• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya JTRESDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022) p Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya JTRESDA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/

*Penulis korespendensi: bim707bim@gmail.com

Penentuan Skala Prioritas Kondisi Fisik Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Selokambang & Daerah Irigasi Sumber Gogosan di Kabupaten Lumajang dengan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Metode Analytic Network Process (ANP)

Bimantio Fariz Nugroho1*, Sri Wahyuni1, Tri Budi Prayogo1

1 Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Jalan MT. Haryono No. 167, Malang, 65145, INDONESIA

*Korespondensi Email: bim707bim@gmail.com

Abstract: Selokambang Irrigation Area and Sumber Gogosan Irrigation Area where located at Lumajang regency included in the irrigation area that to be rehabilitated by the government, the existing physical conditions in these two irrigation areas, there was a lot of damage to the channels and structures. The purpose of this research used to determining the priority scale of the physical condition so that the rehabilitation will be effectively and efficiently. The priority scale order obtained by using Analytic Hierarchy Process (AHP) method and Analytic Network Process (ANP) method. the results of this research, obtained the priority scale based on criteria the first order is Main Structure, then Off-Taking Channels, and Complementary Structures. based on alternatives the first order is Sumber Gogosan Irrigation Area then Selokambang Irigation Area. The main structure on Sumber Gogosan Irrigation Area becoming the priority of rehabilitation with estimated cost Rp.

135.100.00,00.

Keywords: Hierarchy, Irrigation, Network, Physical condition, Priority scale.

Abstrak: Daerah Irigasi Selokambang dan Daerah Irigasi Sumber Gogosan yang berlokasi di Kabupaten Lumajang termasuk ke dalam Daerah Irigasi yang menjadi program rehabilitasi oleh Pemerintah, kondisi fisik yang ada pada kedua Daerah Irigasi ini terjadi banyak kerusakan pada saluran dan bangunannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui urutan skala prioritas fisik irigasi agar rehabilitasi yang dilakukan efektif dan efisien. Urutan skala prioritas didapatkan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Analytic Network Process (ANP). Hasil dari penelitian ini didapatkan urutan skala prioritas yang sama dari kedua metode yaitu berdasarkan kriteria didapatkan urutan pertama adalah Bangunan Utama, dilanjutkan oleh Saluran Pembawa, dan Bangunan pada Saluran Pembawa.

Berdasarkan alternatif didapatkan urutan pertama adalah Daerah Irigasi

(2)

356 Sumber Gogosan, dan selanjutnya adalah Daerah Irigasi Selokambang.

Bangunan terpilih yang menjadi prioritas adalah Bangunan Utama pada Daerah Irigasi Sumber Gogosan dengan perkiraan biaya rehabilitasi sebesar Rp 135.100.000,00.

Kata kunci: Hirarki, Irigasi, Kondisi Fisik, Network, Skala prioritas.

1. Pendahuluan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 menempatkan ketahanan pangan ke dalam poin memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas. Ketahanan pangan dapat dicapai dengan berbagai cara, salah satunya adalah meningkatkan kuantitas produksi pangan dengan cara merehabilitasi jaringan irigasi.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP), Daerah Irigasi (DI) Selokambang dan DI Sumber Gogosan adalah DI yang menjadi program untuk dilaksanakannya rehabilitasi di Kabupaten Lumajang. Kondisi yang ada pada kedua DI tersebut adalah rusaknya lining saluran, runtuhnya tanggul pada saluran dan bangunan, serta kurangnya kelengkapan fasilitas pada bangunan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan urutan skala prioritas kondisi fisik yang nantinya akan dapat digunakan sebagai referensi pihak terkait untuk melakukan rehabilitasi, supaya rehabilitasi yang dilakukan dapat terlakasana dengan efektif dan efisien. Pada penelitian ini digunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan metode Analytic Network Process (ANP). Metode AHP membantu dalam menentukan prioritas dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan berdasarkan struktur hirarki [1], sementara ANP menggunakan pendekatan jaringan tanpa harus menetapkan hirarki seperti yang digunakan dalam AHP [2]. Perhitungan dengan dua metode ini dibantu menggunakan software Super Decision 2.10.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang penentuan skala prioritas kondisi fisik irigasi dengan berbagai metode, seperti penelitian dari Darwinto yaitu penentuan skala prioritas kinerja fisik jaringan irigasi pada daerah irgasi semen krinjo dengan metode AHP dan ANP [3]. Penelitian juga dilakukan oleh Afandi yaitu penilaian kondisi fisik jaringan irigasi sumber nangka kecamatan kalisat kabupaten Jember dengan metode AHP [4], Nugraha dalam penelitiannya yaitu studi penentuan prioritas perbaikan aset irigasi di Daerah Irigasi Kedungrejo [5], dan Devara yaitu penerapan manajemen aset untuk meningkatkan Kinerja jaringan irigasi (studi kasus: Daerah Irigasi Kedung Putri, Kabupaten Ngawi, Jawa timur) [6].

2. Bahan dan Metode

2.1 Bahan

2.1.1 Daerah Studi

Lokasi studi berada di Kabupaten Lumajang yaitu DI Selokambang yang berlokasi di Kecamatan Sumbersuko dengan luas 409 Ha dan DI Sumber Gogosan yang berlokasi di Kecamatan Kunir dengan luas 429,3 Ha. Kedua Daerah tersebut memiliki persamaan yaitu

(3)

357

sumber air yang digunakan adalah mata air. Pada Daerah Irigasi Selokambang selain digunkan untuk irigasi, mata air tersebut juga digunakan untuk kolam wisata. Akses lokasi untuk kedua daerah studi ini tergolong mudah dijangkau karena terletak dekat dengan akses jalan raya serta pemukiman warga.

Gambar 1: Peta DI Selokambang

Gambar 2: Peta DI Sumber Gogosan

(4)

358 2.2 Metode

2.2.1 Penilaian Kondisi Fisik Irigasi

Penilaian kondisi fisik irigasi mengacu pada Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Irigasi yang diatur oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2018.

Penilaian dilakukan berdasarkan hasil Inventarisasi yang memuat kondisi aktual pada DI terkait. Pada studi ini penilaian dibagi menjadi:

a. Saluran Pembawa b. Bangunan Utama

c. Bangunan pada Saluran Pembawa (Bangunan Pengatur, Bangunan Ukur, Bangunan Pelengkap)

2.2.2 Perhitungan Skala Prioritas

Perhitungan skala prioritas menggunakan dua metode yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytic Network Process (ANP). Langkah pengerjaan dari kedua metode tersebut hampir sama, yaitu pertama membuat struktur yang berisikan tujuan, kriteria dan alternatif. Langkah selanjutnya yaitu mengisi nilai bobot kepentingan yang didasarkan hasil penilaian. Dilanjutkan dengan menghitung nilai matriks dan consistency ratio (cr). Pada metode ANP perbedaanya adalah adanya perhitungan supermatriks.

Struktur pada metode AHP dan ANP terdiri atas tiga susunan utama , yaitu tujuan, kriteria dan alternatif [7]. Pada metode AHP struktur bersifat hirarki sedangkan pada ANP struktur bersifat jaringan, yang artinya pada metode AHP terikat dengan susunan tingkat kepentingan sedangkan pada metode ANP tidak terpengaruh akan hal tersebut [8]. Struktur pada metode AHP dan ANP dalam studi ini dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3: Struktur pada Metode AHP dan ANP

Pembobotan dilakukan untuk memberikan pembobotan kepentingan antar elemen [9]

, dalam hal ini aset irigasi. Pembobotan disajikan dalam skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 [10], pada studi ini diterapkan pembobotan melalui range atau selisih nilai dan dipakai tingkat pembobotan kepentingan 3 sampai 7. Parameter selisih perbandingan nilai kondisi untuk pembobotan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1: Parameter Selisih Perbandingan Nilai Kondisi

Range (%) Bobot Uraian

0 – 5 3 Sedikit Lebih Penting

5,1 – 10 5 Lebih Penting

10,1 – 15 7 Sangat Penting

(5)

359

2.2.3 Perhitungan Perkiraan Biaya Rehabilitasi

Perhitungan perkiraan biaya pada studi ini mengacu pada kerusakan yang terjadi dan kekurangan yang ada pada bangunan, tanpa memperhitungkan secara detail teknis bangunan secara hidrolika maupun struktur. Bangunan terpilih yang dihitung perkiraan biayanya adalah bangunan yang menjadi peringkat pertama dari aspek kriteria dan alternatif kedua metode. Perhitungan biaya didasarkan pada Harga Satuan Pekerjaan Kabupaten Lumajang.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil Penilaian Kondisi Fisik Irigasi

Hasil penilaian terbagi menjadi tiga, yaitu Saluran Pembawa, Bangunan Utama, dan Bangunan pada Saluran Pembawa pada masing-masing DI. Klasifikasi nilai kondisi fisik dibagi menjadi berikut:

a. Kondisi Baik Sekali : (90 - 100%) b. Kondisi Baik : (80 – 89%) c. Kondisi Sedang : (60 – 79%)

Tabel 2: Hasil Penilaian Kondisi Fisik

Aset Irigasi Nilai (%) Kondisi

Bangunan Utama ( DI Selokambang) 68,97 Sedang

Bangunan Utama ( DI Sumber Gogosan) 64,83 Sedang

Saluran Pembawa (DI Selokambang) 76,63 Sedang

Saluran Pembawa (DI Sumber Gogosan) 72,54 Sedang

Bangunan pada Saluran Pembawa ( DI Selokambang) 82,54 Baik Bangunan pada Saluran Pembawa ( DI Sumber Gogosan) 75,06 Sedang

Selanjutnya nilai tersebut dirata-rata untuk menyesuaikan dengan perhitungan pada metode AHP dan ANP. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3: Rata-rata Penilaian

Aset Irigasi Nilai (%) Kondisi

Bangunan Utama 66,90 Sedang

Saluran Pembawa 74,44 Sedang

Bangunam pada Saluran Pembawa 78,80 Sedang

DI Selokambang 75,95 Sedang

DI Sumber Gogosan 70,81 Sedang

3.2 Hasil Perhitungan Skala Prioritas

Hasil perhitungan skala prioritas dengan metode AHP dan ANP dibagi berdasarkan alternatif dan kriteria. Hasil urutan skala prioritas dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5.

Tabel 4: Hasil Urutan Berdasarkan Alternatif

No Urutan Nilai Total AHP Nilai Total

ANP

1 DI Sumber Gogosan 0,38 0,25

2 DI Selokambang 0,12 0,08

(6)

360 Tabel 5: Hasil Urutan Berdasarkan Kriteria

No Urutan Nilai Total AHP Nilai Total ANP

1 Bangunan Utama 0,37 0,49

2 Saluran Pembawa 0,09 0,13

3 Bangunan pada Saluran Pembawa 0,04 0,05

3.3 Hasil Perhitungan Perkiraan Biaya

Perhitungan perkiraan biaya dilakukan pada bangunan terpilih yang menjadi prioritas perbaikan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan kedua metode didapatkan peringkat pertama pada alternatif adalah DI Sumber Gogosan dan pada kriteria adalah Bangunan Utama. Maka dari itu bangunan utama pada DI Sumber Gogosan yang dihitung perkiraan biayanya. Bangunan utama pada DI Sumber Gogosan berupa Broncaptering, berdasarkan kerusakan dan kekurangan yang ada didapatkan Rencana Anggaran Biaya sebagai berikut:

Tabel 6: Rencana Anggaran Biaya Perbaikan Broncaptering Sumber Gogosan

No Uraian Satuan Vol harga satuan

(Rp)

jumlah harga (Rp)

I General Item 32,462,000.00

1 Pengukuran ls 1.00 5,962,000.00 5,962,000.00 2 Sistem Manajemen K3 ls 1.00 26,500,000.00 26,500,000.00

II Pembangunan Tanggul 56,348,435.28

1 Bongkaran pasangan lama m3 16.5 1,738,000.00 28,677,000.00 2 pasangan batu kali m3 16.5 1,658,214.80 27,360,544.20 3 plesteran 1:3 m3 0.305 1,019,315.00 310,891.08

III Pekerjaan Pintu 22,893,500.00

1 Penggantian pintu Intake (B) buah 2 11,400,000.00 22,800,000.00 2 Pengecatan pintu penguras C3 m2 0.4 233,750.00 93,500.00

IV Pembangunan Pagar 685,399.00

1 Pagar kawat berduri m2 20 34,269.95 685,399.00

V Pekerjaan Pemeliharaan 10,385,941.88

1 Pengerukan sedimen m3 96 87,370.00 8,387,520.00 2 Pembersihan vegetasi dan sampah m2 20 70,125.00 1,402,500.00 3 pemasangan papan operasi buah 1 204,713.00 145,921.88 4 pemasangan mistar ukur buah 1 450,000.00 450,000.00

Tabel 7: Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya

No Uraian Jumlah harga (Rp)

I General Item 32,462,000.00

II Pembangunan Tanggul 56,348,435.28

III Pekerjaan Pintu 22,893,500.00

IV Pembangunan Pagar 685,399.00

V Pekerjaan Pemeliharaan 10,385,941.88

Jumlah biaya pekerjaan 122,775,276.15

ppn 10% 135,052,803.77

pembulatan 135,100,000.00

(7)

361

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi, dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi fisik DI Selokambang dalam kondisi sedang pada Bangunan Utama dengan nilai 68,97%, kondisi sedang pada Saluran Pembawa dengan nilai 76,63%, dan kondisi baik pada Bangunan pada Saluran Pembawa dengan nilai 82,54%. Sedangkan untuk DI Sumber Gogosan berada dalam kondisi sedang pada Bangunan Utama dengan nilai 64,83%, kondisi sedang pada Saluran Pembawa dengan nilai 72,54% dan kondisi sedang pada Bangunan pada Saluran Pembawa dengan nilai 75,06%.

Hasil perhitungan skala prioritas menunjukkan hasil yang sama dari kedua metode dengan nilai yang berbeda. Urutan skala prioritas untuk alternatif pada peringkat pertama adalah DI Sumber Gogosan dan selanjutnya adalah DI Selokambang, sedangkan untuk kriteria pada peringkat pertama adalah Bangunan Utama, dilanjutkan oleh Saluran Pembawa dan pada peringkat terakhir adalah Bangunan pada Saluran Pembawa

Perhitungan biaya perbaikan mengacu pada hsil perhitungan kedua metode, yang mana Bangunan Utama pada DI Sumber Gogosan yang terpilih menjadi aset irigasi yang diprioritaskan untuk dilakukannya perbaikan dengan biaya sekitar Rp.135.100.000,00.

Daftar Pustaka

[1] H. D. Atmanti, “Anlytical Hierarchy Process Sebagai Model yang Luwes,” Insa. 5, p. 17, 2008.

[2] M. Yulianti, “Mega Yulianti, 2013 Penerapan Metode Analytic Network Procces (ANP) Dan Technique For Order Preference By Similarity To Idel Solution (TOPSIS) Dalam Pemilihan Supplier Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu,” UPI Digit. Repos., pp. 14–29, 2013, [Online]. Available: http://repository.upi.edu/2941/.

[3] P. S. Darwinto, R. W. Sayekti, and S. Wahyuni, “Penentuan Skala Prioritas Kinerja Fisik Jaringan Irigasi Pada Daerah Irigasi Semen Krinjo Dengan Metode Analytic Hierarchy Process (Ahp) Dan Metode Analytic Network Process (Anp),” J. Mhs.

Jur. Tek. Pengair., vol. 4, no. 1, p. 8, 2020.

[4] H. P. F. Afandi, M. Ismoyo, “Penilaian Kondisi Fisik Jaringan Irigasi Sumber Nangka Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP),” Univ. Brawijaya, 2012.

[5] Y. P. Nugraha et al., “STUDI PENENTUAN PRIORITAS PERBAIKAN ASET

IRIGASI DI DAERAH IRIGASI KEDUNGREJO KECAMATAN

PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN,” J. Tek. Pengair., 2019.

[6] K. Devara; S.Wahyuni; T. B. Parayogo; “PENERAPAN MANAJEMEN ASET UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN IRIGASI (STUDI KASUS:

DAERAH IRIGASI KEDUNG PUTRI, KABUPATEN NGAWI, JAWA TIMUR),” J. Tek. Pengair., 2019.

[7] E. W. S. Putri, D. Harisuseno, and E. Purwati, “Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi Jragung Kabupaten Demak,” J. Tek. Pengair., vol. 6, no. 1, pp. 66–75, 2015,

(8)

362

[Online]. Available:

https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/228.

[8] P. T. Pungkasanti and T. Handayani, “Penerapan Analytic Network Process (Anp) Pada Sistem Pendukung Keputusan,” J. Transform., vol. 14, no. 2, p. 66, 2017, doi:

10.26623/transformatika.v14i2.437.

[9] D. Walangare, R. Delima, and . R., “Sistem Prediksi Pertandingan Sepak Bola dengan Metode AHP,” Informatika, vol. 8, no. 1, pp. 181–188, 2012.

[10] T. L. Saaty, “How to make a decision: The analytic hierarchy process,” Eur. J. Oper.

Res., vol. 48, no. 1, pp. 9–26, 1990, doi: 10.1016/0377-2217(90)90057-I.

Gambar

Gambar 1: Peta DI Selokambang
Gambar 3: Struktur pada Metode AHP dan ANP

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diperlukan dalam studi ini adalah data pola tata tanam eksisting, data debit sungai, data klimatologi, data curah hujan, dan skema jaringan irigasi.. Pada mulanya, data

Pada metode PSTEK data yang digunakan berupa profil dari Daerah Irigasi Ketapang Barat, lingkup sosial Daerah Irigasi Ketapang Barat, teknik di Daerah

Adapun tujuan dari studi ini adalah memperoleh rancangan distribusi air bersih di Perumahan Grand Arfa Wulandira guna memenuhi kebutuhan air bersih dari penduduknya,

Lahan vegetasi memiliki pola laju infiltrasi tertinggi kedua setelah pemukiman (kelas cepat sampai sangat cepat) pada saat pengukuran terdapat tanaman besar serta

Dapat dilihat pada Tabel 5 memperlihatkan hasil perhitungan nilai erosi yang diklasifikasikan sesuai dengan pembagian kelas erosi sehingga didapatkan peta tingkat bahaya erosi

Intake kiri merupakan intake eksisting yang tidak mengalami perubahan desain apapun dari yang sebelumnya. Sehingga untuk pemodelan kantong lumpur intake kiri hanya

Pada studi ini, diperlukan analisis debit banjir rancangan kala ulang 25 tahun (Q 25 ) untuk menganalisis tinggi muka air banjir existing dengan aplikasi HEC-RAS

Tujuan dari studi ini yaitu untuk mengetahui mengetahui analisa banjir pada Desa Jono dan Desa Tambak Beras, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, mengetahui dimensi