• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN DIRI MENGGOSOK GIGI UNTUK ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB NEGERI CILEUNYI, KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN DIRI MENGGOSOK GIGI UNTUK ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB NEGERI CILEUNYI, KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN DIRI MENGGOSOK GIGI UNTUK ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB NEGERI CILEUNYI,

BANDUNG

(Penelitian Deskriptif Kualitatif Pada Pembelajaran Pengembangan Diri Menggososk Gigi Untuk Anak Tunagrahita Sedang Kelas II SDLB di SLB Negeri

Cileunyi Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Khusus

Oleh:

Eky Putriyanti

0900928

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015

(2)

PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN DIRI MENGGOSOK GIGI UNTUK ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB NEGERI CILEUNYI,

BANDUNG

(Penelitian Deskriptif Kualitatif Pada Pembelajaran Pengembangan Diri Menggososk Gigi Untuk Anak Tunagrahita Sedang Kelas II SDLB di SLB Negeri

Cileunyi Kabupaten Bandung)

Oleh:

Eky Putriyanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Khusus Fakultas

Ilmu Pendidikan

© Eky Putriyanti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Eky Putriyanti

PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN DIRI MENGGOSOK GIGI

UNTUK ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB NEGERI CILEUNYI,

BANDUNG

(Penelitian deskriptif kualitatif pada pembelajaran pengembangan diri menggosok

gigi untuk anak tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Cileunyi

Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Iding Tarsidi, M.Pd

NIP. 196601041993011001

Pembimbing II

Dra. Mimin Tjasmini M.Pd

NIP. 195403101988032001

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Budi Susetyo, M.Pd

(4)

PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN DIRI MENGGOSOK GIGI

UNTUK ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB NEGERI CILEUNYI,

KABUPATEN BANDUNG

Eky Putriyanti

Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Pendidikan pengembangan diri merupakan pendidikan yang bersifat fungsional diberikan bagi anak tunagrahita. Meskipun dari segi akademik anak tunagrahita sangat lemah, namun ada potensi lain yang dapat dikembangkan sebagai bekal hidupnya sendiri. Salah satunya yaitu dalam hal menggosok gigi, namun pelaksanaannya belum optimal. Karena itu peneliti ingin mengadakan penelitian tentang pembelajaran bina diri menggosok gigi untuk anak tunagrahita sedang kelas II SDLB. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pembelajaran bina diri menggosok gigi untuk anak tunagrahita sedang. Adapun manfaat penelitian secara teori diharapkan dapat menjadi bahan kajian lebih lanjut dalam mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran bina diri untuk anak tunagrahita sedang, dan manfaat praktis yaitu agar peserta didik dapat menggosok gigi untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Dalam persiapan pembelajaran menggosok gigi, materi, media yang relevan dan evaluasi disesuaikan dengan kondisi kemampuan siswa dan karakteristik masing-masing peserta didik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggosok gigi, meliputi beberapa tahapan: kegiatan awal yaitu apersepsi, mengkondisikan peserta didik, membahas dan menyambungkan materi yang lalu dengan materi yang akan diberikan. Kegiatan inti yaitu memberikan materi dan melakukan tanya jawab dengan menggunakan bahasa yang dipahami dan memberikan penguatan kepada peserta didik. Kegiatan inti yaitu, guru menyimpulkan materi, memberikan tugas dan menilai hasil kerja siswa, kemudian mengadakan evaluasi, tindak lanjut dari hasil penilaian akhir, dalam bentuk pengayaan, pengembangan dan pengulangan. Rekomendasi dari hasil penelitian ini bagi sekolah, guru, orang tua dan peneliti, selanjutnya diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan acuan dalam melakukan penelitian tentang pembelajaran program khusus bina diri bagi anak tunagrahita.

(5)

SELF BRUSHING TEETH LEARNING FOR MENTAL RETARDATION

CHILDREN IN SLB NEGERI CILEUNYI BANDUNG

Eky Putriyanti

Special Education Departement Faculty Of Education University Education Of Indonesia

ABSTRACT

Self learning education itself is a functional education givento mentally disabled children. Althought in terms of academic mentally disabled children very weak, but there are other potential that can be developed as a provision of his live. One of them is in terms of brushing teeth, but still not optimal yet. Therefore, researchers want to conduct research on building self learning brushing teeth for mental retardation children class II SDLB. This research purpose to gain an overview of building self learning brushing teeth for mental retardation children. The theoretical benefits of the research are expected to be material for further study in developing the palnning and execution of building self learning for mental retardation children, and the learners benefit can brush his teeth for his need independently. In preparation of learning brushing teeth, material, relevant media, and adjusted to the conditions of evaluation students abilities and characteristics of each learners. In the implementation of learning activities brushing teeth includes several phases: initial activity is apersepsi, learner conditions, discuss and connect the material and the material that will be given. Activities that provide a material and conduct a questions and answer in a language that is understood and provide reinforcement to student. Core activities, namely, the teachers concludes the material, giving tasks, and assess students work, and the conduct the evaluation, follow up of the result of the final assesment in the form of enrichment, development, and repetiton. Recommendation from the result of this study for school, teachers, parents and reesearchers. The expect to be reverence in the study materials and conduct research on building self learning special program for mental retardation children.

(6)

DAFTAR ISI

JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... A.Latar belakang ... 1

B.Fokus Masalah ... 4

C.Tujuan ... 4

D.Kegunaan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... A.Anak Tunagrahita ... 1. Pengertian ... ...6

2. Klasifikasi ... ... 7

3. Dampak Ketunagrahitaan ... 8

B.Anak Tunagrahita Sedang ... 1. Pengertian...9

2. Hambatan Pada Anak Tunagrahita Sedang...10

3. Permasalahan Anak Tunagrahita Sedang...11

4. Kebutuhan Belajar Anak Tunagrahita Sedang...12

(7)

C.Pembelajaran Pengembangan Diri...

1. Pengertian...15

2. Tujuan...16

3. Ruang Lingkup...16

D.Pelaksanaan Pembelajaran Menggosok Gigi... 1. Pengertian dan Ruang Lingkup Menggosok Gigi...17

2. Langkah-langkah Menggosok Gigi...18

3. Alat-alat dan Bahan Untuk Menggosok Gigi...19

4. Materi...19

E. Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Pengembangan Diri Menggosok Gigi... 1. Assesmen...19

2. Analisis Tugas...21

F. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 1. Dasar Pemikiran...24

2. Pengertian...25

3. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP...26

4. Komponen-komponen RPP...27

5. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)...28

BAB III METODE PENELITIAN ... A.Tempat Penelitian ... 32

B.Metode Penelitian ... 33

C.Instrumen Penelitian ...34

D.Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Pengujian keabsahan data ... 36

F. Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A.Pembelajaran Bina Diri Menggosok Gigi Untuk Anak Tunagrahita Sedang 1. Hasil Observasi ... 38

(8)

B.Pembahasan Hasil Penelitian...50

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ...

A.Kesimpulan ... 55

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa, oleh karena itu seluruh warga negara Indonesia

mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini tertuang

dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1, “Setiap warga negara

berhak mendapat pendidikan”. Bunyi Undang-Undang Dasar tersebut dapat

diartikan bahwa semua warga negara mempunyai hak yang sama dengan

tidak mengesampingkan baik itu jenis kelamin, agama, status sosial ekonomi,

termasuk anak berkebutuhan khusus. Anak berkebuthan khusus memiliki hak

yang sama dengan warga negara lainnya, seperti yang tercantum dalam

Undnag-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 5 ayat 1, menyatakan : “Warga Negara

yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial

berhak mendapat pendidikan khusus”.

Berdasarkan kutipan di atas jelas secara tegas bahwa pendidikan

merupakan hak yang harus diperoleh setiap warga negara tidak terkecuali

anak tunagrahita.

Pendidikan bagi anak tunagrahita pada dasarnya sama dengan

pembelajaran pada anak umumnya. Pembelajaran yang diberikan berupa mata

pelajaran/bidang studi seperti : Pendidikan Agama, Pendidikan

Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya

dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan serta

Program Khusus. Adapun program khusus yang diberikan bagi anak

tunagrahita yaitu program khusus pengembangan diri.

Pendidikan pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita memiliki

peran sentral dalam mengantarkan peserta didik melakukan pengembangan

diri untuk dirinya sendiri, yang meliputi merawat diri (mandi, menggosok

gigi, merawat rambut, kebersihan kuku, memelihara kesehatan dan

(10)

makan, mengenakan bermacam-macam pakaian, memakai sepatu, kaos kaki,

pergi ke WC, berpatut diri, merawat kesehatan diri), menolong diri (memasak

sederhana, mengatasi bahaya, mencuci pakaian, dan melakukan aktivitas

rumah), komunikasi (lisan, tulisan dan perbuatan), sosialisasi (bermain,

berinteraksi, berpartisipasi kelompok, ramah dalam bergaul, menghargai

orang lain, bertanggung jawab pada diri sendiri, berekspresi dan

mengendalikan emosi), keterampilan hidup (berbelanja, menggunakan uang,

dan cara mengatur pembelanjaan), dan mengisi waktu luang yang diisi

dengan kegiatan yang positif seperti kegiatan olahraga, kesenian,

keterampilan sederhana seperti memelihara ternak atau tanaman sesuai

dengan kemampuannya. Dengan pembelajaran pengembangan diri yang tepat

diharapkan dapat menghantarkan peserta didik tunagrahita untuk hidup

mandiri di keluarga, sekolah dan masyarakat, oleh karena itu anak tunagrahita

perlu diberikan pembelajaran pengembangan diri yang di dalamnya adalah

menggosok gigi.

Masih banyak siswa yang belum terampil menggosok gigi/masih

mengalami kesulitan saat menggosok gigi, kemungkinan disebabkan oleh

kurangnya latihan tentang bagaimana cara menggosok gigi yang baik dan

benar, selain itu kemungkinan lain kesulitan tersebut karena beberapa siswa

mengalami gangguan motorik sebagai gangguan/kelainan penyerta.

Faktor penyebab lain dari ketidakmampuan siswa dalam keterampilan

menggosok gigi selain disebabkan oleh faktor siswa itu sendiri, mungkin pula

disebabkan oleh guru ataupun orang tua siswa itu sendiri. Bentuk

perencanaan yang kurang tepat/tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

oleh siswa akan sangat berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan suatu

pembelajaran, begitu pula proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan

bentuk evaluasi yang kurang tepat serta saran dan prasarana yang diperlukan

dalam mewujudkan tujuan dari pembelajaran.

Kemampuan, masalah dan kebutuhan yang dialami anak tunagrahita

sangat heterogen. Heterogenitas ini pada akhirnya mempunyai konsekuensi

terhadap tindakan-tindakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Tindakan itu

(11)

sifatnya abstrak dan sangat umum, melainkan pada pertimbangan

kemampuan, masalah dan kebutuhan nyata dari kondisi yang dhadapi anak

tunagrahita.

Kenyataan menunjukan bahwa layanan pembelajaran bagi anak

tunagrahita yang berlangsung saat ini belum mencapai tahap maksimal.

Akibatnya persolan-persoalan yang menyangkut kebutuhan dasar mereka

menjadi tidak tersentuh. Cara membelajarkan seperti ini pada akhirnya proses

pembelajaran menjadi tidak bermakna, tidak fungsional dan tidak menyentuh

apa yang sebenarnya dibutuhkan anak. Semua ini sesungguhnya sangat

bertentangan dengan kaidah dan prinsip-prinsip belajar dalam dunia

pendidikan bagi anak tunagrahita. Lebih tidak baik lagi jika proses

pembelajaran yang digambarkan telah menjadi gaya yang sulit dirubah.

Penyelenggaraan layanan pendidikan kepada anak tunagrahita,

diperlukan adanya dukungan pengetahuan dan sikap profesioanl para

pengelola pendidikan dan penentu kebijakan pemerintah itu sendiri. Secara

operasional ujung tombak pengelolaan pendidikan sebetulnya berada ditangan

guru, oleh karena itu guru memiliki posisi strategis dan menentukan

keberhasilan pembelajaran. Dikatakan strategis karena fungsi guru adalah

perancang, pengelola dan evaluator dari seluruh proses pembelajaran,

sehingga gurulah yang sesungguhnya dapat menentukan kedalaman dan

keluasan ateri yang akan diajarkan kepada setiap peserta didiknya. Dikatakan

menentukan karena guru pulalah yang dapat memilah dan memilih bahan

yang sesuai dengan hambatan, masalah dan kebutuhan belajar setiap individu

yang akan diajar.

Untuk memperoleh keterampilan tersebut maka perlu diberikan

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik guna

meningkatkan kemampuan merawat diri sendiri, khususnya menggosok gigi.

Selain itu juga untuk melatih motoriknya yang mengalami gangguan gerak

sehingga ia dapat merawat, mengurus dan menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan dimana ia berada tanpa harus tergantung sepenuhnya kepada

(12)

B. FOKUS MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis bermaksud untuk mengadakan

penelitian tentang Pembelajaran Pengembangan Diri Menggosok Gigi Untuk

Anak Tunagrahita Sedang di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung. Dari

fokus masalah tersebut peneliti merinci menjadi beberapa masalah agar lebih

terarah.

Adapun yang menjadi sub fokus masalah itu adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran pengembangan diri menggososk

gigi anak tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Cileunyi

Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pengembangan diri menggososk

gigi anak tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Cileunyi

Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran

pengembangan diri menggosok gigi anak tunagrahita sedang kelas II

SDLB di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung?

4. Bagaimana hambatan dalam pembelajaran pengembangan diri

menggososk gigi anak tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri

Cileunyi Kabupaten Bandung?

5. Bagaimana evaluasi pembelajaran pengembangan diri mengosok gigi

anak tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Cileunyi

Kabupaten Bandung?

C.TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian tentang Pembelajaran Pengembangan Diri tentang cara

menggosok gigi pada anak tunagrahita adalah sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh gambaran tentang perencanaan pembelajaran

pengembangan diri menggosok gigi bagi anak tunagrahita sedang kelas II

SDLB di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung

2. Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran

pengembangan diri menggosok gigi bagi anak tunagrahita sedang kelas II

(13)

3. Untuk memperoleh gambaran tentang sarana dan prasarana pembelajaran

pengembangan diri menggosok gigi bagi anak tunagrahita sedang kelas II

SDLB diSLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung

4. Untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang menjadi kendala dan

pendukung pada pembelajaran pengembangan diri menggososk gigi bagi

anak tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri Cileunyi

Kabupaten Bandung

5. Untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pembelajaran

pengembangan diri mengosok gigi anak tunagrahita sedang kelas II

SDLB di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung?

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan yang ingin dicapai, penulis

berharap hasil penelitian dapat bermanfaat, antara lain :

1. Manfaat Teori

- Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut serta

acuan dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran dan

pelaksanaan pembelajaran pengembangan diri bagi anak

tunagrahita sedang.

- Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman

serta mengembangkan karir dalam dunia pendidikan khusus.

2. Manfaat Praktis

- Bagi siswa tunagrahita sedang dapat melakukan kegiatan-kegiatan

merawat diri dalam hal menggosok gigi untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari tanpa bergantung terhadap orang

lain/mandiri.

- Bagi guru dapat dijadikan panduan/alternatif dalam proses belajar

mengajar.

- Bagi orang tua dapat diajadikan panduan untuk membantu anaknya

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Pada dasarnya sebuah penelitian tidak lepas dari lokasi penelitian,

yaitu tempat dimana penelitian itu dilakukan. Tempat yang jadi lokasi

penelitian diharapkan dapat memberikan data atau informasi yang

diperlukan dalam penelitian. Adapun tempat yang dijadikan lokasi/tempat

penelitian tentang pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi, yaitu

SLB Negeri Cileunyi, Bandung. SLB Negeri Cileunyi beralamat di Jl.

Pandanwangi Cibiru Indah 3 Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

SLB Negeri Cileunyi ini sudah memiliki ijin operasional sejak tahun 1997.

Sekolah ini milik pemerintah, berakreditasi A, SLB Negeri Cileunyi ini

berada dikawasan komplek pendidikan yang mudah dijangkau. Sekolah ini

merupakan sumber pusat (resouerce centre) yang berada di Kabupaten

Bandung.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,

penulis memilih 2 orang siswa tunagrahita sedang dan 1 orang guru kelas

II SDLB di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung sebagai subyek

penelitian sekaligus sumber data (responden) penelitian untuk memperoleh

informasi/data yang diperlukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

[image:14.595.148.515.630.736.2]

tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

SUBYEK PENELITIAN

No. Nama L/P Umur Keterangan

1. .

2.

3.

IY

DA

ER

P

L

L

52

8

7

Guru Kelas

Siswa

(15)

B. Metode Penelitian

Metode merupakan hal yang sangat diperlukan oleh seorang peneliti

dalam melakukan suatu penelitian, karena akan berpengaruh terhadap

pencapaian tujuan penelitian yang ditetapkan. Dengan demikian metode

yang digunakan dalam sebuah penelitian harus tepat, artinya bahwa

metode tersebut harus sesuai dengan tujuan penelitian yang telah

dirumuskan. Metode itu sendiri berfungsi untuk memandu pelaksanaan

penelitian yang akan dilakukan. Bertitik tolak dari tujuan penelitian yang

telah dirumuskan, maka penulis mencoba menggunakan metode yang

dianggap sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun

metode yang dimaksud adalah metode penelitian deskriptif kualitatif

dengan dasar pemikiran bahwa masalah terjadi pada masa sekarang yaitu

masalah yang diteliti terjadinya pada saat penelitian berlangsung dengan

mengamati orang dalam bahasa dan tafsiran tentang dunia sekitarnya.

Dengan demikian terlihat hubungan antara peneliti dan pihak yang diteliti.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

deskriptif. Data dikumpulkan oleh peneliti sendiri dengan memasuki

lapangan yang akan diteliti.

Pemikiran tersebut di atas didasarkan pada pendapat Moleong (2007,

hlm.6), mengemukakan bahwa:

Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian

tentang pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi untuk anak

tunagrahita sedang di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung, metode

yang cocok dan sesuai untuk penelitian ini adalah metode deskriptif

(16)

1. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif yaitu berupa tindakan

subjek (guru) dalam mengembangkan program pembelajaran

pengembangan diri menggosok gigi bagi anak tunagrahita sedang,

yang akan diperoleh melalui wawancara.

2. Data ini menggambarkan peristiwa-peristiwa yang dialami dan tidak

dapat dimanipulasi, artinya perisiwa-peristiwa tersebut berlangsung

apa adanya.

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti sendiri merupakan alat (instrumen)

pengumpul data utama. Moleong (2007, hlm.9) mengemukakan bahwa: “Hanya manusia sebagai alat saja yang dapat berhubungan dengan responden dan obyek lainnya, dan hanya manusialah yang

mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan”.

Begitu pula dengan pendapat Nasution dalam (Sugiono, 2010,

hlm.223) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif ini tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak banyak pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya

Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dalam penelitian ini,

peneliti sendirilah yang menjadi alat (instrumen) pengumpul data yang

diperlukan dalam penelitian ini. Peneliti mengamati langsung ke

lapangan untuk memperoleh data yang relevan, lebih lengkap, akurat,

(17)

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk keperluan penelitian diperlukan data-data dari berbagai

pihak, data-data yang diperoleh kemudian dikumpulkan. Untuk

mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Untuk memperoleh data yang lengkap, dan sampai

mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak

maka observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi partisipatif dimana dalam observasi ini, peneliti terlibat

dengan kegiatan sehari-hari yang sedang diamati atau yang

digunakan sebagai sumber data, peneliti ikut melakukan apa yang

dilakukan sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya.

Observasi dilakukan terhadap siswa yang sedang melakukan

kegiatan pengembangan diri, observasi merupakan kegiatan

pengamatan langsung yang dilakukan peneliti sehingga akan

diperoleh data yang aktual sesuai kebutuhan penelitian. Hal ini

sesuai dengan pendapat Arikunto S (1993, hlm.27) bahwa “Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta

pencatatan secara sistematis”. Dengan kegiatan observasi ini dapat

mengungkapkan kondisi yang obyektif tentang kemampuan anak

tunagrahita sedang kelas II SDLB dalam menggosok gigi di SLB

Negeri Cileunyi, Kabupaten Bandung.

b. Wawancara

Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan kegiatan

pengembangan diri menggosok gigi untuk anak tunagrahita sedang

kelas II SDLB di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung,

penulis mengadakan wawancara kepada seorang guru yang

mengajar anak tunagrahita sedang di kelas II. Wawancara menurut

(Arikunto S, 1993, hlm.27) adalah suatu metode atau cara yang

(18)

jalan tanya jawab sepihak”. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara sebagai salah satu teknik untuk mengumpulkan

berbagai informasi dari para informan di lapangan penelitian.

Wawancara yang digunakan penelitian ini yaitu wawancara

bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk

mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan

yang telah dibuat oleh peneliti.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Begitupun pada penelitian ini, peneliti

mendokumentasikan apa-apa yang diperlukan pada pembelajaran

pengembangan diri menggosok gigi untuk anak tunagrahita sedang

kelas II di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga

teknik pengumpulan data tersebut sangat sesuai dengan masalah

yang akan diteliti yaitu tentang pembelajaran pengembangan diri

menggosok gigi untuk anak tunagrahita sedang kelas II di SLB

Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung.

D. Pengujian Keabsahan Data

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data selanjutnya perlu

diuji kebenarannya (keabsahan data). Untuk menguji keabsahan data

peneliti menggunakan triangulasi dengan sumber. Triangulasi dengan

sumber yaitu mengecek data (kredibilitas data) yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber yang kemudian dideskripsikan,

dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana yang berbeda, dan

mana spesifik dari berbagai sumber data yang kemudian dianalisis oleh

peneliti sehingga mengahsilkan suatu kesimpulan.

Kredibilitas data/pengujian keabsahan data dilakukan penulis dengan

jalan:

(19)

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu

4. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan

E. Analisis data

Adapun langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam

penelitian sebagaimana yang dikemukakan menurut Nasution (2003,

dalam Pranitia E, 2010, hlm.40), sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data dimaksud untuk mengintisarikan dan mengambil

bagian pokok dari data yang telah diperoleh, hal ini untuk

memudahkan dalam menentukan data apa saja yang sudah diperoleh

dan data apa saja yang belum diperoleh yang harus dikumpulkan

berkaitan dengan masalah penelitian.

2. Display Data

Display data adalah suatu cara menggolongkan data ke dalam

kelompok-kelompok sehingga data mudah untuk dibaca dan dipahami.

Bentuknya berupa matrik, yang dapat digunakan untuk melihat

gambaran secara keseluruhan atau bagian teretentu secara efektif

sehingga memudahkan penulis untuk mengambil keputusan.

3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

Kegiatan menarik kesimpulan dilakukan oleh peneliti sejak awal,

hal ini memudahkan peneliti untuk memperoleh makna dari setiap

data yang dikumpulkan. Kesimpulan yang diambil hanya bersifat

sementara dan masih diragukan, oleh karena itu kesimpulan senantiasa

diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk menjaga tingkat

kepercayaan penelitian. Dari berbagai data yang terkumpul,

selanjutnya penulis menarik kesimpulan tentang hasil penelitian yang

dihubungkan dengan jawaban terhadap pertanyaan penelitian tentang

pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi untuk anak

(20)

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan

Kesimpulan tentang hasil penelitian ini merupakan jawaban dari

fokus masalah tentang Bagaimana Pembelajaran Pengembangan Diri

Menggosok Gigi Untuk Anak Tunagrahita Sedang Kelas II SDLB di SLB

Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung? Yaitu tentang Bagaimana

perencanaan pembelajarannya, pelaksanaan pembelajarannya, sarana dan

prasarana yang dibutuhkan, hambatan dalam pembelajaran pengembangan

diri menggosok gigi, serta evaluasi pembelajarannya. Berikut ini penulis

paparkan dari penelitian yang dilakukan di SLB Negeri Cileunyi

Kabupaten Bandung sebagai berikut:

1. Dalam hal perencanaan pembelajaran pengembangan diri menggosok

gigi untuk anak tunagrahita sedang kelas II SDLB di SLB Negeri

Cileunyi Kabupaten Bandung, disusun berdasarkan KTSP yang sudah

tersedia di sekolah untuk mata pelajaran program khusus

(pengembangan diri) yang merupakan penjabaran dari program

tahunan, program semester dan silabus yang telah disusun oleh guru.

Perencanaan pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi disusun

oleh guru kelas dengan pertimbangan kemampuan dan kebutuhan yang

dimiliki masing-masing peserta didik. Model RPP yang dikembangkan

di SLB Negeri Cileunyi Kabupaten Bandung untuk program khusus

(menggosok gigi) yaitu dengan analisis tugas. Bagi peserta didik yang

masih rendah kemampuannya terutama dalam menggosok gigi guru

menugaskan peserta didik agar lebih rajin berlatih di rumah serta

memberitahu kepada orang tua melalui buku penghubung untuk

melatih peserta didik dalam keterampilan yang belum dikuasainya.

2. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran pengembangan diri

menggosok gigi untuk anak tunagrahita sedang kelas II SDLB,

kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik, persiapan KBM dalam

(21)

urutan/langkah-langkah yang mudah diikuti oleh peserta didik melalui

rincian langkah-langkah/tugas-tugas kecil untuk menguasai suatu

keterampilan khusus. Penggunaan metode, alat dan sumber belajar

yang tepat. Proses/pelaksanaan pembelajaran pengembangan diri

menggosok gigi telah dilaksanakan dengan pendekatan analisis tugas

(task analysis), untuk menyusun suatu analisis tugas perlu diperhatikan

satu hal yang sangat penting dalam mengajarkan keterampilan

pengembangan diri yaitu memahami kemampuan prasyarat.

Kemampuan prasyarat adalah suatu kemampuan dasar yang

mendukung kemampuan yang akan dikembangkan. Kemampuan

prasyarat dalam keterampilan pengembangan diri diantaranya

kemampuan motorik kasara (gross motor) dan motorik halus (fine

motor), persepsi, dan konsentrasi. Hal tersebut harus diselesaikan

terlebih dahulu dan jika tidak, maka akan timbul kesulitan dalam

proses pembelajaran.

3. Sarana dan prasarana dalam pembelajaran pengembangan diri

menggosok gigi untuk anak tunagrahitas sedang kelas II SDLB belum

sepenuhnya sesuai dengan syarat untuk terjadinya proses pembelajaran

yang baik. Belum tersedianya beberapa fasilitas dapat menjadi pemicu

program pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Seharusnya aktivitas pertama dalam manjemen sarana prasarana

pendidikan adalah pengadaan sarana prasarana pendidikan. Pengadaan

perlengkapan pendidikan biasanya dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan sesuai dengan perkembangan pendidikan di suatu sekolah

menggantikan barang-barang yang rusak, hilang, di hapuskan, atau

sebab-sebab lain yang dapat dipertanggung jawabkan sehingga

memerlukan pergantian, dan untuk menjaga tingkat persediaan barang

setiap tahun dan anggaran mendatang. Pengadaan perlengkapan

pendidikan seharusnya direncanakan dengan hati-hati, sehingga semua

pengadaan perlengkapan sekolah itu selalu sesuai dengan pemenuhan

(22)

4. Faktor-faktor kendala/hambatan dalam pembelajaran pengembangan

diri menggosok gigi untuk anak tunagrahita sedang kelas II SDLB,

yaitu beragamnya kemampuan dan kebutuhan yang dimiliki peserta

didik dalam pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi baik

dalam menyebutkan alat dan bahan atau pada proses menggosok gigi.

Faktor-faktor yang kurang mendukung dalam pembelajaran

pengembangan diri menggosok gigi antara lain: keadaan/kondisi fisik

peserta didik mengalami kurang koordinasi gerak serta kemampuan

berbicara sebagai kelainan penyerta. Sedangkan faktor-faktor yang

dapat mendukung pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi

antara lain: kemampuan yang dimiliki peserta didik tentang bahan dan

alat yang digunakan untuk menggsosok gigi, sikap yang dimiliki oleh

guru yang telah mampu melaksanakan tugasnya secara profesional

dalam memberikan layanan pendidikan kepada peserta didiknya, sikap

orang tua yang selalu mendukung setiap program pembelajaran yang

diberikan kepada anaknya seperti pembelajaran pengembangan diri

menggosok gigi dengan cara mengulang pembelajaran yang telah

diberikan di sekolah melalui informasi yang disampaikan oleh grur

baik secara lisan maupun melalui buku penghubung peserta didik, serta

peran lingkungan yang dapat menerima keberadaan anak tunagrahita

sebagaimana adanya. Terbinanya dengan baik komunikasi antara guru

dengan orang tua peserta didik di dalam atau luar lingkungan sekolah.

5. Evaluasi pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi untuk anak

tunagrahita sedang kelas II SDLB sudah sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai yaitu dengan tes, bentuk tes yang

digunakan dengan lisan/penugasan, jenis tes yang digunakan yaitu

lisan dan perbuatan (kinerja), dengan menggunakan pedoman analisis

tugas sehingga dapat mengukur atau mengetahui kemampuan dan

ketidak mampuan secara rinci yang dimiliki oleh peserta didik untuk

menguasai suatu keterampilan khusus. Kemampuan dan kebutuhan

yang dicapai dari hasil pembelajaran akan sempurna apabila diberikan

(23)

berkesinambungan (terus menerus) dari gurunya yang diterapkan pada

kegiatan sehari-hari peserta didiknya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan dalam menggosok

gigi yang dimiliki oleh peserta didik tidak terlepas dari pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru. Keterampilan guru dalam mengelola kelas melalui

persiapan yang telah direncanakan sebagai implementasi dari muatan

kurikulum yang sudah tersedia di sekolah memberikan pengaruh yang

besar terhadap keberhasilan dari peserta didiknya. Begitu pula dengan

metode dan strategi pembelajaran yang dugunakan ikut menentukan pula.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa pembelajaran

pengembangan diri menggosok gigi memberi pengaruh terhadap

kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, antara lain peserta didik

dapat menunjukkan alat yang akan digunakan untuk menggosok gigi,

membuka tutup pasta gigi, mengambil sikat gigi, memegang sikat gigi

dengan tangan kiri, menuangkan isi pasta gigi ke sikat gigi, mengambil air

dengan gayung/gelas plastik, berkumur-kumur, mengangkat sikat gigi

yang telah diberi pasta gigi kearah mulut, menggosok gigi bagian depan

luar, menggosok gigi samping kiri luar, menggosok gigi samping kanan

luar, menggosok gigi samping kiri dalam, menggosok gigi samping kanan

dalam, menggosok gigi depan bagian dalam atas, menggosok gigi depan

bagian dalam bawah, menggosok gigi samping kiri bagian dalam atas,

menggosok gigi samping kiri bagian dalam bawah, menggosok gigi

samping kanan bagian dalam atas, menggosok gigi samping kanan bagian

dalam bawah, berkumur-kumur hingga bersih.

Selain kemampuan yang dicapai oleh peserta didik dalam

pembelajaran pengembangan diri menggosok gigi di atas ada pula

kemampuan yang belum dikuasai peserta didik antara lain belum

menggosok gigi samping kiri dalam, menggosok gigi samping kanan

dalam, menggosok gigi depan bagian dalam atas, menggosok gigi depan

bagian dalam bawah, menggosok gigi samping kiri bagian dalam atas,

(24)

samping kanan bagian dalam atas, menggosok gigi samping kanan bagian

dalam bawah, berkumur-kumur hingga bersih. Belum mampu menggosok

gigi bagian dalam yang disebabkan karena peserta didik mengalami

gangguan koordinasi dan motorik. Belum mampu menyebutkan nama

bahan dan alat disebabkan adanya gangguan suara. Belum mampu

berkumur-kumur hingga bersih dikarenakan adanya gangguan pada

konsentrasi. Oleh karen itu, pembelajaran pengembangan diri menggosok

gigi untuk anak tunagrahita dipandang sangat perlu guna melatih

kemampuan yang masih belum dimiliki oleh peserta didik dan diharapkan

dapat mengantarkan anak tunagrahita dapat melakukan pengembangan diri

untuk dirinya sendiri. Berdasarkan hal di atas tersebut penulis

merekomendasikan sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah/Kepala Sekolah

a. Mengirim/menugaskan guru untuk mengikuti program pelatihan

program khusus pengembangan diri yang diselenggarakan

Pemerintah (Dinas Pendidikan) atau pihak yang terkait dan

berkompeten untuk mengembangkan profesi serta kompetensi guru

dalam memberikan layanan pendidikan/pembelajaran program

khusus pengembangan diri.

b. Melengkapi peralatan dan fasilitas untuk pembelajaran

pengembangan diri sesuai dengan kebutuhan yang dapat

memudahkan anak dalampraktik menggosok gigi dengan senang

dantidak bosan berlatih.

2. Bagi Guru

a. Diharapkan guru memberikan layanan pembelajaran yang sesuai

dengan kemampuan anak tunagrahita sedang khususnya dalam

pembelajaran pengembangan diri.

b. Model atau pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan anak

tunagrahita sedang dapat menggunakan pendekatan atau model

(25)

c. Melakukan konsultasi/berkomunikasi dengan orang tua dalam

rangka meningkatkan keterampilan pengembangan diri (program

khusus).

d. Memiliki program yang jelas terukur dan terencana dalam

pembelajaran pengembangan diri.

3. Bagi orang tua

a. Orang tua diharapkan terbuka kepada guru apabila mengalami

kesulitan melakukan pembelajaran mengurus diri untuk anaknya di

rumah agar guru atau pihak sekolah membantu memberikan solusi

yang terbaik.

b. Hendaknya apa yang telah dilatihkan oleh guru disekolah, ditindak

lanjuti berupa peran aktif dari orang tua peserta didik untuk

melatihnya di rumah sehingga anak mampu mandiri.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan

acuan dalam melakukan penelitian tentang pembelajaran program khusus

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka

Cipta, Jakarta.

Amin, Moh (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Depdikbud, Bandung.

Arikunto, S (1993). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.

Astati, (2010). Bina Diri Untuk Anak Tunagrahita. CV. Catur Karya Mandiri,

Bandung

Astati & Mulyati, L (2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. Catur Karya Mandiri,

Bandung

Depdiknas, (2007). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB C

Tunagrahita. Depdiknas, Bandung.

Hidayat, A (2012), (Tesis) Pembelajaran Memakai Sepatu Bertali Pada Anak

Tunagrahita Sedang Kelas II SDLB Di SLB BC YPNI Pamengpeuk

Kabupaten Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Majid, A (2008). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Guru.

PT. Remaja Rosda Karya, Bandung

Mariana, R (2015). Pelaksanaan Layanan Rehabilitasi Vokasional Komputer Bagi

Tunadaksa. (Tesis). Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung.

Moelong, Lexy (1989), Metodolagi Penelitian Kualitatif. CV Remadja Karya,

Bandung.

Mulyono & Sudjadi S (1994). Pendidikan Luar Biasa (Ortopedagogik Umum),

Depdikbud.

Mulyasa, E (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan

(27)

Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dinas Pendidikan Luar Biasa, (2009). Tentang

Bahan Ajar Pembelajaran Bina Diri Untuk Peserta Didik Tunagrahita

Tingkat SDLB (Pedoman Guru)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (2007). Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru.

Peraturan Pemerintah (2005). Tentang Standar Nasional Pendidikan. Lembaran

Negara Republik Indonesia.

Pranita, E (2010). Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam

Mengembangkan Keterampilan Vokasional. Skripsi pada FIP UPI

Bandung; tidak diterbitkan

Sudinar, W (2012). Pengembangan Analisis Tugas Menggosok Gigi Bagi Anak

Tunagrahita Ringan Di SLB Negeri Cileunyi. (Tesis). Universitas Islam

Nusantara, Bandung

Suhaeri, H.N (1980). Ortopedagogik Umum 1 dan 2. Diktat Kuliah. PLB FIP

IKIP, Bandung.

Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. PT.

Alpabeta, Bandung.

UPI (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No.20 tahun 2003, tentang Sistem

Pendidikan Nasional (2003). Fokus Media, Bandung.

Gambar

Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

“ Percepatan (Perubahan dari kecepatan) gerak benda selalu berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda dan selalu berbanding terbalik dengan massa benda ”.

Keluarga Ibu.S khususnya Ibu.S mampu menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat (komplikasi), cara mengontrol diabetes mellitus serta mendemonstrasikan cara

H 0 = Rata-rata peningkatan hasil belajar siswa yang melakukan pembelajaran dengan menggunakan media flip book tidak signifikan. H a = Rata-rata peningkatan hasil

Dari hasil analisis ini terlihat bahwa peubah-peubah yang memberikan pengaruh total terhadap konsumsi beras (CBR) adalah jumlah penduduk (POP) dengan koefisien baku mutlak 0,59;

“Kapital Sosial dalam Prespektif Sosiologic ” .Jakarta : Fisip UI Press.. Manning, Chris dan Tadjuddi,

EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN PANTOMIM UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA VERBA BAHASA JEPANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Universitas Sumatera

Apakah kemampuan fisik mahasiswa PKO 2013 yang diterima melalui jalur SNMPTN Undangan akan sama dengan mahasiswa yang diterima melalui jalur SM-UPI. Apakah kemampuan