• Tidak ada hasil yang ditemukan

Doktrin Pertahanan Negara Indonesia 12

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Doktrin Pertahanan Negara Indonesia 12"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Doktrin Pertahanan Negara

ISBN 978-979-8878-01-5

Hak Cipta © 2007 Departemen Pertahanan Republik Indonesia Cetakan Pertama, Desember 2007

Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak atau mengutip

sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Departemen Pertahanan Republik Indonesia

Diterbitkan Oleh :

Departemen Pertahanan Republik Indonesia Jln. Merdeka Barat No. 13-14 Jakarta Phone/Fax : (021)-3828055 Fax-3810954

(5)

DEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR : Per/23/M/XII/2007

TENTANG

DOKTRIN PERTAHANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN,

Menimbang : a. bahwa pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara bertujuan untuk menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman dan gangguan baik yang berasal dari luar maupun yang timbul di dalam negeri;

(6)

c. bahwa perkembangan yang terjadi dalam penyelenggaraan pertahanan negara menyebabkan Doktrin Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 5 Oktober 1991 sudah tidak sesuai lagi untuk dijadikan doktrin dasar dan oleh karenanya perlu disusun suatu Doktrin Pertahanan Negara yang baru;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan tentang Pengesahan Doktrin Pertahanan Negara.

Mengingat : 1. Pasal 30 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

3. Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.

4. Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan Nomor : Kep/17/X/1991 tanggal 5 Oktober 1991 tentang Doktrin Pertahanan Keamanan Nasional Republik Indonesia. 5. Peraturan Menteri Pertahanan RI Nomor

: Per/01/M/VIII/2005, tanggal 25 Agustus 2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertahanan.

MEMUTUSKAN :

(7)

Pasal 1

Mengesahkan Doktrin Pertahanan Negara Republik Indonesia sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri Pertahanan ini untuk digunakan sebagai doktrin dasar dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

Pasal 2

Doktrin Pertahanan Negara Republik Indonesia sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri Pertahanan ini wajib difahami, dihayati, dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

Pasal 3

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Pertahanan ini, maka Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan Nomor:Kep/17/ X/1991 tanggal 5 Oktober 1991 tentang Doktrin Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 4

Peraturan Menteri Pertahanan ini mulai berlaku pada tanggal ditetap kan.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 28 Desember 2007 MENTERI PERTAHANAN,

(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Persatuan dan Kesatuan bangsa merupakan faktor penentu dalam menjaga dan mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang harus selalu dibangun, dipupuk dan digelorakan. Semangat pantang menyerah Bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah telah menanamkan rasa percaya diri dan keyakinan akan kekuatan sendiri untuk menyelenggarakan keberlangsungan NKRI. Indonesia dengan karakteristik geografi sebagai negara kepulauan dan terletak pada posisi silang dengan segala kandungan kekayaan sumber daya, wajib dilindungi dan dipertahankan. Kondisi Indonesia tersebut di satu sisi merupakan kekuatan yang patut dimanfaatkan dan didayagunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Tetapi di sisi lain juga mengisyaratkan suatu tantangan yang besar bagi pengelolaan dan pengamanannya yang berimplikasi terhadap pentingnya pembangunan dan pengelolaan sistem pertahanan negara.

Dengan kondisi tersebut, maka negara memerlukan pendekatan pertahanan yang komprehensif dalam menghadapi setiap ancaman dengan memadukan seluruh kekuatan bangsa, baik kekuatan militer maupun nirmiliter. Keterpaduan kekuatan militer dan nirmiliter merupakan pengejawantahan sistem pertahanan yang dianut bangsa Indonesia, yakni sistem pertahanan yang bersifat semesta.

(10)

diselenggarakan oleh pemerintah secara terus menerus. Agar penyelenggaraan fungsi pertahanan negara terlaksana secara efektif sesuai dengan nilai – nilai ke-Indonesiaan sebagai negara demokrasi yang merdeka, diperlukan suatu prinsip penuntun yakni Doktrin Pertahanan Negara.

Perkembangan yang terjadi dan berimplikasi terhadap penyelenggaraan pertahanan negara menyebabkan Doktrin Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 5 Oktober 1991 sudah tidak sesuai lagi untuk dijadikan doktrin dasar. Oleh karena itu perlu disusun suatu Doktrin Pertahanan Negara yang baru guna menyikapi perkembangan yang ada.

Doktrin Pertahanan Negara ditetapkan sebagai pengejawatahan tekad, prinsip dan kehendak untuk menyelenggarakan pertahanan negara. Doktrin Pertahanan Negara mewujudkan kerangka landasan yang harus dipahami dan dipedomani oleh semua pihak yang terkait sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Dalam rangka itu, Doktrin Pertahanan Negara selanjutnya menjadi salah satu perangkat utama dalam mengembangkan kebijakan dan strategi, serta postur pertahanan negara.

(11)

Saya selaku pimpinan Departemen Pertahanan Republik Indonesia menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya Doktrin Pertahanan Negara sesuai rencana. Tidak lupa saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperanserta dalam penyiapan Doktrin Pertahanan Negara. Saya yakin, peran serta tersebut merupakan dharma bhakti bagi Bangsa dan Negara Indonesia yang kita cintai.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada seluruh Bangsa Indonesia.

Jakarta, 28 Desember 2007 Menteri Pertahanan

(12)
(13)

LATAR BELAKANG ...1

HAKIKAT, KEDUDUKAN, DAN LANDASAN ...4

Hakikat Doktrin Pertahanan Negara ... 4

Kedudukan dan Stratifikasi Doktrin Pertahanan Negara ... 5

Kedudukan Doktrin ... 5

Stratifikasi Doktrin ... 5

Landasan Doktrin Pertahanan Negara ... 7

Landasan Idiil ... 7

Landasan Konstitusional ... 7

Landasan Yuridis ... 9

Landasan Sejarah ... 11

Landasan Visional ... 13

Landasan Konseptual ... 14

PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ...15

Jati Diri Bangsa ... 15

Hakikat Perjuangan Bangsa ... 16

Cita-Cita Bangsa Indonesia ... 16

Tujuan Nasional ... 16

Kepentingan Nasional ... 17

HAKIKAT ANCAMAN ...19

Penilaian Ancaman ... 19

(14)

Ancaman Militer ... 22

Ancaman Nirmiliter ... 28

KONSEPSI PERTAHANAN NEGARA ...37

Hakikat Pertahanan Negara ... 37

Tujuan dan Kepentingan Pertahanan Negara ... 38

Fungsi Pertahanan Negara ... 40

Pandangan tentang Damai dan Perang ... 44

Spektrum Konflik dan Pelibatan Unsur Pertahanan ... 46

Penyelenggaraan Perdamaian ... 48

Asas-asas Damai ... 49

Penyelenggaraan Peperangan ... 51

Asas-asas Perang ... 55

Pusat Kekuatan Pertahanan Negara ... 59

Sumber Daya Manusia ... 60

Manajemen Sumber Daya Pertahanan ... 68

PENYELENGGARAAN PERTAHANAN NEGARA ...71

Sistem Pertahanan Negara ... 71

Pertahanan Militer... 74

Pertahanan Nirmiliter ... 76

Strategi Pertahanan Negara ... 80

Penangkalan ... 83

Instrumen Politik ... 86

Instrumen Ekonomi ... 88

Instrumen Psikologi ... 89

Instrumen Teknologi ... 90

(15)

Mengatasi Ancaman Militer ... 93

Menghadapi Ancaman Agresi ... 93

Menghadapi Ancaman Militer yang Bukan Agresi ... 94

Menghadapi Ancaman Nirmiliter melalui Peran Lintas Lembaga ... 95

Mewujudkan Perdamaian Dunia dan Stabilitas Regional ... 97

Perang Rakyat Semesta ... 99

PEMBINAAN KEMAMPUAN PERTAHANAN NEGARA ...102

Pokok-Pokok Pembinaan Kemampuan Pertahanan Negara ... 102

Postur Pertahanan Negara ... 103

Postur Pertahanan Militer ... 104

Postur Pertahanan Nirmiliter ... 106

Intelijen Pertahanan Negara ... 108

Logistik Pertahanan ... 109

Wewenang Pembinaan ... 109

Presiden ... 109

Menteri Pertahanan ... 111

Menteri/Kepala LPND ... 113

Panglima TNI ... 114

P E N U T U P ...115

Perlakuan ... 115

(16)
(17)

LATAR BELAKANG

Negara Kesatuan Re-publik Indonesia (NKRI) dipro-klamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. NKRI terbentuk melalui hasil perjuangan gigih dan pantang menyerah dari seluruh rakyat Indonesia untuk menjadi bangsa yang merdeka, bersatu,

dan berdaulat. Keberhasilan merebut kemerdekaan dengan mengusir penjajah yang persenjataannya jauh lebih modern telah mengangkat derajat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang heroik, disegani, dan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Keberhasilan tersebut juga menempatkan Indonesia sebagai salah satu dari sedikit bangsa di dunia yang kemerdekaannya bukan pemberian dari suatu bangsa atau hadiah dari bangsa lain, melainkan sungguh-sungguh dari hasil perjuangan seluruh warga bangsa Indonesia yang di ridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

(18)
(19)

pengamanannya yang berimplikasi terhadap diperlukannya pembangunan dan pengelolaan sistem pertahanan negara yang handal.

Negara memerlukan pendekatan pertahanan yang komprehensif dalam menghadapi setiap ancaman dengan memadukan seluruh kekuatan bangsa, baik kekuatan militer maupun nirmiliter. Keterpaduan kekuatan militer dan nirmiliter merupakan pengejawantahan sistem pertahanan yang dianut bangsa Indonesia, yakni sistem pertahanan yang bersifat semesta.

(20)

HAKIKAT, KEDUDUKAN, DAN LANDASAN

Hakikat Doktrin Pertahanan Negara

Doktrin pertahanan pada hakikatnya adalah suatu ajaran tentang prinsip-prinsip fundamental pertahanan negara yang diyakini kebenarannya, digali dari nilai-nilai perjuangan bangsa dan pengalaman masa lalu untuk dijadikan pelajaran dalam mengembangkan konsep pertahanan sesuai dengan tuntutan tugas pertahanan dalam dinamika perubahan, serta dikemas dalam bingkai kepentingan nasional. Doktrin Pertahanan Negara tidak bersifat dogmatis, tetapi penerapannya disesuaikan dengan perkembangan kepentingan nasional.

Doktrin Pertahanan Negara memiliki arti penting, yakni sebagai penuntun dalam pengelolaan sistem dan penyelenggaraan pertahanan negara. Pada tataran strategis, Doktrin Pertahanan Negara berfungsi untuk mewujudkan sistem pertahanan yang bersifat semesta, baik pada masa damai maupun pada keadaan perang. Dalam kerangka penyelenggaraan pertahanan negara, esensi Doktrin Pertahanan Negara adalah acuan bagi setiap penyelenggara pertahanan dalam menyinergikan pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter secara terpadu, terarah, dan berlanjut sebagai satu kesatuan pertahanan.

(21)

Doktrin Pertahanan Negara memberikan tuntutan dan pedoman dalam mendayagunakan segenap kekuatan nasional dalam upaya pertahanan guna menyelamatkan negara dan bangsa dari ancaman yang dihadapi.

Kedudukan dan Stratifikasi Doktrin Pertahanan Negara

Kedudukan Doktrin

Doktrin Pertahanan Negara berada pada tingkatan strategis berskala nasional dalam mengelola sistem pertahanan negara. Dalam mengembangkan kebijakan dan strategi pertahanan negara, Doktrin Pertahanan Negara berkedudukan sebagai instrumen dasar dalam mengembangkan seluruh doktrin yang berhubungan dengan pertahanan negara.

Stratifikasi Doktrin

Dalam pengelolaan sistem dan penyelenggaraan pertahanan negara terdapat sejumlah doktrin dengan level dan penggunaannya masing-masing, tetapi satu dengan yang lainnya berada dalam suatu kesatuan yang membentuk strata doktrin. Stratifikasi doktrin terdiri atas

doktrin dasar, doktrin induk, dan doktrin pelaksanaan.

(22)

dan Doktrin Pertahanan Nirmiliter. Doktrin Pertahanan Militer dijabarkan oleh TNI menjadi Doktrin Tri Dharma Eka Karma atau disingkat Doktrin Tridek. Doktrin Pertahanan Militer berlaku bagi TNI dan komponen penggandanya. Doktrin-doktrin yang bersifat kematraan berinduk pada Doktrin Pertahanan Militer.

Doktrin Pertahanan Nirmiliter merupakan bagian dari Doktrin Pertahanan Negara, yang penjabarannya disesuaikan dengan kompleksitas fungsi-fungsi nirmiliter serta tuntutan kebutuhan. Wewenang penyusunan Doktrin Pertahanan Nirmiliter berada pada salah satu fungsi Departemen Pertahanan yang membidangi pertahanan nirmiliter.

Doktrin pelaksanaan dibedakan atas doktrin pelaksanaan pada lingkup pertahanan militer dan doktrin pelaksanaan pada lingkup pertahanan nirmiliter. Doktrin pelaksanaan pada lingkup pertahanan militer merupakan doktrin-doktrin pada tingkat matra. Doktrin matra terdiri atas doktrin pertahanan militer matra darat, yakni Doktrin Kartika

Eka Paksi, doktrin pertahanan militer matra laut, yakni Doktrin Eka

Sasana Jaya, serta doktrin pertahanan militer matra udara, yakni Doktrin

Swa Bhuwana Pakça.

(23)

Landasan Doktrin Pertahanan Negara

Sebagai prinsip fundamental yang diyakini kebenarannya serta penuntun dalam penyelenggaraan pertahanan negara, Doktrin Pertahanan dikembangkan dari nilai-nilai bangsa Indonesia yang bersifat mengikat.

Landasan Idiil

Pancasila merupakan dasar, falsafah, dan ideologi negara, yang berisi nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai nilai moral dan etika kebangsaan, pengamalan Pancasila harus diwujudkan dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindak setiap warga negara Indonesia untuk mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pertahanan negara sesuai dengan kedudukan dan fungsinya masing-masing. Nilai-nilai tersebut meliputi keselarasan, keserasian, keseimbangan, persatuan dan kesatuan, kerakyatan, kekeluargaan, dan kebersamaan. Nilai-nilai Pancasila telah teruji dan diyakini kebenarannya sebagai pemersatu bangsa dalam membangun dan menata kehidupan berbangsa serta bernegara yang lebih baik dan berdaya saing.

Landasan Konstitusional

(24)

1945 merefleksikan sikap bangsa Indonesia yang menentang segala bentuk penjajahan. Bangsa Indonesia akan senantiasa berjuang untuk mencegah dan mengatasi usaha-usaha pihak tertentu yang mengarah pada penindasan dan penjajahan. Penjajahan bagi bangsa Indonesia merupakan tindakan keji yang tidak berperikemanusiaan serta bertentangan dengan nilai-nilai keadilan.

Pertahanan negara tidak dapat dipisahkan dari kemerdekaan yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan Indonesia bukan merupakan hadiah, melainkan diperoleh dari hasil perjuangan pergerakan bangsa Indonesia melalui pengorbanan jiwa dan raga. Oleh karena itu, bangsa Indonesia menempatkan kemerdekaan sebagai kehormatan bangsa yang harus tetap dijaga dan dipertahankan sepanjang masa. Kemerdekaan selain sebagai hasil perjuangan fisik, juga merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang menghendaki bangsa Indonesia berkehidupan kebangsaan yang bebas dan merdeka.

Selanjutnya, UUD 1945 menetapkan sistem pertahanan negara yang menempatkan rakyat sebagai pemeran yang vital, bahwa pertahanan negara dilaksanakan dengan Sistem Pertahanan dan Keamanan

Rakyat Semesta. Makna yang terkandung dalam Sistem Pertahanan

(25)

haknya. Keikutsertaan warga negara dalam upaya pertahanan negara dapat secara langsung, yakni menjadi prajurit sukarela Tentara Nasional Indonesia (TNI), tetapi dapat juga secara tidak langsung, yakni dalam profesinya masing-masing yang memberikan kontribusi terhadap pertahanan negara, atau menjadi prajurit wajib. Terkait dengan kewajiban warga negara dalam upaya pertahanan negara, hal mendasar adalah bahwa negara dapat mewajibkan warga negara untuk ikut dalam upaya pertahanan negara. Mewajibkan warga negara untuk ikut dalam upaya pertahanan negara adalah konteks yang konstitusional sebagai konsekuensi menjadi warga negara dari suatu negara yang berdaulat. Namun, mewajibkan warga negara dalam upaya pertahanan negara harus didukung oleh perangkat perundang-undangan sebagai pelaksanaan dari UUD 1945.

Landasan Yuridis

Landasan yuridis Doktrin Pertahanan Negara adalah UU RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. UU tersebut mengatur, antara lain, penyelenggaraan pertahanan negara, pengelolaan sistem pertahanan negara, dan pembinaan kemampuan pertahanan negara.

(26)

pengejawantahannya melalui sistem pertahanan negara.

Sistem Pertahanan Negara adalah sistem pertahanan yang

bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, yang dipersiapkan pemerintah secara dini dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dari segala ancaman. Sistem Pertahanan Negara dikembangkan untuk menghadapi segala bentuk ancaman yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa, baik yang berasal dari luar negeri maupun yang timbul di dalam negeri, baik ancaman militer maupun ancaman nirmiliter.

Sistem Pertahanan Semesta dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI sebagai Komponen Utama serta segenap sumber daya nasional lainnya sebagai Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung. Sumber daya nasional yang wujudnya berupa sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA), dan sumber daya buatan (SDB), nilai-nilai, dan teknologi dapat didayagunakan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara. Sistem Pertahanan Negara dalam menghadapi ancaman nirmiliter menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa.

(27)

Landasan Sejarah

Perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari penjajah, serta upaya mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional, sarat dengan nilai-nilai heroik, patriotik, dan nasionalisme yang menjadi ciri dan kekhasan bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut telah lama teraktualisasi dalam kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari dalam

wujud persaudaraan, gotong-royong, keuletan, ketangguhan, percaya kepada kekuatan sendiri, tidak kenal menyerah, keyakinan meraih kemenangan, serta rela berkorban demi kebenaran dan keadilan.

Perjuangan mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, dan berdaulat adalah perjuangan panjang yang pantang berhenti serta pantang menyerah. Sejak zaman Sriwijaya berlanjut sampai Majapahit, nilai-nilai kesatuan dan persatuan, kebangsaan, patriotisme, dan heroik telah tertanam dan berkembang menjadi jati diri. Jati diri tersebut kemudian menjadi pendorong untuk menyatukan usaha dan perjuangan dalam melawan penjajah, dari Zaman Kerajaan Mataram, Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, sampai dengan puncaknya yang mengantarkan bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan ke-merdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

(28)

Indonesia menghadapi ujian yang berat, baik dari luar maupun dari dalam negeri. Dalam usianya yang sangat muda, Indonesia menghadapi ancaman yang dahsyat berupa kekuatan militer Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia serta rongrongan dari dalam negeri yang dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia diberi kekuatan dan keyakinan untuk menyatukan usaha dalam semangat persatuan dan kesatuan yang mampu mengusir penjajah serta mengatasi ancaman dalam negeri. Proklamasi 17 Agustus 1945 menorehkan kemenangan sehingga menjadi lambang keberhasilan perjuangan seluruh rakyat Indonesia yang sepakat untuk mempertahankan kebhinnekaan dalam wadah NKRI. Hal ini membuktikan bahwa jika bangsa Indonesia bersatu padu, tujuan bersama akan dapat diraih. Sebaliknya, apabila bercerai-berai, bangsa Indonesia akan mudah dihancurkan.

Keberhasilan Indonesia mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan NKRI telah dibuktikan kepada dunia melalui perjuangan dan perlawanan pantang menyerah serta diselenggarakan secara bahu-membahu oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan seluruh rakyat Indonesia, baik melalui perlawanan secara militer maupun nirmiliter. Kerja sama yang terpadu antara TNI dan rakyat tersebut ditanamkan oleh Panglima Besar Sudirman beserta seluruh kekuatan TNI dalam berjuang bahu-membahu dengan rakyat untuk melawan penjajah.

(29)

Kebersamaan TNI dan rakyat selama perjuangan tersebut telah mengilhami kemanunggalan TNI-rakyat yang dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Kemanunggalan TNI-rakyat yang lahir dari pengalaman sejarah tersebut merupakan inti kekuatan pertahanan Indonesia yang tetap relevan dan tidak lekang oleh perubahan. Sistem pertahanan yang modern tidak akan ada artinya manakala TNI tidak bersama rakyat. Penolakan atau pengingkaran akan kemanunggalan TNI-rakyat adalah pengkhianatan akan sejarah bangsa sendiri, yakni sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Atas dasar itulah, menjadi kewajiban setiap anak bangsa untuk selalu waspada terhadap setiap usaha yang ingin memecah dan memisahkan TNI dari rakyat, baik usaha pihak luar maupun usaha pembusukan dari dalam yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu. Hancurnya kemanunggalan TNI-rakyat dan dipisahkannya TNI dari rakyat pada akhirnya akan menghancurkan NKRI.

Landasan Visional

Wawasan Nusantara merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya

sebagai satu kesatuan yang utuh.

Wawasan Nusantara adalah

geopolitik Indonesia di mana wilayah Indonesia tersusun dari gugusan Kepulauan Nusantara beserta segenap isinya sebagai suatu kesatuan wadah serta sarana untuk membangun dan menata dirinya

(30)

menjadi bangsa yang berdaya saing tinggi dalam dinamika lingkungan strategis. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai suatu kesatuan pertahanan mengandung arti bahwa setiap ancaman terhadap sebagian wilayah Indonesia pada hakikatnya merupakan ancaman terhadap kedaulatan nasional yang harus dihadapi bersama dengan mengerahkan segenap daya dan kemampuan.

Landasan Konseptual

(31)

PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

Bangsa Indonesia terlahir melalui kancah perjuangan yang panjang. Perjuangan tersebut membentuk karakter dan jati diri bangsa yang mewujud dalam semangat persatuan dan kesatuan dalam wadah NKRI. Nilai-nilai dasar tersebut mengilhami cita-cita bangsa, tujuan nasional, serta kepentingan nasional bangsa Indonesia.

Tekad dan semangat bangsa Indonesia untuk berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang merdeka dan berdaulat telah mendasari perjuangan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dengan cucuran darah serta pengorbanan jiwa raga bangsa Indonesia.

Jati Diri Bangsa

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terbentuk bukan karena kesamaan ras, agama, suku, dan golongan, melainkan karena kesamaan tekad dan kehendak untuk bersatu dalam wadah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kesamaan tekad dan kehendak tersebut merupakan daya rekat segenap warga bangsa yang mewujud dalam nilai-nilai persatuan dan kesatuan, kesetiakawanan sosial, kekeluargaan, gotong-royong, dan rasa cinta tanah air.

(32)

Hakikat Perjuangan Bangsa

Perjuangan bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan segala upaya untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Upaya tersebut dilaksanakan melalui pendayagunaan seluruh sumber daya nasional secara terpadu sesuai dengan peran serta fungsi masing-masing yang dilandasi tekad dan semangat cinta tanah air dalam bingkai persatuan dan kesatuan bangsa.

Cita-Cita Bangsa Indonesia

Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 adalah bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia telah mengukuhkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, bersatu, dan berdaulat dalam wadah NKRI. Tugas generasi bangsa Indonesia adalah melindungi dan mempertahankan cita-cita yang sudah dicapai serta melanjutkannya dengan melaksanakan pembangunan nasional secara berkesinambungan untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur, dan berdaya saing.

Tujuan Nasional

(33)

Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional Indonesia adalah tetap tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta terjaminnya kelancaran dan keamanan pembangunan nasional yang berkelanjutan guna mewujudkan tujuan pembangunan dan tujuan nasional.

Kepentingan nasional diwujudkan dengan memperhatikan tiga kaidah pokok, yaitu (1) tata kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; (2) upaya pencapaian tujuan nasional dilaksanakan melalui pembangunan nasional yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan berketahanan nasional berdasarkan Wawasan Nusantara; (3) sarana yang digunakan adalah seluruh potensi dan kekuatan nasional yang didayagunakan secara menyeluruh dan terpadu.

Tetap tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 merupakan kepentingan nasional Indonesia yang bersifat permanen, berlaku sepanjang masa. Makna kepentingan nasional yang bersifat permanen tersebut adalah melindungi kedaulatan negara dan mempertahankan keutuhan wilayah NKRI dengan tidak membiarkan setiap jengkal tanah air dikuasai atau diceraiberaikan oleh pihak mana pun.

(34)
(35)

HAKIKAT ANCAMAN

Ancaman pada hakikatnya adalah setiap usaha dan kegiatan, baik yang berasal dari luar negeri atau bersifat lintas negara maupun yang timbul di dalam negeri, yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Dalam Doktrin Pertahanan Negara, terminologi ancaman mencakup setiap ancaman termasuk gangguan yang dapat membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa atau yang bersifat penghambat atau penghalang terhadap kepentingan nasional.

Identifikasi tentang ancaman merupakan faktor utama yang menjadi dasar dalam penyusunan desain Sistem Pertahanan Negara. Upaya pertahanan negara diselenggarakan untuk mencegah dan mengatasi setiap ancaman, baik yang bersifat aktual maupun yang potensial, baik yang berasal dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Setiap bentuk ancaman memiliki karakteristik serta tingkat risiko yang berbeda yang mempengaruhi pola penanganannya. Identifikasi terhadap ancaman diselenggarakan dengan menganalisis perkembangan lingkungan strategis sebagai faktor luar yang berpengaruh, baik langsung maupun tidak langsung terhadap kepentingan nasional yang berwujud peluang, tantangan, dan hakikat ancaman, serta kondisi dalam negeri yang dapat berkembang dan berakumulasi menjadi ancaman.

Penilaian Ancaman

(36)

memahami, mengidentifikasi, dan menganalisis ancaman. Penilaian tentang ada atau tidaknya ancaman dari negara lain ditentukan oleh sejumlah faktor dominan yang meliputi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berkaitan dengan aktor atau pelaku yang meliputi niat, tujuan, indikasi, serta besarnya kekuatan dan kemampuan, sedangkan faktor internal merupakan faktor-faktor yang memfasilitasi atau memberikan ruang terjadinya ancaman, baik yang bersifat statis maupun dinamis.

Penilaian tentang faktor eksternal terkait dengan geopolitik dan geostrategi Indonesia yang terkait dengan posisi silang Indonesia. Implikasi dari posisi silang Indonesia yakni antara Benua Asia dan Australia serta antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, menempatkan Indonesia dikelilingi oleh sejumlah negara yang memiliki perbedaan latar belakang budaya dan filosofi, pandangan dan paham politik, serta tingkat kemajuan. Beberapa di antaranya adalah negara maju yang menjadi kekuatan utama dunia. Negara-negara tersebut memiliki kekuatan militer dan ekonomi yang jauh lebih kuat daripada kekuatan yang dimiliki Indonesia. Di sisi lain, juga terdapat negara-negara yang tingkat ekonomi dan kemajuannya setara dan ada pula yang berada di bawah kekuatan Indonesia. Interaksi antarnegara dengan kondisi dan tingkat kemampuan yang berbeda-beda tidak dapat dimungkiri sering menimbulkan implikasi yang berdimensi politik, ekonomi, dan pertahanan. Dalam skala tertentu, implikasi tersebut dapat berpotensi menjadi suatu ancaman.

(37)

pulau-pulau kecil terluar yang tidak berpenghuni, kondisi dan komposisi demografi yang sangat beragam, serta sumber daya alam yang bernilai strategis. Sebaliknya, faktor internal yang bersifat dinamis mencakup faktor-faktor yang berkembang menjadi sumber-sumber terjadinya suatu ancaman atau konflik. Faktor dinamis diantaranya berupa paham-paham yang mengancam nilai-nilai kebangsaan, persaingan politik yang mengarah kepada penguatan identitas lokal, primordialisme, benturan nilai akibat kemajemukan masyarakat, termasuk ancaman yang diakibatkan oleh peredaran narkoba.

(38)

rendah daya tangkal suatu negara, akan semakin tinggi kemungkinan potensi ancaman untuk berkembang menjadi ancaman nyata.

Pada tataran internal, distribusi hak-hak politik dan kesejahteraan serta penegakan hukum yang buruk dapat menjadi faktor pendorong terciptanya ketidakstabilan yang kemudian berkembang menjadi ancaman. Kondisi tersebut menjadi fenomena global sehingga mendorong berkembangnya kejahatan baik lintas negara dan bentuk-bentuk gangguan keamanan yang timbul di dalam negeri.

Penggolongan Ancaman

Ancaman dapat digolongkan ke dalam jenis, sumber, dan aktor. Berdasarkan jenisnya, ancaman pertahanan negara digolongkan dalam ancaman militer dan ancaman nirmiliter. Jika dilihat dari sumbernya, ancaman yang dihadapi Indonesia dapat berasal dari luar Indonesia atau kejahatan lintas negara, baik yang dilakukan oleh aktor negara maupun aktor yang bukan negara, serta ancaman yang timbul di dalam negeri. Ancaman tersebut secara sistematis mengancam atau diperkirakan dapat mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa.

Ancaman Militer

(39)

kekuatan penangkal maupun kekuatan pertahanan untuk kebutuhan responsif.

Ancaman militer memiliki beberapa karakter. Ancaman militer dapat berupa jenis ancaman yang sifatnya terorganisasi dengan menggunakan kekuatan bersenjata yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat pula berupa jenis ancaman yang dilakukan oleh militer suatu negara atau ancaman bersenjata yang datangnya dari gerakan kekuatan bersenjata yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Dari batasan tentang ancaman seperti diuraikan di atas, ancaman yang dikategorikan sebagai ancaman militer yang dapat membahayakan kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dapat berupa agresi atau invasi, pelanggaran wilayah, spionase, sabotase, aksi teror bersenjata, pemberontakan bersenjata, ancaman keamanan laut atau udara, serta perang saudara atau yang sering disebut konflik komunal.

(40)

militer atau invasi dari suatu negara bahkan dapat menghancurkan secara total suatu negara.

Selain agresi militer atau invasi, terdapat pula bentuk ancaman militer yang tingkat risikonya dapat merugikan eksistensi dan kepentingan nasional. Ancaman militer tersebut adalah bombardemen senjata, blokade sebagian atau seluruh wilayah Indonesia, atau serangan unsur angkatan bersenjata negara lain. Keberadaan atau tindakan unsur kekuatan bersenjata asing dalam wilayah NKRI yang bertentangan dengan ketentuan atau perjanjian yang disepakati, tindakan suatu negara yang membantu negara yang hendak menyerang Indonesia, tindakan unsur tentara negara lain yang melakukan kekerasan di wilayah Indonesia, atau pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran untuk melakukan tindak kekerasan di wilayah NKRI merupakan ancaman yang dikategorikan sebagai agresi.

Wilayah yang sangat luas dan berada pada posisi silang berpotensi bagi terjadinya pelanggaran wilayah oleh negara lain. Pelanggaran wilayah yang secara sengaja dan sistematis dilakukan oleh negara lain merupakan bentuk ancaman militer yang mengancam kedaulatan negara Indonesia. Bentuk ancaman tersebut dapat terjadi setiap waktu secara cepat sehingga memerlukan mekanisme pengambilan putusan yang khusus pada tingkat nasional untuk mengatur pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan yang dilibatkan.

(41)

Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII), Kahar Muzakar, serta G-30-S/PKI. Sejumlah aksi pemberon-takan bersenjata tersebut tidak hanya mengancam pemerintahan yang sah,

tetapi juga mengancam tegaknya NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Dalam beberapa dekade terakhir, pemberontakan bersenjata telah berkembang dalam bentuk gerakan separatisme yang pola perkembangannya seperti api dalam sekam. Gerakan radikal di masa lalu serta sisa-sisa G-30-S/PKI berhasil melakukan regenerasi dan berubah bentuk ke dalam berbagai organisasi kemasyarakatan dengan memanfaatkan dinamika Reformasi untuk masuk ke segala lini dan elemen nasional. Kecenderungan tersebut memerlukan kecermatan dengan membangun kewaspadaan nasional dari seluruh komponen bangsa Indonesia untuk mewaspadai perkembangannya.

(42)

didukung oleh teknologi yang mampu mendeteksi dan mencegah secara dini setiap kemungkinan ancaman.

Pada abad modern, kegiatan spionase dilakukan oleh agen-agen rahasia dalam mencari dan mendapatkan rahasia pertahanan negara lain. Kegiatan spionase dilakukan secara tertutup dengan menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sehingga tidak mudah dideteksi. Kegiatan tersebut merupakan bentuk ancaman militer yang memerlukan penanganan secara khusus dengan pendekatan kontraspionase untuk melindungi kepentingan pertahanan dari kebocoran yang akan dimanfaatkan oleh pihak lawan.

Aksi teror bersenjata merupakan bentuk kegiatan terorisme yang mengancam keselamatan bangsa dengan menebarkan rasa ketakutan yang mendalam serta menimbulkan korban tanpa mengenal rasa perikemanusiaan. Sasaran aksi teror bersenjata dapat menimpa siapa saja sehingga sulit diprediksi dan ditangani dengan cara-cara biasa. Perkembangan aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh teroris pada dekade terakhir meningkat cukup pesat dengan mengikuti perkembangan politik, lingkungan strategis, dan iptek.

(43)

membangun kader-kader baru.

Guna menjamin dan melindungi keselamatan bangsa dari ancaman terorisme, terutama aksi teror bersenjata, fungsi pertahanan militer melalui unsur-unsur intelijen, unsur-unsur Komando Kewilayahan, berkewajiban untuk meningkatkan kewaspadaan dengan mengefektifkan fungsi deteksi dan cegah dini. Dalam hal penanggulangan aksi teror bersenjata yang dilakukan teroris, kesiapan dan kemampuan pasukan khusus antiteror yang dimiliki oleh TNI harus terus ditingkatkan dan dikembangkan, dan penggunaannya sesuai keputusan politik dan peraturan perundang-undangan.

Gangguan keamanan di laut dan udara merupakan bentuk ancaman militer yang mengganggu stabilitas keamanan wilayah yurisdiksi nasional Indonesia. Kondisi geografi Indonesia dengan wilayah perairan serta wilayah udara Indonesia yang terbentang pada pelintasan transportasi dunia yang padat, baik transportasi maritim maupun dirgantara, berimplikasi terhadap tingginya potensi gangguan ancaman keamanan laut dan udara.

(44)

Ancaman Nirmiliter

Ancaman nirmiliter pada hakikatnya ancaman yang menggunakan faktor-faktor nirmiliter yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan atau berimplikasi mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman nirmiliter dapat berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial, informasi, dan teknologi serta berdimensi keselamatan umum. Ancaman nirmiliter memiliki karakteristik yang berbeda dengan ancaman militer, tidak bersifat fisik, serta bentuknya tidak kelihatan seperti ancaman militer, namun dapat berkembang atau berakumulasi menjadi ancaman terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa. Ancaman nirmiliter dapat pula terjadi secara bersamaan dengan ancaman militer, sehingga memerlukan kecermatan baik dalam mengidentifikasi maupun dalam penanganannya.

(45)

nilai-nilai kebebasan (liberalisme) yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Nilai-nilai individualisme dan materialisme dari luar cenderung mengancam nilai-nilai kebangsaan yang sudah berakar dalam masyarakat. Ancaman berbasis ideologi ini dapat menjadi pemicu proses disintegrasi di dalam masyarakat Indonesia yang bersifat pluralis dalam agama, suku, dan adat-istiadat. Selain itu, ancaman berbasis ideologi dapat pula timbul dari dalam negeri, antara lain yang dilakukan oleh kelompok-kelompok metamorfosis sisa-sisa G-30-S/PKI, kelompok radikal di masa lalu atau yang telah melebur ke dalam elemen-elemen masyarakat.

Dalam perspektif pertahanan negara, politik merupakan instrumen yang utama, bahkan dalam teori politik yang paling tua tentang perang dari Clausewitz yang masih tetap relevan menyebutkan bahwa perang merupakan kelanjutan dari politik dengan cara lain. Dari pengalaman membuktikan bahwa ancaman politik dapat menumbangkan suatu rezim pemerintahan, bahkan dapat menghancurkan suatu negara secara total.

(46)

Dari dalam negeri, pertumbuhan instrumen politik mencerminkan kadar pertumbuhan demokrasi suatu negara. Iklim politik yang berkembang secara sehat menggambarkan suksesnya proses demokrasi. Bagi Indonesia, faktor politik menjadi penentu kelanjutan sistem pemerintahan. Dalam sejarah Indonesia, pemerintahan negara sering mengalami pasang-surut yang diakibatkan oleh gejolak politik yang sulit dikendalikan. Ancaman yang berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat berupa penggunaan kekuatan berupa mobilisasi massa untuk menumbangkan suatu pemerintahan yang berkuasa, atau dapat pula dalam bentuk menggalang kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintah. Ancaman separatisme merupakan bentuk ancaman politik yang timbul di dalam negeri. Sebagai bentuk ancaman politik, separatisme dapat menempuh pola perjuangan politik (tanpa senjata) dan perjuangan bersenjata. Pola perjuangan tidak bersenjata sering ditempuh untuk menarik simpati masyarakat internasional dan karena itu sulit dihadapi dengan menggunakan instrumen militer, sementara ancaman separatisme dengan bersenjata tidak jarang sulit dihadapi sebagai akibat dari politisasi penanganan yang dilakukan pemerintah dengan menggunakan pendekatan operasi militer. Hal ini membuktikan bahwa ancaman berdimensi politik memiliki tingkat risiko yang besar yang mengancam kedaulatan, keutuhan, dan keselamatan bangsa.

(47)

pergaulan internasional. Negara dengan kondisi perekonomian yang lemah sering berada dalam posisi tawar yang rendah dalam berhubungan dengan negara lain yang posisi ekonominya lebih kuat. Negara yang ekonominya kuat biasanya diikuti pula dengan politik dan militer yang kuat.

Dalam konteks ancaman, ekonomi memiliki potensi untuk menjadi ancaman yang menghancurkan suatu negara. Sejarah membuktikan bahwa banyak negara atau kerajaan yang hancur karena ancaman berdimensi ekonomi. Indonesia bahkan pernah mengalami ancaman berdimensi ekonomi pada tahun 1998 ketika inflasi sangat tinggi dan nilai tukar mata uang rupiah sangat tertekan oleh dolar Amerika sehingga menimbulkan guncangan keamanan yang besar di dalam negeri yang memaksa Presiden Soeharto berhenti dari jabatannya sebagai presiden.

Ancaman berdimensi ekonomi dapat berasal dari dalam dan dari luar. Ancaman berdimensi ekonomi dari dalam Indonesia memiliki bentuk, antara lain, sistem ekonomi yang belum ditetapkan secara jelas yang berdampak konstruksi ekonomi yang dibangun menjadi tidak jelas pula. Sistem Ekonomi Pancasila yang pernah dinyatakan di masa lalu ternyata wujudnya tidak jelas. Negara-negara lain memiliki sistem ekonomi yang jelas. Negara-negara sosialis menganut sistem ekonomi campuran dengan porsi kebebasan pasar kecil dan porsi peran pemerintah besar.

(48)

besar yakni kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin menjadi semakin lebar. Kondisi ini berpengaruh terhadap kondisi ketidakstabilan keamanan nasional.

Sarana dan prasarana transportasi yang buruk juga menyebabkan distribusi ekonomi belum menyentuh daerah-daerah terpencil dan pulau-pulau kecil terluar. Di samping itu, kesenjangan ekonomi yang makin tinggi yang menimpa penduduk di daerah-daerah perbatasan, serta ketimpangan dalam distribusi kepemilikan kekayaan sumber daya alam antardaerah berpotensi mengakibatkan terjadinya konflik antardaerah yang mengganggu kohesi nasional. Korupsi, kolusi, dan nepotisme masih menjadi persoalan utama yang dihadapi Indonesia dan merupakan bentuk ancaman berdimensi ekonomi yang mengakibatkan pemborosan keuangan yang sangat tinggi dan berakibat terhadap kelesuan pembangunan dalam jangka panjang. Demikian pula inflasi dan pengangguran merupakan persoalan yang saling mempengaruhi, yang menyulitkan dalam melakukan pemilihan prioritas, yakni menurunkan inflasi dengan risiko naiknya angka pengangguran atau menurunkan pengangguran dengan risiko inflasi naik.

(49)

digunakan pihak luar untuk menekan Indonesia di antaranya pembatasan kuota, pembatasan atau restriksi, embargo sebagian atau seluruhnya, dan blokade ekonomi.

Sumber-sumber ekonomi nasional yang bernilai strategis atau yang menyangkut hajat hidup orang pada kenyataannya banyak yang dikuasai pihak asing. Dalam hal ini, penguasaan sumber-sumber ekonomi seperti sumber daya energi dan pertambangan oleh pemodal yang hanya berorientasi keuntungan, apalagi oleh pihak asing, merupakan wujud ancaman nyata yang berdimensi ekonomi.

Dalam interaksi antarbangsa dan antarmasyarakat, terdapat sejumlah implikasi yang berdimensi sosial budaya yang bersifat positif, sekaligus bersifat negatif, dan dalam skala tertentu dapat berkembang menjadi ancaman. Ancaman yang berdimensi sosial budaya dapat berasal dari dalam dan dari luar Indonesia. Ancaman dari dalam didorong oleh faktor-faktor kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan (4K). Bentuk-bentuk ancaman seperti separatisme, terorisme, dan infiltrasi melalui budaya dan nilai-nilai sosial kerap dilakukan oleh pihak tertentu untuk mengancam keutuhan dan eksistensi NKRI. Selain itu, bentuk-bentuk kekerasan yang melekat dan berurat berakar, serta bencana akibat perbuatan manusia banyak didorong oleh faktor 4K. Watak kekerasan yang melekat dan berurat berakar berkembang seperti api dalam sekam di kalangan masyarakat yang menjadi pendorong konflik bernuansa SARA atau konflik vertikal antara pemerintah pusat dan daerah. Watak kekerasan itu pula yang mendorong tindakan kejahatan, termasuk perusakan lingkungan dan bencana buatan manusia.

(50)

lokal. Kemajuan teknologi informasi mengakibatkan dunia menjadi desa global, tempat interaksi antarmasyarakat terjadi secara langsung. Yang terjadi tidak hanya transfer informasi, tetapi juga transformasi dan sublimasi nilai-nilai luar secara serta-merta dan sulit dikontrol. Akibatnya, terjadi benturan peradaban, sehingga lambat-laun nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa semakin terdesak oleh nilai-nilai individualisme. Diakui bahwa nilai-nilai luar tidak semuanya negatif banyak pula nilai positif yang memberikan efek kemajuan untuk diterapkan. Nilai-nilai luar yang positif antara lain kedisiplinan, keuletan bekerja dan belajar, serta pemanfaatan waktu untuk hal-hal yang produktif sehingga masyarakatnya menjadi sejahtera. Nilai-nilai positif tersebut patut diadopsi dan diterapkan dalam membangun masyarakat Indonesia. Dimensi sosial budaya yang menjadi ancaman yang melemahkan bangsa Indonesia di antaranya peredaran narkotik dan obat-obatan terlarang yang mengancam generasi muda Indonesia. Di samping itu, peredaran media pornografi serta perdagangan wanita, selain mengancam moral, juga menjadi media penyebaran virus HIV/AIDS. Penetrasi nilai-nilai budaya dari luar negeri yang sulit dibendung sering kali menyebabkan terjadinya benturan peradaban yang mengancam nilai-nilai lokal di Indonesia.

(51)

mentalitas masyarakat untuk lebih menghargai produk-produk asing daripada produk anak bangsa sendiri. Hal ini dapat terlihat dari membanjirnya produk-produk asing di Indonesia, sementara produk Iptek hasil dalam negeri kurang diminati. Dikaitkan dengan era perdagangan bebas yang akan berlangsung dalam waktu dekat, sinyalemen ini berpotensi menjadi ancaman yang cukup serius.

Keselamatan umum merupakan salah satu faktor yang berdimensi pertahanan yakni berkaitan langsung dengan keselamatan bangsa. Keselamatan umum memiliki dimensi yang luas, mencakupi antara lain bencana alam, bencana buatan manusia, narkotik dan obat-obatan terlarang, keamanan transportasi, bencana kelaparan, dan wabah penyakit.

Secara geografis Indonesia berada pada kawasan yang rawan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, dan banjir. Bencana alam juga dapat mengancam keselamatan transportasi, bencana kelaparan, dan wabah penyakit. Bencana yang disebabkan oleh ulah manusia justru jauh lebih serius mengancam keselamatan umum, antara lain perusakan lingkungan akibat pembalakan hutan secara liar, peredaran narkotik dan obat-obatan terlarang, dan pembuangan limbah industri. Bencana alam yang terjadi selama ini lebih banyak disebabkan oleh ulah manusia, antara lain bencana banjir, bencana tanah longsor, bencana kekeringan, dan bencana kebakaran hutan.

(52)

umum adalah kecelakaan transportasi. Kecelakaan transportasi disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah teknik, kelalaian manusia dan faktor alam, serta masih lemahnya kinerja aparat dalam penegakkan

hu-kum dan peraturan perundang-undangan.

(53)

KONSEPSI PERTAHANAN NEGARA

Hakikat Pertahanan Negara

Pertahanan negara pada hakikatnya merupakan segala upaya pertahanan yang bersifat semesta, yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh warga negara serta keyakinan akan kekuatan sendiri untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Kesemestaan mengandung makna pelibatan seluruh rakyat dan segenap sumber daya nasional, sarana dan prasarana nasional, serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan pertahanan yang utuh dan menyeluruh.

Upaya pertahanan yang bersifat semesta adalah model yang dikembangkan sebagai pilihan yang paling tepat bagi pertahanan Indonesia yang diselenggarakan dengan

keyakinan pada kekuatan sendiri serta berdasarkan atas hak dan kewajiban warga negara dalam usaha pertahanan negara. Meskipun Indonesia telah mencapai tingkat kemajuan yang cukup tinggi nantinya, model tersebut tetap menjadi pilihan strategis untuk dikembangkan, dengan menempatkan warga negara sebagai subjek pertahanan

(54)

negara sesuai dengan perannya masing-masing.

Sistem Pertahanan Negara yang bersifat semesta bercirikan kerakyatan, kesemestaan, dan kewilayahan. Ciri kerakyatan mengandung makna bahwa orientasi pertahanan diabdikan oleh dan untuk kepentingan seluruh rakyat. Ciri kesemestaan mengandung makna bahwa seluruh sumber daya nasional didayagunakan bagi upaya pertahanan. Sedangkan ciri kewilayahan mengandung makna bahwa gelar kekuatan pertahanan dilaksanakan secara menyebar di seluruh wilayah NKRI, sesuai dengan kondisi geografi sebagai negara kepulauan.

Tujuan dan Kepentingan Pertahanan Negara

Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman. Ancaman terhadap sebagian wilayah merupakan ancaman terhadap seluruh wilayah NKRI dan menjadi tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia.

(55)

instrumen pertahanan negara yang setiap saat siap sedia untuk membela dan mempertahankannya.

Dalam menjaga sistem politik negara, upaya pertahanan negara diarahkan untuk mendukung terwujudnya pemerintahan negara yang stabil, demokratis, bersih, dan akuntabel, sebagai prasyarat yang memungkinkan terselenggaranya pembangunan nasional dengan baik dan efektif. Bangsa Indonesia pada dasarnya adalah bangsa yang demokratis. Nilai-nilai demokratis tersebut terangkum dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yaitu bangsa Indonesia yang bernegara dalam wadah NKRI yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, hukum, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup, dan bukan berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan.

Tujuan dan kepentingan pertahanan negara juga diarahkan untuk menjaga keutuhan NKRI. Pelaksanaannya didasarkan pada pandangan bangsa Indonesia yang menempatkan NKRI sebagai keputusan final yang harus tetap dipelihara dan dipertahankan. Setiap usaha pemisahan diri atau yang bertujuan mengubah dan memecah-belah NKRI merupakan ancaman terhadap keutuhan wilayah NKRI dan menjadi ancaman yang berdimensi pertahanan. Separatisme merupakan bentuk ancaman pertahanan yang mengancam keutuhan wilayah NKRI, sehingga menjadi ancaman pertahanan yang utama. Pengalaman Indonesia menunjukkan bahwa usaha separatisme dilakukan dalam dua pola gerakan, yakni gerakan separatisme tidak bersenjata yang dikategorikan sebagai ancaman nirmiliter dan gerakan separatisme bersenjata yang menjadi ancaman militer.

(56)

penyelenggaraan fungsi pertahanan negara untuk melindungi warga dari segala bentuk ancaman. Menjamin keselamatan bangsa mencakupi upaya-upaya pertahanan negara dalam menghadapi setiap ancaman baik dari luar maupun dalam negeri. Dimensi keselamatan bangsa juga mencakupi kewajiban untuk melaksanakan penanggulangan dampak bencana alam dan kerusuhan sosial, mengatasi tindakan terorisme serta menegakkan keamanan di laut dan udara Indonesia, termasuk dari kejahatan lintas negara.

Fungsi Pertahanan Negara

Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan satu kesatuan pertahanan yang mampu melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah, serta keselamatan bangsa dari setiap ancaman, baik yang datang dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Upaya mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah NKRI sebagai satu kesatuan pertahanan diselenggarakan dalam fungsi penangkalan, penindakan, dan pemulihan.

Fungsi penangkalan merupakan perwujudan usaha pertahanan

(57)

Dalam kerangka penangkalan, instrumen politik menyelenggarakan pembangunan sistem politik yang sehat dan kuat serta usaha-usaha diplomasi sebagai lini terdepan pertahanan negara untuk mencegah dan meniadakan setiap potensi ancaman yang dapat mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa. Instrumen ekonomi menyelenggarakan pembangunan ekonomi dengan sistem ekonomi yang jelas untuk mencapai pertumbuhan yang sehat dan cukup tinggi bagi terwujudnya pencapaian tujuan nasional yakni masyarakat yang sejahtera, berkeadilan, dan berdaya saing pada lingkup regional dan global.

Instrumen psikologis yang diemban oleh semua komponen bangsa, baik lembaga pemerintah maupun nonpemerintah, mewujudkan upaya penangkalan melalui usaha memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa serta menumbuhkembangkan nasionalisme, patriotisme, dan heroisme bangsa di segala bidang. Instrumen sosial menyelenggarakan pembangunan dan pendayagunaan sistem nilai serta segenap pranata sosial dalam mewujudkan kehidupan dan interaksi sosial yang harmonis serta saling menghargai. Instrumen teknologi menyelenggarakan usaha untuk memadukan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mewujudkan industri nasional yang kuat serta industri pertahanan dalam negeri yang berdaya saing. Instrumen militer, yakni TNI, sebagai Komponen Utama pertahanan negara menyelenggarakan usaha-usaha membangun dan membina kekuatan dan kemampuan dengan mengembangkan strategi militer yang memiliki efek daya tangkal yang tinggi serta profesional dalam melaksanakan setiap tugas operasi, baik OMP maupun OMSP.

Fungsi penindakan merupakan keterpaduan usaha pertahanan dari

(58)

untuk menghadapi dan mengatasi segala bentuk ancaman, baik dari luar maupun yang timbul di dalam negeri, yang mengancam kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa. Fungsi penindakan dilaksanakan dengan usaha pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan dalam sistem pertahanan semesta untuk melakukan tindakan preemptive, penanggulangan, atau perlawanan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis ancaman serta tingkat risiko yang ditimbulkan.

Fungsi penindakan dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI sebagai kekuatan utama pertahanan didukung oleh seluruh kekuatan nasional, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam susunan Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung. Dalam menghadapi ancaman militer yang berasal dari luar, penyelenggaraan fungsi penindakan disesuaikan dengan bentuk ancaman untuk menentukan jenis tindakan yang diambil serta kekuatan pertahanan yang digunakan. Ancaman militer berupa agresi atau invasi dihadapi dengan pendekatan perang, dan bagi Indonesia penyelenggaraan perang dilaksanakan secara total dalam wujud perang semesta.

Fungsi penindakan dalam menghadapi ancaman nirmiliter menempatkan lembaga pemerintah sebagai unsur utama sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi, didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa. Penindakan terhadap ancaman nirmiliter dilakukan dengan pendekatan fungsional oleh lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan berdasarkan jenis dan sifat ancaman. Fungsi penindakan diwujudkan dalam bentuk langkah-langkah penyelamatan dengan mengerahkan segala kemampuan bangsa.

(59)

yang ditimbulkan, serta dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai hukum yang berlaku dalam negara demokrasi.

Tindakan preemptive merupakan bentuk penindakan yang dilakukan terhadap pihak lawan atau terhadap ancaman, baik yang bersifat militer maupun nirmiliter, yang nyata-nyata akan menyerang Indonesia. Tindakan preemptive dilaksanakan melalui pengerahan kekuatan pertahanan untuk mendahului pihak lawan yang sedang dalam persiapan untuk menyerang Indonesia. Tindakan preemptive dilaksanakan di wilayah pihak lawan atau di dalam perjalanan sebelum memasuki wilayah Indonesia. Tindakan preemptive juga diterapkan dalam menghadapi ancaman nirmiliter yang pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis dan sifat ancaman.

Tindakan perlawanan merupakan bentuk penindakan terhadap pihak lawan yang sedang menyerang Indonesia atau telah menguasai sebagai atau seluruh wilayah Indonesia dengan cara mengerahkan seluruh kekuatan negara, baik secara militer maupun nirmiliter. Tindakan perlawanan diselenggarakan dengan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta melalui pengerahan kekuatan pertahanan yang berintikan TNI didukung oleh segenap kekuatan bangsa dalam susunan Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung.

Fungsi pemulihan memiliki cakupan ke dalam dan ke luar. Dalam

(60)

dengan instansi pemerintah lainnya serta masyarakat melaksanakan fungsi pemulihan sebagai wujud pertahanan semesta yang utuh. Dalam lingkup ke luar, fungsi pemulihan diwujudkan melalui pelibatan unsur kekuatan pertahanan dalam mengambil bagian mewujudkan perdamaian dunia dan stabilitas regional. Secara militer, hal ini diwujudkan antara lain dalam bentuk pengiriman pasukan penjaga perdamaian atau pengamat penjaga perdamaian. Secara nirmiliter hal ini diwujudkan dalam keikutsertaan dalam berbagai usaha, antara lain melalui keanggotaan PBB dan organisasi regional, serta dalam memfasilitasi usaha-usaha internasional untuk mewujudkan perdamaian dunia dan stabilitas regional.

Pandangan tentang Damai dan Perang

Setiap negara memiliki pandangan masing-masing terhadap damai dan perang. Damai dan perang adalah dua kondisi yang saling mengikuti dalam usaha suatu negara memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Tidak ada perang yang abadi, demikian juga tidak ada damai yang abadi. Perang menentukan hidup dan mati serta jatuh-bangunnya suatu negara, sehingga harus dipahami dan dipelajari segala seluk-beluknya.

Damai adalah suatu kondisi ketika kehidupan masyarakat serta roda pemerintahan dan pembangunan nasional berjalan secara normal. Damai tidak berarti tanpa konflik atau sengketa. Dalam kondisi damai, dapat saja terdapat gangguan-gangguan keamanan, namun dalam tingkatan intensitas rendah. Kondisi damai tidak terjadi dengan sendirinya tanpa suatu usaha. Kondisi damai adalah hasil usaha.

(61)

usaha-usaha diplomasi mengalami jalan buntu serta dilaksanakan dalam rangka melawan kekuatan negara lain yang secara nyata mengancam kemerdekaan, kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa Indonesia.

Penyelenggaraan pertahanan negara pada dasarnya tidak ditujukan untuk perang, tetapi untuk mewujudkan perdamaian, menjamin keutuhan NKRI, mengamankan kepentingan nasional, serta menjamin terlaksananya pembangunan nasional. Perang terjadi akibat kegagalan upaya pertahanan. Untuk mewujudkan perdamaian, negara harus membangun kekuatan serta memelihara kesiapsiagaan yang memiliki efek penangkalan yang disegani pihak lawan. Indonesia menganut prinsip Si Vis Pacem Para Bellum, yakni untuk memelihara kondisi damai, negara membangun kemampuan pertahanan yang kuat yang berdaya tangkal tinggi.

(62)

Inti pertahanan nirmiliter adalah pemberdayaan sumber daya nasional yang meliputi fungsi kekuatan pertahanan nirmiliter dalam kerangka menghadapi ancaman militer, yakni dalam wujud Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung, serta dalam kerangka pertahanan sipil untuk menghadapi ancaman nirmiliter sesuai dengan lingkup fungsi dan kewenangan instansi pemerintah di luar bidang pertahanan.

Spektrum Konflik dan Pelibatan Unsur Pertahanan

(63)

Pemahaman terhadap spektrum konflik menjadi dasar dalam pencegahan konflik, pengelolaan konflik, pelibatan kekuatan pertahanan, termasuk keikutsertaan dalam tugas-tugas perdamaian dunia dan bantuan kemanusiaan, serta bantuan kemampuan pertahanan negara pada departemen atau otoritas sipil lainnya. Pelibatan fungsi pertahanan militer dan fungsi pertahanan nirmiliter diselenggarakan sejak kondisi keamanan nasional dalam keadaan damai hingga perang. Dalam kondisi damai, pelibatan fungsi pertahanan militer ditekankan pada efektivitas penangkalan, yakni untuk mencegah setiap ancaman, baik dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Dalam keadaan damai dan dalam rentangan kondisi keamanan nasional dengan spektrum konflik intensitas rendah fungsi pertahanan militer, yakni TNI, dilibatkan untuk menyelenggarakan OMSP untuk menangani ancaman atau tugas yang diembankan kepada TNI yang pelaksanaannya berdasarkan keputusan politik pemerintah. Dalam spektrum konflik ketika kondisi keamanan suatu berada pada level yang kritis dan pemerintah memberlakukan keadaan darurat seperti darurat sipil, darurat militer, atau keadaan perang, pelibatan fungsi pertahanan militer semakin besar.

Dalam keadaan darurat militer dan keadaan perang, di samping menjalankan fungsi pertahanan negara, sesuai dengan keputusan politik dan peraturan perundang-undangan, TNI dapat mengambil alih fungsi-fungsi pemerintahan di wilayah tempat diberlakukannya keadaan darurat militer atau keadaan perang.

(64)

pada pendekatan pembangunan nasional yang berefek kesejahteraan dan penangkalan. Pada kondisi keamanan nasional dengan spektrum konflik intensitas rendah, fungsi pertahanan nirmiliter, yakni unsur-unsur pemerintahan di luar bidang pertahanan, dilibatkan secara maksimal sampai pada kondisi darurat sipil. Pada darurat militer dan keadaan perang, pelibatan fungsi pertahanan nirmiliter disesuaikan dengan kondisi dan tingkat risiko yang dihadapi berdasarkan hak-hak masyarakat sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Penyelenggaraan Perdamaian

(65)

Penyelenggaraan perdamaian juga berefek ke dalam, yakni dalam rangka stabilitas nasional bagi terwujudnya tata tenteram kerta raharja di seluruh wilayah Indonesia. Dalam membangun stabilitas nasional, setiap konflik dalam negeri, baik vertikal maupun horizontal, diselesaikan dengan cara-cara yang bermartabat dan berperikemanusiaan melalui pendekatan hukum, kesejahteraan, keadilan, dan dialogis dalam membangun kohesi nasional serta persatuan dan kesatuan bangsa. Keputusan menggunakan kekuatan pertahanan dalam mengatasi isu-isu keamanan dalam negeri didasarkan atas pertimbangan yang saksama terhadap perkembangan situasi serta ditempuh melalui keputusan politik.

Asas-asas Damai

Komitmen bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan perdamaian adalah hidup berdampingan dengan bangsa lain secara damai, dengan berpedoman pada delapan asas perdamaian. Ke-delapan asas tersebut adalah tujuan, waspada, kekenyalan, kekuatan, kolektif, kelanggengan, transparansi, dan prioritas.

Asas Tujuan

(66)

Asas Waspada

Waspada terhadap setiap kemungkinan perubahan situasi dan pendadakan strategis, tidak ada yang abadi selain kepentingan.

Asas Kekenyalan

Damai bukan berarti tidak perang. Mewujudkan perdamaian terkadang harus melalui penggunaan kekuatan fisik untuk tujuan perang. Kalau ingin damai, negara harus bersiap untuk perang.

Asas Kekuatan

Damai dapat diwujudkan atau dipertahankan apabila memiliki kekuatan dan kemampuan yang memadai. Pembinaan kekuatan dan kemampuan harus selalu dikembangkan guna meningkatkan kesiapsiagaan.

Asas Kolektif

Damai merupakan kebutuhan bersama dan dalam mewujudkannya melibatkan semua pihak, bukan untuk satu golongan atau satu pihak. Upaya mewujudkan perdamaian merupakan integrasi baik secara militer maupun nirmiliter.

Asas Keberlanjutan

(67)

Asas Transparansi

Setiap upaya untuk mewujudkan kondisi damai harus mengedepankan prinsip saling percaya. Prinsip transparansi dalam rangka mewujudkan rasa saling percaya juga dikembangkan dalam pembangunan dan penggunaan kekuatan pertahanan.

Asas Prioritas

Pada hakikatnya setiap usaha untuk mewujudkan kondisi damai yang sejati sebagai dasar kepentingan bersama diletakkan pada prinsip cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan.

Penyelenggaraan Peperangan

Perang diselenggarakan untuk membela kemerdekaan dan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah negara, serta melindungi keselamatan segenap bangsa. Perang bagi bangsa Indonesia adalah perang semesta yang melibatkan seluruh rakyat Indonesia dan segenap kekuatan nasional. Pernyataan perang dengan bangsa lain dilakukan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Demikian pula dalam mengakhiri perang atau membuat perdamaian, pernyataan dilakukan oleh Presiden melalui pernyataan politik secara resmi.

(68)

dengan strategi pertahanan berlapis dan mendalam dengan mendayagunakan seluruh kekuatan dan kemampuan nasional ke dalam konsep Perang Rakyat Semesta. Keberhasilan Perang Rakyat Semesta ditentukan oleh kemanunggalan TNI-Rakyat. Karena itu, pembangunan pertahanan dan gelar kekuatan berdimensi kewilayahan (teritorial) dan diselenggarakan dengan tujuan untuk membangun dan memelihara kemanunggalan TNI-Rakyat bagi terwujudnya daya tangkal bangsa.

Penyelenggaraan peperangan pada hakikatnya penataan sistem pertahanan yang mencakupi penyiapan kekuatan, penyiapan wilayah negara sebagai medan pertahanan, penyiapan logistik pertahanan, pelaksanaan peperangan, dan pemulihan terhadap dampak kerusakan akibat peperangan. Perang di masa depan akan semakin kompleks, mengandalkan keunggulan teknologi, presisi, dan penguasaan ruang. Oleh karena itu, penataan sistem pertahanan tersebut harus disesuaikan dengan perkembangan sifat atau karakteristik peperangan di masa depan.

Penyiapan kekuatan diselenggarakan oleh pemerintah sejak dini dan berkesinambungan melalui pembangunan sumber daya nasional untuk menjadi kekuatan pertahanan. Kekuatan pertahanan tersebut diorganisasikan ke dalam Komponen Utama, yakni TNI, serta Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung, yakni warga negara, sumber daya alam dan buatan, serta sarana dan prasarana nasional. Penyiapan kekuatan juga mencakupi penggelaran kekuatan yang pelaksanaannya berdasarkan pertimbangan hakikat ancaman yang dihadapi.

(69)

pertahanan, yakni medan pertahanan penyanggah, medan pertahanan utama, dan daerah perlawanan. Medan pertahanan penyanggah merupakan lapis terdepan, yakni medan pertahanan yang berada di luar Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan wilayah udara di atasnya. Medan pertahanan utama merupakan lapis inti dari medan pertahanan mulai dari Zona Ekonomi Eksklusif sampai dengan laut teritorial, dasar laut, daratan serta wilayah udara di atasnya, yang menjadi mandala perang. Daerah-daerah perlawanan merupakan lapis ketiga yang berada pada wilayah-wilayah belakang di luar mandala perang, termasuk wilayah perairan Nusantara dan wilayah udara di atasnya yang dibangun dan dipersiapkan sebagai daerah pangkal perlawanan untuk memelihara kesinambungan perlawanan.

Penyiapan wilayah negara sebagai medan pertahanan pada dasarnya merupakan fungsi pertahanan nirmiliter yang diselenggarakan secara terpadu, terkoordinasi, dan lintas departemen/lembaga. Perwujudannya melalui penataan ruang nasional, di dalamnya penataan ruang kawasan pertahanan.

(70)

Pelaksanaan peperangan diseleng-garakan dengan strategi pertahanan berlapis dan mendalam yang memancarkan penangkalan yang kuat serta kemampuan untuk mengatasi ancaman manakala meng-hadapi ancaman nyata. Strategi penangkalan

dikembangkan dengan menyinergikan kemampuan nasional dari aspek politik, ekonomi, psikologi, teknologi, sosial budaya, dan militer yang berefek penolakan dan pembalasan sekaligus. Pelaksanaan peperangan ditentukan pula oleh gelar kekuatan pertahanan yang disesuaikan dengan hakikat ancaman dengan mengutamakan kesiapsiagaan dan mobilitas yang tinggi. Gelar kekuatan TNI dikembangkan secara fleksibel bagi terwujudnya Tri Matra Terpadu sekaligus keterpaduan dengan pertahanan nirmiliter.

(71)

Asas-asas Perang

Komitmen bangsa Indonesia untuk hidup berdampingan secara damai dengan bangsa lain tidak hanya bergantung pada bangsa Indonesia semata. Negara lain juga mempunyai kewajiban untuk bersama-sama mewujudkan saling percaya yang didudukkan di atas rasa saling percaya dan saling menghormati hak kedaulatan masing-masing negara. Jika upaya perdamaian mengalami jalan buntu dan perang tidak dapat dihindari, penyelenggaraan suatu peperangan berpedoman pada asas-asas perang yang ditetapkan berikut ini.

Asas perang mempunyai kegunaan sebagai pedoman untuk menuntun tindakan dalam penyelenggaraan peperangan. Asas perang pada hakikatnya adalah kebenaran fundamental yang berlaku dalam penyelenggaraan perang dan mempunyai pengaruh tetap terhadap kesudahan dari suatu perang atau persengketaan bersenjata.

Gambar

GAMBAR 1SPEKTRUM KONFLIK DAN PELIBATAN
GAMBAR 2SDM SEBAGAI PUSAT KEKUATAN PERTAHANAN
GAMBAR  3KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA
GAMBAR  4P E R T A H A N A N  S E ME S T A

Referensi

Dokumen terkait

 Suara huruf yang bersifat ismat dilaksanakan tersekat-sekat kerana hurufnya dikeluarkan  jauh dari bahagian pinggir lidah atau

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) peran BKK SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta masuk dalam kategori cukup dengan persentase sebesar 55,64% yang

2 Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi I, Books Terrace & Library, Bandung, 2007, hlm.. Melihat data yang penulis sajikan di atas, tampak terlihat betapa peredaran

Uji hambat adhesi merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan antibodi poliklonal IgY pili Shigella dysentriae 95 kDa dalam menghambat proses adhesi antara

Sebagaimana yang dikatakan oleh Rusman, Kurniawan dan Riyana (2011), bahwa guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal

Tabel 5.. Berdasarkan pengetahuan yang telah dikumpulkan maka dapat dibuat pohon keputusan dengan metode penelusuran forward chaining. Pada Gambar 4 ditunjukkan bahwa penelusuran

Perilaku mahasiswa dalam penggunaan alat perlindungan diri mendapat presentase tertinggi pada perilaku yang kurang baik (80%) yaitu sekitar 36 responden tidak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan secara umum berada pada usia produktif dengan tipologi keluarga inti ( nuclear family ); lebih dari separuh nelayan mempunyai tingkat