• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAKIKAT ANCAMAN

Dalam dokumen Doktrin Pertahanan Negara Indonesia 12 (Halaman 35-53)

Ancaman pada hakikatnya adalah setiap usaha dan kegiatan, baik yang berasal dari luar negeri atau bersifat lintas negara maupun yang timbul di dalam negeri, yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Dalam Doktrin Pertahanan Negara, terminologi ancaman mencakup setiap ancaman termasuk gangguan yang dapat membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa atau yang bersifat penghambat atau penghalang terhadap kepentingan nasional.

Identifikasi tentang ancaman merupakan faktor utama yang menjadi dasar dalam penyusunan desain Sistem Pertahanan Negara. Upaya pertahanan negara diselenggarakan untuk mencegah dan mengatasi setiap ancaman, baik yang bersifat aktual maupun yang potensial, baik yang berasal dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Setiap bentuk ancaman memiliki karakteristik serta tingkat risiko yang berbeda yang mempengaruhi pola penanganannya. Identifikasi terhadap ancaman diselenggarakan dengan menganalisis perkembangan lingkungan strategis sebagai faktor luar yang berpengaruh, baik langsung maupun tidak langsung terhadap kepentingan nasional yang berwujud peluang, tantangan, dan hakikat ancaman, serta kondisi dalam negeri yang dapat berkembang dan berakumulasi menjadi ancaman.

Penilaian Ancaman

Dalam penyelenggaraan pertahanan negara, hal yang mendasar adalah penilaian tentang ancaman yang didasari oleh kemampuan untuk

memahami, mengidentifikasi, dan menganalisis ancaman. Penilaian tentang ada atau tidaknya ancaman dari negara lain ditentukan oleh sejumlah faktor dominan yang meliputi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berkaitan dengan aktor atau pelaku yang meliputi niat, tujuan, indikasi, serta besarnya kekuatan dan kemampuan, sedangkan faktor internal merupakan faktor-faktor yang memfasilitasi atau memberikan ruang terjadinya ancaman, baik yang bersifat statis maupun dinamis.

Penilaian tentang faktor eksternal terkait dengan geopolitik dan geostrategi Indonesia yang terkait dengan posisi silang Indonesia. Implikasi dari posisi silang Indonesia yakni antara Benua Asia dan Australia serta antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, menempatkan Indonesia dikelilingi oleh sejumlah negara yang memiliki perbedaan latar belakang budaya dan filosofi, pandangan dan paham politik, serta tingkat kemajuan. Beberapa di antaranya adalah negara maju yang menjadi kekuatan utama dunia. Negara-negara tersebut memiliki kekuatan militer dan ekonomi yang jauh lebih kuat daripada kekuatan yang dimiliki Indonesia. Di sisi lain, juga terdapat negara-negara yang tingkat ekonomi dan kemajuannya setara dan ada pula yang berada di bawah kekuatan Indonesia. Interaksi antarnegara dengan kondisi dan tingkat kemampuan yang berbeda-beda tidak dapat dimungkiri sering menimbulkan implikasi yang berdimensi politik, ekonomi, dan pertahanan. Dalam skala tertentu, implikasi tersebut dapat berpotensi menjadi suatu ancaman.

Penilaian ancaman juga mencermati faktor-faktor internal baik yang bersifat statis maupun yang bersifat dinamis. Faktor yang bersifat statis meliputi karakteristik dan kondisi geografi sebagai negara kepulauan yang luas dan terbuka dengan garis pantai yang panjang serta banyaknya

pulau-pulau kecil terluar yang tidak berpenghuni, kondisi dan komposisi demografi yang sangat beragam, serta sumber daya alam yang bernilai strategis. Sebaliknya, faktor internal yang bersifat dinamis mencakup faktor-faktor yang berkembang menjadi sumber-sumber terjadinya suatu ancaman atau konflik. Faktor dinamis diantaranya berupa paham- paham yang mengancam nilai-nilai kebangsaan, persaingan politik yang mengarah kepada penguatan identitas lokal, primordialisme, benturan nilai akibat kemajemukan masyarakat, termasuk ancaman yang diakibatkan oleh peredaran narkoba.

Dengan mencermati konteks strategis global, kepentingan negara-negara maju yang menonjol dalam beberapa dekade yang akan datang adalah mencapai keunggulan yang maksimal dalam globalisasi dan perdagangan bebas. Kondisi tersebut akan mendorong terjadinya persaingan antarnegara, baik di kalangan negara maju, antara negara maju dan negara berkembang, maupun antarnegara berkembang. Bersamaan dengan itu, dalam menggerakkan roda perekonomian dan industri negara- negara maju akan selalu bergantung pada kebutuhan energi dan sumber daya alam sehingga kelak dapat mendorong persaingan antarnegara di masa mendatang. Di satu sisi, negara-negara maju memiliki keunggulan di bidang teknologi, modal dan sumber daya manusia yang berkemampuan tinggi, tetapi memiliki keterbatasan dalam hal sumber energi dan sumber daya alam untuk menjamin ketersediaan bahan baku industri. Di sisi lain, negara-negara berkembang memiliki kemampuan di bidang sumber daya energi dan sumber daya alam, namun memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan teknologi, modal dan sumber daya manusia. Paradoks antara kelangkaan sumber daya alam dan peningkatan kebutuhan yang besar berpotensi mendorong konflik antarnegara di masa datang. Semakin

rendah daya tangkal suatu negara, akan semakin tinggi kemungkinan potensi ancaman untuk berkembang menjadi ancaman nyata.

Pada tataran internal, distribusi hak-hak politik dan kesejahteraan serta penegakan hukum yang buruk dapat menjadi faktor pendorong terciptanya ketidakstabilan yang kemudian berkembang menjadi ancaman. Kondisi tersebut menjadi fenomena global sehingga mendorong berkembangnya kejahatan baik lintas negara dan bentuk-bentuk gangguan keamanan yang timbul di dalam negeri.

Penggolongan Ancaman

Ancaman dapat digolongkan ke dalam jenis, sumber, dan aktor. Berdasarkan jenisnya, ancaman pertahanan negara digolongkan dalam ancaman militer dan ancaman nirmiliter. Jika dilihat dari sumbernya, ancaman yang dihadapi Indonesia dapat berasal dari luar Indonesia atau kejahatan lintas negara, baik yang dilakukan oleh aktor negara maupun aktor yang bukan negara, serta ancaman yang timbul di dalam negeri. Ancaman tersebut secara sistematis mengancam atau diperkirakan dapat mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa.

Ancaman Militer

Ancaman militer memiliki karakteristik serta spektrum yang dapat mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karakteristik ancaman militer tersebut berimplikasi terhadap kebutuhan akan kesiapsiagaan kekuatan pertahanan baik dalam kapasitas sebagai

kekuatan penangkal maupun kekuatan pertahanan untuk kebutuhan responsif.

Ancaman militer memiliki beberapa karakter. Ancaman militer dapat berupa jenis ancaman yang sifatnya terorganisasi dengan menggunakan kekuatan bersenjata yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat pula berupa jenis ancaman yang dilakukan oleh militer suatu negara atau ancaman bersenjata yang datangnya dari gerakan kekuatan bersenjata yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Dari batasan tentang ancaman seperti diuraikan di atas, ancaman yang dikategorikan sebagai ancaman militer yang dapat membahayakan kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dapat berupa agresi atau invasi, pelanggaran wilayah, spionase, sabotase, aksi teror bersenjata, pemberontakan bersenjata, ancaman keamanan laut atau udara, serta perang saudara atau yang sering disebut konflik komunal.

Agresi atau invasi merupakan bentuk ancaman militer yang dilakukan oleh suatu negara dengan penggunaan kekuatan bersenjata yang mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. Agresi militer atau invasi suatu negara ditempatkan pada tingkat paling tinggi dalam susunan kategorisasi ancaman pertahanan negara. Penempatan ancaman agresi pada tingkat yang paling tinggi adalah berdasarkan tingkat risiko yang ditimbulkan oleh ancaman tersebut, yakni dapat memorakporandakan struktur dan eksistensi kedaulatan, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan bangsa. Agresi

militer atau invasi dari suatu negara bahkan dapat menghancurkan secara total suatu negara.

Selain agresi militer atau invasi, terdapat pula bentuk ancaman militer yang tingkat risikonya dapat merugikan eksistensi dan kepentingan nasional. Ancaman militer tersebut adalah bombardemen senjata, blokade sebagian atau seluruh wilayah Indonesia, atau serangan unsur angkatan bersenjata negara lain. Keberadaan atau tindakan unsur kekuatan bersenjata asing dalam wilayah NKRI yang bertentangan dengan ketentuan atau perjanjian yang disepakati, tindakan suatu negara yang membantu negara yang hendak menyerang Indonesia, tindakan unsur tentara negara lain yang melakukan kekerasan di wilayah Indonesia, atau pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran untuk melakukan tindak kekerasan di wilayah NKRI merupakan ancaman yang dikategorikan sebagai agresi.

Wilayah yang sangat luas dan berada pada posisi silang berpotensi bagi terjadinya pelanggaran wilayah oleh negara lain. Pelanggaran wilayah yang secara sengaja dan sistematis dilakukan oleh negara lain merupakan bentuk ancaman militer yang mengancam kedaulatan negara Indonesia. Bentuk ancaman tersebut dapat terjadi setiap waktu secara cepat sehingga memerlukan mekanisme pengambilan putusan yang khusus pada tingkat nasional untuk mengatur pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan yang dilibatkan.

Pemberontakan bersenjata melawan pemerintah Indonesia yang sah merupakan bentuk ancaman militer yang dapat merongrong kewibawaan negara dan jalannya roda pemerintahan Indonesia. Dalam sejarah perjalanan bangsa, Indonesia pernah mengalami sejumlah aksi pemberontakan bersenjata yang dilakukan oleh gerakan radikal, seperti

Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII), Kahar Muzakar, serta G-30-S/PKI. Sejumlah aksi pemberon- takan bersenjata tersebut tidak hanya mengancam pemerintahan yang sah,

tetapi juga mengancam tegaknya NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Dalam beberapa dekade terakhir, pemberontakan bersenjata telah berkembang dalam bentuk gerakan separatisme yang pola perkembangannya seperti api dalam sekam. Gerakan radikal di masa lalu serta sisa-sisa G-30-S/PKI berhasil melakukan regenerasi dan berubah bentuk ke dalam berbagai organisasi kemasyarakatan dengan memanfaatkan dinamika Reformasi untuk masuk ke segala lini dan elemen nasional. Kecenderungan tersebut memerlukan kecermatan dengan membangun kewaspadaan nasional dari seluruh komponen bangsa Indonesia untuk mewaspadai perkembangannya.

Indonesia memiliki sejumlah objek vital nasional dan instalasi strategis yang rawan terhadap aksi sabotase sehingga harus dilindungi. Aksi-aksi sabotase tersebut didukung oleh adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak lawan untuk merancang ancaman sehingga memiliki intensitas yang lebih tinggi dan kompleks. Fungsi pertahanan negara ditujukan untuk memberikan perlindungan, di antaranya, terhadap objek vital nasional dan instalasi strategis dari setiap kemungkinan aksi sabotase. Hal ini dilakukan dengan menggelar kekuatan pertahanan serta mempertinggi kewaspadaan yang

didukung oleh teknologi yang mampu mendeteksi dan mencegah secara dini setiap kemungkinan ancaman.

Pada abad modern, kegiatan spionase dilakukan oleh agen-agen rahasia dalam mencari dan mendapatkan rahasia pertahanan negara lain. Kegiatan spionase dilakukan secara tertutup dengan menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sehingga tidak mudah dideteksi. Kegiatan tersebut merupakan bentuk ancaman militer yang memerlukan penanganan secara khusus dengan pendekatan kontraspionase untuk melindungi kepentingan pertahanan dari kebocoran yang akan dimanfaatkan oleh pihak lawan.

Aksi teror bersenjata merupakan bentuk kegiatan terorisme yang mengancam keselamatan bangsa dengan menebarkan rasa ketakutan yang mendalam serta menimbulkan korban tanpa mengenal rasa perikemanusiaan. Sasaran aksi teror bersenjata dapat menimpa siapa saja sehingga sulit diprediksi dan ditangani dengan cara-cara biasa. Perkembangan aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh teroris pada dekade terakhir meningkat cukup pesat dengan mengikuti perkembangan politik, lingkungan strategis, dan iptek.

Sejak terorisme internasional berkembang menjadi ancaman global, aksi teror bersenjata yang berskala lokal ikut pula mengadopsi pola dan metode terorisme internasional atau bahkan berkolaborasi dengan jaringan-jaringan teroris internasional yang ada. Sejumlah aksi teror yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan adanya hubungan dengan jaringan teroris internasional, terutama jaringan teroris yang beroperasi di wilayah Asia Tenggara. Kondisi masyarakat dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan ekonomi rendah menjadi incaran para tokoh teroris untuk memperluas jaringan dengan

membangun kader-kader baru.

Guna menjamin dan melindungi keselamatan bangsa dari ancaman terorisme, terutama aksi teror bersenjata, fungsi pertahanan militer melalui unsur-unsur intelijen, unsur-unsur Komando Kewilayahan, berkewajiban untuk meningkatkan kewaspadaan dengan mengefektifkan fungsi deteksi dan cegah dini. Dalam hal penanggulangan aksi teror bersenjata yang dilakukan teroris, kesiapan dan kemampuan pasukan khusus antiteror yang dimiliki oleh TNI harus terus ditingkatkan dan dikembangkan, dan penggunaannya sesuai keputusan politik dan peraturan perundang-undangan.

Gangguan keamanan di laut dan udara merupakan bentuk ancaman militer yang mengganggu stabilitas keamanan wilayah yurisdiksi nasional Indonesia. Kondisi geografi Indonesia dengan wilayah perairan serta wilayah udara Indonesia yang terbentang pada pelintasan transportasi dunia yang padat, baik transportasi maritim maupun dirgantara, berimplikasi terhadap tingginya potensi gangguan ancaman keamanan laut dan udara.

Bentuk-bentuk gangguan keamanan di laut dan udara yang memiliki tingkat risiko membahayakan kepentingan nasional dan kehormatan bangsa meliputi pembajakan atau perompakan, penyelundupan senjata, amunisi, dan bahan peledak atau bahan lain yang dapat membahayakan keselamatan bangsa, penangkapan ikan secara ilegal, atau pencurian kekayaan di laut, termasuk pencemaran lingkungan. Konflik komunal pada dasarnya merupakan gangguan keamanan dalam negeri yang terjadi antarkelompok masyarakat, yang dalam skala besar dapat membahayakan keselamatan bangsa.

Ancaman Nirmiliter

Ancaman nirmiliter pada hakikatnya ancaman yang menggunakan faktor-faktor nirmiliter yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan atau berimplikasi mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman nirmiliter dapat berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial, informasi, dan teknologi serta berdimensi keselamatan umum. Ancaman nirmiliter memiliki karakteristik yang berbeda dengan ancaman militer, tidak bersifat fisik, serta bentuknya tidak kelihatan seperti ancaman militer, namun dapat berkembang atau berakumulasi menjadi ancaman terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa. Ancaman nirmiliter dapat pula terjadi secara bersamaan dengan ancaman militer, sehingga memerlukan kecermatan baik dalam mengidentifikasi maupun dalam penanganannya.

Sejak keruntuhan Uni Soviet, sistem politik internasional mengalami perubahan, dan paham komunis semakin tidak populer lagi. Namun, bagi Indonesia yang pernah menjadi basis perjuangan kekuatan komunis ancaman ideologi komunis masih tetap merupakan bahaya laten yang harus diperhitungkan. Bangsa Indonesia telah berketetapan bahwa ideologi negara adalah Pancasila. Sementara itu, ancaman terhadap ideologi negara masih tetap berpotensi cukup tinggi; ini terbukti dari adanya pihak-pihak yang ingin menghidupkan kembali Piagam Jakarta atau berusaha untuk menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi lain. Ancaman terhadap ideologi negara juga dapat berbentuk tindakan anarkis yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikalisme dengan berlindung di balik selimut keagamaan atau golongan politik fundamental. Ancaman berbasis ideologi dapat pula bersumber dari luar dalam bentuk penetrasi

nilai-nilai kebebasan (liberalisme) yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Nilai-nilai individualisme dan materialisme dari luar cenderung mengancam nilai-nilai kebangsaan yang sudah berakar dalam masyarakat. Ancaman berbasis ideologi ini dapat menjadi pemicu proses disintegrasi di dalam masyarakat Indonesia yang bersifat pluralis dalam agama, suku, dan adat-istiadat. Selain itu, ancaman berbasis ideologi dapat pula timbul dari dalam negeri, antara lain yang dilakukan oleh kelompok-kelompok metamorfosis sisa-sisa G-30-S/PKI, kelompok radikal di masa lalu atau yang telah melebur ke dalam elemen-elemen masyarakat.

Dalam perspektif pertahanan negara, politik merupakan instrumen yang utama, bahkan dalam teori politik yang paling tua tentang perang dari Clausewitz yang masih tetap relevan menyebutkan bahwa perang merupakan kelanjutan dari politik dengan cara lain. Dari pengalaman membuktikan bahwa ancaman politik dapat menumbangkan suatu rezim pemerintahan, bahkan dapat menghancurkan suatu negara secara total.

Ancaman berdimensi politik dapat menggunakan berbagai macam aspek sebagai kendaraan untuk menyerang suatu negara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ancaman berdimensi politik dapat bersumber dari luar negeri dan dapat pula bersumber dari dalam. Ancaman berdimensi politik yang berasal dari luar dapat dilakukan oleh aktor negara dan aktor yang non-negara dengan menggunakan isu-isu global sebagai kendaraan untuk menyerang atau menekan Indonesia. Pelaksanaan penegakan HAM, demokratisasi, penanganan lingkungan hidup, serta penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan akuntabel selalu menjadi komoditas politik bagi masyarakat internasional untuk mengintervensi suatu negara, dan hal ini dirasakan pula oleh Indonesia.

Dari dalam negeri, pertumbuhan instrumen politik mencerminkan kadar pertumbuhan demokrasi suatu negara. Iklim politik yang berkembang secara sehat menggambarkan suksesnya proses demokrasi. Bagi Indonesia, faktor politik menjadi penentu kelanjutan sistem pemerintahan. Dalam sejarah Indonesia, pemerintahan negara sering mengalami pasang-surut yang diakibatkan oleh gejolak politik yang sulit dikendalikan. Ancaman yang berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat berupa penggunaan kekuatan berupa mobilisasi massa untuk menumbangkan suatu pemerintahan yang berkuasa, atau dapat pula dalam bentuk menggalang kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintah. Ancaman separatisme merupakan bentuk ancaman politik yang timbul di dalam negeri. Sebagai bentuk ancaman politik, separatisme dapat menempuh pola perjuangan politik (tanpa senjata) dan perjuangan bersenjata. Pola perjuangan tidak bersenjata sering ditempuh untuk menarik simpati masyarakat internasional dan karena itu sulit dihadapi dengan menggunakan instrumen militer, sementara ancaman separatisme dengan bersenjata tidak jarang sulit dihadapi sebagai akibat dari politisasi penanganan yang dilakukan pemerintah dengan menggunakan pendekatan operasi militer. Hal ini membuktikan bahwa ancaman berdimensi politik memiliki tingkat risiko yang besar yang mengancam kedaulatan, keutuhan, dan keselamatan bangsa.

Faktor ekonomi selain merupakan kekuatan, juga menjadi instrumen yang dimanfaatkan oleh suatu negara untuk mengancam negara lain. Dalam kehidupan negara, ekonomi merupakan salah satu faktor yang vital di samping politik dan militer. Oleh karena itu, ekonomi menjadi salah satu faktor stabilitas suatu negara. Ekonomi juga menjadi alat penentu posisi tawar negara dalam hubungan antarnegara atau

pergaulan internasional. Negara dengan kondisi perekonomian yang lemah sering berada dalam posisi tawar yang rendah dalam berhubungan dengan negara lain yang posisi ekonominya lebih kuat. Negara yang ekonominya kuat biasanya diikuti pula dengan politik dan militer yang kuat.

Dalam konteks ancaman, ekonomi memiliki potensi untuk menjadi ancaman yang menghancurkan suatu negara. Sejarah membuktikan bahwa banyak negara atau kerajaan yang hancur karena ancaman berdimensi ekonomi. Indonesia bahkan pernah mengalami ancaman berdimensi ekonomi pada tahun 1998 ketika inflasi sangat tinggi dan nilai tukar mata uang rupiah sangat tertekan oleh dolar Amerika sehingga menimbulkan guncangan keamanan yang besar di dalam negeri yang memaksa Presiden Soeharto berhenti dari jabatannya sebagai presiden.

Ancaman berdimensi ekonomi dapat berasal dari dalam dan dari luar. Ancaman berdimensi ekonomi dari dalam Indonesia memiliki bentuk, antara lain, sistem ekonomi yang belum ditetapkan secara jelas yang berdampak konstruksi ekonomi yang dibangun menjadi tidak jelas pula. Sistem Ekonomi Pancasila yang pernah dinyatakan di masa lalu ternyata wujudnya tidak jelas. Negara-negara lain memiliki sistem ekonomi yang jelas. Negara-negara sosialis menganut sistem ekonomi campuran dengan porsi kebebasan pasar kecil dan porsi peran pemerintah besar.

Amerika Serikat menganut pula sistem ekonomi campuran dengan porsi peran pemerintah kecil dan porsi kebebasan pasar besar. Pendapatan per kapita masyarakat yang sangat rendah merupakan bentuk ancaman berdimensi ekonomi yang berakibat terhadap kemiskinan yang berpengaruh langsung terhadap pendidikan dan kesehatan. Distribusi pendapatan yang tidak merata telah mengakibatkan ketimpangan yang

besar yakni kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin menjadi semakin lebar. Kondisi ini berpengaruh terhadap kondisi ketidakstabilan keamanan nasional.

Sarana dan prasarana transportasi yang buruk juga menyebabkan distribusi ekonomi belum menyentuh daerah-daerah terpencil dan pulau-pulau kecil terluar. Di samping itu, kesenjangan ekonomi yang makin tinggi yang menimpa penduduk di daerah-daerah perbatasan, serta ketimpangan dalam distribusi kepemilikan kekayaan sumber daya alam antardaerah berpotensi mengakibatkan terjadinya konflik antardaerah yang mengganggu kohesi nasional. Korupsi, kolusi, dan nepotisme masih menjadi persoalan utama yang dihadapi Indonesia dan merupakan bentuk ancaman berdimensi ekonomi yang mengakibatkan pemborosan keuangan yang sangat tinggi dan berakibat terhadap kelesuan pembangunan dalam jangka panjang. Demikian pula inflasi dan pengangguran merupakan persoalan yang saling mempengaruhi, yang menyulitkan dalam melakukan pemilihan prioritas, yakni menurunkan inflasi dengan risiko naiknya angka pengangguran atau menurunkan pengangguran dengan risiko inflasi naik.

Ancaman berdimensi ekonomi yang bersumber dari luar terdiri atas beberapa bentuk. Tingkat ketergantungan Indonesia terhadap pihak asing dalam hal modal melalui pinjaman luar negeri berakibat terhadap utang negara yang sangat besar. Daya saing Indonesia yang sangat rendah berakibat posisi tawar Indonesia di fora internasional menjadi rendah pula. Di samping itu, globalisasi dalam berbagai bidang, termasuk pasar bebas, semakin dekat pelaksanaannya, sementara kesiapan Indonesia masih prematur. Indikator kinerja ekonomi Indonesia pada tingkat dunia berada pada tingkat yang rendah yang berdampak terhadap besarnya potensi krisis ekonomi di waktu-waktu mendatang. Dan yang sering

digunakan pihak luar untuk menekan Indonesia di antaranya pembatasan kuota, pembatasan atau restriksi, embargo sebagian atau seluruhnya, dan blokade ekonomi.

Sumber-sumber ekonomi nasional yang bernilai strategis atau yang menyangkut hajat hidup orang pada kenyataannya banyak yang dikuasai pihak asing. Dalam hal ini, penguasaan sumber-sumber ekonomi

Dalam dokumen Doktrin Pertahanan Negara Indonesia 12 (Halaman 35-53)

Dokumen terkait