• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA Penelitian Studi Kasus di SMK Negeri 13 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA Penelitian Studi Kasus di SMK Negeri 13 Bandung."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA (Penelitian Studi Kasus di SMK Negeri 13 Bandung)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

SILVIA RAHMELIA 1101972

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

Oleh:

SILVIA RAHMELIA

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

©SILVIA RAHMELIA 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian

(3)
(4)
(5)

ii

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Dewasa ini perkembangan ICT (information and communication technology) merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. ICT telah menjadi bagian dari lingkungan budaya yang dihasilkan pola dinamika masyarakat. Peranannya begitu kuat terhadap tatanan kehidupan termasuk dunia pendidikan, khususnya proses belajar mengajar. Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar oleh guru PKn, peranannya dalam mengembangkan civic disposition atau karakter kewarganegaraan siswa di SMK Negeri 13 Bandung. Disamping itu, penelitian ini bertujuan mengungkapkan dan memberikan gambaran secara mendalam situasi dan kondisi di SMK Negeri 13 Bandung meliputi pemahaman guru PKn mengenai arti dan fungsi ICT sebagai sumber belajar; cara guru PKn memanfaatkan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar; proses pembelajaran PKn dengan memanfaatkan lingkungan berbasis ICT; lingkungan berbasis ICT dalam mengembangkan civic disposition siswa; dan kendala guru PKn dalam memanfaatkan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar. Grand Theory yang digunakan dalam penelitian ini ialah Teori Belajar dari Winkel, bahwa

‘belajar sebagai interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan

(6)

iii

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

(7)

iv

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Nowdays, development of ICT (information and communication technology) constitute to a non-negotiable matter. ICT become section from

culture environtment that produced by dynamic society’s pattern. ICT character’s extremely powerful concerning to the social order of society included education, excatly teaching learning’s process. This research focused on the

subject of utilization environtment that base on ICT as learning resources by

civic education’s teacher, and then ICT’s function in fostering student’s civic disposition or student’s citizenship character in SMK Negeri 13 Bandung.

Despitefull, this research have several purposes that is reveal and give information about situation and condition in SMK Negeri 13 Bandung include

comprehension of civic education’s teacher about ICT’s sense and function; teaching and learning process base on ICT; ICT’s environtment within fostering

student’s civic disposition; and difficulty of teacher when they use ICT as learning resources. Grand theory that used in this research is ‘learning theories’ by Winkel, he said that ‘learning as an active interaction with environtment, that

produce value-attitude change’. This research use qualitative approach and

quantitative for reinforced data. Data aggregation’s technique that use in this

research are observation, interview, and document study for qualitative data. Then, for quantitative data researcher used questionnaire and attitude measuring.

Results from this research indicate that civic education’s teacher in SMK Negeri

13 Bandung already have comprehension about a sense and function of ICT. Its proven from several indicator, that is awakening from teacher concerning to ICT,

teacher’s method when they use ICT as learning resources. Before the teacher use ICT as learning resources, they make a lesson planning called ‘RPP’. And what is

more is kind of ICT e.g e-learning, email, and edmodo with LAN network that use by teacher. Teaching and learning process that held in SMK Negeri 13 Bandung

use ‘Human Right’ case in civic education material. They use ICT environtment in

their school such as browsing for finding the chapter, email and e-learning for

task, LCD proyektor with the screen, laptop, and smartphone. Utilization of ICT’s environtment already fostering student’s civic disposition that is character like

honesty, be autonomous, responsible, discipline, democratic, and polite. Difficulty of ICT’s utilization there is restrictiveness from the teacher when finding material for presentation, because the material must be relevant. Thereby, teacher must give attetion constantly about enthusiasm and being active of student when class happens though use ICT. For school had better realize for completed ICT’s tools. For department and another researcher in order to continual fostering civics or

civic education within ICT’s development.

(8)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu iv

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Teori Belajar dan Pembelajaran ... 9

B. Lingkungan sebagai Sumber belajar ... 16

C. Pembelajaran PKn di Sekolah... 29

D. Pengembangan Civic Disposition Melalui Lingkungan Berbasis ICT ... 34

E. Penelitian Terdahulu ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 42

B. Desain Penelitian... 44

C. Metode Penelitian ... 47

D. Definisi Operasional ... 48

E. Instrumen Penelitian ... 50

(9)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu v

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 58

1. Profil SMK Negeri 13 Bandung ... 58

2. Visi dan Misi Sekolah ... 60

3. Kondisi Guru dan Staf Tata Usaha ... 61

4. Kondisi Siswa ... 62

5. Kondisi Sarana dan Prasarana... 62

6. Gambaran Umum Lingkungan SMK Negeri 13 Bandung ... 64

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 66

1. Kompetensi Guru dalam Memahami Arti dan Fungsi ICT ... 66

2. Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajar PKn ... 70

3. Proses Pembelajaran PKn dengan Memanfaatkan Lingkungan Berbasis ICT ... 79

4. Lingkungan Berbasis ICT dalam Mengembangkan Civic Disposition Siswa ... 84

5. Kendala Guru dalam Memanfaatkan Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajar... 102

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 104

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 126

A. Simpulan ... 126

B. Saran... 129

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan pada hakikatnya harus dimaknai sebagai proses belajar

mengajar yang lebih dari sekadar kegiatan guru dan siswa di kelas secara tertutup

(pengajaran). Akan tetapi, sudah selayaknya pendidikan ditafsirkan secara

aplikatif menjadi proses pembelajaran yang tidak lagi mengenal kelas dalam arti

konvensional. Pembelajaran yang ideal dewasa ini mencakup kegiatan belajar

mengajar yang turut serta menanamkan sejumlah aspek moral ke dalam jiwa

peserta didik dalam rangka pembentukan watak kewarganegaraan.

Hal ini sejalan dengan cita-cita pendidikan Indonesia sebagaimana

tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, yaitu sebagai berikut.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan peserta didik menjadi manusia

Indonesia yang berkualitas, potensi peserta didik harus ditempa dan

dikembangkan agar seimbang antara keterampilan fisik, keterampilan psikologis,

dan keterampilan sosialnya. Selain itu kegiatan pembelajaran harus mengacu pada

proses interaksi edukatif. Guru dan siswa berada dalam satu relasi kejiwaan untuk

bersama-sama menanam kebaikan dalam rangka menumbuhkan moralitas peserta

didik.

Interaksi edukatif berbasis moralitas sangat dibutuhkan peserta didik. Hal

ini mengingat kebutuhan kompetensi masa depan peserta didik sebagaimana

diperinci dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi

(11)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Kemampuan peserta didik yang diperlukan yaitu antara lain kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif dengan mempertimbangkan nilai dan moral Pancasila agar menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, toleran dalam keberagaman, mampu hidup dalam masyarakat global, memiliki minat luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan peduli terhadap lingkungan.

Dalam menciptakan interaksi edukatif melalui proses pembelajaran

diperlukan sumber belajar yang variatif. Dengan alasan bahwa setiap sumber

belajar menghasilkan kompetensi tertentu pada diri peserta didik. Semakin variatif

sumber belajar yang digunakan guru, semakin besar pula peluang ketercapaian

kompetensi peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan variasi sumber belajar yang

digunakan guru dapat memacu tingkat berpikir siswa melebihi tataran teoritis.

Siswa dituntut untuk melibatkan pengolahan sikap serta keterampilannya dalam

belajar. Ketika sumber belajar yang digunakan guru tak lagi berbentuk teks yang

kaku, otomatis siswa harus mampu mengeksplorasi berbagai informasi baik yang

tersedia di lingkungan sekolah, maupun di luar sekolah. Misalnya dalam

pemanfaatan lingkungan sekolah berbasis ICT sebagai sumber belajar.

Dewasa ini, ICT (Information and Communication Technology) atau

dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah TIK (Teknologi Informasi dan

Komunikasi) merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. Pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan telah memacu perubahan hampir di setiap aspek

kehidupan termasuk di dalamnya dunia pendidikan. Teknologi menjadi bagian

dari lingkungan budaya yang dihasilkan pola dinamika masyarakat. Kehadirannya

telah melahirkan berbagai kemudahan sehingga dapat memberikan peningkatan

efektifitas dan efisiensi kinerja.

ICT sebagai produk globalisasi terbentuk atas transfer informasi yang

tidak lagi terbatas ruang dan waktu. Kecepatan dan kemudahan akses informasi

membuat ICT terbentuk dan menjadi bagian dari lingkungan budaya manusia.

Pengaruhnya begitu kuat terhadap tatanan kehidupan, sehingga telah melibatkan

aspek nilai dan moral tersendiri di dalamnya. Begitu pun ketika ICT digunakan

(12)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Teknologi sebagai bentukan dari lingkungan budaya telah menciptakan

tatanan nilai dan norma yang baru dalam masyarakat. Kemajuan ICT telah

mempengaruhi kehidupan warga negara. “.. ICTs do not necesarilly produce new

citizens but that they do provided for new and important citizenship practice

(Hermes 2006:295)”. ICT tidak selalu menghasilkan warga negara baru tetapi ICT menyediakan hal yang baru dan penting bagi praktik kewarganegaraan.

Dengan demikian, pendidikan harus mampu menjadi wadah untuk membelajarkan

peserta didik agar memiliki kebiasaan baik dalam memanfaatkan kecanggihan

teknologi.

Dunia pendidikan telah lama mengadopsi ICT untuk digunakan dalam

proses pembelajaran. Hal ini disebabkan kebermanfaatannya yang dapat dirasakan

baik oleh siswa maupun guru. Siswa dapat lebih mudah mengakses informasi

selain dari buku teks yang dipegangnya untuk dijadikan sumber belajar. Akses

informasi tersebut bisa melalui internet, e-learning, media interaktif, dan

sebagainya. Kemudian kemudahan bagi guru ialah saat penyampaian materi

pembelajaran. Dengan adanya ICT, materi pembelajaran dapat mudah

tersampaikan. Misalnya saja saat guru akan menampilkan hasil quick count

pemilu secara langsung dari koran online di internet, atau ketika guru akan

menampilkan video suasana pemilu. Pencarian materi pembelajaran tersebut

sudah tentu harus melalui ICT, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan

dapat tercapai.

Merujuk aliran konvergensi dalam perkembangan individu sebagaimana

dikemukakan Syah (dalam Riyanto, 2012: 3) bahwa faktor lingkungan sangat

dominan dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan manusia. Menurut

Syah, proses perubahan (perkembangan) pada manusia dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu sebagai berikut.

Pertama, faktor internal individu. Dalam individu terdapat bakat atau sesuatu dari pembawaan sejak lahir, baik dalam bentuk fisik maupun sifat/potensi psikologis tertentu.

(13)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

prasarana), dan pengalaman belajar dari interaksi dengan lingkungan sekitar.

Dari penjelasan di atas dapat dicermati bahwa lingkungan dalam artian

sarana prasarana pun turut menjadi faktor eksternal perkembangan seorang

manusia. Termasuk pula di dalamnya proses interaksi edukatif antara siswa dan

guru ketika pembelajaran, yakni dengan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber

belajar.

Proses pembelajaran dengan memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar

sangat dibutuhkan, terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) terkait misi nasionalnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui

koridor value-based education. Karena dituntut untuk melakukan pembelajaran

berbasis nilai, dalam Pendidikan Kewarganegaraan dikembangkan pula

kompetensi kewarganegaraan siswa terutama watak kewarganegaraannya (civic

disposition). Watak kewarganegaraan ini mencakup nilai-nilai seperti disiplin,

bertanggung jawab, percaya diri, jujur, mandiri, dan sebagainya.

Pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar, merupakan

hal yang menarik untuk diteliti. Mengingat ICT ini dapat mengantarkan siswa

untuk berlatih belajar secara inquiry. Berbagai informasi yang tersedia di internet

sebagai bagian dari perkembangan ICT, dapat melatih siswa untuk belajar kreatif

dan mandiri. Selain itu, guru tidak lagi bertindak sebagai sumber belajar tunggal.

Guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam penggunaan ICT sebagai sumber

belajar di sekolah.

Berdasarkan pengamatan melalui observasi langsung di beberapa sekolah,

didapatkan kesimpulan bahwa sekolah dengan lingkungan berbasis ICT ialah

SMK Negeri 13 Bandung. Sekolah tersebut merupakan salah satu SMK di

Indonesia yang dipotensikan sebagai sekolah berbasis ICT. Sarana dan prasarana

untuk menunjang proses pembelajaran sangat memadai. Sebagian besar

pembelajaran sudah berjalan secara online dan on-LAN (local area network).

Pengembangan teknologi jaringan sekolah ini sengaja dilakukan dan dipelopori

(14)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran berbasis ICT terutama pada mata pelajaran PKn, telah lama

diterapkan di SMKN 13 Bandung. Penggunaan ICT ini tidak sekedar pengadaan

LCD proyektor atau perangkat komputer semata. Akan tetapi sekolah ini telah

lama mengembangkan jaringan sekolah sendiri untuk berbagi informasi tentang

materi pembelajaran. Baik itu berupa penggunaan internet sebagai sumber belajar,

mengirim tugas lewat email, forum diskusi pada web sekolah, hingga UJON

(Ujian Online) melalui jaringan On-LAN (local area network) yang

dikembangkan oleh sekolah secara swadaya.

Pemanfaatan sekolah berbudaya lingkungan berbasis ICT mencakup: (1)

proses pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar dalam mata

pelajaran PKn, (2) pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar

dalam rangka mengembangkan civic disposition siswa. Peneliti memiliki asumsi

bahwa pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar pada mata

pelajaran PKn di SMKN 13 Bandung, telah lama diterapkan sejak sekolah

tersebut mengembangkan jaringan swadaya sekolah (On-LAN).

Berdasarkan asumsi yang dikemukakan, peneliti bermaksud mengkaji

lebih lanjut tentang kaitan antara pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai

sumber belajar, peranannya terhadap pengembangan civic disposition siswa. Maka

peneliti merumuskan judul: “Studi tentang Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajar dalam Mengembangkan Civic Disposition Siswa (Penelitian Studi

Kasus di SMKN 13 Bandung).

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penelitian ini

berfokus pada permasalahan sebagai berikut.

1. Pemahaman guru PKn mengenai arti dan fungsi ICT sebagai sumber belajar.

2. Proses pemanfaatan lingkungan berbasis ICT oleh Guru PKn sebagai sumber

belajar.

3. Pelaksanaan pembelajaran PKn dengan memanfaatkan lingkungan berbasis

(15)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

4. Pembelajaran PKn di sekolah dianggap monoton dan konvensional, sehingga

dirasa kurang mengembangkan civic disposition siswa. Pemanfaatan

lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar memacu siswa berpikir

kreatif dan mandiri sehingga dapat mengembangkan civic disposition siswa.

Hal tersebut tergambar dalam ukuran keberhasilan siswa melalui hasil belajar.

5. Kendala yang terjadi pada saat memanfaatkan lingkungan berbasis ICT

sebagai sumber belajar, karena dalam setiap proses pembelajaran tidak

terlepas dari kekurangan dan kendala. Dengan demikian diperlukan evaluasi.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Secara umum, rumusan masalah dalam penelitian ini ialah „bagaimana

lingkungan berbasis ICT dapat mengembangkan civic disposition siswa di SMKN

13 Bandung‟. Kemudian berdasarkan paparan dalam poin identifikasi masalah,

rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Apakah guru PKn di SMKN 13 Bandung memahami arti dan fungsi ICT

sebagai sumber belajar?

2. Bagaimana guru PKn di SMKN 13 Bandung memanfaatkan lingkungan

berbasis ICT sebagai sumber belajar ?

3. Bagaimana proses pembelajaran PKn dengan memanfaatkan lingkungan

berbasis ICT sebagai sumber belajar di SMKN 13 Bandung?

4. Bagaimana lingkungan berbasis ICT dapat mengembangkan civic

disposition melalui hasil belajar afektif siswa di SMKN 13 Bandung?

5. Apa saja kendala dan upaya guru PKn dalam memanfaatkan lingkungan

berbasis ICT sebagai sumber belajar di SMKN 13 Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan, menggali,

mengkaji, dan mengorganisasikan informasi tentang:

1. pemahaman guru PKn di SMKN 13 Bandung mengenai arti dan fungsi

(16)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

2. cara guru PKn di SMKN 13 Bandung dalam memanfaatkan lingkungan

berbasis ICT sebagai sumber belajar;

3. proses pembelajaran PKn dengan memanfaatkan lingkungan berbasis ICT

sebagai sumber belajar di SMKN 13 Bandung;

4. lingkungan berbasis ICT dalam mengembangkan civic disposition melalui

hasil belajar afektif siswa di SMKN 13 Bandung;

5. kendala dan upaya guru PKn dalam memanfaatkan lingkungan berbasis

ICT sebagai sumber belajar di SMKN 13 Bandung.

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian

1. Manfaat/Signifikansi dari Segi Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan

Pendidikan Kewarganegaraan dalam konteks pemanfaatan lingkungan berbasis

ICT sebagai sumber belajar. Dengan demikian dihasilkan pembelajaran PKn

berbasis teknologi (ICT) yang dapat mengembangkan civic disposition siswa.

Sebagai upaya agar siswa mampu memanfaatkan ICT sesuai dengan tata nilai

norma yang baik dan bertanggung jawab.

2. Manfaat/Signifikansi dari Segi Praktik

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Memberikan informasi tentang sekolah yang memanfaatkan lingkungan

berbasis ICT sebagai sumber belajar;

b. Memberikan pengetahuan bagi guru untuk lebih meningkatkan proses

pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga dapat

mengembangakan aspek afektif siswa (civic disposition) dalam belajar;

c. Memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai pemanfaatan

lingkungan berbasis ICT dalam memperkaya informasi sebagai sumber

(17)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

d. Memberikan pengalaman bagi sekolah-sekolah lain agar dapat turut serta

mengembangkan pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber

belajar, terutama dalam mata pelajaran PKn.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi diperlukan untuk memperlancar penulisan serta

bertujuan agar lebih sistematis dalam penyusunan skripsi. Adapun struktur

organisasi skripsi ini ialah sebagai berikut.

BAB I mengenai pendahuluan, berisi tentang latar belakang penelitian,

identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,

manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II mengenai kajian pustaka, berisi konsep-konsep, teori-teori,

dalil-dalil, penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, serta posisi

teoretis peneliti yang berkenaan dengan belajar dan pembelajaran, ICT, dan civic

disposition (karakter warga negara).

BAB III mengenai metode penelitian, berisi tentang lokasi dan subjek

penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan

analsisis data.

BAB IV mengenai hasil penelitian dan pembahasan, berisi pengolahan

atau analisis data yang berkaitan dengan masalah lingkungan sebagai sumber

belajar dalam mengembangkan civic disposition siswa. Sekaligus dengan

pembahasannya mengenai subjek penelitian (SMKN 13 Bandung)

BAB V mengenai simpulan dan saran, berisi tentang uraian penafsiran dan

(18)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri

13 yang beralamat di Jalan Soekarno-Hatta Km.10 Jati Sari, Buah Batu, Kota

Bandung 40286. Sekolah ini dipilih dengan pertimbangan bahwa berdasarkan

pengamatan dan perbandingan yang telah dilakukan dengan sekolah-sekolah lain, SMKN 13 Bandung dengan visinya “Menjadi Sekolah Menengah Kejuruan

Bertaraf Internasional yang Berbudaya Lingkungan” dengan salah satu misinya, “menerapkan pembelajaran berbasis lingkungan dan ICT (information and

communication technology) dan bilingual” telah lama menerapkan pembelajaran berbudaya lingkungan berbasis ICT, yakni sejak lima tahun lalu.

Kemudian berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti,

SMKN 13 Bandung memiliki fasilitas ICT yang cukup memadai dan seringkali

dipergunakan secara rutin. Bahkan sekolah ini sudah melaksanakan sistem

pembelajaran dan ujian tidak hanya secara online, namun juga secara on-LAN

(local area network) dengan sistem jaringan yang dibuat secara swadaya oleh

sekolah.

2. Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan tergolong penelitian kualitatif. Dalam

penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley

(dalam Sugiyono, 2009: 297-298) dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas

(activity) yang berinteraksi secara sinergis.

Akan tetapi pada dasarnya suatu penelitian kualitatif tidak hanya

mengamati situasi sosial semata, namun juga setiap tahapan dari proses penelitian

(19)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Spradley menggambarkan populasi penelitian kualitatif sebagai berikut.

Gambar 3.1

Situasi Sosial (Social Situation)

Situasi sosial sebagai populasi dari penelitian ini ialah meliputi: (1) Place

atau tempat, yaitu SMKN 13 Bandung; (2) Actor atau orang, yaitu warga SMKN

13 Bandung; (3) Activity atau aktivitas, yaitu kegiatan sehari-hari siswa di

sekolah.

Sementara itu sampel dalam penelitian ini dikarenakan menggunakan

desain penelitian kualitatif, maka bukan dinamakan responden. Hal ini diperkuat

oleh pendapat Sugiyono (2009: 298-299) mengenai sampel dalam penelitian kualitatif, yaitu “Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian”.

Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif ditentukan berdasarkan

sumber data. Terdapat dua jenis teknik pengambilan sampel yang sering

digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu purposive sampling dan snowball

sampling. Berdasarkan pertimbangan data yang ingin didapat, peneliti memilih

penentuan sumber data yang dilakukan secara purposive. Sugiyono (2009: 300), mengemukakan bahwa “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.”

Purposive sampling dipilih dengan mempertimbangkan orang-orang yang

dianggap paling tahu lokasi penelitian (SMKN 13 Bandung). Dengan pemilihan

teknik purposive sampling, peneliti dapat mengetahui siapa saja yang dapat

dijadikan subjek penelitian.

Place/tempat

Activity/aktivitas Actor/Orang

(20)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan konsep mengenai teknik pengambilan sampel pada penelitian

kualitatif, sasaran penelitian atau sumber data dalam penelitian ini ialah sebagai

berikut.

Tabel 3.1 Sasaran Penelitian

No. Informan Jumlah

1. Kepala Sekolah 1 orang

2. Guru PKn 2 orang

3. Perwakilan Siswa Kelas XI 40 orang

Jumlah 43 orang

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bagian yang sangat menentukan dalam suatu

penelitian. Desain penelitian adalah hal yang menentukan peran seorang peneliti

dalam realitas yang dikaji. Ada empat pertanyaan dasar yang menjadi kerangka

konseptual dalam sebuah desain penelitian, sebagaimana dijelaskan oleh Denzin

dan Lincoln (2009: 253) sebagai berikut.

Ada empat pertanyaan dasar yang menjadi kerangka konseptual dalam sebuah desain penelitian: (a) bagaimana sebuah desain penelitian terkait dengan paradigma penelitian yang digunakan? Artinya, bagaimana bukti-bukti materiil dirangkum dan dikaitkan dengan paradigma dalam pertanyaan penelitian? (b) siapa dan apa yang akan diteliti (c) strategi-strategi penelitian apa saja yang digunakan (d) perangkat metodologi dan penelitian apa yang digunakan untuk menghimpun dan menganalisis data-data materiil?

Terkait dengan paradigma penelitian yang digunakan, dalam desain

penelitian ini dipilih pendekatan kualitatif. Bertolak dari rumusan masalah dalam

bentuk pertanyaan penelitian yang telah disusun sebelumnya, demi mempermudah

dalam menjawab pertanyaan penelitian dipilihlah pendekatan kualitatif dengan

alasan sebagai berikut.

Pertama, peneliti bermaksud mengungkap satu fenomena mengenai

perkembangan ICT sebagai suatu lingkungan budaya jika digunakan dalam

(21)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

perkembangan ICT sebagai suatu lingkungan yang digunakan sebagai sumber

belajar. Demi mendapatkan gambaran yang menyeluruh, pendekatan kualitatif

dirasa cocok untuk digunakan mengingat deskripsi data yang dibutuhkan.

Qualitative researcher seek to understand a phenomenon by focusing on the total picture rather than breaking it down into variables. The goal is a holistic picture and depth of understanding rather than a numeric analysis of data (Ary, Jacobs, dan Sorensen, 2006: 29)

Peneliti kualitatif mencoba memahami satu fenomena dengan memustkan

pada gambaran secara keseluruhan daripada memecahkan fenomena itu menjadi

beberapa variabel. Tujuannya adalah sebuah gambaran menyeluruh dan

memahami secara mendalam fenomena tersebut lebih dari sekedar suatu analisis

data numerik.

Kedua, peneliti menganggap pemanfaatan lingkungan berbasis ICT

sebagai sumber belajar merupakan salah satu upaya dalam mengembangkan civic

disposition siswa. Dengan alasan bahwa ICT sebagai suatu lingkungan budaya

yang dihasilkan dari dinamika pengetahuan masyarakat mengandung unsur-unsur

nilai baru sebagai bentuk pergeseran dari perkembangan ilmu pengetahuan.

Nilai-nilai baru yang terkandung dalam penggunaan ICT terutama ketika

digunakan sebagai sumber belajar, perlu dikaji secara natural. Sebab peneliti perlu

memperhatikan karakter nilai dalam civic disposition siswa secara riil. Danial dan

Warsiah (2009: 60) berpendapat “pendekatan ini melihat suatu objek dalam konteks „natural‟ alamiah apa adanya bukan parsial. Sehingga dikenal dengan pendekatan naturalistik”.

Ketiga, bertolak dari pendapat Denzin dan Lincoln sebagaimana telah

dikemukakan sebelumnya bahwa dalam suatu desain penelitian terdapat

penjelasan mengenai hal apa dan siapa yang akan diteliti. “Penelitian kualitatif

tentang siapa (who) dan apa (what) yang hendak diteliti mencakup berbagai

contoh kasus yang bersumber dari fenomena-fenomena dan proses-proses sosial”

(Denzin dan Lincoln, 2009: 255).

Hal apa yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai

(22)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

mengembangkan civic disposition siswa. Penelitian ini mencakup proses-proses

dari mulai pengetahuan guru mengenai ICT, perencanaan, pelaksanaan, hingga

pengamatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn di SMKN 13 Bandung.

Keempat, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena

bertujuan untuk memahami masalah atau keadaan dari sekelompok individu atau

orang. Creswell (2012: 39) mengemukakan pengertian mengenai penelitian

kualitatif sebagai berikut.

In qualitative research, we see different major characteristics at each stage of the research process: such as exploring a problem and developing a detailed understanding of a central phenomenon, etc.

Dalam penelitian kualitatif terlihat perbedaan karaktersitik, salah satunya

ialah menyelidiki suatu permasalahan dan mengembangkan suatu pemahaman

yang terperinci dari suatu fokus kejadian. Selain itu, Moleong (2010: 5)

mengemukakan bahwa

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang suatu fenomena dalam suatu latar belakang yang berkonteks khusus.

Sementara itu, dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa karakteristik

sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2009: 21-22) sebagai berikut.

a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci;

b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka; c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau

outcome;

d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif;

e. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati)

Dari penelitian ini diharapkan dapat dikumpulkan data sebanyak mungkin

sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan dengan tidak mengesampingkan

keakuratan data yang diperoleh.

(23)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Metode menurut Danial dan Warsiah (2009: 61), “pada dasarnya merupakan alat yang digunakan untuk mencapai sesuatu”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Hal ini disebabkan salah satu

karakteristik utama dari perisetan kualitatif adalah fokus pada studi intensif kasus

tertentu, yaitu kasus dari sebuah fenomena.

Ary, Jacobs, dan Sorensen (2006: 454), mengemukakan definisi dari studi

kasus sebagai berikut.

A case study focuses on a single unit to produce an in-depth description

that is rich and holistic. The underlying question is “What are the characteristics of this particular entity, phenomenon, person, or setting?”

Case studies typically include multiple sources of data collected over time.

Studi kasus terfokus pada satu kesatuan tunggal untuk menghasilkan

deskripsi yang mendalam, beraneka ragam, dan holistik. Pertanyaan yang

mendasarinya adalah apa karakteristik dari suatu kejadian khusus, fenomena,

orang, atau keadaan. Studi kasus secara khas memasukkan beragam sumber dari

data yang dikumpulkan sepanjang waktu penelitian.

Pengertian lain dikemukakan oleh Danial dan Warsiah (2009: 63), yaitu “Metode ini merupakan metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, institusi dan komunitas masyarakat tertentu”. Sesuai dengan aspek yang hendak diteliti mengenai lingkungan berbasis ICT serta perannya dalam mengembangkan

civic disposition siswa, maka metode studi kasus ini dianggap relevan untuk

memperoleh data yang dibutuhkan peneliti.

Tujuan daripada pengamatan (studi kasus) adalah untuk menyelidiki suattu

fenomena secara intensif sesuai dengan lokasi dan subjek/sasaran penelitian.

(24)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Tujuan dari pada pengamatan (studi kasus) adalah untuk menyelidiki

secara mendalam dan untuk menganalisis secara intensif suatu fenomena beragam

yang merupakan lingkaran kehidupan dari suatu kesatuan dengan satu sudut

pandang untuk menetapkan generalisasi tentang populasi yang lebih luas terhadap

sebagaimana mestinya kesatuan itu.

Sesuai data yang hendak didapatkan, serta manfaat penelitian yang hendak

dicapai, penelitian dengan metode studi kasus ini dianggap relevan. Suatu

kesatuan dari lingkaran kehidupan yang dimaksud dalam pendapat Cohen,

Manion, dan Morrison sesuai penelitian ini adalah pemanfaatan ICT sebagai

sumber belajar kaitannya sebagai upaya dalam mengembangkan civic disposition

siswa. Untuk menetapkan generalisasi tentang populasi yang lebih luas, yakni

dengan harapan pemanfaatan ICT sebagai sumber belajar sebagai upaya dalam

mengembangkan civic disposition sisw di lokasi penelitian (SMKN 13 Bandung)

dapat menjadi prototipe sehingga bisa diterapkan secara lebih luas di

sekolah-sekolah lain. Sehingga pengamatan secara intensif dan mendalam perlu dilakukan

di SMKN 13 Bandung melalui metode studi kasus (case and field research), agar

tergambar secara rinci pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber

belajar.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep utama, diantaranya ICT,

sumber belajar, dan civic disposition. Beberapa hal terkait definisi operasional

konsep tersebut akan dikemukakan di bawah ini.

1. ICT (information and communication technology)

ICT atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan TIK (teknologi informasi

dan komunikasi). Istilah TIK atau ICT (Information and Communication

Technology atau yang di kalangan negara Asia berbahasa Inggris disebut infocom,

secara umum adalah adalah berbagai bentuk peralatan dan sistem yang digunakan

(25)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

menyimpan dan menyebarkan informasi melalui media elektronik. (Isjoni, Ismail,

dan Mahmud, 2008: 75)

Pengertian menurut Rogers (dalam Darmawan, 2012: 17) dijelaskan

mengenai communication technology sendiri, yaitu

Teknologi informasi merupakan perangkat keras bersifat organisatoris dan meneruskan nilai-nilai sosial dengan siapa individu atau khalayak mengumpulkan, memproses dan saling mempertukarkan informasi dengan individu atau khalayak lain.

2. Sumber Belajar

Menurut Rohani (2010: 161), definisi sumber belajar adalah “segala daya

yang dapat dipergunakan untuk kepentingan proses/aktivitas pengajaran baik

secara langsung maupun tidak langsung, di luar peserta didik (lingkungan) yang

melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung”.

Sedangkan Majid (2011: 170) mengemukakan pengertian sumber belajar

sebagai berikut.

Sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.

Peraturan terbaru mengenai penerapan Kurikulum 2013, yaitu dalam

Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum dan Pedoman Umum Pembelajaran halaman 42, dijelaskan bahwa “sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa

media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya”.

(26)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Civic disposition diartikan pula sebagai watak kewarganegaraan atau

karakter kewarganegaraan. Branson (dalam Wuryan dan Syaifullah, 2008: 78)

menjelaskan bahwa

Civic disposition mencakup sifat karakter pribadi warga negara yang mana meliputi tanggung jawab moral, disiplin diri dan hormat terhadap martabat setiap manusia, kemudian sifat karakter publik meliputi kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, hormat terhadap aturan (rule of the law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi, dan berkompromi.

E. Instrumen Penelitian

Sesuai dengan desain penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau

alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen harus juga “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan (Sugiyono, 2009: 305).

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan

berperanserta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya. Menurut Moleong (2010: 168), “kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada kahirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya”.

Terkait data kuantitatif yang hendak disertakan dalam temuan penelitian

ini, pada prinsipnya harus menggunakan alat ukur yang baik. Alat ukur dalam

penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi menurut Sugiyono (2009: 148) “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.

Titik tolak dari penyusunan instrumen data kuantitatif adalah

variabel-variabel yang telah ditentukan sebelumnya. Dari indikator-indikator tersebut

diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang dapat

diukur. Dari indikator tersebut kemudian dijabarkan menjadi butir-butir

pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2009: 149).

Indikator data kuantitatif yang dikemukakan dalam penelitian ini misalnya

sumber belajar berupa: 1) jenis alat, 2) kegunaan alat, 3) durasi waktu penggunaan

(27)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

ICT itu sendiri. Kemudian dalam pengukuran sikap untuk mengetahui civic

disposition siswa, digunakan indikator berupa sikap: 1) mandiri, 2) jujur, 3)

disiplin, dan 4) tanggung jawab. Adapun rincian indikator dan pernyataan yang

telah dibuat, dilampirkan dalam bentuk kisi-kisi instrumen.

Di dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen kunci (key instrument)

akan terjun ke lapangan sendiri dan melakukan pengumpulan data dengan

berinteraksi bersama orang-orang di sekitar lingkungan penelitian yaitu SMKN 13

Bandung, sampai pada analisis data dan membuat kesimpulan. Di samping itu

pula sebagai pengumpul data kuantitatif berupa angket dan pengukuran sikap

untuk penyajian pada akhir penelitian.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Dalam penelitian kualitatif, menurut Sugiyono (2009: 363) “kriteria utama terhadap data hasil penelitian adalah valid, reliabel, dan objektif”. Jadi uji

keabsahan data dalam penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009: 366) “meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliablitias), dan confirmability (objektivitas).

1. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif

ini adalah dengan cara triangulasi.

Menurut Wiliam Wiersma (dalam Sugiyono, 2009: 1986), „triangulation is qualitative cross validation. It assesses the sufficiency of the data according to the

convergence of multiple data sources or multiple data collection procedures’.

Triangulasi ini dilakukan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber,

yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa. Selain itu digunakan triangulasi dengan

teknik pengumpulan data dari hasil observasi, wawancara, dan angket.

(28)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Transferability ini merupakan validitas eksternal. Bagi peneliti kualitatif,

nilai transfer tergantung pada pemakai. Maka peneliti membuat laporannya harus

menggunakan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. (Sugiyono,

2009: 376)

3. Pengujian Dependability

Dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2009: 377) bahwa “uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses

penelitian. Selain itu dependability disebut juga uji reliabilitas. Maka untuk

mencapai derajat reliabilitas yang tinggi, maka dibutuhkan alat yang reliable.

Dengan demikian peneliti sebagai key instrument melakukan pengumpulan data

secara akurat dan alamiah.

4. Konfirmability atau Kepastian

Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji

objektivitas atau kepastian. Menurut Sugiyono (2009: 377), “penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang”. Oleh karena itu, agar penelitian ini dapat menjaga kebenaran dan objektifitas maka pembimbing

berperan memeriksa proses penelitian untuk menjamin kebenaran keseluruhan

penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan empat

teknik, yaitu observasi (pengamatan), wawancara (interview), studi dokumentasi,

dan dilengkapi oleh angket.

1. Observasi

Peneliti memilih teknik penelitian dengan memanfaatkan pengamatan. Jika

diikhtisarkan, alasan secara metodologis penggunaan pengamatan adalah sebagai

(29)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaan waktu itu (Moleong, 2007: 175).

Dalam penilitian kualitatif ini, peneliti memilih observasi secara langsung. Menurut Danial dan Warsiah (2009: 78), “Jenis observasi ini adalah pengamatan yang dilakukan langsung oleh pengamat (observer) pada objek yang diamati”.

2. Wawancara

Menurut Moleong (2007: 5) “dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan

dokumen”.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong, 2007: 186)

Sementara menurut Danial dan Warsiah (2009: 71), “wawancara adalah teknik mengumpul data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara

peneliti dan responden secara sungguh-sungguh”.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi tidak kalah penting dalam teknik pengumpulan data.

Studi dokumentasi ini dapat berguna untuk melengkapi data-data yang didapat

melalui hasil wawancara dan observasi.

(30)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Pemilihan teknik ini dilandasi oleh pemikiran bahwa selain data yang

diperoleh dari sumber lisan, tentunya data secara riil berbentuk dokumen sangat

dibutuhkan untuk menunjang hasil penelitian.

4. Angket

Peneliti menggunakan angket untuk melengkapi data kualitatif terkait

penggunaan sumber belajar berbasis ICT yang digunakan siswa.

Kuisioner atau angket menurut Danial dan Warsiah (2009: 73), ialah “alat untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian secara tertulis berupa sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang dijelaskan secara tertulis kepada responden sesuai dengan masalah penelitian”.

Dilihat dari segi jawaban responden, angket dapat diklasifikasikan menjadi

angket terbuka, tertutup, campuran/kombinasi dan semi terbuka. Dalam penelitian

ini, peneliti memilih menggunakan angket tertutup.

Angket tertutup adalah angket dengan pertanyaan yang diajukan kepada responden telah disediakan jawabannya oleh peneliti. Responden hanya memilih jawaban yang kira-kira cocok sesuai dengan pendapatnya dan tidak diberikan kesempatan memberikan jawaban lain (Danial dan Warsiah, 2009: 75).

5. Pengukuran Sikap

Peneliti menggunakan pengukuran sikap untuk melengkapi data kualitatif

terkait pengukuran kemunculan sikap yang ditampilkan siswa (civic disposition). “Alat ini untuk mengumpulkan informasi yang berkenaan dengan sikap, atau persepsi seseorang terhadap suatu objek atau kondisi tertentu” (Danial dan Warsiah, 2009: 80). Beberapa yang dapat diidentifikasi sebagai alat pengumpul

data untuk mengukur sikap seseorang antara lain yaitu rating scale (skala

bertingkat), skala sikap, daftar gejala kontinum (DGK), dan sosiometri.

Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan skala sikap. Dalam

pengukuran sikap dengan skala sikap ukuran yang dimaksud dengan menskalakan

seberapa besar sikap seseorang terhadap kondisi tertentu, pada batas ukuran

(31)

setuju-setuju-ragu-Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

ragu-tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hal ini amat populer dengan skala Likert

(Danial dan Warsiah, 2009: 82).

H. Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan analisis data berupa data kualitatif dari

hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi, kemudian digunakan pula

analisis data kuantitatif dalam mengolah data angket dan pengukuran sikap yang

didapat. Dengan demikian analisis data dalam uraian metodologi penelitian ini

dibagi menjadi dua sub bab sebagai berikut.

1. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dilakukan untuk data yang terkumpul melalui

angket dan pengukuran sikap dengan menggunakan analisis statistik deskriptif

untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang telah ditentukan, yaitu

sumber belajar siswa (X) dan civic disposition siswa (Y).

Dalam penelitian ini pemanfaatan sumber belajar berbasis ICT

diungkapkan melalui data angket yang didapat. Kemudian untuk pengembangan

civic disposition siswa ialah melalui pengukuran sikap berupa skala sikap.

a. Skala Sikap

Menurut Danial dan Warsiah (2009: 82), “para peneliti seringkali menggunakan skala Likert dengan skala lima (4-3-2-1-0) atau (5-4-3-2-1) yakni

jika responden menjawab SS dinilai 4, S dinilai 3, ragu dinilai 2, TS dinilai 1, dan STS dinilai 0”. Demikian untuk jawaban positif, sedangkan untuk jawaban negatif sebaliknya.

Proses berikutnya setelah butir-butir pertanyaan diisi responden adalah

menjumlahkan seluruh skor dari semua item yang dipilih. Seluruh item ada 20

(32)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

dikategorikan kecenderungan sikap yang tinggi, sedang, kurang, dan rendah

sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kategorisasi Skor dan Tingkat Sikap

No. Kategori Skor Kelas

Interval Tingkat

Kecenderungan Sikap

1. 80-100 Sangat Tinggi Terpuji

2. 65-79 Tinggi Baik

3. 50-64 Sedang Cukup

4. 35-49 Kurang Kurang

5. <34 Rendah Jelek

Sumber: Danial dan Warsiah (2009: 83)

b. Angket Tertutup

Data diolah dengan menggunakan statistik deskriptif melalui perhitungan

prosentase untuk melihat perbandingan besar kecilnya frekuensi dari setiap

alternatif jawaban. Prosentase diolah dengan membandingkan jumlah frekuensi

jawaban dan banyaknya sampel atau responden yang dikalikan dengan angka

100%, dirumuskan sebagai berikut.

P=

x 100%

Keterangan:

P = Presentase jawaban

F = Jumlah frekuensi dari setiap alternatif jawaban

N = Jumlah sampel

100 = Bilangan tetap

Data yang dikumpulkan melalui angket merupakan prosentase hasil

jawaban siswa. Data disajikan menurut jawaban yang paling banyak, hingga

jawaban yang paling sedikit dipilih oleh siswa. Adapun sampel dalam

pengambilan data angket ini adalah sebanyak 40 orang siswa kelas X.

(33)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Dalam analisis data kualitatif penelitian ini, didapatkan data dari lapangan

berupa uraian hasil observasi atau pengamatan, hasil wawancara, dan studi

dokumentasi. Data tersebut diolah dengan dianalisis menggunakan teknik analisis

data kualitatif.

Moleong (2007) menjelaskan analisis data sebagai berikut.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Bertolak dari penjelasan di atas, analisis data dalam penelitian ini dimulai

dengan menelaah seluruh data yang sudah lengkap dari berbagai sumber yaitu

wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, kemudian melakukan reduksi data,

penyajian data, hingga penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Sebagaimana dikemukakan Miles dan Huberman (dalam Sutopo, 2006:

113) sebagai berikut.

Dalam proses analisis kualitatif, terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami oleh setiap peneliti kualitatif. Tiga komponen utama analisis tersebut adalah (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan kesimpulan serta verifikasinya.

a. Reduksi Data

Proses analisis berupa pengumpulan, penyusunan, dan penyederhanaan

informasi dilakukan dalam tahapan reduksi data. Informasi yang didapat diolah

bisa dengan cara meringkasnya.

Bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga narasi sajian data dan simpulan-simpulan dari unit-unit permasalahan yang telah dikaji dalam penelitian dapat dilakukan. (Sutopo, 2006: 114)

b. Sajian Data

Sajian data atau kerapkali disebut display data merupakan tahapan

(34)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

yang didapat dalam penelitian. Dapat berupa matriks, gambar, tabel, atau hal-hal

lain yang mendukung penyajian data dan narasi penelitian.

Sajian data ini unit-unitnya harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan peneltian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci dan mendalam untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.

(Sutopo, 2006: 115)

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Tahapan ini merupakan proses akhir dari analisis data kualitatif. Tahapan

ini dilatarbelakangi oleh tujuan untuk mendapatkan suatu hasil akhir yang kokoh.

Pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan penelitian

(35)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

126

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Bab V ini merupakan kesimpulan dari hasil kajian “Studi tentang Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajar dalam Mengembangkan Civic

Disposition Siswa”. Kesimpulan yang dirumuskan berdasarkan data yang

terkumpul dari hasil penelitian di lapangan. Data yang telah diolah dan dianalisis

kemudian ditafsirkan dalam bentuk tulisan dan bahasa karya ilmiah. Selain itu,

peneliti membuat rekomendasi berdasarkan hasil penelitian yang disesuaikan

dengan kesimpulan sebelumnya dengan harapan adanya perbaikan serta

perubahan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan karya ilmiah ini.

A. Simpulan

1. Simpulan Umum

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang

telah dikemukakan sebelumnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa

lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar telah berperan dalam

pengembangan civic disposition siswa. ICT yang merupakan kependekan dari

Information Communication and Technology atau dalam bahasa Indonesia dikenal

dengan istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memberikan dampak

terhadap proses belajar mengajar termasuk pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan.

Lingkungan berbasis ICT muncul sebagai akibat dari perkembangan ilmu

pengetahuan dan dinamika kehidupan manusia. Penggunaannya yang sudah

merasuki hampir seluruh aspek kehidupan membuat lingkungan berbasis ICT

menjadi suatu bentuk respon baru terhadap budaya atau kebiasaan peserta didik.

Kebiasaan inilah yang semestinya dihadapi secara positif. Dengan demikian

pemanfaatan ICT dalam proses belajar mengajar diharapkan mampu

menumbuhkan karakter kewarganegaraan, terutama ketika ICT digunakan sebagai

(36)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 2. Simpulan Khusus

Hasil penelitian di lapangan mengenai pemanfaatan lingkungan berbasis

ICT sebagai sumber belajar dalam mengembangkan civic disposition siswa di

SMK Negeri 13 Bandung ialah sebagai berikut.

a. Kompetensi guru PKn dalam memahami arti dan fungsi ICT tergambar

dalam beberapa indikator sebagai berikut. 1) Kemelekan guru terhadap

ICT. Hampir seratus persen guru-guru di SMK Negeri 13 Bandung telah

mengetahui dan memahami arti dan fungsi ICT dalam pembelajaran.

Terutama guru PKn, sudah merupakan kewajiban untuk melek terhadap

ICT agar senantiasa memperkaya informasi mengenai hukum, politik,

kenegaraan, serta nilai dan moral sebagai bagian dari materi pelajaran

PKn; 2) Penggunaan ICT oleh guru. Di SMK Negeri 13 Bandung

penggunaan ICT meliputi pemanfaatan perangkat seperti halnya

smartphone, laptop, LCD proyektor dan screen, serta internet. Rata-rata

semua guru dapat mengoprasikan perangkat ICT tersebut dengan cukup

baik. Baik ketika proses perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.

3) Pengolahan ICT sebagai sumber belajar. Khusus bagi guru PKn, ketika

mengolah ICT sebagai sumber belajar lebih banyak memanfaatkan

keberadaan LCD proyektor beserta screen, sehingga memungkinkan bagi

guru untuk mengadakan pembelajaran secara interaktif.

b. Lingkungan berbasis ICT di SMK Negeri 13 Bandung dimanfaatkan guru

sebagai sumber belajar PKn. Fasilitas berbasis ICT yang diunggulkan

dengan pengadaan jaringan on-LAN (Local Area Network) memudahkan

guru PKn dalam menyediakan berbagai sumber belajar bagi siswa seperti

halnya fasilitas e-learning dan internet. Dalam memanfaatkan lingkungan

berbasis ICT, guru PKn terlebih dahulu membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Materi yang dibahas tentang Hak Asasi Manusia

(HAM) melatarbelakangi guru untuk merancang pembelajaran yang

(37)

Silvia Rahmelia, 2015

STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

kelas mengenai materi yang dipelajari dengan menggunakan perangkat

ICT yang ada dan dimiliki masing- masing siswa.

c. Proses pembelajaran PKn dengan memanfaatkan lingkungan berbasis ICT

sebagai sumber belajar terbagi menjadi beberapa langkah pembelajaran.

Dari mulai kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang terdiri dari tahapan

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, dan

mengkomunikasikan, kemudian langkah terakhir yaitu kegiatan penutup.

Selama proses pembelajaran berlangsung guru memanfaatkan perangkat

ICT seperti LCD Proyektor, screen, dan laptop untuk menampilkan

gambar yang berkaitan dengan pelanggaran kasus HAM di Indonesia.

Selanjutnya guru juga memfasilitasi siswa secara berkelompok ketika

menggunakan perangkat ICT seperti laptop dan smartphone untuk

mengumpulkan informasi mengenai faktor-faktor terjadinya pelanggaran

HAM beserta contoh kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia.

Disamping itu, tahap evaluasi dilakukan dalam bentuk penugasan di

e-learning yang dijawab melalui email kepada guru yang bersangkutan,

kemudian dalam bentuk UTS dan UAS secara on-LAN (dalam jaringan)

dengan jadwal yang telah ditentukan.

d. Lingkungan berbasis ICT di SMK Negeri 13 Bandung telah berperan

dalam mengembangkan civic disposition siswa. Melalui mata pelajaran

PKn, guru tidak hanya membelajarkan siswa agar menjadi warga negara

yang cerdas dan baik. Akan tetapi guru PKn juga membentuk kebiasaan

serta karakter kewarganegaraan siswa melalui perkembangan ICT yang

dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Berdasarkan hasil angket, siswa

banyak memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar PKn. Terutama saat

mencari informasi-informasi tentang politik, hukum, dan kenegaraan di

internet. Kemudian berdasarkan hasil pengukuran sikap, penggunaan ICT

telah mengembangkan karakter kewarganegaraan siswa, yaitu berupa

karakter jujur, mandiri, disiplin, tanggung jawab, demokratis, dan

Gambar

Gambar 3.1 Situasi Sosial (Social Situation)
Tabel 3.1
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap kualitas layanan jasa internet yang dikelola oleh Smile Internet Zone Jember dan mengetahui

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan yang selanjutnya disebut RUTRP adalah rencana struktur ruang kota yang disusun untuk menjaga konsistensi perkembangan pembangunan suatu kota

relokasi. Kondisi yang lebih baik tersebut sebaiknya bertahan lama dari waktu ke waktu agar pada lokasi permukiman yang baru dapat tumbuh permukiman yang nyaman. Kondisi

Peraturan Menteri ini diterbitkan dengan tujuan agar Pemerintah Daerah mengatur tentang kehidupan di lingkungan rumah susun dapat tertib dan lebih menjamin kepastian hukum

The CDA-based reading teaching program incorporated in this study has resulted.. in students’ critical reading improvement in

Penelitian hibah bersaing dengan judul “ Analisis Aspek Rasional Dalam Penganggaran Publik Terhadap Efektivitas Pengimplementasian Anggaran Berbasis Kinerja Pada Pemerintah

Pada tahap ini dilakukan perancangan sesuai dengan hasil dari analisis sistem dan. dilanjutkan dengan mengimplementasi hasil analisis dan perancangan ke