaboration), diklasifikasikan berdasarkan keterincian jawaban siswa.

b. Soal pilihan ganda digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa. Soal pilihan ganda berjumlah 18 butir soal dengan 4 alternatif pilihan. Setiap soal dibuat sesuai dengan indikator masing-masing keterampilan. Adapun soal keterampilan proses yang disajikan meliputi keterampilan-keterampiran berikut, diantaranya: (1) melakukan mengamati, dengan indikator mengumpulkan fakta yang relevan; (2) mengelompokan, dengan indikator mencari dasar pengelompokan; (3) menginterpretasi/menafsirkan, dengan indikator menemukan pola atau keteraturan pengamatan; (4) meramalkan, dengan indikator mengemukakan sesuatu yang terjadi pada keadaan yang mungkin teramati; (5) bertanya, dengan indikator mengajukan pertanyaan terkait dengan percobaan; (6) mengajukan hipotesis, dengan indikator dapat membuat hipotesis; (7) merencanakan percobaan, dengan indikator menentukan alat, bahan, atau sumber yang akan digunakan dan menentukan langkah kerja; (8) menerapkan konsep, dengan indikator menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi; (9) berkomunikasi, dengan indikator mengubah penyajian data hasil pengamatan pada bentuk grafik; dan (10) menyimpulkan, dengan indikator menarik kesimpulkan berdasarkan hasil interpretasi terhadap data dan menarik kesimpulan data hasil percobaan. Adapun kisi-kisi soal keterampilan proses sains dapat dilihat pada lampiran (lampiran 6).

2. Lembar observasi kegiatan siswa dan guru

(27)

49

perkembangan siswa, aktivitas, kinerja, partisipasi, keterampilan siswa dan guru selama pembelajaran. Lembar observasi berisi daftar isian yang menggambarkan aktivitas guru dan siswa pada tahapan-tahapan pembelajaran berbasis masalah (PBM). Lembar observasi dapat dilihat secara lengkap pada lampiran (lampiran 7).

Penyusunan instrumen dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitut:

1. Menyusun kisi-kisi soal beserta kunci jawaban

Pembuatan kisi-kisi soal bertujuan untuk menentukan konsep-konsep yang akan diukur, sesuai dengan indikator yang sudah ditentukan. Selanjutnya menyusun pokok uji yang sesuai dengan konsep dan indikator pembelajaran. 2. Melakukan validasi pokok uji

Setelah kisi-kisi soal dan butir soal dibuat, maka tahapan selanjutnya adalah mengkonsultasikan setiap butir soal tes keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains pada dosen pembimbing dan divalidasi oleh pakar yang terdiri dari tiga orang dosen ahli yang berkompeten di bidang IPA. Proses validasi ini dilakukan dengan cara membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran, melihat kesesuaian instrumen penelitian dengan indikator setiap variabel penelitian, dan keefektifan bahasa yang digunakan.

3. Melakukan uji keterbacaan pada kelompok siswa.

Uji keterbacaan dilakukan pada sekelompok siswa. Uji keterbacaan ini dilakukan untuk melihat sejauh mana siswa memahami instrumen yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian.

4. Melakukan uji coba butir soal.

(28)

5. Melakukan analisis butir soal hasil uji coba

Tes yang baik harus bisa memenuhi kriteria tingkat kesukaran yang layak, daya pembeda yang baik, validitas tinggi, dan reliabel. Adapun langkah analisis instrumen adalah sebagai berikut:

a. Analisis Validitas Tes

Validitas adalah tingkat ketepatan tes mengukur sesuatu yang hendak diukur. Untuk mengetahui valid atau tidaknya sebuah instrumen dilakukanlah analisis validitas butir soal. Arikunto (2009, hlm. 59) menyatakan bahwa suatu tes disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur, dan alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.

Peneliti menganalisis validitas tes dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson, dengan cara mengkorelasikan antara skor yang

didapat siswa pada suatu butir soal dengan skor total. Adapun rumusnya

= Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y N = Jumlah Peserta Tes

X = Skor siswa pada tiap butir soal Y = Skor total

Interpretasi besarnya koefisien korelasi validitas soal menurut Arikunto (2009, hlm. 75) adalah sebagai berikut:

(29)

51

Dasar pengambilan keputusan dalam menentukan validitas suatu butir soal yaitu: jika r hitung > r tabel, maka instrumen atau item butir soal berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

Pada uji ini jumlah responden sebanyak 26 orang, sehingga diperoleh r tabel sebesar 0,329, sehingga kesimpulannya jika jika r hitung > 0,329 dinyatakan valid.

b. Analisis Reliabilitas

Reliabilitas tes adalah derajat keajegan (konsistensi) suatu tes, dengan kata lain reliabilitas mengukur sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti memberikan hasil yang sama atau relatif konsisten. Dengan kata lain realibilitas menunjukan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama. Pada penelitian ini teknik pengujian reliabilitas menggunakan teknik belah dua (split half reliability), yaitu teknik pengujian reliabilitas instrumen dengan cara

membaginya menjadi dua bagian. Teknik belah dua ini dalam pengetesan hanya menggunakan satu tes yang dicobakan satu kali kepada sejumlah subjek. Item-item pada tes dibagi dua. Skor dari setengah item tes pada bagian yang pertama dikorelasikan dengan skor setengah item tes pada bagian kedua. Pada penelitian ini cara membelah item yaitu dengan membelah item genap dan item ganjil. Perhitungan reliabilitas tes dapat menggunakan rumus, yaitu:

r11 = 2rxy/(1+rxy)

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

rxy = indeks korelasi antara dua belahan instrumen

(30)

Tabel 3.2.

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi

0,900 ≤ r11< 1,000 Sangat Tinggi

0,700 ≤r11<0,900 Tinggi

0,400 ≤r11<0,700 Cukup

0,200 ≤r11<0,400 Rendah

r11<0,200 Sangat Rendah

Nilai realibilitas didapat dari perhitungan butir item yang valid. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n)=26, maka didapat r tabel 0,329.

c. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal (Sudjana, 2010, hlm. 141) adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda soal digunakan rumus:

DP = JB − JBJSA

Keterangan:

DP : Daya pembeda butir soal

JB : Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.

JB : Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar.

JSA: Jumlah siswa kelompok atas.

Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan daya pembeda adalah seperti pada tabel berikut (Suherman, 2003, hlm. 161).

Tabel 3.3.

Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Soal Nilai Interpretasi Daya Pembeda

,7 < DP ≤ , Sangat baik

,4 < DP ≤ ,7 Baik

, < DP ≤ ,4 Cukup

, < DP ≤ , Jelek

(31)

53

Butir soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian ini, memiliki daya pembeda pada rentang kategori cukup baik sampai baik yaitu mulai dari nilai 0, 23 s/d 1.

d. Tingkat Kesukaran

Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus sebagai berikut :

IK =JB + JBJSA

Keterangan:

IK : Indeks kesukaran

JB : Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.

JB : Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar.

JSA : Jumlah siswa kelompok atas.

Indeks kesukaran diinterpretasikan dalam kriteria sebagai berikut (Suherman, 2003, hlm. 170).

Butir soal yang digunakan harus memiliki setiap kriteria tingkat kesukaran yaitu mudah, sedang, dan sukar.

Hasil perhitungan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal ditunjukan pada tabel berikut, yaitu:

1) Hasil uji coba butir soal keterampilan berpikir kreatif Tabel 3.5.

Rekapitulasi Uji Coba Butir Soal Keterampilan Berpikir Kreatif No.

Soal

(32)

No.

Berdasarkan hasil analisis butir soal yang disajikan pada tabel 3.5., diputuskan seluruh butir soal digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Hasil perhitungan uji coba soal keterampilan berpikir kreatif secara lengkap dapat dilihat pada lampiran (lampiran 8).

2) Hasil uji coba butir soal keterampilan proses sains Tabel 3.6.

Rekapitulasi Uji Coba Butir Soal Keterampilan Proses Sains No.

Soal

(33)

55

Berdasarkan hasil analisis butir soal yang disajikan pada tabel 3.6., diputuskan 18 soal dari 21 soal yang diujicobakan digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Hasil perhitungan reliabilitas didapat nilai r11 = 0,87 (jumlah item 18) > r tabel=0,329 maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut reliabel, dan termasuk kategori reliabilitas sangat tinggi. Hasil perhitungan uji coba soal keterampilan proses sains secara lengkap dapat dilihat pada lampiran (lampiran 8).

H. Prosedur Penelitian

Prosedur pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan adapun uraian dari tahap tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Melakukan studi lapangan dengan melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran sains

b. Mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan di lapangan

c. Melakukan studi literatur mengenai model pembelajaran berbasis masalah (PBM), keterampilan berpikir kreatif, dan keterampilan proses sains

d. Menentukan jadwal penelitian

e. Menentukan desain dan subjek penelitian

f. menyusun perangkat pembelajaran dengan mengkaji terlebih dahulu silabus mata pelajaran IPA kelas V SD semester genap. Pengkajian dilakukan terhadap materi pelajaran, alokasi waktu, indikator pencapaian serta rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP disusun disesuaikan dengan langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah (PBM). g. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian.

h. Menyusun instrumen penelitian berupa tes keterampilan berpikir kreatif, keterampilan proses sains, dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran.

i. Judgement instrumen penelitian dan bahan ajar oleh dosen pembimbing dan dosen ahli.

(34)

k. Melakukan uji coba instrumen penelitian pada partisipan di luar subjek penelitian dan melakukan analisis validitas, realibilitas, dan tingkat kesukaran.

2. Tahap pelaksanaan

a. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol secara purposive.

b. Melakukan pre test keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains di kelas kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c. Melakukan treatment, yaitu menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada kelas eksperimen dan menerapkan pembelajaran bukan PBM pada kelas kontrol.

Pelaksanaan pembelajaran pada penelitian ini baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dilakukan selama enam kali pertemuan. Materi yang digunakan baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol selama pembelajaran sama yaitu materi tentang proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya, pencemaran air, serta pemanfaatan dan penghematan air dan juga ditunjang oleh bahan bacaan yang sama. Perbedaanya terletak pada LKS yang diberikan dan kegiatan pembelajarannya. Pada kelas eksperimen pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan tahapan pembelajaran berbasis masalah yang terdiri dari tahapan memberikan orientasi tentang permasalahan, mengorganisasikan siswa untuk meneliti, membantu investigasi mandiri dan kelompok, mempresentasikan artefak dan exhibit, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran bukan PBM dilakukan melalui kegiatan membaca, tanya jawab, kerja kelompok, dan guru memberikan penjelasan materi. d. Selama pembelajaran berlangsung diamati menggunakan lembar

observasi.

e. Melaksanakan post test keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains di kelas kelas eksperimen dan kontrol.

3. Tahap mengolah dan menganalisis data

(35)

57

4. Tahap penyusunan laporan hasil penelitian

Alur pelaksanaan penelitian berdasarkan prosedur di atas dapat dilihat pada diagram yang terdapat pada Gambar 3.2.

(36)

I. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dilakukan pada setiap kegiatan siswa dan situasi yang berkaitan dengan penelitian menggunakan instrumen berupa lembar observasi, soal pre test dan post test. Untuk mendapatkan data yang diharapkan dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data melalui teknik tes dan observasi. Dalam penelitian ini tes yang diberikan terdiri dari tes keterampilan berpikir kreatif dan tes keterampilan proses sains. Kedua tes tersebut merupakan tes tertulis yang diberikan kepada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model PBM dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model bukan PBM. Tes tersebut diberikan sebelum dan sesudah proses pembelajaran IPA. Kegiatan observasi dilakukan menggunakan lembar observasi yang berisikan berbagai aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran, kegiatan observasi dilakukan di kelas eksperimen untuk melihat keberlangsungan model pembelajaran berbasis masalah dalam upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains.

J. Teknik Analisis Data

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran, serta skor pre test dan post test keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses siswa yang kemudian dianalisis secara kuantitatif. Data kuantitatif yang terkumpul kemudian dianalis secara statistik menggunakan statistic package for social science (SPSS) 20 for windows. Tahapan pengolahan dan analisis data pada penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Melakukan analisis data terhadap lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, data ini berupa deskripsi aktivitas guru dan siswa.

2. Pemberian skor jawaban terhadap hasil tes siswa yang disesuaikan dengan kunci jawaban dan pedoman penskoran yang digunakan.

3. Mengelompokan skor pre test dan post test siswa ke dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(37)

59

keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains antara sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) pada kelas eksperimen dan model bukan PBM pada Kelas kontrol, maka langkah selanjutnya adalah menghitung N-gain (Hake, 1999) yang dirumuskan sebagai berikut:

� − ��� = � � � − �− �

Hasil perhitungan N-gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.7.

Interpretasi Kualifikasi Skor N-gain Skor N-gain Interpretasi

0,7 < g ≤ 1,00 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

(Hake, 1999) 5. Menguji hipotesis 1 dan 2.

Data yang akan diuji adalah data pre test, post test, dan N-gain keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains. Pengujian skor pre test dilakukan untuk mengetahui keseimbangan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dilakukan tindakan. Pengujian skor post test dilakukan untuk mengetahui keseimbangan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah dilakukan tindakan. Sedangkan pengujian N-gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan yang terjadi setelah diberikan tindakan, apakah peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Pengujian dua rata-rata dalam penelitian

ini menggunakan uji t dengan taraf signifikansi α = 0,05. Untuk memperoleh peluang yang sahih atas munculnya nilai t maka asumsi-asumsi terkait data yang akan diuji harus terpenuhi terlebih dahulu. Asumsi tersebut yaitu skor masing-masing kelompok harus berdistribusi normal dan variansi kelompok homogen. Apabila sebaran data berdistribusi normal namun varians kedua kelompok sampel tidak homogen maka selanjutnya dilakukan uji perbedaan rata-rata menggunakan

(38)

berdistribusi tidak normal, maka uji perbedaan rata-rata menggunakan statistik nonparametrik dengan uji Mann-Whitney. Oleh karena itu, sebelum melakukan uji perbedaan dua rata-rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas. a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menguji hasil pre test, post test, dan N-gain pada kelas kontrol dan eksperimen menggunakan uji statistika Shapiro Wilk dengan taraf signifikansi 0,05. Hipotesis yang digunakan untuk mengetahui normalitas data adalah sebagai berikut:

H0 : Data berditribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal Dengan kriteria pengujianya yaitu:

Jika nilai signifikansinya lebih besar sama dengan 0,05 maka H0 diterima, artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Jika nilai signifikansinya kurang dari 0,05 maka H0 ditolak, artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas data pre test, post test dan N-gain untuk mengetahui tingkat kehomogenan varians populasi data tes. Uji homogenitas dilakukan jika kelompok berdistribusi normal dengan bantuan software SPSS 20 for windows.

Hipotesis yang digunakan untuk menghitung homogenitas suatu data adalah sebagai berikut:

H0 : Variansi kedua kelompok homogen H1 : Variansi kedua kelompok tidak homogen

Untuk menghitung homogenitas suatu data akan dilakukan dengan uji Levene dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujiannya yaitu:

Jika nilai signifikansinya lebih besar sama dengan 0,05 maka H0 diterima, artinya sampel berasal dari populasi yang memiliki vasiansi homogen.

(39)

61

Adapun bagan yang dapat menggambarkan proses analisis data adalah:

6. Rumusan Hipotesisi 1 dan 2 yaitu: a. Hipotesis 1

Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran bukan PBM.

H0 : μ1= μ2 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kreatif antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H1 : μ1> μ2 : Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.

b. Hipotesis 2

Peningkatan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran bukan PBM.

H0 : μ1 = μ2 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan proses sains antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

H1 : μ1 > μ2 : Peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas eksperimen kebih baik dari kelas kontrol

ya

ya

Tidak Normalitas

Homogenitas

Non parametrik

Mann-Whitney

Uji t’

Uji t

Tidak

(40)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan terhadap hasil penelitian sebagaimana yang diuraikan pada bab sebelumnya maka diperoleh simpulan, implikasi, dan rekomendasi.

A. Simpulan

Simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) di salah satu SD Negeri di Kabupaten Majalengka yaitu:

1. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran bukan PBM. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran berbasis masalah (PBM) berada pada kriteria sedang dengan N-gain 0,58, sedangkan keterampilan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran bukan PBM berada pada kriteria rendah dengan N-gain 0,15.

2. Peningkatan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran bukan PBM. Peningkatan keterampilan proses sains siswa melalui pembelajaran berbasis masalah (PBM) berada pada kriteria sedang dengan N-gain 0,56, sedangkan keterampilan proses sains siswa melalui pembelajaran bukan PBM berada pada kriteria rendah dengan N-gain 0,25.

B. Implikasi

Mengacu pada hasil-hasil penelitian sebagaimana yang diungkapkan di atas, maka implikasi dari hasil-hasil tersebut diuraikan berikut ini:

1. Bagi peneliti selanjutnya

(41)

91

model PBM dapat digunakan secara efektif dari segi proses pembelajarannya sehingga pada penelitian selanjutnya dapat memperoleh hasil yang lebih positif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains.

2. Bagi guru

Model PBM dapat dijadikan alternatif dalam proses pembelajaran sains di SD khususnya pada materi daur air dalam meningkatkan kualitas pendidikan terutama dalam upaya meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa. Namun, dalam hal ini guru harus memperhatikan:

a. Pengelolaan kelas. Guru harus memperhatikan pengelolaan kelas selama kegiatan kelompok berlangsung terutama tata letak tempat duduk siswa agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

b. Waktu. Guru harus memperhatikan waktu saat proses pembelajaran dengan model PBM karena saat siswa berdiskusi membutuhkan waktu yang lebih lama jika siswa sulit bekerja sama dengan anggota kelompoknya.

3. Bagi para pembuat kebijakan

Diharapkan untuk memberikan pelatihan bagi para guru agar senantiasa menggunakan model pembelajaran yang inovatif pada setiap kegiatan pembelajaran.

4. Bagi kepala sekolah

Diharapkan kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah memberikan motivasi serta arahan kepada para guru untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara mengembangkan model-model pembelajaran yang ada. Salah satunya yakni model PBM sehingga dapat diterapkan secara efektif dalam pembelajaran IPA.

C. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan, diajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut. 1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan pula untuk mengkaji model

(42)

pembelajaran yang setara lainnya bukan dengan pembelajaran konvesional dalam upaya untuk meningkatan keterampilan berpikir dan keterampilan proses sains lainnya.

2. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses siswa namun peningkatannya masih pada kriteria sedang. Dengan demikian pada penelitian selanjutnya diperlukan kegiatan pra kondisi sebelum pembelajaran.

(43)

93

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.

Arends. (2008). Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta. Bumi Aksara

Astika, U. Kd, Suma, I.K, & Suastra, I.W. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal 3(2), hlm. 45-52.

Azis, S. (2012). Peningkatan Keterampilan Proses Sains dan Keterampilan Berpikir kreatif Melalui Pembelajaran Berbasis Projek. Tesis Program Studi Pendidikan Dasar. Bandung: SPS UPI (tidak diterbitkan).

Barbara, dkk. (2001). The power of problem based learning. Virginia;sterling publishing.

Bono, E.D. (2007). Revolusi berpikir. Jakarta: Kaifa PT Mizan Pustaka.

Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

BSNP. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (Lampiran 1 Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006). Jakarta: Depdiknas. Dirjen Mandikdasmen. Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Cinar, D & Bayraktar, S. (2006). The effects of the problem based learning approach on higher order thinking skills in elementary science education.

Tersedia online:

http://www.acade-mia.edu/489739/the_effects_of_the_problem_based_learning_approach_o n_higher_order_thinking_skills_in_elementary_science_education. [22 Maret 2015]

Costa, L. A. ( 1985). Developing Minds. California: Association for Supervision and Curriculum Development.

Creswell, J. (2008). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, 3rd Edition.New Jersey: Person Education Inc.

(44)

D McPhee, A. (2002). Problem-based learning in initial teacher education: taking the agenda forward. Journal of Educational Enquiry Scotland University of Glasgow, 3(1) hlm. 62-68.

Fauziah, Y. N. (2011). Analisis kemampuan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa sekolah dasar kelas V pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam. Tesis Jurusan Pendidikan Dasar. Program Pasca sarana UPI bandung: Tidak diterbitkan.

Handika, I & Wangid, M. N., (2013). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas V. Jurnal Prima Edukasia, 1(1), hlm. 85-93.

Harlen, W. (1992). The teaching of science. London: David Fulton Publisher. Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores.Area-D-American Educational

Research Association’s Division D, Measurement and Research

Methology. [Online]. Tersedia www. Physic.indiana.edu/-sdi/AnalyzingChangeGain.pdf.

Hassoubah, Z.I. (2008). Mengasah pikiran Kreatif dan kritis. Bandung: Nuansa. Johnson, E.B. (2011). Contextual Teaching & Learning. Menjadikan Kegiatan

Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa Learning.

Kemendikbud. (2014). Lampiran III. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kemendikbud.

Khoiri. W, Rochmad, Cahyono. N, A. (2013). Problem Based Learning Berbantuan Media Dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Jurnal Matematika Universitas Negeri

Semarang. 2(1), hlm. 115-120. [Online]. Tersedia:

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/article/download/3328/3072 Lawson, A, E. (1999). Science teaching and the development of thinking.

California: Wadswort.

Laili, N.I & Azizah, A. (2015). Implementasi model pembelajaran berbasis msalah untuk melatih keterampilan berpikir kritis dan self efficacy pada materi poko faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi kelas XI AMA Negeri 4 Sidoarjo. Jurnal pendidikan kimia universitas negeri surabaya, 4(1), hlm. 62-68.

(45)

95

Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/ [15 02 2015]

Mariati. (2006). Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Pertanyaan Divergen pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 6(3), hlm. 1-7.

[Online]. Tersedia:

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/126306759773.pdf Muhibbin S. (2005). Psikologi Belajar. Jakarta: Raka Grafindo Persada.

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Munandar, U. (2012). Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Muntaha, A & Hartono. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Jurnal of Primary Education, 2(2), hlm. 116-119.

Novita, L.D, Sudana, N.D, & Riastini, N.P. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran PBL Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas V SD di gugus IV Diponegoro Kecamatan Mendoyo. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, 2 (1), hlm. 1-5.

Potur, A. A. & O. Barkul. (2009). Gender and creative thinking in education: A theoretical and experimental overview. Journal, 6 (2), 44-57. [Online]. Tersedia: http://www.az.itu.edu.tr/azv6n2 web/05poturbarkul0602.pdf [14 12 2014].

Rofi’uddin. (2009). Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif untuk Siswa Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia: http://www.infodiknas.com/model-pendidikan-berpikir-kritis-kreatif-untuk-siswa-sekolah-dasar-2/ [21 Desember 2014]

Rustaman, N. et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Rustaman, N. (2007). Assesmen dalam Pembelajaran Sains. Bandung: Program doktor pendidikan IPA sekolah pasca sarjana UPI.

Sariadi, N, & Syahruddin. (2014). Penerapan model pembelajaran berbasis masalah Untuk meningkatkan hasil belajar IPA kelas V SD. e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, 2(1), hlm. 1-7.

(46)

Rozie, F. (2013). Pengembangan media video pembelajaran daur air untuk meningkatkan proses dan hasil belajar IPA siswa SD. Jurnal pendidikan sains, 1(4), hlm. 413424.

Savery, J. R. (2006). Overview of PBL: Definitions and Distinctions, In The Interdiciplinary Journal Of Problem Based Learning, 1(1), hlm. 9-20.

Sholihah, E.A. (2014). Dampak Pembelajaran Berbasis Masalah pada fenomena korosi terhadap kemampuan berpikir kreatif dan pemahaman konsep siswa kelas X SMK. Tesis Jurusan Pendidikan Kimia. Program Pasca sarana UPI bandung: Tidak diterbitkan.

Suastra, I. W. (2008). Teaching Science Model For Developing Students’ Creative Thinking Ability. Proceedings The 2nd International Seminar on Science Education. Bandung, 18 Oktober 2008.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI Bandung.

Suprijono, A. (2014). Cooperative learning teori dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Tan, O.S. (2004). Enhancing thinking through problem-based learning approaches:international perspectives. Singapore: cengage learning.

Tan, O.S. (2009). Problem Based Learning And Creativity. Singapura: cengage learning.

Tawil, M & Liliasari. (2014). Keterampilan-keterampilan sains dan implementasinya dalam pembelajaran IPA. Makasar: Badan Penerbit Universitas Makasar.

Tawil, M. & Liliasari (2013). Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makasar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makasar. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

______[Online]. Tersedia: http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-volume-v.htm.

Gambar

Gambar 3.1. Quasi-Exsperiment pre- and  post test design
Tabel 3.1. Interpretasi Koefisien Korelasi
Tabel 3.3. Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Soal
Tabel 3.5. Rekapitulasi Uji Coba Butir Soal Keterampilan Berpikir Kreatif
+5

Referensi

Dokumen terkait

Semua minyak nabati mentah untuk konsumsi manusia telah dinetralisir untuk menghilangkan asam lemak bebas, protein, dan zat perekat cair, dan setelah itu dicuci untuk

Jalan malioboro tetap menarik untuk dikunjungi kendati dengan suasana ibadah puasa saat ini // Memanjang dari utara ke selatan / pengunjung maliobor akan mendapatkan sejumlah

[r]

Source : Social, Manpower and Population Mobility Ofce of Pamekasan Regency... Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas

(Seratus delapan puluh empat juta lima ratus ribu rupiah). Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan

menggembirakan bagi perkembangan Islam di kalangan sahabat. Dalam banyak hal, Rasul senantiasa mengajarkannya dengan disertai latihan pengamalannya, di antaranya; tatacara

Dengan Huruf Dua ratus tujuh puluh sembilan juta lima ratus sepuluh ribu rupiah Keterangan Perincian sebagai berikut :. Qty

Sehubungan dengan telah selesainya evaluasi dokumen kualifikasi untuk pekerjaan Pengadaan Cetak Administrasi Sekolah Pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Musi Banyuasin ,