• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas 1 SD Melalui. Model RME Menggunakan Bidak Batu Permainan Dakon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas 1 SD Melalui. Model RME Menggunakan Bidak Batu Permainan Dakon"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas 1 SD Melalui

Model RME Menggunakan Bidak Batu Permainan Dakon

Oleh:

Rahma Aulina Flabellifera Hairun NIM 201833145

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2022

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas beberapa mata pelajaran dan salah satunya adalah mata pelajaran Matematika. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali paserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dam memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Mata pelajaran matematika diajarkan dengan tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan, 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5) Memiliki sikap mengharai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Peraturan Mendiknas No 22 Tahun 2006)

Dalam pembelajaran matematika proses eksternal dilalui melalui interaksi antara peserta didik, perangkat pembelajaran, dan pengajar. namun kenyataan di sekolah-sekolah, kemampuan guru memakai metode pembelajaran yang bervariasi masih rendah, guru lebih mengajar sebatas menjawab soal-soal, guru mempunyai kecenderungan memakai metode mengajar yg tak efektif, dan guru lebih banyak memakai metode pembelajaran langsung tanpa memperhatikan aspek afektif, kognitif dan psikomotorik peserta didik secara komprehensif.

(3)

Pembelajaran matematika yang demikian mengakibatkan rendahnya kemampuan siswa pada konsep serta prinsip matematika. Matematika berperan menjadi suatu cara buat berpikir, suatu pemahaman melalui pola dan korelasi, menjadi suatu indera, dan menjadi bahasa (Adjie et al., 2019) Matematika mengkaji benda abstrak atau benda pikiran yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol atau lambang dan penalaran deduktif.

Sedangkan menurut Hudoyo (2003) Matematika berkenaan dengan inspirasi atau gagasan, aturan- hukum, korelasi-hubungan yang diatur secara logis, sebagai akibatnya matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.

Pada penelitian terdahulu yang diteliti oleh Nika Sri Rahayu, dan Kasiyati yang berjudul Efektifitas Media Manipulatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Nilai Tempat Pada Anak Kesulitan Belajar Kelas IV Di SD Negeri 09 Koto Luar Padang, dari penelitian tersebut dapat mengambil kesimpulan bahwa penelitian yang dilakukan melalui proses identifikasi oleh 22 peserta didik kelas IV, setelah melakukan identifikasi penulis menemukan seorang siswa yg mengalami kesulitan dalam matematika yaitu seorang anak yang berusia 10 tahun, seorang anak diskalkulia kelas IV di SD Negeri 09 Koto Luar Padang menjadi subjek dalam penelitian ini. Dari hasil asesmen yang peneliti lakukan, peneliti menemukan seorang anak kesulitan belajar berjenis kelamin laki-laki. Siswa tersebut tinggal bersama orang tua, kesehatan anak baik, dia bisa bergaul dan berteman, bahkan termasuk anak yang rajin datang ke sekolah. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen berbentuk Single Subject Research (SSR) melalui media manipulative siswa dapat mengenal nilai tempat dengan baikdan benar.

Terdapat kartu angka agar siswa dapat menentukan bilangan mana yang akan ditentukan nilai tempatnya. Agar siswa tidakmerasabosan, dalam menentukan tempat bilangan. Penelitian dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan, dimulai dari tanggal 5 Desember 2019. Data perolehan pertemuan pada kondisi baseline (A-1) selama empat kali yaitu dengan memberikan tes pada anak yaitu 30 butir soal, pengamatan di kondisi intervensi (B) selama delapan kali dengan memakai media manipulatif kepada anak serta mengerjakan 30 soal, kemudian di syarat baseline kedua (A-dua) selama empat kali pertemuan yang dilaksanakan tanpa diberikan perlakuan. Hasil yg diperoleh anak di kondisi intervensi di pengamatan pertama merupakan 36%, pertemuan kedua 43 %, pertemuan ketiga 53 %, pertemuan ke empat 63

%, pertemuan ke 5 73%, pertemuan keenam, tujuh dan delapan anak memperoleh skor 86

%. pada kondisi baseline (A-2) anak memperoleh skor 86 %.

(4)

Selanjutnya pada penelitian terdahulu yang ditulis oleh Yola Ananda, dan Damri yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menentukan Nilai Tempat Bilangan Melalui Media Tangga Pintar Bagi Anak Kesulitan Belajar Berhitung Kelas IV di SDN 06 Batang Anai mendapat kesimpulan bahwa Penelitian yang berawal berasal ditemukan seorang anak kesulitan berhitung kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 06 batang Anai. Siswa tidak mampu menjawab soal latihan dengan benar siswa hanya bisa mengira, inilah penyebab siswa belum memahami konsep dasar berhitung terutama pada menentukan nilai tempat bilangan. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan menentukan nilai tempat bilangan dengan memakai media tangga pintar. Penelitian ini menggunakan metode single subject research (SSR) dan desain A-B-A, kegiatan baseline (A1) dilaksanakan empat kali pertemuan, kegiatan intervensi (B) dilaksanakan tujuh kali pertemuan serta kegiatan baseline ke 2 (A2) dilaksanakan 5 kali pertemuan. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan tes peraga yang dianalisis memakai visual grafik dalam bentuk persentase. Yang akan terjadi penelitian diatas jelas bahwa penggunaan media tangga pintar pada menentukan nilai tempat bilangan efektif dipergunakan untuk siswa yang memiliki kesulitan belajar berhitung. Penelitian ini bisa dikatakan berhasil karena kemampuan belajar siswa menigkat. Analisis terjadi peningkatan terhadap kemampuan siswa dalam menentukan nilai tempat bilangan bagi siswa kesulitan belajar berhitung melalui pemberian intervensi atau obat menggunakan media tangga pintar ini. Hasil pengumpulan data membagikan bahwa media tangga pintar ini dapat memberikan akibat yg baik dalam memilih nilai tempat bilangan pada siswa dengan keterbatasan dalam berhitung pada kelas IV pada Sekolah Dasar Negeri 06 batang Anai Padang Pariaman Sumatera Barat. Penelitian eksperimen adalah sebuah penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam kondisi yang terkendalikan (Ananda & Damri, 2021)

Korelasi antara konseptual serta prosedural sangat krusial. Pengetahuan konseptual mengacu di pemahaman konsep, sedangkan pengetahuan prosedural mengacu di keterampilan melakukan suatu algoritma atau mekanisme menyelesaikan soal-soal matematika.

Mengerti konsep saja tidak cukup, karena pada praktik kehidupan sehari-hari siswa memerlukan keterampilan matematika. tetapi demikian bagi banyak siswa, matematika ternyata masih merupakan momok yg menakutkan, yang berakibat pada kualitas pembelajaran.

(5)

Sebagai calon guru, peneliti merasa tertantang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika khususnya di Sekolah Dasar. Berbagai hambatan dan kendala yang dialami anak didik tidak bisa dipungkiri lagi. Rendahnya hasil belajar siswa menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran matematika belum mencapai ketuntasan belajar seperti yang diharapkan. Disamping itu rendahnya kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran akan berdampak menurunnya mutu pendidikan. Saat ini juga masih banyak pendidik menggunakan metode ceramah dan diskusi. Peneliti merasa dengan metode tersebut, siswa sudah memahami apa yang mereka pelajari. Tetapi ternyata dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran masih banyak dijumpai siswa kelas I yang belum menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru khususnya di mata pelajaran matematika pada kompetensi menentukan nilai tempat bilangan (puluhan dan satuan). Karena siswa belum menguasai materi yang ada maka hasil kegiatan pembelajaran tersebut belum memuaskan sebagai bukti rendahnya hasil belajar siswa kelas I SD Negeri 2 Ngabul Tahunan Jepara. Ada beberapa faktor penyebab tidak fahaman tersebut, antara lain: tingkat pemahaman siswa rendah, siswa kurang serius dalam belajar di kelas, semangat belajar siswa kurang, kreatifitas siswa di kelas kurang, siswa kurang latihan soal, dan penjelasan guru kurang jelas.

Beberapa faktor lain penyebab rendahnya nilai pelajaran matematika pokok bahasan menentukan nilai tempat bilangan dikarenakan pembelajaran yang disampaikan oleh guru selama ini hanya mengacu pada satu buku paket dan cara guru mengajar di kelas kelihatan monoton yaitu menggunakan metode ceramah, sehingga suasana dalam kelas terlihat tidak ada variasi pembelajaran. Untuk itu dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat akan lebih mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berkaitan dengan keadaan tersebut akan digunakan suatu metode pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran menggunakan bidak batu permainandakon. Metode pembelajaran ini berbentuk kegiatan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip belajar sambil bermain.

Dari pernyataan tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan menggunakan model RME menggunakan bidak batu permainan dakon dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menentukan nilai tempat bilangan pada siswa kelas I dengan keinginan dapat bermanfaat untuk semua pihak.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Seperti pada umumnya ketika siswa mengerjakan soal untuk menentukan nilai tempat bilangan (puluhan dan satuan). Permasalahan pokok yang akan dicari solusinya dalam Tugas Akhir Penelitian Tindakan Kelas ini adalah

1. Apakah proses belajar mengajar dengan model RME menggunakan bidak batu permainan dakon dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menentukan nilai tempat bilangan pada siswa kelas 1?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa dalam menentukan nilai tempat bilangan dengan menggunakan metode pembelajaran permainan.

1.4 Manfaat Penelitian - Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pendidik dan calon pendidik dalam mengetahui keadaan peserta didik dalam pembelajaran, khususnya dalam menentukan nilai tempat bilangan.

- Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Manfaat bagi pembelajaran/siswa

a. Meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa.

b. Meningkatkan semangat dan minat belajar siswa.

c. Meningkatkan kerjasama, keaktifan dan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran.

2. Manfaat untuk guru kelas

a. Memperbaiki pembelajaran sehingga menghasilkan hasil yang maksimal.

b. Mengembangkan diri secara professional.

c. Penerapan berbagai metode pembelajaran terutama peragaan dan penugasan.

d. Pemanfaatan berbagai media e. Menumbuhkan rasa percaya diri.

f. Kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan.

3. Manfaat bagi sekolah tempat penelitian

a. Meningkatkan citra sekolah di masyarakat.

b. Kemampuan professional Guru SD Negeri 2 Ngabul dapat meningkat, perolehan hasil belajar siswanya dapat meningkat.

4. Manfaat bagi pembaca atau peneliti

a. Memberikan inspirasi bagi pembaca untuk melakukan perbaikan dalam pembelajaran.

b. Menambah wawasan dan pengalaman dalam meningkatkan profesionalitas guru, dan bagi peneliti lain sebagai bahan perbandingan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(7)

Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:

a. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas I yang terdiri atas 27 siswa b. Objek Penelitian

Penelitian ini meneliti tentang pemahaman konsep matematika siswa dalam menentukan nilai tempat bilangan melalui model RME menggunakan bidak batu permainan dakon bagi siswa kelas 1 SD Negeri 2 Ngabul

c. Materi

1.6 Definisi Operasional

Melalui penelitian dengan judul Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Dalam Menentukan Nilai Tempat Bilangan Melalui Model RME Menggunakan Bidak Batu Permainan Dakon Bagi Siswa Kelas 1 SD Negeri 2 Ngabul peneliti dapat berasumsi bahwa, program pembelajaran matematika baiknya diberikan secara bertahap agar anak dapat mengkondisikan konsep-konsep melaluikegiatan praktis maupun teoretis. Mengenai hal tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar matematika di sekolah dasar adalah mempelajari setiap konsepsecara bertahap untuk mendapatkan pengertian, hubungan- hubungan, symbol-simbol, kemudian mengaplikasikan konsep-konsep kesituasi baru.

Pembelajaran yang mengaitkan kemmpuan berpkir riil para siswa dengan ilmu matematika yang bersifat abstrak.

(8)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Permainan

1. Pengertian Pemahaman

Pemahaman (Comprehension) merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami setelah sesuatu, setelah itu diketahui dan diingat. Selain itu, memahami merupakan mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihat dari berbagai sudutpandang lain.

Seorang siswa dapat dikatakan memahami sesuatu jika ia bias menyampaikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-kata sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

Pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang diharapkan mampu memahami arti atau konsep situasi tertentu yang dipahaminya. Pada hal ini pemahaman tidak hanya sekedar hafalan secara verbal, tetapi memahami konsep persoalan atau fakta yang dinyatakan.

Pernyataan diatas tidak bersifat operasional, karena jika dari pernyataan diatas tidak memperlihatkan perbuatan psikologis jika ia telah memahami. Berikut adalah pemahaman yang bersifat operasional:

a. Pemahaman diartikan sebagai melihat dari suatu hubungan

Pemahaman disini mengandung arti dari definisi yang pertama, yaitu pemahaman diartikan memiliki ide tentang persoalan. Sesuatu tersebut dapat dipahami jika fakta-fakta mengenai persoalan tersebut terkumpul

b. Pemahaman diartikan sebagai suatu alat menggunakan fakta

Pemahaman ini lebih dekat pada definisi yang kedua, yaitu pemahaman yang tumbuh dari sebuah pengalaman, selain itu seseorang juga menyimpan hal-hal yang baik dari perbuatannya. Melalui pengalaman terjadilah pengembangan lingkungan seseorang hingga seseorang dapat berbuat secara intelegen melalui peramalan kejadian. Dalam pengertian disini mengatakan seseorang memahami suatu objek, proses, ide, fakta jika seseorang melihat menggunakan fakta tersebut dalam berbagai tujuan.

(9)

c. Pemahaman diartikan sebagai melihat penggunaan sebuah cara produktif

Pada poin ini pemahaman diartikan jika seseorang tersebut dapat mengimplementasikan dengan sebuah prinsip yang nanti akan diingat serta dapat digunakan di situasi lain, pencapaian pemahamansiswa dapat dilihat ketika proses belajar mengajar. Seperti kegiatan yang lain, kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang diterapkan mendapatkan evaluasi hasil belajar berupa ranah koitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

2. Pembelajaran Matematika

Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan insan yang berkualitas serta berpotensi yang berarti seluas-luasnya. Melalui pendidikan maka akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu kemajuan sebuah bangsa dapat diukur melalui pendidikanya. Matematika menjadi salah satu ilmu dasar pemegang peranan krusial dalam berbagai disiplin ilmu.

Kegunaan matematika sangat besar bagi manusia, khusunya pada siswa. Belajar matematika harus dilakukan secara kontinu karena materi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan, sehingga diperlukan pengetahuan serta pengertian dasar matematika yang baik di permulaan belajar untuk belajar selanjutnya. Jika tidak demikian maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami materi matematika yang baru, karena ciri matematika merupakan penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep dalam matematika bersifat konsisten (Agustina, 2016).

Saat ini perilaku kehidupan seringkali ditemui adanya kebiasaan hidup yang menyebabkan anak menjadi kurang gerak, kurangnya lingkugan bermain yang aman, terlindungi, dan merangsang tumbuh kembang anak sudah sepatutnya menjadi kepedulian orang tua dan pengajar. Orang tua yang disibukkan dengan urusan masing-masing, sehingga anak tebiasa menonton TV, bermain play station dan bermain game di gadget sampai berjam-jam, kebiasaan ini yang mengakibatkan anak menjadi pasif atau kurang mobilitas yang akan menyebabkan keadaan fisik siswa kurang baik.

(10)

Pembelajaran Matematika di SD merupakan suatu permasalahan yang menarik, karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat anak dan hakikat matematika. Anak usia sekolah dasar sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berpikir riilnya, kemampuan berpikir mereka masih dalam taraf berpikir riil, sedangkan ilmu matematika adalah ilmu yang abstrak. Mengingat adanya perbedaan karakteristik itu, maka diperlukan adanya kemampuan khusus dari seorang guru dalam mengajar matematika, karena pusat pengajaran matematika adalah pemecahan masalah dan salah satu faktor pendukung berhasil tidaknya pengajaran matematika adalah dengan menguasai teori belajar mengajar.

B. Penggunaan Metode Realistic Mathematics Education (RME)

Mengingat pentingnya pelajaran matematika, maka diupayakan pembelajaran harus berpusat pada siswa, agar proses pembelajaran lebih bermakna sehingga dapat mewujudkan peningkatan mutu pendidikan. Penekanan ide matematika merupakan salah satu kegiatan manusia. Kegiatan yang dimaksud adalah mencari dan menyelesaikan masalah, serta mengorganisir materi. Materi tersebut berasal dari masalah yang konkret diorganisir secara matematis dan juga ide-ide matematika yang baru ataupun lama, baik dari individu maupun lainnya, yang diorganisir berdasarkan ide terbaru yang mudah dipahami dalam konteks yang lebih luas. Untuk mewujudkanhal tersebut maka peranan guru sangat diperlukan agar pembelajaran matematika mudah dipahami siswa.

Namun, saat ini banyak pengajar yang masih menggunakan metode yang monoton, dan tidak bervariasi. Yang biasa digunakan oleh guru adalah metode ceramah, siswa mencatat, dan penugasan, kemudian siswa mengerjakan soal dengan mengikuti contoh yang telah diberikan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika masih berpusat pada guru dan kurang bermakna yang menyebabkan siswa hanya mendengar penjelasan guru dan menjadi pasif. Siswa tidak terlibat dalam pembelajaran di kelas dan tidak diberi kesempatan untuk menyalurkan ide dan kreativitas siswa. Cara penyampaian guru yang monoton dapat membuat siswa kurang tertarik sehingga siswa berpendapat bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, dan tidak adanya semangat saat belajar.

Salah satu pembelajaran yang direkomendasikan penerapannya dalam kurikulum 13 adalah pembelajaran Matematika realistik. Pendekatan Pembelajaran Matematika

(11)

Realistik (PMR) atau yg biasa dikenal dengan Realistic Mathematic Education (RME) adalah salah satu carapembelajaran yg tepat karena dengan model pembelajaran ini siswa dituntut untuk menunjukan pengetahuan dengan kemampuan yang telah dipahaminya. Melalui kegiatan yang dilakukan saat pembelajaran, ide penggunaan model pembelajaran RME ini membuat siswa diberi kesempatan untukmenemukan kembali konsep matematika dengan bimbingan orang tua.

C. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya antara lain penelitian dari (Harahap, 2020) menyatakan bahwa penelitian realistikmendapatkan respon postif dari peserta didik dan dapat berjalan secara efektif, ke efektifannya ditinjau dari prestasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah, ketercapaian ketuntasan tujuan pembelajaran dan waktu pembelajaran pada uji coba lapangan dengan pencapaian waktu pembelajaran biasa tidak ditemukan perbedaan.

Penelitian selanjutnya meyatakan bahwa (Safitri et al., 2021) penelitian menggunakan model RME memiliki pengaruh yang baik dalam membantu menyelesaikan masalah matematika yang terdapat di soal cerita, dengan siswa mampu memahami apa yang diketahui dan apa yang dinyatakan dalam soal, siswa mampu membuat rencaa penyelesaian masalah dengan menuliskan rumus-rumus untuk mencari volume kubus dan balok sesuai perintah dalam soal cerita, selainitu siswa juga mampu memasukkan nilai- nilai yang diketahui dalam soal dengan cara memasukkannya kedalam rumus yang sudah ditulis.

D. Kerangka Berpikir

Pada tahap awal sebelum guru menerapkan model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) siswa kurang antusias dalam pembelajaran dan kurang trampil menentukan nilaitempat bilangan dan kurang memahami konsep dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa rendah. Peneliti merefleksi diri dan berupaya untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Realistic Mathematic Education.

(12)

Guru:

Belum menerapkan metode Realistic Mathematics Education dalam menentukan

tempat bilangan

Diduga melalui penerapan Realistic Mathematics Education dapat meningkatkan

ketrampilan siswa dalam menentukan tempat bilangan sehingga pemahaman konsep

Matematika meningkat.

Menerapkan model Realistic Mathematics Education KONDISI

AWAL

KONDISI AKHIR TINDAKAN

Siswa:

• Siswa kurang terampil memahami konsep

• Hasil belajar rendah

SIKLUS I

SIKLUS II

Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir pernyataan diatas dapat digambarkan sebagai berikut:

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: diduga melaluipenerapan model pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman konsep siswa dalam menentukan tempat bilangan, puluhan dan satuan dalam pelajaran matematika bagi siswa kelas I SD Negeri 2 Ngabul.

(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

(14)

Daftar Isi

Adjie, N., Putri, S. U., & Dewi, F. (2019). Penerapan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Cacah pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 336. https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i1.338

Agustina, L. (2016). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Negeri 4 Sipirok Kelas VII Melalui Pendekatan Matematika Realistik (PMR).

EKSAKTA : Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran MIPA, 1(1), 1–7. http://jurnal.um- tapsel.ac.id/index.php/eksakta/article/view/49

Ananda, Y., & Damri, D. (2021). Peningkatan Kemampuan Menentukan Nilai Tempat Bilangan Melalui Media Tangga Pintar Bagi Anak Kesulitan Belajar Berhitung Kelas IV di SDN 06 Batang Anai. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 5(2), 1138–1146.

https://doi.org/10.31004/cendekia.v5i2.561

Harahap, K. (2020). Analisis Pengembangan Lkpd Berbasis Pendekatan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah …. 1–7.

http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/42510

Safitri, I., Bintoro, H. S., & Wanabuliandari, S. (2021). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Dalam Model RME Berbantuan Kartu Keren Pada Siswa Kelas V. Jurnal Prakarsa Paedagogia, 4(1), 1–9.

Referensi

Dokumen terkait

Demikian pula sudah tersedia banyak pengalaman baik (best practices) dari kejadian-kejadian gempa yang pernah terjadi di tanah air, maupun dari pengalaman negara-negara maju

Currently the study of Islamic finance has been widespread as the development of Islamic financial institutions themselves but most studies are still focused on the Arab or Persian

Bahkan tidak sedikit pada zaman sebelum nenek moyang mengenal adanya tekhnologi untuk membuat kapal pesiar, nyatanya kapal yang banyak digunakan dalam pelayaran

Di lingkup pendidikan misalnya saja seorang guru yang membocorkan kunci jawaban UNAS kepada murid-muridnya agar bisa lulus semua dengan nilai

Dengan memiliki kemampuam kerjasama juga bisa untuk lebih menyiapkan anak didik dengan berbagai ketrampilan baru agar dapat ikut berpartisipasi dalam dunia yang

Maraknya Taman Penitipan Anak (TPA) yang berdiri di sekitar perumahan disebabkan banyaknya ibu bekerja di luar rumah sedangkan anak tidak ada yang mengasuh saat

Berdasarkan hasil penelitian kualitas semen beku Sapi Bali dengan penambahan berbagai dosis vitamin C dalam pengencer skim kuning telur dapat disimpulkan bahwa

Selain itu upah yang diberikan berdasarkan timbangan bawang yang didapatkan setelah bekerja jumlahnya pun tidak jelas, kedua, sistem pemberian upah buruh pengupas bawang