• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p JTRESDA. Journal homepage:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p JTRESDA. Journal homepage:"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/

*Penulis korespendensi: ayufhoenna07@gmail.com

Studi

Perencanaan

Kolam

Retensi

di

Perumahan Grand Arfa Wulandira Serang

Banten

Wahyu Fatihah Fhoenna

1

*, Suhardjono

1

, M. Janu Ismoyo

1

1Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya,

Jl. MT. Haryono no. 167, Malang, 65145, Indonesia

*Korespondensi Email: ayufhoenna07@gmail.com

Abstract:

The Grand Arfa Wulandira is estate being constructed in Wanayasa Village, Kramatwatu Sub-District, Serang District. This area is often-flooded even there has been a basin, which able to collect the stormwater. Therefore, we need to design a retention pond with a pump as an outlet. This retention pond is not only designed for stormwater purposes, but also to form a floating market. In this design of the retention pond, several aspects need to discuss such as the hydrology, dimension, and also the cost aspects. The hydrology aspect needs to discuss to know how big is the volume needs to construct to prevent flood which is being the dimension of the retention pond so that we know how much is the cost budget that needs to construct the retention pond.From the analysis, the flood discharge in Grand Arfa Wulandira is about 0.997 m3/sec with the area of the existing

pond is about 11,231.12 m2. The flood retention depth that needs to be

constructed is about 1.02 m with the needed volume of the retention pond is about 11,453.55 m3. The pump outlet discharge is about 0.611 m3/sec,

resulting that the budget cost about Rp824,728,000.00 with VAT included.

Keywords: estate, floating market, flood, pump, retention pond

Abstrak: Perumahan Grand Arfa Wulandira merupakan perumahan yang

akan dibangun berlokasi di Desa Wanayasa, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang. Perumahan ini sering terjadi banjir walaupun sudah ada cekungan yang dapat menampung banjirnya. Dengan demikian diperlukan perencanaan kolam retensi dengan pompa sebagai outlet-nya yang dapat menampung banjir serta membuang kelebihan airnya dengan pompa. Kolam retensi ini direncanakan tidak hanya menampung banjir, namun juga direncanakan sebagai pasar apung (floating market). Dalam perencanaan kolam retensi, terdapat beberapa aspek yang perlu dikaji, yakni aspek hidrologi, dimensi serta anggaran biaya. Aspek hidrologi perlu dikaji untuk mengetahui besar volume yang perlu dibangun untuk mengatasi banjir yang nantinya akan dijadikan sebagai dimensi kolam retensi sehingga dapat diketahui besar anggaran biaya yang diperlukan untuk membangun kolam retensi tersebut. Dari hasil analisis, debit banjir yang terjadi pada

(2)

131 Perumahan Grand Arfa Wulandira sebesar 0,997 m3/detik dengan luas

cekungan yang tersedia sebesar 11231,12 m2. Kedalaman yang dibutuhkan

untuk mengatasi banjir serta dijadikan pasar apung adalah sebesar 1,02 m dengan volume kolam retensi yang dibutuhkan sebesar 11.453,55 m3. Debit

pompa outlet yang digunakan sebesar 0,611 m3/detik, kemudian didapat

besaran anggaran biaya total pembangunan kolam retensi sebesar Rp824.728.000,00 sudah termasuk PPN.

Kata kunci: banjir, kolam retensi, pasar apung, perumahan, pompa

1. Pendahuluan

Perumahan merupakan salah satu tempat yang berpotensi terjadinya bencana banjir. Banjir pada perumahan dapat disebabkan oleh faktor topografi, sehingga ketika perumahan memiliki elevasi yang lebih rendah dari saluran drainase yang ada, maka saat musim hujan dapat menimbulkan genangan maupun banjir pada perumahan. Dalam kasus ini, dapat dibangun kolam retensi untuk mengatasi banjir pada perumahan tersebut. Beberapa perumahan di Indonesia yang membangun kolam retensi sebagai pengendalian banjir adalah Perumahan Bogor Nirwana dan Perumahan Summarecon [1].

Umumnya, kolam retensi memiliki inlet yang berasal dari limpasan permukaan dan limbah domestik, akan tetapi pada studi ini saluran inlet hanya berasal dari limpasan permukaan. Dengan kata lain, saluran yang menampung limpasan permukaan dan limbah domestik terpisah. Di lahan Perumahan Grand Arfa Wulandira terdapat cekungan yang berelevasi lebih rendah dari elevasi permukaan perumahan. Cekungan ini ingin dimanfaatkan sebagai tempat wisata air oleh developer.

Ketika terjadinya hujan, air akan mengisi cekungan. Akan tetapi, ketika cekungan tersebut sudah terisi penuh, air dapat menggenangi permukaan perumahan. Air hujan hanya dapat tertampung di cekungan karena elevasi di luar lahan perumahan lebih tinggi. Di sisi lain, terdapat sebuah saluran di sekitar perumahan, tetapi tidak dapat dijadikan saluran

outlet dikarenakan elevasi saluran tersebut lebih tinggi dari elevasi puncak cekungan.

Perencanaan kolam retensi dapat dilakukan dengan menguji data curah hujan yang akan digunakan, kemudian dilakukan analisis hidrologi untuk mengetahui debit banjir rancangan [2]. Selanjutnya melakukan perhitungan dimensi kolam retensi untuk mengetahui volume kolam retensi yang perlu dibangun, lalu dilakukan trial and error guna mengetahui kapasitas pompa yang diperlukan [3]. Terakhir, dilakukan perhitungan RAB dengan berpedoman pada Permen PUPR No. 28 Tahun 2016 [4]. Manfaat yang didapatkan dari studi ini adalah memberi solusi dari permasalahan banjir yang terjadi serta memberi pertimbangan bagi pihak developer.

2. Bahan dan Metode

2.1 Bahan

Perumahan Grand Arfa Wulandira berada di Desa Pejaten, Kec. Kramatwatu, Kab. Serang, Banten. Lokasi berada pada titik koordinat 106°06’16.0” BT dan 6°02’50.4” LS dengan luas tiga hektar. Berikut merupakan peta kondisi daerah studi (Gambar 1).

(3)

132

Gambar 1: Peta kondisi daerah studi (Google Earth) Berikut merupakan data yang digunakan pada studi ini antara lain: • Data curah hujan yang didapat dari website BMKG

• Peta topografi yang didapat dari website DEMNAS dan Aplikasi Google Earth • Peta tata guna lahan yang didapat dari pihak developer

• Data cekungan yang ingin dijadikan kolam retensi • Daftar harga barang dan jasa Provisi Banten

Alat bantu yang digunakan pada studi ini antara lain: • Aplikasi Global Mapper

• Aplikasi AutoCAD 2020 • Aplikasi Microsoft Excel 2.2 Metode

Data curah hujan minimal sepuluh tahun terakhir diuji untuk mendukung perhitungan curah hujan rancangan. Uji yang dilakukan adalah uji konsistensi, uji outlier, uji ketidakadaan trend, uji stasioner serta uji persistensi. Setelah melakukan pengujian data curah hujan, dianjutkan dengan melakukan anilisis hidrologi. Analisis yang dilakukan adalah melakukan analisis distribusi frekuensi dengan menggunakan metode Gumbel dan Log Pearson III, pengujian kesesuaian distribusi frekuensi dengan menggunakan metode uji Smirnov dan Chi-Square, analisis distribusi hujan jam-jaman dengan menggunakan rumus Mononobe, menghitung debit banjir rancangan dengan metode Rasional, membuat hidrograf Rasional serta menganalisis volume kolam retensi trial and error kapasitas debit pompa yang akan digunakan.

Selanjutnya, melakukan perhitungan dimensi kolam retensi dengan menentukan kedalaman yang dilakukan dengan menggunakan interpolasi (forecast) dan menentukan

(4)

133 kedalaman pasar apung. Setelah itu, melakukan perhitungan rancangan anggaran biaya untuk memperoleh estimasi harga pembangunan yang dibutuhkan.

2.3 Persamaan

2.3.1 Pengujian Curah Hujan

Pengujian data curah hujan dilakukan untuk mengetahui apakah data curah hujan layak digunakan atau tidak.

2.3.1.1 Uji Konsistensi

Uji konsistensi merupakan suatu uji yang ditujukan untuk mengetahui apakah suatu data tersebut konsisten. Metode uji konsistensi yang akan dipakai adalah metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums) dikarenakan pertimbangan dari jumlah stasiun hujan yang terdapat di lapangan. Data yang dipakai konsisten apabila nilai Q/√n dan R/√n lebih kecil dari nilai pada Tabel Q/√n dan R/√n.

Q = Maks |Sk**| Pers.1 |𝑆𝑘 ∗∗|= |𝑠∗𝑘 𝐷𝑦| Pers.2 𝑠 ∗ 𝑘 = ∑ = 1 (𝑦𝑛𝑖 𝑖− 𝑦) Pers.3 𝐷𝑦2 = ∑ =1 (𝑦𝑛𝑖 𝑖−𝑦) 2 𝑛 Pers.4

R = maks 𝑆∗∗𝑘 – min 𝑆∗∗𝑘 Pers.5

Dengan:

Q dan R = nilai statistik Sk** = nilai konsistensi Dy = simpangan rerata y = data curah hujan yi = data curah hujan rerata n = jumlah data

2.3.1.2 Uji Outlier

Uji outlier digunakan untuk mencari data yang memiliki nilai yang jauh dibandingkan data-data yang lainnya. Pengujian outlier disarankan untuk menggunakan metode uji

outlier Grubbs and Beck. Data curah hujan dapat dipakai jika berada diantara outlier atas

(XH) dan outlier bawah (XL). Jika data tidak di antara nilai XH dan XL, maka outlier atas

diabaikan sementara. Jika data curah hujan lebih besar dari nilai XL, maka data dapat

dipakai. Jika data curah berada di bawah nilai XL, maka data tidak bisa dipakai [5].

XH = exp(𝑥̅ + 𝐾𝑛. 𝑆) Pers.6

XL = exp(𝑥̅ − 𝐾𝑛. 𝑆) Pers.7

Dengan:

𝑥̅ =rerata curah hujan dalam bentuk Ln Kn = parameter Grubbs and Beck

(5)

134

S = simpangan baku curah hujan dalam bentuk Ln

2.3.1.3 Uji Ketidakadaan trend

Uji ketidakadaan trend merupakan suatu pengujian data dengan cara membagikan jumlah data menjadi dua kelompok, dimana data kedua kelompok tersebut tidak saling berhubungan. Metode yang dipakai untuk uji ketidakadaan trend adalah metode uji Mann-Whitney [5]. Hipotesa pada pengujian ini diterima apabila H0 = Zc- < Zhitung < Zc+.

Zhitung = 𝑈 − 𝑛1 . 𝑛22 1 12(𝑛1 . 𝑛2 (𝑛1 + 𝑛2 + 1) 1 2 Pers.8 U1= 𝑛1 . 𝑛2 + 𝑛1 𝑛2 (𝑛1− 1) – 𝑅𝑚 Pers.9 U2 = 𝑛1. 𝑛2 − 𝑈1 Pers.10 Dengan:

𝑛1 = jumlah data kelompok 1 𝑛2 = jumlah data kelompok 2 U = nilai terkecil antara U1 dan U2

Rm = jumlah nilai peringkat kelompok terkecil

2.3.1.4 Uji Stasioner

Pengujian stasioner dilakukan untuk menguji kestabilan varian dan rata-rata data. Uji stasioner memiliki dua tahap yaitu Uji F dan Uji T. Hipotesa pada pengujian F diterima apabila Fkritis > Fhitung, hipotesa pada pengujian T diterima apabila σ > t.

𝐹 = 𝑛1 . 𝑆12 (𝑛2−1) 𝑛2 .𝑆22 .(𝑛1−1) Pers.11 𝐹𝐾𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠= 𝑛1+ 𝑛2− 2 Pers.12 𝜎= (𝑛1 . 𝑆12+ 𝑛2 .𝑆22 𝑛1+ 𝑛2−2 ) 2

Pers.13 𝑡 = 𝑥̅1+ 𝑥̅2 𝜎(1 𝑛1+ 1 𝑛2) 1 2 Pers.14 Dengan: F = hasil Uji F

S1 = standar deviasi kelompok 1

S2 = standar deviasi kelompok 2

Fkritis = nilai kritis Uji F

𝜎 = nilai kritis Uji T t = hasil Uji T

2.3.1.5 Uji Presistensi

Pengujian persistensi dilakukan untuk mengetahui apakah data yang akan kita gunakan berasal dari sampel acak atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode Mann-Whitney. Perbedaan uji persistensi metode Mann-Whitney dengan uji ketidakadaan

(6)

135 trend adalah data yang tersedia tidak dikelompokan menjadi dua dengan jumlah yang sama, tetapi rumus yang digunakan sama.

2.3.2 Analisis Hidrologi

2.3.2.1 Analisis Distribusi Frekuensi

Analisis distribusi frekuensi digunakan untuk memperkirakan nilai ekstrim yang mungkin terjadi. Pada Analisis distribusi, metode yang digunakan metode distribusi Gumbel dan metode distribusi Log Pearson III [2]. Berikut merupakan persamaan yang digunakan untuk distribusi Gumbel.

Xt = x̅ + K . Sx Pers.15

𝐾= 𝑌𝑡−𝑌𝑛

𝑆𝑛 Pers.16

Berikut merupakan persamaan yang digunakan untuk distribusi Log Pearson III:

𝑋𝑡 = 10log 𝑥+𝐾 . 𝑆 Pers.17

Cs = 𝑛.∑(𝑙𝑜𝑔 𝑥−𝑙𝑜𝑔 𝑥)3

(𝑛−1).(𝑛−2).𝑆𝑑3 Pers.18

Dengan:

Xt = curah hujan tahun t K = faktor frekuensi Sx = simpangan baku Yt = faktor reduks Yn = rerata reduksi

Sn = standar deviasi reduksi

Nilai k dapat dilihat dari nilai k dan Cs, jika nilai tidak terdapat pada tabel maka dilakukan interpolasi.

2.3.2.2 Uji Kesesuaian Distribusi

Pengujian kesesuaian distribusi frekuensi dilakukan untuk mengetahui apakah metode distribusi frekuensi dipakai diterima atau ditolak. Pengujian kesesuain distribusi frekuensi dapat dilakukan dengan metode Smirnov-Kolmogorov dan Chi-Square [6]. Distribusi Smirnov-Kolmogorov dikatakan cocok apabila Dn ˂ D. Berikut merupakan persamaan yang digunakan untuk distribusi Smirnov-Kolmogorov.

Dn = Max |P(x) − Po(x)| Pers.19 P(x) = 1 − Pr Pers.20 Po (%) = m 1+nx100% Pers.21 Dengan: Dn = selisih maksimum Px = posisi x teoritis Po = posisi x Weibull m = nomor urut data

(7)

136

Berikut merupakan persamaan yang digunakan untuk distribusi Chi-Square [7].

𝜒2= ∑(𝑂𝑓−𝐸𝑓)2

𝐸𝑓 Pers.22

Jumlah batas kelas (oi) = ROUND(1+3,322*LOG(n);0) Pers.23

Ef = 𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 Pers.24 dk = k – 1 – m Pers.25 Dengan: x2 = nilai Chi-Square Of = observed frequency Ef = expected frequency dk = derajat kebebasan k = jumlah kelas m = parameter Chi-Square

2.3.2.3 Distribusi Hujan Jam-Jaman

Perhitungan distribusi hujan jam-jaman ditujukan untuk mengetahui besar intensitas hujan yang terjadi dalam suatu durasi. Untuk menghitung curah intensitas hujan dapat menggunakan Persamaan Mononobe [2].

Ii = ( R24 24) × ( 24 tc) 2 3 Pers.26 tc= 0,0195 ( L √s) 0,77 Pers.27 to= (23× 3,28 × L ×ndS)0,167 Pers.28

S = Elevasi maksimum−Elevasi minimum

L x100% Pers.29

td=LV Pers.30

Dengan:

Ii = intensitas hujan jam-jaman (mm/jam)

R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

tc = waktu konsentrasi (menit) L = panjang saluran (m) s = kemiringan saluran

to = waktu menuju saluran (menit) td = waktu pengaliran (menit) nd = koefisien hambatan v = kecepatan aliran (m/detik)

2.3.2.4 Perhitungan Debit Banjir Rancangan

Perhitungan debit banjir rancangan digunakan untuk mengetahui debit maksimum yang mungkin terjadi pada suatu luasan daerah. Rumus rasional digunakan untuk daerah pengaliran kurang dari 0,8 km2. Sedangkan untuk daerah pengaliran lebih dari 0,8 km2

(8)

137 QRasional = ( 1 3,6) C. I. A Pers.31 QModifikasi = ( 1 3,6) . Cs. C. I. A Pers.32 Cm= ∑ni=1Ai.Ci ∑ni=1Ai Pers.33 Dengan: Q = debit (m3/detik) C = koefisien pengaliran

A = luas daerah pengaliran (km2)

Cs = koefisien tampungan Cm = koefisien pengaliran rerata 2.3.2.4 Hidrograf Rasional

Hidrograf digunakan untuk mengetahui berapa volume yang dialirkan ke kolam retensi. Terdapat beberapa jenis hidrograf pada hidrograf rasional berdasarkan kesesuaian syarat penggunaannya, antara lain: tc = td, tc < td dan tc > td. Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk penggambaran hidrograf Rasional.

tc= to+ td

Pers.34

Persamaan yang digunakan untuk mencari nilai to pada rumus tc di atas jika panjang daerah pengaliran kurang dari 400 m [8]:

to= 0,0195 (√sL) 0,77

Pers.35

Jika panjang daerah pengaliran lebih dari 400 m, maka untuk mendapatkan nilai to digunakan rumus berikut [9].

to= ( 2 3× 3,28 × L × nd S) 0,167 Pers.36

2.3.2.5 Analisis Volume Inflow Kolam Retensi

Outlet yang digunakan pada perencanaan kolam retensi ini adalah pompa. Untuk

mengetahui volume yang terjadi dengan outlet pompa dapat menggunakan persamaan berikut [3]:

Kumulatif volume = volume pada tn + volume pada tn+1 Pers.37

Volume = selisih waktu x rerata aliran Pers.38

Selisih waktu Δt (detik) = (( tn+1− tn).60) Pers.39

Rerata aliran = (aliran masuk tn + aliran masuk tn+1)

2 Pers.40

Volume kumulatif pompa = debit pompa x kumulatif waktu x 60 Pers.41

Volume penampungan = kumulatif volume – volume kumulatif pompa Pers.42 Dengan:

tn = waktu ke-n

(9)

138

2.3.3 Analisis Hidrolika Saluran Inlet Kolam Retensi

2.3.3.1 Pemilihan Penampang Ekonomis

Penampang paling ekonomis adalah penampang yang memiliki keliling basah minimum tetapi memberikan daya tampung yang maksimum [2]. Urutan keliling basah paling minimum adalah trapesium, setengah lingkaran dan segi empat, maka saluran dengan penampang trapesium yang akan digunakan untuk perhitungan saluran inlet kolam retensi pada studi ini. Berikut merupakan rumus yang akan digunakan untuk perhitungan dimensi saluran inlet kolam retensi.

T = B + 2my Pers.43 A = (T+B) 2 x y Pers.44 B = By x y Pers.45 y = √BA y+m Pers.46 A = Q v Pers.47 Dengan:

T = lebar muka atas (m) B = lebar dasar saluran (m) A = luas trapezium (m2)

m = kemiringan talud y = kedalaman air (m)

2.3.4 Efektifitas Reduksi Genangan

Efektifitas reduksi genangan diperlukan untuk mengetahui seberapa efektif perencanaan kolam retensi sebagai upaya mereduksi banjir dengan membandingkan volume kolam retensi yang akan digunakan dengan volume debit banjir yang akan ditampung serta volume kapasitas saluran yang menampung debit banjir tersebut.

hpenampungan banjir

= h

dinding penahan tanah atau talud – hfloating market Pers.48

Volume kolam retensi = luas kolam retensi x hpenampungan banjir Pers.49

Efektivitas reduksi genangan = Volume tampungan

volume yang masuk ke tampungan x 100% Pers.50

Efektivitas reduksi genangan = Volume kolam retensi+Volume kumulatif pompa

Volume 𝑖𝑛𝑓𝑙𝑜𝑤 Saluran R53−Volume Saluran R53 x 100% Pers.51

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Pengujian Data Curah Hujan

Untuk mengetahui apakah data yang digunakan layak untuk digunakan, maka diperlukan untuk pengujian data curah hujan. Berikut merupakan hasil pengujian data

(10)

139 curah hujan yang akan digunakan (Tabel 1). Dari Tabel 1, ditunjukkan bahwa data curah hujan layak untuk digunakan.

Tabel 1: Hasil pengujian data curah hujan

No Pengujian Metode Keputusan

1 Uji Konsistensi RAPS Diterima dengan derajat kepercayaan 90% 2 Uji Outlier Grubbs and Beck Diterima

3 Uji Ketidakadaan trend Mann-Whitney Diterima dengan derajat kebebasan 5% 4 Uji Stasioner Uji F Diterima

Uji T Diterima

5 Uji Presistensi Mann-Whitney Diterima dengan derajat kebebasan 5%

3.2 Analisis Hidrologi

3.2.1 Analisis Distribusi Frekuensi

Analisis distribusi frekuensi digunakan untuk memperkirakan nilai ekstrim yang mungkin terjadi. Dari hasil perhitungan, didapat nilai curah hujan rancangan (Xt) dengan kala ulang 2 tahun pada Metode Gumbel adalah sebesar 72,863 mm (Tabel 2) dan pada Metode Log Pearson III adalah sebesar 70,359 mm (Tabel 3).

Tabel 2: Hasil perhitungan distribusi frekuensi Gumbel

Kala Ulang (tahun) Yt Yn Sn K x̅ Xt

2 0,367 0,459 0,95 -0,098 74,96 72,863

Tabel 3: Hasil perhitungan distribusi frekuensi Log Pearson III

Kala Ulang (tahun) Cs K Xt

2 1,777 -12,904 70,359

3.2.2 Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi

Pengujian kesesuaian distribusi frekuensi dilakukan untuk mengetahui apakah metode distribusi frekuensi yang digunakan tepat. Pada Metode Chi-Square, dinyatakan hasil perhitungan Metode Gumbel tidak diterima, sedangkan Metode Log Pearson III diterima (Tabel 4). Untuk Metode Smirnov-Kolmogorov, hasil perhitungan dari Metode Gumbel dan Log Pearson III diterima (Tabel 5). Dengan demikian, data yang digunakan untuk analisis selanjutnya adalah hasil curah hujan dari Metode Log Pearson III.

Tabel 4: Hasil pengujian Metode Distribusi Frekuensi Chi-Square

X2 hitung X 2 tabel Derajat Kebebasan Syarat Derajat Kepercayaan Hipotesa Gumbel 11,6 13,815 1 χ2

hitung < χ2tabel 1% Ditolak

Log Pearson III 2 3,841 1 5% Diterima

Tabel 5: Hasil pengujian Metode Distribusi Frekuensi Smirnov-Kolmogorov

Dn D Syarat Derajat Kepercayaan Hipotesa

Gumbel 0,181 0,41

Dn < D 5% Diterima

(11)

140

3.2.3 Debit Banjir Rancangan Saluran Inlet Kolam Retensi

Untuk merencanakan kolam retensi, diperlukan untuk melakukan analisis debit terbesar yang akan ditampung oleh kolam retensi. Dari hasil perhitungan, didapat nilai debit banjir rancangan pada saluran inlet kolam retensi adalah sebesar 0,997 m3/detik (Tabel 6).

Tabel 6: Hasil perhitungan debit banjir rancangan Saluran R53

Saluran Elevasi Awal (m) Elevasi Akhir (m) L (m) S tc (menit) I (mm/jam) Q (m3/detik) R53 8,73 8,72 60,74 0,0001 0,02 49,345 0,997

3.2.4 Hidrograf Aliran Masuk

Untuk mengetahui seberapa volume penampungan yang dibutuhkan, perlu diketahui debit aliran yang masuk pada kolam retensi per interval waktu. Didapat nilai to, td dan tc (Tabel 7) dilanjutkan dengan menggambarkan hidrografnya (Gambar 2).

Tabel 7: Hasil perhitungan to, td, dan td untuk hidrograf

Saluran L (m) Nd S V (m/det) to (menit) Td (menit) Tc (menit) tc+td (menit) Q (m3/detik) R53 60,74 0,013 0,0001 0,4 2,5 2,53 5,03 7,56 0,997

Gambar 2: Hidrograf aliran masuk

Setelah menggambar hidrograf, didapat debit aliran masuk dengan interval waktu satu menit, selanjutnya dapat dicari volume kumulatif yang terjadi (Tabel 8).

Tabel 8: Hasil perhitungan volume kumulatif

Kumulatif waktu (menit) Aliran Masuk (m3/det) Rata-rata aliran masuk (m3/dt) Δt (detik) Volume (m3) Kumulatif Volume 0,00 0,000 1,00 0,198 0,099 60 5,940 5,940 2,00 0,396 0,297 60 17,820 23,760 3,00 0,595 0,496 60 29,730 53,490 4,00 0,793 0,694 60 41,640 95,130 5,03 0,997 0,895 62 55,311 150,441 6,00 0,869 0,933 58 54,301 204,742 7,00 0,738 0,804 60 48,210 252,952 8,00 0,606 0,672 60 40,320 293,272 9,00 0,474 0,540 60 32,400 325,672 10,00 0,342 0,408 60 24,480 350,152 11,00 0,211 0,277 60 16,590 366,742 12,00 0,079 0,145 60 8,700 375,442 12,60 0,000 0,040 36 1,422 376,864 13,00 0,000 0,000 24 0,000 376,864

(12)

141 3.3 Analisis Kapasitas Saluran Inlet Kolam Retensi

Analisis kapasitas saluran inlet kolam retensi dilakukan untuk mengetahui sebarapa besar kapasitas tampungan saluran inlet untuk menampung banjir. Didapat hasil Saluran R53 (saluran terakhir inlet kolam retensi) memiliki volume sebesar 117,28 m3 (Tabel 9).

Tabel 9: Hasil analisis kapasitas saluran inlet kolam retensi

Saluran Q (m3/det) v (m/det) A (m2) B/y M y (m) B (m) T (m) L (m) V (m3) R53 0,997 0,52 0,04 2 1 0,8 1,6 3,21 60,74 117,28

3.4 Analisis Volume Inflow Penampungan dengan Pompa

Analisis volume inflow penampungan dengan pompa digunakan untuk mengetahui berapa debit pompa yang digunakan sebagai outlet kolam retensi. Pada perencanaan kolam retensi ini, tidak hanya untuk menampung banjir tetapi juga dimanfaatkan untuk menjadi pasar apung. Untuk penentuan tinggi polder dan jagaan dapat menggunakan diklat teknis dari Kemen PUPR [10]. Debit pompa didapat dengan cara trial and error agar tidak terjadinya penambahan volume pada kolam retensi. Dari hasil perhitungan didapat nilai debit pompa yang digunakan sebagai outlet kolam retensi adalah sebesar 0,611 m3/det

(Tabel 10).

Tabel 10: Hasil analisis debit pompa Q (m3/dt) F (m) Polder (m) QSaluran R53 (m3/det) F rencana (m) Polder rencana (m) h pasar apung (m) Debit Pompa (m3/det) Q < 5 0,20 - 0,30 0,75 - 1,00 0,997 0,22 0,8 0,75 0,611 Untuk mengetahui apakah debit pompa sesuai dengan rencana yaitu tidak menghasilkan penampungan pada kolam retensi maka perlu dilakukan perhitungan volume yang terjadi apabila menggunakan debit pompa yang sudah dipilih. Didapat bahwa dengan debit pompa 0,611 m3/det tidak terdapat penampungan pada kolam retensi (Tabel 11).

Tabel 11: Volume inflow penampungan dengan pompa Kumulatif waktu (menit) Kumulatif Volume (m3) Volume Kumulatif Pompa (m3)

Volume yang Ditampung (m3) 0,611 m3/det 0,611 m3/det 0,00 0,00 36,66 0,00 1,00 5,94 73,32 -30,72 2,00 23,76 109,98 -49,56 3,00 53,49 146,64 -56,49 4,00 95,13 184,39 -51,51 5,03 150,44 219,95 -33,95 6,00 204,74 256,61 -15,21 7,00 252,95 293,27 -3,66 8,00 293,27 329,93 0,00 9,00 325,67 366,59 -4,26 10,00 350,15 403,25 -16,44 11,00 366,74 439,91 -36,51 12,00 375,44 461,90 -64,47 12,60 376,86 476,57 -85,04 13,00 376,86 36,66 -99,70 MAX 0,00

Saluran inlet kolam retensi berada pada elevasi +8,73 m dengan kolam retensi berada pada elevasi +7,70 m serta pompa diletakkan setara dengan elevasi puncak kolam retensi

(13)

142

(+8,72 m) yang nantinya air yang melimpas dari kolam retensi akan diteruskan melalui pompa ke saluran pembuang yang berada pada elevasi +9,08 m (Gambar 3).

Gambar 3: Skema inlet, outlet dan kolam retensi 3.4 Efektivitas Kolam Retensi dengan Pompa dalam Mereduksi Banjir

Efektivitas kolam retensi dalam mereduksi banjir diperlukan untuk mengetahui seberapa efektif perencanaan kolam retensi guna mereduksi banjir. Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa kolam retensi efektif mereduksi genangan sebesar 13,5% (Tabel 12).

Tabel 12: Volume inflow penampungan dengan pompa

h talud h pasar apung h penampungan banjir luas kolam retensi volume kolam retensi volume kumulatif pompa volume inflow Saluran R53 volume Saluran R53 efektivitas reduksi genangan 1,02 0,75 0,27 11231,12 3030,21 476,57 376,86 117,28 13,5% 3.5 Rancangan Anggaran Biaya

Dalam proses pembangunan kolam retensi terdapat dua pekerjaan, yaitu pekerjaan persiapan dan pekerjaan konstruksi kolam retensi [10]. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai total RAB adalah sebesar Rp824.728.000,00 sudah termasuk PPN (Tabel 13).

Tabel 13: Total rancangan anggaran biaya pembangunan kolam retensi

No Uraian Pekerjaan Kode Volume Satuan Harga Satuan (Rp)

Jumlah Harga (Rp) I Pekerjaan Persiapan

1 Penyediaan direksi keet LA.02 18 m2 1.767.727,79 31.819.100,22

2 Pemasangan Patok T.03.a 882,60 m 8.094,16 7.143.905,62 3 Pagar pengaman A.2.2.1.1 1.568,00 m2 94.234,19 147.759.211,88

Jumlah Pekerjaan Persiapan 175.982.367,72 II Pekerjaan Kolam Retensi

1 Pembersihan lahan T.01.a 11.231,12 m2 4.157,37 46.691.865,20

2 Galian tanah TM.04.a.2 2.156,85 m3 43.975,17 94.847.849,73

3 Penimbunan tanah TM.02.c 9,84 m3 22.735,77 223.719,99

4 Pengukuran kembali T.02.a. 838,70 m 3.425,16 2.873.106,85 5 Pengangkutan sisa galian TM.02.b.2 2.147,01 m3 52.268,65 112.221.314,24

6 Pasangan batu P.01.b.2 470,23 m3 625.753,64 294.249.385,64

7 Plesteran P.04.e 251,91 m2 89.954,27 22.660.378,90

Jumlah Pekerjaan Kolam Retensi 573.770.620,55 Total Biaya Pekerjaan Keseluruhan 749.752.988,26 Pajak PPN:10% 74.975.298,83 Jumlah Total RAB 824.728.287,09 Jumlah Total RAB setelah Dibulatkan 824.728.000,00

(14)

143

4. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan sebelumnya, debit banjir yang akan masuk ke kolam retensi pada Perumahan Grand Arfa Wulandira adalah sebesar 0,997 m3/detik, dengan kedalaman

yang dibutuhkan untuk mengatasi debit banjir serta kedalaman yang difungsikan untuk pasar apung dengan luas cekungan yang tersedia sebesar 11.231,12 m2 adalah sebesar 1,02

m. Dengan demikian, volume kolam retensi yang dibutuhkan adalah sebesar 11.453,55 m3.

Kapasitas debit pompa yang dapat digunakan sebagai outlet dari kolam retensi adalah dengan kapasitas debit sebesar 0,611 m3/detik, dengan anggaran biaya yang diperlukan

biaya total pembangunan kolam retensi sebesar Rp824.728.000,00 sudah termasuk PPN.

Daftar Pustaka

[1] S. Sarbidi, “Kajian Subreservoir Air Hujan pada Ruang Terbuka Hijau dalam Mereduksi Genangan Air (Banjir) ISSN:1907-4352,” Jurnal Pemukiman, Vol. 7 No. 3 November. 2012.

[2] Kementerian Pekerjaan Umum, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

12/PRT/M/2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Jakarta:

Sekretariat Negara, 2014.

[3] Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Tata Cara Perencanaan,

Pelaksanaan, Operasi dan Pemeliharaan Sistem Pompa. Jakarta: Kementerian

PUPR, 2016.

[4] Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rayat Nomor 28/PRT/M/2016 Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Jakarta:

Sekretariat Negara, 2016.

[5] Tata Cara Penghitungan Hujan Maksimum Boleh Jadi dengan Metode Hersfield,

Standar Nasional Indonesia 7746, 2012.

[6] Tata Cara Perhitungan Debit Banjir Rencana, Standar Nasional Indonesia 2415,

2016.

[7] L.M. Limantara, Hidrologi Praktis. Bandung, Lubuk Agung. 2010.

[8] Kustamar, Sistem Drainase Perkotaan Pada Kawasan Pertanian, Urban, dan

Pesisir. Malang: Penerbit Dream Litera, 2019.

[9] Adiwijaya, Modul Perencanaan Drainase Permukaan Jalan. Bandung, 2016.

[10] Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Diklat Teknis Penanganan

Drainase Jalan Modul 4: Perencanaan Sistem Polder dan Kolam Retensi. Jakarta:

Gambar

Gambar 1: Peta kondisi daerah studi (Google Earth) Berikut merupakan data yang digunakan pada studi ini antara lain:
Tabel 6: Hasil perhitungan debit banjir rancangan Saluran R53  Saluran  Elevasi Awal
Gambar 3: Skema inlet, outlet dan kolam retensi 3.4  Efektivitas Kolam Retensi dengan Pompa dalam Mereduksi Banjir

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan studi akan diawali dengan pelaksanaan survei lapangan, yang mana pada tahap ini akan dilakukan pengukuran laju infiltrasi menggunakan double ring infiltrometer

Intake kiri merupakan intake eksisting yang tidak mengalami perubahan desain apapun dari yang sebelumnya. Sehingga untuk pemodelan kantong lumpur intake kiri hanya

Pada studi ini, diperlukan analisis debit banjir rancangan kala ulang 25 tahun (Q 25 ) untuk menganalisis tinggi muka air banjir existing dengan aplikasi HEC-RAS

Dalam perencanaan sebuah saluran spillway perlu juga dilakukan penentuan ambang yang digunakan, serta kolam olak yang digunakan sesuai perhitungan agar sebuah saluran tidak

Urutan skala prioritas untuk alternatif pada peringkat pertama adalah DI Sumber Gogosan dan selanjutnya adalah DI Selokambang, sedangkan untuk kriteria pada peringkat

Studi ini ditujukan untuk membuat optimasi penentuan waktu dan biaya dalam manajemen konstruksi dengan menggunakan dua alternatif yaitu alternatif penambahan

Pada studi ini membahas tentang penjadwalan dan pembiayaan menggunakan 3 alternatif yang mencakup analisa produktifitas alat berat, durasi proyek, kebutuhan jumlah sumber

Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6, diperoleh model prediksi dari alternatif variabel terbaik berasal dari alternatif variabel 2, yaitu prediksi laju