• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH TERJADINYA REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR LESTE DAN BAHASANYA: SEKILAS LINTAS. Ketut Riana Fakultas Ilmu Budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SEJARAH TERJADINYA REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR LESTE DAN BAHASANYA: SEKILAS LINTAS. Ketut Riana Fakultas Ilmu Budaya"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

(2)

2

(3)

3

SEJARAH TERJADINYA

REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR LESTE DAN BAHASANYA: SEKILAS LINTAS

Ketut Riana Fakultas Ilmu Budaya

eviwahyu78@gmail.com Abstrak

“Republik Demokratik Timor Leste” selanjutnya disingkat menjadi RDTL, sebagai Negara baru, memilik banyak bahasa daerah, namun secara resmi diakui Bahasa Austronesia dan Bahasa Papua (Polinesia). Sejarah terjadinya RDTL, bermula diMakasar ada “Anak Buaya‟ yang merasa kelaparan dan kepanasan.

Sang Anak Buaya ditolong oleh “Seorang anak Laki-laki‟, dan keduanya berteman dengan baik.

Anak Laki-laki itu dibawa oleh Sang Anak Buaya menyelam, dan betapa kagumnya dia menyaksikan keindahan dasar laut, beserta ikan-ikannya. Sejak itu, keduanya berteman baik, mereka tidak saling serang, sehingga RDTL dapat dijelaskan bahwa kejadiannya bermula dari “Sang Anak Buaya” yang berteman dengan “Anak Laki-laki”, bahkan hidup amat selaras.

Kata Kunci : Timor Leste, Sejarah RTDL, dan Bahasa Tetun

“Republic Democratic of Timor Leste” or RDTL as a new country has many languages, however, among of those languages that officially known in RDTL is Austronesian Language and Polinesian Language. The history of Republic Democratic of Timor Leste, it was begin in Makasar, there was a starving and thirsty young crocodile. It helped by a young boy and they became good friends.

The young boy is taken to dive into the sea. He was so admired of the beautiful scenery under the water with the colorful fish. Since they became good friends, the love each other and live in peace. Therefore, it can be explained that Republic Democratic of Timor Leste basically from a young crocodile and a young boy whose become friends and live in peace and harmony.

Keyword: Timor Leste, history of RTDL, Tetun Language

(4)

4

1. Pengantar

Secara geografis “Republica Democratica Timor Leste”1 (selanjutnya menjadi: “Repulik Demokratik Timor-Leste--RDTL)” berada di Asia Tenggara, tepatnya di Barat Laut Australia di Kepulauan Sunda Lesser, pada ujung timur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Secara tepat RDTL meliputi separuh bagian timur dari Pulau Timor, serta daerah Oecussi (Ambeno) di bagian timur laut Pulau Timor. Posisinya dikoordinat 8º,17‟ -- 10º,22‟ Lintang Selatan, dan 23º,25‟ -- 27º, 19‟ Bujur Timur

Selanjutnya, RDTL yang juga disebut “Timor Lorosae”, penduduknya berjumlah sekitar 1.172. 390 jiwa (Sensus 2013), luasnya sekitar 14.,874 km², dan bahasa resminya adalah bahasa Tetun dan bahasa Portugis.2 Bahasa Tetun sebagai bahasa resmi RDTL, telah dibicarakan sekilas oleh Simon Sabon Ola dalam makalahnya yang berjudul “Karakteristik Interaksi Kultural antara Tetun di Belu dengan Tetun di Republik Demokrat Timur Leste” (Simon Sabo Ola, 2012:

25-35). Secara ringkas diuraikan bahwa bahasa Tetun semula adalah bahasa RDTL, karena terjadi pergesekan politik dengan bentrokan-bentrokan kecil, penduduk RDTL pindah ke Kabupaten Belu, sekaligus membawa bahasanya sebagai warisan budaya.3

Selanjutnya, secara historis RDTL semula dijajah Bangsa Portugis, begitu pula NKRI dijajah Belanda selama 3,5 abad, dan Inggis menguasai Singapura.

Kedatangan bangsa-bangsa Eropah ke Asia Tenggara semula berdagang dan akan mencari rempah-rempah. Karena suburnya negara-negara ini serta secara mudah dapat dikuasai, maka mereka mulai menjajahnya. Penjajahan Portugis di RDTL telah dibicarakan pula seminar tersebut, disajikan oleh Bapak Ivonia de Fatima Lamos, dan makalahnya berjudul “Ralasi Budaya antara Komunitas di Perbatasan Republic Demokratic Timor Leste (RDTL) dan Negara Kesatuan Rtepublik Indonesia (NKRI)”4 Secara ringkas dibahas perjalanan RDTL yang semula dijajah Portugis , dan merdeka dari Portugis 28 Nopember 1975, namun secara resmi baru merdeka penuh pada tanggal 20 Mei 2012.5 Dalam makalahnya Bapak Ivonia de Fatima Lamos membicarakan secara ringkas masuknya penjajahan Portugis. Kemudian RDTLdikuasai NKRI, dijadikan propinsi ke-33 NKRI, dan berakhir setelah masa pemerintahan Presiden B.J Habibie. dan RFTLsecara resmi

1 Istilah ini sesuai dengan tulisan dalam simbol Negara Demokratica Republica Timor Leste, namuan dalam tulisan ini disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia menjadi “Republik Demokratik Timor Leste, disingkat RDTL

2 Eduardo Rado seorang petugas UNDP PBB telah lima tahun di Timor Leste, pada pertemuan Hari Senin, tgal 17 Pebruari di Fakultas Sastar dan Budaya, Universitas Udayana, Denpasar menjelaskan bahwa bahasa “Tetun Terik” digunakan oleh masyarakat Viqueque, dan “bahasa Tetun Prasa” digunakan masyarakat Dili

3 Seminar International Bulan Bahasa dan Budaya, di Universitas PGRI Kupang, diadakan pada tanggal 24 Oktober 2012. Penulis juga menyajikan makalah berjudul “Fenomena Hubungan Bahasa, Sastra, dan Budaya: Landasan Keilmuan,, Fakta, dan Teknik Penyajiannya” (Lihat Simon Sabo Ola, 2012: 68-85)

4 Lihat Simon Sabo Ola (2012: 85-106)

5 Bandingkan Tri Agus S. Suswowihardjo, (1999) Xanana Gusmao: Timor Leste Merdeka Indonesia Bebas dan BJ Habibie, (2006), Detik-Detik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi

(5)

5

masuk menjadi asnggota PBB bernama Negara Republik Democratic Timor Leste.

Lebih jauh, RDTL terdiri atas tiga belas (13) kabupaten (selanjutnya dinyatakan Districtu) yakni: (1) Districtu Aileu, (2) Districtu Ainaro, (3) Districtu Baucau, (4) Districtu Bobonaro, (5) Districtu Copa Lima (Suai), (6) Districtu Dili, (7) Districtu Ermera, (8) Districtu Lautem, (9) Districtu Liquica, (10) Districtu Manatuto, (11) Districtu Manufahi (Same), (12) Districtu Oecussi/Ambeno (Pantai Makasar), dan (13) Districtu Viqueque (Cabira Oan).

2. Aneka Bahasanya

Perkembangan kebahasaan RDTL telah ditulis dengan lengkap oleh Bapak ADM Parera, dalam bukunya Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor, disunting oleh Bapak Drs. Gregor Neombasu, SVD, tahun 1994, dan diterbitkan oleh

“Pustaka Sinar Harapan” Jakarta. Dari uraiannya, dapat diketahui aneka bahasa di RDTL sebagai berikut

LAMPIRAN 1

DAFTAR PEMBAGIAN BAHASA DAN WILAYAH ADMINISTRATIF

TIMOR TIMUR

1. Kotapraja Dili Ibukota TimorTimur

a. Kota DiIi,Tetun b. Aileu

c. Remexio d. Atauru

Mambai Mambai Atauru 2. Manututo,

Ibukota Manututo

a. Manututo

b. Lakulo c. Barique d. Leleia e. Fatu Berliu f. Laklubar

Galole Galole Tetun Galole Tetun Tetun

3. Baukau,

Ibukota Baukau

a. Baukau b. Baguia c. Venilale d. Laga e. Wemasa

Makasae Makasae Makasae Makasae Galole

(6)

6 4. Lauten,

Ibukota Lospalas

a. Lospalas b. Iliomar c. Lauten d. Sarau e. Tutual

Campuran (?) Makasae Makasae Makasae Makasae

5. Viqueque,

Ibukota Viqueque

a. Viqueque b. Lakluta c. Osu

d. Uato Karabau e. Uato Lari

Tetun Tetun Tetun Tetun Makasae

6. Ainaro

Ibukota Vemasse

a. Ainaro b. Samen

c. Hatu-Builako d. Hatu-Udo e. Maubisse f. Alas

g. Turiskain-Weoat

Mambai/Tetun Mambai/Tetun Mambai

Mambai Mambai Tetun Tetun

7. Ermera, Ibukota Ermera

a. Ermera

b. Likusaen c. Baraituto d. Maubara e. Hatulia f. Letefoho g. Atsabe

Campuran/Tetun Lekedee

Lekedee Lekedee Kemak Kemak Kemak 8. Fronteira-Bobonaru,

Ibukota Bobonaru

a. Bobonaru

b. Maliana c. Atabae d. Kailaku e. Balibo

Buna/Kemak Buna/Kemak Kemak Kemak Tetun

(7)

7

f. Lebos Buna

9. Ronteira-Koalima, Ibukota Debos

a. Suai b. Fohoren c. Tilomaar d. Mape e. Lolotoi f. Fatumea

Tetun Tetun Tetun Buna Buna Tetun 10. Enclave Oikusi

Ibukota Oiku (Pantea Makasar)

Kita simak kembali seluruh uraian tersebut di atas. Dari uraian tersebut penjelasan A.D.M. Parera (1994: 509-61), di RDTL masa itu ada sepuluh (10) bahasa yang hidup adalah : (1) Bahasa Tetun (Prasa dan Terik), (2) bahasa Mambai, (3) bahasa Atauru, (4) bahasa Galole,6 (5) bahasaMakasae, (6) bahasa Campuran--Tetun, (7) bahasa Lekedee, (8) Bahasa Kemak, (9 bahasa Buna, dan (10) bahasa Dawan.

Kemudian, dari petikan “internet 2010”, di Republik Demokratik Timor Leste ada dua kelompok bahasa besar yakni: (1) bahasa-Bahasa Austronesia, 2) Bahasa-Bahasa Papua (Polynesia). Bahasa-bahasa Austronesia yakni: a) bahasa Atauru (Wetar) terdiri atas: bahasa Dadu’a,7 bahasa Rahasuk, bahasa Raklungu, bahasa Resuk, bahasa Baikeno, bahasa Bekais, bahasa Bekais, bahasa bahasa Galoli, bahasa Abun, bahasa Kemak, bahasa Mambai, dan bahasa Takodede, b) bahasa Idalaka meliputi: bahasa Idaté, bahasa Isni, bahasa Lakalei, bahasa Lalein, c) bahasa Kawainina meliputi bahasa Kairei, bahasa Mediki, bahasa Naueti, bahasa Waimaha, d) bahasa Tetum terdiri atas bahasa Tetum Prasa dan bahasa Tetum Terik, e) bahasa Makuva (tidak tersedia data bahasanya), dan 2) Bahasa-Bahasa Papua terdiri atas: bahasa Bunak, Bahasa Fataluku, Bahasa Makalero, Bahasa Makasae, dan Bahasa Sa’ane (Lihat Lampiran 2). Lebih lanjut, dari petikan internet lainnya, di Republik Demokratik Timor Leste, hidup 31 bahasa (Lihat Lampiran 2).

LAMPIRAN 2

6 I Nengah Semita Sadnyana, dalam penelitiannya tahun 1993/94, membuat penelitian berjudul

“Frasa Bahasa Galolen”. Juga, Struktur

7 Seterusnya glotolstop („) dinyatakan dengan fonem /q/, karena secara fonologis “bahasa-bahasa di TimorLeste" secara fonologis mengenal fonem /q/.. Ini ditempuh agar tata tulisnya lebih mudah, serta enak dipandang dari sudut penulisan.

(8)

8

DISTRIBUSI BAHASA-BAHASA DI REPUBLIK DEMOKRATIK

TIMOR LESTE

Adabe

Atauru

Baikeno

Bekais

Bunak

Dadu'a

Fataluku

Galoli

Habun

Idalaka

Idaté

Isní

Kairui

Kemak

Lakalai

(9)

9 Lolein

Makalero

Makasae

Makuva

Mambai

Mideki

Nanaek

Naueti

Rahesuk

Raklungu

Resuk

Sa'ane

Tetum Prasa

Tetum Terik

Tokodede

Waimaha

(10)

10

Menyimak uraian “Daftar Pembagian Bahasa dan Wilayah Administrasi Timor Timur” serta “Distribusi Bahasa-Bahasa di Republik Demokratik Timor Leste” dapat disimpulkan bahwa di RDTL hidup dan berkembang tiga puluh satu (31) bahasa. Selanjutnya, dibicarakan sekilas tentang “Legenda Pulau Timor”. Pembicaraan legenda ini secara semiotik sosial (Riana,1995) amat berkaitan dengan bentuk dan gambaran peta Timor Leste. Legendanya sebagai berikut.

“Zaman dahulu di Makasar, Sulawesi Selatan hiduplah “Seekor Anak Buaya,” dan suatu ketika “Sang Anak Buaya”8 itu keluar dari sarangnya untuk mencari makanan. Telah berhari-hari Sang Anak Buaya mencari makan, namun hasilnya sia-sia, karena Sang Anak Buaya tidak menemui sasarannya.

Saat itu, kebetulan musim kemarau, tanah kelihatan retak-retak akibat tak pernah turun hujan.

Akibatnya, Sang Anak Buaya kepanasan bahkan sampai-sampai mendapat celaka. Karenanya, Sang Anak Buaya berusaha mencari air untuk diminum sekaligus untuk menyegarkan tubuhnya. Tdak jauh dari sarang Sang Anak Buaya ada sebuah perkampungan yang dihuni beberapa penduduk. Sang Anak Buaya merayap di bawah rindangnya pepohonan yang tumbuh subur di perkampungan itu. Di perkampungan itu, Sang Anak Buaya menginti hewan peliharan penduduk seperti babi, ayam, anjing, dan kambing, untuk dijadikan korban yang akan dimakannya. Lama Sang Anak Buya berkeliling mencari korbannya, namun tak seekor binatang pun ditemuinya. Akhirnya, dengan perasaan kecewa, sedih, dan kelaparan Sang Anak Buaya kembali ke sarangnya.

Matahari makin mennggi sehingga panasnya menyentak-nyentak. Sang Anak Buaya sadar bahwa tempat itu tak mungkin ditempati lagi, karena tanah bagai bara api membakar badannya. Sang Anak Buaya makin kepanasan, berguli-guling di tanah, sambil menahan lapar dan haus, dan dia merasakan ajalnya sudah dekat. Dalam keadaan genting itu, tiba-tiba muncul “seorang anak laki-laki”, yang akan mengambil air di danau.

“Sang Anak Laki-Laki” mendengar sayup-sayup rintihan kesakitan Sang Anak Buaya. Sang Anak Laki-laki itu mempercepat jalannya, dan mencari suara rintihan yang didengarnya. Amat terkejut Sang Anak Laki-Laki mendapati seekor Anaka Buya sangat kurus, dan hampir binasa, kerena kehausan dan kelaparan. Pelan-pelan Sang Anak Laki-Laki itu mengangkat Sang Anak Buaya, dibawany ke danau, yang airnya sangat bersih dan hijau.

Setelah berada di danau, Sang Anak Buaya meminum air sepuasnya, dan badannya merasa segar, serta kesehatannya sudah pulih kembali. Sang Anak Buaya merasa berhutang budi pada Sang Anak Laki-Laki, namun dia

Eduardo Rado menjelaskan bahwa “Buaya: dianggap Binatang Sucim di NRDTL.

Kemungkinan ini terrjadi akibat legenda terjadinya Pulau Timur yang secara simbolik bentunya seperti “seekor buya”, membujur dari barat daya menuju timu laut Pulau Timor.

(11)

11

tak tahu bagaimana caranya membalas jasa baik Sang Anak Laki-Laki itu.

Keduanya sepakat akan bersahabat, sampai ajal menjemput mereka. Sang Anak Buaya berkata: “Wahai sahabat Sang Anak Laki-Laki, sejak ini kita bersahabat,, dan saya berjanji setiap keturunaku yakni “buaya” tidak akan memakan manusia lagi. Bila “sahabat” ingin bermain-main di sungai atau di laut, panggil saja aku, aku akan segera datang”, jelas Sang Anak Buaya. Selanjutnya, Sang Anak Buay berujar lagi: “Hai sabahatku Sang Anak Laki-Laki, naiklah di atas punggungku, aku akan membawa kamu ke dasar laut sebagai bukti kesetianku padamu. Sang Anak Laki-Laki tak tahu apa-apa, namun segera dan naiklah ke punggung Sang Anak Buaya. Dia dibawa menyelam ke dasar laut, dan betapa gembira Sang Anak laki-Laki melihat keindahan aneka tumbuh-tumbuhan, ikan-ikan yang cantik di dasar laut. Setelah puas di dasr laut, Sang Anak Laki-Laki dibawa ke daratan kembali oleh Sang Anak Buaya, dan Sang Anak Laki-laki pulang kembali ke rumahnya.” 9

Demikianlah secara ringkas “Legenda Terjadinya Pulau Timor” yang secara kontektual mengingatkan kita pada kenyataan bahwa “teks dapat menyatakan sesuatu secara semiotik” (M.A.K Haliliday, 1978, Riana, I Ketut.

1995). Secara semiotik ”Sang Anak Buaya” amat sejalan dengan bentuk Pulau Timor, sedangkan “Sang Anak Laki-Laki” identik dengan masyarakat yang menempati pulau tersebut. Selanjutnya, “Legenda Terjadinya Pulau Timor Leste, dapat dibuktikan dengan “Lampiran 3 di bawah ini

LAMPIRAN 3

LEGENDA TERJADINYA PULAU TIMOR

9 Dikutip dari uraian pada “internet 2010”, serta lihat I Nyoman Suarjana, dkk. 1992/1993.

(12)

12

Lebih jauh, masyarakat RDTL penduduknya sesuai dengan perkiraan tahun 2013, berjumlah 1.172.390 jiwa, luas wilayahnya sekitar 14. 874 km².

Penduduknya paling banyak menganut Agama Katolik yang diperkirakan pendukunynya sekitar 90%, dan ini menyebabkan adanya dua “Keuskupan Agung di Timor Leste” yakni: “Keuskupan Dil, dan “Keuskupan Baucau“ 10 Agama lainnya yang berkembang di RDTL adalah: Aagama Protentan, pendukungnya diperkirakan sekitar 5%, Aagama Islam sekitar 3%, dan sisanya Beragama Hindu dan Buddha.11 Dengan demikian, agama masyarakat RDTL bervarisi sesuai dengan perkembangan keagamaan dewasa ini.

3. Bahasa Makasai: Sekilas

Pada bagian 2 telah diketahui aneka bahasa yang ada di RDTL. Secara gampang ada dua bahasa yang utama yakni: a) Bahasa Austronenesia, dan b) Bahasa Papua (Polynesia). Berikut aneka kalimat dalam Bahasa Makasae. Data berupa aneka kalimat diberikan oleh Antonio Contantino Soares, dalam bentuk kalimat, Desenber 2014, sebanyak 458 kalimat, namun ada nomor yang melompat dari nomor 209, lngsung ke nomor 300, sehingga jumlahnya tidak cocok. Lebih jauh, dalam laporan ini, dipilih data yang lengkap, karena banyak data dan terjemhnnya Berikut sepuluh kalimat sebagai berikut.

1. Gi l aba-laba ma auduuru

„Dia/ia pagi-pagi bangun‟

Dia bangun pagi-pagi‟

2. Mata wori na’u guguane

„Anak itu diam saja‟

„Anak itu diam saja‟

3. Ko’idiki la wai mutu woi waru „Anak-anak sungai di mandi‟

„Anak-Anak mandi di sungai‟

4. Mama basara isi la’a

„Mama pasar ke pergi‟

„Mama pergi ke pasar‟

5. Ko’idiki la asau ninigalima’u „Anak-Anak sudah kembali‟

„Anak Anak sudah kembali‟

10 Peneliti akan mencoba mengikuti seluruh kegiatan keagamaan di Timor Leste, baik Katolik, Protestan, Islam, Hindu dan Buddha. Kehadiran ini diyakini dapat menambah wawasan kebudayaan Timor Leste.

Agama Hindu dan Agama Buddha, masa Kerajaan Singosari bernama “Siwa--Buddha” (I Ketut Riana, 2011,, dan Mpu Tantular sebagai Pujangga Majapahit dalam karyanya yang disalin dan diterjemahkan menjadi Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan Pluralisme dalam Kakawin Sutasoma atau Puru²adha Úanta Karya Mpu Tantular. Buku ini dikontrak Perpustakaan Nasinal RI, (Riana, I Ketut. 2011). Dijelaskan bahwa konsep Siwa-Buddha (sekarang menjadi Agama Hindu dan Agama Buddha) melahirkan pandangan “Bhinneka Tunggal Ika”,menjadi pandangan hidup NKRI. Kedua agama tersebuta hidup “amat selaras dan berdampingan”

sebagai Agama Hindu dan Agama Buddha.

(13)

13 6. Era kadera misa

„Mereka kursi naik‟

„Mereka naik ke kursi‟

7. Kareta wori ninarta luka „Mobil itu mundur‟

„Mobil itu mundur‟

8. Mata wori aisau sidade isi la’a ‘Anak itu sudah pasar ke pergi „Anak itu sudh pergi ke pasar‟

9. Professora ko’i dikila asaraa naula’a „Ibu Guru anak-anak memulangkan‟

„Ibu guru memulangkan anak-anak‟

10. Api gi gisa wori aisau sa;i

„Ikan bakar itu sudah habis‟

„Ikan bakar itu sudah habis‟

DAFTAR PUSTAKA

Ola, Simon Sabon. 2012. “Karakteristik Interaksi Kultural antara Tetun di Belu dengan Tetun Republik Demokratik Timor Leste. Kupang:

Makalah Seminar di PGRI Kupang.

Parera, ADM. 1994. Sejaah Pemerintahan Raja-Raja Timo. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.

Semita, Sadnyana, I Made 1993/1994. Frase Bahasa Galolen dan Strukturnya Soares, Antonio Contantino. 2016. Relasi Gramatikal Bahasa Makasae: Kajian

Tipologi Sintaksis. Denpasar: Tesis S2 Linguistik.

(14)

14

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan pada 167 orang siswi SMP Negeri 5 Kota Manado menunjukkan bahwa siswi dengan asupan protein yang kurang dengan status anemia sebesar

dieksploitasi salah satu diantaranya adalah berada pada wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil seperti hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang dimana ketiga

11 Hasil penelitian tersebut hampir sama dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa hepatotoksisitas merupakan efek samping yang paling sering terjadi pada pasien yang

Bentuk segi delapan memiliki keunggulan dalam hal base shear yang kecil dalam arah X, momen maksimum (kolom dan balok) serta gaya geser kolom yang lebih kecil

Hasil ini didukung peningkatan kemampuan peserta dalam menyusun karya tulis ilmiah dimulai dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, menulis

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul, Pengaruh

Dari hasil riset pasar yang Anda lakukan dan setelah Anda menemukan niche market, lalu membeli domain dan hosting serta memutuskan untuk membuat blog pada domain tersebut

Tidak akan mungkin sebuah perusahaan dapat berjalan jika tidak ada pegawai yang mengoperasikannya, demikian juga dengan sekolah atau tempat kursus lainnya juga membutuhkan