• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERCEPATAN PEMANFAATAN BIOMASA HUTAN UNTUK ENERGI DAN KOMODITAS EKSPOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERCEPATAN PEMANFAATAN BIOMASA HUTAN UNTUK ENERGI DAN KOMODITAS EKSPOR"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PERCEPATAN PEMANFAATAN BIOMASA HUTAN UNTUK ENERGI

DAN KOMODITAS EKSPOR

Oleh:

BAMBANG WIDYANTORO

ASOSIASI PENGUSAHA HUTAN INDONESIA

Focus Group Discussion (FGD) Percepatan Pemanfaatan Biomasa untuk Energi dan Pemberdayaan ekonomi Daerah melalui Video-Conference Applikasi Zoom

Institute for Natural Resources, Energy and Environment (IREEM) dan Ikatan Alumni Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan IPB

Bogor, 30 April 2020

(2)

I. PENDAHULUAN

(Hutan Indonesia Ke Depan?, Portofolio, Regulasi,)

II. PEMENUHAN ENERGI LISTRIK

(PLTBm dari Biomasa Hutan, Potensi PLTBm, dan Kebutuhan Lahan Hutan Tanaman ‘HT’ untuk

PLTBm)

III. TANTANGAN DAN PELUANG

(PLTBm Terkonsentrasi dengan HT)

IV. DUKUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

& DORONGAN A.P.H.I

(PLTBm Terkonsentrasi dengan HT dan Ekspor Biomasa)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

OUTLIN E:

(3)
(4)

Align and Grow Selectively

• Log kayu HTE /HTI

• Wood pellet/chip

• MDF/HDF

• Produk agro- forestry

• Gondorukum &

terpentin

Portofolio Bisnis HTI & Produknya

Low Market Atractiveness High

Low Coherence to Strategic Capabilities High

• Minyak ekaliptus

• Non-kayu lainnya (madu, minyak atsiri, dll)

Divest/ Not Enter

• Particle board

• Kayu arang

Consider to Outsource /

Divest Optimis & Leverage

Coherence

• Integrated Wood Based Industry

• HTI ky Perkakas Grow and Expand

• Log ky HTI Serat

• Pulp & Paper

• Ky. Gergajian

• Plywood

• Wood working

• Serat rayon

(5)

REGULASI

(Kebijakan Permen ESDM No. 4 Tahun 2020)

• Pembelian tenaga listrik dari PLTBm oleh PT PLN (Persero) hanya dapat dilakukan kepada PPL yang memiliki sumber pasokan bahan bakar (feedstock) yang cukup untuk

kelangsungan operasi PLTBm selama masa PJBL.

• Dalam hal BPP Pembangkitan di sistem ketenagalistrikan

setempat di atas rata-rata BPP Pembangkitan nasional, harga pembelian tenaga listrik dari PLTBm paling tinggi sebesar 85%

(delapan puluh lima persen) dari BPP Pembangkitan di sistem ketenagalistrikan setempat.

• Dalam hal BPP Pembangkitan di sistem ketenagalistrikan setempat sama atau di bawah rata-rata BPP Pembangkitan nasional, harga pembelian tenaga listrik dari PLTBm

ditetapkan berdasarkan kesepakatan para pihak.

(6)

GAMBAR 1. PETA POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOMASA DAN SAMPAH DI INDONESIA (32.656 MW)

Jawa , Bali, Madura 9,215 MW

Sumatera 15.588 MW

Kalimantan 5.062 MW

Nusa Tenggara 636 MW

Sulawesi 1.937 MW

Maluku 67 MW

Papua 151 MW

(7)

Rencana Pemenuhan Energi PLTBm dari Biomasa Hutan

ASUMSI-ASUMSI:

 Asumsi Kapasitas 5 mWh = 53,2 ton wood pellet (w/p) atau menghasilkan listrik 72 mWh/hari (= 25.920 mWh/ Thn).

 HTE dengan tanaman cepat tumbuh berdaur pendek atau short rotation coppice /SRC (1 ha = 75 ton small log).

 Total Rencana Energi Biomasa Indonesia 26.147 mWhatt:

Dibutuhkan sekitar 100 juta ton/thn w/p atau 150 juta ton logs/thn perlu lahan utk produksi logs HTE/HTI, HR/HTR seluas 1,5 juta Ha/Thn (netto).

 Jadi, untuk itu perlu lahan seluas ± 6,4 juta Ha (gross) dengan jenis tanaman daur pendek (3 thn).

 Total area yang dialokasikan untuk HTE seluas 5,70 juta Ha + 0,80 juta Ha dari HTI + 0,12 juta Ha (gross = 6,62 juta Ha).

(8)

Kebutuhan Lahan untuk Penyediaan Bahan Baku (Small Logs) untuk Biomass Energy s.d 2030

Tabel 1. Kebutuhan Lahan untuk Penyediaan Bahan Baku Biomass Energy hingga 2030

Sumatera 12.470 64.646.554 47.766.620 71.649.930 716.499

Asumsi:

Kalimantan 4.050 20.993.126 15.511.588 23.267.382 232.674 Sulawesi 1.550 8.033.126 5.935.588 8.903.382 89.034 Maluku 60 312.595 230.973 346.460 3.465 Papua 136 704.506 520.551 780.827 7.808 Nusa Tenggara 509 2.637.619 1.948.908 2.923.361 29.234 Jawa,Bali, Madura 7.372 38.216.448 28.237.709 42.356.563 423.566 Total 26.147 135.543.974 100.151.937 150.227.905 1.502.279

Keterangan Woodpellet

(Ton/Thn)

Logs/Kayu (Ton/Thn)

Kapasitas 1 mWh perlu 10,64 ton woodpellet per hari, menghasilkan listrik 14,4 kWh/ hari,1 Hektar lahan menghasilkan 100 ton logs, dan 1 kg woodpellet perlu 1,5 kg logs, Proyeksi Biomasa Hutan 80% dari Target PLTBm Pulau

Pulau

Kapasitas PLTBm (mWh)

Produksi Listrik

(mWh/Thn)

Kebutuhan BB Netto Luas

Lahan Produksi

(Ha/Thn)

(9)

Rencana Pengembangan

Energi Biomassa Kayu dari Hutan Produksi (Non-Perhutani)

• Perubahan paradigma yaitu bahan baku kayu menjadi bahan baku industri energi biomasa/biofuel yang disiapkan khusus untuk energi Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm).

Total luas lahan (gross) ± 6,5 juta hektar

+

• Limbah tebangan/industri pengolahan kayu juga berpotensi sebagai bioenergi, tetapi biaya koleksi mahal dan teknologi pemanfaatannya masih terbatas.

Areal HTE seluas 5,7 juta Ha dapat menghasilkan energi primer

sebesar 85,155 MTOE

(Sumyartono , 2014, dalam studi BEE Bangkalan)

Hutan Tanaman (HTI) yang didedikasikan untuk energi sebesar 800.000 ha (RoadMap Pembangunan Hutan Produksi 2019 – 2045)

(10)

Perhutani: Rencana Pengembangan Tanaman Biomassa

Capex Perhutani

9 Klaster

Total luas 104.882 Ha

Kerjasama Penanaman 13 Klaster

Kerjasama Penanaman

Kerjasama Penanaman dan

Industri

Alokasi lahan : 22.368 Ha (5 klaster)

Alokasi lahan : 20.340 Ha (4 klaster)

Industri Perhutani

Kerjasama Operasional Hulu - Hilir

Kontrak Pembelian Jangka Panjang

Alokasi lahan : 41.362 Ha (9 Klaster)

Alokasi lahan : 9.532 Ha (2 klaster)

Alokasi lahan : 11.278 Ha (2 klaster)

Sumber: Perhutani, 2018

(11)

Rencana Penanaman Tanaman Biomassa di Inhutani (Anak Perusahaan Perhutani)

Sumber: Perhutani, 2019

2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026

PT. INHTANI I 4,880 2,500 2,500 1,200 - - - - 11,080 PT.INHUTANI II 1,000 850 850 850 850 850 850 850 6,950 PT. INHUTANI V 500 348 348 348 196 - - - 1,740 JUMLAH 6,380 3,698 3,698 2,398 1,046 850 850 850 19,770

RENCANA LUAS TANAMAN (Ha)

ANAK PERUSAHAAN JUMLAH

TOTAL

(12)

Permasalahan UTAMA

(1) Harga listrik PLN < BPP industri PLTBm (Hrg beli PLN = 0,85% * Hrg Batubara * (NC

biomasa/NC Batubara). Dasar GAR 6.322 hrg US$70/ton);

(2) Lokasi HTI/HTE banyak di remote area;

(3) Logistik (pengangkutan kayu bulat kecil ‘KBK’

ke pabrik rata-rata jarak > 80 Km), Tarif pungutan DR & PSDH relatif mahal;

(4) PLTA masih banyak menggunakan batubara (karena lebih murah);

(5) Dukungan pemerintah masih belum penuh (insentif blm dirumuskan, baik utk green product maupun climate change.

(13)

TANTANGAN dan PELUANG

PLTBm TERKONSENTRASI

DENGAN H.T KAYU ENERGI

(14)

Tantangan PLTBm dalam investasi HTE

• Biaya penanaman per hektar sangat besar pada tahun”

awal (Rp18 juta/ha) sementara harga listrik rendah  kayu hasil land clearing HTE bisa mendukung pada awal operasional produksi w/p atau w/c untuk PLTBm.

• Pemenuhan persyaratan skema sertifikasi kelestarian hutan (FSC, PEFC, dan SFI) untuk produk wood pellet (w/p)  pasar global;

• Pengintegrasian hulu-hilir (feed stock - industri wood pellet/chips - PLTBm) yang optimal  pasar domestik;

• Formulasi blended (cofiring) w/p atau w/c dengan batubara yang kalori rendah (GAR < 6.322 kkal);

• Rumusan kebijakan insentif dan/atau subsidi agar bisnis

w/p atau w/c menarik ( potensi BPDLH).

(15)

Peluang dalam investasi HTE

• Negara Annex 1 memiliki paten teknologi terbaru namun tidak bisa memanfaatkannya, sementara Indonesia

memiliki sumber daya hutan yang luas sebagai sumber biomasa hutan untuk pasokan ke Negara maju;

• Pasar wood pellet sangat terbuka (Uni Eropa, Inggris

Raya, Korea Selatan, Jepang, dll), dan mulai berkembang cofing system (bended batubara dan biomass energy);

• Insentif dari BPDLH (dana lingkungan hidup) untuk

produk hijau dlm rangka pengurangan emisi karbon (NDC 2030 sebesar 29% dari BAU (unconditional), untuk sektor Kehutanan sebesar 17,2% dari BAU);

• Terbukanya mekanisme kerjasama dukungan pendanaan (bilateral dan mutilateral) terhadap pembangunan ramah lingkungan termasuk untuk penurunan GRK (Paris

Agreement).

(16)

Bahan Baku PLTBm dari W/P Kayu Alam Vs HTE (Perhitungan Permen ESDM No. 50/2017)

Harga kayu serpih (chips) lebih murah daripada wood pellet kayu alam Rp1.220.000,- vs Rp1.705.860,-/ton on site;

Harga KBK Alam yang diminta adalah minimum Rp650.000/ton (FoB), sedangkan dari HTE min Rp450.000,-/ton;

BPP listrik per kWh Rp3.000,- (di Papua & Maluku) Rp3.000 x 85%

= Rp2.550,-/kWh (= $ 18.21 cent USD)  tertinggi.

dan Rp1.955,-/kWh  terendah.

Hasil Analisa: jika menggunakan w.pellet dari:

o Kayu Hutan Alam (1 kWh = 0,75 kg w/p), HJL minimum sebesar Rp2.800,-/kWhtidak ada keuntungan

o Kayu HT Energi, HJL min Rp1.845,-/kWh  ada margin 6%

Untuk saat ini, bisnis wood pellet lebih berorientasi ekspor untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi (ekspor).

(17)

DUKUNGAN KEBIJAKAN UNTUK MEMPERCEPAT PEMANFAATAN

BIOMASA HUTAN

(18)

Dukungan Kebijakan Teknis & Fiskal

• Harga beli tenaga listrik oleh PLN perlu ditinjau kembali karena masih belum menarik untuk usaha PLTBm;

• Verifikasi Legalitas Kayu (VLK) cukup untuk mendukung sayarat ekspor produk w/p ke negara tujuan  Khusus untuk UKM;

• Izin pembangunan PLTBm di dalam kawasan Hutan Produksi dipermudah;

• Jika harga beli listrik oleh PLN < BPP, maka harus ada subsidi/

insenstif fiskal dari Pemerintah kpd IPP BLTBm atau insentif lainnya (misal kemudahan” berusaha);

• Perubahan tarif DR khusus kayu energi dari 4 USD ke 0 USD

(bukan dengan tarif KBK).

(19)

Permen LHK P. 62/2019 tentang Pembangunan HTI (serat, pertukangan, dan bioenergy):

 Untuk dukung: Industri HH, penyediaan Bahan Baku bioenergi berbasis biomassa kayu dan biofuel,

ketahanan pangan, obat-obat, kosmetik, kimia, dan/atau pakan;

 HTI  biomass energy dgn daur pendek (short

rotation coppice/SRC < 5 thn) dan tanaman tahunan berkayu  industri boleh di dalam areal kerja

w/p, w/c, arang kayu, biofuel, biogas

Peraturan terkait Biomass Energy

(20)

Dukungan kebijakan (lanjutan ...)

Tingkat Kolektivitas:

• Ukuran volume kayu energi tidak SM, tetapi alternatifnya dengan Tonase atau Hektar (berdasarkan kajian nilai

tanah mirip bonita tanah)  juga dapat sistem wilayah/

rayonisasi (tingkat kolektivitas);

• Jika kelomppok tani atau koperasi yang usahanya termasuk biomas energy, maka bisa membangun

kolektivitas dalam penyediaan BB berupa kayu energi.

Catatan:

Tindakan kolektif (collective action) diartikan sebagai tindakan sukarela yang diambil oleh kelompok untuk mengejar pencapaian tujuan bersama dalam kelembagaan kelompok tani maupun koperasi.

(21)

Dukungan kebijakan (lanjutan ...)

Tingkat Operasional:

• Jenis tanaman diserahkan kepada pemegang IUPHHK-HT (perubahan RKU harus sederhana);

• Lokasi areal HTE sebaiknya dekat dengan fasilitas jaringan listrik dan infrastruktur: pelabuhan, jalan pemerintah.

• Chipper (mesin produksi serpihan kayu) boleh masuk ke lokasi tebangan;

• Lokasi HTE tidak hanya pada daerah marginal.

(22)

Dukungan APHI untuk Memenuhi Kebutuhan Pembangkit Energi Listrik

• Mendorong kerjasama pengintegrasian antara HTE – Industri W/P atau W/C – PLTBm (sharing pengalaman antar-anggota);

• Menginisiasi negosiasi antara off-taker (PLN) dan Perusahaan yang terintegrasi tersebut;

• Membantu anggota APHI dalam membahas berbagai peraturan & kebijakan terkait HTI & HTE untuk penyedia bahan baku biomass energy dgn Kemen LHK, dan Kemen ESDM;

• Mencarikan peluang pendanaan pembangunan HTE dengan Lembaga Keuangan Alternatif (BLU atau Dana Ekonomi Lingkungan, serta sumber-sumber dana lain);

• Memfasilitasi pemasaran log HA & HTI/E dalam negeri

dan Ekspor Produk (kerjasama dgn PNORS  Australia)

(23)

Kesimpulan dan Saran

(1) Guna mempercepat peman- faatan biomasa hutan untuk energi sangat tergantung dari intervensi kebijakan (antara lain insentif/subsidi);

(2) Cofiring (blended batubara &

biomasa) menjadi pilihan terbaik saat ini untuk men- substitusi energi fosil;

(3) Perlu perbaikan harga listrik dari tenaga biomasa (PLTBm) oleh PLN.

(24)

How to accelerate utilisation of

biomass energy ?

Gambar

GAMBAR 1. PETA  POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOMASA  DAN SAMPAH DI INDONESIA (32.656 MW)

Referensi

Dokumen terkait

Subjek penelitian adalah pasien yang menderita retinopati diabetika proliferatif yang memenuhi kriteria yaitu, penderita retinopati diabetika dengan indikasi laser

Berdasarkan Gambar 1, 3 dan 4 hubungan mor- talitas pada serangga uji ) dari ke- tiga tanaman penghasil insektisida nabati (mimba, suren dan sirsak) ternyata pada peletakan hari

Proses perancangan dilakukan dengan rekontruksi ulang dari bed mesin bubut konvensional di laboratorium mesin perkakas program studi teknik mesin UMK,

Pembangunan Daerah Tertinggal Pengembangan Ekonomi Lokal Peningkatan Aksesibilitas/ Konektivitas Pemenuhan Pelayanan Dasar Publik Peningkatan SDM dan Iptek Kemen PDTT, Kemen

Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu)

Analisis sistem bekerjasama dengan pemakai untuk dapat merancang konsep yang menentukan keseluruhan pesan dan membuat aliran (urutan) pada aplikasi multimedia yang akan

Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Bangka Barat menetapkan daftar nominatif berdasar usulan yang disampaikan oleh sekolah serta disandingkan dengan

Dengan memperhatikan setiap rangkaian sanad hadis di atas, baik ditinjau dari masa hidup, ataupun penjelasan dari masing-masing sanad bahwa mereka saling memberi dan menerima