• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya dan digunakan sebagai referensi untuk menunjang penelitian ini, ada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya dan digunakan sebagai referensi untuk menunjang penelitian ini, ada"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Review Hasil Penelitian Relevan

Penelitian Terdahulu merupakan penelitian sejenis yang sudah dilakukan sebelumnya dan digunakan sebagai referensi untuk menunjang penelitian ini, ada beberapa penelitian yang sejenis yang dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya:

Tabel 2.1

Review Penelitian Relevan

No. Nama

Judul Penelitian

Persamaan Perbedaan Sumber

1 Izzah Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Terbakar

Kumandang Azan Karya

Yuzni A.

Ghazali

Analisis Isi

Kuantitatif dengan rumus Holsti (1969).

Perbedaan dalam objek penelitian, jika peneliti atas nama Izzah objek

penelitiannya adalah pesan- pesan dakwah

Jurnal Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(2)

10

sedangkan peneliti objek penelitiannya adalah nilai- nilai

pendidikan karakter.

2. Nadyatul Husna, Andayani, Chafit Ulya

Novel Pergi Karya Tere Liye : Analisis Konflik Batin Tokoh Utama.

Analisis Isi Novel Pergi Karya Tere Liye.

Metode

penelitian atas nama Naydatul Husna,

Andayani, dan Chafit

menggunakan penelitian deskriftif kualitatif dengan pendekatan analisis isi dan psikologi sastra.

Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra dan

Pembelajaran.

Universitas Sebelas Maret.

1. Pada penelitian yang berjudul “Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Terbakar Kumandang Azan Karya Yuzni A Ghazali” yang di teliti oleh Izzah bertujuan untuk mengetahui pesan dakwah apa saja yang terdapat dalam novel dan pesan dakwah apa yang paling dominan. Penelitian ini menggunakan metodologi

(3)

11

penelitian analisis isi kuantitatif dengan menggunakan lembar coding yang dibuat berdasarkan kategori yang telah ditentukan. Teknik pengumpulan data dengan kategorisasi, observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan melalui metode deskriptif analisis isi dengan pendekatan kuantitatif.

Kegiatan deskriptif dilakukan dengan menjelaskan dan menggambarkan tokoh serta menganalis isi novel dengan cermat dan teliti.

2. Pada penelitian yang berjudul “Novel Pergi Karya Tere Liye : Analisis Konflik Batin Tokoh Utama.” yang di teliti oleh Nadyatul Husna, Andayani, Chafit Ulya bertujuan untuk menganalisis Konflik Batin Tokoh Utama dalam novel Pergi karya Tere Liye. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriftif kualitatif dengan pendekatan analisis isi dan psikologi sastra. Teknik yang pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dokumen dan hasil wawancara. Validitas data yang digunakan mengacu pada teori triangulasi sumber.

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Definisi Komunikasi

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan setiap saat untuk menyampaikan pesan dan maksud tertentu. Dari awal manusia diciptakan sampai saat ini komunikasi menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Mengingat komunikasi memiliki berbagai fungsi yang kompleks dalam kehidupan manusia.

Seperti fungsi komunikasi yang berkaitan dengan manusia sebagai makhluk

(4)

12

sosial. Sebagai makhluk sosial, komunikasi dibutuhkan untuk menjalin interaksi antar individu. Komunikasi itu sendiri dapat dilakukan secara langsung bertatap muka maupun secara tidak langsung atau menggunakan media sebagai salah satu perantara untuk berkomunikasi. Beberapa definisi komunikasi menurut para ahli dengan berbagai latar belakang dan fokus yang berbeda, diantaranya:

“Komunikasi: transmisi, informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.” (Bernard Berelson dan Gery A. Stainer dalam Mulyana, 2013: 68).

Bernard menitiberatkan komunikasi pada proses transmisi dengan menggunakan berbagai bentuk komunikasi dalam menyampaikan pesan, seperti menggunakan serangkaian simbol, kata-kata, gambar, figur, maupun grafik.

Sehingga peran media dan efek komunikasi tidak begitu ditonjolkan.

Lebih lengkap lagi definisi yang dikemukakan oleh Lasswell mengemukakan definisi komunikasi “(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What Which Channel To Whom With What Effect?” Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan pengaruh Bagaimana? (Lasswell dalam Mulyana, 2013: 69). Berdasarkan definisi yang dikemukakan Lasweell terdapat lima unsur komunikasi dalam Mulyana, yaitu :

(5)

13 1. Sumber

Sumber adalah pihak yang mempunyai kepentingan dan kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber bisa dari seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau bahkan suatu negara. Tujuan dari sumber (komunikator) itu sendiri beragam seperti untuk menyampaikan informasi, menjalin hubungan, menghibur, dan masih banyak lagi. Untuk menyampaikan apa yang berada dalam pikiran sumber yang masih abstrak dan tidak dimengerti. Maka sumber perlu mengubah apa yang ada di pikiran ke dalam sebuah pesan atau simbol verbal maupun non verbal yang idealnya dapat dipahami oleh penerima pesan.

2. Pesan

Pesan menyangkut semua hal yang ingin dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan itu sendiri bisa berupa pesan verbal dan non verbal yang mewakili maksud dan tujuan sumber (komunikator) entah itu berupa nilai atau gagasan yang merupakan hasil pemikiran sumber. Pesan bisa berupa kata-kata yang merepresentasikan hasil dari sebuah pikiran yang menyangkut ide, gagasan, dan objek baik dalam ucapan (diskusi, rapat) atau tulisan (buku, koran, esai, artikel,). Kata-kata memungkinkan setiap orang untuk membagi pikiran dengan orang lain. Pesan non verbal adalah pesan melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh. Bentuk pesan terbagi menjadi dua bentuk yaitu :

Pesan verbal adalah salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dengan menggunakan kata-kata. Komunikasi verbal mencakup aspek-aspek berupa pembendaharaan kata-kata. Komunikasi

(6)

14

tidak akan lenacar jika pesan yang disampaikan lewat kata-kata tidak dapat dimengerti oleh penerima pesan, karena itu pembendaharaan kara-kata penting dalam berkomunikasi (Puspitasari dan Aulia, 2006: 67).

Pesan nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis atau disebut dengan bahasa tubuh. Pesan nonverbal diantaranya: ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, suara, gerak isyarat, postur tubuh (Puspitasari dan Aulia, 2006: 69).

3. Saluran atau media

Media adalah alat atau perantara yang digunakan untuk berkomunikasi.

Komunikasi bisa dilakukan secara langsung (bertatap muka) maupun tidak langsung. Media merupakan alat penunjang untuk mendukung proses komunikasi yang berlangsung. Komunikator akan menyesuaikan media yang dipakai dengan tujuan dan sasaran dari pesan yang ingin disampaikan.

4. Penerima

Penerima merupakan seseorang yang menjadi tujuan atau yang menerima pesan dari sumber. Penerima ini yang mengartikan seperangkat pesan verbal maupun nonverbal yang diberikan oleh sumber (pengirim pesan). Dalam komunikasi, ada penerima pesan yan dapat diketahui identitasnya ada juga yang tidak dapat diketahui identitasnya, karena bersifat heterogen. Meskipun demikian penerima pesan tetap melakukan penafsiran terkait dengan pesan yang disampaikan oleh sumber (komunikator).

(7)

15 5. Efek

Efek adalah perubahan yang terjadi pada penerima yang telah menerima pesan dari sumberr (komunikator). Perubahan yang diciptakan sebagai akibat dari penerimaan pesan tersebut, seperti perubahan dalam hal pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu, perubahan dalam berperilaku, maupun perubahan pengetahuan dan perilaku sekaligus.

Maka, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah serangkaian proses pengiriman pesan verbal maupun non verbal dari sumber (komunikator) kepada penerima (komunikan) dengan atau tanpa media sebagai sebuah perantara untuk berkomunikasi sehingga menimbulkan efek tertentu.

2.2.2 Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan komunikasi dengan jangkauan komunikan yang paling luas diantara tingkatan komunikasi yang lainnya, dalam komunikasi massa biasanya komunikator tidak hanya satu orang, akan tetapi bersifat melembaga atau lebih dari satu orang.

Komunikasi massa dapat terjadi melalui media cetak, elektronik, maupun melalui media massa online. Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah suatu proses komunikasi yang terjadi dengan melibatkan khalayak luas melalui suatu media atau alat komunikasi untuk penyebarluasan informasi atau pesan.

(8)

16 Gambar 2.1 Jenis Komunikasi Masa

Sumber: Buku Komunikasi Masa Ardianto, 2007

Gambar di atas merupakan gambaran individu yang dihadapkan pada berbagai pilihan media massa (Ardianto dkk, 2007: 40). Jika melihat dalam kacamata sejarah komunikasi massa mengalami perkembangan dari masa ke masa, sampai saat ini komunikasi massa memiliki peranan yang sangat penting dalam penyebarluasan informasi kepada khalayak.

Awal perkembangan komunikasi massa itu sendiri diawali pada zaman penggunaan tanda dan isyarat sebagai alat komunikasi, munculnya tanda dan isyarat sebagai alat komunikasi berasal dari penyempurnaan penggunaan suara (geraman, tangisan, dan jeritan). Kedua, zaman digunakannya percakapan dan bahasa sebagai alat berkomunikasi (dengan bahasa individu dapat mengklasifikasi, mengirim, menerima, dan mengerti pesan lebih baik. Ketiga,

(9)

17

zaman penggunaan tulisan sebagai alat komunikasi sejarah tulisan sendiri merupakan salah satu dari pada proses pergantian dari gambar ke penggunaan surat sederhana untuk menyatakan maksud yang lebih spesifik.

Keempat, zaman digunakannya media cetak sebagai alat komunikasi.

Mesin cetak ditemukan oleh Johan Gutenberg menjadi awal munculnya media cetak. Kelima zaman penggunaan media massa sebagai alat komunikasi.

Pada zaman ketiga dan keempat mulai berkembang tulisan dan ditemukan mesin cetak oleh Johan Gutenberg. Pada awal perkembangannya komunikasi terjadi lewat lisan, sampai akhirnya digunakan tulisan sebagai alat komunikasi setelah ditemukannya papirus, kertas, hingga mesin cetak. Setelah itu mulai berkembang televisi, radio, teknologi dan internet.

Tulisan yang terdiri dari sekumpulan kalimat (bahasa) merupakan salah satu bentuk komunikasi verbal untuk menyampaikan pesan dan gagasan baik secara tertulis maupun tercetak. Pada tahun 1455 Gutenberg memperkenalkan media cetak dengan mencetak Injil yang merupakan awal dari muculnya media komunikasi massa cetak. Pada akhir abad ke-19 ada beberapa media cetak. seperti surat kabar, buku, dan majalah.

Media komunikasi massa cetak seperti buku mampu menyajikan secara lebih mendetail dengan analisa yang tajam terkait informasi dan peristiwa yang menjadi tema dari buku tersebut.

(10)

18 2.2.3 Buku sebagai Komunikasi Massa

Berdasarkan pada buku komunikasi massa (Wahyuni, 2013) “Dari bermacam-macam media massa, buku adalah yang paling elite. Buku dibaca oleh khalayak yang cerdik cendikia. Selain itu selaras dengan fungsi komunikasi massa sebagai penyebaran nilai-nilai, hiburan, dan pendidikan. Buku juga bersifat menghibur dan mendidik pembacanya (komunikan).”

Selain itu De Fleur dan Dennis Mc Quail menjelaskan bahwa buku termasuk dalam perkembangan media massa (Genarsih, 2006: 33 ).

Perkembangan buku dan dibangunnya perpustakaan di berbagai Negara Eropa Barat dimasa abad 15 Masehi memberikan awal baru bagi perkembangan media massa.

“Media komunikasi massa bisa berbentuk media cetak atau print (buku, majalah, surat kabar, dan film (khususnya film komersial). Merujuk pada KBBI buku adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong;

kitab.”

Buku berisi serangkaian simbol verbal (pembedaharaan kata-kata maupun gambar ) lewat sebuah tulisan yang kemudian dicetak menjadi satu kesatuan yang berbentuk buku. Sebelum buku itu disebarluaskan kepada khalayak, ada beberapa tahapan yang harus dilalui terlebih dahulu. Karena buku merupakan sekumpulan gagasan dan ilmu yang bersumber dari sebuah pemikiran. Sehingga diperlukan riset terlebih dahulu sebelum akhirnya dapat diterbitkan.

Pada awal perkembangan sebelum ditemukannya mesin cetak, papirus biasa digunakan sebagai kertas yang berisi tulisan untuk menyampaikan pesan

(11)

19

pada orang lain. Namun, setelah ditemukan mesin cetak oleh Gutenberg perkembangan buku mengalami peningkatan. Kertas yang dapat bertahan lama dikumpulkan menjadi satu kesatuan yang berisi sekumpulan tulisan dalam bentuk fisik yang bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga disebut sebagai buku. Berdasarkan data pada tahun 2018 lalu jumlah penerbit buku di beberapa wilayah di Indonesia berada pada angka yang lumayan tinggi.

Gambar 2.2 Jumlah Penerbit Buku

Sumber: Direktori Penerbit, Perpustakaan Nasional, 2018

Meskipun media komunikasi massa online sangat berkembang pesat dan banyak diminati oleh banyak orang, hal ini tidak menjadi penghalang media

(12)

20

komunikasi massa cetak untuk tetap mempertahankan eksistensinya. Seperti industri perbukuan dan percetakan yang mengalami perkembangan yang pesat.

Hal ini menunjukan bahwa minat masyarakat terhadap media komunikasi massa cetak, yang dalam hal ini adalah buku masih relatif tinggi. Dibandingkan dengan media komunikasi massa online yang dapat disebarkan dengan begitu cepat dan mudah. Buku lebih membutuhkan waktu yang lama untuk disebarluaskan karena pembahasan dalam segi materi atau penyajian pesan yang cukup mendalam.

Terjadi proses penyampaian pesan yang tidak sederhana dalam komunikasi massa. Hal ini menunjukan bahwa proses komunikasi massa melibatkan lebih banyak komponen dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya (Ardianto, 2007: 31 ). Menurut HUB (Hiebert, Ungurait, dan Bohn) mengemukakan komponen-komponen komunikasi massa:

1. Communicator (Komunikator)

Pengirim pesan dalam komunikasi massa bukan seorang individu melainkan suatu institusi, gabungan dari berbagai pihak (Ardianto dkk, 2007: 32 ). Penulis tidak bekerja sendirian, melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam proses penerbitan buku, film (jika diangkat dalam layar lebar), promosi, dan untuk mengadakan pertemuan tertentu tidak bisa dilakukan secara individual akan tetapi penulis buku memiliki lembaga yaitu media penerbitan buku tersebut, khususnya penerbit mayor seperti gema insani, gramedia dan masih banyak lagi. Maka, seorang penulis selaku komunikator harus patuh pada segala ketentuan yang berlaku.

(13)

21 2. Codes and Content

Kode adalah sebuah simbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan, misalnya: kata-kata lisan dan tulisan. Sedangkan, content atau isi media merujuk pada makna dari sebuah kode. Pada media cetak, kodenya adalah tulisan atau huruf-huruf yang tersusun dalam bentuk kalimat-kalimat (Ardianto dkk, 2007: 34 ). Maka codes pada buku adalah sekumpulan kalimat-kalimat yang terdapat dalam buku.

3. Gatekeeper

Fungsi Gatekeeper dalam komunikasi massa adalah untuk mengevaluasi isi media agar sesuai dengan kebutuhan khalayak. Yang terpenting Gatekeeper mempunyai wewenang untuk tidak memuat pesan yang dianggap akan meresahkan khalayak (Ardianto dkk, 2007: 36 ). Gatekeeper dalam penerbitan buku diantaranya, editorial yang bertugas melakukan melakukan pengelolaan naskah mulai dari penilaian sampai siap untuk dikirim pada bagian produksi, desktop publishing bertugas untuk melakukan pengecekan isi buku, litbang bertugas melakukan penelitian dan pengembangan analisa dari buku, memberikan saran dan pertimbangan. Dalam proses penerbitan buku terdapat beberapa tahapan yang cukup panjang sebelum akhirnya buku dapat disebarluaskan, hal ini menandakan fungsi Gatekeeper dalam penerbitan buku tidak mudah dan sederhana dalam menyeleksi buku apa saja yang layak untuk diterbitkan. Karena

(14)

22

sebelumya dilakukan riset terlebih dahulu oleh penulis dan setiap pihak yang terlibat agar buku yang diterbitkan sesuai dengan kebutuhan khalayak.

4. Media

Menurut Josep A.Devito komunikasi massa mempunyai dua definisi. Pertama, komunikasi massa ditunjukkan kepada khalayak yang sangat banyak (massa).

Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh alat atau berupa audio atau visual seperti televisi, radio, surat, kabar, majalah, film, maupun buku (Nurudin, 2007:12). Dalam komunikasi massa itu sendiri alat atau media disesuaikan dengan sasaran dan tujuan komunikasi yang ingin disampaikan kepada khalayak atau komunikan. Mengingat buku termasuk dalam media cetak dengan sasaran khalayak yang luas, maka alat atau media yang digunakan adalah media komunikasi massa cetak. Hal ini sangat tepat untuk dilakukan karena buku dapat bertahan lama.

5. Audience (Audiens)

Media mendistribusikan informasi yang merasuk pada masing-masing individu. Dalam komunikasi massa yang menggunakan media komunikasi massa cetak seperti buku, komunikannya sangat beragam, sehingga komunikator tidak dapat mengatahui secara pasti dan lengkap mengenai identitas komunikan. Penulis selaku komunikator dalam sebuah buku yang diterbitkan akan mengalami kesulitan untuk mengetahui identitas dari komunikan (pembaca buku). Karena

(15)

23

komunikan yang beragam dan tersebar luas, tidak hanya terdapat satu atau dua orang saja.

6. Feedback (Umpan Balik)

Umpan balik dalam komunikasi massa bersifat tertunda, dalam arti umpan balik yang disampaikan oleh komunikan tidak langsung diterima oleh komunikator (Murtiadi, 2015: 113). Dalam komunikasi massa, komunikator tidak dapaat secara langsung mengetahui tanggapan dan reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikan. Maka pada saat seorang komunikan membeca buku tanggapan dan reaksi tidak dapat secara langsung diketahui oelh komunikan.

Buku sebagai komunikasi massa memiliki peran yang sangat penting dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa lewat sebuah materi yang disampaikan secara berkualitas dan mendidik. Dalam proses penerbitan buku selalu melewati beberapa tahapan yang panjang. Sehingga diperlukan kerja sama yang baik dari berbagai pihak yang terlibat agar mampu menyajikan buku yang bermanfaat bagi khalayak luas.

Selain itu selaras dengan fungsi komunikasi massa sebagai penyebaran nilai- nilai, hiburan, dan pendidikan (Dominick dan Effendy dalam Ardianto, 2007:14 ).

Buku juga bersifat menghibur dan mendidik pembacanya (Wahyuni, 2013).

Sehingga terdapat kesamaan antara fungsi komunikasi massa dan sifat buku sebagai komunikasi massa.

Dalam komunikasi massa fungsi penyebaran nilai-nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut sosialisasi (Ardianto, 2007: 16). Komunikasi massa ini sebagai

(16)

24

sosialisasi untuk mengenalkan dan menyebarkan nilai-nilai kepada khalayak luas.

Karena khalayak luas cenderung mengambil, meniru, dan memberikan pengaruh terhadap khalayak yang mengacu pada cara dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai dalam komunikasi massa.

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa terpaan media komunikasi massa mempengaruhi perilaku dan cara khalayak untuk mengadopsi nilai-nilai yang terkandung dalam komunikasi massa. Buku menjadi salah satu media komunikasi massa cetak untuk penyebaran nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sosial, pendidikan, ekonomi maupun nilai karakter.

Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur, tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak (Ardianto, 2007: 17) . Media massa yang digunakan beraneka ragam mulai dari media audio, visual, audio visual, online, maupun media cetak.

Jika dalam media audio visual seperti televisi dan youtube, sudah banyak dijumpai tayangan yang dapat menghibur khalayak dari sajian konten yang disebarkan. Mulai dari tayangan komedi di televisi, maupun konten frank yang disajikan dalam media online youtube. Dalam media cetak dapat ditemui sebuah majalah, komik, maupun novel yang memiliki fungsi utama untuk memberikan hiburan pada khalayak.

Sebagai fungsi pendidikan media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilkukan media massa dalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca (Ardianto, 2007: 18). Dalam hal ini nila-nilai yang disebarkan

(17)

25

khalayak, tidak diungkapkan secara langsung, tetapi digambarkan melalui media massa yang disesuaikan dengan karakteristik dan kelebihan dari bentuk media massa yang digunakan.

Seperti fungsi pendidikan yang menyangkut pemberian pengetahuan dan perilaku mengenai wawasan yang berkaitan dengan bagaimana cara mendidik anak-anak dengan baik, tentang bahayanya narkoba dan pergaulan bebas, maupun pengenalan nilai-nilai karakter yang baik untuk masa yang akan datang. Semua itu dikemas secara berbeda. Dalam bentuk media massa cetak seperti buku, fungsi pendidikan sangat begitu dominan, terlebih dalam buku teks maupun fiksi.

Berdasarkan hal tersebut maka buku sebagai komunikasi massa memiliki fumgsi dan karakteristik yang sama dan menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan untuk memberikan manfaat pada khalayak.

2.2.4 Novel sebagai Buku Fiksi

Pada zaman dulu sebelum adanya teknologi komunikasi dan alat untuk mencetak sebuah buku, masyarakat masih mengandalkan komunikasi dari mulut ke mulut atau menulis di kertas papirus tanpa menggunakan sebuah media elektronik maupun cetak. Namun pada praktiknya menulis di kertas papirus tidak memudahkan manusia untuk menyampaikan pesan melalui pengumuman maupun surat. Sehingga seiring berkembangnya zaman manusia terus berpikir untuk mencari sebuah media atau alat untuk memudahkan proses penyampaian pesan atau informasi kepada orang lain. Di Indonesia sendiri, pada zaman dulu masyarakat menulis di atas daun lontar dan digabungkan menjadi sebuah buku.

(18)

26

Penemuan mesin cetak pada abad ke -15 oleh Guttenberg memberikan kemudahan untuk masyarakat luas dalam menyampaikan sebuah gagasan, pesan, dan informasi. Sehingga pada saat itu buku mengalami perkembangan yang sangat pesat. Buku di era modern tampil lebih baik dari masa-masa yang sebelumnya dengan bantuan teknologi yang mendukung. Maka pada saat ini telah banyak penerbit buku dan animo masyarakat yang cukup tinggi untuk membeli buku.

Berdasarkan klasifikasinya buku dapat terbagi menjadi beberapa jenis, dalam hal ini para ahli memberikan pendapat yang berbeda-beda. Namun pada umumnya buku terbagi menjadi buku fiksi dan nonfiksi.

Dalam bukunya, Bambang Trim (2013: 7) membedakan buku menurut bidang kreativitasnya, salah satunya buku fiksi merupakan buku yang diciptakan penulis sesuai dengan imajinasinya, bukan merupakan buku dengan cerita yang nyata. Atau dengan kata lain dalam proses penulisan buku fiksi tidak seutuhnya bersumber dari kenyataan yang benar-benar terjadi, akan tetapi dalam proses pembuatannya dipengaruhi oleh sudut pandang penulis dalam memberi penggambaran tokoh, tindakan, latar, alur, pesan, dan nilai dalam buku.

Buku fiksi adalah cerita yang berasal dari imajinasi atau tidak sepenuhnya berasal dari kisah nyata (Wikipedia, Merriam-Webster, Incorporated. 2015).

Sehingga jarang ditemui sebuah fenomena dalam buku fiksi yang benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Buku fiksi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak diminati oleh kalangan remaja pada saat ini.

Adapun pengelompokan jenis buku fiksi berdasarkan isi buku terbagi menjadi beberapa jenis, seperti novel, antologi, komik, maupun dongeng.

(19)

27

Novel sebagai sebuah karya dalam berbentuk buku fisik mampu meningkatkan minat baca masyarakat. Novel dikatakan sebagai buku fiksi karena setiap cerita yang di dalamnya tidak seutuhnya berdasarkan kenyataan, namun juga bersifat rekaan yang imajinatif.

2.3 Karya Sastra Novel

Terdapat beberapa jenis buku fiksi, seperti kumpulan cerita pendek, kumpulan puisi, kumpulan drama, serta novel. Novel merupakan buku fiksi yang tergolong dalam kategori karya sastra dalam periode prosa baru. Karya sastra merupakan jenis prosa baru.

Sastra merupakan suatu karya cipta manusia dalam bentuk lisan maupun tulisan yang kreatif imajinatif dengan bermediumkan bahasa, dengan cara kerja mengotak-atik kata untuk menjadi sedemikian rupa seni isi dalam menggambarkan cerita kehidupan manusia (Toyidin, 2012 : 5). Dalam hal ini sastra sebagai serangkaian pesan verbal dalam proses komunikasi yang disampaikan penulis kepada pembaca yang bermediumkan bahasa dan pembedaharaan kata-kata dalam bentuk tulisan yang dicetak menjadi sebuah buku. Buku cetak mampu meluaskan pesan dan membangun persepsi dengan mengunakan literatur dan buku sebagai sebuah media atau alat dalam komunikasi.

Komunikasi melalui bidang sastra merupakan komunikasi yang melibatkan mekanisme unsur-unsur komunikasi yang tidak dapat berdiri sendiri.

Schmidt menjelaskan bahwa komunikasi sastra melibatkan proses total yang meliputi:

(20)

28

1. Produksi teks, yaitu aktifitas penulis dalam menghasilakan teks tertentu.

2. Teks itu sendiri dengan berbagai problematikanya.

3. Transmisi teks melalui editor, penerbit, toko buku, dan pembaca.

4. Penerima teks, melalui aktivitas pembaca, khususnya pembaca implisit.

Hubungan karya sastra dengan masyarakat merupan kompleksitas hubungan yang bermakna, antar hubungan yang bertujuan untuk saling menjelaskan fungsi-fungsi perilaku sosial yang terjadi pada saat-saat tertentu ( Ratna, 2003:137 ).

Komunikasi dalam bidang sastra merupakan serangkaian pesan verbal yang disampaikan penulis kepada pembaca . Karena sastra bermediumkan bahasa yang terdiri dari pembedaharaan kata-kata yang kemudian disusun menjadi sebuah cerita dengan alur yang menarik dan estetis sehingga mengandung pesan tertulis yang syarat akan nilai-nilai kebaikan. Dalam proses penerbitan novel tersebut melibatkan banyak pihak, mulai dari editor, penerbit, sampai toko buku. Novel sebagai karya sastra memiliki hubungan yang luas antara komunikator dan komunikan yang mendapatkan efek tertentu. Adapun fungsi sastra sebagai diantaranya:

1. Fungsi rekreatif, yaitu sebagai sarana hiburan.

2. Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mendidik karena mengandung nilai kebaikan dan kebenaran.

3. Fungsi estetis, yaitu memberikan nilai-nilai keindahan.

4. Fungsi moralitas, yaitu mengandung nilai moral yang baik.

(21)

29

5. Fungsi religius, yaitu mengandung ajaran agama yang dapat dijadikan teladan para pembacanya (Toyidin, 2012 : 9-10).

Pada umumnya baik buku fiksi (karya sastra) dan nonfiksi (buku ilmiah) memberikan fungsi dan manfaat tersendiri bagi pembacanya. Buku fiksi yang merupakan hasil dari cerita yang tidak sebenarnya terjadi menjadi alasan buku fiksi dikatakan sebagai karya sastra yang memiliki nilai estetis dan menghibur, serta syarat akan nilai-nilai moralitas dan religius yang mendidik dan menambah wawasan para pembaca.

Dalam perkembangannya, karya sastra yang dihasilkan dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu puisi, prosa, dan drama. Prosa disebut sebagai karya fiksi yang memiliki arti cerita khayalan yang tidak benar-benar terjadi. Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak berdasarkan kenyataan dan sejarah (Abrams dalam Toyidin, 2012: 187). Dengan demikian karya fiksi bersifat rekaan yang tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan yang sesungguhnya.

Berdasarkan jenisnya ada dua prosa, yaitu sastra prosa lama dan sastra prosa baru. Prosa lama terbagi menjadi, lite, legenda, fabel, hikayat, dongeng, dan tambo. Prosa lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat pengaruh dan kebudayaan dari Barat. Sedangkan prosa baru adalah karya sastra yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Prosa ada saat Pers masuk ke Indonesia pada abad ke-20. Berdasarkan isi atau sifanya prosa baru dapat digolongkan menjadi beberapa bagian. yaitu roman, cerpen, dan novel (Toyidin, 2012: 209-212).

(22)

30

“Novel berasal dari bahasa Itali novella yang memiliki arti barang baru yang kecil atau cerita pendek berbentuk prosa (Abrams dalam Toyidin, 2009: 9)”

Novel merupakan jenis karya sastra prosa baru yang memiliki cerita rekaan yang tidak benar-benar terjadi dalm kehidupan nyata. Dewasa ini, istilah novella mengandung pengertian yang smaa dengan istilah novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah novelette, yang berarti sebuah karya fiksi yang cukup panjang, tidak terlalu panjang, tidak pula terlalu pendek.

“Dalam The American Collage Dictionary bahwa novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang refrensentatif dalam suatu alur atau keadaan yang kacau dan kusut (dalam Toyidin, 2012: 213).”

Tarigan (dalam Toyidin, 2012: 214) mengungkapkan sebagai karya sastra, novel memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Jumlah kata minimal 35.000 kata

2. Jumlah halaman minimal 100 halaman

3. Waktu minimal untuk membaca kurang lebih 2 jam

4. Pelakunya lebih dari satu orang

5. Menyajikan lebih dari satu impresi

6. Menyajikan lebih dari satu emosi

7. Skalanya lebih luas

(23)

31

8. Unsur-unsur kepadatan dan intesitasnya tidak terlalu diutamakan

Pada buku fiksi khususnya novel terdapat unsur pembentuk yang menjadikan cerita dalam novel memiliki satu kesatuan yang saling mendukung, lengkap dan berurutan. Dalam bukunya (Nurgiyantoro, 2010: 15-18) memberikan beberapa unsur pembentuk novel sebagai berikut:

1. Tema yaitu gagasan dasar umum novel. Gagasan umum dipergunakan untuk mengembangkan cerita.

2. Plot atau alur urutan peristiwa dalam cerita berdasarkan sebab akibat untuk mencapai efek tertentu. Peristiwa tersebut digambarkan melalui sikap dan peristiwa yang terjadi dalam cerita. Terdapat lima tahapan plot (Tasrif dalam Nurgiyantoro, 2010) sebagai berikut:

a) Tahap situation, tahap awal yang mengenalkan situasi, latar dan tokoh.

Tahap adalah tahapan pembuka cerita dan pemberian informasi awal.

b) Tahap generating circumstances, merupakan awal munculnya konflik, konflik berkembang menjadi konflik-konflik selanjutnya.

c) Tahap rising action, peningkatan konflik, konflik semakin berkembang intesitasnya, mencekam dan menegangkan.

d) Tahap climax, konflik atau pertentangan yang terjadi mencapai intesitas puncak. Klimak sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama dan tokoh- tokoh lainnya.

(24)

32

e) Tahap denouement, tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi jalan keluar, cerita diakhiri, tahap ini berksesuaian dengan tahap di atas.

3. Penokohan atau tokoh merujuk pada orang, pelaku cerita yang mengandung watak atau karakter.

4. Latar adalah tempat, waktu, situasi dan lingkungan sosial tempat terjadinya cerita.

5. Sudut pandang menjelaskan siapa yang menceritakan dan berada di posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat.

6. Bahasa merupakan unsur, bahan, alat dan sarana yang diolah untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung nilai lebih seperti buku fiksi khususnya novel sebagai salah satu karya sastra.

6. Moral berisi ajaran baik buruk yang bersangkutan dengan nilai, perbuatan dan sikap..

Novel sebagai karya sastra tersusun dari unsur intrisik dan ekstrinsik. Nilai merupakan unsur ekstrinsik novel, unsur ini bisa juga meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi penulis, maupun nilai-nilai positif yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca di luar unsur intrinsik.

Secara sederhana karya sastra seperti novel dapat dikatakan sebagai sarana untuk berkomunikasi. Novel berisi pesan dan nilai dikemukakan oleh penulis.

Nilai-nilai yang disampaikan penulis akan memberikan sebuah pemahaman baru

(25)

33

tentang konflik yang ada dalam novel serta memahami nilai-nilai yang ada didalamnya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam novel bisa berupa nilai sosial, politik, hukum, ekonomi, agama, dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut dinamis dan berbeda. Dalam artian setiap penulis memiliki nilai-nilai yang berbeda dalam setiap karyanya.

Untuk mendapatkan pengetahuan tentang nilai-nilai pendidikan karakter tersebut, tidak terbatas hanya dapat diperoleh dalam pendidikan formal saja. Akan tetapi pendidikan karakter juga dapat diperoleh dari luar pendidikan formal, seperti dalam lingkungan keluarga, pertemanan, masyarakat, maupun dari buku fiksi atau non fiksi untuk menambah pemahaman tentang nila-nilai pendidikan karakter tersebut.

Minat baca masyarakat khususnya remaja cukup tinggi pada karya- karya sastra, mengingat karya sastra khususnya novel memiliki daya tarik tersendiri bagi remaja. Hal ini terlihat pada antusiasnya remaja dalam membeli novel d i toko buku maupun dalam menghadiri acara kepenulisan yang berkaitan dengan bedah buku khususnya novel.

2.3.1 Novel Pergi Karya Tere Liye

Tere Liye merupakan salah satu penulis karya sastra produktif yang telah menghasilkan 42 karya dan meraih berbagai penghargaan dalam bidang kepenulisan, seperti dalam IKAPI Award kategori Writer of The Year 2016, Islamic Book Award 2017 sebagai Buku Islami Terbaik Fiksi Dewasa. Pada tahun

(26)

34

2018 lalu novel yang berjudul Pergi mencapai angka penjualan yang relatif tinggi, yang menduduki peringkatt 4 Novel Best Seller dari 10 Daftar Novel Indonesia Best Seller Versi Gramedia, selain itu Tere Liye juga berada pada peringkat 3 dalam kategori 7 Penulis Best Seller sepanjang Mei 2019 versi Gramedia.

Terhitung sudah ada 6 novel karyanya yang telah diadaptasi ke layar lebar sejak tahun 2005 lalu saat Tere Liye mengawali karirnya sebagai penulis.

Judul : Pergi Penulis : Tere Liye Co-author :Sarippudin

Penerbit : Republika Penerbit Tebal Buku : 455 halaman (31 bab) Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : April 2018 ISBN : 9786025734052

Novel Pergi karya Tere Liye novel adalah sekuel dari bovel Pulang.

Dalam Novel Pulang mengisahkan tokoh utama yang bernama Bujang pada usia kanak-kanak. Sedangkan pada novel Pergi, Tere Liye melanjutkan kisah Bujang saat menginjak usia dewasa. Di mana pada saat dewasa Bujang mengalami konflik-konflik yang lebih rumit, ia berusaha mencari makna hidup yang sebenarnya, tentang menemukan tujuan, kemana hendak pergi, apa yang harus dilakukan, bersama siapa, dan apa kendaraannya.

(27)

35

Permasalahan-permasalahan pun bermunculan, membuatnya semakin rumit tak karuan, ketika ia harus berhadapan dengan Master Dragon seorang pemimpin dari keluarga Shadow Economy. Akhirnya Bujang segera melepaskan tahta jabatannya sebagai Tauke Besar kepada Basyir. Dan ia mulai menemui simpul perjalanan hidupnya, Bujang pergi mencari tantangan baru dalam hidupnya.

"Kemana kita akan pergi? Apa yang harus dilakukan? Berangkat ke mana?

Bersama siapa? Apa 'kendaraannya'? dan kemana Tujuannya? Apa sebenarnya tujuan hidup kita? Itulah persimpangan hidupmu sekarang, Bujang. Menemukan jawaban tersebut. ' Kamu akan pergi kemana', nak?" (Hal. 86)

2.4 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Nilai adalah persoalan kompleks dalam kehidupan manusia. Karena nilai ada dalam segala aspek hubungan antar manusia. Nilai menjadi sesuatu yang sangat penting dan berharga untuk terus melekat dalam diri setiap individu. Dalam kehidupan sehari-hari persoalan tentang nilai kerap menjadi sebuah pembahasan yang selalu melekat apalagi dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Dalam filsafat ilmu persoalan nilai atau aksiologi memiliki arti kegunaan dari ilmu itu sendiri. Seperti dalam sebuah komunikasi yang memiliki maksud dan tujuan tertentu, nilai menjadi sesuatu yang sangat melekat dalam setiap proses komunikasi. Nilai secara etimologi nilai berasal dari kata value yang berartikuat, baik, berharga, dan berguna.

(28)

36

Maka dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu konsep yang menyangkut sikap manusia dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, maupun dengan masyarakat. Dalam sebuah nilai terdapat sesuatu berharga yang menunjukan kualitas yang berguna untuk pedoman hidup manusia tentang baik dan buruk, boleh atau tidak, penting dan tidak penting, maupun tentang benar atau salah yang telah disepakati dan diterima oleh masyarakat sebagai pedoman untuk bertindak. Nilai sangat penting esensinya untuk dipahami sebagai acuan untuk bertindak dan berprilaku sesuai dengan aturan dan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan.

Nilai-nilai pendidikan karakter adalah suatu konsep yang menyangkut sikap manusia dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, maupun dengan masyarakat. Dalam sebuah nilai terdapat sesuatu berharga yang menunjukan kualitas yang berguna untuk pedoman hidup manusia tentang baik dan buruk, boleh atau tidak, penting dan tidak penting, maupun tentang benar atau salah yang telah disepakati dan diterima oleh masyarakat sebagai pedoman untuk bertindak. Pendidikan karakter merupakan pondasi pendidikan yang sangat penting untuk membentuk generasi yang berkarakter baik dan terpuji. Karena pentingnya nilai-nilai pendidikan karakter, pemerintah melakukan Penguatan Pendidikan Karakter yang tertuang dalam Perpres RI Nomor 87 Tahun 2017 Ayat 3, yang berbunyi sebagai berikut:

“PPK dilaksanakan dengan menrapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

(29)

37

komunikatif/bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.” (Sumber: hukumonline.com)

2.5 Analisis Isi Berelson & Kerlinger

Pada tahun 1952 Bernard Berelson mempublikasikan buku Content Analysis in Communication Research. Mulai saat itulah metode tersebut digunakan para sarjana untu meneliti berbagai isi media massa secara ilmiah (Suyanto, 2005: 126). Terhitung dari tahun 1987 sampai saat ini metode analisis isi kuantitatif digunakan untuk meneliti konten di televisi maupun media cetak.

Berelson dan Holsti menilai bahwa analisis isi hanya dapat dipakai untuk menyelidiki isi yang tampak. Isi yang tampak adalah bagian isi yang terlihat secara nyata, ada di dalam teks (Eriyanto, 2011: 23-24).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis isi dari Berelson dan Kerlinger yaitu metode analisis isi yang dilakukan secara sistematik, objektif, kuantitatif dan menganalisis isi yang tampak (Suyanto, 2005: 126-127).”

Prinsip sistematik dilakukan dengan melakukan tahapan unit konteks, unit sampling dan unit pencatatan. Prinsip objektif dilakukan dengan tahapan kategorisasi, uji validitas dan uji reliabilitas. Sedangkan kuantitatif dan menifest dilakukan dengan mencantumkan nilai bilangan, frekuensi, dan menggambarkan isi yang nyata.

Pada analisis isi kuantitatif peneliti hanya meneliti pesan yang tampak dan umum tidak secara mendalam dan subjektif.

(30)

38 2.6 Kerangka Pemikiran

Tabel 2.2

Kerangka Pemikiran

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter (Perpres Nomor 87 Tahun 2017 ayat 3) dalam Novel

Pergi Karya Tere Liye

Analisis Isi Berelson & Kerlinger

Sistematik

Kuantitatif dan Manifest

Objektif

 Unit sampling

 Unit pencatatan

 Unit konteks

 Kategorisasi

 Uji validitas

 Uji reliabilitas

 Nilai bilangan

 Frekuensi

 Isi yang nyata

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

1. Religius 3. Kerja keras 5. Bersahabat/komunikatif 2. Disiplin 4. Rasa ingin tahu 6. Tanggung jawab

Gambar

Gambar  di  atas  merupakan  gambaran  individu  yang  dihadapkan  pada  berbagai  pilihan  media  massa  (Ardianto  dkk,  2007:  40)
Gambar 2.2  Jumlah Penerbit Buku

Referensi

Dokumen terkait

Kanker Payudara Cita Rasa Asupan Makan Pasien Kanker Payudara Tingkat Kepuasan Pelayanan Makanan Asupan Energi Asupan Protein Asupan Zink Status Gizi Penampilan Makanan

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk

Abatement Cost yang dikeluarkan terkait dengan proses IPAL yang bertujuan mengolah limbah cair melalui pengurangan konsentrasi ambient tiap parameter limbah cair

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa belajar budaya Jepang melalui pemanfaatan sumber belajar dapat memotivasi pembelajar bahasa Jepang dalam

Tapi pelatih mungkin ingin Anda untuk lebih berkonsentrasi pada bermain pertahanan rapat pada pencetak skor tim lawan, atau mencoba lebih banyak passing kepada rekan tim Anda untuk

[r]

Kemudian hasil interpolasi Bicubic dengan masing-masing sub-band frekuensi DWT ditambahkan dengan sub-band frekuensi LH, HL, dan HH pada ekstraksi SWT yang telah dilakukan pada

Salah satu etika komunikasi massa adalah melakukan kritk yang membangun terhadap hal-hal yang berjalan tidak menurut semestinya, baik di lihat dari sudut undang-undang