• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA: (Penelitian Studi Kasus di SMK Negeri 13 Bandung).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA: (Penelitian Studi Kasus di SMK Negeri 13 Bandung)."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

(Penelitian Studi Kasus di SMK Negeri 13 Bandung)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan DepartemenPendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

Silvia Rahmelia 1101972

DEPARTEMENPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Silvia Rahmelia, 2015

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 (Penelitian Studi Kasus di SMK Negeri 13 Bandung)

Oleh:

SILVIA RAHMELIA

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

©SILVIA RAHMELIA 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian

(3)

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(4)
(5)

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 ABSTRAK

Silvia Rahmelia. (2015). Studi tentang Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajar dalam Mengembangkan Civic Disposition Siswa (Penelitian Studi Kasus di SMK Negeri 13 Bandung)

Dewasa ini perkembangan ICT (information and communication technology)merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. ICT telah menjadi bagian dari lingkungan budaya yang dihasilkan pola dinamika masyarakat. Peranannya begitu kuat terhadap tatanan kehidupan termasuk dunia pendidikan, khususnya proses belajar mengajar. Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar oleh guru PKn, peranannya dalam mengembangkan civic disposition atau karakter kewarganegaraan siswa di SMK Negeri 13 Bandung. Disamping itu, penelitian ini bertujuan mengungkapkan dan memberikan gambaran secara mendalam situasi dan kondisi di SMK Negeri 13 Bandung meliputi pemahaman guru PKn mengenai arti dan fungsi ICT sebagai sumber belajar; cara guru PKnmemanfaatkan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar; proses pembelajaran PKn dengan memanfaatkan lingkungan berbasis ICT; lingkungan berbasis ICT dalam mengembangkan civic disposition siswa; dan kendala guru PKn dalam memanfaatkan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar. Grand Theory yang digunakan dalam penelitian ini ialah Teori Belajar dari Winkel, bahwa ‘belajar sebagai interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan nilai-sikap’. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan diperkuat oleh data kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang dipilih adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi untuk data kualitatif. Sementara pengumpulan data kuantitatif menggunakan angket dan pengukuran sikap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PKn di SMK Negeri 13 Bandung telah memahami arti dan fungsi ICT yang tergambar dari beberapa indikator, yaitu kemelekan guru terhadap ICT, cara guru menggunakan dan mengolah ICT sebagai sumber belajar. Guru memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar dengan terlebih dahulu membuat rancangan pembelajaran (RPP). Selain itu guru memanfaatkan lingkungan berbasis ICT yang tersedia di sekolah meliputi e-learning, e-mail, dan edmodo dengan menggunakan jaringan internet on-LAN. Proses pembelajaran PKn mengenai materi Hak Asasi Manusia dengan memanfaatkan lingkungan berbasis ICT, yaitu jaringan internet untuk mengakses materi, e-mail dan e-learning untuk penugasan, LCD proyektor dan screen, laptop, serta smartphone. Pemanfaatan lingkungan berbasis ICT telah mengembangkan civic disposition siswa berupa karakter jujur, mandiri, bertanggung jawab, disiplin, demokratis, dan keberadaban. Kendala dalam pemanfaatan ICT ialah keterbatasan guru dalam mencari bahan penayangan yang sesuai dengan materi pelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikian, semestinya guru tetap memperhatikan antusiasme dan keaktifan siswa dalam belajar meskipun telah terbantu dengan adanya ICT. Pihak sekolah agar secepatnya merealisasikan pemerataan sarana dan peralatan ICT. Kemudian bagi institusi/jurusan serta

(6)

Silvia Rahmelia, 2015

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 peneliti selanjutnya agar terus mengembangkan keilmuan PKn selaras dengan kemajuan ICT dan kelimpahan informasi yang kian berkembang

ABSTRACT

Silvia Rahmelia. (2015). Studies about Environtment Base on ICT as Learning Resources within Fostering Student’s Civic Disposition (Case Studies Research in SMKN 13 Bandung)

(7)

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 happens though use ICT. For school had better realize for completed ICT’s tools. For department and another researcher in order to continual fostering civics or civic education within ICT’s development.

(8)

Silvia Rahmelia, 2015

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Teori Belajar dan Pembelajaran ... 9

B. Lingkungan sebagai Sumber belajar ... 16

C. Pembelajaran PKn di Sekolah ... 29

D. Pengembangan Civic Disposition Melalui Lingkungan Berbasis ICT ... 34

E. Penelitian Terdahulu ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 42

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 42

B. Desain Penelitian ... 44

C. Metode Penelitian ... 47

D. Definisi Operasional ... 48

E. Instrumen Penelitian ... 50

(9)

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015

G. Teknik Pengumpulan Data ... 52

H. Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 58

1. Profil SMK Negeri 13 Bandung ... 58

2. Visi dan Misi Sekolah ... 60

3. Kondisi Guru dan Staf Tata Usaha ... 61

4. Kondisi Siswa ... 62

5. Kondisi Sarana dan Prasarana ... 62

6. Gambaran Umum Lingkungan SMK Negeri 13 Bandung ... 64

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 66

1. Kompetensi Guru dalam Memahami Arti dan Fungsi ICT ... 66

2. Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajar PKn ... 70

3. Proses Pembelajaran PKn dengan Memanfaatkan Lingkungan Berbasis ICT ... 79

4. Lingkungan Berbasis ICT dalam Mengembangkan Civic Disposition Siswa ... 84

5. Kendala Guru dalam Memanfaatkan Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajar ... 102

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 104

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 126

A. Simpulan ... 126

B. Saran ... 129 DAFTAR PUSTAKA

(10)

Silvia Rahmelia, 2015

(11)

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan pada hakikatnya harus dimaknai sebagai proses belajar mengajar yang lebih dari sekadar kegiatan guru dan siswa di kelas secara tertutup (pengajaran). Akan tetapi, sudah selayaknya pendidikan ditafsirkan secara aplikatif menjadi proses pembelajaran yang tidak lagi mengenal kelas dalam arti konvensional. Pembelajaran yang ideal dewasa ini mencakup kegiatan belajar mengajar yang turut serta menanamkan sejumlah aspek moral ke dalam jiwa peserta didik dalam rangka pembentukan watak kewarganegaraan.

Hal ini sejalan dengan cita-cita pendidikan Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu sebagai berikut.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan peserta didik menjadi manusia Indonesia yang berkualitas, potensi peserta didik harus ditempa dan dikembangkan agar seimbang antara keterampilan fisik, keterampilan psikologis, dan keterampilan sosialnya. Selain itu kegiatan pembelajaran harus mengacu pada proses interaksi edukatif. Guru dan siswa berada dalam satu relasi kejiwaan untuk bersama-sama menanam kebaikan dalam rangka menumbuhkan moralitas peserta didik.

(12)

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 diperinci dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, sebagai berikut.

Kemampuan peserta didik yang diperlukan yaitu antara lain kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif dengan mempertimbangkan nilai dan moral Pancasila agar menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, toleran dalam keberagaman, mampu hidup dalam masyarakat global, memiliki minat luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan peduli terhadap lingkungan.

Dalam menciptakan interaksi edukatif melalui proses pembelajaran diperlukan sumber belajar yang variatif. Dengan alasan bahwa setiap sumber belajar menghasilkan kompetensi tertentu pada diri peserta didik. Semakin variatif sumber belajar yang digunakan guru, semakin besar pula peluang ketercapaian kompetensi peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan variasi sumber belajar yang digunakan guru dapat memacu tingkat berpikir siswa melebihi tataran teoritis. Siswa dituntut untuk melibatkan pengolahan sikap serta keterampilannya dalam belajar. Ketika sumber belajar yang digunakan guru tak lagi berbentuk teks yang kaku, otomatis siswa harus mampu mengeksplorasi berbagai informasi baik yang tersedia di lingkungan sekolah, maupun di luar sekolah. Misalnya dalam pemanfaatan lingkungan sekolah berbasis ICTsebagai sumber belajar.

Dewasa ini, ICT (Information and Communication Technology) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan telah memacu perubahan hampir di setiap aspek kehidupan termasuk di dalamnya dunia pendidikan. Teknologi menjadi bagian dari lingkungan budaya yang dihasilkan pola dinamika masyarakat. Kehadirannya telah melahirkan berbagai kemudahan sehingga dapat memberikan peningkatan efektifitas dan efisiensi kinerja.

(13)

3

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 aspek nilai dan moral tersendiri di dalamnya. Begitu pun ketika ICT digunakan sebagai sumber belajar dalam dunia pendidikan.

Teknologi sebagai bentukan dari lingkungan budaya telah menciptakan tatanan nilai dan norma yang baru dalam masyarakat. KemajuanICTtelah mempengaruhikehidupanwarganegara.“.. ICTs do not necesarilly produce new citizens but that they do provided for new and important citizenship practice

(Hermes

2006:295)”.ICTtidakselalumenghasilkanwarganegarabarutetapiICTmenyediakanh

al yang barudanpentingbagipraktik kewarganegaraan. Dengan demikian, pendidikan harus mampu menjadi wadah untuk membelajarkan peserta didik agar memiliki kebiasaan baik dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi.

Dunia pendidikan telah lama mengadopsi ICT untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan kebermanfaatannya yang dapat dirasakan baik oleh siswa maupun guru. Siswa dapat lebih mudah mengakses informasi selain dari buku teks yang dipegangnya untuk dijadikan sumber belajar. Akses informasi tersebut bisa melalui internet, e-learning, media interaktif, dan sebagainya. Kemudian kemudahan bagi guru ialah saat penyampaian materi pembelajaran. Dengan adanya ICT, materi pembelajaran dapat mudah tersampaikan. Misalnya saja saat guru akan menampilkan hasil quick count pemilu secara langsung dari koran online di internet, atau ketika guru akan menampilkan video suasana pemilu. Pencarian materi pembelajaran tersebut sudah tentu harus melalui ICT, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

Merujuk aliran konvergensi dalam perkembangan individu sebagaimana dikemukakan Syah (dalam Riyanto, 2012: 3) bahwa faktor lingkungan sangat dominan dalam memberikan pengaruh terhadap perkembangan manusia. Menurut Syah, proses perubahan (perkembangan) pada manusia dipengaruhi oleh dua faktor yaitu sebagai berikut.

(14)

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 Kedua, faktor eksternal individu, yaitu hal-hal di luar individu yang turut memengaruhi perkembangan individu. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial (keluarga, masyarakat), lingkungan fisik (sarana danprasarana), dan pengalaman belajar dari interaksi dengan lingkungan sekitar.

Dari penjelasan di atas dapat dicermati bahwa lingkungan dalam artian sarana prasarana pun turut menjadi faktor eksternal perkembangan seorang manusia. Termasuk pula di dalamnya proses interaksi edukatif antara siswa dan guru ketika pembelajaran, yakni dengan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar.

Proses pembelajaran dengan memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar sangat dibutuhkan, terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terkait misi nasionalnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui koridor value-based education. Karena dituntut untuk melakukan pembelajaran berbasis nilai, dalam Pendidikan Kewarganegaraan dikembangkan pula kompetensi kewarganegaraan siswa terutama watak kewarganegaraannya (civic disposition). Watak kewarganegaraan ini mencakup nilai-nilai seperti disiplin,

bertanggung jawab, percaya diri, jujur, mandiri, dan sebagainya.

Pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar, merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Mengingat ICT ini dapat mengantarkan siswa untuk berlatih belajar secara inquiry. Berbagai informasi yang tersedia di internet sebagai bagian dari perkembangan ICT, dapat melatih siswa untuk belajar kreatif dan mandiri. Selain itu, guru tidak lagi bertindak sebagai sumber belajar tunggal. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam penggunaan ICT sebagai sumber belajar di sekolah.

(15)

5

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 Pengembangan teknologi jaringan sekolah ini sengaja dilakukan dan dipelopori oleh warga sekolah (guru dan siswa) dengan memanfaatkan potensi yang ada.

Pembelajaran berbasis ICT terutama pada mata pelajaran PKn, telah lama diterapkan di SMKN 13 Bandung. Penggunaan ICT ini tidak sekedar pengadaan LCD proyektor atau perangkat komputer semata. Akan tetapi sekolah ini telah lama mengembangkan jaringan sekolah sendiri untuk berbagi informasi tentang materi pembelajaran. Baik itu berupa penggunaan internet sebagai sumber belajar, mengirim tugas lewat email, forum diskusi pada web sekolah, hingga UJON (Ujian Online) melalui jaringan On-LAN (local area network) yang dikembangkan oleh sekolah secara swadaya.

Pemanfaatan sekolah berbudaya lingkungan berbasis ICTmencakup: (1) proses pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar dalam mata pelajaran PKn, (2) pemanfaatan lingkungan berbasis ICTsebagai sumber belajar dalam rangka mengembangkan civic disposition siswa. Peneliti memiliki asumsi bahwa pemanfaatan lingkungan berbasis ICTsebagai sumber belajar pada mata pelajaran PKn di SMKN 13 Bandung, telah lama diterapkan sejak sekolah tersebut mengembangkan jaringan swadaya sekolah (On-LAN).

Berdasarkan asumsi yang dikemukakan, peneliti bermaksud mengkaji lebih lanjut tentang kaitan antara pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar, peranannya terhadap pengembangan civic disposition siswa. Maka peneliti merumuskan judul: “Studi tentang Lingkungan Berbasis ICTsebagai Sumber Belajar dalam Mengembangkan Civic Disposition Siswa (Penelitian Studi Kasus di SMKN 13 Bandung).

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penelitian ini berfokus pada permasalahan sebagai berikut.

1. Pemahaman guru PKn mengenai arti dan fungsi ICT sebagai sumber belajar. 2. Proses pemanfaatan lingkungan berbasis ICToleh Guru PKn sebagai sumber

(16)

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 3. Pelaksanaan pembelajaran PKn dengan memanfaatkan lingkungan berbasis

ICT sebagai sumber belajar.

4. Pembelajaran PKn di sekolah dianggap monoton dan konvensional, sehingga dirasa kurang mengembangkan civic disposition siswa. Pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar memacu siswa berpikir kreatif dan mandiri sehingga dapat mengembangkan civic disposition siswa. Hal tersebut tergambar dalam ukuran keberhasilan siswa melalui hasil belajar. 5. Kendala yang terjadi pada saat memanfaatkan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar, karena dalam setiap proses pembelajaran tidak terlepas dari kekurangan dan kendala. Dengan demikian diperlukan evaluasi.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Secara umum, rumusan masalah dalam penelitian ini ialah „bagaimana lingkungan berbasis ICT dapat mengembangkan civic disposition siswa di SMKN 13 Bandung‟. Kemudian berdasarkan paparan dalam poin identifikasi masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Apakah guru PKn di SMKN 13 Bandung memahami arti dan fungsi ICT sebagai sumber belajar?

2. Bagaimana guru PKn di SMKN 13 Bandung memanfaatkan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar ?

3. Bagaimana proses pembelajaran PKn dengan memanfaatkan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar di SMKN 13 Bandung?

4. Bagaimana lingkungan berbasis ICT dapat mengembangkan civic dispositionmelalui hasil belajar afektif siswa di SMKN 13 Bandung?

5. Apa saja kendala dan upaya guru PKn dalam memanfaatkan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar di SMKN 13 Bandung?

D. Tujuan Penelitian

(17)

7

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 1. pemahaman guru PKn di SMKN 13 Bandung mengenai arti dan fungsi

ICT sebagai sumber belajar;

2. cara guru PKn di SMKN 13 Bandung dalam memanfaatkan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar;

3. proses pembelajaran PKn dengan memanfaatkan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar di SMKN 13 Bandung;

4. lingkungan berbasis ICT dalam mengembangkan civic dispositionmelalui hasil belajar afektif siswa di SMKN 13 Bandung;

5. kendala dan upaya guru PKn dalam memanfaatkan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar di SMKN 13 Bandung.

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian

1. Manfaat/Signifikansi dari Segi Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan dalam konteks pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar. Dengan demikian dihasilkan pembelajaran PKn berbasis teknologi (ICT) yang dapat mengembangkan civic disposition siswa. Sebagai upaya agar siswa mampu memanfaatkan ICT sesuai dengan tata nilai norma yang baik dan bertanggung jawab.

2. Manfaat/Signifikansi dari Segi Praktik

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Memberikan informasi tentang sekolah yang memanfaatkan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar;

b. Memberikan pengetahuan bagi guru untuk lebih meningkatkan proses pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga dapat mengembangakan aspek afektif siswa (civic disposition) dalam belajar; c. Memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai pemanfaatan

(18)

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 d. Memberikan pengalaman bagi sekolah-sekolah lain agar dapat turut serta

mengembangkan pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar, terutama dalam mata pelajaran PKn.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi diperlukan untuk memperlancar penulisan serta bertujuan agar lebih sistematis dalam penyusunan skripsi. Adapun struktur organisasi skripsi ini ialah sebagai berikut.

BAB I mengenai pendahuluan, berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II mengenai kajian pustaka, berisi konsep-konsep, teori-teori, dalil-dalil, penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, serta posisi teoretis peneliti yang berkenaan dengan belajar dan pembelajaran, ICT, dan civic disposition (karakter warga negara).

BAB III mengenai metode penelitian, berisi tentang lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analsisis data.

BAB IV mengenai hasil penelitian dan pembahasan, berisi pengolahan atau analisis data yang berkaitan dengan masalah lingkungan sebagai sumber belajar dalam mengembangkan civic disposition siswa. Sekaligus dengan pembahasannya mengenai subjek penelitian (SMKN 13 Bandung)

(19)

42

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 13 yang beralamat di Jalan Soekarno-Hatta Km.10 Jati Sari, Buah Batu, Kota Bandung 40286. Sekolah ini dipilih dengan pertimbangan bahwa berdasarkan pengamatan dan perbandingan yang telah dilakukan dengan sekolah-sekolah lain,

SMKN 13 Bandung dengan visinya “Menjadi Sekolah Menengah Kejuruan

Bertaraf Internasional yang Berbudaya Lingkungan” dengan salah satu misinya, “menerapkan pembelajaran berbasis lingkungan dan ICT (information and

communication technology) dan bilingual” telah lama menerapkan pembelajaran berbudaya lingkungan berbasis ICT, yakni sejak lima tahun lalu.

Kemudian berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, SMKN 13 Bandung memiliki fasilitas ICT yang cukup memadai dan seringkali dipergunakan secara rutin. Bahkan sekolah ini sudah melaksanakan sistem pembelajaran dan ujian tidak hanya secara online, namun juga secara on-LAN(local area network) dengan sistem jaringan yang dibuat secara swadaya oleh

sekolah.

2. Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan tergolong penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley (dalam Sugiyono, 2009: 297-298) dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.

(20)

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 Spradley menggambarkan populasi penelitian kualitatif sebagai berikut.

Gambar 3.1

Situasi Sosial (Social Situation)

Situasi sosial sebagai populasi dari penelitian ini ialah meliputi: (1) Place atau tempat, yaitu SMKN 13 Bandung; (2) Actor atau orang, yaitu warga SMKN 13 Bandung; (3) Activity atau aktivitas, yaitu kegiatan sehari-hari siswa di sekolah.

Sementara itu sampel dalam penelitian ini dikarenakan menggunakan desain penelitian kualitatif, maka bukan dinamakan responden. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sugiyono (2009: 298-299) mengenai sampel dalam penelitian

kualitatif, yaitu “Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden,

tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian”.

Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif ditentukan berdasarkan sumber data. Terdapat dua jenis teknik pengambilan sampel yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu purposive sampling dan snowball sampling. Berdasarkan pertimbangan data yang ingin didapat, peneliti memilih

penentuan sumber data yang dilakukan secara purposive. Sugiyono (2009: 300),

mengemukakan bahwa “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu.”

Purposive sampling dipilih dengan mempertimbangkan orang-orang yang

dianggap paling tahu lokasi penelitian (SMKN 13 Bandung). Dengan pemilihan teknik purposive sampling, peneliti dapat mengetahui siapa saja yang dapat dijadikan subjek penelitian.

Place/tempat

Activity/aktivitas Actor/Orang

(21)

44

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 Berdasarkan konsep mengenai teknik pengambilan sampel pada penelitian kualitatif, sasaran penelitian atau sumber data dalam penelitian ini ialah sebagai berikut.

3. Perwakilan Siswa Kelas XI 40 orang

Jumlah 43 orang

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bagian yang sangat menentukan dalam suatu penelitian. Desain penelitian adalah hal yang menentukan peran seorang peneliti dalam realitas yang dikaji. Ada empat pertanyaan dasar yang menjadi kerangka konseptual dalam sebuah desain penelitian, sebagaimana dijelaskan oleh Denzin dan Lincoln (2009: 253) sebagai berikut.

Ada empat pertanyaan dasar yang menjadi kerangka konseptual dalam sebuah desain penelitian: (a) bagaimana sebuah desain penelitian terkait dengan paradigma penelitian yang digunakan? Artinya, bagaimana bukti-bukti materiil dirangkum dan dikaitkan dengan paradigma dalam pertanyaan penelitian? (b) siapa dan apa yang akan diteliti (c) strategi-strategi penelitian apa saja yang digunakan (d) perangkat metodologi dan penelitian apa yang digunakan untuk menghimpun dan menganalisis data-data materiil?

Terkait dengan paradigma penelitian yang digunakan, dalam desain penelitian ini dipilih pendekatan kualitatif. Bertolak dari rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian yang telah disusun sebelumnya, demi mempermudah dalam menjawab pertanyaan penelitian dipilihlah pendekatan kualitatif dengan alasan sebagai berikut.

Pertama, peneliti bermaksud mengungkap satu fenomena mengenai

(22)

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 perkembangan ICT sebagai suatu lingkungan yang digunakan sebagai sumber belajar. Demi mendapatkan gambaran yang menyeluruh, pendekatan kualitatif dirasa cocok untuk digunakan mengingat deskripsi data yang dibutuhkan.

Qualitative researcher seek to understand a phenomenon by focusing on the total picture rather than breaking it down into variables. The goal is a holistic picture and depth of understanding rather than a numeric analysis of data (Ary, Jacobs, dan Sorensen, 2006: 29)

Peneliti kualitatif mencoba memahami satu fenomena dengan memustkan pada gambaran secara keseluruhan daripada memecahkan fenomena itu menjadi beberapa variabel. Tujuannya adalah sebuah gambaran menyeluruh dan memahami secara mendalam fenomena tersebut lebih dari sekedar suatu analisis data numerik.

Kedua, peneliti menganggap pemanfaatan lingkungan berbasis ICT

sebagai sumber belajar merupakan salah satu upaya dalam mengembangkan civic disposition siswa. Dengan alasan bahwa ICT sebagai suatu lingkungan budaya

yang dihasilkan dari dinamika pengetahuan masyarakat mengandung unsur-unsur nilai baru sebagai bentuk pergeseran dari perkembangan ilmu pengetahuan.

Nilai-nilai baru yang terkandung dalam penggunaan ICT terutama ketika digunakan sebagai sumber belajar, perlu dikaji secara natural. Sebab peneliti perlu memperhatikan karakter nilai dalam civic disposition siswa secara riil. Danial dan Warsiah (2009: 60) berpendapat “pendekatan ini melihat suatu objek dalam

konteks „natural‟ alamiah apa adanya bukan parsial. Sehingga dikenal dengan

pendekatan naturalistik”.

Ketiga, bertolak dari pendapat Denzin dan Lincoln sebagaimana telah

dikemukakan sebelumnya bahwa dalam suatu desain penelitian terdapat penjelasan mengenai hal apa dan siapa yang akan diteliti. “Penelitian kualitatif tentang siapa (who) dan apa (what) yang hendak diteliti mencakup berbagai contoh kasus yang bersumber dari fenomena-fenomena dan proses-proses sosial” (Denzin dan Lincoln, 2009: 255).

(23)

46

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 mengembangkan civic disposition siswa. Penelitian ini mencakup proses-proses dari mulai pengetahuan guru mengenai ICT, perencanaan, pelaksanaan, hingga pengamatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn di SMKN 13 Bandung.

Keempat, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena

bertujuan untuk memahami masalah atau keadaan dari sekelompok individu atau orang. Creswell (2012: 39) mengemukakan pengertian mengenai penelitian kualitatif sebagai berikut.

In qualitative research, we see different major characteristics at each stage of the research process:such as exploring a problem and developing a detailed understanding of a central phenomenon, etc.

Dalam penelitian kualitatif terlihat perbedaan karaktersitik, salah satunya ialah menyelidiki suatu permasalahan dan mengembangkan suatu pemahaman yang terperinci dari suatu fokus kejadian. Selain itu, Moleong (2010: 5) mengemukakan bahwa

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang suatu fenomena dalam suatu latar belakang yang berkonteks khusus.

Sementara itu, dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa karakteristik sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2009: 21-22) sebagai berikut.

a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci;

b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka; c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau

outcome;

d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif;

e. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati) Dari penelitian ini diharapkan dapat dikumpulkan data sebanyak mungkin sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan dengan tidak mengesampingkan keakuratan data yang diperoleh.

(24)

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015

Metode menurut Danial dan Warsiah (2009: 61), “pada dasarnya

merupakan alat yang digunakan untuk mencapai sesuatu”. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Hal ini disebabkan salah satu karakteristik utama dari perisetan kualitatif adalah fokus pada studi intensif kasus tertentu, yaitu kasusdari sebuah fenomena.

Ary, Jacobs, dan Sorensen (2006: 454), mengemukakan definisi dari studi kasus sebagai berikut.

A case study focuses on a single unit to produce an in-depth description

that is rich and holistic. The underlying question is “What are the characteristics of this particular entity, phenomenon, person, or setting?”

Case studies typically include multiple sources of data collected over time.

Studi kasus terfokus pada satu kesatuan tunggal untuk menghasilkan deskripsi yang mendalam, beraneka ragam, dan holistik. Pertanyaan yang mendasarinya adalah apa karakteristik dari suatu kejadian khusus, fenomena, orang, atau keadaan. Studi kasus secara khas memasukkan beragam sumber dari data yang dikumpulkan sepanjang waktu penelitian.

Pengertian lain dikemukakan oleh Danial dan Warsiah (2009: 63), yaitu “Metode ini merupakan metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, institusi dan komunitas masyarakat tertentu”. Sesuai dengan aspek yang hendak diteliti mengenai lingkungan berbasis ICT serta perannya dalam mengembangkan civic disposition siswa, maka metode studi kasus ini dianggap relevan untuk

memperoleh data yang dibutuhkan peneliti.

Tujuan daripada pengamatan (studi kasus) adalah untuk menyelidiki suattu fenomena secara intensif sesuai dengan lokasi dan subjek/sasaran penelitian.

(25)

48

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 Tujuan dari pada pengamatan (studi kasus) adalah untuk menyelidiki secara mendalam dan untuk menganalisis secara intensif suatu fenomena beragam yang merupakan lingkaran kehidupan dari suatu kesatuan dengan satu sudut pandang untuk menetapkan generalisasi tentang populasi yang lebih luas terhadap sebagaimana mestinya kesatuan itu.

Sesuai data yang hendak didapatkan, serta manfaat penelitian yang hendak dicapai, penelitian dengan metode studi kasus ini dianggap relevan. Suatu kesatuan dari lingkaran kehidupan yang dimaksud dalam pendapat Cohen, Manion, dan Morrison sesuai penelitian ini adalah pemanfaatan ICT sebagai sumber belajar kaitannya sebagai upaya dalam mengembangkan civic disposition siswa. Untuk menetapkan generalisasi tentang populasi yang lebih luas, yakni dengan harapan pemanfaatan ICT sebagai sumber belajar sebagai upaya dalam mengembangkan civic disposition sisw di lokasi penelitian (SMKN 13 Bandung) dapat menjadi prototipe sehingga bisa diterapkan secara lebih luas di sekolah-sekolah lain. Sehingga pengamatan secara intensif dan mendalam perlu dilakukan di SMKN 13 Bandung melalui metode studi kasus (case and field research), agar tergambar secara rinci pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep utama, diantaranya ICT, sumber belajar, dan civic disposition. Beberapa hal terkait definisi operasional konsep tersebut akan dikemukakan di bawah ini.

1. ICT (information and communication technology)

ICT atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan TIK (teknologi informasi

dan komunikasi). Istilah TIK atau ICT (Information and Communication Technologyatau yang di kalangan negara Asia berbahasa Inggris disebut infocom,

(26)

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 menyimpan dan menyebarkan informasi melalui media elektronik. (Isjoni, Ismail, dan Mahmud, 2008: 75)

Pengertian menurut Rogers (dalam Darmawan, 2012: 17) dijelaskan mengenai communication technology sendiri, yaitu

Teknologi informasi merupakan perangkat keras bersifat organisatoris dan meneruskan nilai-nilai sosial dengan siapa individu atau khalayak mengumpulkan, memproses dan saling mempertukarkan informasi dengan individu atau khalayak lain.

2. Sumber Belajar

Menurut Rohani (2010: 161), definisi sumber belajar adalah “segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan proses/aktivitas pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung, di luar peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung”.

Sedangkan Majid (2011: 170) mengemukakan pengertian sumber belajar sebagai berikut.

Sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.

Peraturan terbaru mengenai penerapan Kurikulum 2013, yaitu dalam Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum dan Pedoman Umum

Pembelajaran halaman 42, dijelaskan bahwa “sumber belajar adalah rujukan,

objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya”.

(27)

50

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 Civic disposition diartikan pula sebagai watak kewarganegaraan atau

karakter kewarganegaraan. Branson (dalam Wuryan dan Syaifullah, 2008: 78) menjelaskan bahwa

Civic disposition mencakup sifat karakter pribadi warga negara yang mana meliputi tanggung jawab moral, disiplin diri dan hormat terhadap martabat setiap manusia, kemudian sifat karakter publik meliputi kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, hormat terhadap aturan (rule of the law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi, dan berkompromi.

E. Instrumen Penelitian

Sesuai dengan desain penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen harus juga “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan (Sugiyono, 2009: 305).

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperanserta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan

skenarionya. Menurut Moleong (2010: 168), “kedudukan peneliti dalam penelitian

kualitatif sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada kahirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya”.

Terkait data kuantitatif yang hendak disertakan dalam temuan penelitian ini, pada prinsipnya harus menggunakan alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi menurut Sugiyono (2009: 148) “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.

Titik tolak dari penyusunan instrumen data kuantitatif adalah variabel-variabel yang telah ditentukan sebelumnya. Dari indikator-indikator tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang dapat diukur. Dari indikator tersebut kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2009: 149).

(28)

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 ICT itu sendiri. Kemudian dalam pengukuran sikap untuk mengetahui civic disposition siswa, digunakan indikator berupa sikap: 1) mandiri, 2) jujur, 3)

disiplin, dan 4) tanggung jawab. Adapun rincian indikator dan pernyataan yang telah dibuat, dilampirkan dalam bentuk kisi-kisi instrumen.

Di dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen kunci (key instrument) akan terjun ke lapangan sendiri dan melakukan pengumpulan data dengan berinteraksi bersama orang-orang di sekitar lingkungan penelitian yaitu SMKN 13 Bandung, sampai pada analisis data dan membuat kesimpulan. Di samping itu pula sebagai pengumpul data kuantitatif berupa angket dan pengukuran sikap untuk penyajian pada akhir penelitian.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Dalam penelitian kualitatif, menurut Sugiyono (2009: 363) “kriteria utama

terhadap data hasil penelitian adalah valid, reliabel, dan objektif”. Jadi uji keabsahan data dalam penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009: 366)

“meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),

dependability (reliablitias), dan confirmability (objektivitas).

1. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif ini adalah dengan cara triangulasi.

Menurut Wiliam Wiersma (dalam Sugiyono, 2009: 1986), „triangulation is

qualitative cross validation. It assesses the sufficiency of the data according to the

convergence of multiple data sources or multiple data collection procedures’.

Triangulasi ini dilakukan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa. Selain itu digunakan triangulasi dengan teknik pengumpulan data dari hasil observasi, wawancara, dan angket.

(29)

52

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 Transferability ini merupakan validitas eksternal. Bagi peneliti kualitatif,

nilai transfer tergantung pada pemakai. Maka peneliti membuat laporannya harus menggunakan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. (Sugiyono, 2009: 376)

3. Pengujian Dependability

Dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2009: 377) bahwa “uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Selain itu dependability disebut juga uji reliabilitas. Makauntuk mencapai derajat reliabilitas yang tinggi, maka dibutuhkan alat yang reliable. Dengan demikian peneliti sebagai key instrument melakukan pengumpulan data secara akurat dan alamiah.

4. Konfirmability atau Kepastian

Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji objektivitas atau kepastian. Menurut Sugiyono (2009: 377), “penelitian dikatakan

objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang”. Oleh karena itu, agar

penelitian ini dapat menjaga kebenaran dan objektifitas maka pembimbing berperan memeriksa proses penelitian untuk menjamin kebenaran keseluruhan penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan empat teknik, yaitu observasi (pengamatan), wawancara (interview), studi dokumentasi, dan dilengkapi oleh angket.

1. Observasi

(30)

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaan waktu itu (Moleong, 2007: 175).

Dalam penilitian kualitatif ini, peneliti memilih observasi secara langsung.

Menurut Danial dan Warsiah (2009: 78), “Jenis observasi ini adalah pengamatan

yang dilakukan langsung oleh pengamat (observer) pada objek yang diamati”.

2. Wawancara

Menurut Moleong (2007: 5) “dalam penelitian kualitatif metode yang

biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan

dokumen”.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong, 2007: 186)

Sementara menurut Danial dan Warsiah (2009: 71), “wawancara adalah

teknik mengumpul data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh”.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi tidak kalah penting dalam teknik pengumpulan data. Studi dokumentasi ini dapat berguna untuk melengkapi data-data yang didapat melalui hasil wawancara dan observasi.

(31)

54

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 Pemilihan teknik ini dilandasi oleh pemikiran bahwa selain data yang diperoleh dari sumber lisan, tentunya data secara riil berbentuk dokumen sangat dibutuhkan untuk menunjang hasil penelitian.

4. Angket

Peneliti menggunakan angket untuk melengkapi data kualitatif terkait penggunaan sumber belajar berbasis ICT yang digunakan siswa.

Kuisioner atau angket menurut Danial dan Warsiah (2009: 73), ialah “alat untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian secara tertulis berupa sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang dijelaskan secara tertulis kepada responden sesuai dengan masalah penelitian”.

Dilihat dari segi jawaban responden, angket dapat diklasifikasikan menjadi angket terbuka, tertutup, campuran/kombinasi dan semi terbuka. Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan angket tertutup.

Angket tertutup adalah angket dengan pertanyaan yang diajukan kepada responden telah disediakan jawabannya oleh peneliti. Responden hanya memilih jawaban yang kira-kira cocok sesuai dengan pendapatnya dan tidak diberikan kesempatan memberikan jawaban lain (Danial dan Warsiah, 2009: 75).

5. Pengukuran Sikap

Peneliti menggunakan pengukuran sikap untuk melengkapi data kualitatif terkait pengukuran kemunculan sikap yang ditampilkan siswa (civic disposition). “Alat ini untuk mengumpulkan informasi yang berkenaan dengan sikap, atau

persepsi seseorang terhadap suatu objek atau kondisi tertentu” (Danial dan

Warsiah, 2009: 80). Beberapa yang dapat diidentifikasi sebagai alat pengumpul data untuk mengukur sikap seseorang antara lain yaitu rating scale (skala bertingkat), skala sikap, daftar gejala kontinum (DGK), dan sosiometri.

(32)

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 ragu-tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hal ini amat populer dengan skala Likert (Danial dan Warsiah, 2009: 82).

H. Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan analisis data berupa data kualitatif dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi, kemudian digunakan pula analisis data kuantitatif dalam mengolah data angket dan pengukuran sikap yang didapat. Dengan demikian analisis data dalam uraian metodologi penelitian ini dibagi menjadi dua sub bab sebagai berikut.

1. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dilakukan untuk data yang terkumpul melalui angket dan pengukuran sikap dengan menggunakan analisis statistik deskriptif untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang telah ditentukan, yaitu sumber belajar siswa (X) dan civic disposition siswa (Y).

Dalam penelitian ini pemanfaatan sumber belajar berbasis ICT diungkapkan melalui data angket yang didapat. Kemudian untuk pengembangan civic disposition siswa ialah melalui pengukuran sikap berupa skala sikap.

a. Skala Sikap

Menurut Danial dan Warsiah (2009: 82), “para peneliti seringkali menggunakan skala Likert dengan skala lima (4-3-2-1-0) atau (5-4-3-2-1) yakni jika responden menjawab SS dinilai 4, S dinilai 3, ragu dinilai 2, TS dinilai 1, dan

STS dinilai 0”. Demikian untuk jawaban positif, sedangkan untuk jawaban negatif

sebaliknya.

(33)

56

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 dikategorikan kecenderungan sikap yang tinggi, sedang, kurang, dan rendah sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kategorisasi Skor dan Tingkat Sikap

No. Kategori Skor Kelas

Interval Tingkat

Sumber: Danial dan Warsiah (2009: 83) b. Angket Tertutup

Data diolah dengan menggunakan statistik deskriptif melalui perhitungan prosentase untuk melihat perbandingan besar kecilnya frekuensi dari setiap alternatif jawaban. Prosentase diolah dengan membandingkan jumlah frekuensi jawaban dan banyaknya sampel atau responden yang dikalikan dengan angka 100%, dirumuskan sebagai berikut.

P=�

x 100%

Keterangan:

P = Presentase jawaban

F = Jumlah frekuensi dari setiap alternatif jawaban N = Jumlah sampel

100 = Bilangan tetap

Data yang dikumpulkan melalui angket merupakan prosentase hasil jawaban siswa. Data disajikan menurut jawaban yang paling banyak, hingga jawaban yang paling sedikit dipilih oleh siswa. Adapun sampel dalam pengambilan data angket ini adalah sebanyak 40 orang siswa kelas X.

(34)

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 Dalam analisis data kualitatif penelitian ini, didapatkan data dari lapangan berupa uraian hasil observasi atau pengamatan, hasil wawancara, dan studi dokumentasi. Data tersebut diolah dengan dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif.

Moleong (2007) menjelaskan analisis data sebagai berikut.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Bertolak dari penjelasan di atas, analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang sudah lengkap dari berbagai sumber yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, kemudian melakukan reduksi data, penyajian data, hingga penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Sebagaimana dikemukakan Miles dan Huberman (dalam Sutopo, 2006: 113) sebagai berikut.

Dalam proses analisis kualitatif, terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami oleh setiap peneliti kualitatif. Tiga komponen utama analisis tersebut adalah (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan kesimpulan serta verifikasinya.

a. Reduksi Data

Proses analisis berupa pengumpulan, penyusunan, dan penyederhanaan informasi dilakukan dalam tahapan reduksi data. Informasi yang didapat diolah bisa dengan cara meringkasnya.

Bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga narasi sajian data dan simpulan-simpulan dari unit-unit permasalahan yang telah dikaji dalam penelitian dapat dilakukan. (Sutopo, 2006: 114)

b. Sajian Data

(35)

58

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 yang didapat dalam penelitian. Dapat berupa matriks, gambar, tabel, atau hal-hal lain yang mendukung penyajian data dan narasi penelitian.

Sajian data ini unit-unitnya harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan peneltian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci dan mendalam untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.

(Sutopo, 2006: 115)

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

(36)

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Bab V ini merupakan kesimpulan dari hasil kajian “Studi tentang

Lingkungan Berbasis ICT sebagai Sumber Belajar dalam Mengembangkan Civic Disposition Siswa”. Kesimpulan yang dirumuskan berdasarkan data yang

terkumpul dari hasil penelitian di lapangan. Data yang telah diolah dan dianalisis kemudian ditafsirkan dalam bentuk tulisan dan bahasa karya ilmiah. Selain itu, peneliti membuat rekomendasi berdasarkan hasil penelitian yang disesuaikan dengan kesimpulan sebelumnya dengan harapan adanya perbaikan serta perubahan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan karya ilmiah ini.

A. Simpulan

1. Simpulan Umum

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar telah berperan dalam pengembangan civic disposition siswa. ICT yang merupakan kependekan dari Information Communication and Technology atau dalam bahasa Indonesia dikenal

dengan istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memberikan dampak terhadap proses belajar mengajar termasuk pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

(37)

127

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 2. Simpulan Khusus

Hasil penelitian di lapangan mengenai pemanfaatan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar dalam mengembangkan civic disposition siswa di SMK Negeri 13 Bandung ialah sebagai berikut.

a. Kompetensi guru PKn dalam memahami arti dan fungsi ICT tergambar dalam beberapa indikator sebagai berikut. 1) Kemelekan guru terhadap ICT. Hampir seratus persen guru-guru di SMK Negeri 13 Bandung telah mengetahui dan memahami arti dan fungsi ICT dalam pembelajaran. Terutama guru PKn, sudah merupakan kewajiban untuk melek terhadap ICT agar senantiasa memperkaya informasi mengenai hukum, politik, kenegaraan, serta nilai dan moral sebagai bagian dari materi pelajaran PKn; 2) Penggunaan ICT oleh guru. Di SMK Negeri 13 Bandung penggunaan ICT meliputi pemanfaatan perangkat seperti halnya smartphone, laptop, LCD proyektordan screen, serta internet. Rata-rata

semua guru dapat mengoprasikan perangkat ICT tersebut dengan cukup baik. Baik ketika proses perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. 3) Pengolahan ICT sebagai sumber belajar. Khusus bagi guru PKn, ketika mengolah ICT sebagai sumber belajar lebih banyak memanfaatkan keberadaan LCD proyektor beserta screen, sehingga memungkinkan bagi guru untuk mengadakan pembelajaran secara interaktif.

(38)

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 kelas mengenai materi yang dipelajari dengan menggunakan perangkat ICT yang ada dan dimiliki masing-masing siswa.

c. Proses pembelajaran PKn dengan memanfaatkan lingkungan berbasis ICT sebagai sumber belajar terbagi menjadi beberapa langkah pembelajaran. Dari mulai kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang terdiri dari tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, dan mengkomunikasikan, kemudian langkah terakhir yaitu kegiatan penutup. Selama proses pembelajaran berlangsung guru memanfaatkan perangkat ICT seperti LCD Proyektor, screen, dan laptop untuk menampilkan gambar yang berkaitan dengan pelanggaran kasus HAM di Indonesia. Selanjutnya guru juga memfasilitasi siswa secara berkelompok ketika menggunakan perangkat ICT seperti laptop dan smartphone untuk mengumpulkan informasi mengenai faktor-faktor terjadinya pelanggaran HAM beserta contoh kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Disamping itu, tahap evaluasi dilakukan dalam bentuk penugasan di e-learning yang dijawab melalui email kepada guru yang bersangkutan,

kemudian dalam bentuk UTS dan UAS secara on-LAN (dalam jaringan) dengan jadwal yang telah ditentukan.

(39)

129

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 e. Kendala pemanfaatan ICT sebagai sumber belajar bagi guru PKn ialah

keterbatasan guru dalam mencari bahan penayangan yang sesuai dengan materi pelajaran, kemudian memadukannya agar dapat mengembangkan karakter siswa. Karena terkadang materi penayangan yang disiapkan guru kurang sesuai dan kurang mengembangkan karakter siswa sebagai penilaian afektif. Maka upayanya adalah guru harus meningkatkan efikasi

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Meskipun telah terbantu dengan adanya ICT, selayaknya guru tetap memperhatikan antusiasme dan keaktifan siswa dalam belajar. Guru harus lebih memahami dan mendalami feedback yang diharapkan pada diri siswa setelah memberikan respon dengan fasilitas ICT sebagai sumber belajar. Dalam artian guru tidak asyik sendiri dengan kemudahan ICT yang ada, tetapi siswa harus tetap diperhatikan perkembangannya ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung.

2. Bagi Siswa

(40)

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 3. Bagi Sekolah

Lingkungan berbasis ICT yang telah terbentuk hendaknya menjadi modal utama dalam menyelaraskan setiap kegiatan sekolah agar dapat memadukan ICT secara merata. Meskipun sudah sebagian besar dilaksanakan, hendaknya dilakukan optimalisasi dan perawatan secara berkala pada perangkat-perangkat ICT yang sering digunakan. Termasuk juga internet, meski bersifat abstrak namun tetap dalam penggunaannya terkadang tidak terkontrol. Untuk itu diperlukan pemeliharaan fasilitas dan kekonsistenan dalam menciptakan budaya lingkungan berbasis ICT dengan metode atau program yang lain.

4. Bagi Institusi/Jurusan

Proses belajar mengajar yang secara terus menerus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam implementasinya merupakan salah satu tipe pembelajaran dalam mata pelajaran PKn. Kelimpahan informasi mengenai politik, hukum, kenegaraan, maupun nilai moral yang menjadi komponen dalam Pendidikan Kewarganegaraan harus lebih diantisipasi dengan metode atau pola pembelajaran yang mengacu pada pendidikan karakter atau pembentukan civic disposition pada siswa. Hal ini bisa disiasati dengan penggalaan sosialisasi mendalam melalui seminar untuk guru, tentang cara memadukan ICT dalam pembelajaran. Ataupun pelatihan mengenai penggunaan ICT serta pengenalan berbagai software untuk mengembangkan sumber belajar PKn dalam rangka

mengembangkan karakter siswa di sekolah.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

(41)

131

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(42)

Silvia Rahmelia, 2015

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. (2011). Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran: Panduan untuk Guru, Konselor, Psikolog, Orang Tua, dan Tenaga Kependidikan. Bandung: PT Reflika Aditama.

Ary, D., Jacobs, L.C., Sorensen, C. (2006). Introduction to Research in Education Eight Edition. Edisi ke delapan. Nelson Education, Ltd: Canada.

Awaludin, L. (2012). Ummul Mukminin Al-Qurán dan Terjemahan untuk Wanita. Jakarta Selatan: Wali Oasis Terrace Recident.

Budimansyah, D dan Suryadi, K. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Cholisin. (2010). Penerapan Civic Skill dan Civic Disposition dalam Mata Kuliah Prodi PKn. Disampaikan dalam Diskusi Terbatas Jurusan PKn dan Hukum FISE UNY (25 September 2010).

Cohen, L. Manion, L. dan Morrison, K. (2007). Research Methods in Education. Edisi ke-enam. Routledge: USA.

Creswell, John W. (2012). Educational research : planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research, forth Edition. University of Nebreska-Lincoln. New Jersey.

Danial, E. dan Warsiah, N. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn.

Darmawan, D. (2012)Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Denzin, N.K., dan Lincoln, Y.S (Eds). (2009). Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewi, D.R. (2012). Kajian tentang Budaya Demokrasi di Pesantren dalam Mengembangkan Civic Disposition Santri (Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdikbud dan PT Rineka Cipta.

Djamarah, S.B. (2005). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif “Suatu

(43)

Silvia Rahmelia, 2015

STUDI TENTANG LINGKUNGAN BERBASIS ICT SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 Fakhruroji, M. (2011). Islam Digital: Ekspresi Islam di Internet. Bandung: Sajjad

Publishing.

Feriyansyah. (2014). Warga Negara Digital sebagai Instrumen Menuju Warga Negara Global (Penelitian Grounded Theory tentang Dampak Kemajuan TIK terhadap Praktik Kewarganegaraan. Tesis Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Hamidi, J dan Mustafa, L. (2010). Civic Education Antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya. Jakarta: PT Gramedia.

Harefa, A. (2008). Menjadi Manusia Pembelajar –On Becoming A Learner- Pemberdayaan Diri, Transformasi Organisasi dan Masyarakat Lewat Proses Pembelajaran. Jakarta: Kompas.

Hergenhahn, B.R. dan Olson M.H. (2008). Theories of Learning; Edisi Ketujuh. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Isjoni, Ismail, M.A., dan Mahmud, R. (2008). ICT untuk sekolah unggul. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jarvis, P. (2004). Adult Education and Lifelong Learning3rd Edition Theory and Practice. London: Routledge Farmer.

Jejen, M. (penyunting). (2012). Pendidikan Holistik: Pendekatan Lintas Perspektif. Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Kalidjernih, F. K. (2011). Puspa Ragam, Konsep dan Isu Kewarganegaraan,Bandung:Widya Asara Press; Edisi ketiga.

Kusumah, W. (2012) TIK: Menulis Blog untuk Pendidikan. Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media.

Lindberg, J.O dan Olofsson, A.D. (2010). Informed Design of Educational Technology. Swedia: Mid Sweden University.

Majid, A. (2011). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Offset.

Mossberger, K., Tolbert, C.J., McNeal, R.S. (2008). Digital Citizenship “The

(44)

Silvia Rahmelia, 2015

No.Daftar FPIPS: 4417/UN.40.2.2/PL/2015 Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Bandung: CV Alfabeta.

Natawidjaja, R., dkk. (2007). Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Riyanto, Y. (2012).Paradigma Baru Pembelajaran “Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Rohani, A. (2010).Pengelolaan Pengajaran: Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rohmat, D. (2009). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bandung: Buana Nusantara. Rusman, Kurniawan, D., Riyana, C. (2011).Pembelajaran Berbasis TIK. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

Sapriya dan Winataputra, U. (2003).Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran. Bandung: Laboratorium PKn FPIPS.

Sugiyono. (2009).Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.

Sumantri,N. (1976).Metode Mengajar Civics. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Syahri,M. (2013).Pembangunan Berkelanjutan Berbasis Green Moral. Bandung: Widya Aksara Press.

Wahab, A.A. (1989).Evaluasi Pengajaran PMP. Bandung: PMPKN Jurusan Pendidikan Moral Pancasila.

Wahab, A.A. (2011).Gagasan dan Pemikiran Pembangunan Pendidikan di Indonesia. Bandung: Laboratorium PKn FPIPS UPI.

Wahab, A.A & Sapriya. (2011) Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Gambar

Gambar 3.1 Situasi Sosial (Social Situation)
Tabel 3.1 Sasaran Penelitian
Tabel 3.2 Kategorisasi Skor dan Tingkat Sikap

Referensi

Dokumen terkait

Data analysis were conducted over the course of the study and after the completion of the overall program that were based on each session’s observation,

Peraturan Menteri ini diterbitkan dengan tujuan agar Pemerintah Daerah mengatur tentang kehidupan di lingkungan rumah susun dapat tertib dan lebih menjamin kepastian hukum

Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan, Publik,.. Komunikasi, Manajemen

The CDA-based reading teaching program incorporated in this study has resulted.. in students’ critical reading improvement in

Batas wilayah laut pulau kecil yang berada dalam satu daerah provinsi dan jaraknya lebih dari dua kali 12 mil laut, diukur secara melingkar dengan lebar 12 mil laut; Hasil

ToDecimal (watch.ElapsedMilliseconds)/1000,4)...

Berapa anggota keluarga yang mengalami keluhan kesehatan terhadap keberadaan limbah cair industri tahu ...1. Keluhan terhadap adanya industri tahu

Epidemiology of dengue fever: A Model with temporary cross-immunity and possible secondary infection shows bifurcations and chaotic behaviour in wide parameter regions, Math.. dan