• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPORSI MALOKLUSI DENTAL BERDASARKANSIMETRI MANDIBULA DALAM ARAH VERTIKAL PADAPASIEN KLINIK ORTODONSIA RSGMP FKG USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPORSI MALOKLUSI DENTAL BERDASARKANSIMETRI MANDIBULA DALAM ARAH VERTIKAL PADAPASIEN KLINIK ORTODONSIA RSGMP FKG USU"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

37 Sofvanti: Proporsi maloktusi dental berdasarkan simetri mandibula

PROPORSI MALOKLUSI DENTAL BERDASARKANSIMETRI MANDIBULA DALAM ARAH VERTIKAL PADAPASIEN KLINIK

ORTODONSIA RSGMP FKG USU

_ Ervina Sofyanti', Mega Silvia!

Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara J]. Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155

Email: ervina.sofyanti@usu.ac.id ABSTRAK

Pendahuluan: Maloklusi sebagai salah satu etiologi asimetri mandibula mengakibatkan distribusi tekanan yang abnormal pada permukaan kondilus mandibula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiproporsi maloklusi dental berdasarkan simetri kondilus mandibula pada pasien yang dirawatdi klinik ortodonsia RSGMP FKG USU. Metode: Jenis penelitian adalah penelitian deskriptifdengan rancangan cross sectional.Sampel penelitian adalah panoramik dan model studi sebelum perawatan ortodonti dari 83 pasien usia 18-25 tahun yang datang berobat ke klinik ortodonsia RSGMP FKG USU. Evaluasi tinggi kondilus dilakukan dengan menggunakan metode Habets yang dimodifikasi oleh Kjellberg dan deteksi maloklusi dengan pemeriksaan modelstudi.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwaproporsi kelompok simetri pada pasien yang dirawat di klinik ortodonsia RSGMP FKG USUsebesar 56.6% (n=47) dan kelompok asimetri sebesar 43.4% (n=36). Kelompok simetri menunjukkan 40.4% (n=19) crossbite, 12,8% (n=6) gigitan terbuka, 29.8% (n=14) gigitan dalam sedangkan kelompok asimetri menunjukkan 41.7% (n=15) crossbite, 13.9% (n=5) gigitan terbuka, 22.2% (n=8) gigitan dalam.Klasifikasi hubungan molar pada pasien asimetri yaitu klas I sebesar 16.7% (n=6), klas II 8.3% (n=3), klas II subdivisi 33.3%

(n=12), klas IIT 27.8% (n=10), dan klas III subdivisi 13.9% (n=5). Kesimpulan: lasifikasi hubungan molar klas II subdivisi dapat dipertimbangkan sebagai indikator risiko asimetri mandibula dalam arah vertikal ketika ditemukan maloklusi crossbite sebelum dilakukan pengambilan radiografi panoramik.

Kata kunci: asimetri mandibula, maloklusi, hubungan molar, radiografi panoramic PENDAHULUAN

Dampak dari maloklusi dapat pertumbuhan kranial, maksila, dan menyebabkan masalah psikososial yang

berhubungan dengan gangguan estetika dentofasial. Gangguan fungsi oral yang berkaitan dengan pengunyahan, penelanan, berbicara, dan kerentanan penyakit periodontal juga merupakan permasalahan yang harus diperhatikan.' Asimetri wajah merupakan hal umum yang dapat ditemui pada setiap individu dengan oklusi normal maupun maloklusi. Asimetri wajah dapat terjadi pada bagian sepertiga atas, sepertiga

tengah, dan sepertiga bawah wajah karena

mandibula saling berhubungan satu sama lain.’* Maloklusi sebagai salah satu etiologi asimetri wajah mengakibatkan distribusi tekanan yang abnormal pada permukaan kondilus mandibula sehingga menyebabkan asimetri mandibula.>

Tingginya proporsi asimetri mandibula terjadi karena perkembangan mandibula yang paling terakhir selesai dan perubahan strukturnya secara langsung dan_ tidak langsuning dapat mempengaruhi jaringan lunak.“’ Fokus penelitian sebelumnya

(2)

38

mengacu pada asimetri mandibula dalam arah vertikal.Asimetri kondilus telah banyak dilaporkan sebagai salah satu penyebab terjadinya asimetri mandibula karena regio yang memiliki potensi

— pertumbuhan

tertinggi di mandibula adalah tulang rawan kondilus dan merupakan _faktor penyulit dalam perawatan ortodonsia.>”"'

Simetri mandibula dalam arah vertikal pada kondilus mandibula dapat dilihat dengan menggunakan radiografi panoramik, sefalometri postero-anterior (PA), dan Cone Beamed Computed Tomography (CBCT).”

S"Bvaluasi

— struktur mandibula yang

mencakup kondilus, ramus, dan korpus mandibula serta kondisi gigi geligi dan hubungannya terhadap maksila dan mandibula dapatterlihat secara jelas dengan radiografi panoramik dalam arah vertikal dan transversal menurut metode Habets

(1988) dan

— Kjellberg (1993), !-?

Dibandingkan dengan radiografi yang lain, radiografi panoramik dapat menunjukkan kelainan anatomis pada regio mandibula dengan membandingkan antara sisi kanan dan kiri dalam arah vertikal yang digambarkan dengan indeks asimetri mandibula.*!°

Asimetri mandibula dapat ditemukan- pada semua tipe maloklusi dental, namun lebih sering ditemukan pada maloklusi klas II dan klas TIf Angle yang ditandai dengan pergeseran dan penyimpangan dagu karena gangguan oklusi dan selanjutnya menyebabkan gangguan pergerakan

fungsional mandibula.*!' Indeks asimetri

mandibulayang dihitung berdasarkan metode Habets menunjukkan bahwa KlasII divisi 1

dan Klas I menunjukkan indeks asimetri

mandibula yang

— lebih tinggi secara

signifikan dibandingkan kelompok kontrol dan klas III. Proporsi maloklusi klas II divisi

1 lebih tinggi dibandingkanpasien klas 1.4

Peneliti menyadari bahwa deteksi dini maloklusi dalam hubungannya dengan kejadian asimetri mandibula diperlukan saat

Proceeding Seminar Nasional Unsyiah Sientific Dental Meeting 2017

pasien pertama kali datang berobat ke dokter gigi. Penelitian ini menitikberatkan pada kajian asimetri mandibula berdasarkan radiografi panoramik yang lazim dipakai sebagai alat diagnosis rutin dalam kedokteran gigi. Penelitian ini diharapkan dapat diperoleh proporsi maloklusi dental berdasarkan simetri mandibula pada pasien klinik ortodonsia RSGMP FKG USU.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan cross-sectional.

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam .medik pasienyang datang berobat ke klinik ortodonsia di RSGMP FKG USU. Sampel pada penelitian ini menggunakan data sekunder berupadata rekam medik pasien yaitu radiografi panoramik dan model studi pra-perawatan ortodonti dari 83 pasien yang datang berobat ke klinik PPDGS Ortodonsia RSGMP FKG USU dalam kurun waktu Juni 2016 sampai dengan Maret 2017. Pemilihan sampel dengan metode purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi yaitu kualitas foto panoramik dan model studi praperawatan masih baik, usia pasien pada saat pengambilanradiografi 18 tahun ke atas, dan gigi permanen masih lengkap sampai molar kedua. Pengukuran indeks asimetri kondilus menggunakan metode Kjellberg (1993) pada radiografi panoramik secara manual pada tracing paper. Perbedaan tinggi kondilus antara’ sisi kanan dan_ kiri dengan menggunakan formula (R-L)(R+L) X 100%. Perbedaan lebih dari 6% dianggap sebagai asimetri mandibula.'? Pemeriksaan maloklusi crossbite, gigitan terbuka, gigitan dalam dan hubungan molar dilakukan pada model studi. Hasil pengukuran yang

diperoleh kemudian ditabulasi dan

dianalisis.

(3)

roe

panoramik

HASIL

Sampel penelitian ini adalah 83 data sekunder dari subjek penelitian dengan distribusi sampel laki-laki sebesar 21.7%

(n=18) dan perempuan sebesar 78.3%

(n=65) berdasarkan data rekam medik.

Rentang usia sampel penelitian adalah 18-25 tahun dengan rerata 21.0441.8 tahun. Untuk menghindari kesalahan pengukuran, 20 OPG diiuji” secara intra-observer dengan menggunakan prosedur yang sama dimana hasil pengukuran pertama dibandingkan dengan hasil pengukuran kedua.

Berdasarkan hasil uji-t tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara pengukuran pertama dan kedua dengan nilai p=0.347 (p>0.05).

Dari tabel proporsi maloklusi pada kelompok simetri dan asimetri mandibula memperlihatkan 56.6% (n=47) kelompok simetri dan 43.4% (n=36) termasuk kelompok asimetri (tabel 1). Terlihat proporsi crossbite sebesar 40.4% (n=19) pada kelompok simetri dan 41.7% (n=15) pada kelompok asimetri. Proporsi gigitan terbuka pada kelompok simetri sebesar 12.8% (n=6) dan pada kelompok asimetri 13.9% (n=5). Proporsi deepbite pada kelompok simetri sebesar 29.8% (n=14) dan kelompok asimetri 22.2% (n=8). Hal ini memperlihatkan proporsi crossbite baik crossbite anterior dan posterior merupakan yang paling tinggi yaitu sebesar 40.4%

(n=19) dan 41.7% (n=15) pada kelompok

‘simetri dan asimetri.

Gambar 1. Indeks asimetri kondilus pada rad grafi

Sofvanti: Proporsi maloklusi dental berdasarkan simetri mandibula

Tabel 1. Proporsi maloklusi dental pada kelompok simetri dan asimetri mandibula

: Simetri Asimetri

Maloklusi = % = %

Crossbite 19 40.4 15 41.7

(anterior dan/atau posterior)

Gigitan terbuka 6 12.8 13.9

Deepbite 14 29.8 22.2

Normal (Tidak 8 17.0 8 22.2

ada maloklusi crossbite, gigitan terbuka, dan gigitan dalam)

Total 47 100 36 100

COtn

Tabel 2 menunjukkan dari 36 sampel asimetri mandibula diperoleh klasifikasi hubungan molarklas I sebesar 16.7%, klas IT 8.3%, klas IL subdivisi 33.3%, klas III 27.8%, dan klas III subdivisi 13.9%. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwaprevalensi asimetri kondilus tertinggi ditemukan pada hubungan molar klas II subdivisi, sebesar 33.3% (n= 12) dan paling rendah pada klasifikasi hubungan molar klas II yaitu sebesar 8.3% (n=3).

Tabel 2. Proporsi hubungan Molar pada kelompok asimetri mandibula

Klasifikasi n %-

Hubungan Molar

Asimetri Klas I 6 16.7

Klas II 3 8.3

Klas II subdivisi 12 33.3

Klas IT] 10 27.8

Klas II] subdivisi 5 13.9

Total 36 100

PEMBAHASAN

Asimetri mandibula dilaporkan dapat ditemukan pada semuatipe maloklusi dental dengan berbagai_ klasifikasi hubungan molar.“ Variasi hubungan dental dan skeletal dapat mempengaruhi penyusunan rencana perawatan. Asimetri mandibula merupakan faktor penyulit yang dapat membuatfrustasi pasien dan klinisi sehingga penatalaksanaan ini harus dilakukan secara hati-hati.'° Batasan simetri yang valid

(4)

40

berdasarkan radiografi panoramik yang dipakai adalah sebesar 6%. Metode pengukuran asimetri mandibula dalam arah

vertikal merupakan metode yang umum

dilakukan berdasarkan kajian radiografi

panoramik.!!!°

Sampel pada -penelitian ini berusia minimal 18 tahun karena pertumbuhan mandibula telah mencapai usia maturasi.4 Sebelum melakukan perawatan ortodonsia perlu. dilakukan analisis model untuk menentukan diskrepansi ruang dan radiografi untuk deteksi dini maloklusi dan risiko berkembangnya asimetri mandibulayang nantinya dapat mempersulit

penatalaksanaan.'""*

— Berbeda_—_ dengan

penelitian sebelumnya yang menitikberatkan pada tipe maloklusi, penelitian ini melihat gambaran maloklusi dental dan simetri hubungan molar antara sisi kanan dan kiri berdasarkan simetri mandibula dalam arah vertikal. Hasil penelitian ini memperlihatkan tipe maloklusi crossbite lebih banyak ditemukan pada subjek.pasien yang tabel 1 menunjukkandari seluruh kelompok simetri, maloklusi crossbite memiliki frekuensi dan persentase tertinggi yaitu sebesar 40.4%

(n=15). Hal yang sama juga tampak pada kelompok asimetri dimana frekuensi dan persentase crossbite yang diperoleh merupakan yang paling tinggi yaitu sebesar 41.7% (n=19). Hasil penelitian ini sejalan dengan Ferro dkk yang meneliti 94 pasien asimetri mandibula dengan crossbitedan pergeseran midline berdasarkan radiografi oklusal, PA sefalo, dan panoramik.'* Ferro dkk juga melaporkan crossbite berhubungan dengan asimetri mandibula (p=0.0001) karena adanya lengkung maksila yang lebar pada sisi crossbite berpotensi menyebabkan asimetri mandibula.'? Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Uysal dkk yang menggunakan metode Habets pada panoramik 40 pasien dengan oklusi normal, 46 pasien yang memiliki crossbite unilateral dan 40 pasien yang

Proceeding SeminarNasional Unsyiah Sientific Dental Meeting 2017

memiliki crossbite bilateral. Pada kelompok crossbite unilateral terlihat indeks asimetri 11.0448.17% dan crossbite

_ bilateral

10.02£12.52%Pada kelompok _pasien

crossbite dengan unilateral maupunbilateral menunjukkan asimetri mandibula dalam arah vertikal.'°

Adaptasi mandibula terhadap kondisi

atau lokasi yang baru secara umumterlihat

pada regio kondilus karena aktifnya pertumbuhan dan perkembangan. Tingginya nilai indeks asimetri kondilus pada pasien crossbite dikarenakan adanya disharmoni oklusi. Pergeseran kondilus secara terus- menerus di fossa glenoidalis selama masa tumbuh kembang karna adanya gangguan oklusi menyebabkan terjadi perbedaan pada pertumbuhan kondilus kiri dan kanan.

Maloklusi crossbite yang tidak dirawat akan menyebabkan perubahanposisi kondilus dan lintasannya sehingga padasisi kontralateral pertumbuhan kondilus meningkat dan mandibula deviasi ke sisi crossbite.'!?-'°

Tabel 2 menunjukkan hubungan molar Klas II subdivisi (33%) paling banyak dilaporkan dibandingkan hubungan molar lainnya. Hal ini sesuai dengan Ferro dkk yang juga menemukan persentase hubungan molar klas II subdivisi paling banyak ditemukan pada pasien asimetri mandibula yaitu sebesar 46.8% (n=44)," Ini dilaporkan karena berkurangnya panjang mandibula disisi klas Il dan asimetri hubungan molar dalam arah sagital (subdivisi). Hal ini mengakibatkan _terjadinya _pergeseran midline dan deviasi dagu ke arah maloklusi

klas 11.'*-!4

KESIMPULAN

Proporsi crossbite merupakan gambaran maloklusi dental yang dapat ditemukan pada kelompok simetri dan asimetri. Namun, dengan adanya hubungan molar klas II subdivisi dapat dimanfaatkan sebagai indikator adanya risiko asimetri mandibula dalam arah vertikal Dengan

(5)

4]

demikian,

Sofvanti: Proporsi maloklusi dental berdasarkan simetri mandibula

maloklusi ini dapat dipakai

sebagai indikator klinis asimetri mandibula dalam arah_ vertikal sebelum dilakukan pengambilan radiografi panoramik.

DAFTAR PUSTAKA

Li Oshagh M, Shadidi S, Najafi HZ, dkk.

Panoramic radiography: a tool for evaluation of orthodontic patient’s sagital and vertical skeletal relations, Galen Med J. 2014; 3(1): 29-38.

Cheong YW,Lo LJ. Facia! asymmetry:

etiology, evaluation, and management.

Chang Gung Med J 2011; 34. 341-8.

Agrawal M, Agrawal JA, Nanjannawar L, et all. Dentofacial “asymmetries:

Challenging diagnosis and treatment planning. J Int Oral Health 2015; 7(4).

1-4...

Taki AA, Ahmed MH, Ghani HA, Kaddah FA. Impact of different malloclusion types on the vertical mandibular asymmetry in young adult sample. Eur J Dent 2015; 9: 373-7.

Thiesen G, Gribel BF, Freitas MP.

Facial asymmetry: a current review.

Dental Press J Orthod 2015; 20(6):110- 24.

Sezgin OS, Celenk P, Arici S.

Mandibular asymmetry in different occlusion patterns. Angle Orthodontist 2007; 77(5):803-7.

Servet TR, Profit WR. The prevalence of facial asymmetry in the dentofacial deformities population at the University of North Carolina. Int J Orthodon Orthognath Surg. 1997: 12(3): 171-176 (abstrak).

Mishra H, Shivaprakash G, Maurya RK. Assessmentof facial asymmetry in various malocclusion: a comparative

10.

11,

12.

14.

15;

16.

analysis. J Ind Orthod Soc 2014; 48(4):

537-45.

Chia M, Naini FB, Gill DS. The aetiology, diagnosis, and management of mandibular asymmetry. Ortho Update 2008; 1: 44-52.

Uysal T, Sisman Y, Kurt G, Ramoglu Sl. Condylar and

= ramal_ vertical

asymmetry in unilateral and bilateral posterior crossbite patients and a normal occlusion sample. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2009; 136: 37-43.

Kjellberg H, Ekestubbe A,Kiliaridis S, Thilander B. Condylar height on panoramic radiographs. Acta Odontol Scand 1994; 52:43-50.

Fong JH, Wu HT, Huan MC, dkk.

Analysis of facial skeletal characteristics in patients with chin deviation. J Chin Med Assoc 2010;

73(1): 29-34

. Ferro F, Spinella P, Lama N.

Transverse maxillary arch form and mandibular asymmetry in patients with posterior unilateral crossbite. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2011;

140:828-38.

Jabeen N, Manohar MR, Shivaprakash G, Naik P. Evaluation of asymmetries associated with class II subdivision malocclusions and normal occlusion. J Dent Med Sci 2014; 13(1): 7-14,

Elslande DC, Russett SJ, Makor PW, dkk. Mandibular asymmetry diagnosis with panoramic imaging. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2008; 134(2): 183- 92.

Cassidy SE, Jackson SR, Turpin DL, dkk. Classification and treatment of class II subdivision malloclusions. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2014; 145:

443-51

Referensi

Dokumen terkait

(3) Dalam hal para pihak telah memilih acara arbitrase sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus ada kesepakatan mengenai ketentuan jangka waktu dan tempat diselenggarakan arbitrase

Membangun VLAN menggunakan switch Cisco memiliki beberapa kelebihan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan efektifitas kinerjanya, namun masih banyak masyarakat

(1) Setelah memberikan penjelasan mengenai kewajiban melakukan Mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (7), Hakim Pemeriksa Perkara mewajibkan Para Pihak

Pemanfaatan komputer sebagai alat kerja bantu manusia, khususnya sebagai media pengolah data dalam hal ini tentang system komputerisasi pengolahan database yaitu sebuah

Gigi yang fraktur dan gigi yang menyebabkan abses periapikal yang perlu dilakukan pencabutan adalah apabila sudah tidak dapat dilakukan perawatan endodontik atau bila

Penetapan lokasi sampel untuk penelitian dilakukan secara purposif dengan pertimbangan jumlah sampel lokasi dari 5 lokasi yang memenuhi persyaratan dan 2 lokasi (40%) yang di pilih

Ber dasar kan pengumpulan data ter kait dengan analisis SWOT, kebutuhan calon sar jana ekonomi syar iah IAIN Palangka Raya pada per bankan syar iah Kota Palangka Raya,

Kepribadian Tokoh Utama Alif Fikri Dalam Novel Ranah 3 Warna Karya A. Fuadi: Pendekatan