• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBIJAKAN PROGRAM KARTU KELUARGA SEJAHTERA DI KECAMATAN WATANG SAWITTO KABUPATEN PINRANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KEBIJAKAN PROGRAM KARTU KELUARGA SEJAHTERA DI KECAMATAN WATANG SAWITTO KABUPATEN PINRANG"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBIJAKAN PROGRAM KARTU KELUARGA SEJAHTERA DI KECAMATAN WATANG SAWITTO

KABUPATEN PINRANG

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk mencapai derajat Sarjana S-1

Program Studi Ilmu Pemerintahan

Oleh ZAINUDDIN E 121 13 003

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan rasa syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu Wata’ala, dzat yang Maha Agung, Maha Pengasih dan Bijaksana atas segala limpahan Rahmat dan Karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengn judul “Analisis Kebijakan Program Kartu Keluarga Sejahtera di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Hasanuddin. Salam dan shalawat tidak lupa penulis kirimkan kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, yang mana segala tindakannya menjadi tauladan untuk kita semua.

Skripsi ini berisi hasil penelitian yang dilakukan Untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan kartu keluarga sejahtera di kecamatan watang sawitto kabupaten pinrang. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan, sekiranya ada masukan dan kritikan dari pembaca yang bersifat membangun, maka penulis akan menerimanya dengan senang hati.

Dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan serta motivasi. Oleh karena itu melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya

(5)

iv dan mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya terkhusus kepada kedua orang tua, Ibunda Hj. Paharia Pabi dan Ayahanda H. Ismail Hamzah yang senantiasa memberi semangat dan dukungannya dalam kelancaran studi penulis. Berkat kekuatan doa luar biasa yang setiap saat beliau haturkan kepada penulis agar selalu mencapai kemudahan disegala urusan, diberi kesehatan dan perlindungan oleh Allah SWT. Tak lupa didikan dan perjuangannya dalam membesarkan penulis, semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan yang tiada tara di dunia maupun di akhirat kelak.

Selain itu, ucapan terima kasih dengan penuh rasa tulus dan hormat penulis haturkan kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, selaku Rektor Universitas Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan Strata Satu (S1) di Universitas Hasanuddin

2. Bapak Prof. Dr. A. Alimuddin Unde, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf.

3. Bapak Dr. H. Andi Samsu Alam, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan FISIP Unhas beserta seluruh staf.

4. Ibu Dr. Hj. Nurlinah, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Unhas.

5. Bapak Prof.Dr.H.A.Gau Kadir, MA selaku Pembimbing I penulis yang telah rela mengorbankan waktunya untuk membimbing penulis,

(6)

v memberi arahan, saran, dan kritikan terhadap penyusunan skripsi ini serta sebagai Penasehat Akademik (PA) penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin.

6. Bapak Rahmatullah, S.IP, M.Si selaku Pembimbing II penulis yang telah rela mengorbankan waktunya untuk membimbing penulis, memberi arahan, saran, dan kritikan terhadap penyusunan skripsi ini.

7. Kepada para penguji penulis mulai dari Ujian Proposal hingga Ujian Skripsi, terima kasih atas masukan dan arahannya.

8. Para dosen pengajar Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Unhas, terima kasih atas didikan dan ilmu yang diberikan selama perkuliahan.

9. Seluruh staf tata usaha Pak Mursalim, Ibu Hasna, Ibu Nanna pada lingkup Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan beserta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unversitas Hasanuddin yang telah banyak membantu penulis dalam mengurus kelengkapan administrasi.

10. Seluruh informan penulis di Kabupaten Pinrang yakni Kepala Dinas Sosial, Camat dan Sekretaris kecamatan watang sawitto, Badan Pusat Statistik, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan, Lurah Siparappe, Lurah Maccorawalie, serta masyarakat yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi yang sangat bermanfaat kepada penulis.

11. Adik tersayang, Yustia Ismail yang telah menjadi saudara yang paling perhatian dan menjadi saudara Perempuan yang terus memberi

(7)

vi dukungan kepada penulis. Terima kasih atas waktu dan dorongannya selama ini.

12. Kepada Alm. Kakek H. Pabi dan Almh. Nenek Hj. Darawiah, jasanya akan selalu terkenang dalam membantu membesarkan penulis.

13. Kepada saudara-saudara Ibunda tercinta, Om dan Tante penulis yang selalu bangga terhadap segala sesuatu yang penulis raih dan yang telah banyak membantu penulis dalam proses awal penelitian hingga berakhir Bapak Hamid, Mama Tira, Tante Tati, Tante Rapiah, Ambo Mashud Serta Om Awi terima kasih atas segala motivasi yang tidak akan pernah penulis lupakan.

14. Kepada sepupu-sepupu penulis yang juga tidak hentinya memberi semangat dan membantu dalam segala hal kak Tari dan kak Iwang.

15. Kepada Dina Muslimah yang selalu menemani dan menjadi motivator terbaik bagi penulis sampai saat ini.

16. Kepada Saudara-saudara tak sekandung penulis, Rum Ramadhan, Rezky, Supriadi, Khairul Djafri, Edwin Fardias, A Husain Maulana, Wahid, Azura, Maryam Bahri dan Ike Dwiyanti yang selalu memberikan dukungan dan membantu mengarahkan penelitian penulis.

17. Saudara-saudara tak sekandung penulis, Lebensraum, yaitu Ketua Angkatan Hasyim, Alif, Anti, Dirga, Jusna, Dewi, Suna, Ulfi, Immang, Hanif, Dias, Zul, Yun, Febi, Yeyen, Erik, Ekki, Lala, Icha, Arya, Afni,

(8)

vii Oskar, Kaswandi, Fahril, Ika, Yani, Fitri, Syarif, Babba, Juwita, Dede, Aqil, Dana, Dandi, Ade, Adit, Dika, Rian, Uma, Sube, Ugi, Hendra, Fitra, Angga, Mia, Haeril, Wulan, Hillary, Mustika, Ina, Irma, Herul, Aksan, Najib, Reza, Rosandi, Sani, Wahyu, Wiwi, Wiwin, Yusra, Amel, Cana, Uni, Betrix, Sundari, Salfia, Ipa, Tami, Mega, Suci dan Ayyun yang telah menemani selama kurang lebih 4 tahun di kampus tercinta Universitas Hasanuddin. Terkhusus untuk Alm. Iis terima kasih atas pelajaran hidup yang telah kau titipkan. Semoga semangat merdeka militan tetap kita jaga.

18. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan (HIMAPEM) FISIP Unhas. Terima kasih atas ilmu, pengalaman, kesempatan berkarya, kebersamaan dan kekeluargaan yang telah diberikan. Jayalah Himapemku, Jayalah Himapem kita.

19. Kepada teman-teman SMAN 1 Berau yang sampai sekarang masih bersama.

20. Teman-teman KKN Reguler Gelombang 93 Unhas Kabupaten Wajo Kecamatan Takalalla, khususnya Posko Desa Botto teman serumah selama kurang lebih 1 bulan menjalani pengabdian kepada masyarakat yaitu Rusmin, Febri, Ikshan, Eva, Nur, Ani, Kepala Desa dan Ibu Desa beserta seluruh masyarakat Desa Botto. Semoga silaturahmi tetap terjaga.

(9)

viii 21. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.

Akhir kata, penulis mengucapkan permohonan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan. Terima Kasih, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 15 November 2017.

(10)

ix DAFTAR ISI

Sampul

Lembar Pengesahan ……….. i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xiii

Intisari ... xiv

Abstract ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis Kebijakan ... 10

2.2 Konsep Kebijakan Publik ... 12

2.3 Konsep Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 28

3.2 Tipe Penelitian ... 28

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.4 Informan Penelitian ... 29

(11)

x 3.5 Jenis Data Penelitian... 30

3.6 Definisi Konsep ... 31 3.7 Teknik Analisis Data ... 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Pinrang . 36 4.2 Profil Kecamatan Watang Sawitto ... 58 4.3 Profil Dinas Sosial ... 77 4.4 Pelaksanaan Kebijakan Program Kartu Keluarga Sejahtera

di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ... 109 4.5 Analisis Retrospektif terhadap Pelaksanaan Program Kartu

Keluarga Sejahtera di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang……… 132 4.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kartu Keluarga

Sejahtera di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang……… 135 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 139 5.2 Saran... 141 DAFTAR PUSTAKA ... 142 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

xi DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Pinrang Tahun 2012-2016 ... 6 Tabel 1.2 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Pinrang

2012-2016 ... 7 Tabel 4.1 Nama-nama Kepala Daerah Kabupaten Pinrang dari Tahun 1960-2014………. 37 Tabel 4.2 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Pinrang

Tahun 2016 ... 39 Tabel 4.3 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut

Kecamatan di Kabupaten Pinrang tahun 2016 ... 41 Tabel 4.4 PDRB Perkapita menurut lapangan usaha tahun 2011-2015 ( Juta Rupiah ) ... 42 Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin di Kabupaten Pinrang Tahun 2016 ... 43 Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Berumur 15 tahun Menurut Jenis Kegiatan

Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pinrang Tahun 2016 . 44 Tabel 4.7 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Berdasarkan Jenjang

Pendidikan di Kabupaten Pinrang tahun 2016 ... 45 Tabel 4.8 Luas Wilayah Kecamatan Watang Sawitto Berdasarkan

Luas setiap Kelurahan ... 59 Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dirinci tiap

Kelurahan 2016 ... 60

(13)

xii Tabel 4.10 Penduduk menurut Agama dan Kepercayaan yang dianut

Kecamatan Watang Sawitto 2016 ... 61 Tabel 4.11 Sarana/prasarana Pendidkan di Kecamtan Watang Sawitto

keadaan akhir tahun ... 62 Tabel 4.12 Keadaan sarana/prasarana Keagamaan dan Kepercayaan

yang dianut Kecamatan Watang Sawitto tahun 2016 ... 63 Tabel 4.13 Data Penerima Kartu Keluarga Sejahtera menurut Kecamatan

Kabupaten Pinrang tahun 2015 ... 123 Tabel 4.14 Jumlah Penerima Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) menurut

Kelurahan Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

pada Tahun 2015 ... 126 Tabel 4.15 Data penyandang masalah kesejahteraan sosial menurut

kabupaten pinrang pada tahun 2015 ... 127

(14)

xiii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 27

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Pinrang ... 40 Gambar 4.2 Peta wilayah kecamatan watang sawitto ... 59

(15)

xiv INTISARI

Zainuddin, Nomor pokok E121 13 003, Program Studi Ilmu Pemerintahan, Departemen Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, menyusun skripsi dengan judul :

“Analisis Kebijakan Program Kartu Keluarga Sejahtera di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang”. Di bawah bimbingan Bapak Prof.Dr.H.A.Gau Kadir,MA sebagai pembimbing I dan Bapak Rahmatullah,S.IP,M.Si sebagai pembimbing II.

Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program kartu keluarga sejahtera di kecamatan watang sawitto kabupaten pinrang serta faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program kartu keluarga sejahtera.

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten pinrang, Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan penjabaran secara deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan arsip.

Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, Pelaksanaan program kartu keluarga sejahtera di kecamatan watang sawitto kabupaten pinrang meliputi lima indikator, yakni sosialisasi, pendataan, penetapan penerima, pencairan dana dan pengawasan. Sosialisasi pemerintah terkait kartu keluarga sejahtera di kecamatan watang sawitto kabupaten pinrang telah dilakukan sebagai upaya pemberian pemahaman dan pengimplementasian kartu keluarga sejahtera kepada masyarakat. Dalam proses pendataan yang dilakukan pemerintah, data yang digunakan adalah hasil pendataan perlindungan sosial (PPLS) tahun 2011 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Penetapan penerima kartu keluarga sejahtera di kecamatan watang sawitto tidak tepat sasaran dan tidak merata. Semenjak diberlakukannya kebijakan kartu keluarga sejahtera pada tahun 2015, belum pernah ada pencairan dana dari pemerintah kepada masyarakat.

Pengawasan yang dilakukan pemerintah daerah terkait pelaksanaan kartu keluarga sejahtera masih dalam tahap pelaksanaan pembagian kartu keseluruh elemen masyarakat penerima bantuan sosial khususnya kecamatan watang sawitto kabupaten pinrang. Kedua faktor yang mempengarhui pelaksanaan kartu keluarga sejahtera meliputi faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung meliputi antusiasnya masyarakat, pemerintah sudah begitu dekat dengan masyarakat, adanya koordinasi yang baik antara elemen yang terlibat. Faktor penghambat meliputi ketidaksesuaian data, pemerintah tidak diikut sertakan dalam pendataan, terjadi kecemburuan sosial di masyarakat.

(16)

xv ABSTRAK

Zainuddin, Student Identity Number E121 13 003, Government Studies Program, Department of Political Science and Governmental Sciences, Faculty of Social and Political Sciences Hasanuddin University, compiled a thesis titled: "Policy Analysis of Prosperous Family Card Program in Watang Sawitto Sub-district Pinrang Regency". Under the guidance of Prof.Dr.H.A.Gau Kadir, MA As A Mentor 1 . and Rahmatullah, S.IP, M.Si As a Mentor 2.

The study aims to find out how the implementation of a prosperous family card program in sub-district watang sawitto pinrang district as well as the factors that affect the implementation of a prosperous family card program.

This research was conducted in Pinrang District, South Sulawesi. The method used in this research is qualitative with descriptive description. Data collection techniques used are observation, interviews, documentation, and archives.

The results showed: First, the implementation of prosperous family card program in watang palititto district pinrang district includes five indicators, namely socialization, data collection, determination of recipients, disbursement of funds and supervision. The socialization of the government related to the prosperous family card in the district of watang sawitto pinrang district has been done as an effort to provide understanding and implementation of a prosperous family card to the community. In the process of data collection conducted by the government, the data used is the result of social protection data collection (PPLS) in 2011 conducted by the Central Bureau of Statistics (BPS). The determination of the beneficiaries of welfare family cards in watang palmitto sub-district is not well targeted and uneven.

Since the enactment of a prosperous family card policy in 2015, there has been no disbursement of funds from the government to the public.

Supervision conducted by the local government related to the implementation of the family card is prosperous still in the implementation stage of card distribution to all elements of the recipients of social assistance, especially watang sawitto district pinrang. The two factors that affect the implementation of a prosperous family card include supporting factors and inhibiting factors.

Supporting factors include the enthusiasm of society, the government is so close to the community, there is a good coordination between the elements involved. Inhibiting factors include data discrepancies, the government is not included in the data collection, there is social jealousy in the community.

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Menjadi negara sejahtera di berbagai aspek atau bidang merupakan impian dan cita-cita bersama masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu.Hal ini terlihat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu memajukan kesejahteraan umum. Berdasarkan hal tersebut dapat ditafsirkan bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk melakukan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khusnya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

Dalam rangka penanggulangan kemiskinan, pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan.Pada masa pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dengan Boediono dibentuklah Lembaga Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) sebagai wadah koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat untuk melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan.

Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah meluncurkan Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dalam rangka Program Percepatan dan Perluasan Sosial. Pada saat pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan Jusuf Kalla, Kartu Perlindungan Sosial (KPS) diganti dengan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang diterbitkan pemerintah sebagai

(18)

2 identitas bagi penerima program perlindungan sosial. Dalam menjalankan program-program perlindungan sosial ini, pemerintah mengeluarkan dua peraturan yaitu Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 166 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Kemiskinan dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Sehat untuk membangun keluarga produktif.

Di era Pemerintahan Presiden Joko Widodo melalui nawa citanya, pemerintah akan meningkatkan produktivitas kesejahteraan melalui program- program yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Salah satu bentuk program tersebut adalah Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

Sesuai dalam peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 166 tahun 2014 tentang program percepatan penanggulangan kemiskinan yang di atur dalam pasal 2 menyebutkan bahwa :

(1) Untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan, pemerintah menetapkan program perlindungan sosial.

(2) Program perlindungan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Program Simpanan Keluarga Sejahtera b. Program Indonesia Pintar

c. Program Indonesia Sehat

(19)

3 Kartu Keluarga Sejahtera adalah kartu yang diterbitkan oleh Pemerintah sebagai penanda keluarga kurang mampu, sebagai pengganti Kartu Perlindungan Sosial (KPS), yang di atur dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk Membangun Keluarga Produktif.

Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 terdiri atas 3 kartu yang dimana salah satunya yaitu Program kartu keluarga sejahtera (KKS) Yang menandai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat kurang mampu. Melalui pelaksanaan program ini, diperkenalkan penggunaan teknologi untuk menjangkau masyarakat kurang mampu agar penyaluran program dapat lebih baik dan efisien. Dengan pelaksanaan program ini, pemerintah dapat meningkatkan martabat keluarga kurang mampu dengan perlindungan dan pemberdayaan serta tidak sekedar diberikan bantuan charity (amal).

Selaras dengan fungsi pemerintah menurut Ryaas Rasyid menjelaskan bahwa dalam pemerintahan modern fungsi pemerintahan dapat dibagi menjadi 4 (empat) bagian yakni sebagai berikut :

“Dalam pemerintahan modern dewasa ini Rasyid membagi pemerintahan menjadi empat bagian, yaitu Pelayanan (public service), pembagunan (development), pemberdayaan (empowering), dan

(20)

4 pengaturan (regulation). Dengan mengutip Franklin D, Rosevelt, Rasyid mengemukakan bahwa untuk mengetahui suatu masyarakat lihatlah pemerintahannya”.

Program Simpanan Keluarga Sejahtera bagi pemegang Kartu Keluarga Sejahtera, merupakan program pemberian bantuan non tunai dalam bentuk simpanan yang diberikan kepada 15,5 Juta Keluarga kurang mampu di seluruh Indonesia. Setiap keluarga mendapat dana sejumlah Rp.200.000 per Keluarga per Bulan dan kartu ini akan diisi setiap 2 bulan. Keberadaan program kartu keluarga sejahtera ini berawal dari kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun 2014 yang difungsikan sebagai pelaksanaan program kompensasi pengurangan subsidi BBM.

Tepatnya pada hari Senin, 3 November 2014 Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meluncurkan 3 buah kartu yang bernama Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang sedianya akan segera di sosialisasikan kepada sebagian masyarakat Indonesia yang berhak mendapatkannya. Untuk tahap awal, Presiden Jokowi mengutarakan bahwa yang berhak mendapatkannya adalah mereka yang sebelumnya telah memegang Kartu Perlindungan Sosial (KPS) yang pernah diterbitkan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

(21)

5 Secara nasional penerima KKS telah mencapai 15,5 juta keluarga kurang mampu di seluruh Indonesia, yang terdiri dari satu 1 juta keluarga diberikan dalam bentuk layanan keuangan digital dengan pemberian simcard, dan sisahnya sebanyak 14,5 juta keluarga diberikan dalam bentuk giro pos secara bertahap di tahun 2015. Untuk tahap awal, pembagian Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), simcard berisi uang elektronik, dilakukan di 19 Kabupaten/Kota masing-masing di Jembrana, Pandeglang, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Cirebon, Kota Bekasi, Kuningan, Kota Semarang, Tegal, Banyuwangi, Kota Surabaya, Kota Balikpapan, Kota Surabaya, Kota Kupang, Mamuju Utara, Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Karo.

Kabupaten Pinrang memiliki 12 kecamatan, yang memiliki jumlah penduduk pada tahun 2016 yaitu 369.595 jiwa. Berikut adalah tabel jumlah penduduk menurut kecamatan Kabupaten Pinrang tahun 2012 – 2016

(22)

6 Tabel 1.1

Jumlah penduduk menurut kecamatan Kabupaten Pinrang tahun 2012 - 2016.

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang,2017.

Berdasarkan tabeljumlah penduduk kabupaten pinrang (BPS, 2017) pada tahun 2016 yaitu 369.595 jiwa.yang dimana dari 12 kecamatan di Kabupaten Pinrang, kecamatan Watang Sawitto dengan jumlah penduduk terbesar di Kabupaten Pinrang, pada tahun 2016 yang berjumlah 55.571 jiwa. Sesuai dengan tujuan awalnya, Kartu Keluarga Sejahtera merupakan salah satu program unggulan pemerintahaan Joko Widodo dengan Jusuf Kalla. Kartu Keluarga Sejahtera diperuntukan untuk keluarga miskin. Di Kabupaten Pinrang jumlah keluarga miskin untuk tahun 2015 telah mencapai angka 30.510 jiwa (BPS, 2016). Jika merujuk pada definisi Kartu Keluarga Sejahtera, seharusnya penerima untuk Kartu Keluarga Sejahtera di Kabupaten Pinrang sebesar 30.510 jiwa. Tetapi data penerima Kartu Keluarga Sejahtera di Kabupaten Pinrang hanya berjumlah 18.672 kepala

KECAMATAN

JUMLAH PENDUDUK (JIWA)

2012 2013 2014 2015 2016

SUPPA 31.105 31.214 31.454 31.687 31.929

MATTIRO SOMPE 27.611 27.709 27.922 28.126 28.339

LANRISANG 17.198 17.258 17.390 17.518 17.651

MATTIRO BULU 27.325 27.422 27.635 27.839 28.053

WATANG SAWITTO 54.112 54.307 54.734 55.144 55.571

PALETEANG 39.054 39.194 39.502 39.799 40.107

TIROANG 21.538 21.614 21.781 21.943 22.112

PATAMPANUA 32.045 32.158 32.404 32.645 32.894

CEMPA 17.506 17.567 17.703 17.833 17.970

DUAMPANUA 44.265 44.422 44.764 45.096 45.438

BATULAPPA 9.771 9.805 9.880 9.953 10.027

LEMBANG 38.489 38.623 38.918 39.206 39.504

PINRANG 360.019 361.293 364.087 366.789 369.595

(23)

7 keluarga berdasarkan data Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan tahun 2015 Kabupaten Pinrang.

Berikut Jumlah data dan persentase garis Kemiskinan dan penduduk miskin di Kabupaten Pinrang pada tahun 2012-2016.

Tabel 1.2

Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Pinrang, 2012-2016

Tahun Year

Garis Kemiskinan Poverty Line

(Rupiah)

Penduduk Miskin Number of Poor People Jumlah

Total

Persentase Percentage

(1) (2) (3) (4)

2012 207.073 28.019 7,82 %

2013 221.717 32.011 8,86 %

2014 228.150 29.920 8,20 %

2015 234.897 30.510 8,34 %

2016 250.163 31.280 8,48 %

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang,2016.

Berdasarkan tabel jumlah dan persentase penduduk miskin di Kabupaten Pinrang pada tahun 2012 sebesar 28.019jiwa atau 7,82% dan naik menjadi 32.011jiwa atau 8,86% pada tahun 2013.Memasuki tahun 2014,jumlah penduduk miskin sebesar 29.920jiwa atau 8,20% dan naik menjadi 30.510jiwa atau 8,34% pada tahun 2015. Kemudian pada tahun 2016 jumlah penduduk miskin naikmenjadi 31.280jiwa atau 8,48%.

Pengertian bahwa fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan atau mempunyai mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan

(24)

8 dasar yang layak bagi dirinya maupun keluarganya,pemberian Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) selama ini menimbulkan kecemburuan di masyarakat karena pembagian kartu yang belum tepat sasaran dan belum merata. bahwa di temukan adanya data yang tidak objektif dalam artian masyarakat yang seharusnya menerima Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).Sesuai dengan kasus, ada masyarakat yang menerima kartu dan ada masyarakat yang tidak menerima kartu padahal kondisi sosial ekonominya sama persis.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menganggap penting hal tersebut untuk di teliti dan dikaji lebih mendalam sehingga dapat di ketahui secara jelas.Bagaimana implementasi kartu keluarga sejahtera oleh pemerintah daerah kabupaten pinrang, secara khusus di Kecamatan Watang Sawitto maka dari itu di perlukan penelitian mengenai “ANALISIS KEBIJAKAN PROGRAM KARTU KELUARGA SEJAHTERA DI KECAMATAN WATANG SAWITTO KABUPATEN PINRANG“.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari peneliti ini, adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan kebijakan kartu keluarga sejahtera di kecamatan watang sawitto kabupaten pinrang ?

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kartu keluarga sejahtera di kecamatan watang sawitto kabupaten pinrang ?

(25)

9 1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, tujuan dari penelitian ini yaituuntuk :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan kartu keluarga sejahtera di kecamatan watang sawitto kabupaten pinrang.

2. Untuk Mengetahui faktor yang mempengaruhi Pelaksanan kartu keluarg a sejahtera di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademik, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pemerintahan khususnya yang berfokus pada kajian kebijakan kartu keluarga sejahtera (KKS).

2. Manfaat praktis, hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi seluruh stakeholdersdan menjadi sumbangsi peneliti terhadap proses pemerintahan dalam kebijakan kartu keluarga sejahtera.

3. Manfaat metodologis, Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan menjadi referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan kajian terhadap penelitian selanjutnya yang relevan.

(26)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang teori-teori dan konsep yang di gunakan untuk menjelaskan masalah penelitian lebih dalam, untuk membahas dan mengkaji masalah pada penelitian ini. Hal ini juga sekaligus sebagai pendukung dalam rangka menjelaskan atau memahami makna dibalik realitas yang ada. Konsep dan teori tersebut digunakan sebagai alat analisis terhadap permasalahan yang diangkat yang bersumber dari hasil- hasil penelitian dan buku refrensi lainnya.

2.1.Konsep analisis kebijakan

Sejalan dengan perkembangan studi yang makin maju, William Dunn mengaitkan pengertian kebijakan dengan analisis kebijakan yang merupakan sisi baru dari perkembangan ilmu sosial untuk pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Dunn mendefinisikan analisis kebijakan adalah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan serta memindahkan informasi relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan (Dunn,2000:95-97).

a. Bentuk-bentuk analisis kebijakan

Adapun tiga bentuk analisis kebijakan menurut Willian dunn (2000:117- 124) yaitu :

(27)

11 1) Analisis kebijakan prospektif

Analisis kebijakan prospektif yang berupa produksi dan transformasi informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan diimplementasikan. Analisis kebijakan disini merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi untuk dipakai dalam merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan kebijakan.

2) Analisis kebijakan retrospektif

Analisis kebijakan retrospektif adalah sebagai penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan. Terdapat 3 tipe analis berdasarkan kegiatan yang dikembangkan oleh kelompok analis ini yakni analis yang berorientasi pada disiplin, analis yang berorientasi pada masalah dan analis yang berorientasi pada aplikasi.

3) Analisis kebijakan integrative

Analisis kebijakan yang terintegrasi merupakan bentuk analisis yang mengkombinasikan gaya operasi para praktisi yang menaruh perhatian pada penciptaan dan transformasi informasi sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil. Analisis kebijakan yang terintegrasi tidak hanya mengharuskan para analis untuk mengkaitkan tahap penyelidikan retrospektif dan perspektif, tetapi juga menuntut

(28)

12 para analis untuk terus menerus menghasilkan dan mentransformasikan informasi setiap saat.

2.2. Konsep kebijakan publik

2.2.1. Pengertian kebijakan

Secara Etimologis, istilah policy (kebijakan) berasal dari bahasa Yunani, Sansekerta, dan Latin. Akar kata dalam bahasa Yunani dan Sansekerta polis (negara-kota) dan pur (kota) dikembangkan dalam bahasa Latin menjadi politia (negara) dan akhirnya dalam bahasa Inggris Pertengahan Policie, yang berarti menangani berbagai masalah publik atau administrasi pemerintahan (Dunn,2003:52).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata kebijakan berarti kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan. Kebijakan juga dapat berarti rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak, pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

Menurut Edi Suharto (2005:7)mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan keputusan.Kebijakan sebagai studi haruslah diartikan sebagai pernyataan kehendak yang diikuti

(29)

13 oleh unsur pengaturan dan atau paksaan, sehingga dalam pelaksanaannya akan dapat mencapai tujuan yang dikehendaki (Samsu Alam, 2012: 18).

Menurut Titmuss dalam Edi Suharto (2005:7) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu. Kebijakan, menurut Titmuss, senantiasa berorientasi kepada masalah (problem-oriented) dan berorientasi kepada tindakan (action-oriented). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.

Sementara itu parsons dalam Arifin Tahir (2015:24), memberikan gagasan tentang kebijakan adalah seperangkat aksi atau rencana yang mengandung tujuan politik. Menurutnya kata policy mengandung makna kebijakan sebagai rationale, sebuah manifestasi dari penilaian pertimbangan.

Artinya sebuah kebijakan adalah usaha untuk mendefinisikan dan menyusun basis rasional untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan.

Kebijakan juga diartikan suatu ucapan atau tulisan yang memberikan petunjuk umum tentang penetapan ruang lingkup yang memberi batas dan arah umum kepada seseorang untuk bergerak. Secara etimologis, kebijakan adalah terjemahan dari kata policy. Kebijakan dapat juga berarti sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis pelaksanaan suatu

(30)

14 pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Kebijakan dapat berbentuk keputusan yang dipikirkan secara matang dan hati-hati oleh pengambil keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan berulang yang rutin dan terprogram atau terkait dengan aturan-aturan keputusan.

2.2.2.Pengertian kebijakan publik

Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya. Disamping itu dilihat dari hirarkirnya kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional maupun lokal seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan pemerintah daerah/provinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota, dan keputusan bupati/walikota.

Leo Agustino dalam bukunya Dasar-Dasar Kebijakan Publik mengutip pernyataan Robert Eyetone dalam bukunya The Threads of Publik Policy (1971) mendefinisikan kebijakan publik sebagai hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya (Agustino,2008: 6).

Namun sayangnya definisi tersebut masih terlalu luas untuk dipahami sehingga artinya menjadi tidak menentu bagi sebagaian besar scholar (pelajar) yang mempelajarinya. Padahal dalam lingkup yang nyata kebijakan publik tidak selalu menggambarkan keluasan definisi, dalam buku yang sama Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt, dalam prespektif merekan mendefinisikan

(31)

15 kebijakan publik sebagai keputusan tetap yang disirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repitisi) tingkah laku dari yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut.

James Anderson dalam Leo Agustino (2008: 7) memberikan pengertian atas definisi kebijakan publik yaitu serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang actor atau seseorang yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.

Menurut Mustopadidjaja (2003: 5) memberikan pengertian kebijakan publik sebagai berikut :

“Kebijakan Publik pada dasarnya adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu, untuk melakukan kegiatan tertentu, atau untuk mencapai tujuan tertentu, yang dilakukan oleh instansi yang berwenang dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan Negara dan pembangunan”.

Ada banyak definisi mengenai apa itu kebijakan publik. Definisi mengenai apa itu kebijakan publik mempunyai makna yang berbeda-beda, sehingga pengertian-pengertian tersebut dapat diklasifikasikan menurut sudut pandang masing-masing penulisnya. Berikut ini beberapa definisi tentang kebijakan publik :

(32)

16 Menurut Chandler dan Plano dalam Hessel Nogi S (2003: 1), Kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya- sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas. Pengertian kebijakan publik menurut Chandler dan Plano dapat diklasifikasikan kebijakan sebagai intervensi pemerintah. Dalam hal ini pemerintah mendayagunakan berbagai instrumen yang dimiliki untuk mengatasi persoalan publik.

Menurut Thomas R. Dye dalam Hessel Nogi S (2003: 1), Kebijakan publik dikatakan sebagai apa yang tidak dilakukan maupun apa yang dilakukan oleh pemerintah. Pokok kajian dari hal ini adalah negara.

Pengertian ini selanjutnya dikembangkan dan diperbaharui oleh para ilmuwan yang berkecimpung dalam ilmu kebijakan publik. Definisi kebijakan publik menurut Thomas R. Dye ini dapat diklasifikasikan sebagai keputusan (decision making), dimana pemerintah mempunyai wewenang untuk menggunakan keputusan otoritatif, termasuk keputusan untuk membiarkan sesuatu terjadi, demi teratasinya suatu persoalan publik.

Menurut Easton dalam Hessel Nogi S (2003: 2), Kebijakan publik diartikan sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh

(33)

17 masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam hal ini hanya pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat. Definisi kebijakan publik menurut Easton ini dapat diklasifikasikan sebagai suatu proses management, yang merupakan fase dari serangkaian kerja pejabat publik. Dalam hal ini hanya pemerintah yang mempunyai andil untuk melakukan tindakan kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalah publik, sehingga definisi ini juga dapat diklasifikasikan dalam bentuk intervensi pemerintah.

Menurut Anderson dalam Hessel Nogi S (2003: 2), Kebijakan publik adalah sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badanbadan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan tersebut adalah :

a) Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.

b) Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.

c) Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan.

d) Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah

(34)

18 tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

e) Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

Definisi kebijakan publik menurut Anderson dapat diklasifikasikan sebagai proses management, dimana didalamnya terdapat fase serangkaian kerja pejabat publik. ketika pemerintah benar-benar bertindak untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat. Definisi ini juga dapat diklasifikasikan sebagai decision making ketika kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif (tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah) atau negatif (keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).

Menurut Woll dalam Hessel Nogi S (2003: 2), Kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Adapun pengaruh dari tindakan pemerintah tersebut adalah :

a) Adanya pilihan kebijakan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat.

(35)

19 b) Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat.

c) Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Definisi kebijakan publik menurut Woll ini dapat diklasifikasikan sebagai intervensi pemerintah (intervensi sosio kultural) yaitu dengan mendayagunakan berbagai instrumen untuk mengatasi persoalan publik.

Definisi ini juga dapat diklasifikasikan sebagai serangkaian kerja para pejabat publik untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat.

2.2.3. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Berdasarkan berbagai definisi para ahli kebijakan publik, kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masyarakat di mana dalam penyusunannya melalui berbagai tahapan. Tahap-tahap pembuatan kebijakan publik menurut William (2000: 117-124), adalah sebagai berikut:

1. Penyususan agenda

Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk

(36)

20 memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.

Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Isu kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat diantara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut.

Menurut William Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.

Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik (Kimber, 1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn, 1986) diantaranya:

a. Telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang serius;

b. Telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis;

(37)

21 c. Menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak

(umat manusia) dan mendapat dukungan media massa;

d. Menjangkau dampak yang amat luas ;

e. Mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat ; f. Menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi

mudah dirasakan kehadirannya) 2. Formulasi lebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada.

Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

3. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan

Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah.

Mendukung. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu

(38)

22 anggota mentolerir pemerintahan disonansi. Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung pemerintah.

4. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

2.3. Konsep Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) 2.3.1. Pengertian Kartu Keluarga Sejahtera

KKS adalah kepanjangan dari Kartu Keluarga Sejahtera yaitu merupakan bantuan non tunai melalui pembukaan rekening simpanan bagi masyarakat kurang mampu yang di atur dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk Membangun Keluarga Produktif.

(39)

23 Secara nasional penerima KKS telah mencapai 15,5 juta keluarga kurang mampu di seluruh Indonesia, yang terdiri dari satu (1) juta keluarga diberikan dalam bentuk layanan keuangan digital dengan pemberian simcard, dan sisahnya sebanyak 14,5 juta keluarga diberikan dalam bentuk giro pos secara bertahap di tahun 2015.Setiap keluarga diberikan sebanyak 200 ribu per bulan per keluarga yang diisi setiap 2 bulan sekali. Untuk tahap awal, pembagian Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), simcardberisi uang elektronik, dilakukan di 19 Kabupaten/Kota masing-masing di Jembrana, Pandeglang, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Cirebon, Kota Bekasi, Kuningan, Kota Semarang, Tegal, Banyuwangi, Kota Surabaya, Kota Balikpapan, Kota Surabaya, Kota Kupang, Mamuju Utara, Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Karo.

Untuk memperbaiki efektivitas penyaluran bantuan sosial, pemerintah memutuskan untuk memberikan dalam bentuk simpanan. Alasan pemberian dalam bentuk simpanan adalah:

1. Simpanan/tabungan merupakan bentuk kegiatan produktif

2. Simpanan/tabungan merupakan bagian dari strategi nasional keuangan inklusif

3. Perbaikan dari program BLSM 2013 yang sekedar membagikan uang tunai

4. Mengurangi antrian

(40)

24 2.3.2. Fungsi Kartu Keluarga Sejahtera

KKS ini berfungsi sebagai penanda bahwa si pemegang kartu ini berhak menerima bantuan uang dari pemerintah. Si pemilik KKS akan diberikan SIM Card yang bisa dipasang di handphone untuk mengecek saldo. Fungsi SIM Card ini mirip dengan rekening bank.Untuk mengambil uang bantuan dari pemerintah tersebut, bisa datang ke kantor pos terdekat dengan menunjukkan nomor SIM Card tersebut. Layanan ini biasa disebut e-money atau layanan keuangan digital, atau dengan carabisa melihat penyalurannya melalui aplikasi *141*6# dari telepon genggam mereka.

a. Kategori Penerima

Rumah tangga miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) , meliputi gelandangan, penghuni panti asuhan, panti jompo.

b. Pencairan Dana

Dana bantuan Rp. 6,4 triliun dari bantuan sosial kementerian sosial, yang dimana setiap keluarga mendapatkan bantuan Rp. 200 per bulan yang akan diisi setiap 2 bulan. Untuk pencairan melewati via Giropos.

Adapun syarat untuk mendapatkan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) sebagai berikut :

1. Datang ke kantor Pos membawa KPS. Bagi mereka yang tidak memiliki KPS lagi karena hilang, maka bisa dengan cara menyertakan identitas lain seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP),

(41)

25 Kartu Keluarga (KK) dan atau surat keterangan lain dari kelurahan (sesuai domisili) sebagaimana yang pernah dilakukan pada waktu pembuatan KPS.

2. Bagi mereka yang tidak lagi memiliki KPS dan atau baru menyertakan data-data lain pengganti KPS maka proses pengecekan akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Jadi mohon untuk bersabar karena proses pengecekan harus dilakukan secara komprehensif guna menghindari kerangkapan data atau kesalahan pendataan lainnya.

3. Setelah KPS diserahkan dan telah di verifikasi oleh petugas kantor Pos, maka selanjutnya warga akan mendapatkan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) beserta dengan Sim Card (kartu chip telpon) uang elektronik. Jadi pastikan Anda memiliki telpon selular guna mengecek saldo yang nantinya dikirimkan melalui pesan singkat (SMS).

4. Setelah semua data telah di verifikasi keabsahannya, maka selanjutnya petugas akan memberikan tanda bukti serah terima yang harus ditanda tangani oleh penerima kartu yang bersangkutan beserta dengan KKS baru.

2.4. Kerangka Pikir Penelitian

Kartu Keluarga Sejahtera adalah kartu yang diterbitkan oleh Pemerintah sebagai penanda keluarga kurang mampu, kata ketidakmampuan bisa

(42)

26 dikatakan masyarakat miskin yang dimana keadaanya terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, pendidikan, tempat berlindung dan kesehatan. Terjadinya kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,ataupun sulitnya akses mendapatkan pekerjaan.

Pemerintah memiliki perang yang sangat penting dalam mencapai tujuan suatu negara. Sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdeskan kehidupan bangsa. Dapat dikatakan bahwa kesejahteraan rakyat dapat di tingkatkan apabila kemiskinan dapat dikurangi. Sehingga untuk memajukan kesejahteraan umum, pemerintah mengeluarkan program kartu keluarga sejahtera yang di atur dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan martabat keluarga kurang mampu dengan perlindungan dan pemberdayaan untuk Membangun Keluarga Produktif.

Berdasarkan hal tersebut dapat ditafsirkan bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk melakukan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang berdasarkan fungsi pemerintah daerah yaitu melakukan pelaksanaan dan pengawasan khusunya di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Maka dari latarbelakang permasalahan, Sehingga dapat disusun kerangka pikir sebagai berikut :

(43)

27 Gambar 2.1

Kerangka Konsep

Peraturan Presiden No.166 tahun 2014 Tentang program percepatan penanggulangan kemiskinan

Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Intruksi Presiden No.7 tahun 2014 Tentang Pelaksanaan PSKS,KIP,KIS untuk

Membangun Keluarga Produktif

Kebijakan kartu keluarga sejahtera di kecamatan watang sawitto kabupaten pinrang Pelaksanaan Sosialisasi

Pendataan

Penetapan penerima Pencairan dana Pengawasan

Analisis Kebijakan retrospektif

Analisis kebijakan retrospektif adalah sebagai penciptaan dan

transformasi informasi sesudah aksi kebijakan

dilakukan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi FAKTOR PENGHAMBAT :

1) Ketidaksesuaian data penerima KKS sehingga tidak tepat sasaran

2) Pemerintah daerah tidak diikut sertakan dalam melakukan pendataan.

3) Terjadi kecemburuan sosial di masyarakat

FAKTOR PENDUKUNG:

1) Antusias masyarakat 2) Pemerintah

sudah begitu dekat dengan masyarakat 3) Adanya

koordinasi yang baik antara oknum yang terlibat

(44)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang dan titik pengambilan data penelitian mengenai Analisisi Kebijakan Program Kartu Keluarga Sejahtera pada 1). Dinas Sosial, Kebudayaan dan Pariwisata, 2). Kecamatan Watang Sawitto, 3). Kelurahan Siparappe, 4). Kelurahan Maccorawalie, 5). Masyarakat penerimaKKS, 6).

Masyarakat tidak menerima KKS.

3.2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan yakni deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran untuk memahami dan menjelaskan implementasi kartu keluarga sejahtera oleh pemerintah daerah di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Berikut ini adalah teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian. Teknik–teknik tersebut meliputi :

1) Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang dilakukan dengan mengamati kondisi yang berkaitan dengan obyek

(45)

29 penelitian. Peneliti akan turun ke lapangan secara langsung untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi masyarakat yang telah mendapatkan kartu keluarga sejahtera tersebut.

2) Wawancara

Wawancara yaitu peneliti melakukan wawancara langsung terhadap informan yang bersangkutan dengan tujuan untuk menggali informasi yang lebih mendalam tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

3) Dokumentasi dan Arsip

Pada teknik ini akan dilakukan telaah pustaka, dimana peneliti mengumpulkan data dari penelitian sebelumnya berupa buku dan jurnal. Dokumen dan arsip yang berkaitan dengan fokus penelitian merupakan salah satu sumber data yang paling penting dalam penelitian. Dokumen yang dimaksud adalah dokumen tertulis, gambar/foto, atau film audio-visual, data statistik, laporan penelitian sebelumnya maupun tulisan tulisan ilmiah.

3.4. Informan Penelitian

Informan merupakan salah satu anggota kelompok yang berperan sebagai pengarah dan terlibat langsung dengan permasalahan penelitian.

Informan dalam penelitian ini dipilih karena paling banyak mengetahui atau terlibat langsung.Pemilihan informan dalam penelitian ini dengan cara purposive sampling. Yaitu, teknik penarikan sample secara subjektif dengan

(46)

30 maksud atau tujuan tertentu, yang mana menganggap bahwa informan yang diambil tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian yang akan dilakukan.

Adapun yang menjadi informan pada penelitian ini adalah : 1) Kepala Dinas Sosial

2) Badan Pusat Statistik

3) Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan 4) Camat

5) Sekretaris kecamatan 6) Lurah

a. Lurah Maccorawalie b. Lurah Siparappe 7) Kelompok Masyarakat

a. Penerima Kartu

b. Bukan Penerima Kartu 3.5. Jenis Data Penelitian

Data yang digunakan dalam proposal penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder :

1) Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asalnya atau di lapanganyang merupakan data empirik. Data empirik

(47)

31 yang dimaksud adalah hasil wawancara dengan beberapa pihak atau informan yang benar-benar berkompeten dan bersedia memberikan data dan informasi yang dibutuhkan yang relevan dengan kebutuhan penelitian. Salah satunya kepala bagian atau instansi yang terkait dalam penelitian.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil telaah bacaan ataupun kajian pustaka, buku-buku atau literature yang terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti, internet, dokumen atau arsip, dan laporan yang bersumber dari lembaga terkait yang relevan dengan kebutuhan data dalam penelitian.

3.6. Definisi Konsep

Untuk memberikan suatu pemahaman agar memudahkan penelitian ini maka penulis memberikan beberapa batasan penelitian, dan fokus penelitian ini yang dioperasionalkan melalui beberapa indikator sebagai berikut :

a) Kebijakan adalah serangkaian tindakan pemerintah yang bersifat mengatur dalam rangka merespon permasalahan yang dihadapi masyarakat dan mempunyai tujuan tertentu. Dalam suatu kebijakan membutuhkan pengawasan dan pengawasan yang dimana pelaksanaan merupakan suatu tindakan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara

(48)

32 sederhana pelaksanaan bias diartikan sebagai penerapan.

Sedangkan pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

b) Analisis kebijakan retrospektif adalah sebagai penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi kebijakan dilakukan. Terdapat 3 tipe analis berdasarkan kegiatan yang dikembangkan oleh kelompok analis ini yakni analis yang berorientasi pada disiplin, analis yang berorientasi pada masalah dan analis yang berorientasi pada aplikasi.

1. Analisis berorientasi disiplin, lebih terfokus pada pengembangan dan pengujian teori dasar dalam disiplin keilmuan, dan menjelaskan sebab akibat kebijakan.

2. Analisis berorientasi masalah, menitikberatkan pada aspek hubungan sebab akibat dari kebijakan, bersifat terapan, namun masih bersifat umum.

3. Analisis beriorientasi pada aplikasi (penerapan), menjelaskan hubungan kausalitas, lebih tajam untuk mengidentifikasi tujuan dan sasaran dari kebijakan dan para pelakunya. Informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil kebijakan khusus, merumuskan masalah kebijakan, membangun alternatif kebijakan yang baru, dan mengarah pada pemecahan masalah praktis.

(49)

33 c) Keberhasilan dari kebijakan pemerintah dalam proses pelaksanaan kebijakan Kartu Keluarga Sejahtera di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Dapat dilihat dari faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung.

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan peneliti adalah teknik analisis data kualitatif dimana data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang yang diwawancarai. Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk mendapatkan penjelasan mengenai Pelaksanaan Kebijakan kartu Keluarga sejahtera di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Data dari hasil wawancara yang diperoleh kemudian dicatat dan dikumpulkan sehingga menjadi sebuah catatan lapangan.

Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisa data dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai sepanjang proses penelitian berlangsung. Dalam penelitian kualitatif tidak ada panduan buku untuk melakukan analisis data, namun secara umum dalam analisis data selalu

(50)

34 ada komponen-komponen yang wajib harus ada seperti pengambilan data, kategori data, dan kesimpulan.

1) Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data-data yang berhubungan dengan penelitian melalui wawancara, kajian pustaka dan sebagainya. Dalam hal wawancara peneliti menggunakan perekam suara seperti handphone. Pada saat pengumpulan data, peneliti berhati-hati dalam mencatat data jangan sampai dicampurkan dengan pikiran peneliti. Data-data yang dikumpulkan adalah data-data yang relevan, sehingga pelaksanaan kebijakan kartu keluarga sejahtera di kecamatan watang sawitto kabupaten pinrang dapat digambarkan secara jelas pada hasil penelitian yang berupa kesimpulan.

2) Sajian Data

Data yang dikumpulkan kemudian disajikan dalam bab pembahasan dan sebagai pijakan untuk menarik kesimpulan. Dalam penyajian ini, data kemudian digabungkan menjadi sebuah informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu sehingga apa yang terjadi mudah diamati yang akan membantu peneliti dalam menentukan penarikan kesimpulan secara benar. Penyajian data ini berupa analisis peneliti tentang objek yang diteliti.

Pada tahap penyajian data penulis mengelompokkan data berdasarkan kelompok informan, sehingga diketahui beberapa informasi dari informan berdasarkan pokok masalah dan sumber (informan).

(51)

35 Sajian data yang dilakukan bertujuan untuk memahami berbagai hal, serta semua data yang ada kemudian dirancang untuk menyampaikan informasi secara lebih sistematis mengenai pelaksanaan kebijakan kartu keluarga sejahtera di kecamatan watang sawitto kabupaten pinrang.

3) Kesimpulan Akhir

Kesimpulan merupakan ujung terakhir dari proses penelitian ini.

Kesimpulan ini berbentuk deskriptif kualitatif, yang merupakan kristalisasi dan konseptualisasi dari temuan di lapangan.

(52)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan tentang gambaran umum serta hasil penelitian yang didapatkan penulis selama melakukan penelitian di Kabupaten Pinrang serta Dinas/Instansi yang terkait beserta pembahasannya. Bab ini juga menguraikan tentang upaya pemerintah daerah dan faktor-faktor yang mendukung maupun menghambat dalam pelaksanaan kebijakan kartu keluarga sejahtera di kecamatan watang sawitto kabupaten pinrang.

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Pinrang

4.1.1.SejarahTerbentuknya Kabupaten Pinrang

Cikal bakal Kabupaten Pinrang berasal dari Onder Afdeling Pinrang yang berada di bawah afdeling Pare-Pare, yang merupakan gabungan empat kerajaan yang kemudian menjadi self bestuur atau swapraja, yaitu Kassa, Batulappa, Sawitto dan Suppa yang sebelumnya adalah anggota konfederasi kerajaan Massenrengpulu (Kassa dan Batulappa) dan Ajatappareng (Suppa dan Sawitto). Selanjutnya Onder Afdeling Pinrang pada zaman pendudukan Jepang menjadi Bunken Kanrikan Pinrang dan pada zaman kemerdekaan akhirnya menjadi Kabupaten Pinrang. Pada tahun 1952 terjadi perubahan daerah di Sulawesi Selatan, pembagian wilayahnya menjadi daerah

(53)

37 swatantra. Daerah swantantra yang dibentuk adalah sama dengan wilayah afdeling. Perubahan adalah kata afdeling menjadi swatantra dan Onder Afdeling menjadi kewedaan. Dengan perubahan tersebut maka Onder Afdeling Pinrang berubah menjadi kewedanaan Pinrang yang membawahi empat swapraja dan beberapa distrik.

Pada tahun 1959 keluar undang-undang nomor 29/1959 yang berlaku pada tanggal 4 Juli1959 tentang pembentukan daerah-daerah tingkat II di Sulawesi termasuk membentuk Daerah Tingkat II Pinrang. Pada tanggal 28 Januari1960, keluar surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: UP- 7/3/5-392 yang menunjuk H.A. Makkoelaoe menjadi Kepala Daerah Tingkat II Pinrang, karena pada saat itu unsur atau organ sebagai perangkat daerah otonomi telah terpenuhi maka tanggal tersebut dianggap sebagai tanggal berdirinya Kabupaten Pinrang. Adapun nama-nama kepala daerah beserta masa jabatan dikabupaten pinrang disajikan pada table berikut.

Tabel 4.1

Nama-Nama Kepala Daerah Kabupaten Pinrang dari tahun 1960-2014

Sumber : Kabupatenpinrang.co.id, 2017

No Nama Bupati Masa Jabatan

1 H. A. Makkoelaoe 1960–1964

2 H. A. Gazaling 1964–1965

3 H. A. Dewang 1965–1968

4 Drs. H. M. Daud Nompo 1968–1969

5 Letkol H. A. Patonangi 1969–1980

6 H. Rapiuddin Hamarung, S.H. 1980–1981

7 Drs. H. M. Natsir Isa 1981–1982

8 Kol. Inf. H. Musa Gani 1982–1986

9 Brigjen H. Zainal Basri Palaguna 23 September–22 November 1986

10 Kol. H. U.S. Anwar 1986–1991

11 Kol. Inf. H. A. Firdaus Amirullah 1991–1998

12 Drs. H. Masnawi A.S. 1998–1999

13 Drs. H. A. Nawir, M.P.

1999–2004 2004–2009 14 H. A. Aslam Patonangi, S.H., M.Si.

2009–2014 2014–sekarang

Referensi

Dokumen terkait

Telur merupakan salah satu produk peternakan yang dihasilkan oleh unggas. Namun, telur memiliki kelemahan yaitu masa simpannya relatif pendek sehingga diperlukan

1) Penyusunan, penggandaan naskah soal dan kelengkapannya. 2) Transportasi dan akomodasi peserta, Panitia Pusat, dan Undangan dari Pusat. 3) Honorarium, transport dan

ekstrak daun papaya dan belimbing wuluh dari tiap-tiap rendemen mulai dari konsentrasi 1000 ppm sampai 3000 ppm dapat membunuh larva nyamuk dan pada rendemen 9 hari

(2) Kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka pemenuhan hak anak meliputi 5 (lima) klaster sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan ke dalam Rencana Aksi Kecamatan

Selain itu mayoritas fasilitas pendidikan / sekolah bagi penyandang tuna rungu tersebut tidaklah di desain sesuai dengan kebutuhan anak tuna rungu, dimana kebutuhan

Muhammad Munif Zuhri di Girikusumo yaitu dengan ceramah (Wawancara tanggal 6 Oktober 2014), dan Syarif Abdul Qodir juga menyatakan bahwa cara penyampaian materi

[r]

Penerima Kartu Keluarga Sejahtera adalah masyarakat miskin yang terdaftar di Dinas Sosial berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statisik) dan telah diolah lebih