• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM KARTU KELUARGA SEJAHTERA (KKS) DI DESA KAMPALA KECAMATAN SINJAI TIMUR KABUPATEN SINJAI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM KARTU KELUARGA SEJAHTERA (KKS) DI DESA KAMPALA KECAMATAN SINJAI TIMUR KABUPATEN SINJAI SKRIPSI"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

IHSAN ASHARI NIM 105711111516

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

ii

UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM KARTU KELUARGA SEJAHTERA (KKS)

DI DESA KAMPALA KECAMATAN SINJAI TIMUR KABUPATEN SINJAI

SKRIPSI

Oleh IHSAN ASHARI NIM 105711111516

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(3)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada almamater, bangsa, dan agamaku

kepada kedua orang tuaku Abdul Aziz Baco dan Rosmah T tercinta serta keluarga dan sahabat-sahabat yang tersayang

yang dengan tulus dan ikhlas selalu berdoa dan membantu baik moril maupun materil demi keberhasilan penulis

MOTO HIDUP

Menghidupi hidup sepenuhnya

(4)

iv

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866 972 Makassar

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian : “Upaya Penanggulangan Kemiskinan melalui Program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai”

Nama Mahasiswa : Ihsan Ashari No. Stambuk/NIM : 105711111516

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Manyatakan bahwa skripsi ini telah diteliti, diperiksa dan diajukan di depan penitia penguji skripsi Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar pada hari Sabtu tanggal 5 Desember 2020.

Makassar, 13 Desember 2020 Menyetujui,

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi

ISMAIL RASULONG, SE., MM. HJ. NAIDAH, SE., M.SI

NBM : 903078 NBM : 903 079

Pembimbing I

Dr. Muhammad Rusydi, SE., M. Si NIDN: 0031126074

Pembimbing II

Sulaeman Masnan,S.Pd.I.,M. Pd.I NIDN: 0917117402

(5)

v

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866 972 Makassar

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi atas Nama Ihsan Ashari, NIM 105711111516, diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor : 0009/SK-Y/60201/091004/2020 tanggal 20 Rabi’ul Awwal 1442 H/ 5 Desember 2020 M, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, PANITIA UJIAN

1. Pengawas Umum : Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag (...) (Rektor Unismuh Makassar)

2. Ketua : Ismail Rasulong, SE., MM (...) (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)

3. Sekretaris : Dr. Agus Salim HR, SE., MM (...) (Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis)

4. Penguji : 1. Dr. H. Muhammad Rusydi, M. Si (...) 2. Dr. Edi Jusriadi, SE., MM (...) 3. Ismail Rasulong, SE., MM (...) 4. Mira, SE., M. Ak (...)

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

ISMAIL RASULONG, SE., MM.

NBM : 903078

29 Rabi’ul Awwal 1442 H 13 November 2020 M

(6)

vi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866 972 Makassar

LEM BAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ihsan Ashari Stambuk : 105711111516

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Judul Skripsi :

Dengan ini menyatakan bahwa :

Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah ASLI hasil karya saya sendiri, bukan hasil jiplakan dan tidak dibuat oleh siapa pun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 13 Desember 2020 Yang membuat pernyataan,

IHSAN ASHARI NIM: 105711111516

Diketahui Oleh :

Dekan Ketua Program Studi

ISMAIL RASULONG, SE., MM. Hj. NAIDAH, SE., M.Si NBM : 903078 NBM : 903 079

Upaya Penanggulangan Kemiskinan melalui Program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat salam tak lupa pula penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Penanggulangan Kemiskinan melalui Program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada orang tua penulis Bapak “Abdul Aziz Baco” dan Ibu “Rosmah T” yang senantiasa memberikan harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudara tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Serta seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula

(8)

viii

penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Asdar, SE., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak Dr. Muhammad Rusydi, SE., M. Si selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan

mengarahkan penulis sehingga skripsi ini bisa selesai dengan baik.

6. Bapak Sulaeman Masnan,S.Pd.I.,M. Pd.I selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga selesai.

7. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak pernah lelah dalam menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan.

8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

9. Kepada Saudaraku tercinta Abdul Waqif, Angga Umar, Yusran Umar,Yusrin Umar, Nurul Awaliah dan Fatimah Umar dan para keluarga yang selalu menyanyangi.

(9)

ix

10. Nurmuslihah Taslim yang telah menjadi orang yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuan dalam studi penulis, juga telah sabar menampung keluh kesah penulis.

11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

12. Terima kasih kepada teman-teman EP 16 C (Trove 16) yang telah memberikan saya motivasi dan semangat dalam mengerjakan skripsi ini.

13. Terima kasih kepada kakanda dan teman teman seperjuangan di HmI Komisariat Ekonomi Unismuh, FGD Soda Gembira, Lingkar Nalar, GPH yang telah menjadi tempat belajar penulis.

14. Terima kasih kepada teman-teman Bumpar Area yang telah memberi semangat dalam ativitas studi penulis.

15. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.

(10)

x

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.

Makassar, Desember 2020

Penulis

(11)

xi ABSTRAK

Ashari Ihsan, 2020 UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM KARTU KELUARGA SEJAHTERA DI DESA KAMPALA KECAMATAN SINJAI TIMUR KABUPATEN SINJAI, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar Dibimbing oleh Pembimbing I Muh Rusydi dan Pembimbing II Sulaeman Masnan.

Penelitian ini bertujuan memahami Upaya Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Kartu Keluarga Sejahtera di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Penelitian ini memfokuskan pada seberapa besar peran dan manfaat Kartu Keluarga Sejahtera dalam mengatasi kemiskinan. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif (pemahaman, pandangan, dan tanggapan) pada responden di lapangan yang menghasilkan data deskriptif, yakni gambaran implementasi program di lapangan secara sistematis dan faktual. Data tersebut diperoleh melalui wawancara mendalam dengan para informan, disamping studi dokumentasi, studi pustaka, dan observasi. Penentuan responden di lakukan secara Snowball sampling, yakni atas dasar penelitian bahwa para responden mengetahui secara baik permasalahan yang sedang diteliti. Untuk itu, responden dalam penelitian ini adalah masyarakat penerima bantuan beras miskin, dan perangkat kelurahan di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa Pelaksanaan Program Kartu Keluarga Sejahtera di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TN2PK) dan telah membantu masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi program ini dinilai kurang efektif karena dalam proses pendataan yang dilakukan pemerintah, data yang digunakan adalah hasil pendataan perlindungan sosial (PPLS) tahun 2011 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Sehingga pendataan dinilai kurang mengambarkan kondisi masyarakat secara real.

Keywords: Kartu Keluarga Sejahtera, Kemiskinan.

(12)

xii ABSTRACT

Ashari Ihsan, 2020 Poverty Reduction Efforts Through The Prosperous Family Card Program In Kampala Village East Sinjai District Sinjai Regency, Thesis Faculty of Economics and Business Department of Development Economics University of Muhammadiyah Makassar Guided by Supervisor I Muh Rusydi and Supervisor II Sulaeman Masnan.

This study aims to understand poverty alleviation efforts through the Prosperous Family Card Program in Kampala Village, East Sinjai District, Sinjai Regency. This research focuses on the role and benefits of Kartu Keluarga Sejahtera in overcoming poverty. The research was conducted through qualitative approaches (understanding, views, and responses) to respondents in the field that produced descriptive data, namely a systematic and factual description of program implementation in the field. The data was obtained through in-depth interviews with informants, in addition to documentation studies, library studies, and observations. Determination of respondents in snowball sampling, namely on the basis of research that the respondents know well the problems that are being studied. Therefore, the respondents in this study were poor rice beneficiary communities, and village devices in Kampala Village, East Sinjai District, Sinjai Regency. The results showed that the Implementation of the Prosperous Family Card Program in Kampala Village, East Sinjai District, Sinjai Regency has been implemented in accordance with the procedures established by the National Team for the Acceleration of Poverty Reduction and has helped the poor in meeting their needs. However, this program is considered less effective because in the process of data collection carried out by the government, the data used is the result of social protection data collection in 2011 conducted by the Central Statistics Agency, so that the data collection is considered less describe the condition of the community in real terms.

Keywords: Prosperous Family Card, Poverty

(13)

xiii DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTARAK BAHASA INDONESIA ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Tinjauan Teori ... 8

1. Kemiskinan ... 8

2. Upaya penanggulangan Kemiskinan ... 14

3. Program Kartu Keluarga Sejahtera ... 22

B. Tinjauan Empiris ... 25

C. Kerangka Konsep ... 30

(14)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian... 32

B. Fokus Penelitian ... 32

C. Lokasi Penelitian ... 32

D. Sumber Data ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 36

B. Pelaksanaan Program Kartu Keluarga Sejahtera di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai ... 52

C. Dampak Program Kartu Keluarga Sejahtera di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai ... 65

BAB V PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73 DAFTAR LAMPIRAN

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan 11

Gambar 2.2 Kartu Keluarga Sejahtera 23

Gambar 2.3 Kerangka Konsep 30

Gambar 4.1 Alur penerimaan bantuan 63

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 38 Tabel 4.2 Perkembangan Penduduk Desa Kampala Menurut

Pendidikan Terkahir

39

Tabel 4.3 Jumlah Siswa Menurut Jenjang Pendidikan 39 Tabel 4.4 Kompisisi Penduduk Desa Kampala Menurut Jenis

Pekerjaan

40

Tabel 4.5 Jumlah Pemeluk Agama 41

Tabel 4.6 Jumlah Sarana Dan Pra sarana Desa 41

Tabel 4.7 Daftar Informan Dari Pemerintah Desa Dan Tokoh Masyarakat

53

Tabel 4.8 Distribusi Informan Dari Masyarakat Penerima Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)

54

Tabel 4.9 Distribusi Informan berdasarkan Umur 55 Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Status Perkawinan

Dan Jumlah Anggota Keluarga

56

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan 57 Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Dan Penghasilan

58

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

Kemiskinan lahir bersamaan dengan keterbatasan sebagian manusia dalam mencukupi kebutuhannya. Kemiskinan telah ada sejak lama dalam peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia kemiskinan memiliki pola yang hampir sama di setiap negara khususnya di negara dunia ketiga seperti Indonesia, Kuba, Mozambik, Jamaika dan beberapa negara yang ada di benua Afrika dan Amerika Selatan. Salah satu penyebab terjadinya kemiskinan yaitu melebarnya kesenjangan dan masifnya praktik dominasi antara satu golongan dengan golongan yang lain, hal ini tidak bisa dimungkiri karena manusia hidup di dunia yang begitu luas. Di satu sisi belahan dunia, terdapat banyak orang yang masih hidup dalam jerat kemiskinan tetapi dalam belahan dunia lain terdapat orang yang sangat kaya. Di satu wilayah terdapat anak-anak kecil hidup kekurangan gizi, tetapi pada saat yang sama terdapat anak-anak yang mengalami persoalan obesitas.

Menurut Jeremy Seabrook (2006:9) kemiskinan bukanlah soal kekurangan sumber daya alam (SDA), melainkan suatu akibat digenggamnya kendali ekonomi oleh negara-negara seperti Amerika Serikat, China, Rusia dan negara-negara yang masuk di dalam keanggotaan G-10 (Kreditur Ekonomi Dunia). Hal ini disebabkan oleh pengaruh kolonialisme dan berlanjut pada globalisasi yang juga merupakan suatu kekuatan besar dari abad ke 16 dan ke 19 untuk mengambil alih kekayaan dan bahan-bahan mentah dunia dan membuka pasar bagi produk-produk mereka sendiri.

(18)

Kemiskinan adalah suatu keadaan kekurangan yang absolut artinya tidak ada kebutuhan pokok untuk bertahan hidup. Berikut beberapa negara di dunia mengalami kemiskinan yang sangat memprihatinkan dan menyita perhatian dunia. Seperti yang terjadi di Ethiopia, Timor Leste, Zimbabwe, Papua Nugini, Nigeria, Bangladesh. Akibatnya sejumlah masyarakat yang ada di negara tersebut sangat sulit orang memenuhi kebutuhannya, seperti air bersih, makanan dan hunian yang layak dan kebutuhan pokok lainnya.

Permasalahan kemiskinan merupakan masalah yang multi dimensi. Sulit dicari solusi tepat untuk menyelesaikan seluruh masalah dan mengentaskan kemiskinan. Kemiskinan bukan hanya ada pada dimensi moneter, melainkan juga pada persoalan terhadap akses ke infrastruktur dasar seperti pendidikan, kesehatan, tenaga listrik dan lain-lain sebagainya.

Menurut Banerjee dan Duflo (dalam Eka Sastra. 2017), bahwa untuk meningkatkan taraf hidup orang miskin bukan perkara muda. Setidaknya tercatat beberapa pelajaran untuk meningkatkan taraf hidup orang miskin.

Pertama, masyarakat miskin sering kali tidak mengetahui informasi dan mereka percaya bahwa informasi tersebut tidak benar. Inilah mengapa sering kali program yang positif tidak mereka lakukan seperti program imunisasi, pendidikan, tata cara penggunaan pupuk dan bahaya HIV. Hal ini menunjukkan bahwa kampanye informasi/iklan yang dilakukan tidak sepenuhnya efektif bagi masyarakat miskin.

Kedua, orang miskin menanggung tanggung jawab untuk segala macam aspek dalam kehidupannya. Berbeda dengan orang kaya, orang miskin justru lebih banyak memiliki pertimbangan dalam memutuskan sesuatu. Hal ini dikarenakan akses dan asset yang mereka miliki serba terbatas. Tabungan

(19)

misalnya. Meski tabungan memiliki banyak kelebihan positif, menabung akan lebih sulit dilakukan oleh orang miskin dibanding dengan orang kaya. Bila orang miskin menyimpan tabungannya berarti ia juga harus menghemat pengeluarannya yang sudah sangat kekurangan.

Ketiga, pasar sering melupakan orang miskin makanya sangat wajar bila dalam beberapa kasus, inovasi teknologi ataupun inovasi dari sebuah institusi dapat melakukan penetrasi pada orang miskin. Contoh paling nyata di Bangladesh ataupun India. Keberadaan lembaga keuangan mikro ini menunjukkan adanya koreksi terhadap pasar perbankan karena sering kali tidak menyentuh lapisan masyarakat terbawah.

Keempat, negara miskin biasanya memiliki sejarah yang buruk.

Pengalaman sejarah sebuah bangsa yang tidak baik sering kali berkolerasi dengan tidak baiknya institusi pada suatu negara. Perubahan-perubahan revolusioner yang kecil sekalipun, seperti memastikan masyarakat hadir dalam musyawarah tingkat desa, atau mengawasi anggota legislatif di setiap tingkatan, atau memastikan apa yang masyarakat inginkan dari keberadaan infrastruktur publik, diyakini dapat mengubah kebiasaan sebuah negara.

Terakhir, ekspektasi tentang apakah seseorang dapat melakukan sesuatu atau tidak, seringkali berujung pada tingkat keyakinan seseorang. Sebagai contoh anak-anak yang lahir dari orang tua yang miskin sering kali tidak diberi kesempatan untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Alhasil, banyak anak-anak miskin yang meski telah mendapat kemudahan menempuh pendidikan tinggi, tidak menikmati kemudahan tersebut. Oleh karena itu, satu hal yang penting ditekankan dalam pengentasan kemiskinan adalah mengubah

(20)

ekspektasi masyarakat miskin bahwa mereka dapat keluar dari lubang kemiskinan.

Sejak era kemerdekaan sampai sekarang, pemerintah Indonesia telah mencanangkan beberapa program dalam pengentasan kemiskinan dari program peningkatan kesejahteraan pasca kemerdekaan sampai dengan program khusus penanggulangan kemiskinan. Dalam Pasal 33 UUD 1945 menyatakan:

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orangbanyak (harus dikuasai oleh negara).

(3). Bumi, Air dan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Selanjutnya dalam pasal 34 UUD 1945 juga ditekankan bahwa fakir miskin dan anak terlantar memiliki hak untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasar bagi negara.

Berdasarkan hal tersebut pemerintah berupaya mengentaskan kemiskinan melalui program PENASBEDE (Pembangunan Nasional Semesta Berencana Delapan Tahun), REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang dicetuskan oleh Mantan Presiden Soeharto. Kemudian di awal tahun 2000- an dikeluarkanlah UU No. 05 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), pada tahun 2005 di bentuk Peraturan Presiden tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) sampai dengan penerbitan Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang percepatan penanggulangan kemiskinan dan peraturan ini juga didukung dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010 tentang Struktur Kelembagaan dan Mekanisme Kerja TKPK. Dua dasar hukum inilah yang kemudian mendasari berdirinya Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TN2PK).

(21)

Salah satu produk TN2PK (pada pemerintahan SBY-Boediono) ialah menetapkan empat klaster penanggulangan kemiskinan. Empat klaster penanggulangan kemiskinan ini, yakni upaya yang dimaksudkan untuk mengejar penurunan angka kemiskinan 8 sampai 10 persen pada akhir 2014. Empat klaster tersebut terdiri atas bantuan dan perlindungan sosial, pemberdayaan masyarakat, kredit usaha rakyat dan program pro rakyat. Klaster Pertama tentang bantuan dan perlindungan sosial meliputi program-program, beasiswa miskin, jaminan kesehatan masyarakat (JAMKESMAS), beras miskin (RASKIN), program keluarga harapan (PKH) dan bantuan langsung tunai (BLT). Klaster kedua mengenai pemberdayaan masyarakat yang terdiri atas program-program pemberdayaan masyarakat yang masuk dalam program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM). Klaster ketiga kredit usaha rakyat (KUR). Klaster keempat adalah program pro rakyat yang berisikan program rumah sangat murah, kendaraan angkutan umum murah, air bersih untuk rakyat, listrik murah dan hemat, peningkatan kehidupan nelayan dan program peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan.

Memasuki era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, dalam mengatasi kemiskinan di Indonesia mencangkan beberapa program yaitu, program Indonesia pintar, program Indonesia sehat, Program Keluarga Harapan (PKH), Beras Sejahtera (Rastra) atau bantuan sosial pangan, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang terintegrasi dalam Program Kartu Keluarga Sejahtera.

Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) mempunyai banyak keunggulan dalam penyaluran bantuan sosial. Keunggulan Kartu keluarga sejahtera, pertama memiliki fitur keuangan dan tabungan, sehingga dapat digunakan untuk penarikan tunai bantuan sosial (Bansos) dan transaksi pembelian barang seperti

(22)

gula, LPG, dan lain-lain. Keunggulan lainnya Produk Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) merupakan produk perbankan laku pandai atau LKD. Dengan sistem penyaluran yang dikendalikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indoensia secara bersama-sama. Program ini dinilai lebih efektif dan tepat sasaran dalam penyaluran Bantuan Sosial. Kartu Keluarga Sejatera adalah inovasi sosial di era 4.0 dengan kartu tersebut penerima dapat melakuan transaksi secara online.(Antaranews.com, 27/01/2017)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa beberapa program pemerintah dalam upaya mengatasi kemiskinan di Indonesia telah dilakukan, sejak dibentukanya Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TN2PK) sehingga melahirkan Program Kartu Keluarga Sejahtera yang diharapkan mampu menyelesaikan persoalan kemiskinan di Indonesia khususnya di wilayah pelosok. Dari hal tersebut sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur karena melihat Desa Kampala merupakan salah satu desa terluas di Kecamatan Sinjai Timur dengan mayoritas penduduk adalah petani, sehingga penulis tertarik melakukan peneltian dengan judul “Upaya penanggulangan kemiskinan kelalui Program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada penjelasan latar belakang diatas, maka penulis membuat rumusan masalah yang menjadi acuan untuk melakukan penelitian:

1. Bagaimana pelaksanaan Program Kartu Keluarga Sejahtera di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai?

(23)

2. Bagaimana dampak Kartu Keluarga Sejahtera bagi masyarakat miskin penerima Kartu Keluarga Sejahatera di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program Kartu Keluarga Sejahtera di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

2. Untuk mengetahui dampak Kartu keluarga Sejahtera bagi masyarakat miskin penerima Kartu Keluarga Sejahtera di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi (S1) pada jurusan Ekonomi Pembanguan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tambahan bagi teman-teman yang ingin menganalisa sebuah fenomena yang memiliki kemiripan dengan kasus yang peneliti angkat pada tulisan ini.

3. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi bagi peneliti yang ingin mengkaji tentang upaya penanggulangan kemiskinan melalui Program Kartu Keluarga Sejahtera.

(24)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori

1. Kemiskinan

Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekolompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti sempit, kemiskinan (porper) dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang dalam untuk menjamin kelangsungan hidup.

a. Definisi Kemiskinan

Menurut Chambers (dalam Amir Mahmud, 2016) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu integrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu:

(1) Kemiskinan (proper), (2) Ketidakberdayaan (powerless), 3. Kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4. Ketergantungan (dependence), dan 5. Keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis. Kemiskinan bukan hanya kekurangan uang ataupun tingkat pendapatan yang rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti: keterbatasan sumber daya, tingkat kesehatan rendah, pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan menghadapi kekuasaan, dan ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri.

Menurut Mudrajat Kuncoro (2003), Kemiskinan didefenisikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum, dimana pengukuran kemiskinan didasar pada komsumsi. Berdasarkan komsumsi ini, garis kemiskinan terdiri dari dua unsur yaitu (1) pengeluaran yang diperlukan

(25)

untuk membeli standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya, dan (2) jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partispasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Menurut BPS, kemiskinan pada dasarnya bisa dilihat dari duasisi, yaitu: kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang berkaitan dengan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang terbatas pada kebutuhan pokok sehingga orang tersebut dapat disebut hidup dengan layak. Kemiskinan absolut diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan seseorang dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk mendapatkan kebutuhan dasarnya tersebut dengan tujuan kelangsungan hidupnya. Dengan demikian, seseorang dikatakan miskin absolut apabila pendapatan yang diperolehnya kurang dari garis kemiskinan dan tidak mampu mencukupi kebutuhan pokoknya.

Kemiskinan relatif dilihat dari aspek ketimpangan sosial. Apabila seseorang sudah mampu memenuhi kebutuhan dasar minimumnya, namun masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan masyarakat di sekitarnya, maka orang tersebut termasuk kategori miskin relatif. Semakin tinggi kesenjangan tingkat pendapatan antara golongan atas dengan golongan bawah maka akan semakin tinggi pula jumlah penduduk miskin.

Kemiskinan menurut perpektif Islam Kata miskin asal katanya adalah as-sakan, artinya yaitu lawan kata dari hal yang selalu bergolak dan bergerak.

Ibnu Faris berkata; “Huruf sin, kaf dan nun adalah huruf asli dan umum menandakan pada suatu makna kebalikan dari hal yang bergerak dan bergejolak, seperti dikatakan, „Sakana asy-syai‟u yaskunu sukunan sakinan”, sehingga bisa diartikan orang miskin adalah orang yang ditenangkan oleh

(26)

kefakiran dan ia adalah orang yang sama sekali tidak memiliki apa-apa, atau orang yang memiliki sesuatu yang tidak mencukupi kebutuhannya. Seorang dikatakan miskin, dikarenakan kondisi dan situasinya benar-benar telah membuat geraknya menjadi sedikit lalu mencegahnya untuk bergerak, atau bisa juga berarti orang yang berdiam diri di rumah saja dan enggan pergi meminta-minta kepada manusia (Cahaya, Kemiskinan Ditinjau dari Perspektif Al-Quran dan Hadis, 2015).

Berdasarkan pengertian diatas bahwa kemisikinan merujuk pada ketidak mampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan dan papan sehingga menganggu aktivitasnya.

b. Penyebab Kemiskinan

Sharp (1996:173-191) mencoba mengidentikasi penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distrubusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya rendah berarti produktivitasnya rendah yang pada gilirannya upah menjadi rendah. Rendah kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan nasib yang kurang beruntung, adanya diskirminasi, atau karena keturunan . Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses modal.

Ketiga penyebab kemiskinan ini pada dasarnya bermuara pada teori lingkaran kemiskinan (vicious circle of poverty) yang dikemukakan oleh Nurkse padatahun 1953, bahwa “ A poor country is poor because it is poor “

(27)

(negara miskin itu miskin karena memang miskin). Skema lingkaran kemiskinan ini dapat digambarkan pada skema berikut ini.

Gambar.2.1 Lingakaran Setan Kemiskinan (The Vicious of Poverty)

Faktor penyebab kemiskinan menurut (Suharto 2009:17-18) dapat dibagi dalam empat mahzab:

a. Individual Expalanation. Diakibatkan oleh karakteritik orang miskin itu sendiri: malas, pilihan yang salah, gagal dalam bekerja cacat bawaan, belum sipa memiliki anak, dan sebagainya.

b. Family Expalanation. Akibat faktor keturunan, di mana antar generasi terjadi ketidakberuntungan yang berulang, terutama akibat pendidikan.

c. Substruktural Expanation. Akibat karakteristik perilaku suatu lingkungan yang berakibat pada moral masyarakat.

d. Struktural Expalanation. Menganggap kemiskinan sebagai produk dari masyarakat yang menciptakan ketidakseimbangan dengan pembedaan status atau hak.

Kekurangan modal Ketidak sempurnaan pasar, keterbelakangan, ketertinggalan

Produktivitas rendah

Pendapatan rendah Investasi rendah

Tabungan rendah

(28)

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kemiskinan menurut Bank Dunia:

1. Kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal.

2. Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana.

3. Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor.

4. Adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistemyang kurang mendukung.

5. Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern).

6. Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat.

7. Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkunganya.

8. Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance).

9. Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa berdasarkan penyebabnya,kemiskinan terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang disebabkan karena faktor-faktor adat atau budaya dari suatu daerah yang menyebabkan seseorang tetap berada dalam kemiskinannya.

2. Kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang disebabkan karena ketidakberdayaan seseorang pada tatanan sosial yang kurang adil.

(29)

c. Ukuran Kemiskinan

Uni eropa umumnya mendefiniskan penduduk miskin miskin sebagai mereka yang mempunyai pendapatan per kapita dibawah 50%

dari median (rata-rata) pendapatan. Ketika median/rata-rata pendapatan meningkat, garis kemiskinan relatif juga meningkat. Dua ukuran kemiskinan yang digunakan oleh Bank Dunia adalah :

a. US$ 1 perkapita per hari dimana diperkirakan ada sekitar 1,2 miliar penduduk dunia yang hidup dibawah ukuran tersebut

b. US$ per kapita per hari dimana lebih dari 2 milliar penduduk yang hidup kurang dari batas tersebut. US Dollar yang digunakan adalah US$ PPP (Purchasing Power Parity), bukan nilai tukar resmi (exchange rate). Kedua batas ini adalah garis kemiskinan absolut.

Badan pusat statistik mendefenisikan kemiskinan dengan menetapkan beberapa kriteria kemiskinan yang mengacu pada besarnya pengeluaran tiap orang per harinya. Kriteria statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS) adalah sebagai berikut :

a. Tidak miskin, yaitu mereka yang pengeluaran per bulannya lebih dari Rp.350.160.

b. Hampir tidak miskin, yaitu orang dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp.280.488 s/d Rp.350.610 antara Rp.9.350 s/d Rp.11.687 per orang dalam satu hari.

(30)

c. Hampir miskin, yaitu orang dengan pengeluaran per bulan perkepala antara Rp.233.740 s/d Rp.280.488 atau sekitar Rp.7.780 s/d Rp.9.530 per orang dalam satu hari.

d. Miskin, dengan pengeluaran per orang per bulan per kepala Rp.233.740 ke bawah atau sekitar Rp.7.780 ke bawah per orang dalam 1 hari

e. Sangat miskin (kronis), tidak ada kriteria berapa pengeluaran per orang dalam satu hari. Tidak diketahui berapa jumlah pastinya.

2. Upaya Penanggulangan kemiskinan

Berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan di era global, maka sering timbul pertanyaan mengenai tanggung jawab dalam penanggulangan kemiskinan. Pertanyaan ini sering mengemuka kepermukaan karena format penenganan masalah kemiskinaan diberbagai dunia sangat bervariasi. Jika dikaitkan dengan model sistem kesejahteraan sosial diberbagai negara, sedikitnya kita mengenal empat model sistem (yang didasarkan pada alokasi anggaran) untuk kesejahtraan sosial yakni;

Pertama, model universal yang dianut oleh negara-negara Skandinavia, sepeti Swedia, Norwegia, Denmark dan Finlandia. Dalam model ini, pemerintah menyediakan jaminan sosial kepada semua warga negara secara melembaga dan merata. Anggaran negara untuk program sosial mencapai dari 60% dari total belanja negara.

Kedua, model institusional yang dianut oleh jerman dan austria.

Seperti model pertama, jaminan sosial dilaksanakan secara melembaga dan luas. Akan tetapi konstribusi terhadap berbagai skim jaminan sosial

(31)

berasal dari tiga pihak (payrol contribution), yakni pemerintah, dunia usaha dan pekerja.

Ketiga, model residual yang dianut oleh AS, Inggris, Autralia dan Selandia baru. Jaminan sosial dari pemerintah lebih diutamakan kepada kelompok lemah, seperti orang miskin, cacat dan pengangguran.

Pemerintah menyerahkan sebagian perannya kepada organisasi sosial dan LSM melalui pemberian subsidi bagi pelayanan sosial dan rehabilitas sosial swasta.

Keempat, model minimal yang dianut oleh gugus negara negara latin (Prancis, Spanyol, Yunani, Portuigis, Italia, Chile, Brazil) dan Asia (Korea selatan, Filipina, Srilangka). Anggaran negara untuk program sosial sangat kecil, dibawah 10 persen dari total pengeluaran negara.

Dengan catatan, kecilnya anggaran kesejahteraan sosial untuk negara - negara Asia Tenggara dan Selatan nampaknya terkait erat dengan keterbatasan anggaran negara secara keseluruhan.

Dalam pembangunan kesejahteraan sosial, Indonesia jelas tidak sepenuhnya menganut negara kesejahteraan. Meskipun Indonesia menganut prinsip keadilan sosial (sila kelima Pancasila) dan secara ekspilsit konstitusinya dalam pembangunan kesejahteraan sosial, namun letak tanggung jawab pemenuhan kebutuhan kesejahteraan sosial adalah tanggung jawab seluruh komponen bangsa dalam mewujudkan kesejahteraan sosial. Pembangunan sosial adalah tanggung jawab pemerintah, juga masyarakat, dunia usaha dan komponen lainnya.

Konsekuensinya harus terjadi saling sinergi dalam penangan masalah

(32)

sosial antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha bahkan khususnya perguruan tinggi sebagai pencetak kader bangsa.

Seiring dengan kesepakatan berbagai bangsa untuk mengusir kemiskinan maka Indonesia tidak ketinggalan ikut serta mengagendakan pengurangan kemiskinan. Terdapat berbagai program pemerintah yang ditujukan untuk mengentaskan penyandang masalah kemiskinan.

Departemen Sosial semenjak berdirinya republik ini, tidak pernah absen dalam upaya pengurangan kemiskinan. Menteri sosial, telah mengemukakan lima permasalahan sosial pokoknya yang harus ditangani pemerintah (Depsos) antara lain masalah kemiskinan, kecacatan, ketunaan, keterlantaran dan korban bencana baik alam dan sosial. Tanpa meremehkan masalah lainnya. Melihat masalah kemiskinan adalah masalah yang paling urgen. Kemiskinan merupakan akar dari semua masalah sosial. Akar dari masalah pembangunan bangsa. Oleh karena itu selaras dengan prioritas dan kesepakatan dunia. Maka program Departemen Sosial juga menempatkan kemiskinan sebagai prioritas dan kesepakatan dunia. Maka program Departemen Sosial juga menempatkan kemiskinan sebagai prioritas utama yang harus ditangani.

Alokasi Anggaran Departemen Sosial tahun 2006 lebih dari 2,2 triliun rupiah, telah dialokasikan pada 5 kelompok sasaran dimana alokasi terbesar untuk kemiskinan, lebih dari Rp.566 milyar. Keterlantaran Rp.207 milyar. Kecacatan Rp.54 milyar. Ketunaan 41 milyar dan bencana alam dan sosial Rp.500 milyar.

Dalam bukunya, Development as Freedom, Amartya Sen, Ekonom asal India dan peraih Nobel Bidang Ekonomi pada 1998, mengutarakan

(33)

bahwa penyebab kemiskinan dan ketebelakangan adalah persoalan aksebilitas. Akibat keterbatasan (bahkan tak ada pilihan) untuk mengembangkan hidupnya, kecuali manusia menjalankan secara terpaksa apa yang dapat dilakukan saat ini (bukan yang seharusnya bisa dilakukan).

Dengan demikian, potensi manusia mengembangkan hidup menjadi terhambat dan kontribusinya pada kesejahteraan bersama menjadi lebih kecil (Sen,1999). Aksebilitas yang dimaksud Sen adalah terfasilitasinya kebebasan politik, kesempatan ekonomi , kesemptan sosial (pendidikan,kesehatan,dan lain-lain), transparansi, serta adanya jaring pengaman sosial.

Berpijak pada konsep dari Amartya Sen tersebut, maka akses terhadap pemenuhan kebutuhan sehari hari, akses tehadap fasilitas kesehatan yang murah dan memadai, serta akses untuk menikmati jenjang pendidikan adalah prasyarat minimal bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat. Pemikiran ini sudah jauh jauh hari dirumuskan oleh founding father Indonesia, yang dituangkan dalam UUD 1945 , landasan konstitusi republik ini.

Pasal 29, 31, 33 dan 34 dalam UUD 1945 telah dengan jelas dan tegas mengamanatkan bahwa akses terhadap penghidupan yang layak , termasuk kesehatan dan pendidikan adalah hak setiap warga negara.

Bahkan, kondisi ideal yang diatur hukum kita adalah fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Tentu saja dengan penekanan pada kewajiban pemerintah baik dipusat maupun daerah.

(34)

Pada tahun 2010, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) berdiri sebagai wadah koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat untuk melaksanakan percepatan penanggulangan kemiskinan. Melalui lembaga tersebut, pemerintah mulai menerapkan program-program percepatan penanggulangan kemiskinan secara lebih terstruktur. Program-program penanggulangan kemiskinan tersebut terbagi ke dalam 4 klaster utama.

Klaster pertama, kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, serta perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin. Klaster kedua, merupakan kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Klaster ketiga, kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil.

Klaster keempat, kelompok program pro-rakyat.

Penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan mempertimbangkan empat prinsip utama penanggulangan kemiskinan yang komprehensif, yaitu (i) perbaikan dan pengembangan sistem perlindungan sosial; (ii) peningkatan akses pelayanan dasar; (iii) pemberdayaan kelompok masyarakat miskin; dan (iv) pembangunan yang inklusif. Mengacu kepada prinsip utama tersebut, penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan strategi (i) mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin; (ii) meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin; (iii) mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro serta kecil; dan (iv) membentuk sinergi kebijakan dan

(35)

program penanggulangan kemiskinan. Strategi tersebut dijalankan dengan berbagai program penanggulangan kemiskinan. Yaitu, kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi. Secara nasional, program penanggulangan kemiskinan dapat dikelompokkan menurut basis sasaran (penerima program) dan tujuannya, menjadi:

1. Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga.

Tujuannya adalah memenuhi hak dasar, mengurangi beban hidup, dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat miskin.

2. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Tujuannya adalah mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan berdasarkan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat.

3. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil. Tujuannya adalah memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil.

4. Program-program lain yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin.

(36)

Agar syarat koordinasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan terpenuhi di tingkat daerah, Pemerintah melalui Perpres No.

15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan mengamanatkan pembentukan TKPK Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota). Lembaga ini berfungsi sebagai mitra kerja TNP2K, yang dibentuk di tingkat nasional dengan Perpres yang sama. TKPK Daerah bertugas melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan, dan mengendalikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di daerahnya masing-masing sesuai pedoman yang dikeluarkan oleh TNP2K. Hasil pelaksanaan tugas tersebut masing-masing dilaporkan oleh TKPK Provinsi kepada Gubernur dan TNP2K; dan oleh TKPK Kabupaten (Kota) kepada Bupati (Walikota) dan TKPK Provinsi.

Dalam rangka mendukung penguatan substansi terkait penyelenggaraan tanggung jawab tersebut, TKPK Daerah perlu secara berkelanjutan mengembangkan kapasitas, khususnya dalam (i) menganalisis kondisi kemiskinan daerah; (ii) merancang anggaran belanja atau pengeluaran yang efektif untuk penanggulangan kemiskinan di daerah; dan (iii) menyusun instrumen yang tepat untuk melakukan koordinasi dan pengendalian pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di daerah.

Untuk menyelenggarakan fungsi koordinasi dan pengendalian tersebut, TKPK Daerah perlu setidaknya memiliki pemahaman yang cukup menyangkut:

1. Prinsip utama penanggulangan kemiskinan yang komprehensif.

(37)

2. Strategi percepatan penanggulangan kemiskinan, sesuai prinsip prinsip utama penanggulangan kemiskinan yang komprehensif.

3. Unifikasi data kemiskinan, sebagai kebutuhan mendesak dalam pelaksanaan strategi percepatan penanggulangan kemiskinan.

4. Kelompok program penanggulangan kemiskinan dan tantangan tipikal dalam penyelenggaraannya;

5. Mekanisme dan instrumen koordinasi dan pengendalian bagi setiap kelompok program tersebut.

Prinsip pertama adalah memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan miskin.

Perlindungan sosial terdiri atas bantuan sosial dan sistem jaminan sosial.

Bantuan sosial diberikan kepada mereka yang sangat rentan, seperti mereka yang hidup dalam kemiskinan absolut, cacat, lanjut usia, atau mereka yang hidup di daerah terpencil. Tingginya tingkat kerentanan menyebabkan tingginya kemungkinan penduduk menjadi miskin. Untuk mencegah semakin besarnya kemungkinan itu, perlu dilaksanakan suatu program bantuan sosial untuk melindungi mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang sudah miskin agar tidak menjadi lebih miskin.

Berdasarkan basis sasaran (penerima manfaat) dan tujuannya, program-program penanggulangan kemiskinan bantuan langsung kepada keluarga sasaran. Ini dapat berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau Bantuan Pangan Nontunai (BPNT). Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) merupakan program transformasi program rastra untuk memastikan program menjadi lebih tepat sasaran, tepat jumlah, tepat waktu, tepat

(38)

harga, tepat kualitas, dan tepat administrasi. Program BPNT telah dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2017 dan terus diperluas ke wilayah-wilayah lainnya. Program BPNT dilaksanakan di wilayah yang memiliki keterbatasan dari sisi infrastruktur nontunai, sinyal telekomunikasi dan akses geografis, sehingga transformasi program Rastra ke BPNT tuntas di seluruh kabupaten/kota. Ke depannya, program BPNT dapat diintegrasikan dengan program bantuan sosial lainnya melalui sistem perbankan.

3. Program Kartu Keluarga Sejahtera

Program bantuan sosial pangan yang mulai dilaksanakan pada tahun 2020 dan merupakan pengembangan dari program Bantuan Pangan Nontunai (BPNT), Program ini diberikan kepada penerima manfaat untuk mengakses bahan pangan melalui Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) sebagai instrumen yang digunakan sebagai media penyaluran dana bantuan program Sembako kepada KPM yang memiliki fitur tabungan dan/atau uang elektronik yang dapat digunakan sebagai media penyaluran bantuan sosial.

Instrumen pembayaran yang digunakan sebagai media penyaluran dana bantuan program Sembako kepada KPM adalah Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dengan desain seperti di bawah ini:

(39)

Gambar. 2.2 Kartu Keluarga Sejahtera

1. Untuk program Sembako, kartu KKS berfungsi sebagai alat transaksi, sehingga pada saat pemanfaatan bantuan wajib dibawa oleh KPM.

2. KKS menyimpan nilai/besaran manfaat program sembako. KPM harus memanfaatkan seluruh dana bantuan program Sembako.

Dana bantuan program sembako tidak dapat dicairkan secara tunai.

3. Pada KKS tertera nama Pengurus KPM, nomor KKS, nama Bank Penyalur, dan nomor telepon pengaduan.

4. KKS dari Bank Penyalur dilengkapi dengan PIN (personal identification number), yaitu 6 (enam) angka yang digunakan untuk mengakses rekening padasaat transaksi.

5. KKS dan PIN tidak diperbolehkan untuk dipegang dan disimpan oleh pihak-pihak selain KPM.

Untuk mendapatkan Kartu Sembako Murah atau Kartu keluarga sejahtera tersebut, masyarakat harus mendaftarakan diri sebagai peserta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang dilakukan oleh Kementerian Sosial. Langkah selanjutnya adalah sebagai berikut :

(40)

a. Calon KPM akan mendapatkan surat pemberitahuan berisi teknik pendaftran ditempat yang ditentukan. Data yang telah diisi oleh calon penerima program ini lalu diproses secara paralel dan sinergis oleh bank yang tergabung dalam Bank Milik Negara (Himbara), kantor kelurahan dan kantor walikota/ kabupaten.

b. Setelah verivikasi data selesai, penerima bantuan sosial akan dibukakan rekening di bank dan mendapat Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang berfungsi sebagai kartu non tunai untuk bantuan pangan.

c. Penerima bantuan sosial yang telah memiliki KKS dapat langsung datang ke E-warong (Elektronik Warung Gotong Royong) terdekat untuk melakukan transaksi pembelian bahan pangan menggunakan KKS.

E- Warung tersebut merupakan agen bank, pedagang, atau pihak lain yang telah bekerja sama dengan bank penyalur dan ditentukan sebagai tempat pencairan/penukaran/pembelian bahan bahan pangan oleh KPM. Pasar tradisoinal, warung, toko kelontong, warung desa, hingga Rumah Pangan Kita (RPK) merupakan beberapa contoh dari e- warung.

Bahan pangan yang dapat dibeli oleh KPM di e-Warong menggunakan dana bantuan program Sembako adalah:

a. Sumber karbohidrat: beras atau bahan pangan local seperti jagung pipilan dan sagu.

b. Sumber protein hewani: telur, daging sapi, ayam,ikan.

c. Sumber protein nabati: kacang-kacangan termasuk tempe dan tahu.

(41)

d. Sumber vitamin dan mineral: sayur-mayur, buah-buahan.

Pemilihan komoditas bahan pangan dalam Program Sembako bertujuan untuk menjaga kecukupan gizi KPM. Pencegahan stunting melalui program Sembako dilakukan dengan pemanfaatan bahan pangan oleh KPM untuk pemenuhan gizi di masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang dimulai sejak ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 6-23 bulan. Bagi anak usia 6- 23 bulan, bahan pangan dari program Sembako diolah menjadi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Bantuan program Sembako tidak boleh digunakan untuk pembelian: minyak, tepung terigu, gula pasir, MP-ASI pabrikan, makanan kaleng, mie instan dan bahan pangan lainnya yang tidak termasuk dalam butira-d di atas. Bantuan juga tidak boleh digunakan untuk pembelian pulsa dan rokok.

B. Tinjauan Empiris

Anisa Rahma Dini, Yunisca Nurmalisa, Abdul Halim (2018) tentang

“Efektivitas Pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Di Kelurahan Gulak Galik” Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai efektivitas pelaksanaan program bantuan pangan non tunai (BPNT) di Kelurahan Gulak Galik dengan melihat hasil persentase pengukuran pada 4 indikator untuk mengukur efektivitas program yaitu ketepatan sasaran program, sosialisasi program, tujuan program dan pemantauan program berdasarkan persepsi masyarakat penerima manfaat program bantuan pangan non tunai (BPNT) di Kelurahan Gulak Galik Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung pada tahun 2018 maka dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan persentase berikut: Ketepatan

(42)

Sasaran Program 62% efektif, Sosialisasi Program 44% Cukup Efektif, Tujuan Program 79% efektif, dan Pemantauan Program 56% efektif. Dengan demikian jelas dapat disimpulkan kembali dalam penelitian ini dari keempat indikator yang digunakan dalam mengukur efektivitas pelaksanaan program bantuan pangan non tunai (BPNT) di Kelurahan Gulak Galik bahwa berdasarkan persepsi masyarakat terkait efektivitas pelaksanaan program bantuan pangan non tunai (BPNT) di Kelurahan Gulak Galik Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung Tahun 2018 pelaksanaannya sudah berjalan efektif dan hanya perlu ditingkatkan pada indikator yang masih termasuk kategori cukup efektif seperti pemantauan program dan sosialiasi program dan juga pembaharuan data peserta program dan pelaksanaan program lebih diperhatikan lagi agar tujuan program dapat tercapai dan dapat berjalan lebih efektif secara keseluruhan.

Selviana (2016) tentang “Bantuan Langsung Tunai” setelah melakukan penelitian, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan untuk menjawab masalah yang di angkat dalam penelitian ini, kesimpulan yang dapat ditarikyaitu: 1. Implementasi bantuan langsung tunai dikelurahan karema kecamatan mamuju kabupaten mamuju hampir semua sudah mengenai rumah tangga sasaran tetapi ada beberapa masyarakat yang tidak tersentuh bantuan hal ini disebabkan karena pendataan yang dilakukan tidak menyentuh semua sasaran rumah tangga miskin dan kurangnya sosialisasi dari pemerintah tentang program bantuan langsung tunai sehingga banyak masyarakat miskin yang belum tersentuh atau menerima bantuan padahal masyarakat tersebut layak untuk menerima bantuan 2. Dampak bantuan langsung tunai terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat adalah

(43)

bantuan langsung tunai ini dianggap tidak efektif dan efisien karena kurang membantu dalam peningkatan perekonomian masyarakat hal ini disebabkan masyarakat menggunakan dana tersebut bukan untuk jangka panjang atau bukan untuk modal usaha melainkan untuk kebutuhan sehari-hari dan dampak lainnya yaitu masyarakat menjadi terhadap bantuan langsung tunai karena masyarakat terus mengharapkan bantuan dari pemerintah.

Nafiah Ariyani, Akhmad Fauzi, Bambang Juanda, Irfan Syauqi Beik (2015) tentang “Evaluasi Pogram Pengentasan Kemiskinan Menggunakan Metode Rappoverty”. Mengetahui status keberlanjutan program pengentasan kemiskinan adalah penting untuk menentukan tingkat kinerja pengelolaan program maupun tingkat kemanfaatan program. Berdasarkan hasil analisis Rappoverty, dapat disimpulkan bahwa status keberlanjutan antara program pemerintah, program zakat, dan program CSR bervariasi namun cukup konsisten. Pada seluruh dimensi yang dianalisis meliputi dimensi input, proses, dan output, program pengentasan kemiskinan berbasis zakat mempunyai status keberlanjutan paling baik dibandingkan program pemerintah maupun program CSR. Program-program zakat memiliki status sangat berlanjut, sementara program CSR memiliki status cukup berlanjut, sedangkan program-program pemerintah mempunyai status kurang berlanjut.

Pada analisis leverage diketahui faktor-faktor yang menentukan status keberlanjutan (faktor pengungkit) program pengentasan kemiskinan pada masing-masing dimensi. Pada dimensi input, diketahui faktor yang menjadi pengungkit status keberlanjutan program adalah (1) perbedaan antarprogram, (2) keakuratan data, dan (3) ketersediaan data. Pada dimensi proses, yang menjadi faktor leverage adalah (1) biaya pengelolaan, (2) ketidaktepatan

(44)

waktu penyaluran, dan (3) sinkronisasi program antar lembaga. Sedangkan pada dimensi output adalah (1) keberadaan lembaga masyarakat dan (2) peningkatan jumlah penerima program.

Achmad Syafi’i (2013) tentang “Model Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan Di Kabupaten Lamongan” berdasarkan latar belakang masalah, kajian teoretik, dan hasil penelitian, serta analisis dan interpretasi data yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Implementasi Program Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Lamongan tingkat keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelolaan terhadap faktor komunikasi, sumber daya, disposisi, struktur birokrasi, standar dan sasaran kebijakan, serta kondisi sosial politik.

b. Keberhasilan implementasi Program Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Lamongan ditunjukkan dengan adanya peningkatan income per capita, peningkatan angka partisipasi sekolah, peningkatan partisipasi masyarakat dalam upaya pengentasan kemiskinan, dan penurunan tingkat kemiskinan dari 17,2 % menjadi 15,6 %.

c. Model implementasi Program Pengentasan Kemiskinan di daerah penelitian bertumpu pada mekanisme yang dimulai dengan menetapkan sasaran program/ kebijakan; dilanjutkan dengan penguatan kapasitas SDM, penataan sistem birokrasi dan disposisi, penyediaan saluran komunikasi dan informasi, serta mempertimbangkan kondisi sosial dan politik; berikutnya dilanjutkan dengan kegiatan teknis berupa penyaluran/pemanfaatan bantuan dana stimulan yang berasal dari pemerintah dan swasta, serta pendampingan kegiatan masyarakat sesuai

(45)

dengan program Tri Daya yang melibatkan Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) dan Tenaga Fasilitator Kecamatan (TFK).

Andela Anggleni tentang “Implementasi Kebijakan Program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Sekip Jaya Kecamatan Kemuning Kota Palembang”Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi Kebijakan PogramKartu Keluarga Sejahtera (KKS) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Sekip Jaya Kecamatan Kemuning Kota Palembang, belum berjalan efektif dalam pelaksanaan nya adapun faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) tersebut yaitu:

1. Kurangnya sosialisasi menyeluruh kepada masyarakat miskin tentang adanya pelaksanaan program KartuKeluarga Sejahtera KKS) tersebut, sehingga masih ada masyarakat miskin yang belum terdata untuk ikut serta dalam kepesertaan program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) tersebut.

2. Belum merata nya pembagian kartu tersebut untuk warga miskin atau kurang mampu, dan ketidaksesuaian data penerima program KKS ini sehingga belum tepat sasaran, hanya sebagian RT saja yang menerima Program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) tersebut, Sehingga menimbulkan kecemburuan sosial karena pelaksanaan program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

(46)

C. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu:

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan yang harus ditanggulangi bersama oleh pemerintah dan masyarakat.

Kondisi ini menyebabkan rendahnya kemampuan masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar, dalam hal ini pangan. Disisi lain harga berbagai macam kebutuhan pokok semakin meningkat. Oleh sebab itulah perhatian pemerintah dan penanganannya perlu dilaksanakan secara terpadu yang melibatkan berbagai sektor baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah pemerintah dalam upaya mengatasi kemiskinan di Indonesia telah dilakukan, sejak pada tahun 2005 di bentuk Peraturan Presiden tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) sampai dengan penerbitan Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang percepatan penanggulangan

Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Pemerintah Masyarakat

Kemiskinan

Program Kartu Keluarga Sejahtera Berusaha sendiri

(47)

kemiskinan dan peraturan ini juga didukung dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010 tentang Struktur Kelembagaan dan Mekanisme Kerja TKPK. Dua dasar hukum inilah yang kemudian mendasari berdirinya Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TN2PK) sehingga melahirkan program seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Beras Sejahtera (Rastra) atau bantuan sosial pangan, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang terintegrasi dalam Program Kartu Keluarga Sejahtera.

(48)

32 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian kualitatif- deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan atau melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya, secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi. Penelitian kualitatif-deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran selengkap-lengkapnya mengenai permasalahan yang diteliti.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan suatu penentuan konsentrasi sebagai pedoman arah suatu penelitian dalam upaya mengumpulkan dan mencari informasi serta sebagai pedoman dalam mengadakan pembahasan atau penganlisaan sehingga penelitian tersebut benar benar mendapatkan hasil yang diinginkan. Dalam hal yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini yaitu mengenai Upaya penanggulangan kemiskinan melalui Program Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) di Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk mempermudah pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan yang penulis teliti, maka penulis melakukan penelitian di Desa Kampala dan masyarakat penerima Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)

(49)

Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Adapun waktu penelitian akan dilakukan mulai dari bulan September sampai pada bulan Oktober 2020.

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Data primer

Data Primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara,jajak pendapat dari individu atau kelompok. Data yang didapat dari para pihak yang berhubungan dengan objek yang diteliti, dalam hal ini adalah Pemerintah Desa Kampala dan Masyarakat miskin di Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari buku, jurnal, majalah, skripsi, ataupun dokumen lainnya yang di jadikan referensi serta informasi dari berbagai media massa yang berkaitan dengan objek penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan, berkisar pada tiga instrumen, yaitu observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Untuk dapat memperoleh data dalam penelitian deskriptif ini, maka dipakai teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Pengamatan langsung (observasi)

(50)

Pengamatan langsung (observasi) adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis yang dilakukan penulis secara langsung dengan mendatangi langsung lokasi penelitian yang dilaksanakan di Kantor Desa Kampala dan Masyarakat penerima Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

2. Wawancara (Interview)

Wawancara (Interview) adalah teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara lansung dan lisan dengan responden guna memperoleh informasi atau keterangan yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.

3. Studi kepustakaan (Library research)

Studi kepustakaan (Library research) adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan bahan-bahan bacaan, termasuk peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan masalah diatas. Cara ini dimaksud untuk mencari konsepsi- konsepsi, teori-teori, atau pendapat yang berhubungan dengan pokok permasalahan.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. menurut Soerjono Soekanto “Analisis data kualitatif adalah merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis maupun lisan, dan perilaku nyata”.

(51)

Tahapan yang yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu (1) reduksi data (data reduction); (2) paparan data (data display); dan (3) penarikan keseimpulan (Mile dan Haberman: 1992).

Data yang sudah diperoleh disusun dengan bentuk penyusunan data, kemudian dilakukan reduksi atau pengolahan data, menghasilkan sajian data dan seterusnya diambil kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

(2) Kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka pemenuhan hak anak meliputi 5 (lima) klaster sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan ke dalam Rencana Aksi Kecamatan

Perusahaan menargetkan pertumbuhan nilai transaksi kartu kredit sepanjang 2015 tumbuh 34% menjadi Rp36,5 triliun dibandingkan dengan 2015 yang sebesar Rp26,5 triliun..

358 NYOMAN SUBRATIANI GEDE PUSAT BENDESA NYOMAN SUBRATIANI BD KUSIA BANJAR KUSIA GEDE PUSAT BENDESA,. LUH SUASTINI DEWI,

Melalui perluasan program sembako, sebanyak 72.310 keluarga penerima manfaat (KPM) di Kabupaten Tegal akan mendapatkan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang berisikan uang saldo

Analisis yang dilakukan adalah melakukan analisis distribusi frekuensi dengan menggunakan metode Gumbel dan Log Pearson III, pengujian kesesuaian distribusi frekuensi

108 NYOMAN TARMI GEDE BENDESA NYOMAN TARMI BD BRAHMANA

312 GUSTI KETUT YAMANTI GUSTI NYOMAN SUBANDI GUSTI KETUT YAMANTI BD MUNDUK

[r]