• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI SOAL CERITA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN PASIRBENTENG 2 KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG PADA PEMBELAJARAN PECAHAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI SOAL CERITA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN PASIRBENTENG 2 KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG PADA PEMBELAJARAN PECAHAN."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN PASIRBENTENG 2 KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG

PADA PEMBELAJARAN PECAHAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

KOMARSANA

1107080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

(2)

PenerapanPendekatanPemecahanMasalah melaluiSoalCerita

untukMeningkatkanHasilBelajarSiswaKelas IV SDN

Pasirbenteng 2 Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang

pada Pembelajaran Pecahan

Oleh Komarsana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas IlmuPendidikan

© Komarsana 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI SOAL CERITA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN PASIRBENTENG 2 KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG

PADA PEMBELAJARAN PECAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Ani Nur Aeni, M.Pd.

NIP. 19760822 200501 2 002

Pembimbing II

Riana Irawati, M.Si.

NIP. 198011252005012002

Mengetahui

Ketua Program Pendidikan Guru SekolahDasar S-1 Kelas UPI KampusSumedang

Riana Irawati, M.Si.

(4)
(5)

DAFTAR ISI

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 8

1. Rumusan Masalah ... 8

1. Pengertian Matematika... 14

2. Tujuan Matematika ... 15

3. Manfaat Matematika ... 16

B. Pembelajaran Matematika di SD ... 17

1. Pengertian Pembelajaran Matematika di SD... 17

2. Fungsi Pembelajaran Matematika di SD ... 18

3. Pendekatan Pembelajaran Matematika di SD ... 18

C. Teori Belajar Matematika ... 21

4. Alasan Pentingnya Pembelajaran Soal Cerita Diberikan di SD .. 34

E. Soal Cerita Pecahan... 38

(6)

2. Cara Mengerjakan Soal Cerita Pecahan ... 39

F. Pendekatan Pemecahan Masalah ... 41

1. Pengertian Pendekatan Pemecahan Masalah ... 41

2. Karakteristik Pendekatan Pemecahan Masalah ... 42

3. Jenis-Jenis Pendekatan Pemecahan Masalah ... 43

4. Langkah-Langkah Pendekatan Pemecahan Masalah ... 44

G. Pembelajaran Soal Cerita dengan Pemecahan Masalah di SD... 46

H. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan ... 48

I. Hipotesis Tindakan... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian... 62

3. Tahap Observasi ... ... 63

a. Paparan Data Perencanaan Tindakan Siklus I ... 84

b. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 84

c. Paparan Data Hasil Tindakan Siklus I ... 93

d. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 96

(7)

a. Paparan Data Perencanaan Tindakan Siklus II ... 100

b. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 102

c. Paparan Data Hasil Tindakan Siklus II ... 111

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 114

3. Paparan Data Tindakan Siklus III ... 118

a. Paparan Data Perencanaan Tindakan Siklus III ... 118

b. Paparan Data Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 119

c. Paparan Data Hasil Tindakan Siklus III ... 128

d. Analisis dan Refleksi Siklus III... 131

C. Paparan Pendapat Siswa dan Guru ... 134

1. Paparan Pendapat Siswa ... 135

2. Paparan Pendapat Guru ... 135

D. Pembahasan Penelitian ... 136

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 144

A. Kesimpulan ... 144

B. Saran/Rekomendasi ... 147

DAFTAR PUSTAKA ... 149

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 152

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Tes Awal Pembelajaran Soal Cerita... 5

Tabel 2.1 Contoh Pendekatan Terjemaahan untuk Soal Cerita... 33

Tabel 3.1 Data Kepala Sekolah dan Guru SDN Pasirbenteng 2 ... 52

Tabel 3.2Data Siswa SDN Pasirbenteng 2 ... 53

Tabel 3.3Jadwal Penelitian... 53

Tabel 3.4Data Siswa Kelas V SDN Pasirbenteng 2 ... 54

Tabel 4.1 Deskripsi Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa ... 79

Tabel 4.2Hasil Observasi Data Awal Kinerja Guru ... 80

Tabel 4.3 Tes Awal Pembelajaran Soal Cerita ... 81

Tabel 4.4Hasil Data Awal Observasi Aktivitas Siswa ... 82

Tabel 4.5Hasil Penilaian Perencanaan Pembelajaran Siklus I ... 89

Tabel 4.6 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 90

Tabel 4.7Data Hasil Observasi Diskusi Kelompok Siklus I ... 91

Tabel 4.8Hasil Penilaian Proses Menyelesaikan Soal Cerita Siklus I .... 92

Tabel 4.9 Hasil Tes Kelompok Menyelesaikan Soal Cerita Siklus I ... 93

Tabel 4.10 Hasil Tes Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Siklus I ... 94

Tabel 4.11Perbandingan Nilai Data Awal dan Siklus I ... 95

Tabel 4.12Rangkuman Analisis Hasil Observasi dan Tes Siklus I ... 96

Tabel 4.13Hasil Penilaian Perencanaan Pembelajaran Siklus II ... 107

Tabel 4.14 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 108

(9)

Tabel 4.16Hasil Penilaian Proses Menyelesaikan Soal Cerita Siklus II . 110

Tabel 4.17 Hasil Tes Kelompok Menyelesaikan Soal Cerita Siklus II ... 111

Tabel 4.18 Hasil Tes Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Siklus II ... 112

Tabel 4.19Perbandingan Nilai Data Awal dan Siklus II ... 113

Tabel 4.20Rangkuman Analisis Hasil Observasi dan Tes Siklus II ... 114

Tabel 4.21Hasil Penilaian Perencanaan Pembelajaran Siklus III ... 118

Tabel 4.22 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III ... 125

Tabel 4.23Data Hasil Observasi Diskusi Kelompok Siklus III... 126

Tabel 4.24Hasil Penilaian Proses Menyelesaikan Soal Cerita Siklus III 127 Tabel 4.25 Hasil Tes Kelompok Menyelesaikan Soal Cerita Siklus III . 128 Tabel 4.26 Hasil Tes Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Siklus III ... 129

Tabel 4.27Perbandingan Nilai Data Awal dan Siklus III ... 130

Tabel 4.28Rangkuman Analisis Hasil Observasi dan Tes Siklus III ... 131

Tabel 4.29Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Soal Cerita ... 140

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Denah SDN Pasirbenteng 2 ... 51

(11)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik4.1 Presentase Peningkatan Aktivitas Siswa ... 140

Grafik4.2 Presentase Perencanaan Pembelajaran ... 141

Grafik4.3 Presentase Peningkatan Kinerja Guru ... 141

Grafik4.4 Presentase Peningkatan Penilaian Proses ... 142

Grafik 4.5 Presentase Peningkatan Penilaian Kelompok ... 142

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Model Pembelajaran Siklus I ... 152

Lampiran 2 Lembar Kerja Kelompok Siklus I ... 157

Lampiran 3 Contoh Hasil Kerja Kelompok Siklus I ... 159

Lampiran 4 Contoh Hasil Kerja Individu Siklus I ... 162

Lampiran 5 Model Pembelajaran Siklus II ... 165

Lampiran 6 Lembar Kerja Kelompok Siklus II ... 170

Lampiran 7 Contoh Hasil Kerja Kelompok Siklus II... 172

Lampiran 8 Contoh Hasil Kerja Individu Siklus II ... 175

Lampiran 9 Model Pembelajaran Siklus III ... 178

Lampiran 10 Lembar Kerja Kelompok Siklus III ... 183

Lampiran 11 Contoh Hasil Kerja Kelompok Siklus III ... 185

Lampiran 12 Contoh Hasil Kerja Individu Siklus III... 188

Lampiran 13Format Instrumen Perencanaan Pembelajaran ... 191

Lampiran 14 Pedoman Observasi Kinerja Guru Setiap Siklus ... 193

Lampiran 15Format Penilaian Aktivitas Siswa Diskusi Kelompok ... 195

Lampiran 16 Format Penilaian Proses Menyelesaikan Soal Cerita ... 197

Lampiran 17Format Penilaian Kelompok Menyelesaikan Soal Cerita ... 199

Lampiran 18Format Penilaian Individu Menyelesaikan Soal Cerita ... 200

Lampiran 19Pedoman Wawancara Peneliti dengan Praktisi ... 201

(13)

Lampiran 21Hasil Catatan Lapangan Tiap Siklus ... 206

Lampiran 22 Gambar Kegiatan Penelitian ... 215

Lampiran 23 SK Pengangkatan Pembimbing ... 224

Lampiran 24Permohonan Izin Penelitian ... 225

Lampiran 25 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 226

(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah berkembang cukup pesat, baik secara materi maupun kegunaannya. Oleh sebab

itulah maka konsep-konsep dasar matematika harus dikuasai para siswa sejak dini yang pada akhirnya dapat terampil dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini didasarkan pada KTSP 2006 di SD pada mata pelajaran Matematika, bahwa:

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. (Depdiknas, 2006: 18).

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari SD untuk membekali para siswa memiliki kemampuan berpikir logis, analitis sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar para siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola,

dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

(15)

Menurut Karim (1997: 10), tujuan umum diberikannya pelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar adalah:

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang sealalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif.

2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajarinya berbagai ilmu pengetahuan.

Proses pembelajaran matematika menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam bentuk penyelidikan dan penemuan, penalaran dan komunikasi serta pemecahan masalah. Melalui proses pembelajaran tersebut maka siswa SD dapat memiliki kompetensi dasar matematika sesuai dengan tuntutan kurikulum dan tuntutan zaman. Hal ini didasarkan pada tujuan pembelajaran matematika dalam KTSP (Depdiknas, 2006: 30) bahwa:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Pembelajaran matematika diajarkan di SD, tidak hanya untuk matematika itu sendiri tetapi juga untuk ilmu-ilmu yang lainnya, baik untuk kepentingan kajian ilmiah (teoretis) maupun kepentingan pembelajaran di sekolah (praktis) sebagai aplikasi dari pembelajaran matematika bagi siswa, sehingga Ruseffendi (1992: 92), mempunyai alasan sebagai berikut:

1. Dengan belajar matematika manusia dapat menyelesaikan persoalan yang ada di masyarakat.

(16)

3. Dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar sehingga dapat berpikir dengan logis.

4. Untuk memperlihatkan fakta dan menjelaskan persoalan dan dapat pula dijadikan perkiraan atau ramalan.

5. Penunjang pemakaian alat-alat canggih.

6. Untuk terpeliharanya matematika sendiri itu demi peningkatan kebudayaan.

Selanjutnya, Orton (Pitajeng, 2006: 27) mengemukakan bahwa: „Untuk mengajarkan matematika diperlukan teori yang digunakan antara lain untuk keputusan di kelas. Sedangkan teori belajar matematika juga diperlukan untuk dasar mengobservasi tingkah laku anak didik dalam belajar‟. Oleh karena itu, guru hendaknya memahami teori belajar dan mengajar matematika agar dapat menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat, sehingga pembelajaran menjadi efektif, bermakna, dan juga menyenangkan.

Sebagai guru kelas di SD, guru akan selalu terkait dan terlibat dalam pembelajaran matematika sekolah. Keterlibatan ini menjadikan pembelajaran matematika sekolah begitu penting bagi guru, karena matematika merupakan ilmu

universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Untuk itu, diperlukan

penguasaan matematika yang kuat sejak dini dan pembelajaran yang membuat siswa belajar dan menjadi bermakna.

(17)

masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.

Begitu pentingnya konsep dasar matematika diajarkan di SD yang mempunyai banyak kegunaan, maka kegunaan tersebut dianggap bermanfaat

apabila para siswa telah memiliki sejumlah kemampuan konsep dasar matematika yang salah satunya adalah memahami pecahan. Sehingga pengenalan

pembelajaran pecahan mulai diajarkan di kelas III semester 2. Begitu juga di kelas IV, terdapat Kompetensi Dasar bahwa siswa harus dapat “Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan” (Depdiknas, 2006: 31).

Menurut Depdiknas (2011: 34) bahwa “pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh”. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.

Pembelajaran pecahan di SD disajikan dalam dua bentuk, yakni bentuk konsep pecahan dan bentuk soal cerita (pemecahan masalah). Pentingnya soal cerita diberikan pada siswa di SD didasarkan pada pendapat Maulana (2006: 200) bahwa:

Soal cerita merupakan proses penerimaan tantangan dan kerja keras untuk menyelesaikan masalah tersebut, dengan demikian, inti dari masalah adalah bahwa penyelesaian yang diperoleh tidak dapat dikerjakan dengan prosedur rutin. Berpikir keras dan cerdas, harus dilaksanakan untuk mendapatkan cara menyelesaikan suatu masalah.

Lebih lanjut Maulana (2006: 199) mengemukakan pentingnya soal cerita dalam pembelajaran matematika adalah:

Dengan berpikir kritis dan kreativitas merupakan dua kemampuan manusia yang sangat mendasar, karena dapat mendorong seseorang untuk selalu memandang setiap permasalahan yang dihadapinya secara kritis, kemudian mencoba menentukan jawabannya secara kreatif, sehingga diperoleh suatu hal yang baru yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi kehidupannya.

(18)

Juli 2012 dengan memberikan soal sebanyak 2 soal cerita, maka diperoleh data dari jumlah seluruhnya 30 siswa kelas IV SDN Pasirbenteng 2 pada umumnya masih kesulitan siswa dalam penyelesaaikan soal cerita pecahan. Adapun data hasil tes awal siswa kelas IV SDN Pasirbenteng 2 seperti ditunjukkan oleh Tabel

1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1

Hasil Tes Awal Soal Cerita Pecahan di Kelas IV SDN Pasirbenteng 2

(19)

belum mencapai KKM, dengan rata-rata kelas baru mencapai 56. Sedangkan KKM mata pelajaran Matematika di kelas IV semester 2 yang ditetapkan adalah 60.

Penyebab kesulitan siswa dalam materi soal cerita pecahan disebabkan

sebagai berikut:

1. Siswa kesulitan memahami masalah dalam soal cerita, karena kinerja guru

dalam pembelajaran tidak menjelaskan masalah dalam soal cerita, sehingga aktivitas siswa hanya meraba-raba masalah soal cerita.

2. Siswa kesulitan merencanakan penghitungan dalam soal cerita, karena kinerja guru dalam pembelajaran tidak membimbing siswa untuk merencanakan penyelesaian soal cerita tersebut.

3. Siswa kesulitan melaksanakan penghitungan soal cerita, karena kinerja guru dalam pembelajaran tidak membantu siswa dalam melaksanakan penghitungan soal cerita.

4. Siswa kesulitan mengecek jawaban soal cerita, karena kinerja guru tidak melakukan bimbingan terhadap siswa, sehingga aktivitas siswa kurang diberi kesempatan melaksanakan peninjauan ulang atau pengecekan jawaban dari soal cerita.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka dikembangkan salah satu pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan pemecahan masalah. Menurut Skemp

(Aisyah, 2007: 6) bahwa:

Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu pedoman mengajar yang sifatnya teoritis atau konseptual untuk melatihkan siswa memecahkan masalah-masalah matematika dengan menggunakan berbagai strategi dan langkah pemecahan masalah yang ada.

(20)

yang diperoleh perlu dilakukan untuk melihat bagaimana sebenarnya masalah diselesaikan, dan lebih penting lagi, untuk mendapat pola pemecahan masalah yang nantinya dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah soal cerita.

Untuk membuat rencana penyelesaian, guru harus mengenal terlebih

dahulu beberapa pendekatan pemecahan masalah matematika agar pemecahan masalah dapat dilakukan secara lebih efektif dan sistematis. Secara sederhana,

strategi pemecahan masalah matematika dapat diartikan sebagai suatu teknik penyelesaian soal-soal pemecahan masalah matematika yang bersifat praktis. Strategi ini memuat beberapa komponen yang merupakan prasyarat dalam menggunakannya. Dari beberapa komponen tersebut, yang paling esensial adalah komponen materi soal cerita itu sendiri. Oleh karena itu, untuk dapat memilih strategi yang paling tepat dalam penyelesaian soal-soal pemecahan masalah soal cerita, pemahaman yang baik tentang materi itu sendiri sangat diperlukan. Seorang guru yang memiliki pemahaman materi yang kurang memadai, akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran soal cerita.

Polya (dalam Suherman, dkk., 2001: 84) menyatakan bahwa solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah, yaitu:

1. Memahami masalah;

2. Merencanakan penyelesaian;

3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana; dan

4. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang dikerjakan.

Penerapan pendekatan pemecahan masalah untuk menyelesaikan soal

cerita pecahan, siswa dihadapkan pada situasi yang mengharuskan mereka memahami masalah (mengidentifikasi unsur yang diketahui dan yang ditanyakan), merencanakan penyelesaian soal cerita pecahan, menyelesaikan masalah sesuai rencana dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang dikerjakan dalam mengerjakan soal cerita pecahan.

(21)

SDN Pasirbenteng 2 Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang pada Pembelajaran Pecahan”

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut.

a. Bagaimanakah perencanaan penerapan pendekatan pemecahan masalah melalui soal cerita untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pasirbenteng 2 pada pembelajaran pecahan?

b. Bagaimanakah pelaksanaan penerapan pendekatan pemecahan masalah melalui soal cerita untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pasirbenteng 2 pada pembelajaran pecahan?

c. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa terhadap soal cerita dengan penerapan pendekatan pemecahan masalah di kelas IV SDN Pasirbenteng 2 pada pembelajaran pecahan?

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan observasi peneliti tanggal 26 Juli 2012 dalam pembelajaran soal cerita pada siswa kelas di kelas IV SDN Pasirbenteng 2, mengalami kesulitan dalam pembelajaran soal cerita. Permasalahan tersebut memerlukan suatu upaya

pemecahan. Peneliti menerapkan sebuah pendekatan pembelajaran, yakni pendekatan pemecahan masalah. Kesulitan siswa dalam memahami apa yang

diketahui, kesulitan memahami apa yang ditanyakan, kesulitan mengubah kalimat soal cerita ke dalam kalimat matematika, dan kesulitan menggunakan pecahan yang seharusnya digunakan dalam kalimat soal cerita yang terjadi pada siswa kelas IV SDN Pasirbenteng 2 akan terselesaikan.

(22)

Berdasarkan langkah-langkah pendekatan pemecahan masalah, maka keempat masalah yang peneliti temukan sebelumnya akan terselesaikan pada tahap:

a. Memahami masalah

1) Guru membagikan lembar kerja kepada masing-masing kelompok

2) Guru memberikan penjelasan dan mengarahkan siswa untuk menetapkan

apa yang diketahui dalam soal cerita tersebut.

3) Masing-masing kelompok mengidentifikasi masalah yang ada dalam soal cerita.

b. Membuat rencana untuk menyelesaikannya

1) Guru menugaskan masing-masing kelompok untuk memahami soal cerita pecahan.

2) Kelompok siswa membuat rencana untuk menyelesaikan soal cerita pecahan dengan cara menentukan masalah apa yang ditanyakan sesuai soal cerita.

c. Melaksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua

1) Guru memberikan bimbingan materi pembelajaran soal cerita pecahan kepada masing-masing kelompok dan sambil bertanya kepada siswa tentang hasilnya.

2) Setiap kelompok menjawab pertanyaan guru tentang hasil identifikasi soal

cerita pecahan.

d. Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh.

1) Guru menugaskan untuk memeriksa kembali jawaban dari hasil soal cerita pecahan kepada masing-masing kelompok.

2) Apabila sudah dianggap selesai masing-masing kelompok mengumpulkan hasil pekerjaannya.

3) Guru mengomentari dan memberikan catatan hasil kerja masing-masing kelompok sesuai dengan kemampuan secara bertahap.

(23)

5) Guru mendiskusikan hasil pekerjaan masing-masing kelompok tentang hasil pekerjaaan dan membahas kemajuan, kekurangan dan perbaikannya. Upaya yang dilakukan dengan pendekatan pemecahan masalah didasarkan pada pendapat Skemp (Aisyah, 2007: 6), bahwa:

Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu pedoman mengajar yang sifatnya teoritis atau konseptual untuk melatihkan siswa memecahkan masalah-masalah matematika dengan menggunakan berbagai strategi dan langkah pemecahan masalah yang ada.

Diperkuat lagi oleh Gagne (Roni, 2004: 15) yang mengatakan: “Pendekatan pemecahan masalah suatu proses agar siswa menemukan panduan dari aturan yang sebelumnya sudah dipelajari, untuk diterapkan dalam pemecahan masalah”

Peneliti beranggapan bahwa pendekatan pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal cerita pecahan sangatlah tepat dengan alasan sebagai berikut: 1. Dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah siswa dapat memahami

soal cerita pecahan.

2. Pendekatan pemecahan masalah siswa dapat merencanakan penghitungan dalam soal cerita pecahan.

3. Dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah siswa dapat melaksanakan penghitungan soal cerita pecahan.

4. Pendekatan pemecahan masalah siswa dapat mengecek jawaban soal cerita dengan tepat.

Pembelajaran soal cerita pecahan dengan tindakan pendekatan pemecahan masalah mempunyai target proses dan hasil. Adapun target proses dan hasilnya adalah:

1. Kinerja guru

a. Guru memberikan bimbingan yang intensif dalam memahami masalah dalam soal cerita pecahan.

b. Adanya bimbingan guru untuk merencanakan penyelesaian soal cerita. c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk tanya-jawab (diskusi)

(24)

d. Guru memberikan bantuan dan kesempatan untuk melaksanakan peninjauan ulang atau pengecekan jawaban dari soal cerita.

e. Target proses kinerja guru dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan dengan langkah-langkah pendekatan pemecahan masalah adalah 90%.

2. Aktivitas siswa

a. Siswa aktif dalam memahami masalah dalam soal cerita pecahan.

b. Siswa aktif untuk merencanakan penyelesaian soal cerita.

c. Setiap siswa berdiskusi dan tanya-jawab untuk melakukan penghitungan soal cerita.

d. Siswa melaksanakan peninjauan ulang atau pengecekan jawaban dari soal cerita.

f. Meningkatnya aktivitas siswa dalam keaktifan, kerjasama, dan tanggung jawab.

g. Target aktivitas siswa adalah 90% siswa berada dalam kategori baik pada aspek keaktifan, kerjasama, dan tanggung jawab.

3. Hasil belajar

a. Siswa dapat memahami masalah dalam soal cerita pecahan. b. Siswa dapat merencanakan penyelesaian soal cerita.

c. Siswa dapat untuk melakukan penghitungan soal cerita.

d. Siswa dapat melaksanakan pengecekan jawaban dari soal cerita.

h. Target siswa dalam pencapaian KKM adalah 95% siswa tuntas.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Memperhatikan rumusan masalah yang telah peneliti rumuskan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

(25)

2. Mengetahui pelaksanaan penerapan pendekatan pemecahan masalah melalui soal cerita untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pasirbenteng 2 pada pembelajaran pecahan.

3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa terhadap soal cerita dengan

penerapan pendekatan pemecahan masalah di kelas IV SDN Pasirbenteng 2 pada pembelajaran pecahan.

2. Manfaat Penelitian

Ada pun manfaat yang diharapkan dari peneltian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru

a. Dapat memperluas wawasan pengetahuan dan keterampilan mengenai pendekatan pemecahan masalah, khususnya dalam pembelajaran soal cerita pecahan;

b. Dapat mempermudah pelaksanaan pembelajaran soal cerita pecahan; c. Dapat meningkatkan pencapaian hasil pembelajaran soal cerita pecahan;

dan

d. Dapat meningkatkan inovasi pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah.

2. Bagi siswa

a. Dapat memotivasi dan membangkitkan siswa dalam soal cerita pecahan;

b. Dapat memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah, dan melakukan pengecekan dalam soal cerita pecahan; dan

c. Dapat meningkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. 3. Bagi sekolah dasar

a. Membantu tercapainya tujuan pembelajaran soal cerita pecahan;

b. Terciptanya pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat masing-masing siswa;

(26)

d. Penerapan pendekatan pemecahan masalah dapat dijadikan salah satu model pembelajaran yang relevan dengan permasalahan yang terjadi di sekolah.

4. Bagi peneliti

Dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian, khususnya tindakan pendekatan pemecahan masalah dalam pembelajaran soal

cerita.

D. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul penelitian, maka batasan istilahnya adalah sebagai berikut.

1. Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu pedoman mengajar yang sifatnya teoretis atau konseptual untuk melatihkan siswa memecahkan masalah-masalah matematika dengan menggunakan berbagai strategi dan langkah pemecahan masalah yang ada (Skemp, Aisyah, 2007: 6).

2. Meningkatan hasil belajar siswa adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran dalam waktu tertentu. Meningkatan hasil belajar ini untuk dengan membandingkan hasil belajar sebelum dengan sesudah proses pembelajaran soal cerita pecahan (Salamah, 2008: 24).

3. Soal cerita adalah proses mengorganisasikan konsep dan keterampilan ke

dalam pola aplikasi baru untu mencapai suatu tujuan. Ciri utama dalam proses soal cerita adalah berkaitan dengan masalah-masalah yang tidak rutin

(unroutine problem)” (Sutawidjaja, dkk., 1993: 22). Soal cerita yang dimaksud yang dimaksud yang berhubungan dengan pecahan.

(27)

51

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

a. Kondisi Sekolah

Sekolah yang dijadikan penelitian adalah sebagai berikut. Lokasi Penelitian : SDN Pasirbenteng 2

Tahun Pendirian : 1975

N.S.S. : 101021016016

Alamat : Dusun Pasirbenteng Desa Nagarawangi

Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang Sedangkan denah SDN Pasirbenteng 2 yang dijadikan penelitian seperti tampak pada Gambar 3.1 di bawah ini.

Gambar 3.1

Denah SDN Pasirbenteng 2

Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: a. Memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh para siswa dalam materi soal cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah.

(28)

Kondisi proses pembelajaran soal cerita yang dilakukan oleh guru kelas IV tersebut, adalah metode ceramah dan ekspositori. Buku yang dimiliki siswa dijadikan sumber utama dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan bersifat individual, tidak menantang, tidak mengaktifkan seluruh kemampuan

yang ada pada siswa, tidak menggunakan pendekatan, kurang menyenangkan, dan siswa hanya menerima materi sebagaimana yang diberikan guru saja. Pemahaman

siswa terhadap soal cerita tidak mendapat perhatian khusus sehingga nilai yang diperoleh siswa sangat rendah, selain hal tersebut di atas proses belajar-mengajar tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran menjadi tidak bermakna bagi siswa, hanya sebatas kegiatan penyampaian pembelajaran semata.

Masalah yang ada di SDN Pasirbenteng 2 di antaranya adalah kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran, media pembelajaran sangat terbatas, meskipun pendidikan guru pada umumnya lulusan S-1, namun kurang inovasi terhadap model pembelajaran, dan kurangnya pengetahuan guru dalam mengatasi siswa kesulitan pembelajaran.

b. Keadaan Guru

Keadaan guru di SDN Pasirbenteng 2 berjumlah 9 orang. Secara rinci terlihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Data Kepala Sekolah dan Guru SDN Pasirbenteng 2

(29)

dan 9 guru yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2 orang dan perempuan 7 orang serta 1 penjaga. Adapun pendidikannya adalah tamatan SMP sebanyak 1 orang, D-2 sebanyak 3 orang dan S1 sebanyak 7 orang.

c. Keadaan Siswa

Data siswa SDN Pasirbenteng 2 seperti pada Tabel 3.2 di bawah ini. Tabel 3.2

Data Siswa SDN Pasirbenteng 2

No. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. I 14 13 27 dari kelas I sampai dengan kelas VI sebanyak 176 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 95 orang dan perempuan 81 orang.

Masalah yang terjadi di kelas IV SDN Pasirbenteng 2 pada dasarnya masih banyak siswa kelas IV kesulitan dalam memahami masalah dalam soal cerita, kesulitan merencanakan penghitungandalam soal cerita, kesulitan melaksanakan penghitungan soal cerita, kesulitan mengecek jawaban soal cerita.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini selama limabulan, yaitu bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan Februari 2013. Perincian jadwal kegiatannya tertera pada Tabel 3.3 di bawah ini.

(30)

No. Uraian Kegiatan Okt. 2012 Nov. 2012 Des. 2012 Jan. 2013 Feb. 2013

Subjek penelitian merupakan sasaran dalam pengumpulan data yang terjadi di lapangan. Data yang dikumpulkan berupa tingkah laku (perilaku) guru praktikan yang mengajar dan tingkah laku para siswa selama proses pembelajaran soal cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Pasirbenteng 2 tahun pelajaran 2012/2013, yang berjumlah 30 orang siswa yang

terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan seperti pada Tabel 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.4

Data Siswa Kelas V SDN Pasirbenteng 2

No. Nama Siswa Nomor Induk Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

1. Aan Darwati 0031796645 

2. Ahmad Jaelani 0031796646 

3. Apriyanto Andika 0031796647 

4. Astri Nurlela 0031796648 

5. Bibin Saepudin 0031796649 

6. Deden Indrawan 0031796651 

7. Dena Kusnandar 0031796652 

8. Deni Ramdani 0031796653 

9. Edwin Satria Nugraha 0031796654 

10. Egi Saefullah 0031796655 

11. Eva Listiani 0031796656 

12. Fija Nurjanah 0031796657 

13. Fina Maryati 0031796658 

14. Fitri Pujiati 0031796659 

15. Ghibran Nursalam 0031796660 

16. Gugun Gunadi 0031796662 

17. Hendra Arisandi 0031796663 

18. Iwan Setiawan 0031796664 

(31)

No. Nama Siswa Nomor Induk Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan

20. Kokom Komariah 0031796666 

21. Kuryanto Nurrohman 0031796668 

22. Lina Maryani 0031796669 

23. Muhammad Iqbal 0031796670 

24. Nuraipah Septiani 0031796671 

25. Nurlaela Rahayu 0031796672 

26. Rani Maryani 0031796673 

27. Refa Ayu Indriani 0031796674 

28. Resa Wardah Ayuni 0031796675 

29. Rian Wardiman 0031796676 

30. Rina Nurmalasari 0031796678 

Jumlah 14 16

Latar belakang kehidupan sosial ekonomi orang tua siswa, rata-rata kelas menengah ke bawah dan sebagian besar mata pencahariannya adalah petani.

Dipilihnya kelas IV SDN Pasirbenteng 2 sebagai subjek penelitian dikarenakan siswa belum mampu menyelesaikan pecahan, padahal dalam dalam KTSP 2006 pada mata pelajaran bahasa Matematika di kelas IV semester 2 tertera

standar kompetensi “Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah” dan kompetensi dasar “Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan”

(Depdiknas, 2006: 31). Dengan indikator yang dikembangkan adalah “Siswa harus dapat menyelesaikan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pecahan”

(Burhan dan Artuty, 2006: 179).

Menyikapi permasalahan tersebut di atas, maka peneliti merasa terpanggil untuk memberikan alternatif dalam pembelajaran soal cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah.

C. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

(32)

ini dilakukan dengan tujuan utamanya adalah terjadinya perubahan, perbaikan, peningkatan kualitas belajar-mengajar di kelas.

Hal tersebut di atas sesuai dengan pendapat Wibawa (2003: 5) bahwa PTK

adalah “Studi sistematis terhadap praktik pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil

belajar siswa dengan melakukan tindakan tertentu”. Menurut Wibawa (2003: 4),

atas dasar pengertian PTK tersebut di atas terdapat 3 ciri khas PTK, yakni:

a. Dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan pengajar, apabila dalam kelas ada masalah, guru wajib mengupayakan agar masalah tersebut dapat diatasi atau dikurangi dengan melakukan tindakan.

b. Dilaksanakan atas dasar masalah yang benar-benar dihadapi oleh guru. c. Selalu ada tindakan yang dilakukan oleh guru untuk menyempurnakan

pelaksanaan proses pembelajaran.

Berdasarkan ciri-ciri PTK tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan upaya guru untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa dengan tindakan yang sesuai dengan permasalahan pembelajaran.

Berdasarkan masalah yang akan dibahas dan jenis data yang diinginkan, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dalam Moleong (2004: 3) mendefinisikan „Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati‟.

Dengan demikian, pendekatan kualitatif digunakan dalam pembahasan penelitian ini bertujuan untuk mencari data secara utuh dan komprehensif menyeluruh tentang pembahasan dalam pembelajaran soal cerita pecahan. Salah satu ciri kekhasan pendekatan kualitatif yang menghendaki ditetapkannya batas dalam penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong (2004: 10) sebagai berikut:

(33)

Proses penelitian yang dilakukan akan tergambarkan dengan jelas dan rinci dengan menggunakan kata-kata untuk memberi gambaran penyajian laporan penelitian tersebut. Data tersebut berasal dari hasil wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, catatan-catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.

Pemilihan pendekatan kualitatif ini sangat cocok dengan penelitian kegiatan pembelajaran soal cerita pecahandengan menerapkan pendekatan

pemecahan masalah, karena yang dijadikan objek penelitian di dalam proses pembelajaran adalah siswa, sedangkan peneliti sebagai orang yang mengumpulkan data dari objek yang dijadikan alat pengumpul data utama. Karena

menurut Moleong (2004: 121) bahwa, “Kedudukan peneliti dalam penelitian

kualitatif merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir

data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya”.

2. Desain Penelitian

Penelitian inimenggunakan desain PTK dengan model spiral menurut Kemmis dan Taggart (Wibawa, 2003:6), yaitu: „Model siklus yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan (siklus spiral), artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat pencapaian proses dan hasil dari penelitian yang

dilakukan‟. PTK menurut Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2005: 66)

merupakan „pengembangan dari konsep dasar dalam berbagai model penelitian tindakan terutama tindakan kelas‟ yang diperkenalkan oleh Kemmis dan Taggart

(dalam Wiriaatmadja, 2005: 66).

PTK merupakan satu rangkaian lengkap (a spiral of steps) yang terdiri dari

empat komponen, yaitu:

a. Perencanaan (planning), yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan atau dilaksanakan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah proses dan hasil sebagai solusi. Perencanaan dalam penelitian disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan agar terjadi perubahan dan peningkatan kemampuan siswa.

(34)

c. Observasi (observing), yaitu mengamati atas hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan terhadap siswa. Observasi dalam penelitian tindakan diperlukan untuk pengumpulan data atau informasi tentang proses dan perubahan dalam pembelajaran soal cerita pecahan, sehingga data yang diperoleh akurat.

d. Refleksi (reflecting), yaitu peneliti melihat dan mempertimbangkan atas hasil tindakan. Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan

memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran soal cerita pecahandengan menerapkan pendekatan masalah.

Perencanaan penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart dengan sistem model spiral refleksi yang dimulai dengan „rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi‟ (Wiriaatmadja, 2005: 66). Model spiral tertera pada Gambar 3.2.

Gambar 3.1

(35)

Berdasarkan gambar 3.1, pelaksanaan PTK dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Perencanaan (planning)

Menurut Wibawa (2003: 27) perencanaan tindakan adalah “Suatu

rancangan tindakan setelah menemukan masalah yang dilakukan pada tahap pra-PTK yang disusun untuk menguji secara empiris, hipotesis tindakan yang

ditentukan”. Perencanaan dalam penelitian disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan agar terjadi perubahan dan peningkatan hasil belajar siswa dalam materi soal cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah.

Langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan direncanakan secara rinci dan sistematis, sehingga dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan. Langkah-langkah tersebut adalah mengidentifikasi aspek-aspek dan hasil proses materi materi soal cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah sebagai dampak pelaksanaan tindakan. Pada perencanaan tindakan diidentifikasi faktor pendukung maupun faktor penghambat pelaksanaan tindakan. b. Pelaksanaan (acting)

Menurut Wibawa (2003: 27) pelaksanaan tindakan adalah “Implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat. Tahapan ini, berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar

yang sudah dipersiapkan sebelumnya”. Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam materi materi soal cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan pemecahan

masalah yang didasarkan atas pertimbangan teoretik dan empirik, sehingga indikator pada materi soal cerita pecahan dalam kurikulum KTSP dapat tersampaikan.

c. Observasi atau pengamatan (observing)

Depdiknas (2003: 34) mengemukakan bahwa observasi adalah “Teknik atau cara untuk mendapatkan informasi dengan mengamati suatu keadaan atau kegiatan tentang tingkah laku siswa dan kemampuannya selama kegiatan

observasi berlangsung”. Observasi dalam penelitian tindakan diperlukan untuk

(36)

cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah, sehingga data yang diperoleh akurat.

d. Refleksi (reflecting)

Menurut Wibawa (2003: 28) refleksi atau pantulan adalah: “Kegiatan

untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Ketika sudah selesai melakukan tindakan, guru pelaksanan berhadapan dengan peneliti untuk bersama

mendisusikan implementasi rancangan tindakan”. Refleksi merupakan bagian

yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil materi soal cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam PTK ini adalah bentuk siklus, setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Pada akhir pertemuan diharapkan tercapainya tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan pemahaman siswa

dalam pembelajaran soal cerita pecahan di kelas IV SDN Pasirbenteng 2.

Dalam PTK ini peneliti digunakan model spiral yang dikembangkan oleh

Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 66), yaitu: „Model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan‟. Artinya, semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan adalah: a. Penetapan bukti keberhasilan tindakan

(37)

b. Penetapan jenis tindakan

Penetapan tindakan-tindakan yang diharapkan akan menghasilkan dampak ke arah peningkatan dan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah.

c. Alat pengumpul data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan lembar wawancara, catatan lapangan, membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi belajar-mengajar di kelas IV ketika pendekatan pemecahan masalah diaplikasikan, serta dengan menggunakan tes hasil belajar. d. Perencanaan teknik pengolahan data

Setelah data-data terkumpul langkah berikutnya dari data tersebut segera dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan bersifat kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata.

Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Membuat skenario pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah.

b. Membentuk kelompok berdasarkan pemahaman masing-masing siswa.

c. Memberikan informasi kepada guru mengenai cara melakukan tindakan siklus I dengan menggunakan langkah-langkah pendekatan pemecahan masalah

dalam meningkatkan pemahaman terhadap soal cerita pecahandi kelas IV SDN Pasirbenteng 2.

d. Membuat lembar observasi, untuk melihat bagaimana kondisi belajar-mengajar di kelas IV SDN Pasirbenteng 2ketika pendekatan pemecahan masalah diaplikasikan.

(38)

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam tindakan ini, baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan awal

1) Salam dan mengecek kehadiran siswa.

2) Menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran.

3) Mengadakan apersepsi dengan mengulas pecahan.

4) Membagi seluruh siswa ke dalam 5 kelompok, masing-masing 4 anggota. b. Kegiatan inti

1) Memahami masalah

a) Guru membagikan lembar kerja kepada masing-masing kelompok b) Guru memberikan penjelasan dan identifikasi dari soal cerita.

c) Masing-masing kelompok mengidentifikasi tentang masalah yang ada dalam soal cerita.

2) Membuat rencana untuk menyelesaikannya

a) Guru menugaskan masing-masing kelompok untuk memahami soal cerita pecahan.

b) Kelompok siswa membuat rencana menyelesaikan soal cerita pecahan. 3) Melaksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua

a) Guru memberikan bimbingan materi pembelajaran soal cerita

pecahankepada masing-masing kelompok dan sambil bertanya kepada siswa tentang hasilnya.

b) Setiap kelompok menjawab pertanyaan guru tentang hasil identifikasi soal cerita pecahan.

4) Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh.

a) Guru menugaskan untuk memeriksa kembali jawaban dari hasil soal cerita pecahan kepada masing-masing kelompok.

b) Apabila sudah dianggap selesai masing-masing kelompok mengumpulkan hasil pekerjaannya.

(39)

d) Kelompok siswa melihat dan menalaah hasil mengerjakan soal-soal yang telah diberi komentar atau catatan mengenai kemajuan-kemajuan, kekurangan, perbaikan dan tindak lanjutnya.

e) Guru mendiskusikan hasil pekerjaan masing-masing kelompok tentang

hasil pekerjaaan dan membahas kemajuan, kekurangan dan perbaikannya. c. Kegiatan Akhir

a) Guru meminta masing-masing kelompok memberikan penjelasan tentang cara-cara menyelesaikan soal cerita pecahan.

b) Melakukan evaluasi kepada masing-masing siswa dengan memberikan soal cerita

c) Menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan PR. d) Perhitungan skor, nilai dan KKM masing-masing siswa.

3. Tahap Observasi

Kegiatan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, karena pada dasarnya observasi adalah mengamati segala sesuatu yang sedang berlangsung ketika guru sedang melakukan tindakan yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana kinerja guru dan aktivitas keterlibatan siswa dalam pembelajaran soal cerita pecahan serta untuk mengumpulkan atau merekam data dan membuat catatan lapangan yang lengkap mengenai hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran

soal cerita pecahan berlangsung.

Observasi merupakan teknik yang paling tepat untuk mengumpulkan data

proses kegiatan. PTK ini lebih cenderung mengikuti paradigma kualitatif, sehingga datanya pun cenderung didominasi data kualitatif. Dalam hal ini, kegiatan observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran soal cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah di kelas IV SDN Pasirbenteng 2.

4. Tahap Analisis dan Refleksi

Menurut Kasbolah (1999: 74) bahwa, “Tahap analisis dan refleksi

(40)

Informasi yang berhasil didokumentasikan, perlu diurai, diuji dan dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, kemudian dikaitkan dengan teori tertentu atau hasil penelitian yang relevan. Hasil informasi atau data yang sudah dianalisis, disintesis, kemudian direfleksi dan ditarik kesimpulannya.

Pada penelitian ini, tahap analisis dan refleksi sangat penting untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai hasil tindakan yang telah dilakukan

dalam pembelajaran soal cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah. Analisis dan refleksi juga bermanfaat bagi peneliti dalam melakukan tindakan berikutnya sebagai umpan balik bagi tindakan selanjutnya.

Dengan kegiatan refleksi ini, semua unsur dalam penelitian terjalin dan terkordinasi dengan baik, yaitu antara peneliti dengan praktisi, sehingga semua yang terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh bahan masukan yang cukup berharga dan mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan profesionalismenya berkaitan dengan tugas kesehariannya di kelas, terutama dalam pemahaman dalam menyampaikan materi soal cerita pecahan.

Hasil yang diperoleh dari kegiatan analisis dan refleksi ini akan dijadikan sumber bagi tindakan selanjutnya, yaitu dalam rangka memperbaiki, menyempurnakan atau meninggalkan kebiasaan yang kurang baik dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pemahaman siswa kelas IV SDN Pasirbenteng 2 dalam pembelajaran soal cerita pecahan.

Kegiatan analisis dan refleksi dilakukan setiap siklus, sehingga diharapkan menghasilkan perbaikan pembelajaran secara terus-menerus. Langkah-langkah

dari kegiatan analisis dan refleksi ini adalah:

a. Analisis, sintesis dan interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanan tindakan.

b. Melakukan kegiatan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan.

c. Memperbaiki proses pembelajaran yang dapat dilakukan dan pelayanan pembelajaran secara berkelanjutan.

(41)

banyak kesempatan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam soal cerita pecahan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data di lapangan menggunakan lembar observasi, lembar wawancara, catatan

lapangan, lembar kerja siswa, dan tes hasil belajar. Instrumen penelitian tersebut akan dibahas berikut ini.

1. Pedoman Observasi

Menurut Depdiknas (2003: 34) pedoman observasi adalah “Lembar untuk mendapatkan informasi dengan mengamati suatu keadaan atau kegiatan tentang tingkah laku siswa dan pemahamannya selama kegiatan observasi berlangsung”. Pedoman observasi dalam penelitian ini adalah sebuah format yang telah disusun dan berisi item-item tentang kejadian yang melambangkan kinerja guru dan aktivitas siswa kelas IV SDN Pasirbenteng 2 ketika berlangsungnya proses pembelajaran soal cerita pecahan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran soal cerita pecahandengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah.

2. Pedoman Wawancara

Depdiknas, (2003: 39) mengemukakan bahwa pedoman wawancara adalah

“Pedoman untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang diminta informasi), dalam hal ini bisa siswa, orang tua

(42)

pembelajaran soal cerita pecahan dan kesulitan-kesulitan yang dialaminya pada saat pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah.

3. Catatan Lapangan

Menurut Wiriaatmadja (2005: 125) catatan lapangan adalah “Data yang

memuat secara deskriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai bentuk interaksi sosial, dan nuansa-nuansa lainnya.”

Catatan lapangan dalam penelitian ini adalah catatan selama kegiatan pembelajaran soal cerita pecahan menerapkan pendekatan pemecahan masalah berlangsung, yang berisi deskripsi mengenai proses pembelajaran soal cerita pecahan, interpretasi, koreksi, dan saran-saran yang perlu diberikan kepada praktisi untuk dilakukan perbaikan-perbaikan.

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat data kualitatif, untuk melukiskan suatu proses dan kejadian yang terjadi dalam pembelajaran soal cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah.

4. Tes Hasil Belajar

Depdiknas (2003: 32) mengemukakan bahwa tes hasil belajar adalah “Tes prestasi belajar yang disusun oleh guru untuk mengukur hasil pembelajaran atau kemajuan belajar siswa”. Lembar tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alat berupa lembar penilaian dengan maksud untuk mengetahui keberhasilan dan peningkatan pemahaman soal cerita pecahan yang diperoleh masing-masing

siswa. Jenis evaluasi yang dilaksanakan adalah berupa lembar penilaian setelah dilaksanakannya kegiatan soal cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan

pemecahan masalah, setelah dilakukannya tindakan melalui alat pengumpul data yang digunakan, yakni lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data yang dipergunakan oleh peneliti mengacu pada hasil

(43)

belajar. Hal ini didasarkan pada pendapat Moleong (2004:157), “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.

Proses pengolahan data dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh

data yang terkumpul dari berbagai sumber, kemudian data tersebut direduksi dengan jalan membuat abstraksi yaitu merangkumnya menjadi intisari yang

terjaga kebenarannya. Selanjutnya data tersebut disusun dan dikategorisasikan, kemudian disajikan, dimaknai, dan terakhir diperiksa keabsahannya.

Secara rinci proses pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui tahapan pengumpulan, kemudian diolah dan dianalisis. Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya penelitian sejak awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Teknik pengolahan data yang digunakan yaitu bersifat kualitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari hasil respon siswa melalui observasi, wawancara, dan hasil belajar.

Pelaksanaan observasi menggunakan alat berupa lembar wawancara dan catatan lapangan. Pengolahan lembar wawancara dan catatan lapangan secara deskriptif kualitatif dengan aspek penilaian yang meliputi: „Pemahaman masalah, perencanaan penyelesaian masalah, pelaksanaan rencana penyelesaian, dan peninjauan ulang/pengecekan jawaban‟ (Polya, Suherman, dkk., 2001: 84).

Pengolahan data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan

data, dan penyimpulan data. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan adan pengabstrakan data mentah menjadi

(44)

a. Pengolahan data proses

Pengolahan data proses dilakukan melalui catatan lapangan seluruh aktivitas siswa dalam diskusi dan kinerja guru dalam proses pembelajaran soal cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah. Pengolahan data

proses adalah sebagai berikut:

1) Penilaian aktivitas siswa dalam diskusi kelompok meliputi: aspek keaktifan,

kerjasama dan tanggungjawab. Pengolahannya yaitu ketiga aspek penilaian tersebut diberi skor maksimal 7 - 9 (baik), 4 - 6 (cukup) dan 0 - 3 (kurang). Ketiga aspek dijumlahkan sehingga mendapatkan nilai. Adapun kriteria penilaian aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

a) Keaktifan

1. Berperan aktif dalam kelompok pada saat memecahkan masalah

2. Mengajukan pendapat atau saran kepada guru atau temannya dalam rangka memecahkan masalah

3. Mengajukan pertanyaan b) Kerjasama

1. Bersedia memberi bantuan kepada teman dalam memecahkan masalah 2. Memberi dorongan pada orang lain untuk aktif

3. Terlibat dalam kegiatan kelompok c) Tanggung jawab

1. Bekerja dengan tertib 2. Tidak mengganggu teman

3. Menyelesaian tugas individu dalam kelompok Keterangan:

Skor 3 jika semua indikator dilaksanakan Skor 2 jika 2 indikator dilaksanakan Skor 1 jika 1 indikator dilaksanakan

Skor 0 jika tidak ada indikator yang dilaksanakan

(45)

jawaban. Pengolahannya adalah keempat aspek penilaian tersebut diberi skor maksimal 4. Selanjutnya untuk mendapatkan nilai, maka tiap skor masing-masing aspek tersebut dijumlahkan,dan dikali 100 serta dibagi 16.

Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut.

a) Pemahaman masalah

1. Memahami informasi yang ada dalam soal dengan tepat

2. Menentukan yang diketahui dalam soal dengan tepat 3. Membantu siswa yang lain dalam mengidentifikasi soal 4. Memberikan bimbingan kepada teman dalam kelompok yang tidak mengerti dalam memahami masalah

b). Perencanaan penyelesaian masalah

1. Merencanakan pemecahan masalah dengan teliti 2. Merencanakan pemecahan masalah dengan tepat 3. Merencanakan pemecahan masalah dengan simbol

4. Menyusun langkah-langkah perencanaan penyelesaian masalah c) Pelaksanaan rencana penyelesaian

1. Memecahkan masalah sesuai dengan rencana 2. Terlibat dalam membuat penyelesaian

3. Menyelesaikan masalah dengan menggunakan simbol matematika 4. Mengajukan hasil penyelesaian

d) Pengecekan jawaban

1. Mengecek ulang sesuai dengan masalah yang ditanyakan

2. Aktif dalam mengecek jawaban

3. Melihat kembali alasan atas jawaban yang digunakan 4. Kerjasama dalam melakukan pengecekan

Keterangan:

Skor 4 jika semua deskriptor dilaksanakan Skor 3 jika 3 deskriptor dilaksanakan Skor 2 jika 2 deskriptor dilaksanakan Skor 1 jika 1 deskriptor dilaksanakan

(46)

3) Penilaian kinerja guru mengacu pada aspek: kegiatan awal, inti dan akhir. Indikator aspek yang dinilai dalam kinerja guru tersebut adalah 9 indikator dengan jumlah skor seluruhnya adalah 27. Pengolahannya adalah jumlahkan yang diberi ceklis (√) dari skor 1, 2, atau 3. Selanjutnya presentasekan dengan

rumus:

x 100%

Adapun kriteria dan interpretasi penilaiannya adalah sebagai berikut.

A. Kegiatan Awal

1. Mengkondisikan siswa

a. Mengucapkan salam, berdo‟a, mengabsen b. Mempersiapkan fasilitas dan sumber belajar c. Mempersiapkan siswa untuk belajar

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

a. Tujuan disampaikan sesuai dengan rencana pembelajaran b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan sistematis c. Tujuan disampaikan sesuai dengan materi

3. Mengadakan apersepsi

a. Berhubungan dengan materi yang akan diajarkan b. Memberikan pertanyaan kepada siswa

c. Membangkitkan motivasi siswa untuk siap belajar B. Kegiatan Inti

1. Membimbing siswa untuk memahami masalah

a. Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi masalah b.Menangani pertanyaan dan respon siswa

c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

2. Membimbing siswa untuk membuat rencana dalam menyelesaikan masalah

a. Memotivasi siswa dalam membuat berbagai strategi penyelesaian masalah

(47)

c. Memicu keterlibatan siswa

3. Membimbing siswa untuk melaksanakan rencana penyelesaian a. Membimbing siswa dalam melaksanakan strategi yang telah dibuat

untuk menyelesaikan masalah

b. Mengembangkan kemampuan siswa dalam bernalar c. Membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri

4. Membimbing siswa untuk melakukan pengecekan ulang

a. Membimbing siswa dalam melaksanakan pengecekan kembali b. Memberikan latihan ketelitian

c. Peka terhadap kesalahan siswa C. Kegiatan Akhir

1. Menyimpulkan pembelajaran

a. Kesimpulan disampaikan dengan jelas dan dimengerti b. Kesimpulan disampaikan sesuai dengan materi ajar c. Siswa dilibatkan dalam menyimpulkan materi 2. Melaksanakan eveluasi

a. Melaksanakan prosedur dan jenis penilaian b. Memberikan penilaian yang objektif

c. Mengadakan perbaikan dan pengayaan Keterangan Deskriptor

Nilai 3 jika semua indikator dilaksanakan Nilai 2 jika 2 indikator dilaksanakan

Nilai 1 jika 1 indikator dilaksanakan Nilai 0 jika 0 indikator dilaksanakan Kriteria Persentase (%)

(48)

4) Pengolahan hasil wawancara dan catatan lapangan secara kualitatif, dimulai dengan mengumpulkan data-data, menganalisa, dan mereduksi data, kemudian menyimpulkannya.

b. Pengolahan data hasil

Sedangkan pengolahan data hasil dilakukan melalui hasil tes belajar mengerjakan soal cerita pecahandengan menerapkan pendekatan pemecahan

masalah secara individu dan kelompok, dengan aspek penilaian meliputi: pemahaman masalah, perencanaan penyelesaian masalah, pelaksanaan rencana penyelesaian, dan peninjauan ulang/pengecekan jawaban. Pengolahannya adalah keempat aspek penilaian tersebut diberi skor maksimal 4. Selanjutnya untuk mendapatkan nilai, tiap skor masing-masing aspek dijumlahkan dikali 100 dibagi 16.

Hasil tes hasil belajar menggunakan batas KKM yang ditetapkan, yakni mata pelajaran Matematika di kelas IV SDN Pasirbenteng 2 adalah 60, dengan perhitungan sebagai berikut.

Nilai KKM =

=

=

= 56 = 60 (dibulatkan)

Penentuan KKM di atas berdasarkan perhitungan setiap indikator adalah sebagai berikut:

a. Tingkat kompleksitas merupakan kesulitan/kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi. Apabila dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya sejumlah kondisi bahwa guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada siswa; dan guru yang kreatif dan inovatif dengan metode

(49)

b. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah harus ada sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dicapai siswa seperti perpustakaan, laboratorium, dan alat/bahan untuk proses pembelajaran; dan

ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian stakeholders sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa tingkat kemampuan sumber

daya pendukung berada pada tingkat rendah atau skor 1, dikarenakan sarana dan prasarana kurang memadai.

c. Penetapan intake di kelas IV didasarkan pada hasil rapor pada kelas III dengan rata-rata 60 dengan kategori sedang atau skor 2.

Adapun perhitungan dalam format penilaian menggunakan rumus:

Nilai Akhir: Jumlah skor yang diperoleh siswa x 100 Skor Ideal (16)

Hasil tes dianalisis berdasarkan jawaban kelompok atas (siswa pintar), kelompok menengah (siswa sedang), dan kelompok bawah (siswa kurang).

Kemudian diberi penilaian yang disesuaikan dengan kemampuan yang dicapai. Indikator yang ditetapkan adalah:

1) Nilai 0 - 9 = sangat buruk sekali 2) Nilai 10 - 19 = buruk sekali 3) Nilai 20 - 29 = buruk 4) Nilai 30 - 39 = kurang sekali 5) Nilai 40 - 49 = kurang 6) Nilai 50 - 59 = hampir cukup 7) Nilai 60 - 69 = cukup

8) Nilai 70 - 79 = lebih dari cukup 9) Nilai 80 - 89 = baik

10)Nilai 90 - 99 = baik sekali 11)Nilai 100 = istimewa

(50)

1) Nilai 70 - 100 = kelompok atas 2) Nilai 50 - 60 = kelompok sedang 3) Nilai 0 – 40 = kelompok bawah

Data yang telah terkumpul yang diperoleh dari lapangan harus dianalisis

dan dibuat laporan sejak dimulainya penelitian. Berdasarkan data yang terkumpul dilakukan teknik pengolahan data dan klasifikasi data yang diperoleh dari hasil

observasi, hasil tes, dan data yang lain.

b. Analisis Data

Analisis data yang digunakan bersifat kualitatif, data yang diperoleh dikategorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis kaitan logisnya kemudian ditafsirkan dan disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.

Untuk menganalisis data, hasil tindakan yang dilakukan peneliti bersama guru sebagai praktikan disajikan secara bertahap sesuai dengan siklus yang telah dilakukan serta jenis dan bentuk tingkah laku yang telah dilakukan oleh guru dan para siswa serta dampak yang ditimbulkannya. Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2004: 248) berpendapat bahwa analisis data kualitatif adalah:

Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah dan

mempelajari seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, kemudian data tersebut direduksi dengan jalan membuat abstraksi yaitu dengan merangkumnya menjadi intisari yang terjaga kebenarannya. Selanjutnya, data tersebut disusun dan dikategorisasikan, kemudian disajikan, dimaknai, disimpulkan dan terakhir diperiksa keabsahannnya.

G. Validasi Data

(51)

menetapkan keabsahan data, yaitu: “Derajat kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability)”. Penerapan kriteria derajat kepercayaan (credibility)pada dasarnya, berfungsi: pertama, melaksanakan penemuan sedemikian rupa sehingga tingkat

kepercayaan penemuan pada tujuan pembelajaran soal cerita pecahan; kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan

pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti pada proses dan hasil pelaksanaan pembelajaran soal cerita pecahandengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah.

Penerapan kriteria keteralihan (transferability), bahwa generalisasi suatu penemuan pada pembelajaran soal cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampelsiswa kelas IV SDN Pasirbenteng 2 yang secara representatif mewakili masalah yang terjadi pada siswa.

Kriteria kebergantungan (dependability) merupakan kriteria pengecekan data, jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan dengan soal atau suruhan sama pada pembelajaran soal cerita pecahan dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah, maka hasilnya secara esensial sama, dapat dikatakan reliabilitasnya tercapai.

Kriteria kepastian (confirmability), bahwa sesuatu itu objek atau keadaan yang terjadi pada waktu penelitian pembelajaran soal cerita pecahan dengan

menerapkan pendekatan pemecahan masalahtidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan pendapat, dan penemuan seseorang, namun dikonfirmasikan dan didiskusikan dengan berbagai pihak yang ikut terlibat dalam penelitian ini, yakni peneliti, praktikan (guru), pembimbing (kepala sekolah), rekan sejawat (rekan mahasiswa dan guru SDN Pasirbenteng 2), dan pembimbing (dosen pembimbing), sehingga data lebih akurat dan pasti.

Merujuk pada pendapat Moleong (2004) bahwa penelitian yang digunakan

(52)

1. Triangulasi merupakan teknik validasi data yang mengkonfirmasikan data

yang diperoleh peneliti dengan data dari sumber lain, yakni praktikan (guru) dan siswa.

2. Member check mampu menunjukkan derajat kepercayaan yang akurat

terhadap hasil-hasil penemuan dalam penelitian, karena data dikonfirmasikan kepada subjek penelitian dan sumber yang berkompeten.

3. Audit trail merupakan teknik validasi data yangdidasarkan pada pandangan

atau pendapat yang dikonfirmasikan dan didiskusikan dengan berbagai pihak yang ikut terlibat dalam penelitian.

4. Expert opinion memberikan keabsahan data dapat dipertanggungjawabkan,

karena pembimbing penelitian 1 dan 2, kepala SDN Pasirbenteng 2, dan rekan sejawat memberikan arahan dan masukan terhadap hasil temuan penelitian.

Penjelasan teknik validasi yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

1. Triangulasi

Triangulasi menurut Moleong (2004: 330) adalah “Teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Dalam proses ini peneliti melakukan pengecekan terhadap validasi data yang diperoleh dengan cara mengkonfirmasikan data atau informasi dengan memanfaatkan sumber data,

metodepengumpulan data, penyelidik lain, dan teori lain yang menunjang (Moleong, 2004: 330). Triangulasi ini dilakukan untuk memeriksa kebenaran

data dengan menggunakan sumber lain, yakni membandingkan kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan data yang diperoleh guru dan siswa.

2. Member Check

Gambar

Gambar 3.2Model Spiral Menurut Kemmis dan Taggart ....................... 58
Grafik4.3 Presentase Peningkatan Kinerja Guru ....................................  141
Tabel 1.1  Hasil Tes Awal Soal Cerita Pecahan di Kelas IV SDN Pasirbenteng 2
Gambar 3.1 Denah SDN Pasirbenteng 2
+5

Referensi

Dokumen terkait

- jika banyak data ganjil , setelah data disusun menurut nilainya dari kecil ke besar, maka median merupakan data yang paling tengah. - jika banyak data

Khitbah secara syar’i mempunyai posisi sebagai janji untuk menikah pada waktu yang disepakati. Janji tersebut mengikat kedua pihak yang berjanji. seseorang yang

Kondisi kecerdasan visual-spasial anak di TK Bunda Balita masih perlu stimulus, salah satunya disebabkan penggunaaan media balok yang lebih sering digunakan

Disarankan kepada pihak sekolah SMA Negeri 1 Babalan untuk meningkatkan kegiatan promosi kesehatan melalui kegiatan upaya kesehatan sekolah (UKS) mengenai

Pada hari ini Senin tanggal Dua Puluh Delapan bulan Maret tahun Dua Ribu Enam Belas telah dilakukan rapat koordinasi berdasarkan Berita Acara Gangguan Aplikasi SPSE dari

kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan,

Sebagaimana hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa ekstrak daun ketapang ( Terminalia catappa ) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk

Kinerja sistem merupakan sistem yang sangat berguna dalam memenuhi tujuan utama penyelenggara jasa telekomunikasi, yaitu menyediakan layanan telekomunikasi yang memuaskan pengguna