MEMPERTAHANKAN TANAH AIR
MEMASUKI ABAD 21
SAMBUTAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Marilah kita memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena bangsa Indonesia senantiasa memperoleh limpahan karunia berupa bimbingan, kekuatan dan perlindungan dalam perjuangan menuju cita-cita bangsa.
Di tengah berlangsungnya proses globalisasi, dan perkembangan konteks strategis, perjuangan bangsa Indonesia menghadapi sejumlah isu keamanan yang berimplikasi terhadap kehidupan nasional. Guna menghadapi sejumlah isu
keamanan tersebut, pemerintah melaksanakan fungsi pertahanan yang hakekatnya untuk menegakkan kedaulatan, menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,dan melindungi keselamatan bangsa dari setiap ancaman baik yang datang dari luar maupun yang timbul di dalam negeri.
Untuk memberi arah dan pedoman bagi penyelenggaraan fungsi pertahanan tersebut, diperlukan suatu rumusan kebijakan. Berangkat dari pemikiran tersebut, diperlukan suatu rumusan kebijakan. Berangkat dari pemikiran tersebut, maka pemerintah RI menerbitkan
"Buku Putih Pertahanan Negara" yang pada intinya berisi pernyataan kebijakan pertahanan negara untuk menghadapi tugas -tugas pertahanan di masa datang.
Buku Putih Pertahanan Negara Republik Indonesia ini diberi judul "INDONESIA : Mempertahanankan Tanah Air Memasuki Abad 21". Di dalam judul tersebut terkandung makna bangsa Indonesia rela mengorbankan jiwa dan raga demi mempertahankan Tanah Air. Makna tersebut sangat penting, terlebih lagi dalam memasuki abad 21, dimana tantangan dan ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia tidak semakin ringan.
Kebijakan pertahanan negara disusun berdasarkan tujuan dan kepentingan nasional dihadapkan pada perkembangan konteks strategis dan kondisi obyektif bangsa. Oleh sebab itu kebijakan pertahanan selalu dikaji dan dievaluasi secara terus menerus, dan pada saatnya dilakukan revisi-revisi agar selalu mampu menjawab tantangan jaman. Namun demikian, revisi yang dilakukan harus selalu bertumpu pada faham dan prinsip pertahanan
dihadapkan pada perkembangan konteks strategis dan kondisi obyektif bangsa. Oleh sebab itu kebijakan pertahanan selalu dikaji dan dievaluasi secara terus menerus, dan pada saatnya dilakukan revisi-revisi agar selalu mampu menjawab tantangan jaman. Namun demikian, revisi yang dilakukan harus selalu bertumpu pada faham dan prinsip pertahanan yang dimuat oleh bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dengan telah diterbitkannya Buku Putih, diharapkan segenap aparat pemerintahan RI maupun seluruh rakyat Indoensia memahami secara jelas kebijakan pertahanan negara.
Buku ini juga penting bagi Indonesia dalam menjalin kerjasama Internasional. Sikap keterbukaan, khususnya tentang kebijakan pertahanan, adalah salah satu upaya dalam rangka membangun rasa saling percaya dengan negara lain.
Akhir kata, saya selaku pimpinan dan atas nama seluruh warga Departemen Pertahanan RI menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan dan petunjukNya Buku Putih ini dapat diterbitkan sesuai rencana. Tidak lupa saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperanserta tersebut merupakan dharma bakti bagi bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada seluruh bangsa Indonesia.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 31 Maret 2003 MENTRI PERTAHANAN RI H. MATORI ABDUL DJALIL
RINGKASAN EKSEKUTIF
Lahirnya Buku Putih Pertahanan
Perubahan politik dunia yang terjadi di era globalisasi, telah menghadirkan suatu kompetisi antar bangsa. Kondisi tersebut cenderung mengarah pada perebutan pengaruh yanh cukup ketat, baik global, regional maupun nasional. Perkembangan tersebut antara lain meyebabkan terjadinya perubahan pada situasi keamanan dunia dengan munculnya isu-isu keamanan baru. Di masa lalu, isu keamanan tradisional cukup menonjol, yakni yang berhubungan dengan geopolitik dan geostrategi, khususnya pengaruh kekuatan bl ok barat dan blok timur. Pada masa itu, kekhawatiran dunia terutama pada masalah pengembangan kekuatan militer dan senjata strategis serta hegemoni. Isu keamanan pada dekade terakhir ini makin kompleks dengan meningkatnya aktivitas terorisme, perampokan dan pembajakan, penyeludupan, imigrasi gelap, penangkapan ikan secara ilegal, dan kejahatan lintas negara lainnya. Bentuk-bentuk kejahatan trsebut makin kompleks karena dikendalikan oleh aktor- aktor dengan jaringan lintas negara yang sangat rapi, serta memil iki kemampuan teknologi dan dukungan finansial.
Seiring dengan perkembangan global tersebut, di Indonesia berlangsung Gerakan Reformasi, bertujuan mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis, bersih dari praktek -praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Sejauh ini reformasi nasional telah memberi isyarat perubahan positif dalam kehidupan masyarakat Indonesia, melalui penataan sistem pemerintahan, baik politik, hukum, ekonomi, sosial, maupun pertahanan serta keamanan dan ketertiban masyarakat.
Di bidang pertahanan negara, perubahan mendasar yang terjadi telah mencakup aspek-aspek struktur, kultur dan hukum. Perubahan tersebut kemudian diwadahi dalam Undang-undang (UU) Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. UU Pertahanan tersebut mengamanatkan penyusunan kebijakan pertahanan negara yang dituangkan dalam sebuah buku putih. Melalui suatu kajian dan pertimbangan yang dalam, maka Buku Putih Pertahanan Negara Indonesia yang diterbitkan ini diberi judul Indonesia : Mempertahankan Tanah Air Memasuk i Abad 21. Judul tersebut menggambarkan tekad dan semangat bangsa Indonesia yang rela mengorbankan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
sebuah buku putih. Melalui suatu kajian dan pertimbangan yang dalam, maka Buku Putih Pertahanan Negara Indonesia yang diterbitkan ini diberi judul Indonesia : Mempertahankan Tanah Air Memasuk i Abad 21. Judul tersebut menggambarkan tekad dan semangat bangsa Indonesia yang rela mengorbankan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Reformasi Nasional dan Pertahanan Negara
Reformasi nasional pada dasarnya adalah suatu proses perubahan yang didoraong oleh semangat dan cita-cita luhur bangsa Indonesia untuk menata kembali kehidupan dan masa depan mayarakat yang lebih baik. Cita-cita luhur tersebut akan dicapai melalui pemerintahan yang demokratis, bersih dan berwibawa yang mampu menegakkan supremasi hukum. Melalaui pemerintahan reformasi tersebut, praltik -praktik KKN yang selama ini telah menghambat pembangunan nasional akan dapat diberantas. Disadari bahwa jalan menuju masyarakat demokratis yang diharapkan masih sangat panjang dan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Meskipun demikian, diyakini bahwa reformasi yang dilaksanakan saat ini merupakan wahana dan instrumen yang paling tepat untuk menghatarkan bangsa Indonesia menuju masyarakat "Civil" yang dicita-citakan. Mewujudkan cita-cita luhur tersebut menuntut kerja keras serta usaha bersama secara sinergis agar agenda-agenda reformasi yang telah disepakati bersamadapat dilajutkan da diarahkan pada jalur yang benar. Sejalan dengan komitmen tersebut, reformasi perlu dijaga untuk tidak dinodai oleh tindakan anarkhis maupun kepentingan kelompok atau golongan, serta tetap dilajutkan dalam kerangka konstitusi Undang-undang Dasar (UUD) 1945 dan nilai falsafah Pancasila.
Sejalan dengan komitmen reformasi nasional, reformasi di b idang pertahanan negara dilaksanakan secara konsepsional yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
Reformasi pertahanan negara merupakan salah satu perwujudan dari komitmen reformasi yang dilaksanakan secara bertahap dan berlanjut, mencakup penataan struktur, kultur dan tata nilai sebagai satu kesatuan perubahan yang utuh dan menyeluruh.
Penataan struktur mencakup penataan organisasi pertahanan negara yang menyentuh segi-segi substansial. Meliputi perubahan struktur organisasi, tataran kewenangan, fungsi dan tugas Departemen Pertahanan (Dephan) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Penataan organisasi dimaksudkan agar lebih efektif, sesuai dengan perkembangan konteks strategis serta kehendak masyarakat demokratis. Perubahan pada aspek kultur dan tata ni lai, diarahkan pada sikap dan perilaku penyelenggaraa pertahanan negara dalam memposisikan diri sesuai peran dan tugasnya sebagai insan pertahanan negara yang profesional.
diri sesuai peran dan tugasnya sebagai insan pertahanan negara yang profesional.
Komitmen TNI untuk melaksanakan reformasi adalah tekad dan kemauan politik TNI yang ditujukan untuk mewujudkan tentara profesioanl dalam memerankan diri sebagai alat negara di bidang pertahanan negara. Sebagai tentara profesioanl, TNI telah memiliki komitmen untuk menjauhkan diri dari keterlibatannya dalam politik praktis, serta berada di dalam bingkai demokrasi. Harapan TNI sebagai tentara profesional meliputi TNI yang tidak berpolitik, berada di bawah kekuasaan pemerintah yang dipilih oleh rakyat berdasarkan cara - cara demokratis dan konstitusional, TNI yang terdidik dan terlatih baik, TNI yang terlengkapi secara memadai, serta prajurit TNI yang dicukupi kesejahteraan dan pendapatan yang layak.
Sebagai tentara rakyat, TNI harus selalu dekat dengan rakyat. TNI perlu mengenal dan hidup bersama rakyat. Oelh karena itu, upaya -upaya untuk memisahkan TNI dari rakyat merupakan pengingkaran akan kodrat TNI sebagai tentara yang berasal dari rakyat, berjuang bersama rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Inilah salah satu hakekat penyelenggaraan fungsi teritorial yang dilaksanakan TNI untuk tetap memel ihara kedekatan dengan rakyat dan teritorialnya.
Konteks Strategis.
Dinamika konteks strategis yang diwarnai berbagai isu politik, ekonomi mempengaruhi aspek keamanan global, regional mauipun domestik. Isu politik, ekonomi dan keamanan global, regional m aupun domistik. Isu poltik, ekonomi dan keamanan merupakan aspek- aspek yang saling kait-mengkait dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Pada lingkup global, berakhirnya perang dingin ternyata tidak menjamin terwujudnya stabilitas keamanan dunia. Dunia masih tetap diwarnai oleh isu-isu keamanan tradisional seperti sengketa perbatasan, perlombaan persenjataan atau proliferasi senjata nuklir dan senjata pembunuh masal. Kompleksitas permasalahan keamanan global makin bertambah dengan adanya praktek hegemoni yang dikembangkan melalui penguatan aliansi, kemampuan militer, keunggulan teknologi, termasuk keunggulan di bidang ekonomi.
Disadari bahwa hubungan antar negara yang dibangun atas dasar saling percaya dan menghormati dapat meredam potensi konflik. Namun lebarnya jurang kemampuan negara maju dan berkembang terytama di bidang ekonomi, teknologi dan militer, dapat menjadi penghalang dalam menjalin hubungan antar bangsa. Dalam kondisi demikian, perlombaan untuk merebut pengaruh melaui praktik -praktik hegemoni di berbagai bidang tidak jarang menjadi sumber-sumber konflik yang dihadapi bangsa-bangsa di dunia.
untuk merebut pengaruh melaui praktik -praktik hegemoni di berbagai bidang tidak jarang menjadi sumber-sumber konflik yang dihadapi bangsa-bangsa di dunia.
Kekuatiran dan ketidakpastian yang melanda bangsa -bangsa di dunia menjadi semakin kompleks dengan timbulnya isu keamanan baru yakni isu -isu keamanan non-tradisional seperti terorisme, konflik etnis, Pembajakan di laut atau di udara, penyelundupan, narkoba, imigran gelap, serta kriminal lintas negara lainnya. Sejak tragedi yang menimpa World Trade Center (WTC) 11 September 2001, terorisme intrnasional telah menjadi ancaman nyata bagi dunia. Berbagai upaya telah dilakukan negara-negara di dunia untuk memerangi terorisme, namun tampaknya belum sepenuhnya berhasil meniadakan kelompok terorisme maupun menghentikan aksinya. Bahkan setahun setelah peristiwa WTC, aksi terorisme kembali terjadi seperti yang dialami dalam tragedi Bali 12 Oktober 2002. Melihat perkembangan ini, diperkirakan ancaman terorisme internasional masih akan terus membayangi dunia. Oleh karena itu terorisme harus diperangi bersama oleh semua negara di dunia, dan tidak memberi tempat atau melindunginya.
Intensitas kegiatan ilegal berupa kejahatan lintas negara juga menunjukan peningkatan yang cukup tajam pada dekade terakhir ini. Aksi perompakan/pembajakan, penyeludupan manusia, senjata amunisi, perdagangan obat-obatan terlarang, dan imigrasi gelap cendrung meningkat dan berdampak buruk pada stabilitas kawasan serta negara tersebut antara lain didoraong oleh adanya jaringan berskala internasional. Perkembangan di sejumlah kawasan menunjukan bahwa kejahatan lintas negara telah menjadi ancaman nyata yang terorganisir.
Kejahatan ini digerakkan oleh aktor dengan didukung kemampuan teknologi dan finansial, serta jaringan yang rapi dan tersebar di sejumlah negara.
Pada lingkup regional, perkembangan dan kecendrungan global merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dinamika keamanan kawasan regional. Kecendrungan yang muncul di kawasan adalah terjadinya pergeseran pada masalah keamanan regional, antara lain adanya konflik yang menyangkut klaim teritorial, jalur komunikasi laut dan jalur perdagangan melalui laut. Isu-isu keamanan non-tradisional yang terjadi pada lingkup global, juga menjadi isu utama kawasan regional. Interaksi dan dinamika hubungan negara -negara besar dunia seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, Rusia dan Uni Eropa, akan merupakan faktor yang berpengaruh dalam peta keamanan di Asia Pasifik.
Pada lingkup domestik, Indonesia sebagai bangsa yang berada di tengah-tengah perkembangan dunia, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan global dan regional.
Dinamika politik ekonomi, sosial dan keamanan yang terjadi di kawasan, ikut berpengaruh terhadap perkembangan sosial politik dan keamanan yang terjadi di Indonesia. Isu keamanan domestik yang timbul pada dekade terakhir i ni, tidak terlepas dari kontribusi faktor-faktor eksternal, baik langsung maupun tidak langsung. Selain faktor eksternal,
Dinamika politik ekonomi, sosial dan keamanan yang terjadi di kawasan, ikut berpengaruh terhadap perkembangan sosial politik dan keamanan yang terjadi di Indonesia. Isu keamanan domestik yang timbul pada dekade terakhir i ni, tidak terlepas dari kontribusi faktor-faktor eksternal, baik langsung maupun tidak langsung. Selain faktor eksternal, terdapat pula sejumlah faktor internal yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan nasional. Faktor-faktor tersebut antara lain, dampak heterogenitas suku bangsa Indonesia, situasi ekonomi yang menyebabkan beban hidup semakin berat, serta faktor politik dan sosial. Akumulasi faktor eksternal dan internal tersebut kemudian muncul dalam berbagai bentuk ancaman dan gangguan terhadap keam anan nasional, dan pada skala yang luas dapat mengganggu stabilitas kawasan.
Perkiraan Ancaman dan Kepentingan Strategis Pertahanan
Geopolitik Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di antara benua Asia dan Australian serta Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, menyebabkan kondisi nasional sangat dipengaruhi oleh perkembangan konteks strategis. Posisi seperti ini, berimplikasi pada terjalia kepentingan negara-negara lain dengan kepentingan nasional Indonesia.
Mencermati dinamika konteks strategis, baik global, regional maupun domestik, maka ancaman yang sangat mungkin dihadapi Indonesia ke depan, dapat berbentuk ancaman keamanan tradisonal dan ancaman keamanan non-tradisional. Ancaman kemanan tradisional berupa invansi atau agresi militer dari negara lain terhadap Indonesia diperkirakan kecil kemungkinannya. Peran PBB dan reaksi dunia internasional diyakini mampu mencegah, atau sekurang-kurangnya membatasi penggunaan kekuatan bersenjata oleh suatu negara untuk memaksakan kehendaknya terhadap negara lain.
Ancaman dari luar lebih besar kemungkinan bersumber dari kejahatan terorganisir lintas negara yang dilakukan oleh aktor-aktor non-negara, dengan memanfaatkan kondisi dalam negeri yang tidak kondusif. Perkiraan ancaman dan gangguan yang dihadapi Indonesia ke depan, meliputi terorisme, gerakan separatisme, kejahatan lintas negara (penyelundupan, penangkapan ikan ilegal), pencemaran dan perusakan ekosistem, imigrasi gelap, pembajakan/perampokan, aksi radikalisme, konflik komunal, dan dampak bencana alam.
Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, kepentingan nasional Indonesia adalah menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, keselamatan dan kehormatan bangsa, serta ikut secara aktif dalam usaha-usaha perdamaian dunia. Berangkat dari amanat UUD 1945, maka kepentingan strategis pertahanan Indonesia harus dapat menjamin tercapainya kepentingan nasional. Berangkat dari esensi tersebut, maka kepentingan strategis pertahanan negara
Kesatuan Republik Indonesia, keselamatan dan kehormatan bangsa, serta ikut secara aktif dalam usaha-usaha perdamaian dunia. Berangkat dari amanat UUD 1945, maka kepentingan strategis pertahanan Indonesia harus dapat menjamin tercapainya kepentingan nasional. Berangkat dari esensi tersebut, maka kepentingan strategis pertahanan negara kedepan, meliputi kepentingan strategis yang bersifat tetap, kepentingan strategis yang bersifat mendesak, dan kerjasama internasional di bidang pertahanan.
Kepentingan pertahanan negara yang bersifat tetap adalah penyelenggaraan usaha pertahanan negara untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta keselamatan dan kehormatan bangsa dari setiap ancaman, baik yang berasal dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Meskipun perkiraan ancaman menunjukan bahwa ancaman fisik dari luar yang mengarah pada ancaman kedaulatan kecil kemungkinannya, namun sebagai negara merdeka, berdaulat dan bermartabat, kepentingan strategis untuk mempertahanankan diri harus selalu disiapkan dan dilaksanakan tanpa memandang ada atau tidaknya ancaman nya.
Kepentingan strategis pertahanan yang bersifat mendesak pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari kepentingan strategis pertahanan yang bersifat tetap. Isu keamanan aktual seperti diuraikan sebelumnya menunjukan peningkatan yang cukup berarti terutama pada dekade terakhir. Oleh karena itu, maka kepentingan strategis yang bersifat mendesak diarahkan untuk mengatasi isu-isu keamanan aktual dimaksud, agar keutuhan wilayah NKRI, keselamatan dan kehormatan bangsa dapat terjamin. Dengan demiki an maka perioritas penyelenggaraan pertahanan negara diarahkan untuk mengatasi isu-isu keamanan yang timbul di dalam negeri.
Sebagai bagian dari masyarakat internasional, Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari keterkaitan dengan dunia luar. Oleh karen a itu kebijakan pertahanan ke depan, juga diarahkan dalam kerangka menjalin hubungan dengan negara-negara lain, baik di kawasan regional maupun lingkup yang lebih luas.
Kerjasama pertahanan dengan negara -negara lain, diletakkan diatas prinsip-prinsip kerjasama luar negeri pemerintah Indonesia, serta diarahkan untuk kepentingan pembangunan dan pengembangan sektor pertahanan negara, maupun untuk tujuan menciptakan stabilitas keamanan kawasan regional dan dunia. Keterlibatan sektor pertahanan secara fisik tersebut dilaksanakan atas keputusan politik pemerintah.
Lahirnya Buku Putih Pertahanan
Mencari hakekat ancaman yang dihadapi Indonesia, serta kepentingan nasional dan pertahanan negara, maka kebijakan pertahanan negara Indonesia dalam memasuki abad 21 meliputi kebijakan penggunaan kekuatan pertahanan, pembangunan kekuatan pertahanan dan kerjasama internasional di bidang pertahanan.
Penggunaan kekuatan pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman
atau gangguan terhadap keamanan nasional, serta untuk m embantu pemerintah dalam upaya pembangunan nasional dan tugas-tugas internasional.
Dalam menghadapi ancaman dari luar berupa kekuatan militer negara lain, TNI melaksanakan tugas Operasi Militer Perang (OMP). Meskipun perkiraan ancaman tradisional berupa agresi atau invasi negara lain sangat kecil kemungkinannya, namun tidak membuat kesiapsiagaan pertahanan negara menjadi kendor. Dalam konteks ini upaya penyelenggaraan pertahanan negara lebih diarahkan pada upaya preventif guna mencegah dan mengatasi dampak keamanan yang lebih besar melalui kehadiran dan kesiapan kekuatan TNI.
Ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia diperkirakan lebih besar kemungkinan berasal dari ancaman non-tradisional, baik yang bersifat lintas negara maupun yang timbul di dalam negeri. Oleh karena itu, kebijakan strategis pertahanan Indonesia yang diarahkan untuk menghadapi dan mengatasi ancaman non-tradisional merupakan perioritas dan sangat mendesak. Dalam pelaksanaannya mengedepankan TNI dengan menggunakan Operasi Militer selain Perang (OMSP). TNI melaksanakan OMSP bersama-sama dengan segenap komponen bangsa lain dalam suatu keterpaduan usaha sesuai tingkat eskalasi ancaman yang dihadapi. Terhadap setiap ancaman dan gangguan keamanan, TNI akan senantiasa mengedepankan upaya pencegahan sebagai cara terbaik guna menghindari korban dan dampak lain yang lebih besar.
Penggunaan kekuatan TNI dalam tugas OMSP diarahkan untuk kepentingan pertahanan yang bersifat mendesak. Tugas-tugas mendesak tersebut antara lain melawan terorisme, menghadapi kel ompok separatis Aceh dan Papua, menghadapi gangguan kelompok radikal, mengatasi konflik komunal, mengatasi perampok dan pembajak,mengatasi imigrasi ilegal dan pencemaran laut, mengatasi penebangan kayu ilegal, mengatasi penyeludupan, membantu pemerintahan sipil dalam mengatasi dampak bencana alam, penanganan pengungsi, bantuan pencarian dan pertolongan (Search an
kelompok radikal, mengatasi konflik komunal, mengatasi perampok dan pembajak,mengatasi imigrasi ilegal dan pencemaran laut, mengatasi penebangan kayu ilegal, mengatasi penyeludupan, membantu pemerintahan sipil dalam mengatasi dampak bencana alam, penanganan pengungsi, bantuan pencarian dan pertolongan (Search an Rescue), pangamanan tugas-tugas perdamaian dunia.
Penggunaan kekuatan pertahanan, selain untuk menghadapi tugas-tugas mengatasi isu-isu keamanan dalam negeri, juga untuk tugas-tugas internasional. Kerja sama pertahanan merupakan salah satu kebijakan strategis pertahanan yang sngat penting.
Kerjasama internasional yang tepat akan memberi kontribusi yang tidak kecil artinya bagi keberhasilan penggunaan maupun pembangunan kekuatan pertahanan. Kerjasama pertahanan dilaksanakan sebagai bagian integral dari kebijakan luar negeri Indonesia.
Kerjasama pertahanan dilaksanakan sebagai bagian integral dari kebijakan luar negeri Indonesia. Kerjasama internasional di bidang pertahanan merupakan salah satu jembatan untuk membangun rasa saling percaya dengan bangsa-bangsa lain bagi terwujudnya stabilitas keamanan kawasan. Permasalahan-permasalahan kawasan akan dapat diselesaikan dengan mengedepakan semangat kebersa maan dan perimbangan kepentingan, yang dibangun berdasarkan prinsip persamaan hak, saling menghormati, dan tidak saling intervensi.
Pembangunan kekuatan pertahanan negara Indonesia merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Isu-isu keamanan yang mendesak akan dapat diatasi apabila kapasitas dan kemampuan kekuatan pertahanan yakni TNI berada pada kondisi yang memadai. Keperluan untuk membangun TNI yang diharapkan, semakin mendesak bila dihadapkan dengan kondisi personel dan materiel TNI yang ada s aat ini. Baik kualitas maupun kuantitasnya masih memiliki banyak kekurangan, sementara tuntutan tugas ke depan semakin berat dan kompleks. Demikian pula halnya dengan komponen pertahanan lainnya, yakni Komponen Cadangan dan Pendukung, yang penyiapan dan pe ngelolaannya hingga saat ini belum memenuhi harapan.
Penentuan kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi geografi, demografi, sumber kekayaan alam dan buatan, serta kondisi sosial termasuk kemampuan keuangan negara. Selain itu, pertimbangan utama lainnya dalam perumusan kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan juga meliputi tingkat penguasaan teknologi, terutama di bidang alat utama sistem senjata (Alutsista), ancaman nyata dan potensial yang dihadapi oleh negara, serta perkembangan konteks strategis yang meliputi aspek -aspek ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya.
ancaman nyata dan potensial yang dihadapi oleh negara, serta perkembangan konteks strategis yang meliputi aspek -aspek ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya.
Arah san sasaran pembangunan kekuatan pertahanan negara Indonesia bukan untuk memperbesar kekuatan, melainkan dalam rangka mengisi kesenjangan (fil ling the gap).
Dihadapkan pada kemampuan anggaran negara, serta perkiraan kemungkinan ancaman berupa invasi asing relatif kecil, maka pembangunan kekuatan pertahanan lebih difokuskan untuk membangun kekuatan TNI (minimum required essential force). Minimum Required Essential Force dimaksud adalah kekuatan dan kemampuan TNI yang diperlukan untuk mengatasi ancaman keamanan yang bersifat mendesak. Sejalan dengan upaya membangun TNI sebagai komponen utama pertahanan negara, pembangunan komponen cadangan dan pendukung juga dilakukan secara bertahap.
Dukungan Anggaran
Salah satu faktor penunjang terwujudnya kemampuan pertahanan adalah daya dukung anggaran untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Selama ini, kemampuan negara mengalokasikan anggaran pertahanan rata-rata pertahun di bawah 1 % dari produk Domestik Bruto (PDB). Sebgai bahan banding, negara -negara di kawasan Asia Tenggara pada umumnya memiliki resiko lebih tinggi, anggaran pertahanan bahkan berkisar 4 % - 5
% PDB. Dengan alokasi anggaran kurang dari 1 % PDB sangat sulit untuk membangun kekuatan pertahanan yang memadai. Bahkan untuk membangun kekuatan minimum sekalipun, sulit dapat diwujudkan.
Pembangunan ini tidak akan memperbesar kekuatan TNI dari struktur yang sudah ada, kecuali bila ada yang benar-benar penting dan sangat mendesak. Pengisian personil dan materiel selain untuk mengganti penyusutan, juga diarahkan untuk menutup kesenjangan antara kondisi nyata dengan TOP/DSPP (Tabel Organisasi dan Perlengkapan/Daftar Susunan Personil dan Peralatan). Selain itu juga diarahkan untuk penyiapan Komponen Cadangan dan Pendukung secara bertahap untuk menjamin tersedianya kekuatan pengganda Komponen Utama (TNI).
Perlu dipahami bersama bahwa kebijakan pertahanan tersebut sangat memerlukan dukungan anggaran yang rasional. Profesionalisme TNI sudah merupakan tuntutan jaman.
Tuntutan profesionalisme bukan hanya demi kepentingan TNI sendiri, tetapi demi kepentingan seluruh bangsa Indonesia. Akhirnya harus disadari bahwa profesionalisme TNI dapat terwujud hanya apabila prajurit TNI dilatih dengan baik, memiliki perlengkapan yang memadai, serta hidup secara layak.
TNI dapat terwujud hanya apabila prajurit TNI dilatih dengan baik, memiliki perlengkapan yang memadai, serta hidup secara layak.
BAB SATU
LAHIRNYA BUKU PUTIH
Kemajuan teknologi informasi, telekomunikasi dan transportasi telah mendorong perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, dengan terbentuknya masyarakat dunia yang makin transparan dan terbuka. Keterbukaan tersebut memberi peluang terjadinya penetrasi nilai-nilai universal yang kemudian berinteraksi dengan nilai-nilai fundamental suatu bangsa, sehingga membentuk masyarakat global. Ciri masyarakat global antara lain adanya saling ketergantungan antar bangsa dan tidak jarang berkembang dalam suatu kompetisi yang ketat. Bersamaan dengan itu peta politik dunia cenderung berkembang ke arah perebutan pengaruh sebagai bagian dari perebu tan pengaruh antar bangsa, baik pada lingkup global maupun regional.
Implikasi dari perkembangan yang terjadi pada lingkup global dan regional tersebut ikut mempengaruhi perubahan pada situasi keamanan dunia dengan munculnya isu-isu keamanan baru. Isu-isu keamanan yang dimasa lalu lebih menonjolkan aspek geopolitik dan geostrategi, seperti pengembangan kekuatan militer dan senjata strategi serta hegemoni mulai bergeser ke arah isu-isu keamanan seperti terorisme, perompakan dan pembajakan, penyelundupan manusia, senjata dan bentuk-bentuk kejahatan lainnya. Isu -isu ini menunjukan peningkatan cukup tajam dan berkembang menjadi isu keamanan dunia.
Bentuk-bentuk kejahatan tersebut makin kompleks karena dikendalikan oleh aktor-aktor dengan jaringan lintas negara yang sangat rapi, serta memiliki kemampuan teknologi dan dukungan finansial. Di samping itu, isu-isu keamanan domestik seperti separatisme bersenjata, radikalisme dan konflik komunal masih melanda sejumlah negara terutama negara-negara berkembang. Isu-isu keamanan dunia yang makin kompleks tersebut memerlukan cara penanganan yang lebih komprehensif.
Seiring dengan perkembangan global tersebut, di Indonesia juga berlangsung proses perubahan melalui format Gerakan Reformasi yang terjadi di seluruh wilayah nasional dari Sabang sampai Merauke. Gerakan reformasi tersebut menuntut suatu perubahan pada segenap aspek yang memungkinkan tatanan kehidupan masyarakat yang demokratis dapat terwujud.
Silang hubungan yang berlangsung dalam proses perubahan global, regional dan domestik telah membentuk spektrum ancaman dan gangguan keamanan nasional Indonesia yang kompleks dan multidimensi. Kondisi tersebut tidak dapat diabaikan dan harus segera diatasi, sehingga stabilitas keamanan nasional dapat tercipta bagi terselenggar anya pembangunan nasional.
TNI dan Polri yang di masa lalu berada dalam satu wadah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, telah mengalami reformasi dengan pemisahan ke dua institusi diikuti penataan peran masing-masing Undang Undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 16 ayat 4 mengamanatkan Menteri Pertahanan untuk menyusun buku putih pertahanan serta penetapkan kebijakan kerja sama bilateral, regional, dan internasional di bidangnya.
Kebijakan pertahanan negara disusun berdasarkan kondisi obyektif yang dihadapi Indonesia serta dengan memperhatikan perkembangan konteks strategis baik global maupun regional. Isu keamanan nasional Indonesia yang dihadapi saat ini sangat komplek dan berdampak serius pada keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa. Ancaman nyata terhadap Indonesia cenderung meningkat baik yang bersifat lintas negaramaupun yang timbul di dalam negeri. Isu-isu keamanan tersebut perlu penanganan serius dan mendesak, karena itu menjadi prioritas dalam kebijakan pertahanan.
Pada sisi lain, isu keamanan regional dan global juga memerlukan keterlibatan aktif semua negara untuk mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia. Munculnya ancaman terorisme serta kejahatan lintas negara lainnya, maka dalam rangka menumpasnya memerlukan kesatuan usaha kerjasama antar negara. Oleh karena itu, di samping mengembangkan kebijakan pertahanan negara yang diarahkan untuk mengatasi isu -isu keamanan aktual dalam negeri, juga perlu dikembangkan kerjasama keamanan dengan negara lain. Kerjasama antar negara diwujudkan dengan prinsip saling percaya dan saling menghormati hak kedaulatan masing-masing negara, dan tidak saling mengintervensi urusan internal negara lain. Bagi Indonesia, kerjasama keamanan dengan negara lain berdasarkan pada politik luar negeri Indonesia yang bebas-aktif dan sebagai bangsa merdeka yang berdaulat. Kerjasama dengan negara lain tersebut diarahkan untuk kepentingan bilateral, sekaligus mewujudkan keamanan kawasan dan perdamaian dunia.
Dari hal-hal tersebut diatas, Buku Putih Pertahanan ini memiliki dua arti penting.
Pertama, untuk memberikan pemahaman yang lengkap dan utuh tentang penyelenggaraan pertahanan negara Indonesia dan keterpaduan perwujudannya. Kedua, untuk mengkomunikasikan kebijakan pertahanan Indonesia kepada masyarakat internasional.
Melalui pemahaman tersebut akan tercipta rasa saling percaya dan saling menghormati antara segenap komponen bangsa Indonesia, begitupun dengan negara-negara di kawasan regional dan internasional.
Disadari bahwa beban pemerintah cukup berat, terutama dalam kondisi pemerintah mengghadapi berbagai permasalahan dan tantangan bangsa yang multidimensi saat ini.
Dalam kondisi demikian, tidak dapat dipungkiri, bahwa penyelenggaraan pertahanan negara di masa mendatang juga akan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Pencapaian sasaran penyelenggaraan pertahanan negara memerlukan dukungan semua pihak dan segenap komponen bangsa, sebagai perwujudan hak dan kewajiban setiap negara. Oleh karena itu, peran aktif segenap komponen bangsa dalam penyelenggaraan pertahanan negara merupakan kekuatan bangsa Indonesia dalam menjamin tetap tegaknya NKRI.
BAB DUA
REFORMASI NASIONAL DAN PERTAHANAN NEGARA
Reformasi Nasional
Semangat dan cita-cita luhur untuk menata kembali kehidupannya untuk meraih masa depan yang lebih cerah, telah mendorong segenap rakyat Indonesia melakukan Gerakan Reformasi. Hakekat reformasi nasional adalah suatu perubahan seluruh aspek kehidupan bangsa menuju kehidupan yang lebih baik. Perubahan dimaksud berskala nasional dan
dilaksanakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta oleh segenap komponen bangsa. Arah dan tujuan reformasi tersebut sejalan dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, serta selaras dengan nilai-nilai kultur bangsa Indonesia dan nilai -nilai universal.
Cita-cita luhur reformasi tersebut hanya mungkin tercapai melalui pembentukan pemerintahan yang demokratis, bersih dan berwibawa. Pemerintah yang diinginkan adalah pemerintahan yang mampu menata kehidupan demokratis dan mewujudkan supremasi hukum, mampu memberantas KKN dan segenap penyimpangan lainnya yang menghambat pembangunan maupun kepentingan nasional. Upaya untuk mencapai cita-cita luhur tersebut bukanlah hal ringan dan mudah. Kondisi obyektif Indonesia merupakan realita adanya tantangan dan kendala yang menghadang antara lain k risis ekonomi dan moneter, serta berbagai konflik yang belum teratasi secara tuntas. Kondisi obyektif tersebut telah menimbulkan dampak-dampak terhadap aspek-aspek kehidupan lainnya. Persoalan yang dihadapi makin kompleks, karena iklim politik yang berkembang sebagai akibat dari kedewasaan berpolitik yang belum memadai, cenderung menggiring suasana ke arah euforia demokrasi.
Gambaran kondisi di atas mengisyaratkan, bahwa jalan menujumasyarakat demokratis yang diharapkan masih sangat panjang dan menghadapi tantangan yang berat. Meskipun demikian, diyakini bahwa reformasi yang dilaksanakan saat ini merupakan kebutuhan, yakni sebagai wahana dan instrumen yang paling tepat untuk mengantarkan bangsa Indonesia menuju masyarakat "civil" yang dicita-citakan. Walaupun menghadapi tantangan yang berat, namun keyakinan akan kebenaran arah perjuangan reformasi nasional, telah mendorong semangat untuk terus melanjutkan proses reformasi. Upaya untuk mewujudkan cita-cita reformasi membutuhkan kebulatan tekad serta dukungan segenap bangsa Indonesia.
Tekad dan dukungan tersebut menuntut kerja keras serta usaha bersama secara sinergis agar agenda reformasi yang telah disepakati bersama tetap berada pada jalur yang benar.
Sejalan dengan komitmen tersebut, tindakan yang menghambat dan menggagalkan reformasi harus dihindarkan agar tidak dinodai oleh tindakan anarkhis atau upaya memaksakan kepentingan kelompok atau golongan. Reformasi nasional harus tetap dilanjutkan dan dijaga kesinambungannya dalam kerangka konstitusi Undang Undang Dasar (UUD) 1945 dan nilai falsafah Pancasila.
Reformasi Pertahanan Negara
Sejalan dengan komitmen reformasi nasional, reformasi di bidang pertahana n negara dilaksanakan secara konsepsional dengan berlandaskan pada kostitusi UUD 1945 dan falsafah Pancasila.
Reformasi pertahanan negara merupakan komitmen bangsa yang dilaksanakan secara bertahap dan berlanjut, mencakup penataan struktur, kultur dan tata nilai sebagai satu kesatuan perubahan yang utuh dan menyeluruh.
Agenda penataan struktur sejauh ini telah mencakup penataan organisasi pertahanan negara yang menyentuh segi -segi substansial. Penataan tersebut meliputi perubahan struktur organisasi, tat aran kewenangan, fungsi dan tugas Departemen Pertahanan (Dephan), fungsi dan tugas TNI. Upaya penataan dimaksudkan agar penyelenggaraan pertahanan negara dapat lebih efektif sesuai dengan perkembangan konteks stratregis serta dalam bingkai masyarakat demokratis. Pada aspek kultur dan tata nilai, perubahan diarahkan pada sikap dan perilaku penyelenggara pertahanan negra untuk mampu memposisikan diri ssuai peran dan tugasnya. Perubahan dimaksud berlaku pada segenap jajaran di Dephan dan TNI, mulai dari tingka t tertinggi sampai terendah.
Reformasi di bidang pertahanan negara bertitik tolak dari Ketetapan (TAP) MPR nomor VI tahun 2000, tentang Pemisahan TNI dan Polri dan TAP MPR nomor VII tahun 2000 tentang Peran TNI dan Peran Polri. Salah satu wujudnya adalah Undang Undang (UU) Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menggantikan UU RI Nomor 20 tahun 1982. UU RI Nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan -ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi. UU Pertahanan Nomor 3 tahun 2002, di samping mengatur penataan negara ke depan untuk mendukung kepentingan nasional sesuai cita-cita reformasi serta untuk tujuan nasional.
Secara substansi UU RI Nomor 3 tahun 2002 mengatur wewenang dan tanggung jawab Menteri Pertahanan, peran dan tugas TNI, wewenang dan tanggung jawab Panglima TNI, nilai-nilai demokratis, hak azasi manusia, perlindungan lingkungan hidup, peran DPR dalam pertahanan negara, hak dan kewajiban warga negara dalam bela negara. Secara ringkas, diatur sebagai berikut :
Wewenang dan Tanggung Jawab Menteri Pertahanan
· Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan tentang penyelenggaraan pertahanan negara berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan Presiden.
· Menteri Pertahanan menyusun buku putih pertahanan serta mene tapkan kebijakan kerjasama bilateral, regional dan internasional di bidangnya.
· Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan penganggaran, pengadaan, perekrutan, pengelolaan sumber daya nasional, serta pembinaan teknologi dan industri pertahanan yang diperlukan oleh TNI dan komponen pertahanan lainnya.
pertahanan yang diperlukan oleh TNI dan komponen pertahanan lainnya.
Peran dan Tugas Nasional Indonesia
· Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
· Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk :
§ Mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah.
§ Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa.
§ Melaksanakan Operasi Militer selain perang.
§ Ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional.
Wewenang dan Tanggung Jawab Panglima TNI
· Panglima TNI memimpin Tentara Nasional Indonesia.
· Panglima TNI menyelenggarakan perencanaan strategi dan operasi militer, pembinaan profesi dan kekuatan militer, serta memelihara kesiagaan operasional.
· Panglima TNI berwenang menggunakan segenap komponen pertahanan negara dalam penyelenggaraan operasi militer berdasarkan undang-undang.
· Panglima TNI bertanggung jawab kepada Presiden dalam penggunaan komponen pertahanan negara dan bekerjasama dengan Menteri Pertahanan dalam pemenuhan kebutuhan Tentara Nasional Indonesia.
Nilai-nilai Demokrasi, HAM, dan Lingkungan Hidup
· Pertahanan negara disusun atas dasar prinsip demokrasi, hak azasi manusia (HAM), kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai.
· Pendayagunaan segala sumber daya alam dan buatan harus memperhatikan prinsip- prinsip berkelanjutan, keragaman, dan produktivitas lingkungan hidup.
Keterlibatan DPR
· Presiden berwenang dan bertanggungjawab atas pengerahan kekuatan TNI. Dalam hal pengerahan kekuatan TNI untuk menghadapi ancaman bersenjata, kewenangan Presiden harus mendapat persetujuan DPR.
· Presiden mengankat dan memberhentikan Panglima setelah mendapat pe rsetujuan DPR.
· DPR melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan umum pertahanan negara.
Keterlibatan Rakyat
· Hakekat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
· Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung.
· Komponen cadangan terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat komponen utama.
· Komponen pendukung terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen pendukung.
Reformasi Internal TNI
Sejalan dengan komitmen reformasi pertahanan negara, TNI melakukan reformasi internal. Reformasi internal TNI pada hakekatnya merupakan tekad dan komitmen TNI untuk melakukan pembaharuan institusi TNI melalui langkah-langkah konstruktif sejalan dengan pembangunan pemerintahan dan masyarakat yang demokratis. Pembaharuan dimaksud dilakukan TNI secara konseptual untuk menata fungsi dan tugasnya sesuai yang diamanatkan dalam UU RI nomor 3 tahun 2002. Reformasi internal merupakan kebutuhan
melakukan pembaharuan institusi TNI melalui langkah-langkah konstruktif sejalan dengan pembangunan pemerintahan dan masyarakat yang demokratis. Pembaharuan dimaksud dilakukan TNI secara konseptual untuk menata fungsi dan tugasnya sesuai yang diamanatkan dalam UU RI nomor 3 tahun 2002. Reformasi internal merupakan kebutuhan TNI untuk mewujudkan institusi TNI yang profesional dan dilaksanakan secara bertahap dan berlanjut. Dalam kaitan tersebut, TNI telah melakukan berbagai upaya untuk kembali pada jati dirinya sebagai tentara yang berasal dari rakyat, berjuang untuk rakyat, dan melindungi keselamatan rakyat. Oleh karena jiwa rakyat adalah jiwa TNI, maka TNI harus senantiasa memelihara kemanunggalannya dengan rakyat yang merupakan andalan kekuatan pertahanannegara Indonesia.
Jiwa dan semangat pembaharuan selalu melekat dalam TNI sesuai tantangan dan dinamika lingkungan yang berlaku. Komitmen tersebu t telah dilakukan antara lain melalui kegiatan mengumpulkan berbagai bahan pemikiran strategis melalui kegiatan mengumpulkan berbagai bahan pemikiran strategis melalui kegiatan seminar, diskusi dan pengkajian-pengkajian, baik yang dilaksanakan di lingkungan sendiri, maupun bersama- sama dengan kalangan lain. Dari kegiatan-kegiatan tersebut TNI telah menyusun suatu konsep pemikiran strategis, suatu konsep reformasi internal yang dikenal dengan "Paradigma Baru Peran TNI". Paradigma Baru Peran TNI berisikan dokumen tentang Redefinisi, Reposisi dan Reaktualisasiperan TNI dalam Kehidupan Bangsa di Masa Depan. Dokumen tersebut ditanda-tangani oleh Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada 5 Oktober 1998. Niat dan komitm en untuk mereformasi diri tersebut, kemudian diwadahi secara formal oleh wakil -wakil rakyat melalui TAP MPR-RI Nomor : VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI dan Polri, dan Tap MPR -RI Nomor : VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan Peran Polri.
Implementasi reformasi internal TNI meliputi
· TNI tunduk pada otoritas politik pemerintah yang dipilih oleh rakyat sesuai dengan nilai-nilai demokrasi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam pelaksanaan tugasnya TNI senantiasa melaksanakan tugas negara untuk kepentingan nasional.
· Tugas TNI untuk melaksanakan kebijakan pertahanan sebagaimana diatur dalam pasal 10 UU RI No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara ditentukan melalui keputusan politik pemerintah. Oleh karenanya tanggung jawab politik TNI ada pada pimpinan nasional.
keputusan politik pemerintah. Oleh karenanya tanggung jawab politik TNI ada pada pimpinan nasional.
· TNI bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara dengan menyelenggarakan perencanaan strategi dan operasi militer, pembinaan profesi dan kekuatan militer serta memelihara kesiapsiagaan (pasal 10, 14 dan 18 UU RI No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara).
· TNI sebagai bagian dari sistem nasional, tidak mengambil posisi eksklusif tetapi senantiasa memelihara keterkaitan dengan komponen bangsa yang lain.
· TNI dalam menjalankan tugasnya sesuai aturan pelibatan yang ditetapkan oleh pemerintah.
· Beberapa perubahan struktural antara lain : Pemisahan Polri dan TNI yang semula bersama-sama tergabung dalam ABRI. Perubahan tersebut diikuti penghapusan jabatan Kassospol TNI dan Kaster TNI, penghapusan Dwi Fungsi ABRI, likuidasi fungsi kekaryaan serta sosial politik TNI, penghapusan keberadaan Fraksi TNI/Polri di lembaga legislatif paling lambat tahun 2009, serta perubahan doktrin dan organisasi TNI. Pemisahan TNI dan Polri tersebut juga berimplikasi pada perubahan Dephankam menjadi Dephan.
Komitmen TNI untuk melaksanakan reformasi adalah tekad dan kemauan politik TNI yang ditujukan untuk mewujudkan tentara profesional, TNI telah memiliki komitmen untuk menjauhkan diri dari keterlibatannya dalam politik praktis, serta berada di bawah kekuasaan pemerintah yang dipilih rakyat secaa konstitusional dan demokratis.
Harapan TNI sebagai tentara profesional meliputi TNI yang tidak berpolitik, berada di bawah kekuasaan pemerintah yang dipilih oleh rakyat berdasarkan cara-cara demokratis dan konstitusional, TNI yang terdidik dan terlatih baik, TNI yang terlengkapi kebutuhan alutsistanya secara memadai, serta prajurit TNI yang dicukupi kesejahteraan dan pendapatannya secara layak.
Sebagai tentara rakyat, TNI harus selalu dekat dengan rakyat, TNI harus mengenal dan hidup bersama rakyat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk memisahkan TNI dari rakyat merupakan pengikaran akan kodrat TNI sebagai tentara yang berasal dari rakyat, berjuang bersama rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Inilah salah satu hakekat penyelenggaraan fungsi teritorial yang dilaksanakan TNI untuk tetap memelihara kedekatan dengan rakyat dan teritorialnya.
bersama rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Inilah salah satu hakekat penyelenggaraan fungsi teritorial yang dilaksanakan TNI untuk tetap memelihara kedekatan dengan rakyat dan teritorialnya.
BAB TIGA
KONTEKS STRATEGIS
Dalam tingkat strategis, isu politik, ekonomi, dan tindakan ilegal lintas negara, memiliki jangkauan wilayah nasional, regional, serta global, dan isu tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keamanan nasional, regional, dan global. Isu politik, ekonomi, dan keamanan memiliki keterkaitan yang sangat erat dan saling mempengaruhi, selanjutnya isu tersebut akan selalu menjadi perhatian masyarakat internasional karena akan menyangkut pada kepentingan nasional masing-masing negara.
Indonesia yang merupakan negara terbuka, tidak bebas dari pengaruh perkembangan global dan regional. Kondisi politik, ekonomi, sosial, dan keamanan Indonesia yang terbentuk selama ini, tidak berdiri sendiri namun dipengaruhi juga oleh faktor eksternal.
Isu domestik yang dihadapi Indonesi a pada dekade terakhir ini tidak terlepas dari kontribusi faktor-faktor eksternal, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga faktor yang saling berhubungan perlu dicermati.
Global
Berakhirnya perang dingin belum menjamin bagi terwujudnya keamanan dan perdamaian dunia. Konflik antar etnis/ras, terorisme, pencucian uang, penyelundupan manusia, perdagangan ilegal, narkoba adalah ancaman non tradisional, dan merupakan ancaman terhadap keamanan domestik, regional, dan global. Sedangkan ancaman tradisional seperti senjata pemusnah masal, sengketa antar negara, dan perlombaan senjata tetap merupakan isu laten. Ancaman tradisional maupun ancaman non-tradisional tetap menimbulkan kekuatiran bagi masyarakat internasional karenamerupakan bentuk ancaman terhadap perdamaian dunia yang dapat berkembang menjadi ancaman berskala besar.
menimbulkan kekuatiran bagi masyarakat internasional karenamerupakan bentuk ancaman terhadap perdamaian dunia yang dapat berkembang menjadi ancaman berskala besar.
Kecenderungan keamanan dunia diwarnai oleh isu keamanan non -tradisional yang semakin marak, disamping isu keamanan tradisional yang belum dapat diabaikan sama sekali. Kompleksitas keamanan global semakin bertambah dengan adanya upaya mengembangkan dan mempertahankan hegemoni melalui penguatan aliansi, pengembangan kemampuan militer, keunggulan teknologi, maupun dengan mempertahankan keunggulan ekonomi.
Globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi telah menghadirkan perubahan besar dalam kehidupan masyarakat dunia. Akses informasi semakin mudah dan cepat, dapat mencapai tempat lain tanpa memandang jarak dan batas negara. Batas suatu negara seakan-akan menjadi kabur dan seolah-olah menghadirkan dunia tanpa batas.
Hakekat kedaulatan negara mendapat tantangan karena kewenangan negara berkurang jangkauannya dalam aspek tertentu. Seperti menghadapi arus informasi, negara tidak dapat sepenuhnya mengatur arus informasi, walaupun informasi tersebut dapat mempengaruhi perilaku warga negaranya.
Segala kemudahan yang diperoleh dalam proses globalisasi mendorong ketergantungan antar negara,
namun juga memaksakan kompetisi antar umat manusia, antar golongan, dan antar negara.
Negara dan bangsa yang memiliki keunggulan akan mampu memenangkan kompetisi, berarti mampu mengejar kepentingan nasionalnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Seiring dengan kemajuan tersebut, tindakan ilegal dan kriminal lintas n egara juga meningkat, dalam bentuk ancaman baru seperti terorisme, penyelundupan manusia, atau drugtraficking yang dilakukan secara terorganisasi.
Kecenderungan hubungan masyarakat internaisonal dan hubungan antar negara dibangun atas dasar saling percaya dan saling menghormati. Penciptaan kondisi seperti itu memberikan peluang yang sangat baik bagi suatu dialog guna menghadapi perbedaan pandangan atas suatu isu bersama. Dialog dan diplomasi menjadi sarana penting untuk meredam konflik dan memperoleh penyelesaian secara damai. Namun, perbedaan posisi
dibangun atas dasar saling percaya dan saling menghormati. Penciptaan kondisi seperti itu memberikan peluang yang sangat baik bagi suatu dialog guna menghadapi perbedaan pandangan atas suatu isu bersama. Dialog dan diplomasi menjadi sarana penting untuk meredam konflik dan memperoleh penyelesaian secara damai. Namun, perbedaan posisi dan lebarnya kesenjangan antar negara maju dengan negara berkembang di bidang ekonomi, teknologi dan militer menjadi salah satu faktor penghalang dalam suatu dialog.
Upaya memperoleh dukungan dari negara lain atau merebut pengaruh arat negara lain, mengembangkan dan mempertahankan hegemoni di berbagai bidang, tidak jarang menjadi sumber potensi konflik antar bangsa.
Sejak tragedi yang menimpa World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat pada 11 September 2001, terorisme internasional menjadi bentuk baru perang, merupakan ancaman asimetri dan menjadi ancaman nyata bagi dunia. Pembentukan definisi terorisme internasional dan resolusi PBB untuk mengatasinya merupakan upaya masyarakat internasional untuk memerangi terorisme internasional. Kampanye global memerangi terorisme dilakukan dengan langkah-langkah konkrit secara intensif. Setiap negara wajib menyelidiki kelompok teroris, mengidentifikasi sumber dan aliran dana teroris serta menghentikannya, kemudian melaporkannya ke PBB. Negara-negara maju melakukan tindakan memberikan bantuan teknik dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan negara lain dalam menghadapi terorisme. Upaya nyata dan kerja keras masyarakat internasional dalam memerangi terorisme internasional belum mampu sepenuhnya menghentikan aksi terorisme internasional. Bahkan setahun setelah tragedi WTC, teroris beraksi kembali di Bali dan dikenal sebagai tragedi Bali 12 Oktober 2002.
Selain dua tragedi tersebut yang mengguncangkan dunia, aksi terorisme dalam skala kecil terjadi di berbagai negara. Tindakan terorisme selalu menimbulkan korban jiwa, mengancam keselamatan publik, menimbulkan kekacauan yang luas sehingga mengancam keselamatan bangsa dan kedaulatan negara. Konflik di Timur Tengah, Asia S elatan, maupun di Asia Tenggara merupakan bentuk terorisme sehingga ancaman terorisme internasional masih terus membayangi dunia. Terorisme internasional menjadi musuh bersama masyarakat dunia sehingga harus diperangi secara bersama-sama oleh masyarakat internasional.
Kegiatan ilegal dan kejahatan lintas negara seperti penyelundupan manusia, senjata, perdagangan obat-obatan terlarang, pencucian uang, imigran gelap, menunjukan peningkatan yang tajam. Tindakan ilegal dan kejahatan lintas negara umumnya m enimbulkan kerugian terhadap negara lain, dan sangat mungkin berkembang mengganggu keamanan kawasan sera mengganggu hubungan antar bangsa. Peningkatan tersebut antara lain
senjata, perdagangan obat-obatan terlarang, pencucian uang, imigran gelap, menunjukan peningkatan yang tajam. Tindakan ilegal dan kejahatan lintas negara umumnya m enimbulkan kerugian terhadap negara lain, dan sangat mungkin berkembang mengganggu keamanan kawasan sera mengganggu hubungan antar bangsa. Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh masalah politik, kesenjangan ekonomi, serta adanya jaringan kejahatan lintas negara berskala internasional. Pergolakan politik dan disparitas ekonomi di beberapa negara telah menimbulkan migrasi berskala besar yang berusaha mencari peluang kerja dan iklim kehidupan yang lebih baik di negara lain. Di samping itu, dampak kesulitan ekonomi yang menyebabkan kesulitan mendapatkan lapangan kerja, juga mendorong manusia untuk melakukan segala cara agar dapat bertahan hidup. Kejahatan lintas negara dilakukan secara terorganisasi dalam suatu jaringan antar negara, digerakkan oleh aktor dengan dukungan teknologi dan finansial sehingga diperlukan upaya yang sistemati dan kerjasama antar negara untuk mengatasinya.
Runtuhnya Uni Soviet diikuti dengan perubahan drastis atas struktur kekuatan dunia, yang semula bipolar berubah menjadi m ultipolar serta memunculkan Amerika Serikat menjadi satu-satunya kekuatan adidaya. Meskipun dunia didominasi oleh kekuatan Amerika Serikat, namun Rusia, Uni Eropa, Cina, dan Jepang meripakan negara besar yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi masyarakat internasional. Dengan kekuatan politik, ekonomi, dan militer yang dimilikinya, negara -negara tersebut di atas tidak dapat diabaikan dan mempunyai kemampuan yang signifikan dalam menentukan keamanan kawasan dan perdamaian dunia.
Di samping polarisasi kekuatan masyarakat, organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan Gerakan Non Blok (GNB) mempunyai peran yang signifikan dalam memelihara ketertiban dunia. PBB terus berusaha meningkatkan eksistensi dan perannya dalam memecahkan masalah-masalah internasional di sejumlah kawasan.
Pada dasa warsa terakhir ini, PBB giat mengembangkan konsep keamanan kemanusiaan (human security concept). Konsep tersebut diarahkan untuk menyelamatkan umat manusia dari tindakan kesewenang-wenangan. Dalam konsep tersebut, UN Charter Chapter VII dapat digunakan sebagai alat legitimasi untuk melakukan intervensi kemanusiaan (humanitarian intervention) ke dalam wilayah suatu negara, dengan mengabaikan kedaulatan negara yang bersangkutan. Namun alat legitimasi UN Charter Chapter VII tersebut belum diterima oleh semua negara, terutama karena perbedaan kepentingan serta adanya karakteristik bangsa yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain.
diterima oleh semua negara, terutama karena perbedaan kepentingan serta adanya karakteristik bangsa yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang menghadirkan kemudahan dalam melakukan akses informasi, aktivitas perekonomian berkembang pesat melampaui batas negara. Kemajuan tersebut telah mendorong globalisasi ekonomi yang membentuk pasar bebas. Regionalisme dan aliansi ekonomi berkembang pesat de ngan hadirnya aliansi- aliansi ekonomi seperti Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC), ASEAN Free Trade Agreement (AFTA), Nort American Free Trade Agreement (NAFTA), dan European Union (EU). Pemberlakuan pasar bebas dan perdagangan bebas menciptakan iklim kompetisi yang ketat, mendorong setiap negara mengembangkan produk -produk unggulan yang kompetitif.
Keterbatasan kemampuan terutama sektor permodalan, kualitas sumber daya manusia, dan teknologi, serta aturan pasar bebas yang sangat ketat, telah mela hirkan kekuatiran bagi negar-negara berkembang. Ketidakmampuan negara berkembang dalam berkompetisi akan menjadikannya hanya sebagai pasar bagi produk -produk negara maju.
Ketimpangan persaingan ekonomi negara maju terhadap negara berkembang akan menimbulkan peluang bagi munculnya ketidakpuasan dan tindakan proteksi, sehingga akhirnya memicu konflik dan krisis yang dapat menggangu stabilitas keamanan.
Isu kerusakan lingkungan hidup semakin meningkat dan menjadi titik perhatian masyarakat dunia. Konferensi Tingkat Tinggi Lingkungan Hidup dan Pembangunan (KTT Bumi) Rio de Janeiro tahun 1992, serta KTT Johanesburg 2002, mencanangkan diadopsinya prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Prinsip pembangunan berkelanjutan dimaksudkan untuk m enyelamatkan lingkungan hidup akibat tindakan sewenang-wenang masyarakat. Dalam mengeksploitasi lingkungan hidup untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, diharapkan masyarakat jangan sampai merusak lingkungan hidup sehingga menimbulkan kerugian bagi umat manusia dan mengorbankan generasi berikutnya.
Namun kenyataan menunjukan bahwa praktek pembakaran hutan, perambahan hutan tanpa memperhatikan ekosistem, pembuangan limbah kelaut oleh negara -negara tertentu di wilayah negara lain, masih terus berlangsung yang menyebabkan kerusakan lingkungan makin bertambah.
Proses deforestasi yang terjadi, tidak diimbangi dengan penurunan emisi dunia, bahkan ada kecenderungan Protokol Kyoto masih ditanggapi setengah hati oleh negara tertentu. Kerusakakkn lingkungan yang terus berlanjut, akan mengakibatkan kelangkaan sumber daya alam. Kerusakan lingkunagn yang semakin parah tanpa diimbangi dengan upaya konstruktif untuk memperbaikinya, akan menimbulkan kesengsaraan umat manusia
bahkan ada kecenderungan Protokol Kyoto masih ditanggapi setengah hati oleh negara tertentu. Kerusakakkn lingkungan yang terus berlanjut, akan mengakibatkan kelangkaan sumber daya alam. Kerusakan lingkunagn yang semakin parah tanpa diimbangi dengan upaya konstruktif untuk memperbaikinya, akan menimbulkan kesengsaraan umat manusia yang sulit dicegah. Meningkatnya kesadaran umat manusia terhadap lingkungan hidup telah menjadikan lungkungan hidup tersebut sebagai isu global yang penting.
Regional
Perkembangan dan kecenderungan global merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dinamika keamanan regional. Faktor-faktor lain yang juga sangat berpengaruh, adalah peran dan kepentingan negara-negara besar, ditambah dengan permasalahan hubungan antar negara di kawasan.
Peran Negara-negara Besar
Kecenderungan keamanan Asia Tenggara yang dihadapi adalah terjadinya pergeseran pada permasalahan keamanan regional, seperti adanya berbagai konflik yang bersumber dari klaim teritorial, keamanan jalur komunikasi laut dan jalur perdagangan melalui laut, sampai kepada masalah keamanan non -tradisional seperti terorisme, perompakan dan pembajakan di laut , penyelundupan senjata, migrasi ilegal, ataupun penangkapan ikan ilegal. Selain dipengaruhi oleh negara-negara yang mendiami kawasan, dinamika keamanan kawasan, khususnya kawasan Asia Tenggara ikut dipengaruhi oleh kekuatan negara-negara besar karena adanya kepentingan mereka di Asia Tenggara.
Amerika Serikat (AS) yang merupakan satu-satunya negara adidaya, memiliki kepentingan yang sangat besar di seluruh kawasan dunia, termasuk di kawasan Asia Tenggara, baik kepentingan poloti k, ekonomi, maupun keamanan. Tekad AS untuk mempertahankan dan mewujudkan kepentingannya di berbagai belahan dunia tidak diragukan karena mereka memiliki kemampuan untuk melakukannya. Keunggulan AS sebagai kekuatan dunia didukung oleh adanya penguasaan tek nologi, kekuatan ekonomi, kekuatan militer, maupun dukungan politik dalam negeri, dan hal tersebut akan tetap dipertahankannya untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya. Karena itu, AS tetap memiliki perhatian dan peran yang sangat signifikan pada isu keamanan kawasan dan global.
Perkembangan ekonomi Republik Rakyat Cina (RRC) yang pesat telah menempatkan Cina sebagai salah satu negara besar dan penting secara regional maupun global. Untuk mempertahankan kemajuan yang telah diperolehnya, maka upaya meme nuhi kepentingan nasional Cina akan menjangkau berbagai belahan dunia. Pemenuhan kepentingannya itu akan dilakukan dengan menggunakan instrumen hubungan internasionalnya. Negara-negara besar maupun negara-negara di kawasan Asia Pasifik tidak dapat mengabaikan peran Cina bagi keamanan kawasan, karena Cina memiliki kepentingan dan mempunyai kekuatan yang harus diperhitungkan dalam menentukan stabilitas keamanan kawasan. Maka sangat beralasan menyatakan bahwa interaksi hubungan Cina dengan kekuatan utama di kawasan seperti Amerika Serikat, Jepang, Ruasia dan Uni Eropa, merupakan faktor yang berpengaruh dalam peta keamanan kawasan, khususnya di Asia Pasifik. Dalam kaitan keamanan kawasan, hubungan politik RRC dengan Cina Taiwan masih dilanda ketegangan dan belum menunjukan tanda-tanda penyelesaian secara damai. Hubungan RRC - Cina Taiwan ini tetap menjadi fokus perhatian isu keamanan kawasan bagi masyarakat internasional. Ketidakjelasan penyelesaian damai Cina - Taiwan akan mewarnai prospek keamanan kawasan Asia Pasifik dan dunia pada umumnya.
Jepang, merupakan negara yang kuat di bidang ekonomi, negara pemasok hasil industri, serta pengimpor terkemuka atas minyak dan gas bumi.
Perekonomian Jepang menjangkau seluruh pelosok dunia dan perdagangan internasionalnya merupakan bagian dari upaya pemenuhan kepentingan nasionalnya.
Keamanan perekonomian Jepang sangat dipengaruhi oleh keamanan wilayah perdagangan internasionalnya, sehingga Jepang sangat memperhatikan keamanan regional dan global.
Karena itu, Jepang memiliki kepentingan yang kuat atas stabilitas keamana dunia. Jepang juga memiliki pengaruh dalam upaya mewujudkan keamanan regional dan global. Karena itu, sikap politik Jepang akan selalu diperhitungkan oleh negara-negara besar dunia, dan merupakan salah satu kekuatan penyeimbang bagi stabilitas keamanan kawasan.
sikap politik Jepang akan selalu diperhitungkan oleh negara-negara besar dunia, dan merupakan salah satu kekuatan penyeimbang bagi stabilitas keamanan kawasan.
Uni Eropa (EU) sebagai organisasi yang beranggotakan negara -negara industri, memiliki kekuatan ekonomi cukup besar serta mempunyai peran dan pengaruh yang besar dalam perekonomian global. Hubungan ekonomi anggota UE dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara telah berkembang sedemikian rupa sehingga negara -negara UE memiliki kepentingan politik dan ekonomi yang besar atas kawasan Asia Tenggara, baik sebagai pasar maupun pemasok bahan mentah. Karena itu keamanan kawasan Asia Tenggara memiliki nilai strategis bagi Uni Eropa.
Isu Keamanan Perairan Kawasan
Berdasarkan data Internasional Maritime Bureau (IMB) Kuala Lumpur tahun 2001, dari 213 laporan pembajakan dan perompakan yang terjadi di perairan Asia dan kawasan Samudera Hindia, 91 kasus diantaranya terjadi di perairan Indonesia. Namun data pemerintah Indonesia yang dikeluarkan oleh TN I-AL, menyatakan bahwa selama tahun 2001 terjadi 61 kasus yang murni dikatagorikan sebagai aksi pembajakan dan perompakan dengan lokasi tersebar di seluruh wilayah perairan Indonesia. Meskipun terdapat perbedaan angka oleh kedua institusi tersebut, namun data tersebut menunjukan bahwa keamanan perairan Indonesia pada dekade terakhir memiliki ancaman dan gangguan keamanan yang cukup serius dan perlu penangan segera.
Internasional Maritime
Organization (IMO) menyatakan bahwa
aksiperompakan yang terjadi diperairan Asia Pasifik,
khususnya kawasan Asia Tenggara adalah yang tertinggi di dunia. Pelaku perompakan tidak hanya menggunakan senjata tradisional, tetapi juga senjata api dan peralatan berteknologi canggih. Keamanan di laut merupakan masalah yang kompleks karena upaya untuk mengatasi perompakan di laut tidak dapat dilakukan hanya oleh satu negara saja, tetapi melibatkan berbagai negara dan organisasi internasional. Karena itu upaya mewujudkan keamanan di laut memerlukan kerja sama yang erat antarnegara.
keamanan di laut memerlukan kerja sama yang erat antarnegara.
Disamping masalah perompakan, penyelundupan manusia melalui perairan kawasan Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara, juga cenderung meningkat. Australia yang berada di bagian selatan kawasan Asia Tenggara, merupakan salah satu negara tujuan para imigran gelap. Hal tersebut menjadikan perairan di kawasan Asia Tenggara, termasuk perairan Indonesia, menjadi jalur laut menuju benua tersebut. Penyelundupan manusia tidak dapat dipandang sebagai masalah yang sederhana. Upaya penanggulangannya melibatkan beberapa negara dengan berbagai kepentingan yang berbeda, terutama keamanan, kemanusiaan, ekonomi, dan politik. Kegiatan migrasi ilegal berskala besar kerap kali dilakukan oleh organisasi yang memiliki jaringan internasional. Migrasi ilegal memberikan dampak negatif terhadap negara tujuan dan negara transit sehingga sering menimbulkan persoalan politik, sosial ekonomi, dan ketegangan hubungan antarnegara. Disamping migrasi ilegal, kasus penyelundupan manusia, seperti penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan bayi, atau wanita ke negara lain melalui wilayah perairan juga marak akhir-akhir ini.
Kegiatan penyelundupan melalui wilayah perairan antar negara yang tidak kalah maraknya pada dekade terakhir ini di kawasan Asia Tenggara adalah penyelundupan senjata, amunisi, dan bahan peledak. Kegiatan ilegal tersebut memiliki aspek politik, ekonomi, dan keamanan antar negara maupun di negara tujuan. Di bidang keamanan, penyelundupan senjata menimbulkan masalah yang sangat serius karena secara langsung akan mengancam stabilitas keamanan negara tujuan.
Perompakan di laut dan penyelundupan yang diuraikan di atas merupakan tindakan ilegal lintas negara yang menimbulkan kerugian bagi negara-negara di kawasan maupun bagi
negara-negara yang menggunakan lintas perairan. Tindakan ilegal lintas negara itu cukup signifikan dan semakin menguatirkan negara-negara di kawasan. Tindakan ilegal tersebut diorganisasi dengan rapi, sehingga perlu kerjasama antar negara untuk mengatasinya.
Isu Perbatasan Antar Negara
Belum tuntasnya penentuan garis batas suatu negara terhadap negara lain dapat berpotensi menjadi sumber permasalahan hubungan keduanya di masa datang. Di samping garis batas, masalah pelintas batas, pencurian sumber daya alam, dan kondisi geografi juga merupakan sumber masalah yang dapat menggangu hubungan antar negara.
Di kawasan Asia Tenggara, ketidakjelasan batas antar dua negara dialami oleh beberapa negara yang berbatasan, termasuk di laut Cina Selatan. Indonesia juga memiliki permasalahan perbatasan dengan negara-negara lain, terlebih lagi mengingat demikian luasnya wilayah darat dan perairan. Indonesia memiliki sepuluh negara tetangga yang berbatasan, yakni Malaysia, Singapura, Thailand, India, Filipina, Vietnam, Papua Nugini, Australia, Palau dan Timor Leste.
· Perbatasan Indonesia-Singapura.
Penambangan pasir laut di perairan sekitar Kepulauan Riau yakni wilayah yang berbatasan langsung dengan Sinagpura, telah berlangsung sejak tahun 1970.
Kegiatan tersebut telah mengeruk jutaan ton pasir setiap hari dan mengaki batkan kerusakan ekosistem pesisir pantai yang cukup parah. Selain itu mata pencaharian nelayan yang semula menyandarkan hidupnya di laut, terganggu oleh akibat penambangan pasir laut. Kerusakan ekosistem yang diakibatkan oleh penambangan pasir laut telah menghilangkan sejumlah mata pencaharian para nelayan.
Penambangan pasir laut juga mengancam keberadaan sejumlah pulau kecil karena dapat menenggelamkannya, misalnya kasus Pulau Nipah. Tenggelamnya pulau-pulau kecil tersebut menimbulkan kerugian besar bagi Indonesia, karena dengan perubahan pada kondisi geografis pantai akan berdampak pada penentuan batas maritim dengan Singapura di kemudian hari.
· Perbatasan Indonesia-Malaysia.
Penentuan batas maritim Indonesia-Malaysia di beberapa bagian wilayah perairan Selat Malaka masih belum disepakati ke dua negara. Ketidakjelasan batas maritim tersebut sering menimbulkan friksi di lapangan antara petugas lapangan dan nelayan Indonesia dengan pihak Malaysia.
Demikian pula dengan perbatasan darat di Kalimantan, beberapa titik batas belum tuntas disepakati oleh kedua belah pihak. Permasalahan lain antar kedua negara adalah masalah pelintas batas, penebangan kayu ilegal, dan penyelundupan.
Forum General Border Committee (GBC) dan Joint Indonesia Malaysia Boundary Committee (JIMBC), merupakan badan formal bilateral dalam menyelesaikan masalah perbatasan kedua negara yang dapat dioptimalkan.
· Perbatasan Indonesia-Filipina.
Belum adanya kesepakatan tentang batas maritim antara Indonesia dengan Filipina di perairan utara dan s elatan Pulau Miangas, menjadi salah satu isu yang harus dicermati. Forum RI-Filipina yakni Joint Border Committee (JBC) dan Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) yang memiliki agenda sidang secara berkala, dapat dioptimalkan menjembatani permasalahan perbatasan kedua negara secara bilateral.
· Perbatasan Indonesia-Australia.
Perjanjian perbatasan RI-Australia yang meliputi perjanjian batas landas kontinen dan batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) mengacu pada Perjanjian RI- Australia yang ditandatangani pada tanggal 14 Maret 1997. Penentuan batas yang baru RI-Australia, di sekitar wilayah Celah Timor perlu dibicarakan secara trilateral bersama Timor Leste.
· Perbatasan Indonesia-Papua Nugini.
Indonesia dan PNG telah menyepakati batas-batas wilayah darat dan maritim.
Meskipun demikian, ada beberapa kendala kultur yang dapat menyebabkan timbulnya salah pengertian. Persamaan budaya dan ikatan kekeluargaan antar penduduk yang terdapat di kedua sisi perbatasan, menyebabkan klaim terhadap hak -hak tradisional dapat berkembang menjadi masalah kompleks di kemudian hari.
· Perbatasan Indonesia-Vietnam.
Wilayah perbatasan antara Pulau Sekatung di Kepulauan Natuna dan Pulau Condore di Vietnam yang berjarak tidak lebih dari 245 mil, memiliki kontur landas kontinen tanpa batas benua, masih menimbulkan perbedaan pemahaman di antara ke dua negara. Pada saat ini kedua belah pihak sedang melanjutkan perundingan guna menentukan batas landas kontinen di kawasan tersebut.