• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN C-ORGANIK DI LAHAN SAWAH DAERAH IRIGASI PANTOAN KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI. Oleh : NIKEN KEMALA ILMU TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMETAAN C-ORGANIK DI LAHAN SAWAH DAERAH IRIGASI PANTOAN KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI. Oleh : NIKEN KEMALA ILMU TANAH"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETAAN C-ORGANIK DI LAHAN SAWAH DAERAH IRIGASI PANTOAN KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Oleh : NIKEN KEMALA

120301049 ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PEMETAAN C-ORGANIK DI LAHAN SAWAH DAERAH IRIGASI PANTOAN KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Oleh : NIKEN KEMALA

120301051 ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyusun Skipsi Pada Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

(3)

Judul Penelitian : Pemetaan C-Organik Di Lahan Sawah Daerah Irigasi Pantoan Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun Nama : Niken Kemala

NIM : 120301049

Program Studi : Agroekoteknologi Minat : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Supriadi, M.S.) (Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc.

NIP. 196012211987011002 NIP. 196406201998032001 )

Mengetahui:

Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc.

NIP. 196406201998032001 )

(4)

ABSTRACT

This study was conducted to determine the spread of C-organic soil on paddy soilland at Pantoan Irigation Area Subdistrict of Siantar District of Simalungun. This study was conducted at Pantoan Irigation Area Subdistrict of Siantar District of Simalungun in May until July 2016. Sampling was conducted by survey free grid with a level of semi detail survey . Parameters measured were C-organic and analyzed by Walkey and Black.

Based on the results of this research obtained three criteria C – organic nutrient status is very low, low and moderate. Distribution area of criteria C- organic nutrient status is very low has an area as big as 12.64 ha or 4.59 % of the research area, the criteria nutrient status low as big as 256.76 ha or 93.36 % of the research area and criteria nutrient status moderate as big as 5.60 ha or 2.03

% of research area. Correlation values (r) = 0.767, which means the relationship between C-organic rice production and classified strong and positive value which means the lower the organic matter content, the lower the productivity of the land.

.

Key word : Mapping, C-organic, Pantoan Irigation Area

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran C-organik tanah pada lahan sawah di Daerah Irigasi Pantoan Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Pantoan Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun pada bulan Mei hingga Juli 2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode survei grid bebas dengan tingkat survei semi detail. Parameter yang diukur adalah C-organik dan dianalisis dengan metode Walkey and Black.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tiga kriteria status hara C-organik yaitu sangat rendah, rendah dan sedang. Sebaran wilayah dengan kriteria status hara sangat rendah memiliki luas 12.64 ha atau 4.59% dari luas wilayah penelitian, kriteria status hara rendah sebesar 256.76 ha atau 93.36% dari luas wilayah penelitian dan kriteria status hara sedang 5.60 ha atau 2.03% dari luas wilayah penelitian. Nilai korelasi (r) = 0.767 yang berarti hubungan antara C- organik dan produksi padi tergolong kuat dan bernilai positif yang berarti semakin rendah kadar bahan organik semakin rendah produktivitas lahan.

Kata kunci : Pemetaan, C-organik, Daerah Irigasi Pantoan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

Adapun judul skripsi ini adalah “Pemetaan C-Organik Di Lahan Sawah Daerah Irigasi Pantoan Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun” ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyusun skripsi pada Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Supriadi, M.S., selaku ketua komisi pembibing dan Ibu Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc., selaku anggota komisi pembimbing yang membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi terciptanya usulan penelitian yang lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2016

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN...viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah ... 3

Tanah sawah ... 4

C- Organik ... 5

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian ... 10

PELAKSANAAN PENELITIAN Tahap Persiapan ... 11

Tahap Persiapan di Lapangan ... 11

Analisis di Laboratorium ... 11

Pengolahan Data ... 12

Pembuatan Peta Penyebaran C-Organik ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN KondisiWilayah Penelitian ... 14

Hasil ... 13

Pembahasan ... 18

KESIMPULAN

(8)

Kesimpulan 22

Saran ... 22

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif C-Organik...14

2. Luas Wilayah Penyebaran Status Hara C-Organik...15

3. Data Rotasi Tanaman………...16

4. Data Pengelolaan Bahan Organik...16

5. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Produksi Padi ...17

6. Nilai Korelasi Pearson C- Organik dan Produksi Padi ... 17

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Peta Wilayah Penelitian...13 2. Peta Penyebaran C-Organik Daerah Irigasi Pantoan ... 15 3. Grafik Hubungan C-Organik dan Produksi Padi ... 18

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1.Tabel Hasil Analisis C-Organik ...25

2. Tabel Hasil Kuisioner ... 27

3. Peta Daerah Irigasi Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun...29

4. Peta Titik Pengambilan sampel ... 30

5.Peta Penyebaran C-Organik………...31

6. Gambar Pengambilan Sampel Tanah ... 32

7.Gambar Pemberian Kuesioner pada Petani/ Wawancara ... 32

8. Gambar Pembakaran Jerami pada Daerah Penelitian ... 33

9.Gambar Pengeringan Tanah Kering Udara ... 33

10. Gambar Penggilingan Tanah ... 34

11.Gambar Penimbangan Tanah ... 34

12. Gambar Proses Pengukuran C-Organik di Laboratorium ... 35

13. Luas Wilayah Penyebaran C-Organik ... 37

14. Tabel Hasil Analisis Statistik Deskriptif C-Organik ... 37

15. Tabel Hasil Analisis Statistik Produksi Padi ... 37

16. Tabel Hasil Analisis Korelasi C-Organik dan Produksi Padi ... 38

17. Grafik Hubungan C-Organik dan Produksi ... 38

18.Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Menurut Staf Pusat Penelitian Tanah, 1993 dan BPP Medan, 1982……….39

19. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Menurut Sugiyono (2007)……….39

20. Kuisioner...40

(12)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Survei tanah adalah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah di suatu daerah, mengklasifikasikannya menurut sistem klasifikasi baku, memplot jenis dan ketersediaan hara tanah pada peta dan membuat prediksi tentang sifat tanah.

Perbedaan penggunaan tanah dan bagaimana tanggapan pengelolaan mempengaruhi tanah itulah yang terutama perlu diperhatikan (dalam merencanakan dan melakukan survei tanah). Informasi yang dikumpulkan dalam survei tanah membantu pengembangan rencana penggunaan lahan dan sekaligus mengevaluasi dan memprediksi pengaruh penggunaan lahan terhadap lingkungan (Rayes, 2007).

Pemanfaatan bahan organik dalam sistem pertanian padi sawah merupakan faktor yang sangat penting.Bahan organik sangat diperlukan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, antara lain yaitu menyimpan air tersedia lebih banyak, mengurangi penguapan, membuat kondisi tanah mudah untuk pergerakan akar tanaman baik, menyediakan hara makro dan mikro bagi tanaman dalam batas tertentu, meningkatkan daya menahan kation (KTK) dan anion (KTA) sehingga hara tidak mudah hilang dari tanah (Makarim dan Suhartatik, 2006).Karama dkk.,(1990)menyatakan bahwa kadar bahan organik tanah berkorelasi positif dengan produktivitas tanaman padi sawah dimana makin rendah kadar bahan organik makin rendah pula produktivitas lahan.

Berdasarkan dinas Pengairan Kabupaten Simalungun daerah Irigasi Pantoan memiliki luas sawah yang dialiri seluas 275 Ha. Daerah Irigasi Pantoan Terletak di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Daerah irigasi ini berasal

(13)

dari Sungai Bah Bolon yang meliputi 2 desa yaitu Dolok Marlawan dan Pantoan Maju.

Padi sawah merupakan komoditi tanaman pangan yang memiliki lahan terluas di Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Namun dari data-data produksi padi sawah di Kecamatan Siantar, daerah tersebut belum memberikan hasil yang optimum dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya yang ada pada Kabupaten Simalungun. Salah satu penyebabnya yaitu karena pengelolaan hara yang kurang tepat, diantaranya adalah jerami sisa panen cenderung dibakar yang dalam jangka panjang dapat menurunkan kadar C-organik tanah di lahan sawah.

Berdasarkan uraian di atas dan jugakarena belum adanya penelitian survei dan pemetaan C-organik yang dilakukan di daerah tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian survei dan pemetaan status C-organik di lahan sawah di Daerah Irigasi Pantoan Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitianyaitu untuk mengetahui penyebaran C-organik dan hubungan antara C-organik dengan produksi padi di Lahan Sawah Daerah IrigasiPantoan Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah

Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi manfaat bagi peningkatan penggunaannnya.Kegiatan survei dan pemetaan tanah mengahasilkan laporan dan peta-peta.Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujuan survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/ rekomendasi (Sutanto, 2005).

Dalam survei tanah dikenal tiga macam metode survei, yaitu metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), Metode fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip amalitik), dan metode grid bebas yang merupakan penerapan gabungan dari kedua metode survei. Biasanya dalam metode grid bebas, pemeta bebas memilih lokasi titik pengamatan dalam mengkonfirmasi secara sistematis menarik batas dan menentukan komposisi satuan peta (Rayes, 2007).

Tujuan pemetaan adalah melakukan pengelompokan tanah ke dalam satuan-satuan peta tanah yang masing-masing mempunyai sifat-sifat yang sama.

Masing-masing satuan peta diberi warna yang sedapat mungkin sesuai dengan warna tanah yang sebenarnya.Disamping itu dicantumkan pula simbol-simbol atau nomor urutnya untuk memudahkan pembacaannya.Walaupun demikian batas- batas persamaan tersebut sudah barang tentu dibatasi oleh ketelitian (skala) dari peta-peta tersebut (Hardjowigeno, 2007).

Kegiatan evaluasi lahan dan survei tanah sangat dianjurkan dalam rangka untuk merencanakan dan mengkoordinir upaya perbaikan dan pengelolaan lahan

(15)

pada masing-masing tipe penggunaan atau usaha tani. Kegiatan evaluasi lahan ini mensuplai petani dengan informasi secara tepat dan akurat tentang apa yang seyogyanya dikerjakan dan perbaikan apa saja yang diperlukan untuk pengelolaan lahannya (Raden dkk., 2010).

Tanah Sawah

Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah,baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija.Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilahumum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dansebagainya (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).

Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi. Yang membedakan lahan ini dari lahan rawa adalah masa penggenangan airnya, pada lahan sawah penggenangan tidak terjadi terus - menerus tetapi mengalami masa pengeringan (Djaenuddindkk.,2003).

Tanah sawah dapat terbentuk dari tanah kering dan tanah basah atautanah rawa sehingga karakterisasi sawah-sawah tersebut akan sangatdipengaruhi oleh bahan pembentuk tanahnya. Tanah sawah dari tanah keringumumnya terdapat di daerah dataran rendah, dataran tinggi volkan ataunonvolkan yang pada awalnya merupakan tanah kering yang tidak pernah jenuhair, sehingga morfologinya akan sangat berbeda dengan tanah sawah dari tanahrawa yang pada awalnya memang sudah jenuh air (Prasetyo dkk., 2007)

Produktivitas lahan sawah dapat menurun sebagai akibat dari: (1) pengurasan dan defisit hara karena yang terbawa panen lebih banyak dari hara

(16)

yang diberikan melalui pemupukan atau penambahan dari air irigasi; (2) kelebihan pemberian hara tertentu dan kekurangan hara lainnya karena pemupukan yang tidak berimbang, dan (3) penurunan kadar bahan organik tanah. Degradasi tersebut tidak saja mengancam kuantitas (produktivitas) hasil padi, tetapi juga kualitasnya (Agusdkk.,2009).

Gejala umum yang terlihat adalah menurunnya kadar bahan organik tanah sawah akibat oleh peningkatan penggunaan pupuk kimia anorganik/sintetik tanpa diikuti penggunaan pupuk organik (pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos) yang memadai. Ini berakibat hilangnya berbagai fungsi penting bahan organik dalam memelihara produktivitas tanah yang berujung pada kerusakan fisik, kimia dan biologi tanah (Setyorinidkk.,2007)

C- Organik

Bahan organik adalah istilah umum yang mencakup organisme hidup maupun mati, residu hewan dan tanaman dalam berbagai tahap pembusukan dan humus.Sebagian besar lahan kering terdiri dari partikel-partikel mineral.Namun, permukaan tanah mungkin berisi bahan organik yang cukup, yang merupakan residu tanaman dan hewan membusuk yang ada di dalam tanah (Eash et al.,2008).Tanah olah mengandung bahan organik kira-kira 1-5%, yang sebagian

besar terdapat pada kedalaman 25 cm (10 inci).Namun jumlah yang seikit itu ternyata mampu memodifikasi sifat-sifat fisik tanah (melalui agregasi tanah), sifat biologi (pertumbuahan tanaman) dan sifat kimianya (sumber unsur hara)

(Yuliprianto, 2010).

Keberadaan bahan organik tanah sangat berpengaruh dalammempertahankan kelestarian dan produktivitas tanah serta kualitas tanah

(17)

melaluiaktivitas mikroba tanah dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah.Sehingga dapat dikatakan bahwa tanah yang kandungan bahan organiknyarendah, akan berkurang daya sangganya terhadap segala aktivitas kimia, fisik,dan biologis tanahnya. Untuk memperbaiki kondisi tersebut perlu diupayakanpeningkatankualitas dankuantitas bahan organik dalam tanah

(Setyorini dkk.,2007).

Hasil analisis C-organik dari delapan provinsi di Indonesia mempunyai kadar C-organik yangrelatif rendah. Dari 1.548 contoh tanah lahan sawah, 17%

berkadar C-organik <1%, 28% berkadar C-organik antara 1–1,5%, dan 20%

berkadar C-organik antara1,5–2%. Hal ini berarti bahwa status C-organik lahan sawah di Indonesiatermasuk rendah (< 2%), dan hanya 34% yang berkadar C- organik > 2%.Semakin ke timur kadar C-organik terlihat semakin rendah

(Kasnodkk.,2003).

Pemberian bahan organik pada percobaan ini dalam bentuk kompos, dengan takaran 1000 kg/ha maupun 2000 kg/ha dapat meningkatkan hasil berkisar 0,64 – 0,95 t/ha GKG, dan (2) Pada tingkat pemberian pupuk anorganik yang sama pemberian bahan organik 1000 kg/ha tidak berbeda nyata dengan pemberian 2000 kg/ha, sehingga pemberian 1000 kg/ha lebih ekonomis dan efisien secara (Pramono, 2004).

Rendahnya C-organik disebabkan oleh intensifnya penggunaan lahan dan penggunaan bahan organik sebagai pupuk yang sangat minim bahkan tidak ada, sehingga proses dekomposisi bahan organik tanah makin intensif pula.

Rendahnya KTK karena pelapukan tanah sudah berjalan sangat lanjutserta kandungan liat tanah yang rendah. Kondisi tersebut menyebabkan tanah respon

(18)

terhadap peningkatan C-organik maupun N total total sebagai akibat dari pemberian jerami (Dalimunthe, 2010).

Pada umumnya sampai saat ini, para petani belum menggunakanrekomendasi pemupukan sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhanhara tanaman.Jerami padi belum digunakan secara optimum tetapi lebihbanyak ditumpuk di pematang dan dibakar, digunakan untuk pakanternak dan bahan media dalam budi daya jamur.Jerami padi yangkembali ke lahan hanya sisa hasil panen yang tertinggal di sawah. Dengandemikian, setiap musim tanam unsur hara makro N, P, K, dan makrosekunder Ca, Mg, dan S serta unsur-unsur mikro banyak terangkut keluarsehingga terjadi pengurasan unsur hara makro dan mikro secara terus - menerus. Petani hanya mengembalikan unsur hara makro N, P, dan Ksaja, sehingga dalam jangka panjang dapat mengganggu kesuburantanah dan penurunan produktivitas tanaman karena terjadinyaketidakseimbangan hara dalam tanah (Nurjayadkk.,2015).

Sampai saat ini jerami padi sebagai hasil sisa panen belumdimanfaatkan secara optimal dimana setiap panen dihasilkan jerami ratarata 1,5 x hasil gabah.

Fungsi bahan organik di dalam tanah dapatmemperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi.Oleh karena itu, pengembalianjerami sisa panen dapat mengembalikan peranan hayati tanah bagikesuburan tanah-tanaman.Kemampuan mikroba dalam menambat N2,melarutkan P tak tersedia menjadi tersedia, menghasilkan zat tumbuhalami, merombak bahan organik sangat berperan dalam meningkatkankesuburan tanah. Berbagai mikroorganisme dapat meningkatkankesuburan tanah, melalui produksi berbagai senyawa penting seperti zatorganik pelarut hara, fitohormon, dan antipatogen (Nurjayadkk.,2015).

(19)

Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti yang biasa dilakukan petani dinilai sangat merugikan karena banyak unsur hara yang hilang, salah satunya unsur hara, antara lain C, N, P, K, S, Ca, Mg dan unsur-unsur mikro (Fe, Mn, Zn, Cu). Pembakaran jerami akan mengakibatkan kehilangan hara C 94%, P 45%, K 75%, S 70%, Ca 30%, dan Mg 20% dari total kandungan hara dalam jerami (Suriadikarta dan Adimihardja, 2001).

Kadar bahan organik tanah ini berkorelasi tinggi dengan kadar N-total tanah. Menurunnya kadar C-organik tanah ini disebabkan : (1) di daerah tropis tingkat pelapukan bahan organik sangat intensif akibat curah hujan dan suhu tinggi, (2) pengelolaan lahan kurang tepat, (3) intensitas tanam yang tinggi serta (4) penggunaan sisa jerami ke luar sawah untuk penggunaan industri.Terdapat korelasi positif antara kadar bahan organik dan produktivitas tanaman padi sawah, di mana makin rendah kadar bahan organik makin rendah produktivitas lahan.

Bahan organik berperan sebagai penyangga biologi sehingga tanah dapat menyediakan hara dalam jumlah berimbang untuk tanaman. Tanah miskin bahan organik akan berkurang kemampuannya menyangga pupuk, sehingga efisiensi pupukanorganik berkurang karena sebagianbesar pupuk akan hilang dari lingkungan perakaran) (Setyorini dkk., 2007).

(20)

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Pantoan Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun dengan luas 275 ha dengan ketinggian tempat 240 -290 m dpl.Disamping itu penelitian juga dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah dan Laboratorium Sistem Informasi Geografis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.Penelitian inidirencanakan dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2016.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peta lokasi penelitian, sampel tanah yang diambil dari lokasi penelitian serta bahan-bahan kimia yang dibutuhkan untuk analisis tanah di laboratorium.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Global Position System (GPS) untuk mengetahui titik koordinat, bor tanah untuk mengambil sampel tanah, meteran untuk mengukur kedalaman tanah, pisau untuk mengambil tanah dari bor tanah, kamera untuk mendokumentasikan kegiatan di lapangan, kantong plastik sebagai tempat sampel tanah, karet gelang untuk mengikat sampel tanah dalam kantong plastik, label untuk menandai sampel tanah, kuisioner, alat tulis dan peralatan lain yang dibutuhkan untuk analisis tanah di laboratorium.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei grid bebas dengan tingkat semi detaildan analisis C-organik tanah dengan metode Walkey and Black.

(21)

Pelaksanaan Penelitian Tahap Persiapan

Sebelum Kegiatan Penelitian dilakukan terlebih dahulu dilakukan rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan dan persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini.

Tahap Kegiatan di Lapangan

Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan orientasi lapangan penelitian.Setelah survei pendahuluan dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama dengan tujuan pengambilan sampel tanah.

Pengambilan sampel tanah di lapangan dilakukanmenggunakan bor tanah dengan kedalam 0-20 cm. Sampel tanah diambil dari beberapa titik secara zigzag lalu dikompositkan kemudian dijadikan satu sampel. Setelah diperoleh sampel tanah dari pengeboran maka diambil ± 2 kg untuk setiap contoh tanah kemudian diberi label. Dari tiap pengambilan contoh tanah tersebut dicatat hasil pembacaan koordinat pada GPS (Global Position System).

Dilakukan pengisian kuisioner oleh petani untuk mendapatkan data pengelolaan bahan organik, rotasi tanaman dan produksi.

Analisis di Laboratorium

Sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian dianalisis di laboratorium untuk mengetahui keadaan C-organik dalam tanah sebagai dasar untuk dapat mengetahui tingkat penyebaran C-organik dalam tanah pada areal tersebut.Analisis C-organik dilakukan dengan metode Walkey and Black.

(22)

Pengolahan Data

Data hasil analisis C-organik yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan kriteria penilaian sifat-sifat tanah dari Staf Pusat Penelitian Tanah, 1993 dan BPP Medan, 1982.Selanjutnya data C-organik dan produksi dianalisis statistik deskriptif dan uji korelasi menggunakan SPSS untuk mengkaji pengaruh C- organik terhadap produksi tanaman padi sawah.

Pembuatan Peta Penyebaran C-Organik

Hasil analisisC-organik tanah dan titik koordinat lokasi sampel dipetakan dengan menggunakan program Arcview GIS 3.2 sehingga diperoleh peta penyebaran C-organik. Pembuatan peta meliputi beberapa tahap yaitu sebagai sebagai berikut:

- Dihubungkan GPS ke komputer menggunakan kabel data.

- Dipindahkan data titik sampel yang telah diambil dilapangan dengan membuka softwere Garmin (tergantung GPS), apabila sudah tersambung slide bar connect.

- Dibuka menu waypoint, diklik download, dipilih file klik save to kemudian dipilih ke folder penyimpanan.

- Dipilih format data Arcview save file (projected *Shp) pada jendela save as.

- Diisi file name kemudian diklik disave.

- Dibuka program Arcview, dipilih menu add tabel, dipilih file shp titik sampel yang telah ditransfer sebelumnya diklik ok.

- Dipilih menu view, diklik new, dipilih add event theme, diklik ok, muncul shp titik sampel pada jendela view.

- Dipilih add theme, dipilih peta dasar daerah penelitian, diklik ok.

(23)

- Diklik file pada menu bar, dipilih extension, dipilih geoprocessing, diklik ok kemudian pada menu bar muncul surface.

- Diklik curface, dipilih interpolate grid, diklik ok kemudian muncul jendela Z value diisi dengan C-organik kemudian diklik ok setelah itu muncul theme baru surface titik sampel.

- Dipilih theme pada menu bar, dipilih convert to grid, diklik ok, muncul theme baru Nwgrd

- Dipilih menu bar analyst, dipilih map calculator.

- Dikalikan theme baru Nwgrd tadi dengan surface titik sampel klik evaluate, muncul theme baru.

- Diklik dua kali theme baru tersebut, dipilih claasify, diisi label dan value sesuai kriteria C-organik, atur symbol diklik ok.

- Pembuatan layout meliputi pembuatan legenda peta, pengaturan kertas dan margin untuk pencetakan peta, pembuatan skala peta, mencetak layout peta ke printer.

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Wilayah Penelitian

Kecamatan Siantar terletak antara 02°52ʹ22" - 02°59ʹ56"Lintang Utara99°01ʹ18" - 99°09ʹ19"Bujur Timur. Letak Kecamatan Siantar di atas permukaan laut adalah 151-750 meter. Menurut kemiringan/ kelerengan tanah, luas wilayah Kecamatan Siantar terdapat pada lahan yang kemiringannya 0- 2% seluas 4.760 ha dan 2-15% seluas 3.898 ha. Suhu udara rata-rata di Simalungun tahun 2014 adalah 25,3°C, dengan suhu terendah 20,5°C. dan suhu tertinggi 32,2°C.

Gambar 1. Peta Wilayah Penelitian

PETA WILAYAH PENELITIAN

(25)

Hasil C-Organik

Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Pantoan Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun dengan luas 275 ha dengan ketinggian tempat 240 - 290 m di atas permukaan laut dengan peta daerah penelitan skala 1:30.000 sehingga diperoleh 42 titik pengambilan.Sampel yang diperoleh dianalisis dengan metode Walkey and Black.Kemudian di lapangan diberikan kuisioner kepada petani.

Dari hasil analisis C-organik (Lampiran 1) tanah pada daerah penelitian diperoleh data hasil statistik deskriptif (Lampiran 14) C-organik sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif C-Organik N Mean Median Modus Std.

Deviasi

Minimum Maksimum Produksi

(kg/ha

42 1.42 1.40 1.36 0.42588 0.62 2.26

Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa nilai terendah dari hasil analisis C- organik yang dilakukan 0.62% dan tertinggi 2.26% sementara nilai rata-rata dari C-organik 1.42% dengan nilai standar deviasi 0.42588. Nilai mean, median dan modus hampir sama atau berdekatan yaitu 1.42%, 1.40% dan 1.36%. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

Menurut kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) maka hasil analisis data tanah pada daerah penelitian dapat digolongkan menjadi tiga golongan status hara yaitu sangat rendah, rendah dan sedang. Luas wilayah untuk status hara C-organik yang diperoleh dari perhitungan peta dengan software Arcview GIS 3.2 disajikan pada Tabel 2. dan Gambar 2.

(26)

Tabel 2.Luas Wilayah Penyebaran Status Hara C-Organik

Status Hara Luas (ha) Luas (%)

Sangat rendah 12.64 4.59

Rendah 256.76 93.36

Sedang 5.60 2.03

Total 275 100

Dari Tabel 2.terlihat bahwa kriteria status hara rendah memiliki luas paling besar dibandingkan dengan kriteria status hara sangat rendah dan sedang.Wilayah dengan status hara rendah sebesar 256,76 ha atau 93.36% dari luas wilayah penelitian, status hara sangat rendah 12.64 ha atau 4.59% dari luas wilayah penelitian dan status hara sedang 5.60 ha atau 2.03% dari luas wilayah penelitian.

Gambar 2. Peta Penyebaran C-Organik Pengelolaan Bahan Organik

PETA PENYEBARAN C-ORGANIK DAERAH IRIGASI PANTOAN KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN

(27)

Dari hasil kuisioner (Lampiran 2) yang diberikan petani diperoleh data pengelolaan bahan organik di daerah penelitian sebagai berikut.

Tabel 3. Tabel Data Pengelolaan Bahan Organik

Pengelolaan Bahan Organik Jumlah %

Jerami dibakar 37 88.09

Jerami dibiarkan 5 11.90

Total 42 100

Dari Tabel 3.diketahui bahwa sebagian besar petani membakar jerami sisa panen sebesar 88.09% dibandingkan jerami dibiarkan dilahan yang hanya sebesar 11.90%.

Rotasi Tanaman

Dari hasil kuisioner (Lampiran 2) yang diberikan petani diperoleh data rotasi tanaman di daerah penelitian sebagai berikut.

Tabel 4. Tabel Data Rotasi Tanaman

Rotasi Tanaman Jumlah %

Tanpa rotasi 34 80.95

Kolam ikan 4 9.52

Sayur 2 4.76

Jagung 2 4.76

Total 42 100

Dari Tabel 4. terlihat bahwa sebagian besar petani tidak melakukan rotasi tanaman (tanpa rotasi) sebesar 80.95%, rotasi dengan kolam ikan 9.52%, sayur 4.76%, dan jagung 4.76%.

(28)

Produksi

Dari hasil kuisioner (Lampiran 2) yang diberikan petani diperoleh data statistik deskriptif produksi padi sawah di daerah penelitian sebagai berikut.

Tabel 5. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Produksi Padi N Mean Median Modus Std.

Deviasi

Minimum Maksimum Produksi

(kg/ha

42 4.97 5.00 4.75 12.651 4.50 5.75

Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai produksi terendah 4.50ton/ha dan tertinggi yaitu5.75 ton/ha dengan nilai rata-rata produksi dengan 4.976 ton/ha dan nilai standar deviasi 12.651. Nilai mean, median dan modus hampir sama atau berdekatan yaitu 4.97 ton/ha, 5.00 ton/ha dan 4.75 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi normal.

Hubungan C-Organik dan Produksi Padi Sawah di Daerah Irigasi Pantoan Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

Dari hasil analisis dengan uji korelasi antara C- Organik dan produksi padi (Lampiran 13) yang dilakukan diperoleh hasil pada Tabel di bawah ini.

Tabel 6. Nilai Korelasi Pearson C- Organik dan Produksi Padi

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai korelasi (r) antara C-Organik dengan produksi padi adalah 0.767.Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara C-Organik dengan produksi padi.

C- Organik Produksi

Korelasi menurut Pearson 1 .767**

Sig. (2-tailed) .000

N 42 42

(29)

Dari hasil yang diperoleh nilai hubungan antara C-organik dan produksi padi sawah dengan 42 sampel tanah secara keseluruhan dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 3. Grafik Hubungan C-Organik dan Produksi

Pada grafikdi atas terlihat bahwa arah hubungan C-organik dan produksi bernilai adalah positif, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi C- organik maka semakin meningkat produksi padi. Pada persamaan regresi y = 0.569x + 4.164menunjukkan bahwa apabila terjadi penambahan nilai C- organik (variabel x) sebanyak 1% maka akan terjadi peningkatanproduksi (variabel y) sebanyak 0.569 ton atauproduksi menjadi4.733kg. Nilai koefisien determinasi (R2)

Pembahasan

sebesar 0.587 berarti bahwa C-organik memiliki pengaruh sebesar 58.7% terhadap produksi sementara sisanya 41.3% dipengaruhi oleh faktor – faktor lain diluar C- organik.

Dari hasil Tabel 1. diketahui nilai terendah dari hasil analisis C-organik yang dilakukan yaitu 0.62% dan tertinggi yaitu 2.6% sementara nilai rata-rata dari

y = 0,569x + 4,164 R² = 0,587

0 1 2 3 4 5 6 7

0 0,5 1 1,5 2 2,5

Produksi (ton/ ha)

C - Organik (%)

(30)

C-organik yaitu 1.42% dengan nilai standar deviasi 0.42588. Menurut kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dan BPP Medan (1982) (Lampiran 17) nilai rata- rata C-organik tanah pada daerah penelitian tergolong rendah. Pada Gambar 2.

juga menunjukkan hal yang samabahwa status hara rendah lebih dominan atau memiliki luasan yang paling besar. Berdasarkan hasil kuisioner (Lampiran 2) yang dilakukan hal ini disebabkan kebiasaan petani pada lokasi penelitian yang membakar sisa jerami setelah masa panen. Sisa jerami pada lahan sawah merupakan sumber bahan organik bagi tanah, namun akibat pembakaran jerami bahan organik berkurang. Pembakaran jerami pada lahan sawah juga dapat menyebabkan hilangnya unsur hara, antara lain C, N, P, K, S, Ca, Mg dan unsur- unsur mikro (Fe, Mn, Zn, Cu). Hal ini sesuai dengan literatur Suriadikarta dan Adimihardja (2001) yang menyatakan bahwa pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti yang biasa dilakukan petani dinilai sangat merugikan karena banyak unsur hara yang hilang, salah satunya unsur hara, antara lain C, N, P, K, S, Ca, Mg dan unsur-unsur mikro (Fe, Mn, Zn, Cu). Pembakaran jerami akan mengakibatkan kehilangan hara C 94%, P 45%, K 75%, S 70%, Ca 30%, dan Mg 20% dari total kandungan hara dalam jerami.

Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa tingkat C-organik pada lokasi penelitian yaitu rendah. Karena kriteria C-Organik rendah memiliki luasan terbesar yaitu 256.76 ha sebesar 93.36% dari luas penelitian sementara kriteria C- organik sedang hanya 5.60 ha atau 2.03% dari luas wilayah penelitian. Hal ini sesuai dengan penelitian Kasno dkk., (2003) yang menyatakan bahwa hasil analisis C-organik dari delapan provinsi di Indonesia mempunyai kadar C-organik yang relatif rendah. Dari 1.548 contoh tanah lahan sawah, 17% berkadar C-

(31)

organik <1%, 28% berkadar C-organik antara 1–1,5%, dan 20% berkadar C- organik antara1,5–2%. Hal ini berarti bahwa status C-organik lahan sawah di Indonesia termasuk rendah (< 2%), dan hanya 34% yang berkadar C-organik >

2%.

Pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa sebaran status C-organik sedang memiliki luasan terkecil yaitu 5.60 ha atau 2.03% dari luas wilayah penelitian. Hal ini dikarenakan sebagian kecil petani merotasikan tanaman padi dengan tanaman semusim lainnya seperti jagung, sayur dan kolam ikan serta menanam tanaman sayur di pematang sawah yang dapat meningkatkan ketersediaan C-organik di lahan tersebut. Menurut BPTP Sumatera Barat (2010) yang menyatakan bahwa rotasi tanaman padi dengan tanaman semusim lainnya yang dapat membantu memperbaiki tanah dan menambah kandungan bahan organik tanah.

Berdasarkan Tabel 3. Terlihat bahwa nilai produksi terendah yaitu 4.50 ton/ha dan tertinggi yaitu 5.75 ton/ha dengan nilai rata-rata produksi dengan 4.976 ton/ha dan nilai standar deviasi 0.42588. Hasil rata-rata produksi padi pada lokasi penelitan tergolong rendah untuk padi sawah irigasi.Salah satu penyebabnya yaitu karena rendahnya C-organik pada daerah penelitian tersebut. Hal ini disebabkan peningkatan penggunaan pupuk kimia anorganik/ sintetis tanpa pengembalian bahan organik/pupuk organik seperti pupuk kompos dan pupuk kandang ke lahan yang dapat mengakibatkan menurunnya produkstivitas tanah dan tanaman.Menurut Setyorini dkk., (2007) yang menyatakan bahwa menurunnya kadar bahan organik tanah sawah akibat oleh peningkatan penggunaan pupuk kimia anorganik/sintetik tanpa diikuti penggunaan pupuk organik (pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos) yang memadai. Ini berakibat hilangnya

(32)

berbagai fungsi penting bahan organik dalam memelihara produktivitas tanah yang berujung pada kerusakan fisik, kimia dan biologi tanah.

Dari Tabel 6.diperoleh nilai korelasi (r) antara C-organik dan produksi padi yaitu 0.767.Besarnya nilai r yaitu 0 – 1 yang berarti semakin besar nilai r makan semakin kuat hubungan kedua variabel dan sebaliknya. Berdasarkan tabel pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien KorelasiSugiyono (2007) (Lampiran 18) hubungan antara C-organik dan produksi padi tergolong kuat.

Dari Gambar 3. Dapat diketahui bahwa hubungan antara C-organik dan produksi padi bernilai positif yang berarti makin tinggi kadar bahan organik makin tinggi pula produktivitas lahan. Hal ini sesuai dengan literatur Setyorini dkk., (2007) yang menyatakan terdapat korelasi positif antara kadar bahan organik dan produktivitas tanaman padi sawah, di mana semakin rendah kadar bahan organik semakin rendah produktivitas lahan

Dari Gambar 3. terdapat persamaan regresi y = y = 0.569x + 4.164. Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila terjadi penambahan nilai C- organik (variabel x) sebanyak 1% maka akan terjadi peningkatan produksi (variabel y) sebanyak 0.569 ton atau produksi menjadi 4.733kg.Nilai koefisien determinasi (R2)

.

sebesar 0.587 berarti bahwa C-organik memiliki pengaruh sebesar 58.7% terhadap produksi sementara sisanya 41.3% dipengaruhi oleh faktor – faktor lain diluar C-organik.

(33)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Sebaran luas wilayah status hara C-organik terdiri dari rendah dengan luas wilayah sebesar 256,76 ha (93.36%), status hara sangat rendah 12.64 ha (4.59%) dan status hara sedang 5.60 ha (2.03%).

2. C-organik tertinggi yaitu 2.26% dan terendah 0.62%

3. Hubungan antara C-organik dan produksi padi tergolong kuat dan bernilai positif

Saran

Pada lokasi penelitian perlu dilakukan pengembalian jerami sisa panen untuk menambah kandungan bahan organik dalam tanah.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, D. Setyorini, A. Dariah. 2009. Pelestarian Lahan Sawah. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2011. Profil Kecamatan Siantar, 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun.

Badan Pusat Statistik. 2012. Simalungun Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. 2010. Pesisir Selatan

Berpeluang Kembangkan Semangka Setelah Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatera Barat, Indonesia.

Dalimunthe, M. 2010. Aplikasi Jerami Dan Paket Pemupukan Terhadap Sifat Tanah Dan Produksi PadiPada Pola Penanaman Intensif. Staf Pengajar Kop. Wil.I dpk UISU.

Djaenudin D., Marwan H., Subagjo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Edisi ke-1. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Eash, N. S., C. J. Green., A. Razvi., W. F. Bennett. 2008. Soil Science Simplified.

Blackwell Publishing. USA.

Hardjowigeno, S.2007.Ilmu Tanah.Akademika Pressindo. Jakarta.

Hardjowigeno, S. dan M. L. Rayes. 2005. Tanah Sawah. Bayu Media Publishing.

Malang.

Karama, A.S., A.R. Marzuki, dan I. Manwan. 1990. Penggunaan pupuk organikpada tanaman pangan. hlm. 395-425 dalam Prosiding Seminar NasionalPenggunaan Pupuk V. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Kasno, A. Nurjaya, Dan D. Setyorini. 2003. Status C-Organik Lahan Sawah Di Indonesia. Konggres Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (Hiti).Universitas Andalas, Padang.

Makarim, A.K., Dan E.Suhartatik, 2006. Budi Daya Padi Dengan Masukan In Situ Menuju Perpadian Masa Depan. Iptek Tanaman Pangan, No. 1.

Nurjaya, S. Rochayati, dan E. Pratiwi. 2015.Teknologi Pengelolaan Jerami Pada Lahan SawahTerdegradasi. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

(35)

Pramono.2004. Kajian Penggunaan Bahan Organik pada Padi Sawah.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.Ungaran.

Prasetyo B. H., J. S. Adiningsih, K. Subagyono, danR.D.M. Simanungkalit. 2007.

Mineralogi, Kimia, Fisika, danBiologi Tanah Sawah. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Raden, I., Thamrin, Starif, S. F., Fadli dan Darmi. 2010. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi dan Padi Ladang Di Desa Bila Talang Kecamatan Tabang Kabupaten Kutai Kartanegara. Pertanian UNIKARTA.

Kartanegara.

Rayes, M.L.2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi.Yogyakarta.

Setyorini, D., L. R. Widowati, Dan S. Rochayati. 2007. Teknologi Pengelolaan Hara. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Setyorini, D., S. Rochayati, Dan I. Las. 2007. Pertanian Pada Ekosistem Lahan Sawah. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.

Suriadikarta, D.A., dan Adimihardja A. 2001, Penggunaan Pupuk Dalam Rangka Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah, Jurnal Litbang Pertanian 20 (4), Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan agroklimat, Bogor.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta Bandung.

Sutanto, R. 2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan.Kanisius.Yogyakarta.

Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

(36)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.Tabel Hasil Analisis C-Organik

No.

Sampel

Titik Bujur Timur

Koordinat Lintang Utara

% C- Organik

Status Hara (BPP Medan,

1982)

1 514269 328046 1.20 Rendah

2 514134 328138 1.44 Rendah

3 513983 0328281 1.52 Rendah

4 514210 328268 1.05 Rendah

5 513829 328318 0.70 Sangat rendah

6 513840 328110 1.28 Rendah

7 513817 327871 1.75 Rendah

8 513507 328063 0.85 Sangat rendah

9 513267 328113 1.28 Rendah

10 512947 328216 0.97 Sangat rendah

11 513069 328354 2.02 Sedang

12 513326 328417 1.59 Rendah

13 513247 328560 1.05 Rendah

14 513264 328824 2.26 Sedang

15 513355 328926 2.02 Sedang

16 513619 329134 1.67 Rendah

17 513670 329022 1.83 Rendah

18 513328 329213 1.91 Rendah

19 512631 328567 1.83 Rendah

20 512975 328842 1.52 Rendah

21 513157 329246 1.67 Rendah

22 513799 330096 0.97 Sangat rendah

23 513799 329977 1.91 Rendah

24 513890 329836 1.91 Rendah

25 514152 329682 1.13 Rendah

26 514234 329616 1.95 Rendah

27 514016 329229 1.83 Rendah

(37)

28 514544 330476 1.59 Rendah

29 514619 330625 0.62 Sangat rendah

30 514844 330676 1.36 Rendah

31 514473 330480 0.97 Sangat rendah

32 514152 330187 1.36 Rendah

33 514120 330306 0.85 Sangat rendah

34 514202 330088 0.85 Sangat rendah

35 514254 329996 0.78 Sangat rendah

36 513480 329737 1.95 Rendah

37 513817 329474 1.75 Rendah

38 513446 329522 1.20 Rendah

39 513246 329422 1.36 Rendah

40 512843 329262 1.13 Rendah

41 512619 323624 1.67 Rendah

42 512873 328681 1.36 Rendah

(38)

Lampiran 2. Tabel Hasil Kuisioner

Sampel Pengelolaan Bahan Organik Rotasi Tanaman Produksi (ton / ha)

1 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.75

2 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.75

3 Jerami dibakar Tanpa rotasi 5.5

4 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.75

5 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.5

6 Jerami dibakar Tanpa rotasi 5

7 Jerami dibakar Tanpa rotasi 5

8 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.75

9 Jerami dibakar Tanpa rotasi 5

10 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.5

11 Jerami dibiarkan Kolam ikan 5.75

12 Jerami dibakar Tanpa rotasi 5

13 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.75

14 Jerami dibiarkan Kolam ikan 5.5

15 Jerami dibiarkan Tanpa rotasi 5.25

16 Jerami dibakar Tanpa rotasi 5.25

17 Jerami dibakar Tanpa rotasi 5

18 Jerami dibakar Tanpa rotasi 5

19 Jerami dibakar Tanpa rotasi 5

20 Jerami dibakar Tanpa rotasi 5

21 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.75

22 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.75

23 Jerami dibakar Sayur 5.25

24 Jerami dibakar Sayur 5.25

25 Jerami dibakar Tanpa rotasi 5

26 Jerami dibakar Jagung 5.25

27 Jerami dibakar Jagung 5

28 Jerami dibakar Tanpa rotasi 5.25

29 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.5

(39)

30 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.75

31 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.75

32 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.75

33 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.75

34 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.75

35 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.5

36 Jerami dibiarkan Kolam ikan 5.75

37 Jerami dibiarkan Kolam ikan 5.5

38 Jerami dibakar Tanpa rotasi 5

39 Jerami dibakar Tanpa rotasi 5

40 Jerami dibakar Tanpa rotasi 5

41 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.75

42 Jerami dibakar Tanpa rotasi 4.75

(40)

Lampiran 3. Peta Daerah Irigasi Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

PETA WILAYAH PENELITIAN

(41)

Lampiran 4. Peta Titik Pengambilan sampel

PETA TITIK SAMPEL DAERAH IRIGASI PANTOAN KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN

(42)

Lampiran 5. Peta Penyebaran C-Organik

PETA PENYEBARAN C-ORGANIK DAERAH IRIGASI PANTOAN KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN

(43)

Lampiran 6. Gambar Pengambilan Sampel Tanah

Lampiran 7. Gambar Pemberian Kuesioner pada Petani/ Wawancara

(44)

Lampiran 8. Gambar Pembakaran Jerami pada Daerah Penelitian

Lampiran 9. Gambar Pengeringan Tanah Kering Udara

(45)

Lampiran 10. Gambar Penggilingan Tanah

Lampiran 11. Gambar Penimbangan Tanah

(46)

Lampiran 12. Gambar Proses Pengukuran C-Organik di Laboratorium

(47)
(48)

Lampiran 13. Luas Wilayah Penyebaran Status Hara C-organik

Status Hara Luas (ha) Luas (%)

Sangat rendah 12.64 4.59

Rendah 256.76 93.36

Sedang 5.60 2.03

Total 275 100

Lampiran 14. Tabel Hasil Analisis Statistik Deskriptif Bahan Organik Statistics

C.Organik

N Valid 42

Missing 0

Mean 1.4264

Median 1.4000

Mode 1.36

Std. Deviation .42588

Minimum .62

Maximum 2.26

Lampiran 15. Tabel Hasil Analisis Statistik Deskriptif Produksi Statistics

Produksi

N Valid 42

Missing 0

Mean 4.9762

Median 5.0000

Mode 4.75

Std. Deviation .31627

Minimum 4.50

Maximum 5.75

(49)

Lampiran 16. Tabel Hasil Analisis Korelasi C-Organik dan Produksi Padi Correlations

C.Organi k

Produksi

C.Organi k

Pearson

Correlation 1 .767**

Sig. (2-tailed) .000

N 42 42

Produksi

Pearson

Correlation .767** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 42 42

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2- tailed).

Lampiran 17. Grafik Hubungan C-Organik dan Produksi

y = 0,569x + 4,164 R² = 0,587

0 1 2 3 4 5 6 7

0 0,5 1 1,5 2 2,5

Produksi (ton/ ha)

C - Organik (%)

(50)

Lampiran 18. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Menurut Staf Pusat Penelitian Tanah, 1993 dan BPP Medan, 1982

Lampiran 19.Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Menurut Sugiyono (2007)

(51)

Lampiran 20. Kuisioner

KUISIONER PENELITIAN No Titik Sampel:

1. Nama petani :………...

2. Tingkat pendidikan petani :………..

3. Kegiatan pelatihan pertanian yang perna diikuti :………

………...…

4. Umur petani : ………..

5. Jenis kelamin : laki – laki perempuan

6. Suku petani : ……….

7. Status kepemilikan lahan : ………....

8. Luas Lahan :………..

9. Bagaimana pengelolaan bahan organik yang Bapak/ Ibu lakukan?

Membakar jerami sisa panen di lahan Membiarkan jerami sisa panen di lahan

Mengeluarkan jerami sisa panen untuk pakan ternak Memberikan pupuk kandang di lahan

(jawaban lain)………..

10. Mengapa Bapak/ Ibu melakukan pengelolaan bahan organik dengan cara tersebut?

Jawab:

(52)

………..

………..

11. Berapa produksi padi yang diperoleh per rantai?

Jawab:

………

12. Apakah dilakukan rotasi tanaman lain pada lahan sawah tersebut? Jika ada jenis tanaman apa?

Jawab:

………

Responden

(………..)

Gambar

Gambar 1. Peta Wilayah Penelitian
Tabel 2.Luas Wilayah Penyebaran Status Hara C-Organik
Gambar 3. Grafik Hubungan C-Organik dan Produksi
Lampiran 6. Gambar Pengambilan Sampel Tanah
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sinonim, Antonim, dan Makna

Menurut Sugiyono (2011:8), “ Penelitian kualitatif adalah penelitian naturalistik karena dilakukan pada kondisi yang alamiah .” Sesuai dengan paparan tersebut, dalam

Analisis komponen makna terhadap leksem verba memukul dalam Bahasa Dayak Kanayatn Isolek Bajare, yaitu berdasarkan sudut pandang arah memukul, posisi telapak

Bagian tubuh pada hewan di samping yang dapat dimanfaatkan untuk membuat swet er adalah.. Kulit batang kina d im anfaat kan unt uk

Terkait dengan kendala dalam melakukan pengamatan, yang diperoleh dari kegiatan observasi, strategi yang diperlukan adalah perencanaan yang matang mulai penyusunan

perbaikan. Selanjutnya tahap revisi dilakukan dengan melihat saran dari ahli media dan ahli materi. Sesuai dengan saran dari para ahli peneliti memperbaiki

Ibu guru tersebut sudah memikirkan sebelumnya keadaan nanti di kelas, sehingga dia telah menyusun pendekatan pembelajaran yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran

Dalam ajaran islam, kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah memelihara dan mendidiknya. Oleh karena itu orangtua diharapkan memberikan pendidikan dan pengarahan