BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA (Penelitian Studi Kasus di SMK Negeri 13 Bandung)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh:
SILVIA RAHMELIA 1101972
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Oleh:
SILVIA RAHMELIA
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Kewarganegaraan
©SILVIA RAHMELIA 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian
ii
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Dewasa ini perkembangan ICT (information and communication technology) merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. ICT telah menjadi bagian dari lingkungan budaya yang dihasilkan pola dinamika masyarakat. Peranannya begitu kuat terhadap tatanan kehidupan termasuk dunia pendidikan, khususnya proses belajar mengajar. Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar oleh guru PKn, peranannya dalam mengembangkan civic disposition atau karakter kewarganegaraan siswa di SMK Negeri 13 Bandung. Disamping itu, penelitian ini bertujuan mengungkapkan dan memberikan gambaran secara mendalam situasi dan kondisi di SMK Negeri 13 Bandung meliputi pemahaman guru PKn mengenai arti dan fungsi ICT sebagai sumber belajar; cara guru PKn memanfaatkan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar; proses pembelajaran PKn dengan memanfaatkan lingkungan berbasis ICT; lingkungan berbasis ICT dalam mengembangkan civic disposition siswa; dan kendala guru PKn dalam memanfaatkan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar. Grand Theory yang digunakan dalam penelitian ini ialah Teori Belajar dari Winkel, bahwa
‘belajar sebagai interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan
iii
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
iv
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Nowdays, development of ICT (information and communication technology) constitute to a non-negotiable matter. ICT become section from
culture environtment that produced by dynamic society’s pattern. ICT character’s extremely powerful concerning to the social order of society included education, excatly teaching learning’s process. This research focused on the
subject of utilization environtment that base on ICT as learning resources by
civic education’s teacher, and then ICT’s function in fostering student’s civic disposition or student’s citizenship character in SMK Negeri 13 Bandung.
Despitefull, this research have several purposes that is reveal and give information about situation and condition in SMK Negeri 13 Bandung include
comprehension of civic education’s teacher about ICT’s sense and function; teaching and learning process base on ICT; ICT’s environtment within fostering
student’s civic disposition; and difficulty of teacher when they use ICT as learning resources. Grand theory that used in this research is ‘learning theories’ by Winkel, he said that ‘learning as an active interaction with environtment, that
produce value-attitude change’. This research use qualitative approach and
quantitative for reinforced data. Data aggregation’s technique that use in this
research are observation, interview, and document study for qualitative data. Then, for quantitative data researcher used questionnaire and attitude measuring.
Results from this research indicate that civic education’s teacher in SMK Negeri
13 Bandung already have comprehension about a sense and function of ICT. Its proven from several indicator, that is awakening from teacher concerning to ICT,
teacher’s method when they use ICT as learning resources. Before the teacher use ICT as learning resources, they make a lesson planning called ‘RPP’. And what is
more is kind of ICT e.g e-learning, email, and edmodo with LAN network that use by teacher. Teaching and learning process that held in SMK Negeri 13 Bandung
use ‘Human Right’ case in civic education material. They use ICT environtment in
their school such as browsing for finding the chapter, email and e-learning for
task, LCD proyektor with the screen, laptop, and smartphone. Utilization of ICT’s environtment already fostering student’s civic disposition that is character like
honesty, be autonomous, responsible, discipline, democratic, and polite. Difficulty of ICT’s utilization there is restrictiveness from the teacher when finding material for presentation, because the material must be relevant. Thereby, teacher must give attetion constantly about enthusiasm and being active of student when class happens though use ICT. For school had better realize for completed ICT’s tools. For department and another researcher in order to continual fostering civics or
civic education within ICT’s development.
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu iv
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 7
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Teori Belajar dan Pembelajaran ... 9
B. Lingkungan sebagai Sumber belajar ... 16
C. Pembelajaran PKn di Sekolah... 29
D. Pengembangan Civic Disposition Melalui Lingkungan Berbasis ICT ... 34
E. Penelitian Terdahulu ... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 42
B. Desain Penelitian... 44
C. Metode Penelitian ... 47
D. Definisi Operasional ... 48
E. Instrumen Penelitian ... 50
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu v
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 58
1. Profil SMK Negeri 13 Bandung ... 58
2. Visi dan Misi Sekolah ... 60
3. Kondisi Guru dan Staf Tata Usaha ... 61
4. Kondisi Siswa ... 62
5. Kondisi Sarana dan Prasarana... 62
6. Gambaran Umum Lingkungan SMK Negeri 13 Bandung ... 64
B. Deskripsi Hasil Penelitian... 66
1. Kompetensi Guru dalam Memahami Arti dan Fungsi ICT ... 66
2. Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajar PKn ... 70
3. Proses Pembelajaran PKn dengan Memanfaatkan Lingkungan Berbasis ICT ... 79
4. Lingkungan Berbasis ICT dalam Mengembangkan Civic Disposition Siswa ... 84
5. Kendala Guru dalam Memanfaatkan Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajar... 102
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 104
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 126
A. Simpulan ... 126
B. Saran... 129
DAFTAR PUSTAKA
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan pada hakikatnya harus dimaknai sebagai proses belajar
mengajar yang lebih dari sekadar kegiatan guru dan siswa di kelas secara tertutup
(pengajaran). Akan tetapi, sudah selayaknya pendidikan ditafsirkan secara
aplikatif menjadi proses pembelajaran yang tidak lagi mengenal kelas dalam arti
konvensional. Pembelajaran yang ideal dewasa ini mencakup kegiatan belajar
mengajar yang turut serta menanamkan sejumlah aspek moral ke dalam jiwa
peserta didik dalam rangka pembentukan watak kewarganegaraan.
Hal ini sejalan dengan cita-cita pendidikan Indonesia sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yaitu sebagai berikut.
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan peserta didik menjadi manusia
Indonesia yang berkualitas, potensi peserta didik harus ditempa dan
dikembangkan agar seimbang antara keterampilan fisik, keterampilan psikologis,
dan keterampilan sosialnya. Selain itu kegiatan pembelajaran harus mengacu pada
proses interaksi edukatif. Guru dan siswa berada dalam satu relasi kejiwaan untuk
bersama-sama menanam kebaikan dalam rangka menumbuhkan moralitas peserta
didik.
Interaksi edukatif berbasis moralitas sangat dibutuhkan peserta didik. Hal
ini mengingat kebutuhan kompetensi masa depan peserta didik sebagaimana
diperinci dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Kemampuan peserta didik yang diperlukan yaitu antara lain kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif dengan mempertimbangkan nilai dan moral Pancasila agar menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, toleran dalam keberagaman, mampu hidup dalam masyarakat global, memiliki minat luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan peduli terhadap lingkungan.
Dalam menciptakan interaksi edukatif melalui proses pembelajaran
diperlukan sumber belajar yang variatif. Dengan alasan bahwa setiap sumber
belajar menghasilkan kompetensi tertentu pada diri peserta didik. Semakin variatif
sumber belajar yang digunakan guru, semakin besar pula peluang ketercapaian
kompetensi peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan variasi sumber belajar yang
digunakan guru dapat memacu tingkat berpikir siswa melebihi tataran teoritis.
Siswa dituntut untuk melibatkan pengolahan sikap serta keterampilannya dalam
belajar. Ketika sumber belajar yang digunakan guru tak lagi berbentuk teks yang
kaku, otomatis siswa harus mampu mengeksplorasi berbagai informasi baik yang
tersedia di lingkungan sekolah, maupun di luar sekolah. Misalnya dalam
pemanfaatan lingkungan sekolah berbasis ICT sebagai sumber belajar.
Dewasa ini, ICT (Information and Communication Technology) atau
dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. Pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan telah memacu perubahan hampir di setiap aspek
kehidupan termasuk di dalamnya dunia pendidikan. Teknologi menjadi bagian
dari lingkungan budaya yang dihasilkan pola dinamika masyarakat. Kehadirannya
telah melahirkan berbagai kemudahan sehingga dapat memberikan peningkatan
efektifitas dan efisiensi kinerja.
ICT sebagai produk globalisasi terbentuk atas transfer informasi yang
tidak lagi terbatas ruang dan waktu. Kecepatan dan kemudahan akses informasi
membuat ICT terbentuk dan menjadi bagian dari lingkungan budaya manusia.
Pengaruhnya begitu kuat terhadap tatanan kehidupan, sehingga telah melibatkan
aspek nilai dan moral tersendiri di dalamnya. Begitu pun ketika ICT digunakan
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Teknologi sebagai bentukan dari lingkungan budaya telah menciptakan
tatanan nilai dan norma yang baru dalam masyarakat. Kemajuan ICT telah
mempengaruhi kehidupan warga negara. “.. ICTs do not necesarilly produce new
citizens but that they do provided for new and important citizenship practice
(Hermes 2006:295)”. ICT tidak selalu menghasilkan warga negara baru tetapi ICT menyediakan hal yang baru dan penting bagi praktik kewarganegaraan.
Dengan demikian, pendidikan harus mampu menjadi wadah untuk membelajarkan
peserta didik agar memiliki kebiasaan baik dalam memanfaatkan kecanggihan
teknologi.
Dunia pendidikan telah lama mengadopsi ICT untuk digunakan dalam
proses pembelajaran. Hal ini disebabkan kebermanfaatannya yang dapat dirasakan
baik oleh siswa maupun guru. Siswa dapat lebih mudah mengakses informasi
selain dari buku teks yang dipegangnya untuk dijadikan sumber belajar. Akses
informasi tersebut bisa melalui internet, e-learning, media interaktif, dan
sebagainya. Kemudian kemudahan bagi guru ialah saat penyampaian materi
pembelajaran. Dengan adanya ICT, materi pembelajaran dapat mudah
tersampaikan. Misalnya saja saat guru akan menampilkan hasil quick count
pemilu secara langsung dari koran online di internet, atau ketika guru akan
menampilkan video suasana pemilu. Pencarian materi pembelajaran tersebut
sudah tentu harus melalui ICT, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan
dapat tercapai.
Merujuk aliran konvergensi dalam perkembangan individu sebagaimana
dikemukakan Syah (dalam Riyanto, 2012: 3) bahwa faktor lingkungan sangat
dominan dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan manusia. Menurut
Syah, proses perubahan (perkembangan) pada manusia dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu sebagai berikut.
Pertama, faktor internal individu. Dalam individu terdapat bakat atau sesuatu dari pembawaan sejak lahir, baik dalam bentuk fisik maupun sifat/potensi psikologis tertentu.
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
prasarana), dan pengalaman belajar dari interaksi dengan lingkungan sekitar.
Dari penjelasan di atas dapat dicermati bahwa lingkungan dalam artian
sarana prasarana pun turut menjadi faktor eksternal perkembangan seorang
manusia. Termasuk pula di dalamnya proses interaksi edukatif antara siswa dan
guru ketika pembelajaran, yakni dengan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber
belajar.
Proses pembelajaran dengan memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar
sangat dibutuhkan, terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) terkait misi nasionalnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
koridor value-based education. Karena dituntut untuk melakukan pembelajaran
berbasis nilai, dalam Pendidikan Kewarganegaraan dikembangkan pula
kompetensi kewarganegaraan siswa terutama watak kewarganegaraannya (civic
disposition). Watak kewarganegaraan ini mencakup nilai-nilai seperti disiplin,
bertanggung jawab, percaya diri, jujur, mandiri, dan sebagainya.
Pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar, merupakan
hal yang menarik untuk diteliti. Mengingat ICT ini dapat mengantarkan siswa
untuk berlatih belajar secara inquiry. Berbagai informasi yang tersedia di internet
sebagai bagian dari perkembangan ICT, dapat melatih siswa untuk belajar kreatif
dan mandiri. Selain itu, guru tidak lagi bertindak sebagai sumber belajar tunggal.
Guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam penggunaan ICT sebagai sumber
belajar di sekolah.
Berdasarkan pengamatan melalui observasi langsung di beberapa sekolah,
didapatkan kesimpulan bahwa sekolah dengan lingkungan berbasis ICT ialah
SMK Negeri 13 Bandung. Sekolah tersebut merupakan salah satu SMK di
Indonesia yang dipotensikan sebagai sekolah berbasis ICT. Sarana dan prasarana
untuk menunjang proses pembelajaran sangat memadai. Sebagian besar
pembelajaran sudah berjalan secara online dan on-LAN (local area network).
Pengembangan teknologi jaringan sekolah ini sengaja dilakukan dan dipelopori
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran berbasis ICT terutama pada mata pelajaran PKn, telah lama
diterapkan di SMKN 13 Bandung. Penggunaan ICT ini tidak sekedar pengadaan
LCD proyektor atau perangkat komputer semata. Akan tetapi sekolah ini telah
lama mengembangkan jaringan sekolah sendiri untuk berbagi informasi tentang
materi pembelajaran. Baik itu berupa penggunaan internet sebagai sumber belajar,
mengirim tugas lewat email, forum diskusi pada web sekolah, hingga UJON
(Ujian Online) melalui jaringan On-LAN (local area network) yang
dikembangkan oleh sekolah secara swadaya.
Pemanfaatan sekolah berbudaya lingkungan berbasis ICT mencakup: (1)
proses pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar dalam mata
pelajaran PKn, (2) pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar
dalam rangka mengembangkan civic disposition siswa. Peneliti memiliki asumsi
bahwa pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar pada mata
pelajaran PKn di SMKN 13 Bandung, telah lama diterapkan sejak sekolah
tersebut mengembangkan jaringan swadaya sekolah (On-LAN).
Berdasarkan asumsi yang dikemukakan, peneliti bermaksud mengkaji
lebih lanjut tentang kaitan antara pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai
sumber belajar, peranannya terhadap pengembangan civic disposition siswa. Maka
peneliti merumuskan judul: “Studi tentang Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajar dalam Mengembangkan Civic Disposition Siswa (Penelitian Studi
Kasus di SMKN 13 Bandung).
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penelitian ini
berfokus pada permasalahan sebagai berikut.
1. Pemahaman guru PKn mengenai arti dan fungsi ICT sebagai sumber belajar.
2. Proses pemanfaatan lingkungan berbasis ICT oleh Guru PKn sebagai sumber
belajar.
3. Pelaksanaan pembelajaran PKn dengan memanfaatkan lingkungan berbasis
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
4. Pembelajaran PKn di sekolah dianggap monoton dan konvensional, sehingga
dirasa kurang mengembangkan civic disposition siswa. Pemanfaatan
lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar memacu siswa berpikir
kreatif dan mandiri sehingga dapat mengembangkan civic disposition siswa.
Hal tersebut tergambar dalam ukuran keberhasilan siswa melalui hasil belajar.
5. Kendala yang terjadi pada saat memanfaatkan lingkungan berbasis ICT
sebagai sumber belajar, karena dalam setiap proses pembelajaran tidak
terlepas dari kekurangan dan kendala. Dengan demikian diperlukan evaluasi.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Secara umum, rumusan masalah dalam penelitian ini ialah „bagaimana
lingkungan berbasis ICT dapat mengembangkan civic disposition siswa di SMKN
13 Bandung‟. Kemudian berdasarkan paparan dalam poin identifikasi masalah,
rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Apakah guru PKn di SMKN 13 Bandung memahami arti dan fungsi ICT
sebagai sumber belajar?
2. Bagaimana guru PKn di SMKN 13 Bandung memanfaatkan lingkungan
berbasis ICT sebagai sumber belajar ?
3. Bagaimana proses pembelajaran PKn dengan memanfaatkan lingkungan
berbasis ICT sebagai sumber belajar di SMKN 13 Bandung?
4. Bagaimana lingkungan berbasis ICT dapat mengembangkan civic
disposition melalui hasil belajar afektif siswa di SMKN 13 Bandung?
5. Apa saja kendala dan upaya guru PKn dalam memanfaatkan lingkungan
berbasis ICT sebagai sumber belajar di SMKN 13 Bandung?
D. Tujuan Penelitian
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan, menggali,
mengkaji, dan mengorganisasikan informasi tentang:
1. pemahaman guru PKn di SMKN 13 Bandung mengenai arti dan fungsi
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
2. cara guru PKn di SMKN 13 Bandung dalam memanfaatkan lingkungan
berbasis ICT sebagai sumber belajar;
3. proses pembelajaran PKn dengan memanfaatkan lingkungan berbasis ICT
sebagai sumber belajar di SMKN 13 Bandung;
4. lingkungan berbasis ICT dalam mengembangkan civic disposition melalui
hasil belajar afektif siswa di SMKN 13 Bandung;
5. kendala dan upaya guru PKn dalam memanfaatkan lingkungan berbasis
ICT sebagai sumber belajar di SMKN 13 Bandung.
E. Manfaat/Signifikansi Penelitian
1. Manfaat/Signifikansi dari Segi Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan
Pendidikan Kewarganegaraan dalam konteks pemanfaatan lingkungan berbasis
ICT sebagai sumber belajar. Dengan demikian dihasilkan pembelajaran PKn
berbasis teknologi (ICT) yang dapat mengembangkan civic disposition siswa.
Sebagai upaya agar siswa mampu memanfaatkan ICT sesuai dengan tata nilai
norma yang baik dan bertanggung jawab.
2. Manfaat/Signifikansi dari Segi Praktik
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan informasi tentang sekolah yang memanfaatkan lingkungan
berbasis ICT sebagai sumber belajar;
b. Memberikan pengetahuan bagi guru untuk lebih meningkatkan proses
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga dapat
mengembangakan aspek afektif siswa (civic disposition) dalam belajar;
c. Memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai pemanfaatan
lingkungan berbasis ICT dalam memperkaya informasi sebagai sumber
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
d. Memberikan pengalaman bagi sekolah-sekolah lain agar dapat turut serta
mengembangkan pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber
belajar, terutama dalam mata pelajaran PKn.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi diperlukan untuk memperlancar penulisan serta
bertujuan agar lebih sistematis dalam penyusunan skripsi. Adapun struktur
organisasi skripsi ini ialah sebagai berikut.
BAB I mengenai pendahuluan, berisi tentang latar belakang penelitian,
identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,
manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
BAB II mengenai kajian pustaka, berisi konsep-konsep, teori-teori,
dalil-dalil, penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, serta posisi
teoretis peneliti yang berkenaan dengan belajar dan pembelajaran, ICT, dan civic
disposition (karakter warga negara).
BAB III mengenai metode penelitian, berisi tentang lokasi dan subjek
penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen
penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan
analsisis data.
BAB IV mengenai hasil penelitian dan pembahasan, berisi pengolahan
atau analisis data yang berkaitan dengan masalah lingkungan sebagai sumber
belajar dalam mengembangkan civic disposition siswa. Sekaligus dengan
pembahasannya mengenai subjek penelitian (SMKN 13 Bandung)
BAB V mengenai simpulan dan saran, berisi tentang uraian penafsiran dan
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri
13 yang beralamat di Jalan Soekarno-Hatta Km.10 Jati Sari, Buah Batu, Kota
Bandung 40286. Sekolah ini dipilih dengan pertimbangan bahwa berdasarkan
pengamatan dan perbandingan yang telah dilakukan dengan sekolah-sekolah lain, SMKN 13 Bandung dengan visinya “Menjadi Sekolah Menengah Kejuruan
Bertaraf Internasional yang Berbudaya Lingkungan” dengan salah satu misinya, “menerapkan pembelajaran berbasis lingkungan dan ICT (information and
communication technology) dan bilingual” telah lama menerapkan pembelajaran berbudaya lingkungan berbasis ICT, yakni sejak lima tahun lalu.
Kemudian berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti,
SMKN 13 Bandung memiliki fasilitas ICT yang cukup memadai dan seringkali
dipergunakan secara rutin. Bahkan sekolah ini sudah melaksanakan sistem
pembelajaran dan ujian tidak hanya secara online, namun juga secara on-LAN
(local area network) dengan sistem jaringan yang dibuat secara swadaya oleh
sekolah.
2. Subjek Populasi/Sampel Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan tergolong penelitian kualitatif. Dalam
penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley
(dalam Sugiyono, 2009: 297-298) dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis.
Akan tetapi pada dasarnya suatu penelitian kualitatif tidak hanya
mengamati situasi sosial semata, namun juga setiap tahapan dari proses penelitian
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Spradley menggambarkan populasi penelitian kualitatif sebagai berikut.
Gambar 3.1
Situasi Sosial (Social Situation)
Situasi sosial sebagai populasi dari penelitian ini ialah meliputi: (1) Place
atau tempat, yaitu SMKN 13 Bandung; (2) Actor atau orang, yaitu warga SMKN
13 Bandung; (3) Activity atau aktivitas, yaitu kegiatan sehari-hari siswa di
sekolah.
Sementara itu sampel dalam penelitian ini dikarenakan menggunakan
desain penelitian kualitatif, maka bukan dinamakan responden. Hal ini diperkuat
oleh pendapat Sugiyono (2009: 298-299) mengenai sampel dalam penelitian kualitatif, yaitu “Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian”.
Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif ditentukan berdasarkan
sumber data. Terdapat dua jenis teknik pengambilan sampel yang sering
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu purposive sampling dan snowball
sampling. Berdasarkan pertimbangan data yang ingin didapat, peneliti memilih
penentuan sumber data yang dilakukan secara purposive. Sugiyono (2009: 300), mengemukakan bahwa “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.”
Purposive sampling dipilih dengan mempertimbangkan orang-orang yang
dianggap paling tahu lokasi penelitian (SMKN 13 Bandung). Dengan pemilihan
teknik purposive sampling, peneliti dapat mengetahui siapa saja yang dapat
dijadikan subjek penelitian.
Place/tempat
Activity/aktivitas Actor/Orang
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan konsep mengenai teknik pengambilan sampel pada penelitian
kualitatif, sasaran penelitian atau sumber data dalam penelitian ini ialah sebagai
berikut.
Tabel 3.1 Sasaran Penelitian
No. Informan Jumlah
1. Kepala Sekolah 1 orang
2. Guru PKn 2 orang
3. Perwakilan Siswa Kelas XI 40 orang
Jumlah 43 orang
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan bagian yang sangat menentukan dalam suatu
penelitian. Desain penelitian adalah hal yang menentukan peran seorang peneliti
dalam realitas yang dikaji. Ada empat pertanyaan dasar yang menjadi kerangka
konseptual dalam sebuah desain penelitian, sebagaimana dijelaskan oleh Denzin
dan Lincoln (2009: 253) sebagai berikut.
Ada empat pertanyaan dasar yang menjadi kerangka konseptual dalam sebuah desain penelitian: (a) bagaimana sebuah desain penelitian terkait dengan paradigma penelitian yang digunakan? Artinya, bagaimana bukti-bukti materiil dirangkum dan dikaitkan dengan paradigma dalam pertanyaan penelitian? (b) siapa dan apa yang akan diteliti (c) strategi-strategi penelitian apa saja yang digunakan (d) perangkat metodologi dan penelitian apa yang digunakan untuk menghimpun dan menganalisis data-data materiil?
Terkait dengan paradigma penelitian yang digunakan, dalam desain
penelitian ini dipilih pendekatan kualitatif. Bertolak dari rumusan masalah dalam
bentuk pertanyaan penelitian yang telah disusun sebelumnya, demi mempermudah
dalam menjawab pertanyaan penelitian dipilihlah pendekatan kualitatif dengan
alasan sebagai berikut.
Pertama, peneliti bermaksud mengungkap satu fenomena mengenai
perkembangan ICT sebagai suatu lingkungan budaya jika digunakan dalam
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
perkembangan ICT sebagai suatu lingkungan yang digunakan sebagai sumber
belajar. Demi mendapatkan gambaran yang menyeluruh, pendekatan kualitatif
dirasa cocok untuk digunakan mengingat deskripsi data yang dibutuhkan.
Qualitative researcher seek to understand a phenomenon by focusing on the total picture rather than breaking it down into variables. The goal is a holistic picture and depth of understanding rather than a numeric analysis of data (Ary, Jacobs, dan Sorensen, 2006: 29)
Peneliti kualitatif mencoba memahami satu fenomena dengan memustkan
pada gambaran secara keseluruhan daripada memecahkan fenomena itu menjadi
beberapa variabel. Tujuannya adalah sebuah gambaran menyeluruh dan
memahami secara mendalam fenomena tersebut lebih dari sekedar suatu analisis
data numerik.
Kedua, peneliti menganggap pemanfaatan lingkungan berbasis ICT
sebagai sumber belajar merupakan salah satu upaya dalam mengembangkan civic
disposition siswa. Dengan alasan bahwa ICT sebagai suatu lingkungan budaya
yang dihasilkan dari dinamika pengetahuan masyarakat mengandung unsur-unsur
nilai baru sebagai bentuk pergeseran dari perkembangan ilmu pengetahuan.
Nilai-nilai baru yang terkandung dalam penggunaan ICT terutama ketika
digunakan sebagai sumber belajar, perlu dikaji secara natural. Sebab peneliti perlu
memperhatikan karakter nilai dalam civic disposition siswa secara riil. Danial dan
Warsiah (2009: 60) berpendapat “pendekatan ini melihat suatu objek dalam konteks „natural‟ alamiah apa adanya bukan parsial. Sehingga dikenal dengan pendekatan naturalistik”.
Ketiga, bertolak dari pendapat Denzin dan Lincoln sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya bahwa dalam suatu desain penelitian terdapat
penjelasan mengenai hal apa dan siapa yang akan diteliti. “Penelitian kualitatif
tentang siapa (who) dan apa (what) yang hendak diteliti mencakup berbagai
contoh kasus yang bersumber dari fenomena-fenomena dan proses-proses sosial”
(Denzin dan Lincoln, 2009: 255).
Hal apa yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
mengembangkan civic disposition siswa. Penelitian ini mencakup proses-proses
dari mulai pengetahuan guru mengenai ICT, perencanaan, pelaksanaan, hingga
pengamatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn di SMKN 13 Bandung.
Keempat, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena
bertujuan untuk memahami masalah atau keadaan dari sekelompok individu atau
orang. Creswell (2012: 39) mengemukakan pengertian mengenai penelitian
kualitatif sebagai berikut.
In qualitative research, we see different major characteristics at each stage of the research process: such as exploring a problem and developing a detailed understanding of a central phenomenon, etc.
Dalam penelitian kualitatif terlihat perbedaan karaktersitik, salah satunya
ialah menyelidiki suatu permasalahan dan mengembangkan suatu pemahaman
yang terperinci dari suatu fokus kejadian. Selain itu, Moleong (2010: 5)
mengemukakan bahwa
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang suatu fenomena dalam suatu latar belakang yang berkonteks khusus.
Sementara itu, dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa karakteristik
sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2009: 21-22) sebagai berikut.
a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci;
b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka; c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau
outcome;
d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif;
e. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati)
Dari penelitian ini diharapkan dapat dikumpulkan data sebanyak mungkin
sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan dengan tidak mengesampingkan
keakuratan data yang diperoleh.
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Metode menurut Danial dan Warsiah (2009: 61), “pada dasarnya merupakan alat yang digunakan untuk mencapai sesuatu”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Hal ini disebabkan salah satu
karakteristik utama dari perisetan kualitatif adalah fokus pada studi intensif kasus
tertentu, yaitu kasus dari sebuah fenomena.
Ary, Jacobs, dan Sorensen (2006: 454), mengemukakan definisi dari studi
kasus sebagai berikut.
A case study focuses on a single unit to produce an in-depth description
that is rich and holistic. The underlying question is “What are the characteristics of this particular entity, phenomenon, person, or setting?”
Case studies typically include multiple sources of data collected over time.
Studi kasus terfokus pada satu kesatuan tunggal untuk menghasilkan
deskripsi yang mendalam, beraneka ragam, dan holistik. Pertanyaan yang
mendasarinya adalah apa karakteristik dari suatu kejadian khusus, fenomena,
orang, atau keadaan. Studi kasus secara khas memasukkan beragam sumber dari
data yang dikumpulkan sepanjang waktu penelitian.
Pengertian lain dikemukakan oleh Danial dan Warsiah (2009: 63), yaitu “Metode ini merupakan metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, institusi dan komunitas masyarakat tertentu”. Sesuai dengan aspek yang hendak diteliti mengenai lingkungan berbasis ICT serta perannya dalam mengembangkan
civic disposition siswa, maka metode studi kasus ini dianggap relevan untuk
memperoleh data yang dibutuhkan peneliti.
Tujuan daripada pengamatan (studi kasus) adalah untuk menyelidiki suattu
fenomena secara intensif sesuai dengan lokasi dan subjek/sasaran penelitian.
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Tujuan dari pada pengamatan (studi kasus) adalah untuk menyelidiki
secara mendalam dan untuk menganalisis secara intensif suatu fenomena beragam
yang merupakan lingkaran kehidupan dari suatu kesatuan dengan satu sudut
pandang untuk menetapkan generalisasi tentang populasi yang lebih luas terhadap
sebagaimana mestinya kesatuan itu.
Sesuai data yang hendak didapatkan, serta manfaat penelitian yang hendak
dicapai, penelitian dengan metode studi kasus ini dianggap relevan. Suatu
kesatuan dari lingkaran kehidupan yang dimaksud dalam pendapat Cohen,
Manion, dan Morrison sesuai penelitian ini adalah pemanfaatan ICT sebagai
sumber belajar kaitannya sebagai upaya dalam mengembangkan civic disposition
siswa. Untuk menetapkan generalisasi tentang populasi yang lebih luas, yakni
dengan harapan pemanfaatan ICT sebagai sumber belajar sebagai upaya dalam
mengembangkan civic disposition sisw di lokasi penelitian (SMKN 13 Bandung)
dapat menjadi prototipe sehingga bisa diterapkan secara lebih luas di
sekolah-sekolah lain. Sehingga pengamatan secara intensif dan mendalam perlu dilakukan
di SMKN 13 Bandung melalui metode studi kasus (case and field research), agar
tergambar secara rinci pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber
belajar.
D. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep utama, diantaranya ICT,
sumber belajar, dan civic disposition. Beberapa hal terkait definisi operasional
konsep tersebut akan dikemukakan di bawah ini.
1. ICT (information and communication technology)
ICT atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan TIK (teknologi informasi
dan komunikasi). Istilah TIK atau ICT (Information and Communication
Technology atau yang di kalangan negara Asia berbahasa Inggris disebut infocom,
secara umum adalah adalah berbagai bentuk peralatan dan sistem yang digunakan
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
menyimpan dan menyebarkan informasi melalui media elektronik. (Isjoni, Ismail,
dan Mahmud, 2008: 75)
Pengertian menurut Rogers (dalam Darmawan, 2012: 17) dijelaskan
mengenai communication technology sendiri, yaitu
Teknologi informasi merupakan perangkat keras bersifat organisatoris dan meneruskan nilai-nilai sosial dengan siapa individu atau khalayak mengumpulkan, memproses dan saling mempertukarkan informasi dengan individu atau khalayak lain.
2. Sumber Belajar
Menurut Rohani (2010: 161), definisi sumber belajar adalah “segala daya
yang dapat dipergunakan untuk kepentingan proses/aktivitas pengajaran baik
secara langsung maupun tidak langsung, di luar peserta didik (lingkungan) yang
melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung”.
Sedangkan Majid (2011: 170) mengemukakan pengertian sumber belajar
sebagai berikut.
Sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.
Peraturan terbaru mengenai penerapan Kurikulum 2013, yaitu dalam
Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum dan Pedoman Umum Pembelajaran halaman 42, dijelaskan bahwa “sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa
media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya”.
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Civic disposition diartikan pula sebagai watak kewarganegaraan atau
karakter kewarganegaraan. Branson (dalam Wuryan dan Syaifullah, 2008: 78)
menjelaskan bahwa
Civic disposition mencakup sifat karakter pribadi warga negara yang mana meliputi tanggung jawab moral, disiplin diri dan hormat terhadap martabat setiap manusia, kemudian sifat karakter publik meliputi kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, hormat terhadap aturan (rule of the law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi, dan berkompromi.
E. Instrumen Penelitian
Sesuai dengan desain penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau
alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen harus juga “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan (Sugiyono, 2009: 305).
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperanserta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya. Menurut Moleong (2010: 168), “kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada kahirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya”.
Terkait data kuantitatif yang hendak disertakan dalam temuan penelitian
ini, pada prinsipnya harus menggunakan alat ukur yang baik. Alat ukur dalam
penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi menurut Sugiyono (2009: 148) “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.
Titik tolak dari penyusunan instrumen data kuantitatif adalah
variabel-variabel yang telah ditentukan sebelumnya. Dari indikator-indikator tersebut
diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang dapat
diukur. Dari indikator tersebut kemudian dijabarkan menjadi butir-butir
pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2009: 149).
Indikator data kuantitatif yang dikemukakan dalam penelitian ini misalnya
sumber belajar berupa: 1) jenis alat, 2) kegunaan alat, 3) durasi waktu penggunaan
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
ICT itu sendiri. Kemudian dalam pengukuran sikap untuk mengetahui civic
disposition siswa, digunakan indikator berupa sikap: 1) mandiri, 2) jujur, 3)
disiplin, dan 4) tanggung jawab. Adapun rincian indikator dan pernyataan yang
telah dibuat, dilampirkan dalam bentuk kisi-kisi instrumen.
Di dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen kunci (key instrument)
akan terjun ke lapangan sendiri dan melakukan pengumpulan data dengan
berinteraksi bersama orang-orang di sekitar lingkungan penelitian yaitu SMKN 13
Bandung, sampai pada analisis data dan membuat kesimpulan. Di samping itu
pula sebagai pengumpul data kuantitatif berupa angket dan pengukuran sikap
untuk penyajian pada akhir penelitian.
F. Proses Pengembangan Instrumen
Dalam penelitian kualitatif, menurut Sugiyono (2009: 363) “kriteria utama terhadap data hasil penelitian adalah valid, reliabel, dan objektif”. Jadi uji
keabsahan data dalam penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009: 366) “meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliablitias), dan confirmability (objektivitas).
1. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
ini adalah dengan cara triangulasi.
Menurut Wiliam Wiersma (dalam Sugiyono, 2009: 1986), „triangulation is qualitative cross validation. It assesses the sufficiency of the data according to the
convergence of multiple data sources or multiple data collection procedures’.
Triangulasi ini dilakukan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber,
yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa. Selain itu digunakan triangulasi dengan
teknik pengumpulan data dari hasil observasi, wawancara, dan angket.
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Transferability ini merupakan validitas eksternal. Bagi peneliti kualitatif,
nilai transfer tergantung pada pemakai. Maka peneliti membuat laporannya harus
menggunakan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. (Sugiyono,
2009: 376)
3. Pengujian Dependability
Dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2009: 377) bahwa “uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses
penelitian. Selain itu dependability disebut juga uji reliabilitas. Maka untuk
mencapai derajat reliabilitas yang tinggi, maka dibutuhkan alat yang reliable.
Dengan demikian peneliti sebagai key instrument melakukan pengumpulan data
secara akurat dan alamiah.
4. Konfirmability atau Kepastian
Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji
objektivitas atau kepastian. Menurut Sugiyono (2009: 377), “penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang”. Oleh karena itu, agar penelitian ini dapat menjaga kebenaran dan objektifitas maka pembimbing
berperan memeriksa proses penelitian untuk menjamin kebenaran keseluruhan
penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan empat
teknik, yaitu observasi (pengamatan), wawancara (interview), studi dokumentasi,
dan dilengkapi oleh angket.
1. Observasi
Peneliti memilih teknik penelitian dengan memanfaatkan pengamatan. Jika
diikhtisarkan, alasan secara metodologis penggunaan pengamatan adalah sebagai
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaan waktu itu (Moleong, 2007: 175).
Dalam penilitian kualitatif ini, peneliti memilih observasi secara langsung. Menurut Danial dan Warsiah (2009: 78), “Jenis observasi ini adalah pengamatan yang dilakukan langsung oleh pengamat (observer) pada objek yang diamati”.
2. Wawancara
Menurut Moleong (2007: 5) “dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan
dokumen”.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong, 2007: 186)
Sementara menurut Danial dan Warsiah (2009: 71), “wawancara adalah teknik mengumpul data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara
peneliti dan responden secara sungguh-sungguh”.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi tidak kalah penting dalam teknik pengumpulan data.
Studi dokumentasi ini dapat berguna untuk melengkapi data-data yang didapat
melalui hasil wawancara dan observasi.
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Pemilihan teknik ini dilandasi oleh pemikiran bahwa selain data yang
diperoleh dari sumber lisan, tentunya data secara riil berbentuk dokumen sangat
dibutuhkan untuk menunjang hasil penelitian.
4. Angket
Peneliti menggunakan angket untuk melengkapi data kualitatif terkait
penggunaan sumber belajar berbasis ICT yang digunakan siswa.
Kuisioner atau angket menurut Danial dan Warsiah (2009: 73), ialah “alat untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian secara tertulis berupa sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang dijelaskan secara tertulis kepada responden sesuai dengan masalah penelitian”.
Dilihat dari segi jawaban responden, angket dapat diklasifikasikan menjadi
angket terbuka, tertutup, campuran/kombinasi dan semi terbuka. Dalam penelitian
ini, peneliti memilih menggunakan angket tertutup.
Angket tertutup adalah angket dengan pertanyaan yang diajukan kepada responden telah disediakan jawabannya oleh peneliti. Responden hanya memilih jawaban yang kira-kira cocok sesuai dengan pendapatnya dan tidak diberikan kesempatan memberikan jawaban lain (Danial dan Warsiah, 2009: 75).
5. Pengukuran Sikap
Peneliti menggunakan pengukuran sikap untuk melengkapi data kualitatif
terkait pengukuran kemunculan sikap yang ditampilkan siswa (civic disposition). “Alat ini untuk mengumpulkan informasi yang berkenaan dengan sikap, atau persepsi seseorang terhadap suatu objek atau kondisi tertentu” (Danial dan Warsiah, 2009: 80). Beberapa yang dapat diidentifikasi sebagai alat pengumpul
data untuk mengukur sikap seseorang antara lain yaitu rating scale (skala
bertingkat), skala sikap, daftar gejala kontinum (DGK), dan sosiometri.
Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan skala sikap. Dalam
pengukuran sikap dengan skala sikap ukuran yang dimaksud dengan menskalakan
seberapa besar sikap seseorang terhadap kondisi tertentu, pada batas ukuran
setuju-setuju-ragu-Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
ragu-tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hal ini amat populer dengan skala Likert
(Danial dan Warsiah, 2009: 82).
H. Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan analisis data berupa data kualitatif dari
hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi, kemudian digunakan pula
analisis data kuantitatif dalam mengolah data angket dan pengukuran sikap yang
didapat. Dengan demikian analisis data dalam uraian metodologi penelitian ini
dibagi menjadi dua sub bab sebagai berikut.
1. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif dilakukan untuk data yang terkumpul melalui
angket dan pengukuran sikap dengan menggunakan analisis statistik deskriptif
untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang telah ditentukan, yaitu
sumber belajar siswa (X) dan civic disposition siswa (Y).
Dalam penelitian ini pemanfaatan sumber belajar berbasis ICT
diungkapkan melalui data angket yang didapat. Kemudian untuk pengembangan
civic disposition siswa ialah melalui pengukuran sikap berupa skala sikap.
a. Skala Sikap
Menurut Danial dan Warsiah (2009: 82), “para peneliti seringkali menggunakan skala Likert dengan skala lima (4-3-2-1-0) atau (5-4-3-2-1) yakni
jika responden menjawab SS dinilai 4, S dinilai 3, ragu dinilai 2, TS dinilai 1, dan STS dinilai 0”. Demikian untuk jawaban positif, sedangkan untuk jawaban negatif sebaliknya.
Proses berikutnya setelah butir-butir pertanyaan diisi responden adalah
menjumlahkan seluruh skor dari semua item yang dipilih. Seluruh item ada 20
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
dikategorikan kecenderungan sikap yang tinggi, sedang, kurang, dan rendah
sebagai berikut.
Tabel 3.2
Kategorisasi Skor dan Tingkat Sikap
No. Kategori Skor Kelas
Interval Tingkat
Kecenderungan Sikap
1. 80-100 Sangat Tinggi Terpuji
2. 65-79 Tinggi Baik
3. 50-64 Sedang Cukup
4. 35-49 Kurang Kurang
5. <34 Rendah Jelek
Sumber: Danial dan Warsiah (2009: 83)
b. Angket Tertutup
Data diolah dengan menggunakan statistik deskriptif melalui perhitungan
prosentase untuk melihat perbandingan besar kecilnya frekuensi dari setiap
alternatif jawaban. Prosentase diolah dengan membandingkan jumlah frekuensi
jawaban dan banyaknya sampel atau responden yang dikalikan dengan angka
100%, dirumuskan sebagai berikut.
P=
x 100%
Keterangan:
P = Presentase jawaban
F = Jumlah frekuensi dari setiap alternatif jawaban
N = Jumlah sampel
100 = Bilangan tetap
Data yang dikumpulkan melalui angket merupakan prosentase hasil
jawaban siswa. Data disajikan menurut jawaban yang paling banyak, hingga
jawaban yang paling sedikit dipilih oleh siswa. Adapun sampel dalam
pengambilan data angket ini adalah sebanyak 40 orang siswa kelas X.
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Dalam analisis data kualitatif penelitian ini, didapatkan data dari lapangan
berupa uraian hasil observasi atau pengamatan, hasil wawancara, dan studi
dokumentasi. Data tersebut diolah dengan dianalisis menggunakan teknik analisis
data kualitatif.
Moleong (2007) menjelaskan analisis data sebagai berikut.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Bertolak dari penjelasan di atas, analisis data dalam penelitian ini dimulai
dengan menelaah seluruh data yang sudah lengkap dari berbagai sumber yaitu
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, kemudian melakukan reduksi data,
penyajian data, hingga penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Sebagaimana dikemukakan Miles dan Huberman (dalam Sutopo, 2006:
113) sebagai berikut.
Dalam proses analisis kualitatif, terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami oleh setiap peneliti kualitatif. Tiga komponen utama analisis tersebut adalah (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan kesimpulan serta verifikasinya.
a. Reduksi Data
Proses analisis berupa pengumpulan, penyusunan, dan penyederhanaan
informasi dilakukan dalam tahapan reduksi data. Informasi yang didapat diolah
bisa dengan cara meringkasnya.
Bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga narasi sajian data dan simpulan-simpulan dari unit-unit permasalahan yang telah dikaji dalam penelitian dapat dilakukan. (Sutopo, 2006: 114)
b. Sajian Data
Sajian data atau kerapkali disebut display data merupakan tahapan
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
yang didapat dalam penelitian. Dapat berupa matriks, gambar, tabel, atau hal-hal
lain yang mendukung penyajian data dan narasi penelitian.
Sajian data ini unit-unitnya harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan peneltian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci dan mendalam untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.
(Sutopo, 2006: 115)
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Tahapan ini merupakan proses akhir dari analisis data kualitatif. Tahapan
ini dilatarbelakangi oleh tujuan untuk mendapatkan suatu hasil akhir yang kokoh.
Pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan penelitian
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
126
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab V ini merupakan kesimpulan dari hasil kajian “Studi tentang Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajar dalam Mengembangkan Civic
Disposition Siswa”. Kesimpulan yang dirumuskan berdasarkan data yang
terkumpul dari hasil penelitian di lapangan. Data yang telah diolah dan dianalisis
kemudian ditafsirkan dalam bentuk tulisan dan bahasa karya ilmiah. Selain itu,
peneliti membuat rekomendasi berdasarkan hasil penelitian yang disesuaikan
dengan kesimpulan sebelumnya dengan harapan adanya perbaikan serta
perubahan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan karya ilmiah ini.
A. Simpulan
1. Simpulan Umum
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang
telah dikemukakan sebelumnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa
lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar telah berperan dalam
pengembangan civic disposition siswa. ICT yang merupakan kependekan dari
Information Communication and Technology atau dalam bahasa Indonesia dikenal
dengan istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memberikan dampak
terhadap proses belajar mengajar termasuk pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
Lingkungan berbasis ICT muncul sebagai akibat dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan dinamika kehidupan manusia. Penggunaannya yang sudah
merasuki hampir seluruh aspek kehidupan membuat lingkungan berbasis ICT
menjadi suatu bentuk respon baru terhadap budaya atau kebiasaan peserta didik.
Kebiasaan inilah yang semestinya dihadapi secara positif. Dengan demikian
pemanfaatan ICT dalam proses belajar mengajar diharapkan mampu
menumbuhkan karakter kewarganegaraan, terutama ketika ICT digunakan sebagai
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 2. Simpulan Khusus
Hasil penelitian di lapangan mengenai pemanfaatan lingkungan berbasis
ICT sebagai sumber belajar dalam mengembangkan civic disposition siswa di
SMK Negeri 13 Bandung ialah sebagai berikut.
a. Kompetensi guru PKn dalam memahami arti dan fungsi ICT tergambar
dalam beberapa indikator sebagai berikut. 1) Kemelekan guru terhadap
ICT. Hampir seratus persen guru-guru di SMK Negeri 13 Bandung telah
mengetahui dan memahami arti dan fungsi ICT dalam pembelajaran.
Terutama guru PKn, sudah merupakan kewajiban untuk melek terhadap
ICT agar senantiasa memperkaya informasi mengenai hukum, politik,
kenegaraan, serta nilai dan moral sebagai bagian dari materi pelajaran
PKn; 2) Penggunaan ICT oleh guru. Di SMK Negeri 13 Bandung
penggunaan ICT meliputi pemanfaatan perangkat seperti halnya
smartphone, laptop, LCD proyektor dan screen, serta internet. Rata-rata
semua guru dapat mengoprasikan perangkat ICT tersebut dengan cukup
baik. Baik ketika proses perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
3) Pengolahan ICT sebagai sumber belajar. Khusus bagi guru PKn, ketika
mengolah ICT sebagai sumber belajar lebih banyak memanfaatkan
keberadaan LCD proyektor beserta screen, sehingga memungkinkan bagi
guru untuk mengadakan pembelajaran secara interaktif.
b. Lingkungan berbasis ICT di SMK Negeri 13 Bandung dimanfaatkan guru
sebagai sumber belajar PKn. Fasilitas berbasis ICT yang diunggulkan
dengan pengadaan jaringan on-LAN (Local Area Network) memudahkan
guru PKn dalam menyediakan berbagai sumber belajar bagi siswa seperti
halnya fasilitas e-learning dan internet. Dalam memanfaatkan lingkungan
berbasis ICT, guru PKn terlebih dahulu membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Materi yang dibahas tentang Hak Asasi Manusia
(HAM) melatarbelakangi guru untuk merancang pembelajaran yang
Silvia Rahmelia, 2015
STUD I TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR D ALAM MENGEMBANGKAN CIVIC D ISPOSITION SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
kelas mengenai materi yang dipelajari dengan menggunakan perangkat
ICT yang ada dan dimiliki masing- masing siswa.
c. Proses pembelajaran PKn dengan memanfaatkan lingkungan berbasis ICT
sebagai sumber belajar terbagi menjadi beberapa langkah pembelajaran.
Dari mulai kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang terdiri dari tahapan
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, dan
mengkomunikasikan, kemudian langkah terakhir yaitu kegiatan penutup.
Selama proses pembelajaran berlangsung guru memanfaatkan perangkat
ICT seperti LCD Proyektor, screen, dan laptop untuk menampilkan
gambar yang berkaitan dengan pelanggaran kasus HAM di Indonesia.
Selanjutnya guru juga memfasilitasi siswa secara berkelompok ketika
menggunakan perangkat ICT seperti laptop dan smartphone untuk
mengumpulkan informasi mengenai faktor-faktor terjadinya pelanggaran
HAM beserta contoh kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia.
Disamping itu, tahap evaluasi dilakukan dalam bentuk penugasan di
e-learning yang dijawab melalui email kepada guru yang bersangkutan,
kemudian dalam bentuk UTS dan UAS secara on-LAN (dalam jaringan)
dengan jadwal yang telah ditentukan.
d. Lingkungan berbasis ICT di SMK Negeri 13 Bandung telah berperan
dalam mengembangkan civic disposition siswa. Melalui mata pelajaran
PKn, guru tidak hanya membelajarkan siswa agar menjadi warga negara
yang cerdas dan baik. Akan tetapi guru PKn juga membentuk kebiasaan
serta karakter kewarganegaraan siswa melalui perkembangan ICT yang
dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Berdasarkan hasil angket, siswa
banyak memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar PKn. Terutama saat
mencari informasi-informasi tentang politik, hukum, dan kenegaraan di
internet. Kemudian berdasarkan hasil pengukuran sikap, penggunaan ICT
telah mengembangkan karakter kewarganegaraan siswa, yaitu berupa
karakter jujur, mandiri, disiplin, tanggung jawab, demokratis, dan