ANALISIS HUBUNGAN CADANGAN DEVISA, JUMLAH UANG BEREDAR (JUB) DAN NET EKSPOR TERHADAP NILAI TUKAR
RUPIAH DI INDONESIA MURTALA
Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh
E-Mail: [email protected] Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan cadangan devisa, jumlah uang beredar, dan net ekspor terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder selama periode Tahun 1988 – 2019. Alat analisis data yang dgunakan ialah metode analisis Vector Auto Regression (VAR). Hubungan cadangan devisa, jumlah uang beredar dan net ekspor tidak sgnifikan terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia. Variabel nilai tukar membutuhkan waktu empat sampai delapan tahun untuk kembali pulih akibat shock yang diberikan oleh variabel lain dalam penelitian ini. Kontribusi yang paling dominan terhadap variabel nilai tukar, cadangan devisa dan jumlah uang beredar adalah variabel itu sendiri, sedangkan untuk variabel net ekspor kontribusi terbesar diberikan oleh nilai tukar. Pemerintah diharapkan dapat menjaga kestabilan nilai tukar agar tidak menimbulkan gejolak ekonomi yang lebih parah. Pemerintah juga dapat mengkaji dalam setiap kebijakan utang luar negerinya. Karena pertumbuhan dan penambahan utang luar negeri secara tidak langsung bisa menguras cadangan devisa suatu negara. Meningkatkan kualitas dan kuantitas barang ekspor karena dengan meningkatkan ekpor bisa menambah cadangan devisa negara sehingga pembiayaan akan kebutuhan negara bisa terpenuhi tanpa harus melakukan utang luar negeri. Menggalakkan cinta produk dalam negeri agar masyarakat selaku konsumen bisa mengurangi kebutuhan akan barang-barang luar negeri Kata Kunci : Cadangan Devisa, Jumlah Uang Beredar, Net Ekspor Dan Nilai Tukar
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of fiscal policy in the form of taxes and personnel expenditures on economic growth in Aceh Province. The type of data used is secondary data using the variables of taxes, personnel expenditures and economic growth using a regression model. The results show that fiscal policy in the form of taxes has a negative and significant effect on economic growth in Aceh Province. Fiscal policy in the form of personnel expenditure has a negative and significant effect on economic growth in Aceh Province, meaning that the higher the number of personnel expenditures, the lower economic growth in Aceh Province. Fiscal policies, both taxes and personnel expenditures, affect economic growth in Aceh 81.8 percent and the remaining 18.2 percent is influenced by other variables outside this research model.
It is hoped that the local government and the central government can help the province and encourage economic growth activities in Aceh, by not increasing taxes and personnel spending. The government is expected to maintain the stability of the exchange rate so as not to cause more severe economic turmoil.
The government can also review each of its foreign debt policies. Because growth and the addition of foreign debt can indirectly deplete a country's foreign exchange reserves. increasing the quality and quantity of export goods by increasing exports can increase foreign exchange reserves so that the financing of the country's needs can be met without having to incur foreign debt. Promote love for domestic products so that people as consumers can reduce the need for goods abroad.
Keywords: Fiscal Policy in Terms of Taxes and Employee Expenditures and Economic Growth
PENDAHULUAN
Berkembangnya dunia globalisasi membuat semakin intens nya perniagaan internasional yang dilakukan oleh antar negara. Hal ini didasarkan atas dua faktor utama yaitu pertama adalah karena pada dasarnya negara-negara yang berdagang tersebut berbeda satu sama lain, sehingga negara tersebut melakukan perniagaan internasional dengan tujuan saling mengambil keuntunagan dan yang kedua negara negara tersebut melakukan perniagaan internasional untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi.
Untuk mempermudah transaksi dalam perniagaan internasional tersebut, perlu adanya kesepakatan penggunaan mata uang yang dapat diterima oleh pasar internasional. Hal ini karena setiap negara mempunyai mata uang nya sendiri yang berlaku sebagai nilai tukar yang sah di batas-batas Negara tersebut. Mata uang yang sering kali menjadi standar pembayaran di dunia internasional adalah
Dollar Amerika Serikat
(US$).Penyebabnya adalah kondisi perekonomian Amerika yang relative kuat dan stabil, serta Amerika Serikat memiliki semua sumber daya, faktor produksi dan komoditas yang membuat perekonomian nya cukup mengandalkan pasar domestic tanpa harus bergantung terhadap perdagangan luar negri (Musyaffa & Sri, 2017).
Tabel 1
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat
(USD) Tahun 1988-2019
Tahun Nilai Tukar (Rupiah)
1988 1.729
1989 1.795
1990 1.901
1991 1.992
1992 2.062
1993 2.110
1994 2.200
1995 2.308
1996 2.383
1997 4.650
1998 8.025
1999 7.100
2000 9.595
Tahun Nilai Tukar (Rupiah)
2001 10.400
2002 8.940
2003 8.465
2004 9.290
2005 8.830
2006 9.020
2007 9.419
2008 10.950
2009 9.400
2010 8.991
2011 9.068
2012 9.670
2013 12.189
2014 12.440
2015 13.795
2016 13.600
2017 13.548
2018 14.710
2019 13.901
Sumber: Badan Pusat Statistik (2020)
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 1988 hingga 2019 kurs Indonesia cendrung melemah. Pelemahan terburuk pertama kali pada tahun 1997 yaitu dari Rp.2.383 per USD menjadi Rp 4.650 per USD dan terus merosot tahun 1998 menjadi RP 8.025 per USD.selama periode 1988 hingga 2019 kurs Indonesia terparah adalah sebesar Rp 14.710 per USD yaitu pada tahun 2018.
Sulaiman, (2019) menjelaskan bahwa peningkatan cadangan devisa dalam balance of payment akan mampu membuat nilai tukar terapresiasi. Cadangan devisa yang kuat akan mampu mencukupi berbagai kebutuhan valuta asing masyarakat. Dalam kondisi rupiah yang terdepresiasi maka akan semakin banyak pula otoritas moneter mengeluarkan cadangan devisa guna menjaga keseimbangan nilai rupiah.
Tabel 1
Perkembangan Cadangan Devisa Indonesia Tahun 1988 – 2019
Tahun Cadangan Devisa (Juta US$)
1988 6.321
1989 6.699
1990 8.653
1991 10.375
1992 11.482
1993 12.474
1994 13.321
1995 14.907
Tahun Cadangan Devisa (Juta US$)
1996 19.396
1997 17.486
1998 23.605
1999 27.345
2000 29.352
2001 28.103
2002 32.303
2003 36.256
2004 36.310
2005 34.724
2006 42.586
2007 56.920
2008 51.639
2009 66.105
2010 96.207
2011 110.123
2012 112.781
2013 99.387
2014 111.862
2015 105.931
2016 116.362
2017 130.196
2018 120.654
2019 129.183
Sumber: Badan Pusat Statistik (2020) Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 1988 hingga tahun 2019 cadangan devisa Indonesia berfluktuasi.
Cadangan devisa tertinggi terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar 130.196 juta US$.
Pada tahun 2019 cadangan devisa Indonesia berada di angka 129.183 juta US$.Cadangan devisa Indonesia masih terbilang sedikit, dampaknya adalah Indonesia tidak bisa melakukan pembayaran internasional dan menjaga keseimbangan kurs sehungga berdampak terhadap defisit nya neraca pembayaran serta depresiasi nilai rupiah(Sonia &
Setiawina, 2016)
Factor lain yang juga mempengaruhi kurs adalah jumlah uang beredar. Menurut Musyaffa & Sri, (2017) money supply sangat berperan penting dalam perekonomian. Money supply adalah bagian makro ekonomi yang mendasarkan pada konsep teori kuantitas uang dalam ekonomi moneter. Apabila money supply bertambah mengakibatkan kurs melemah atau mengalami depresiasi.
Sedangkan apabila money supply berkurang berdampak pada terapresiasi atau menguat nya kurs (Aryani and Murtala, 2019).
Tabel 3
Perkembangan Jumlah Uang Beredar Indonesia Tahun 1988-2019
Tahun JUB (Milyar Rupiah)
1988 14.392
1989 20.114
1990 23.819
1991 26.342
1992 28.779
1993 37.036
1994 45.374
1995 52.677
1996 64.089
1997 78.343
1998 101.197
1999 124.633
2000 162.186
2001 177.731
2002 191.939
2003 213.784
2004 245.946
2005 271.140
2006 347.013
2007 450.055
2008 456.787
2009 515.824
2010 605.411
2011 722.991
2012 871.722
2013 887.081
2014 942.221
2015 1.055.439
2016 1.237.642
2017 1.390.806
2018 1.457.149
2019 1.565.358
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia, (2020)
Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah uang yang beredar di Indonesia dari tahun 1988-2019 terus mengalami peningkatan. Mulai dari 14.392 milyar rupiah pada tahun 1988 hingga mencapai 1.565.358 milyar rupiah pada tahun 2019.
Indonesia adalah negara yang menganut sistem perekonomian terbuka dengan melakukan perdagangan dengan negara lain melalui aktivitas ekspor dan impor (Mustika et al., 2015). Pengurangan total ekspor dengan total impor disebut dengan ekspor neto (net export)(Sulaiman, 2019). Ekspor neto berperan dalam kurs, hal tersebut sesuai dengan teori balance of payment, ekspor neto dapat mendorong naik dan turunnya kurs. Eskalasi neraca perdagangan memungkinkan terapresiasinya kurs. Sebaliknya degradasi nilai ekspor neto atau defisit neraca perniagaan menyebabkan depresiasi mata uang suatu negara. Berikut adalah data perkembangan net ekspor di
Indonesia periode 1988-2019:
Tabel 4
Perkembangan Net Ekspor Indonesia Tahun 1988 – 2019
Tahun Net Ekspor
(Juta US$)
1988 5.970,0
1989 5.799,3
1990 3.838,3
1991 3.273,5
1992 6.687,5
1993 8.495,2
1994 8.069,9
1995 4.789,3
1996 6.886,4
1997 11.763,5
1998 21.510,7
1999 24.662,1
2000 28.609,2
2001 25.358,8
2002 25.869,9
2003 28.507,5
2004 25.060,2
2005 27.959,0
2006 39.733,1
2007 39.627,5
2008 7.823,1
2009 19.680,8
2010 22.115,8
2011 26.061,0
2012 - 1.668,7
2013 - 4.076,9
2014 - 2.199,3
2015 7.671,5
2016 9.481,2
2017 11.842,7
2018 - 8.698,6
2019 - 3.202,4
Sumber: Badan Pusat Statistik (2020) Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai ekspor neto Indonesia dari tahun 1988 hingga tahun 2019 bervariasi dan berfluktuasi. Ekspor neto tertinggi yaitu sebesar 39.733,1 pada tahun 2006, dan yang terendah sebesar minus 8.698,6 pada tahun 2018.
Penelitian sebelumnya telah banyak mengkaji tentang variabel cadangan devisa dan jumlah uang beredar terhadap nilai tukar. Seperti penelitian yang dilakukan (Yulianti, 2014) didalam penelitian sebelumnya ini tidak adanya variabel net ekspor. Dan pada penelitian yang dilakukan oleh Noor (2011), Nurul Hazizah & Viphindrartin (2017), Mahmood Ali et al (2015), Maitra (2010), Sean et al (2019) hanya satu variabel yang sama yaitu variabel jumlah uang beredar
sedangkan penelitian Hasyim (2019) sama menggunakan cadangan devisa. Novelti dalam penelitian ini adalah penggunaan model dinamis dalam menganalisa hubungan antar variabel yang di analisis.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan metode analisisnya yaitu Linear Regresi Berganda, dan VECM. Sedangkan pada penelitian ini memggunakan metode analisis model Vector Autoregression (VAR) .
Selanjutnya bagian kedua dari penelitian ini akan membahas tinjauan teoritis, metode penelitian akan dibahas pada bagian ketiga. Kemudian pada bagian ke empat akan dibahas hasil penelitian dan pembahasan. Pada bagian kelima akan membahas kesimpulan dan saran.
LANDASAN TEORITIS Nilai Tukar
kurs atau nilai tukar adalah suatu harga relatif yang diartikan sebagai nilai dari suatu valuta terhadap valuta lainnya.
Hal tersebut menentukan daya beli paling tidak untuk barang yang diperdagangkan dari satu nilai mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Landa, 2017).
Sukirno dalam Sulaiman (2019) menyatakan kurs valuta asing menunjukan harga valuta suatu negara dinyatakan dalam valuta negara lain. Contoh untuk mendapatkan 1US$ maka seorang konsumen harus mengeluarkan sebesar Rp13.000. Hal ini sejalan dengan pendapat (Musyaffa and Sri, 2017) yang mendefinisikan kurs sebagai harga yang harus dibayar oleh valuta suatu negara untuk memperoleh valuta negara lain.
Pada dasar nya terdapat tiga sistem nilai tukar yaitu (Putri, 2015)
1. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate)
Sistem ini mulai ditetapkan di Indonesia pada tahun 1970 hingga tahun 1978.Pada sistem kurs tetap nilai kurs ditetapkan pada nilai tertentu.
2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managing Floating Exchange Rate System)
Sistem ini ditetapkan di Indonesia mulai tahun 1978 hingga Juli 1997.Sistem ini merupakan sistem yang berada diantara sistem fixed exchange rate dan managing floating exchange rate dimana Bank Indonesia menentukan kisaran batasan dalam mobilitas kurs sehingga ketika kurs menyentuh batas yang telah ditetapkan otoritas moneter akan melakukan intervensi agar rupiah tetap dalam batas yang wajar dan tidak terlalu berfluktuatif.
3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (Floating Exchange Rate System)
Sistem ini mulai dijalankan di Indonesia di bulan Agustus 1997 hingga sekarang dimana nilai kurs dibiarkan mengikuti kekuatan pasar.
Adapun faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing adalah sebagai berikut (Landa, 2017):
1. Pembayaran Untuk Impor Semakin tinggi impor barang dan jasa maka semakin tinggi permintaan terhadap valuta asing sehingga menyebabkan depresiasi terhadap nilai tukar domestik dan sebaliknya.
2. Aliran modal keluar (Capital Outflow)
Semakin besar sirkulasi dana keluar yang meliputi pembayaran utang luar negri ataupun pemindahan dana penduduk ke luar negri, maka banyak pula permintaan terhadap valuta asing yang berakibat pada depresiasi kurs.
3. Kegiatan Spekulasi
Bertambah banyak nya spekulan yang melakukan kegiataan spekulasi valas
juga akan menyebabkan semakin banyaknya permintaan terhadap jumlah valas sehingga akan memperlemah kurs domestik.
4. Penerimaan Hasil Ekspor
Semakin besarnya jumlah hasil ekspor yang diterima menyebabkan semakin banyak pula valas yang diterima yang menyebabkan penguatan atau apresiasi valuta domestik.
5. Aliran Modal Masuk (Capital Inflow) Semakin besar valuta asing yang didapat dari aliran masuk modal ke dalam suatu negara seperti penerimaan utang luar negri ataupun investasi langsung dari pihak asing akan menyebabkan apresiasi terhadap mata uang negara tersebut.
Cadangan Devisa
Angkatan kerja dapat dijelaskan dengan beberapa definisi yaitu angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suaru perekonomian pada suatu waktu tertentu. Selain itu angkatan kerja dapat didefinisikan dengan penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan.
Menurut Mulyadi, angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produksi yaitu produksi barang dan jasa (Mulyadi,2001).
Cadangan devisa dengan nama lain foreighn exchange reserves, foreighn reserves dan foreighn currencies merupakan valas, deposito asing, dan obligasi kepunyaan otoritas moneter suatu negara atau dapat juga diartikan sebagai cadangan internasional resmi yang merupakan asset Bank Indonesia yang dimiliki dalam berbagai valuta seperti Dollar AS, Poundsterling Inggris, Eouro dan Yen Jepang (Chinweobo Emmanuel, 2013).
Kuswantoro (2017) menuturkan cadangan devisa merupakan asset (aktiva) luar negri yang diambil alih Bank Sentral
sebagai pembiayaan untuk kestabilan moneter serta untuk tujuan lainnya. Dari definisi tersebut maka cadangan devisa suatu Negara yang tersimpan di bank sentral dapat digunakan untuk menjaga kestabilan nilai tukar dan membiayai defisit atau ketidak seimbangan di neraca pembayaran.
Sonia & Setiawina (2016)berpendapat bahwa international reserves atau yang lebih dikenal sebagai cadangan devisa adalah asset liquid dan berharga tinggi dan nilainya telah diakui secara internasional untuk transaksi internasional.
Komponen cadangan devisa dapat berbentuk (Afifah S. Senen, robby joan Kumaat, 2020):
a) Emas moneter (monetary gold), merupakan emas batangan kepunyaan bank sentral berstandarkan global.
b) Special Drawing Rights(SDR) merupakan sarana yang diberikan IMF kepada anggota nya guna menambah likuiditas internasional dalam bentuk alokasi dana.
c) Reserve Position in the Fund (RPF) merupakan cadangan devisa suatu negara yang disimpan di rekening IMF sebagai penunjuk kekayaan dan kewajiban negara tersebut pada IMF.
d) Valuta asing (foreighn Exchange) yang terdiri atas UKA (uang kertas asing), surat berharga (seperti:
penyertaan, saham, obligasi, dan instrument pasar uang lainnya) dan derivatif keuangan.
e) Tagihan Lainnya
Terdapat 3 sistem devisa menurut Bank Indonesia (Aulia & Masbar, 2016):
a) Sistem Devisa Kontrol, diatur dalam UU no. 32 tahun 1964 yaitu penggunaan devisa wajib atas persetujuan negara karena negara memiliki hak penuh atas kepemilikan devisa sehinnga
seluruh nya harus diserahkan pada negara.
b) Sistem Devisa semi Bebas, dimana tidak semua devisa dimiliki oleh bank sentral melainkan hanya devisa hasil ekspor. Sedangkan devisa hasil umum dapat dimanfaatkan secara bebas.
c) Sistem Devisa Bebas, dimana baik devisa hasil ekspor maupun devisa umum tidak dimiliki oleh negara sehingga masyarakat dibebaskan untuk mendapatkan dan memanfaatkannya.
Cadangan devisa suatu negara berada pada posisi stabil ketika mampu mencukupi minimal tiga bulan impor dan sebaliknya dinyatakan dalam posisi yangrentan apabila hanya mampu mencukupi dua atau satu bulan impor (Kamaludin dalam Sonia and Setiawina, 2016) (Gokhale & Raju, 2013).
Jumlah Uang Beredar
Utari D.L Kiay Demak, Robby J.Kumaat, (2018) mendefinisikan jumlah uang beredar dalam arti minim (M1) yaitu uang kartal dan uang giral serta jumlah uang beredar dalam arti lepas (M2) yaitu M1 ditambah tabungan dan deposito berjangka. Burhani dalam Fajar et al (2018) berpendapat JUB di Indonesia mayoritas diterjemahkan dalam artian M1 atau artian sempit dikarenkan banyak yang beranggapan bahwa uang kuasi hanya bagian dalam likuiditas.
Besaran uang beredar di masyarakat ditentukan oleh korelasi permintaan dan penawaran atas uang.
Besaran money supply pada suatu periode lazim ditentukan oleh bank sentral, bank umum serta masyarakat (Maulana, 2013).
Pernyataan diatas sejalan dengan pendapat Perlambang (2017) nilai uang ditentukan oleh supply dan demand terhadap uang, dimana money supply ditentukan oleh bank sentral, sementara jumlah uang yang diminta ditentukan oleh faktor lain diantaranya tingkat harga rata-rata dalam
perekonomian. Besaran money demand untuk kegiatan transaksi tergantung pada tarif output nya, artinya semakin tinggi harga suatu output menyebabkan bertambahnya demand money.
Net Ekspor
(Sulaiman, 2019) mendefinisikan net ekspor sebagai hasil ekspor bersih yang didapat dari selisih nilai ekspor impor.
Ekspor neto yang positif memicu bertambahnya PDB sedangkan ekspor neto negatif memicu penurunan PDB. Ekspor netto bernilai positif apabila nilai ekspor melebihi impor, sedangakan ekspor neto bernilai negatif apabila nilai ekspor sedikit dibandingkan impor (Anggraini, 2019).
Ekspor merupakan salah satu sumber devisa, sehingga negara wajib berupaya memanifestasikan komoditas yang laris di pasaran internasional.
Kemampuan bersaing ini sangat ditentukan berbagai faktor, antara lain potensi alam, potensi manusia, teknologi, manajemen dan bahkan sosial budaya.
(Sulaiman, 2019). Ekspor adalah penjualan barang yang dilakukan antar negara guna memperoleh keuntungan baik individu, perusahaan ataupun negara (Aryani &
Murtala, 2019). Sedangkan Benny (2011) mendefinisikan ekspor sebagai pembelian negara lain atas barang buatan perusahaan- perusahaaan lain.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diringkas definisi ekspor adalah kegiatan penjualan barang yang dilakukan melewati batas-batas negara guna memperoleh keuntungan yang bisa dilaksanakan oleh individu, perusahaan ataupun negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Terdapat beberapa jenis dan cara transaksi dalam perdagangan internasional, diantaranya (Sulaiman, 2019):
a) Ekspor biasa, yaitu transfer komoditi ke manca negara berdasarkan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya dengan pihak importer
dan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku secara umum.
Penerimaan dalam bentuk devisa ini dapat dijual kepada money changer atau dipakai sendiri oleh eksportir.
Jika eksportir menjual devisa ke bank Indonesia maka eksportir akan memperoleh pembayaran dalam nilai rupiah sesuai dengan ketetapan kurs dalam bursa valas.
b) Barter, adalah transfer komoditi ke manca negara dengan cara menukarkan langsung komoditi dengan komoditi tanpa memperoleh pemasukan dalam rupiah.
c) Konsinyasi, adalah transfer komoditi untuk dijual dengan pembayaran dalam rupiah, namun dalam jenis ini belum ada kepastian pembeli.
d) Package Deal, transfer komoditi ke manca negara guna memperluas pangsa pasar berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.
e) Penyelundupan (Smuggling), yaitu tindakan pihak pihak yang mencoba meloloskan komoditi dengan mengabaikan peraturan pemerintah.
Praktek penyelundupan ini terjadi hamper di seluruh Negara, baik secara perorangan maupun badan usaha.
Pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab ini hanya mementingkan keuntungan sepihak tanpa mementingkan pihak lain.
Impor adalah proses pembelian barang atau jasa asing dari suatu negara ke negara lainnya (Sonia & Setiawina, 2016).
Sedangkan menurut Sabtiadi & Kartikasari (2018) impor adalah kegiatan memasukan komoditi. Impor adalah proses memasukan komoditi secara legal (Benny, 2011).
Impor adalah pembelian barang dari luar negri sesuai dengan ketentuan pemerintah dan pembayarannya menggunakan valuta asing. Impor dilakukan karena tidak tersedianya komoditi domestik dikarenakan langkanya faktor produksi
ataupun biaya yang mahal dalam pembuatan komoditi tersebut.
Kerangka Konseptual
Gambar 1. Kerangka Konseptual
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yaitu varibel yang dipengaruhi oleh varibel lain, varibel dependen dalam penelitian ini adalah nilai tukar (Y). Variabel independen, yaitu variabel bebas tidak dipengaruhi variabel lain. Variabel independen penelitian ini yaitu cadangan devisa (X1), jumlah uang beredar (X2), dan net ekspor (X3).
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan penyataan peneliti mengenai hubungan antara variabel yang mempengaruhi dengan variabel yang dipengaruhi di dalam penelitian.
Maka dalam penelitian ini dikemukakan hipotepesis sebagai berikut:
H0 : Diduga variabel cadangan devisa, jumlah uang beredar, dan net ekspor tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah H1: Diduga variabel cadangan
devisa, jumlah uang beredar, dan net ekspor memiliki hubungan yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah
METODE PENELITIAN Data dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang digunakan tahun 1998- 2019.
Metode Analisis Data
Penelitian menggunakan model dinamis dengan pendekatan vector Autoregression (VAR) yang sifatnya a theory. VAR biasanya digunakan untuk memproyeksikan sistem variabel-variabel runtut waktu dan untuk menganalisis dampak dinamis dari factor gangguan yang terdapat dalam system variabel tersebut.
Selaku elemen ekonometrika, model VAR termasuk dalam pengkajian runtut waktu multivariate. Pada dasarnya analisis VAR bisa dipadankan dengan suatu model persamaan simultan, dikarenakan dalam model VAR mempertimbangkan secara bersama sama beberapa variabel endogen dalam satu model. Perbedaan model VAR dengan persamaan simultan biasa adalah model VAR selain dipengaruhi oleh nilainya dimasa lalu juga disebabkan oleh nilai masa lalu dari semua variabel yang diteliti dalam model (Suhel, 2008).
Dalam estimasi VAR, untuk melihat apakah variabel Y mempengaruhi X dan demikian pula sebaliknya, dapat diketahui dengan cara membandingkan nilai t-statistik hasil estimasi dengan t- Tabel. Jik nilai t-statistik lebih besar dari nilai t-Tabel, maka dapat dikatakan bahwa variabel Y mempengaruhi X. Adapun persamaan VAR dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Jumlah Uang Beredar
(X2)
Kurs (Y) Cadangan Devisa
(X1)
Net Ekspor (X3)
Keterangan : NT : Nilai tukar CD : Cadangan devisa JUB : Jumlah uang beredar NE : Net ekspor
α : Konstanta
εt1 : Faktor gangguan
β : Koefisien regresi Definisi Operasional Variabel
Operasionalisasi variabel merupakan petunjuk bagaimana variabel- variabeldalam penelitian diukur. Untuk memperjelas dan mempermudah pemahaman terhadap variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka butuh dirumuskan operasionalisasi variabel yaitu sebagai berikut:
1) Nilai tukar (Y) adalah perbandingan nilai mata uang indonesia (Rupiah) dengan mata uang Amerika Serikat (Dolar).
2) Cadangan devisa adalah aktiva yang disimpan otoritas moneter sebagai pembiayaan kewajiban negara tersebut. Dimana satuan nya adalah USD.
3) Jumlah uang beredar (X2) adalah keseluruhan uang kartal dan uang giral yang beredar di masyarakat pada suatu periode tertentu. Jumlah uang beredar di hitung dalam rupiah.
4) Net ekspor (X3) adalah jumlah ekspor dikurangi dengan impor pada periode yang sama.Net ekpor di hitung dalam USD
PEMBAHASAN
Hasil Uji Vector Autoregression
Estimasi VAR dilakukan untuk menentukan model yang baik serta dalam rangka menentukan proyeksi, dimana hasil
yang diambil didasarkan pada koreksi tingkat kesalahan 5% (α = 0,05) yaitu dengan membandingkan t-hitung dengan t- Tabel (2.0481). Jika t-hitung lebih besar dari t-Tabel maka dapat dikatakan suatu variabel memiliki hubungan secara signifikan, dan sebaliknya apabila t-hitung lebih kecil dari t-Tabel maka variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang signifikan. Hasil pengujian estimasi VAR dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 5 Estimasi VAR
LOG(DDNT) LOG(DDCD) LOG(DDJUB) DDNE LOG(DD
NT(-1)) 0.841834 -0.086925 -0.018531 14342.72 (0.16273) (0.11036) (0.06754) (6991.82) [ 5.17330] [-0.78768] [-0.27438] [ 2.05136]
LOG(
DDCD(-
1)) 0.229558 0.454043 0.047089 -18713.29 (0.31680) (0.21484) (0.13148) (13611.6) [ 0.72463] [ 2.11338] [ 0.35814] [-1.37480]
LOG(
DDJUB(-
1)) -0.095231 0.395188 0.951281 5504.935 (0.25962) (0.17607) (0.10775) (11154.9) [-0.36681] [ 2.24455] [ 8.82845] [ 0.49350]
DDNE
(-1) 1.56E-06 -5.47E-07 1.51E-06 0.452202 (3.4E-06) (2.3E-06) (1.4E-06) (0.14652) [ 0.45672] [-0.23634] [ 1.06525] [ 3.08627]
C 0.185832 1.772448 0.393696 11783.26 (1.03961) (0.70504) (0.43148) (44668.8) [ 0.17875] [ 2.51398] [ 0.91243] [ 0.26379]
Sumber: data dioleh 2020
Dari Tabel diatas maka dapat diperoleh Estimasi dalm model VAR sebagai berikut:
DDNT = 0,1815832 + 0,841834 + 0,229558 – 0,095231 + 1,56E- 06
DDCD = 1,772448 + 6,454043 – 0,086925 + 0,395188 – 5,47E-07
DDJJUB = 6,393696 + 6,951281 + 0,047089 – 0,018531 + 1,51E- 06
DDNE = 11783,26 + 0,452202 + 14342,72 – 18713,29 + 5564,935
Dari Tabel 5 diatas dapat disimpulkan bahwa variabel cadangan devisa berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel nilai tukar,
yang dibuktikan dengan nilai t-statistik yang lebih kecil dari t-Tabel yaitu 0.72463
< 2.0481. Kemudian variabel jumlah uang beredar berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap nilai tukar, yang dibuktikan dengan nilai t-statistik yang lebih kecil dari nilai t-Tabel yaitu -0.36681
< 2.0481. Sedangkan variabel net ekspor berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel nilai tukar, yang dibuktikan dengan nilai t-statistik yang lebih kecil dari nilai t-Tabel yaitu 0.45672
< 2.0481.
Variabel nilai tukar berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap cadangan devisa yang dibuktikan dengan nilai t-statistik yang lebih kecil dari nilai t- Tabel yaitu -0.778768 < 2.0481. Kemudian variabel nilai tukar berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah uang beredar, yang dibuktikan dengan nilai t- statistik < nilai t- Tabel yaitu -0,27438 <
2.0481. Sedangkan variabel nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel net ekspor yang dibuktikan nilai t- statistic yang lebih besar dari nilai t-Tabel yaitu 2.05136 > 2.0481.
Hasil Impluse Response
Analisis Impulse Response dilakukan untuk melacak respon dari variabel endogen dalam sistem VAR karena adanya guncangan (shock) atau perubahan pada variabel gangguan.
Dengan kata lain untuk melihat berapa lama suatu variabel kembali normal setelah terjadi goncangan akibat variabel lain.
Hasil uji impulse response dapat dilihat pada Tabel berikut:
Sumber: Data Diolah 2020 Gambar 2 Impluse Response
Berdasarkan hasil impulse response variabel nilai tukar menunjukan respon yang positif terhadap shock yang ditimbulkan oleh cadangan devisa, jumlah uang beredar, net ekspor dan nilai tukar itu sendiri. Akibat guncangan dari cadangan devisa membuat nilai tukar membutuhkan waktu unttuk pulih dan menyesuaikan diri selama empat tahun. Selanjutnya akibat guncangan dari variabel jumlah uang beredar menyebabkan nilai tukar membutuhkan waktu lima tahun untuk kembali stabil. Selanjutnya guncangan yang disebabkan oleh net ekspor menyebabkan nilai tukar membutuhkan waktu delapan tahun untuk kembali stabil
Pembahasan
Hubungan Cadangan Devisa terhadap Nilai Tukar
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulan bahwa tidak terdapat hubungan dua arah maupun satu arah antara cadangan devisa dan nilai tukar rupiah. Cadangan devisa memiliki korelasi positif namun tidak signifikan terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia selama periode penelitian. Artinya meningkatnya jumlah cadangan devisa juga menyebabkan meningkatnya nilai
-.05 .00 .05 .10 .15 .20
12 3456 78910
Response of LOG(DDNT) to LOG(DDNT)
-.05 .00 .05 .10 .15 .20
123 4567 8910
Response of LOG(DDNT) to LOG(DDCD)
-.05 .00 .05 .10 .15 .20
123 4567 8910
Response of LOG(DDNT) to LOG(DDJUB)
-.05 .00 .05 .10 .15 .20
1234 5678 910
Response of LOG(DDNT) to DDNE
-.05 .00 .05 .10
12 3456 78910
Response of LOG(DDCD) to LOG(DDNT)
-.05 .00 .05 .10
123 4567 8910
Response of LOG(DDCD) to LOG(DDCD)
-.05 .00 .05 .10
123 4567 8910
Response of LOG(DDCD) to LOG(DDJUB)
-.05 .00 .05 .10
1234 5678 910
Response of LOG(DDCD) to DDNE
-.04 .00 .04 .08
12 3456 78910
Response of LOG(DDJUB) to LOG(DDNT)
-.04 .00 .04 .08
123 4567 8910
Response of LOG(DDJUB) to LOG(DDCD)
-.04 .00 .04 .08
123 4567 8910
Response of LOG(DDJUB) to LOG(DDJUB)
-.04 .00 .04 .08
1234 5678 910
Response of LOG(DDJUB) to DDNE
-2,000 0 2,000 4,000 6,000 8,000
12 3456 78910
Response of DDNE to LOG(DDNT)
-2,000 0 2,000 4,000 6,000 8,000
123 4567 8910
Response of DDNE to LOG(DDCD)
-2,000 0 2,000 4,000 6,000 8,000
123 4567 8910
Response of DDNE to LOG(DDJUB)
-2,000 0 2,000 4,000 6,000 8,000
1234 5678 910
Response of DDNE to DDNE Response to Cholesky One S.D. (d.f . adjusted) Innov ations ± 2 S.E.
tukar rupiah atau depresiasi terhadap nilai tukar rupiah. Hal ini dikarenakan cadangan devisa yang disimpan oleh Bank Indonesia lebih banyak digunakan untuk transaksi internasional seperti pembayaran impor ataupun utang luar negeri, sedangkan penggunaan cadangan devisa untuk menstabilkan nilai tukar rupiah hanya sedikit, yang menyebabkan depresiasi terhadap nilai tukar rupiah.
Dalam hal ini pemerintah terlalu fokus pada kegiatan luar negeri, sehingga melupakan kegiatan yang ada di dalam negeri, juga karena utang luar negeri yang banyak membuat Indonesia terus berketergantungan pada negara lain, sehingga hasil cadangan devisa yang diperoleh Indonesia banyak dihabiskan untuk pelunasan utang.
Hubungan Jumlah Uang Beredar Dan Nilai Tukar
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan dua arah maupun satu arah antara jumlah uang beredar dan nilai tukar. Jumlah uang beredar memiliki korelasi yang negatif namun tidak signifikan terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia selama periode penelitian.
Hubungan Net Ekspor terhadap Nilai Tukar
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan tidak terdapat hubungan dua arah maupun satu arah antara net ekspor dan nilai tukar. Net ekspor memiliki korelasi yang positif namun tidak signifikan terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia selama periode penelitianHal ini disebabkan oleh ekspor neto Indonesia masih mengandalkan bahan mentah dan material impor yang menyebabkan tingginya permintaan terhadap dolar karena untuk mengekspor dibutuhkan barang impor. Selain itu salah satu upaya untuk mendorong ekspor adalah dengan melemahnya nilai tukar mata uang rupiah karena akan menyebabkan barang
domestik menjadi lebih murah sehingga permintaan luar negri meningkat dan menyebabkan bertambahnya volume ekspor.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Tidak terdapat hubungan searah maupun dua arah antara cadangan devisa dan nilai tukar, jumlah uang beredar dan nilai tukar serta net ekspor dan nilai tukar. Cadangan devisa memiliki korelasi positif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar rupiah.
Jumlah uang beredar memiliki korelasi negatif dan tidak signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Net ekspor memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap nilai tukar. Variabel nilai tukar memiliki korelasi negatif dan tidak signifikan terhadap cadangan devisa.
Variabel nilai tukar memiliki korelasi negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah uang beredar. Variabel nilai tukar memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap net ekspor.
2) Berdasarkan analisis Impule Response variabel nilai tukar rupiah membutuhkan waktu empat hingga delapan tahun untuk kembali stabil akibat guncangan yang diberikan oleh variabel cadangan devisa, jumlah uang beredar, dan net ekspor.
3) Berdasarkan analisis variance decomposition bahwa variabel nilai tukar merupakan variabel yang paling dominan kontribusinya dibandingkan variabel lain dalam penelitian.
Saran
Berdasarkan hasil pengolahan data dan dengan segala keterbatasan yang ada dalam penelitian ini terdapat beberapa saran yang dapat diberikan yaitu:
1. Kepada peneliti yang tertarik pada bidang ini disarankan untuk mengambil
rentang waktu yang lebih lama dan menambahkan variabel-variabel lainnya, supaya dapat memberikan hasil yang lebih relevan terhadap nilai tukar rupiah di di Indonesia.
2. Pemerintah diharapkan menjaga kestabilan nilai tukar agar tidak menimbulkan gejolak ekonomi yang lebih parah. Pemerintah agar bisa lebih mengkaji dalam setiap kebijakan utang luar negerinya. Karena pertumbuhan dan penambahan utang luar negeri secara tidak langsung bisa menguras cadangan devisa suatu negara.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas barang ekspor karena dengan meningkatkan ekpor bisa menambah cadangan devisa negara sehingga pembiayaan akan kebutuhan negara bisa terpenuhi tanpa harus melakukan utang luar negeri. Menggalakkan cinta produk dalam negeri agar masyarakat selaku konsumen bisa mengurangi kebutuhan akan barang-barang luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah S. Senen, robby joan Kumaat, D. M.
(2020). Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Acuan Bank Indonesia Dan Cadangan Devisa Terhadap Inflasi Di Indonesia Periode 2008:Q1 €“ 2018:Q4. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 20(01), 12–22.
Anggraini, T. B. (2019). Nilai Tukar Rupiah Dan Net Ekspor Indonesia 2000 – 2017 ( Granger Causality Test ). 1(1), 9–24.
Aryani, S., & Murtala. (2019). Pengaruh Jumlah Uang Beredar ( JUB ) dan Ekspor Tembakau Terhadap Kurs di Indonesia. Jurnal Ekonomi Regional Unimal, 02(01), 15–27.
Aulia, M., & Masbar, R. (2016). Analisis Efektifitas Penggunaan Cadangan Devisa Dan Financial Deepening
Terhadap Stabilitas Nilai Tukar.
Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik Indonesia, 3(2), 78–92.
Benny, J. (2011). Ekspor Dan Impor Pengaruhnya Terhadap Posisi Cadangan Devisa Di Indonesia.
1(4), 1406–1415.
Chinweobo Emmanuel, U. (2013).
Accumulation of External Reserves and Effects on Exchange Rates and Inflation in Nigeria. International Business and Management, 6(2), 105–114.
https://doi.org/10.3968/j.ibm.192384 2820130602.1155
Fajar, H., Setyowati, E., & Sari, D. N.
(2018). Pengaruh
Ekspor,Impor,Jumlah Uang Beredar Dan Inflasi Terhadap Cadangan Devisa Indonesia.
Gokhale, M. S., & Raju, J. V. R. (2013).
Causality Between Exchange Rate and Foreighn Exchange Reserves in the Indian Context. Global Journal of Management and Business Research Finance, 13(7).
Hasyim, H. (2019). Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar di Indonesia Tahun 2006-2018. Al- Iqtishad, I(15), 1–26.
Kuswantoro, M. (2017). Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs, Utang Luar negri dan Ekspor terhadap Cadangan Devisa Indonesia.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 12(1), 146–168.
Landa, T. N. (2017). PengaruhJumlah Uang Beredar dan Suku Bunga BI terhadap Kurs Rupiah Di Indonesia. Applied Microbiology and Biotechnology, 4(1), 2071–2079.
https://doi.org/10.1016/j.bbapap.201 3.06.007
Mahmood Ali, T., Tariq Mahmood, M., &
Bashir, T. (2015). Impact of Interest Rate, Inflation and Money Supply on Exchange Rate Volatility in
Pakistan. World Applied Sciences Journal, 33(4), 620–630.
https://doi.org/10.5829/idosi.wasj.20 15.33.04.82
Maitra, B. (2010). Money supply and exchange rate variations in Sri Lanka in the independent float regime-a time domain study. South Asia Economic Journal, 11(1), 111–
129.
https://doi.org/10.1177/13915614100 1100107
Maulana, A. (2013). Pengaruh SBI, Jumlah Uang Beredar, Inflasi terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Di Indonesia Periode 2004- 2012. Jurnal Ilmu Manajemen, 1(3), 971–984.
http://ejournal.unesa.ac.id/article/711 6/56/article.pdf
Mustika, C., Umiyati, E., & Achmad, E.
(2015). Analisis Pengaruh Ekspor Neto Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Paradigma Ekonomika, 10(2), 292–302.
Musyaffa, A. S., & Sri, S. (2017).
Pengaruh JumlahUang Beredar, Inflasi dan Suku Bunga Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar. Administrasi Bisnis, 50(4), 19–24.
Noor, Z. Z. (2011). Pengaruh Inflasi , Suku Bunga , dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Tukar.
Trikonomika, 10(2), 139–147.
Nurul Hazizah, Z., & Viphindrartin, S.
(2017). Pengaruh JUB , Suku Bunga , Inflasi , Ekspor dan Impor terhadap Nilai Tukar Rupiah atas Dollar Amerika Serikat. E-Journal Ekonomi Bisnis Dan Akuntansi, IV(1), 97–103.
Oktiani, D. (2017). Pemodelan Harga dan Produksi Ubi Kayu Menggunakan Model Vektor Autoregressive ( VAR ). 9(2), 7–15.
Perlambang, H. (2017). Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi. Media
Ekonomi, 18(2), 49.
https://doi.org/10.25105/me.v18i2.22 51
Putri, V. R. (2015). Hubungan dinamis antara nilai tukar rupiah dan inflasi dengan indeks harga saham di bei. Ekonomi Manajemen Dan Perbankan, 1(3), 110–119.
Sabtiadi, K., & Kartikasari, D. (2018).
Analisis pengaruh ekspor impor terhadap nilai tukar usd dan sgd.
Akuntansi, Ekonomi Dan Manajemen, 6(2), 135–141.
Sean, M., Pastpipatkul, P., &
Boonyakunakorn, P. (2019). Money Supply, Inflation and Exchange Rate Movement: The Case of Cambodia by Bayesian VAR Approach. Journal of Management, Economics, and Industrial Organization, November 2018, 63–
81.
https://doi.org/10.31039/jomeino.201 9.3.1.5
Sonia, A. P., & Setiawina, N. D. (2016).
Pengaruh Kurs , Jub Dan Tingkat Inflasi Terhadap Ekspor , Impor Dan Cadangan Devisa Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana ( Unud ), Bali , Indonesia Perdagangan internasional berperan penting untuk memenuhi kebutuhan negara di dunia . EP Unud, 5(10), 1077–1102.
Suhel. (2008). Analisis Model Vector Auto Regression (Var) Terhadap Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Dengan Penanaman Modal Asing (Pma) Di Indonesia.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 6, No. 2, 96–113.
Sulaiman, M. (2019). Pengaruh Inflasi , Ekspor Netto dan Cadangan Devisa Terhadap Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Dollar Fkultas Ekonomi Dsn Bisnis, Universitas Tanjung Pura Pontianak, 1(1), 78–89.
Utari D.L Kiay Demak, Robby J.Kumaat, D. M. (2018). Pengaruh Suku Bunga Deposito, Jumlah Uang Beredar, dan Inflasi Terhadap Niai Tukar Rupiah Terhadap Dollar.
Berkala Ilmiah Efisiensi, 18(02), 181–192.
Windasari, W. (2018). Pendekatan Analisis Vector Auto Regression ( Var ) Dalam Hubungan Harga Saham Sektor dan Manufaktur.
AdMathEdu, 8(1), 105–114.
Yulianti, I. N. (2014). Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2) , Tingkat Suku Bunga SBI, Impor dan Cadangan Devisa Terhadap Nilai Tukar Rupiah/ Dolar Amerika Tahun 2001-2013. Economics Development Analysis, 3(2), 284–292.
Zakiah, & Usman, U. (2019). Hubungan Jumlah Uang Beredar , Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Pendapatan Nasional di Indonesia Menggunakan Model Dinamis.
Jurnal Ekonomi Regional Unimal, 2(2), 98–108.