• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERFORMANSI PRODUKSI NAUPLIUS UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) di BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BBPBAP) JEPARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERFORMANSI PRODUKSI NAUPLIUS UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) di BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BBPBAP) JEPARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

53 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 3, No. 1, 2022

PERFORMANSI PRODUKSI NAUPLIUS UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) di BALAI BESAR PERIKANAN

BUDIDAYA AIR PAYAU (BBPBAP) JEPARA

Annisa’ Bias Cahyanurani dan Anin Ariska Dowansiba e-mail: annisacahyanurani@gmail.com

Program Studi Teknik Budidaya Perikanan, Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo

ABSTRAK

Budidaya udang vannamei yang semakin berkembang membuat permintaan akan benih yang berkualitas juga semakin meningkat. Hingga saat ini, benur yang diproduksi hatchery belum dapat memenuhi kebutuhan yang ada.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa produksi nauplius pada Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara. Metode yang digunakan adalah metode survei, melalui observasi, dokumentasi, wawancara serta partisipasi langsung dalam kegiatan produksi nauplius udang vannamei.

Parameter yang diamati selama kegiatan budidaya meliputi data panjang dan berat indukan, parameter kualitas air dan tahapan perkembangan telur (embyogenesis) serta derajat penetasan (hatching rate (%). Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa reproduksi induk yang diamati menghasilkan 10.080.000 butir telur dari 60 ekor induk betina, jumlah naupli 8.640.000 ekor dan derajat penetasan 85,71%.

Perkembangan telur hingga menjadi nauplius melalui fase embryogenesis mulai dari fase pembelahan sel hingga ke tahap morula, blastula, gastrula dan organogenesis. Telur menetas kurang lebih 9-11 jam. Kualitas air meliputi suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut pada bak induk dan bak penetasan masih dalam kisaran yang optimal untuk mendukung pertumbuhan induk dan proses penetasan telur (produksi nauplius).

Kata kunci: nauplius, udang vannamei, reproduksi, embryogenesis

ABSTRACT

The growing vannamei shrimp culture makes the demand for quality seeds also increase. Until now, the fry produced by the hatchery have not been able to meet the existing needs. This study aims to determine the performance of nauplius production at the Center for Brackish Water Aquaculture (BBPBAP) Jepara. The method used is a survey method, through observation, documentation, interviews and direct participation in the production of vannamei shrimp nauplius. Parameters observed during cultivation activities included data on length and weight of brooders, parameters of water quality and stages of egg development (embryogenesis) and hatching rate (%). The result showed that reproductive performance of the broodstock resulted in produced 10,080,000 eggs from 60 broods, the number of naupli was 8,640,000 and the hatching rate was 85.71%.The development of eggs to become nauplius went through the embryogenesis phase starting from the cell division phase to the morula, blastula,

(2)

54 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 3, No. 1, 2022

gastrula and organogenesis stages. The eggs will hatch in approximately 9-11 hours. Water quality including temperature, salinity, pH and dissolved oxygen in broodstock tanks and hatcheries were still in the optimal range to support broodstock growth and the egg hatching process (nauplius production).

Keywords: nauplius, vannamei shrimp, reproduction, embryogenesis

PENDAHULUAN

Udang vannamei merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang terus ditingkatkan produksinya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan pasar ekspor (Zaidy et al., 2021).

Keunggulan udang vannamei antara lain: reponsif terhadap pakan/nafsu makan yang tinggi, lebih tahan terhadap serangan penyakit dan kualitas lingkungan yang buruk, pertumbuhan lebih cepat, tingkat kelangsungan hidup tinggi, padat tebar cukup tinggi, dan waktu pemeliharaan yang relatif singkat yakni sekitar 90-100 hari per siklus (Sugiman, 2021; Suseno et al., 2021;

Ghufron et al., 2017; Purnamasari et al., 2017).

Produksi udang nasional tahun 2015-2019 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan kenaikan rata-rata sebesar 14,86%

(Ditjen Perikanan Budidaya, 2019).

Tingginya permintaan terhadap udang vannamei ke berbagai negara seperti Jepang, Amerika Serikat, dan negara Uni Eropa menuntut produksi udang vannamei agar dapat terus ditingkatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar tersebut (Asnawi et al., 2021). Permintaan terhadap udang vannamei baik di pasar lokal maupun internasional yang tinggi membuat usaha budidaya udang vannamei memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan.

Semakin berkembangnya budidaya udang vannamei membuat permintaan akan benih yang berkualitas juga semakin meningkat.

Kualitas benih memegang peranan

penting pada keberhasilan udang vannamei (Suseno, et al., 2021).

Hingga saat ini, benur yang diproduksi hatchery belum dapat memenuhi kebutuhan yang ada, hal ini diakibatkan masih tingginya tingkat mortalitas benih udang di sentra pembenihan yang disebabkan beberapa faktor seperti penurunan kualitas air (Purwono et al., 2012;

Sunaryo et al., 2018). Kendala dalam kegiatan produksi nauplius lainnya adalah kurangnya stok induk udang yang berkualitas, makanan yang kurang cocok, teknik pemeliharaan larva, dan pengelolaan yang belum memadai. Hal ini menyebabkan benih yang diproduksi memiliki kualitas yang rendah (Afrianto &

Muqsith, 2014; Anam et al., 2016;

Ramadhanthie et al., 2021).

Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan kajian terkait teknik produksi nauplius udang vannamei (Litopenaeus vannamei) sebagai upaya untuk mengoptimalkan ketersediaan benih yang berkualitas bagi para petambak serta untuk mengetahui performa produksi nauplius pada Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara.

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian Studi ini dilaksanakan selama 2 bulan, bulan Oktober sampai November 2019 di Unit Pembenihan Udang, Balai Besar Perikanan

(3)

55 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 3, No. 1, 2022 Budidaya Air Payau (BBPBAP)

Jepara, Jawa Tengah.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei.

Pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, wawancara serta partisipasi langsung dalam kegiatan produksi naupli. Kegiatan operasional dalam produksi nauplius meliputi persiapan media, manajemen induk udang, proses pemijahan, penetasan telur panen, dan panen naupli.

1. Persiapan Wadah Budidaya Wadah media produksi naupli udang vannamei di BBPBAP Jepara, meliputi bak pemeliharaan induk, bak pemijahan dan bak penetasan telur.

Bak pemeliharaan induk terdiri dari bak induk jantan dan betina dengan ukuran 5×5×1 m, bak pemijahan berukuran 5×5×1 m dan bak penetasan telur berukuran 3×3×1 m.

Sebelum bak digunakan dilakukan pembersihan bak yang bertujuan untuk membersihkan seluruh bak budidaya agar terhindar dari bakteri dan patogen lain yang dapat mengganggu proses budidaya.

Persiapan yang dilakukan dengan pemberian kaporit dengan dosis 100

ppm untuk membunuh

mikroorganisme patogen dalam bak (Rakhfid et al., 2017), setelah itu bak dibilas dengan air tawar dan dikeringkan selama 1 minggu.

2. Pemasangan aerasi.

Aerasi di pasang pada seluruh bak yang digunakan dalam wadah pembenihan udang vannamei. Pada bak pemeliharaan induk dan bak penetasan telur masing-masing diberikan aerasi sebanyak 15 titik. Pemberian aerasi dilakukan terus-menerus selama 24 jam, menggunakan mesin listrik 6 PK dan tangki udara yang cukup untuk memenuhi kebutuhan 50 kolam.

3. Pengisian Air Media

Air laut yang digunakan harus jernih dan tidak tercemar oleh Escherichia coli dan logam berat serta telah dilakukan pengujian kualitas air. Air laut sudah dalam keadaan steril melalui proses sterilisasi menggunakan filter mekanis yang diisi dengan arang dan pasir silika sebagai penyaring partikel besar maupun kecil yang masuk bersamaan dengan air. Air yang sudah melalui filter mekanis akan langsung dialirkan ke tower dan siap untuk dialirkan ke dalam bak induk sampai dengan ketinggian 60 cm dan diberikan aerasi.

4. Penanganan Induk

Penanganan induk diberikan kepada indukan yang baru datang.

Induk yang baru datang di aklimatisasi. Dilakukan juga pengamatan kondisi induk. Bila induk sudah mulai segar dapat diberi makan berupa cacing laut dan cumi- cumi. Kemudian induk dipelihara di dalam bak induk selama 5-7 hari sebelum dilakukan ablasi. Ablasi dilakukan setelah banyak indukan yang sudah moulting. Biasanya ablasi dilakukan pada pagi hari.

Tujuan ablasi adalah untuk menghilangkan organ X yang berada di bagian mata udang. Ablasi merupakan proses pemotongan salah satu tangkai mata udang yang terdapat organ X sebagai penghasil hormon penghambat pematangan gonad (Gonade Inhibiting Hormone/GIH). Jika organ X sudah tidak ada, maka organ Y yang terletak di kepala dapat menghasilkan hormon perangsang pembentukan gonad (Gonade Stimulating Hormone/GSH) secara optimal sehingga proses pematangan gonad dapat berlangsung lebih cepat (Abdunnasir, 2018).

5. Pengadaan Induk

Induk vannamei yang

(4)

56 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 3, No. 1, 2022 digunakan adalah induk vannamei

Nusantara 1 (N1) yang berasal dari pengembangan Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan

(BPIU2K) Karangasem Bali.

Karakteristik induk yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 . Karakteristik Induk Udang Vannamei

Ciri-ciri Induk Jantan Induk Betina

Umur (bulan) 8 8

Berat (gram) 32-55 40-50

Panjang tubuh (cm) 16-19 17-18

Organ tubuh Baik dan bebas penyakit Baik dan bebas penyakit Monitoring perkembangan

panjang dan berat induk dilakukan 1 bulan sekali dengan tujuan untuk mengetahui jumlah induk yang masih tersisa dalam bak pemeliharaan dan juga untuk menentukan dosis pakan yang akan diberikan pada induk udang vannamei.

6. Aklimatisasi Induk

Induk yang baru datang dibawa ke ruangan pemeliharaan induk.

Proses aklimatisasi induk udang meliputi aklimatisasi terhadap salinitas dan suhu. Aklimatisasi dilakukan dengan mengurangi air pada kotak (boks) indukan dan ditambahkan air sedikit demi sedikit dari bak pemeliharaan sampai suhu dan salinitasnya sama. Induk diaklimatisasi terlebih dahulu berupa suhu dan salinitas yang dilakukan dengan cara memasukan ember berisi induk ke dalam bak pemeliharaan induk dan air bak perlahan-lahan dimasukan ke dalam ember hingga induk keluar dengan sendirinya (Anam et al., 2016).

7. Pemberian Pakan Induk Pemberian pakan merupakan salah satu kegiatan yang menentukan keberhasilan suatu usaha pembenihan karena pemberian pakan harus tepat agar induk dapat menghasilkan telur yang banyak dan berkualitas. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Jenis pakan yang diberikan pada induk udang

vannamei (Litopenaeus vannamei) adalah pakan segar berupa cumi, kerang dan cacing. Kandungan protein pada cacing laut yaitu 56,29%

dan kandungan lemaknya 11,32%

dan cumi serta kerang juga memiliki protein cukup tinggi yaitu 51,66% dan lemak 12,19% sehingga dapat merangsang kematangan gonad indukan betina dan jantan udang vannamei.

Pemberian cumi-cumi, kerang- kerangan dan cacing laut (Nereis sp.) ini bertujuan untuk memacu pematangan gonad baik induk jantan maupun betina karena kandungan protein yang sangat tinggi (Muflikhun, 2021). Pakan cumi-cumi dan kerang dalam bentuk beku sedangkan cacing yang digunakan adalah cacing segar yang diperoleh dari pengumpul cacing dan biasa didatangkan pada sore hari. Jumlah pakan yang diberikan dengan dosis 40% dari total berat biomasa (Atikah et al., 2018) dimana 40% untuk cumi- cumi dan kerang pada pagi hari dan 60% untuk cacing pada sore hari.

8. Monitoring Kualitas Air Induk

Manajemen kualitas air dilakukan dengan cara melakukan pergantian air. Pergantian air dilakukan agar kualitas air selalu terjaga. Air pada media pemeliharaan selalu mengalami sirkulasi 100%, sehingga air akan tetap jernih dan kualitas air tetap terjaga. Pada induk betina dilakukan

(5)

57 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 3, No. 1, 2022 pergantian pada pagi hari sebanyak

50% dan siang hari 50% bersamaan dengan sampling induk betina, sedangkan induk jantan dilakukan pergantian 50% pada pagi hari dan 50% pada malam hari bersamaan dengan mengambil induk betina yang terbuahi. Pengukuran kualitas air di Unit Pembenihan Udang BBPBAP Jepara meliputi suhu, pH, salinitas, dan oksigen terlarut. Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal persiapan dan jika terjadi perubahan keadaan yang sangat signifikan.

9. Penetasan Telur

a. Persiapan bak penetasan telur Persiapan bak penetasan telur dilakukan dengan pencucian bak kemudian dilakukan pengisian air yang sudah diberi kaporit 30 ppm untuk membunuh mikroorganisme patogen, natrium thiosulfate dengan dosis 30 ppm untuk menetralkan kaporit, EDTA dengan dosis 10 ppm untuk mengikat logam berat dalam air dan sodium Bicarbonat (SBK) dengan dosis 10 ppm tujuan meningkatkan alkalinitas untuk menetralkan pH pada air (Ardiansyah, 2019; Rahmitasari, 2018)

b. Proses Penetasan Telur

Proses awal penetasan telur yaitu dengan pengambilan induk yang telah terbuahi dilakukan pada pukul 18.00 WIB. Induk betina yang telah dibuahi dapat dipindahkan ke dalam bak penetasan telur dengan kepadatan 8 ekor/m². Induk udang yang telah melepaskan telurnya dikembalikan pada bak pemeliharaan induk agar tidak mengganggu telur- telur yang ada di dalam bak penetasan. Telur akan menetas kurang lebih 9-11 jam. Derajat pembuahan dan penetasan telur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kualitas sperma dan kemampuan penempelan sperma pada telikum, kualitas air, gen induk dan proses pengadukan telur

(Subaidah et al., 2006). Faktor kualitas air seperti suhu sangat berpengaruh terhadap kecepatan daya tetas (Pratiwi, 2020).

10. Panen Naupli

Panen naupli dilakukan menggunakan hapa yang berukuran 1x1x1 m dengan ukuran jaring 200ms, naupli tersebut dipindahkan ke dalam bak dengan volume 20 liter.

Jumlah naupli dihitung dengan menggunakan sampel sebanyak 2 ml selanjutnya dikalikan dengan volume air 20 liter (Anam et al., 2016)..

Parameter yang diamati selama kegiatan budidaya meliputi data panjang dan berat indukan, parameter kualitas air dan tahapan perkembangan telur (embriogenesis) serta derajat penetasan (hatching rate (%). Derajat penetasan telur dihitung dengan membandingkan jumlah naupli yang menetas dengan jumlah telur yang ditetaskan (Nawang et al., 2014). Jumlah sampel yang diambil untuk diamati dalam studi ini adalah 60 ekor induk betina. Pengamatan perkembangan embrio dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan mengambil sampel telur hasil pemijahan yang telah dilepas.

Pengukuran kualitas air yang diukur, yaitu suhu, oksigen terlarut (DO), pH, dan salinitas. Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan analisa deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Panjang dan Berat Indukan

Induk vannamei yang digunakan di BBPBAP Jepara adalah induk vannamei Nusantara 1 (N1).

Hasil pengukuran panjang induk vannamei jantan berkisar antara 17 – 19,5 cm dan memiliki berat berkisar 39,5 – 54,4 gram. Sementara panjang induk betina udang vannamei berkisar 17,1 cm – 18,1 cm dan memiliki berat berkisar 39,6 – 47,4 gram. Nilai rata-rata panjang

(6)

58 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 3, No. 1, 2022 dan berat induk udang vannamei baik

jantan dan betina pada tabel 2.

Tabel 2. Rerata Panjang dan Berat Indukan Vannamei

Indukan Rerata Panjang

(cm)

Rerata Berat (gram) Jantan 17,77 43,33 Betina 18,55 43,85

Berdasarkan hasil pengukuran panjang dan berat indukan udang vannamei memenuhi ketentuan karakteristik induk yang ditetapkan di BBPBAP Jepara (tabel 1). Menurut Afrianto dan Muqsith (2014), udang vaname Nusantara I (VN I) yang sudah bisa dijadikan sebagai induk memiliki berat berkisar 30-35 gram untuk jantan dan 40-50 gram untuk betina serta panjang tubuh untuk jantan 16-17 cm dan untuk betina 18-19 cm. Organ reproduksi dalam kondisi baik dan

terbukti bebas virus WSSV, TSV dan IHHNV yang dideteksi dengan analisa PCR.

Parameter Kualitas Air

Manajemen kualitas air menjadi hal yang penting dalam proses produksi nauplii, mulai dari manajemen air pada bak induk maupun pada bak penetasan.

Kualitas air yang baik akan menunjang keberhasilan dalam kegiatan pembenihan. Penyakit yang ditimbulkan oleh komponen bakteri, fungal, parasiter dapat bersumber dari air. Penerapan sistem filterisasi air, perlakuan ozonisasi, penyinaran ultraviolet dapat menjadi komponen penunjang yang dapat menghindari wabah penyakit pada kegiatan pembenihan (Malik, 2018).

Data monitoring kualitas air pada bak induk selama pemeliharaan dan pada bak penetasan dapat dilihat pada tabel 3. Kualitas air yang dimonitor meliputi suhu, salinitas, pH dan DO.

Tabel 3. Data Kualitas Air Bak Induk dan Induk Penetasan

Hasil pengukuran kualitas air baik pada bak induk maupun pada bak penetasan menunjukkan kisaran yang normal sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk mendukung produksi nauplius BBPBAP Jepara. Hal ini didukung dengan tingginya persentase hatching rate mencapai 85,71%

(tabel 4). Daya tetas dan perkembangan larva erat kaitannya

dengan kualitas air, seperti suhu dan salinitas. Fase embrio hingga menetas menjadi nauplius merupakan fase yang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan, bahkan jika perubahan lingkungan tersebut terjadi dalam kisaran yang sempit (Pratiwi, 2020).

No Parameter Kualitas Air

Bak Induk

Bak Penetasa

n

Literatur Bak Induk (SNI 8037.1, 2014)

Literatur Bak Penetasan (SNI 7311,

2009) 1 Suhu (˚C) 26 –

33

30 – 31 28 – 33 29 – 32

2 Salinitas (ppt)

30 – 35

30 – 35 30 – 33 31 – 34

3 pH 7,6 -

8,2

7,8 – 8,5 7,5 – 8,5 7,5 – 8,5

4 DO (ppm) 5 – 9 5 – 9 > 4,0 > 5,0

(7)

59 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 3, No. 1, 2022 Perkembangan embrio

(embryogenesis)

Perkembangan embrio dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan mengambil sampel telur hasil pemijahan yang telah dilepas. Ciri-ciri telur yang terbuahi sempurna adalah berwarna cerah dengan mempunyai bentuk bulat sempurna dan memiliki

membran pelapis/pelindung inti telur serta melayang – layang di air (Rahmi, 2017). Telur akan menetas 14- 16 jam melalui beberapa fase.

Menurut Afrianto dan Muqsith (2014), setelah induk vannamei dimasukkan ke bak penetasan, telur kemudian akan menetas seluruhnya setelah 16-17 jam.

Gambar 1. Fase–Fase Perkembangan Embrio Perkembangan embrio pada

telur udang vannamei hingga menjadi larva dimulai dari fase pembelahan sel mulai dari satu sel menjadi dua sel, kemudian membelah kembali menjadi 4 sel hingga ke tahap morula. Setelah melewati fase morula, perkembangan berikutnya sampai pada tahapan atau fase blastula yang berbentuk seperti suatu bola berongga yang berisi cairan. Setelah itu memasuki tahap gastrula dimana terdapat lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh dengan pelekukan tubuh yang semakin terlihat. Tahap terakhir yaitu organogenesis, yaitu proses pembentukan organ tubuh. Setelah

organogenesis selesai kemudian menetas menjadi larva (nauplius).

Menurut Supryady et al. (2021) tahap perkembangan larva dimulai dari fase

telur yang mengalami

embryogenesis mulai dari pembelahan sel hingga menjadi banyak sel (morula), blastula, gastrula dan organogenesis.

Performa Reproduksi Induk dan Derajat Penetasan

Pengamatan yang dilakukan terhadap performa reproduksi dari induk udang vannamei dan derajat penetasan (hatching rate) di

BBPBAP Jepara dapat dilihat pada tabel 4.

(8)

60 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 3, No. 1, 2022 Tabel 4. Performa Reproduksi Induk Udang Vannamei

Parameter Hasil

Jumlah induk betina (ekor) 60

Total telur (butir) 10.080.000

Jumlah telur yang menetas (ekor) 8.640.000

Hatching Rate (%) 85,71%

Berdasarkan tabel terlihat bahwa nilai hatching rate di BBPBAP Jepara mencapai 85,71%, hal ini menunjukkan nilai yang baik.

Menurut Wyban dan Sweeney (1991) bahwa tingkat penetasan telur udang vannamei dianggap baik apabila jumlah naupli yang dihasilkan mencapai 70%. Tingkat penetasan telur yang tinggi dipengaruhi oleh kualitas indukan baik induk betina dari telur yang dihasilkan dan induk jantan melalui kualitas spermanya.

Selain induk yang berkualitas, tingkat penetasan telur yang tinggi juga dipengaruhi oleh kualitas air yang optimal serta jenis pakan yang diberikan pada indukan. Pakan berperan penting sebagai sumber energi dan nutrisi selama proses reproduksi berlangsung (Atikah et al., 2018).

KESIMPULAN

Performansi produksi nauplius udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di BBPBAP Jepara secara keseluruhan menunjukkan performa yang baik dari segi jumlah telur yang dihasilkan, proses perkembangan telur hingga derajat penetasan nauplius yang tinggi mencapai 85,71%. Hasil pengamatan kualitas air meliputi suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut pada bak induk dan bak penetasan masih dalam kisaran yang optimal untuk mendukung pertumbuhan induk dan proses penetasan telur (produksi nauplius).

DAFTAR PUSTAKA

Abdunnasir. 2018. Teknik Ablasi pada Pemijahan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di UD. Ksatria Mas, Desa Jenu, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.

Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga.

Afrianto, S., & Muqsith, A. (2014).

Production Management Nauplius Vannamei Shrimp (Litopenaeus vannamei) Seedling Installation In Shrimp Fisheries Center Bight Brackish-Water Aquaculture Gelung, Situbondo, East Java.

Samakia : Jurnal Ilmu Perikanan, 5(2), 53–64.

https://doi.org/10.5281/jsapi.v 5i2.275.

Anam, C., Khumaidi, A., & Muqsith, A. 2016. Management of Hatchery Production Vannamei (Litopenaeus vannamei) Naupli In Installation Of Shrimp (IPU) Gelung Brackish Water Aquaculture Centre (BPBAP) Situbondo East Java.

Samakia : Jurnal Ilmu Perikanan, 7(2), 57–65.

https://doi.org/10.5281/jsapi.v 7i2.304

Asnawi, A., Luhur, E. S., & Suryawati, S. H. 2021. Model Permintaan Ekspor Udang Olahan Indonesia Oleh Pasar Jepang, Amerika Serikat Dan Uni Eropa Pendekatan Error

(9)

61 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 3, No. 1, 2022 Correction Model (ECM).

Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan,

16(2), 193–206.

https://doi.org/10.15578/jsekp .v16i2.9768

Ardiansyah, M. 2019. Manajemen Pakan Pada Pemeliharaan Larva Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei Boone) Di PT. Suri Tani Pemuka (JAPFA) Unit Hatchery Makassar Kabupaten Barru. Tugas Akhir. Prodi Budidaya Perikanan. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Atikah, I.D., H. Hartinah., dan W.

Wahidah. 2018. Teknik Pengelolaan Induk Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei bonne) Di PT Esaputlii Prakarsa Utama, Barru, Sulawesi Selatan.

Prosiding Seminar Nasional 2018 Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,. 9-10 April 2018.

1:151 – 156.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.Kementerian

Kelautan dan Perikanan. 2019.

Ghufron, M., Lamid, M., Sari, P. D.

W., Suprapto, H. 2017. Teknik Pembesaran udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Pada Tambak Pendampingan PT Central Proteina Prima Tbk di Desa Randutatah Kecamatan Paiton Probolinggo Jawa Timur. Journal of Aquaculture and Fish Health, 7(2): 70-77 Malik, A. 2018. Teknik Pemijahan

dan Pengelolaan Telur Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di PT. Suri Tani Pemuka (JAPFA) Unit Hatchery Makassar Kabupaten Barru. Tugas Akhir. Program Studi Budidaya Perikanan Jurusan

Teknologi Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Muflikhun, A. 2021. Respons Pemberian Pakan Alami Terhadap Kecepatan Kematangan Gonad Induk

Udang Vannamei

(Litopemnaeus vannamei).

Skripsi. UNISNU Jepara.

Nawang, A., I. Trisnawanti dan A.

Parenrengi. 2014.

Produktivitas Telur Dan Daya Tetas Induk Udang Windu (Penaeus monodon) Asal Aceh Dan Takalar. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 1-7.

Pratiwi, W. 2020 . Suhu dan Salinitas terhadap Embriogenesis, Waktu Penetasan Dan Daya Tetas Telur Udang Kaki Putih (Penaeus vannamei). Skripsi, Universitas Tadulako.

Purwono, J., Sugyaningsih, S., &

Yuliati, E. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Udang Vaname (Studi Kasus Pada PT Suri Tani Pemuka–Serang Banten). Neo-Bis, 6(1), 36-49.

Purnamasari, I., Purnama, D., &

Utami, M. A. F. (2017).

Pertumbuhan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di Tambak Intensif. Jurnal Enggano,

2(1): 58–67.

https://doi.org/10.31186/jeng gano.2.1.58-67

Rahmi. 2017. Teknik Penanganan Telur Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei Bonne) Di PT. Central Pertiwi Bahari Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Tugas Akhir. Prodi Budidaya Perikanan. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Rahmitasari, A.D.E 2018. Teknik Pengelolaan Induk Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei Bonne) Di PT.

(10)

62 Fisheries of Wallacea Journal, Volume 3, No. 1, 2022 Esaputlii Prakarsa Utama

Kabupaten Barru Sulawesi Selatan Tugas Akhir. Prodi Budidaya Perikanan.

Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Rakhfid, A., Baya, N., Bakri, M., dan Fendi, F. 2017. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup

udang vannamei

(Litopenaeus vannamei) pada padat tebar berbeda.

Akuatikisle: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 1(2), 1-6.

https://doi.org/10.29239/j.aku atikisle.1.2.1-6

Ramadhanthie, R., Kristiany, M. G.

E., & Rukmono, D. 2021.

Kajian Teknis Dan Analisis Finansial Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di CV. Pasific Harvest Shrimp Hatchery, Banyuwangi, Jawa Timur.

Buletin Jalanidhitah Sarva Jivitam, 2(1), 13–22.

https://doi.org/10.15578/bjsj.v 2i1.8807

Standar Nasional Indonesia. 2009.

Produksi benih udang vannamei (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) kelas benih sebar. SNI 7311:2009.

Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Standar Nasional Indonesia. 2014.

Udang vannamei

(Litopenaeus vannamei, Boone 1931) bagian 1:

Produksi induk model indoor.

SNI 8037.1:2014. Badan Standardisasi Nasional.

Jakarta.

Subaidah, S., Pramudjo., Asdari, M., Imam, N., Sugestya., Nurul, D., Cahyaningsih, S.

2006.Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). Balai Budidaya

Air Payau Situbondo.

Situbondo.

(Litopaneaus vannamei) Secara Intensif Pada Kolam Beton.

Tugas Akhir. Politeknik Negeri Lampung.

Sunaryo, S., Widiasa, I. N., Djunaedi, A., & Sasmoko, P. (2018).

Mortalitas Larva Litopenaeus vannamei Pada Penerapan Perbedaan Sistem Filtrasi Air Media Pemeliharaan. Jurnal Kelautan Tropis, 21(2), 103- 110.

Supryady, S., Kurniaji, A., Ihwan, I., Renitasari, D. P., &

Nursakinah, N. (2021).

Performa Reproduksi Induk dan Tahapan Perkembangan Larva Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei).

Jurnal Airaha, 10(02): 202–

212.

https://doi.org/10.15578/ja.v1 0i02.260.

Suseno, D. A. N., Waluyo, B. P., Rahardjo, S., Surahmat, D., Supriyadi, B., & Priono, B.

2021. Analisis Faktor Produksi Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di Tambak Hdpe (High Density Polyethilene) Pulokerto Pasuruan. Chanos chanos, 19(1), 99-104.

Wyban, J.A dan J. Sweeney.1991.

Intensif Shrimp Production Technology. The Oceanic Institute. Honolulu Hawaii, USA. pp. 24.

Zaidy, A. B., Anggoro, A. D., &

Kasmawijaya, A. 2021.

Pengaruh Penggunaan

Nanobubble dalam

Transportasi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). Akuatika Indonesia, 6(2), 50-56.

Gambar

Gambar 1. Fase–Fase Perkembangan Embrio  Perkembangan  embrio  pada

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dengan uji bakteriologis menunjukkan bahwa udang putih yang dipasarkan di pasar tradisional dan modern dari Surabaya

Pertumbuhan ekonomi secara langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan tingkat kemiskinan, akan tetapi pertumbuhan ekonomi dapat memengaruhi dalam

Tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisa perubahan penggunaan lahan yang tampak melalui citra satelit pada Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Klojen, Kota

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif artinya penelitian yang dilakukan adalah menekankan analisanya pada

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Walikota Probolinggo Nomor 33 Tahun 2020 tentang Penetapan Besaran Insentif Bulanan Dan Santunan Kematian Bagi Tenaga Kesehatan Yang Menangani

Manajemen pakan dalam budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) dilakukan secara intensif merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan baik dari segi penentuan jenis

Selanjutnya fasilitas musholah yang lokasinya kurang terlihat dan sudah dikelilingi semak, fasilitas kandang satwa yang sudah rusak harus segera ditindak lanjuti karena

Dalam metode ini, data primer diperoleh langsung dari Hakim di Pengadilan Negeri Surakarta dan para pihak yang berperkara, data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen hukum