PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN DIRI MENGGOSOK GIGI UNTUK ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB NEGERI CILEUNYI,
BANDUNG
(Penelitian Deskriptif Kualitatif Pada Pembelajaran Pengembangan Diri Menggososk Gigi Untuk Anak Tunagrahita Sedang Kelas II SDLB di SLB Negeri
Cileunyi Kabupaten Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Khusus
Oleh:
Eky Putriyanti
0900928
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2015
PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN DIRI MENGGOSOK GIGI UNTUK ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB NEGERI CILEUNYI,
BANDUNG
(Penelitian Deskriptif Kualitatif Pada Pembelajaran Pengembangan Diri Menggososk Gigi Untuk Anak Tunagrahita Sedang Kelas II SDLB di SLB Negeri
Cileunyi Kabupaten Bandung)
Oleh:
Eky Putriyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Khusus Fakultas
Ilmu Pendidikan
© Eky Putriyanti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
HALAMAN PENGESAHAN
Eky Putriyanti
PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN DIRI MENGGOSOK GIGI
UNTUK ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB NEGERI CILEUNYI,
BANDUNG
(Penelitian deskriptif kualitatif pada pembelajaran pengembangan diri menggosok
gigi untuk anak tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Cileunyi
Kabupaten Bandung)
SKRIPSI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Dr. Iding Tarsidi, M.Pd
NIP. 196601041993011001
Pembimbing II
Dra. Mimin Tjasmini M.Pd
NIP. 195403101988032001
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Budi Susetyo, M.Pd
PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN DIRI MENGGOSOK GIGI
UNTUK ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB NEGERI CILEUNYI,
KABUPATEN BANDUNG
Eky Putriyanti
Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Pendidikan pengembangan diri merupakan pendidikan yang bersifat fungsional diberikan bagi anak tunagrahita. Meskipun dari segi akademik anak tunagrahita sangat lemah, namun ada potensi lain yang dapat dikembangkan sebagai bekal hidupnya sendiri. Salah satunya yaitu dalam hal menggosok gigi, namun pelaksanaannya belum optimal. Karena itu peneliti ingin mengadakan penelitian tentang pembelajaran bina diri menggosok gigi untuk anak tunagrahita sedang kelas II SDLB. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pembelajaran bina diri menggosok gigi untuk anak tunagrahita sedang. Adapun manfaat penelitian secara teori diharapkan dapat menjadi bahan kajian lebih lanjut dalam mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran bina diri untuk anak tunagrahita sedang, dan manfaat praktis yaitu agar peserta didik dapat menggosok gigi untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Dalam persiapan pembelajaran menggosok gigi, materi, media yang relevan dan evaluasi disesuaikan dengan kondisi kemampuan siswa dan karakteristik masing-masing peserta didik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggosok gigi, meliputi beberapa tahapan: kegiatan awal yaitu apersepsi, mengkondisikan peserta didik, membahas dan menyambungkan materi yang lalu dengan materi yang akan diberikan. Kegiatan inti yaitu memberikan materi dan melakukan tanya jawab dengan menggunakan bahasa yang dipahami dan memberikan penguatan kepada peserta didik. Kegiatan inti yaitu, guru menyimpulkan materi, memberikan tugas dan menilai hasil kerja siswa, kemudian mengadakan evaluasi, tindak lanjut dari hasil penilaian akhir, dalam bentuk pengayaan, pengembangan dan pengulangan. Rekomendasi dari hasil penelitian ini bagi sekolah, guru, orang tua dan peneliti, selanjutnya diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan acuan dalam melakukan penelitian tentang pembelajaran program khusus bina diri bagi anak tunagrahita.
SELF BRUSHING TEETH LEARNING FOR MENTAL RETARDATION
CHILDREN IN SLB NEGERI CILEUNYI BANDUNG
Eky Putriyanti
Special Education Departement Faculty Of Education University Education Of Indonesia
ABSTRACT
Self learning education itself is a functional education givento mentally disabled children. Althought in terms of academic mentally disabled children very weak, but there are other potential that can be developed as a provision of his live. One of them is in terms of brushing teeth, but still not optimal yet. Therefore, researchers want to conduct research on building self learning brushing teeth for mental retardation children class II SDLB. This research purpose to gain an overview of building self learning brushing teeth for mental retardation children. The theoretical benefits of the research are expected to be material for further study in developing the palnning and execution of building self learning for mental retardation children, and the learners benefit can brush his teeth for his need independently. In preparation of learning brushing teeth, material, relevant media, and adjusted to the conditions of evaluation students abilities and characteristics of each learners. In the implementation of learning activities brushing teeth includes several phases: initial activity is apersepsi, learner conditions, discuss and connect the material and the material that will be given. Activities that provide a material and conduct a questions and answer in a language that is understood and provide reinforcement to student. Core activities, namely, the teachers concludes the material, giving tasks, and assess students work, and the conduct the evaluation, follow up of the result of the final assesment in the form of enrichment, development, and repetiton. Recommendation from the result of this study for school, teachers, parents and reesearchers. The expect to be reverence in the study materials and conduct research on building self learning special program for mental retardation children.
DAFTAR ISI
JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... A.Latar belakang ... 1
B.Fokus Masalah ... 4
C.Tujuan ... 4
D.Kegunaan ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... A.Anak Tunagrahita ... 1. Pengertian ... ...6
2. Klasifikasi ... ... 7
3. Dampak Ketunagrahitaan ... 8
B.Anak Tunagrahita Sedang ... 1. Pengertian...9
2. Hambatan Pada Anak Tunagrahita Sedang...10
3. Permasalahan Anak Tunagrahita Sedang...11
4. Kebutuhan Belajar Anak Tunagrahita Sedang...12
C.Pembelajaran Pengembangan Diri...
1. Pengertian...15
2. Tujuan...16
3. Ruang Lingkup...16
D.Pelaksanaan Pembelajaran Menggosok Gigi... 1. Pengertian dan Ruang Lingkup Menggosok Gigi...17
2. Langkah-langkah Menggosok Gigi...18
3. Alat-alat dan Bahan Untuk Menggosok Gigi...19
4. Materi...19
E. Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Pengembangan Diri Menggosok Gigi... 1. Assesmen...19
2. Analisis Tugas...21
F. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 1. Dasar Pemikiran...24
2. Pengertian...25
3. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP...26
4. Komponen-komponen RPP...27
5. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)...28
BAB III METODE PENELITIAN ... A.Tempat Penelitian ... 32
B.Metode Penelitian ... 33
C.Instrumen Penelitian ...34
D.Teknik Pengumpulan Data ... 35
E. Pengujian keabsahan data ... 36
F. Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A.Pembelajaran Bina Diri Menggosok Gigi Untuk Anak Tunagrahita Sedang 1. Hasil Observasi ... 38
B.Pembahasan Hasil Penelitian...50
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ...
A.Kesimpulan ... 55
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa, oleh karena itu seluruh warga negara Indonesia
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini tertuang
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1, “Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan”. Bunyi Undang-Undang Dasar tersebut dapat
diartikan bahwa semua warga negara mempunyai hak yang sama dengan
tidak mengesampingkan baik itu jenis kelamin, agama, status sosial ekonomi,
termasuk anak berkebutuhan khusus. Anak berkebuthan khusus memiliki hak
yang sama dengan warga negara lainnya, seperti yang tercantum dalam
Undnag-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 5 ayat 1, menyatakan : “Warga Negara
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial
berhak mendapat pendidikan khusus”.
Berdasarkan kutipan di atas jelas secara tegas bahwa pendidikan
merupakan hak yang harus diperoleh setiap warga negara tidak terkecuali
anak tunagrahita.
Pendidikan bagi anak tunagrahita pada dasarnya sama dengan
pembelajaran pada anak umumnya. Pembelajaran yang diberikan berupa mata
pelajaran/bidang studi seperti : Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya
dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan serta
Program Khusus. Adapun program khusus yang diberikan bagi anak
tunagrahita yaitu program khusus pengembangan diri.
Pendidikan pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita memiliki
peran sentral dalam mengantarkan peserta didik melakukan pengembangan
diri untuk dirinya sendiri, yang meliputi merawat diri (mandi, menggosok
gigi, merawat rambut, kebersihan kuku, memelihara kesehatan dan
makan, mengenakan bermacam-macam pakaian, memakai sepatu, kaos kaki,
pergi ke WC, berpatut diri, merawat kesehatan diri), menolong diri (memasak
sederhana, mengatasi bahaya, mencuci pakaian, dan melakukan aktivitas
rumah), komunikasi (lisan, tulisan dan perbuatan), sosialisasi (bermain,
berinteraksi, berpartisipasi kelompok, ramah dalam bergaul, menghargai
orang lain, bertanggung jawab pada diri sendiri, berekspresi dan
mengendalikan emosi), keterampilan hidup (berbelanja, menggunakan uang,
dan cara mengatur pembelanjaan), dan mengisi waktu luang yang diisi
dengan kegiatan yang positif seperti kegiatan olahraga, kesenian,
keterampilan sederhana seperti memelihara ternak atau tanaman sesuai
dengan kemampuannya. Dengan pembelajaran pengembangan diri yang tepat
diharapkan dapat menghantarkan peserta didik tunagrahita untuk hidup
mandiri di keluarga, sekolah dan masyarakat, oleh karena itu anak tunagrahita
perlu diberikan pembelajaran pengembangan diri yang di dalamnya adalah
menggosok gigi.
Masih banyak siswa yang belum terampil menggosok gigi/masih
mengalami kesulitan saat menggosok gigi, kemungkinan disebabkan oleh
kurangnya latihan tentang bagaimana cara menggosok gigi yang baik dan
benar, selain itu kemungkinan lain kesulitan tersebut karena beberapa siswa
mengalami gangguan motorik sebagai gangguan/kelainan penyerta.
Faktor penyebab lain dari ketidakmampuan siswa dalam keterampilan
menggosok gigi selain disebabkan oleh faktor siswa itu sendiri, mungkin pula
disebabkan oleh guru ataupun orang tua siswa itu sendiri. Bentuk
perencanaan yang kurang tepat/tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
oleh siswa akan sangat berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan suatu
pembelajaran, begitu pula proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan
bentuk evaluasi yang kurang tepat serta saran dan prasarana yang diperlukan
dalam mewujudkan tujuan dari pembelajaran.
Kemampuan, masalah dan kebutuhan yang dialami anak tunagrahita
sangat heterogen. Heterogenitas ini pada akhirnya mempunyai konsekuensi
terhadap tindakan-tindakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Tindakan itu
sifatnya abstrak dan sangat umum, melainkan pada pertimbangan
kemampuan, masalah dan kebutuhan nyata dari kondisi yang dhadapi anak
tunagrahita.
Kenyataan menunjukan bahwa layanan pembelajaran bagi anak
tunagrahita yang berlangsung saat ini belum mencapai tahap maksimal.
Akibatnya persolan-persoalan yang menyangkut kebutuhan dasar mereka
menjadi tidak tersentuh. Cara membelajarkan seperti ini pada akhirnya proses
pembelajaran menjadi tidak bermakna, tidak fungsional dan tidak menyentuh
apa yang sebenarnya dibutuhkan anak. Semua ini sesungguhnya sangat
bertentangan dengan kaidah dan prinsip-prinsip belajar dalam dunia
pendidikan bagi anak tunagrahita. Lebih tidak baik lagi jika proses
pembelajaran yang digambarkan telah menjadi gaya yang sulit dirubah.
Penyelenggaraan layanan pendidikan kepada anak tunagrahita,
diperlukan adanya dukungan pengetahuan dan sikap profesioanl para
pengelola pendidikan dan penentu kebijakan pemerintah itu sendiri. Secara
operasional ujung tombak pengelolaan pendidikan sebetulnya berada ditangan
guru, oleh karena itu guru memiliki posisi strategis dan menentukan
keberhasilan pembelajaran. Dikatakan strategis karena fungsi guru adalah
perancang, pengelola dan evaluator dari seluruh proses pembelajaran,
sehingga gurulah yang sesungguhnya dapat menentukan kedalaman dan
keluasan ateri yang akan diajarkan kepada setiap peserta didiknya. Dikatakan
menentukan karena guru pulalah yang dapat memilah dan memilih bahan
yang sesuai dengan hambatan, masalah dan kebutuhan belajar setiap individu
yang akan diajar.
Untuk memperoleh keterampilan tersebut maka perlu diberikan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik guna
meningkatkan kemampuan merawat diri sendiri, khususnya menggosok gigi.
Selain itu juga untuk melatih motoriknya yang mengalami gangguan gerak
sehingga ia dapat merawat, mengurus dan menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan dimana ia berada tanpa harus tergantung sepenuhnya kepada
B. FOKUS MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis bermaksud untuk mengadakan
penelitian tentang Pembelajaran Pengembangan Diri Menggosok Gigi Untuk
Anak Tunagrahita Sedang di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung. Dari
fokus masalah tersebut peneliti merinci menjadi beberapa masalah agar lebih
terarah.
Adapun yang menjadi sub fokus masalah itu adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran pengembangan diri menggososk
gigi anak tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Cileunyi
Kabupaten Bandung?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pengembangan diri menggososk
gigi anak tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Cileunyi
Kabupaten Bandung?
3. Bagaimana sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran
pengembangan diri menggosok gigi anak tunagrahita sedang kelas II
SDLB di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung?
4. Bagaimana hambatan dalam pembelajaran pengembangan diri
menggososk gigi anak tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri
Cileunyi Kabupaten Bandung?
5. Bagaimana evaluasi pembelajaran pengembangan diri mengosok gigi
anak tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Cileunyi
Kabupaten Bandung?
C.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian tentang Pembelajaran Pengembangan Diri tentang cara
menggosok gigi pada anak tunagrahita adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh gambaran tentang perencanaan pembelajaran
pengembangan diri menggosok gigi bagi anak tunagrahita sedang kelas II
SDLB di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung
2. Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran
pengembangan diri menggosok gigi bagi anak tunagrahita sedang kelas II
3. Untuk memperoleh gambaran tentang sarana dan prasarana pembelajaran
pengembangan diri menggosok gigi bagi anak tunagrahita sedang kelas II
SDLB diSLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung
4. Untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang menjadi kendala dan
pendukung pada pembelajaran pengembangan diri menggososk gigi bagi
anak tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Cileunyi
Kabupaten Bandung
5. Untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pembelajaran
pengembangan diri mengosok gigi anak tunagrahita sedang kelas II
SDLB di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung?
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan yang ingin dicapai, penulis
berharap hasil penelitian dapat bermanfaat, antara lain :
1. Manfaat Teori
- Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut serta
acuan dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran dan
pelaksanaan pembelajaran pengembangan diri bagi anak
tunagrahita sedang.
- Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
serta mengembangkan karir dalam dunia pendidikan khusus.
2. Manfaat Praktis
- Bagi siswa tunagrahita sedang dapat melakukan kegiatan-kegiatan
merawat diri dalam hal menggosok gigi untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari tanpa bergantung terhadap orang
lain/mandiri.
- Bagi guru dapat dijadikan panduan/alternatif dalam proses belajar
mengajar.
- Bagi orang tua dapat diajadikan panduan untuk membantu anaknya
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Pada dasarnya sebuah penelitian tidak lepas dari lokasi penelitian,
yaitu tempat dimana penelitian itu dilakukan. Tempat yang jadi lokasi
penelitian diharapkan dapat memberikan data atau informasi yang
diperlukan dalam penelitian. Adapun tempat yang dijadikan lokasi/tempat
penelitian tentang pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi, yaitu
SLB Negeri Cileunyi, Bandung. SLB Negeri Cileunyi beralamat di Jl.
Pandanwangi Cibiru Indah 3 Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.
SLB Negeri Cileunyi ini sudah memiliki ijin operasional sejak tahun 1997.
Sekolah ini milik pemerintah, berakreditasi A, SLB Negeri Cileunyi ini
berada dikawasan komplek pendidikan yang mudah dijangkau. Sekolah ini
merupakan sumber pusat (resouerce centre) yang berada di Kabupaten
Bandung.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis memilih 2 orang siswa tunagrahita sedang dan 1 orang guru kelas
II SDLB di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung sebagai subyek
penelitian sekaligus sumber data (responden) penelitian untuk memperoleh
informasi/data yang diperlukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
[image:14.595.148.515.630.736.2]tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
SUBYEK PENELITIAN
No. Nama L/P Umur Keterangan
1. .
2.
3.
IY
DA
ER
P
L
L
52
8
7
Guru Kelas
Siswa
B. Metode Penelitian
Metode merupakan hal yang sangat diperlukan oleh seorang peneliti
dalam melakukan suatu penelitian, karena akan berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan penelitian yang ditetapkan. Dengan demikian metode
yang digunakan dalam sebuah penelitian harus tepat, artinya bahwa
metode tersebut harus sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan. Metode itu sendiri berfungsi untuk memandu pelaksanaan
penelitian yang akan dilakukan. Bertitik tolak dari tujuan penelitian yang
telah dirumuskan, maka penulis mencoba menggunakan metode yang
dianggap sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun
metode yang dimaksud adalah metode penelitian deskriptif kualitatif
dengan dasar pemikiran bahwa masalah terjadi pada masa sekarang yaitu
masalah yang diteliti terjadinya pada saat penelitian berlangsung dengan
mengamati orang dalam bahasa dan tafsiran tentang dunia sekitarnya.
Dengan demikian terlihat hubungan antara peneliti dan pihak yang diteliti.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif. Data dikumpulkan oleh peneliti sendiri dengan memasuki
lapangan yang akan diteliti.
Pemikiran tersebut di atas didasarkan pada pendapat Moleong (2007,
hlm.6), mengemukakan bahwa:
Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian
tentang pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi untuk anak
tunagrahita sedang di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung, metode
yang cocok dan sesuai untuk penelitian ini adalah metode deskriptif
1. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif yaitu berupa tindakan
subjek (guru) dalam mengembangkan program pembelajaran
pengembangan diri menggosok gigi bagi anak tunagrahita sedang,
yang akan diperoleh melalui wawancara.
2. Data ini menggambarkan peristiwa-peristiwa yang dialami dan tidak
dapat dimanipulasi, artinya perisiwa-peristiwa tersebut berlangsung
apa adanya.
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti sendiri merupakan alat (instrumen)
pengumpul data utama. Moleong (2007, hlm.9) mengemukakan bahwa: “Hanya manusia sebagai alat saja yang dapat berhubungan dengan responden dan obyek lainnya, dan hanya manusialah yang
mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan”.
Begitu pula dengan pendapat Nasution dalam (Sugiono, 2010,
hlm.223) bahwa:
Dalam penelitian kualitatif ini tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak banyak pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya
Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dalam penelitian ini,
peneliti sendirilah yang menjadi alat (instrumen) pengumpul data yang
diperlukan dalam penelitian ini. Peneliti mengamati langsung ke
lapangan untuk memperoleh data yang relevan, lebih lengkap, akurat,
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk keperluan penelitian diperlukan data-data dari berbagai
pihak, data-data yang diperoleh kemudian dikumpulkan. Untuk
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Untuk memperoleh data yang lengkap, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak
maka observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi partisipatif dimana dalam observasi ini, peneliti terlibat
dengan kegiatan sehari-hari yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data, peneliti ikut melakukan apa yang
dilakukan sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya.
Observasi dilakukan terhadap siswa yang sedang melakukan
kegiatan pengembangan diri, observasi merupakan kegiatan
pengamatan langsung yang dilakukan peneliti sehingga akan
diperoleh data yang aktual sesuai kebutuhan penelitian. Hal ini
sesuai dengan pendapat Arikunto S (1993, hlm.27) bahwa “Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta
pencatatan secara sistematis”. Dengan kegiatan observasi ini dapat
mengungkapkan kondisi yang obyektif tentang kemampuan anak
tunagrahita sedang kelas II SDLB dalam menggosok gigi di SLB
Negeri Cileunyi, Kabupaten Bandung.
b. Wawancara
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan kegiatan
pengembangan diri menggosok gigi untuk anak tunagrahita sedang
kelas II SDLB di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung,
penulis mengadakan wawancara kepada seorang guru yang
mengajar anak tunagrahita sedang di kelas II. Wawancara menurut
(Arikunto S, 1993, hlm.27) adalah suatu metode atau cara yang
jalan tanya jawab sepihak”. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara sebagai salah satu teknik untuk mengumpulkan
berbagai informasi dari para informan di lapangan penelitian.
Wawancara yang digunakan penelitian ini yaitu wawancara
bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan
yang telah dibuat oleh peneliti.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Begitupun pada penelitian ini, peneliti
mendokumentasikan apa-apa yang diperlukan pada pembelajaran
pengembangan diri menggosok gigi untuk anak tunagrahita sedang
kelas II di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga
teknik pengumpulan data tersebut sangat sesuai dengan masalah
yang akan diteliti yaitu tentang pembelajaran pengembangan diri
menggosok gigi untuk anak tunagrahita sedang kelas II di SLB
Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.
D. Pengujian Keabsahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data selanjutnya perlu
diuji kebenarannya (keabsahan data). Untuk menguji keabsahan data
peneliti menggunakan triangulasi dengan sumber. Triangulasi dengan
sumber yaitu mengecek data (kredibilitas data) yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber yang kemudian dideskripsikan,
dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana yang berbeda, dan
mana spesifik dari berbagai sumber data yang kemudian dianalisis oleh
peneliti sehingga mengahsilkan suatu kesimpulan.
Kredibilitas data/pengujian keabsahan data dilakukan penulis dengan
jalan:
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
4. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan
E. Analisis data
Adapun langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam
penelitian sebagaimana yang dikemukakan menurut Nasution (2003,
dalam Pranitia E, 2010, hlm.40), sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data dimaksud untuk mengintisarikan dan mengambil
bagian pokok dari data yang telah diperoleh, hal ini untuk
memudahkan dalam menentukan data apa saja yang sudah diperoleh
dan data apa saja yang belum diperoleh yang harus dikumpulkan
berkaitan dengan masalah penelitian.
2. Display Data
Display data adalah suatu cara menggolongkan data ke dalam
kelompok-kelompok sehingga data mudah untuk dibaca dan dipahami.
Bentuknya berupa matrik, yang dapat digunakan untuk melihat
gambaran secara keseluruhan atau bagian teretentu secara efektif
sehingga memudahkan penulis untuk mengambil keputusan.
3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi
Kegiatan menarik kesimpulan dilakukan oleh peneliti sejak awal,
hal ini memudahkan peneliti untuk memperoleh makna dari setiap
data yang dikumpulkan. Kesimpulan yang diambil hanya bersifat
sementara dan masih diragukan, oleh karena itu kesimpulan senantiasa
diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk menjaga tingkat
kepercayaan penelitian. Dari berbagai data yang terkumpul,
selanjutnya penulis menarik kesimpulan tentang hasil penelitian yang
dihubungkan dengan jawaban terhadap pertanyaan penelitian tentang
pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi untuk anak
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
Kesimpulan tentang hasil penelitian ini merupakan jawaban dari
fokus masalah tentang Bagaimana Pembelajaran Pengembangan Diri
Menggosok Gigi Untuk Anak Tunagrahita Sedang Kelas II SDLB di SLB
Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung? Yaitu tentang Bagaimana
perencanaan pembelajarannya, pelaksanaan pembelajarannya, sarana dan
prasarana yang dibutuhkan, hambatan dalam pembelajaran pengembangan
diri menggosok gigi, serta evaluasi pembelajarannya. Berikut ini penulis
paparkan dari penelitian yang dilakukan di SLB Negeri Cileunyi
Kabupaten Bandung sebagai berikut:
1. Dalam hal perencanaan pembelajaran pengembangan diri menggosok
gigi untuk anak tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri
Cileunyi Kabupaten Bandung, disusun berdasarkan KTSP yang sudah
tersedia di sekolah untuk mata pelajaran program khusus
(pengembangan diri) yang merupakan penjabaran dari program
tahunan, program semester dan silabus yang telah disusun oleh guru.
Perencanaan pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi disusun
oleh guru kelas dengan pertimbangan kemampuan dan kebutuhan yang
dimiliki masing-masing peserta didik. Model RPP yang dikembangkan
di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung untuk program khusus
(menggosok gigi) yaitu dengan analisis tugas. Bagi peserta didik yang
masih rendah kemampuannya terutama dalam menggosok gigi guru
menugaskan peserta didik agar lebih rajin berlatih di rumah serta
memberitahu kepada orang tua melalui buku penghubung untuk
melatih peserta didik dalam keterampilan yang belum dikuasainya.
2. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran pengembangan diri
menggosok gigi untuk anak tunagrahita sedang kelas II SDLB,
kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik, persiapan KBM dalam
urutan/langkah-langkah yang mudah diikuti oleh peserta didik melalui
rincian langkah-langkah/tugas-tugas kecil untuk menguasai suatu
keterampilan khusus. Penggunaan metode, alat dan sumber belajar
yang tepat. Proses/pelaksanaan pembelajaran pengembangan diri
menggosok gigi telah dilaksanakan dengan pendekatan analisis tugas
(task analysis), untuk menyusun suatu analisis tugas perlu diperhatikan
satu hal yang sangat penting dalam mengajarkan keterampilan
pengembangan diri yaitu memahami kemampuan prasyarat.
Kemampuan prasyarat adalah suatu kemampuan dasar yang
mendukung kemampuan yang akan dikembangkan. Kemampuan
prasyarat dalam keterampilan pengembangan diri diantaranya
kemampuan motorik kasara (gross motor) dan motorik halus (fine
motor), persepsi, dan konsentrasi. Hal tersebut harus diselesaikan
terlebih dahulu dan jika tidak, maka akan timbul kesulitan dalam
proses pembelajaran.
3. Sarana dan prasarana dalam pembelajaran pengembangan diri
menggosok gigi untuk anak tunagrahitas sedang kelas II SDLB belum
sepenuhnya sesuai dengan syarat untuk terjadinya proses pembelajaran
yang baik. Belum tersedianya beberapa fasilitas dapat menjadi pemicu
program pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Seharusnya aktivitas pertama dalam manjemen sarana prasarana
pendidikan adalah pengadaan sarana prasarana pendidikan. Pengadaan
perlengkapan pendidikan biasanya dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan perkembangan pendidikan di suatu sekolah
menggantikan barang-barang yang rusak, hilang, di hapuskan, atau
sebab-sebab lain yang dapat dipertanggung jawabkan sehingga
memerlukan pergantian, dan untuk menjaga tingkat persediaan barang
setiap tahun dan anggaran mendatang. Pengadaan perlengkapan
pendidikan seharusnya direncanakan dengan hati-hati, sehingga semua
pengadaan perlengkapan sekolah itu selalu sesuai dengan pemenuhan
4. Faktor-faktor kendala/hambatan dalam pembelajaran pengembangan
diri menggosok gigi untuk anak tunagrahita sedang kelas II SDLB,
yaitu beragamnya kemampuan dan kebutuhan yang dimiliki peserta
didik dalam pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi baik
dalam menyebutkan alat dan bahan atau pada proses menggosok gigi.
Faktor-faktor yang kurang mendukung dalam pembelajaran
pengembangan diri menggosok gigi antara lain: keadaan/kondisi fisik
peserta didik mengalami kurang koordinasi gerak serta kemampuan
berbicara sebagai kelainan penyerta. Sedangkan faktor-faktor yang
dapat mendukung pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi
antara lain: kemampuan yang dimiliki peserta didik tentang bahan dan
alat yang digunakan untuk menggsosok gigi, sikap yang dimiliki oleh
guru yang telah mampu melaksanakan tugasnya secara profesional
dalam memberikan layanan pendidikan kepada peserta didiknya, sikap
orang tua yang selalu mendukung setiap program pembelajaran yang
diberikan kepada anaknya seperti pembelajaran pengembangan diri
menggosok gigi dengan cara mengulang pembelajaran yang telah
diberikan di sekolah melalui informasi yang disampaikan oleh grur
baik secara lisan maupun melalui buku penghubung peserta didik, serta
peran lingkungan yang dapat menerima keberadaan anak tunagrahita
sebagaimana adanya. Terbinanya dengan baik komunikasi antara guru
dengan orang tua peserta didik di dalam atau luar lingkungan sekolah.
5. Evaluasi pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi untuk anak
tunagrahita sedang kelas II SDLB sudah sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai yaitu dengan tes, bentuk tes yang
digunakan dengan lisan/penugasan, jenis tes yang digunakan yaitu
lisan dan perbuatan (kinerja), dengan menggunakan pedoman analisis
tugas sehingga dapat mengukur atau mengetahui kemampuan dan
ketidak mampuan secara rinci yang dimiliki oleh peserta didik untuk
menguasai suatu keterampilan khusus. Kemampuan dan kebutuhan
yang dicapai dari hasil pembelajaran akan sempurna apabila diberikan
berkesinambungan (terus menerus) dari gurunya yang diterapkan pada
kegiatan sehari-hari peserta didiknya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan dalam menggosok
gigi yang dimiliki oleh peserta didik tidak terlepas dari pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru. Keterampilan guru dalam mengelola kelas melalui
persiapan yang telah direncanakan sebagai implementasi dari muatan
kurikulum yang sudah tersedia di sekolah memberikan pengaruh yang
besar terhadap keberhasilan dari peserta didiknya. Begitu pula dengan
metode dan strategi pembelajaran yang dugunakan ikut menentukan pula.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa pembelajaran
pengembangan diri menggosok gigi memberi pengaruh terhadap
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, antara lain peserta didik
dapat menunjukkan alat yang akan digunakan untuk menggosok gigi,
membuka tutup pasta gigi, mengambil sikat gigi, memegang sikat gigi
dengan tangan kiri, menuangkan isi pasta gigi ke sikat gigi, mengambil air
dengan gayung/gelas plastik, berkumur-kumur, mengangkat sikat gigi
yang telah diberi pasta gigi kearah mulut, menggosok gigi bagian depan
luar, menggosok gigi samping kiri luar, menggosok gigi samping kanan
luar, menggosok gigi samping kiri dalam, menggosok gigi samping kanan
dalam, menggosok gigi depan bagian dalam atas, menggosok gigi depan
bagian dalam bawah, menggosok gigi samping kiri bagian dalam atas,
menggosok gigi samping kiri bagian dalam bawah, menggosok gigi
samping kanan bagian dalam atas, menggosok gigi samping kanan bagian
dalam bawah, berkumur-kumur hingga bersih.
Selain kemampuan yang dicapai oleh peserta didik dalam
pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi di atas ada pula
kemampuan yang belum dikuasai peserta didik antara lain belum
menggosok gigi samping kiri dalam, menggosok gigi samping kanan
dalam, menggosok gigi depan bagian dalam atas, menggosok gigi depan
bagian dalam bawah, menggosok gigi samping kiri bagian dalam atas,
samping kanan bagian dalam atas, menggosok gigi samping kanan bagian
dalam bawah, berkumur-kumur hingga bersih. Belum mampu menggosok
gigi bagian dalam yang disebabkan karena peserta didik mengalami
gangguan koordinasi dan motorik. Belum mampu menyebutkan nama
bahan dan alat disebabkan adanya gangguan suara. Belum mampu
berkumur-kumur hingga bersih dikarenakan adanya gangguan pada
konsentrasi. Oleh karen itu, pembelajaran pengembangan diri menggosok
gigi untuk anak tunagrahita dipandang sangat perlu guna melatih
kemampuan yang masih belum dimiliki oleh peserta didik dan diharapkan
dapat mengantarkan anak tunagrahita dapat melakukan pengembangan diri
untuk dirinya sendiri. Berdasarkan hal di atas tersebut penulis
merekomendasikan sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah/Kepala Sekolah
a. Mengirim/menugaskan guru untuk mengikuti program pelatihan
program khusus pengembangan diri yang diselenggarakan
Pemerintah (Dinas Pendidikan) atau pihak yang terkait dan
berkompeten untuk mengembangkan profesi serta kompetensi guru
dalam memberikan layanan pendidikan/pembelajaran program
khusus pengembangan diri.
b. Melengkapi peralatan dan fasilitas untuk pembelajaran
pengembangan diri sesuai dengan kebutuhan yang dapat
memudahkan anak dalampraktik menggosok gigi dengan senang
dantidak bosan berlatih.
2. Bagi Guru
a. Diharapkan guru memberikan layanan pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan anak tunagrahita sedang khususnya dalam
pembelajaran pengembangan diri.
b. Model atau pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan anak
tunagrahita sedang dapat menggunakan pendekatan atau model
c. Melakukan konsultasi/berkomunikasi dengan orang tua dalam
rangka meningkatkan keterampilan pengembangan diri (program
khusus).
d. Memiliki program yang jelas terukur dan terencana dalam
pembelajaran pengembangan diri.
3. Bagi orang tua
a. Orang tua diharapkan terbuka kepada guru apabila mengalami
kesulitan melakukan pembelajaran mengurus diri untuk anaknya di
rumah agar guru atau pihak sekolah membantu memberikan solusi
yang terbaik.
b. Hendaknya apa yang telah dilatihkan oleh guru disekolah, ditindak
lanjuti berupa peran aktif dari orang tua peserta didik untuk
melatihnya di rumah sehingga anak mampu mandiri.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan
acuan dalam melakukan penelitian tentang pembelajaran program khusus
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, M (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka
Cipta, Jakarta.
Amin, Moh (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Depdikbud, Bandung.
Arikunto, S (1993). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.
Astati, (2010). Bina Diri Untuk Anak Tunagrahita. CV. Catur Karya Mandiri,
Bandung
Astati & Mulyati, L (2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. Catur Karya Mandiri,
Bandung
Depdiknas, (2007). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB C
Tunagrahita. Depdiknas, Bandung.
Hidayat, A (2012), (Tesis) Pembelajaran Memakai Sepatu Bertali Pada Anak
Tunagrahita Sedang Kelas II SDLB Di SLB BC YPNI Pamengpeuk
Kabupaten Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Majid, A (2008). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Guru.
PT. Remaja Rosda Karya, Bandung
Mariana, R (2015). Pelaksanaan Layanan Rehabilitasi Vokasional Komputer Bagi
Tunadaksa. (Tesis). Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Moelong, Lexy (1989), Metodolagi Penelitian Kualitatif. CV Remadja Karya,
Bandung.
Mulyono & Sudjadi S (1994). Pendidikan Luar Biasa (Ortopedagogik Umum),
Depdikbud.
Mulyasa, E (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dinas Pendidikan Luar Biasa, (2009). Tentang
Bahan Ajar Pembelajaran Bina Diri Untuk Peserta Didik Tunagrahita
Tingkat SDLB (Pedoman Guru)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (2007). Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru.
Peraturan Pemerintah (2005). Tentang Standar Nasional Pendidikan. Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Pranita, E (2010). Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam
Mengembangkan Keterampilan Vokasional. Skripsi pada FIP UPI
Bandung; tidak diterbitkan
Sudinar, W (2012). Pengembangan Analisis Tugas Menggosok Gigi Bagi Anak
Tunagrahita Ringan Di SLB Negeri Cileunyi. (Tesis). Universitas Islam
Nusantara, Bandung
Suhaeri, H.N (1980). Ortopedagogik Umum 1 dan 2. Diktat Kuliah. PLB FIP
IKIP, Bandung.
Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. PT.
Alpabeta, Bandung.
UPI (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No.20 tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional (2003). Fokus Media, Bandung.