BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduknya bermata pancaharian petani. Seiring dengan era globalisasi saat ini sektor pertanian dihadapkan pada satu kendala besar dalam menghadapi persaingan baik dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinyuitas hasil pertanian untuk mampu bersaing dengan negara lain. Usaha di sektor pertanian semakin sulit dikembangkan karena kurangnya modal. Bank memberikan modal usaha pertanian berupa uang, tetapi hal tersebut tidak didukung oleh sumber daya lahan untuk usaha pertanian dan menimbulkan kredit macet. Oleh karena itu diperlukan suatu transformasi dari sektor pertanian yang masih tradisional ke Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai usaha meningkatkan pendapatan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha mikro memiliki peranan yaitu sebagai salah satu faktor utama pendorong perkembangan dan pertumbuhan ekspor non migas dan sebagai salah satu industri pendukung yang membuat komponen-komponen dan spare parts untuk usaha besar lewat keterkaitan produksi misalnya dalam bentuk subcontracting. (Tambunan, 2002).
Salah satu gejolak ekonomi mempengaruhi setiap jenis usaha melalui sisi permintaan (pasar output) dan atau sisi penawaran (pasar input), besarnya efek tersebut bervariasi menurut jenis kegiatan/subsektor, skala usaha dan wilayah
usaha (lokasi perusahaan dan lokasi pasar) yang berbeda. (Tambunan, 2002).
Pemerintah melalui jasa dan peran perbankan dalam hal membantu masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha mikro pada umumnya memberikan bantuan berupa kredit atau pinjaman modal. Pemerintah Indonesia telah menyelenggarakan kredit dengan bunga rendah untuk kegiatan usaha mikro melalui agen-agennya, seperti : Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Pembangunan Daerah (BPD), Koperasi Unit Desa (KUD). Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Moyudan merupakan salah satu bank yang menyediakan kredit bagi pengusaha Usaha Mikro dan besar di Provinsi DIY. Pengambilan kredit usaha mikro di BRI Unit Moyudan diharapkan dapat membantu pengusaha Usaha Mikro sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat DIY. Pengusaha Usaha Mikro yang mengambil kredit terdiri dari usaha disektor pertanian khusunya pada modal kerja.
Lama usaha berpengaruh terhadap pengambilan kredit, semakin lama usaha menunjukan eksistensi usaha tersebut. Omset mempengaruhi pengambilan kredit usaha mikro. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia telah membuka kesempatan bagi perusahaan-perusahaan di seluruh dunia, terutama negara-negara sedang berkembang, dengan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan tingkat kompetitifnya. Tingkat kesehatan bank merupakan hal terpenting yang harus diusahakan oleh manjemen bank, selanjutnya pengelola bank diharuskan memantau keadaan kualitas aktiva produktif yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatannya. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada tingkat kolektibilitasnya.
Penggolongan kolektibilitas aktiva produktif sampai sejauh ini hanya terbatas pada kredit yang diberikan. Ukuran utamanya adalah ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan debitur baik ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit yang bersangkutan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang pengaruh lama usaha, omset usaha, kolektibilitas dan agunan pengusaha terhadap pengambilan kredit usaha mikro di BRI Unit Moyudan serta seberapa besar usaha mikro dapat mengambil kredit di BRI Unit Moyudan. Syarat untuk pengambilan kredit di BRI Unit Moyudan adalah
1. Legalitas perorangan dan badan usaha hukum : a. Individu : KTP dan KK
b. Kelompok : Surat pengukugan instansi terkait, surat keterangan usaha dari lurah/kepala desa dan atau akta notaris.
2. Perijinan usaha : Untuk kredit dengan plafon s/d Rp 100 Juta, ijin usaha antara lain TDP, SLUR, dan SITU dapat digantikan dengan surat keterangan usaha dari kepala desa/lurah.
Untuk Usaha Mikro jangka waktu kredit paling lama selama 3 tahun.
C. Identifikasi Masalah
Apakah lama usaha, omset, kolektibilitas, dan agunan berpengaruh terhadap pengambilan kredit usaha mikro di BRI Unit Moyudan?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui alasan debitur dalam pengambilan kredit pada Bank BRI Unit Moyudan
2. Menganalisis pengaruh faktor-faktor lama usaha, omset, kolektibilitas, dan agunan pengusaha terhadap pengambilan kredit usaha mikro di BRI Unit Moyudan.
E. Kegunaan penelitian
1. Bagi penelitian, diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman peneliti khususnya tentang kredit usaha mikro.
2. Bagi pemerintah dan Bank BRI, diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan kredit usaha mikro.
3. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk penelitian berikutnya.
F. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian Terdahulu
a. Penelitian Ambarwati tahun 2009, dengan judul “ Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Kredit Di Perusahaan Daerah Bahan Kredit Kecamatan (PD. BKK) Gantiwarno Kabupaten Klaten.“ Hasil penelitian menunjukkan variabel-variabel yang mempengaruhi pengambilan kredit di PD. BKK Kabupaten Klaten adalah lama proses
pencairan dana, jangka waktu peminjaman, pengalaman usaha, dan jenis usaha.
b. Penelitian Rinkei tahun 2010, dengan judul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Serapan Pengambilan Kredit Usaha Mikro Kecil Dan Menengah di Bank Rakyat Indonesia Unit Sentolo Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukan faktor lama usaha, omset usaha, dan tingkat pendidikan pengusaha terhadap pengambilan kredit di BRI unit Sentolo, usaha mikro di BRI Unit sentolo dapat menyerap tenaga kerja pada sektor pertanian sebesar 47,27%, sektor jasa 12,50%, dan perdagangan 28,95%.
Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang
Penelitian Terdahulu
Penelitian Sekarang
Ambarwati Rinkei
Persamaan 1. Meneliti faktor- faktor yang mempengaruhi pengambilan kredit
2. Fokus
penelitiannya adalah kredit.
1. Meneliti faktor- faktor yang mempengaruhi pengambilan kredit
2. Fokus
penelitiannya adalah kredit.
1. Meneliti faktor- faktor yang mempengaruhi pengambilan kredit
2. Fokus
penelitiannya adalah kredit.
Perbedaan 1. Lokasi
penelitian di Perusahaan Daerah Bahan Kredit
Kecamatan (PD.
BKK)
2. Variabel yang berbeda lama proses
pencairan dana, dan jenis usaha
1. Lokasi
penelitian di
BRI Unit
Sentolo Kulonprogo 2. Variabel yang
berbeda tenaga kerja, tingkat pendidikan
1. Lokasi penelitian di BRI Unit Moyudan
2. Variabel yang berbeda
kolektibilitas, agunan.
2. Usaha Mikro
Usaha Mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta memiliki hasil penjualan atau tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tuga ratus juta rupiah). Menurut Bank Indonesia, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan dengan aset s/d Rp 50 Juta dan omset maksimum Rp 100 Juta per tahun, ciri-ciri usahanya yaitu dimiliki oleh keluarga, menggunakan teknologi sederhana, memanfaatkan sumber daya lokal, serta lapangan usaha yang mudah dimasuki dan ditinggalkan. Menurut keputusan Mentri
Keuangan No. 40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, Usaha Mikro adalah Usaha Mikro milik keluarga atau perorangan yang memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun dan dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Ciri-ciri Usaha Mikro, antara lain:
a. Belum melakukan manajemen/catatan keuangan, sekalipun yang sederhana, atau masih sangat sedikit yang mampu membuat neraca usahanya.
b. Pengusaha atau sumber daya manusianya berpendidikan rata-rata sangat rendah, umumnya tingkat SD, dan belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai.
c. Pada umumnya tidak/belum mengenal perbankan, tapi lebih mengenal rentenir atau tengkulak.
d. Umumnya tidak memiliki ijin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
e. Tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki pada umumnya kurang dari empat orang.
Kriteria dari Usaha Mikro, kecil, dan menengah berdasarkan kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan hasil penjualan tahunan.
(omset per tahun) dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Usaha Dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Kriteria UMKM Usaha Mikro Usaha kecil Usaha
Menengah Kekayaan bersih
(tidak termasuk tanah dan bangunan)
Paling banyak Rp 50 juta
Lebih dar Rp 50 juta – Rp 500 juta
Lebih dari Rp 500 juta – Rp 10 milyar Hasil penjualan
tahunan
(omset/tahunan)
Paling banyak Rp 100 juta
Lebih dari Rp 300 juta – Rp 2,5 milyar
Lebih dari Rp 2,5 milyar – Rp 50 milyar Sumber: http://ukm88.blogspot.com/2009/01/kriteria-Usaha Mikro-kriteriausaha- mikro.html
3. Pengertian kredit
Kredit berasal dari bahasa Latin, yaitu “credere”, yang berarti
“kepercayaan” atau dalam bahasa latin “Creditum” yang berarti
“kepercayaan atau kebenaran”. Dalam praktek sehari-hari pengertian ini selanjutnya berkembang lebih luas lagi antara lain sebagai berikut menurut Teguh Pudjo Muljono (2007:9):
a. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengandalkan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.
b. Dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, pengertian kredit diatur dalam Pasal 1 angka 12, “kredit adalah penyediaan uang atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan”.
c. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 (Undang- undang yang diubah), pengertian kredit diatur dalam Pasal 1 butir 11,
“kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak lain untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Maka kredit usaha mikro adalah kegiatan pinjam meminjam antara orang-perorang atau badan usaha atau badan hukum tertentu dilevel usaha mikro, yang cukup melakukan perbuatan hukum dengan dasar prinsip kepercayaan.
Unsur-unsur dari kredit adalah seperti berikut:
a. Kepercayaan
Adanya keyakinan dari pihak bank terhadap prestasi yang diberikan kepada nasabah debitur yang akan dilunasinya sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan.
b. Jangka waktu
Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasanya, dimana jangka waktu tersebut sebelumnya telah ditentukan terlebih dahulu, berdasarkan kesepakatan bersama. Jangka waktu peminjaman dihitung mulai dari awal cairnya dana sampai setoran terakhir dalam melunasi pinjaman.
c. Prestasi
Adanya objek berupa prestasi dan kontra prestasi pada saat tercapainya kesepakatan dalam perjanjian pemberian kredit antara bank dan dengan nasabah debitur, berupa bunga dan imbalan.
d. Resiko
Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya, memungkinkan adanya resiko dalam perjanjian kredit tersebut. Untuk mencegah terjadinya resiko tersebut, maka diadakan pengikatan jaminan atau agunan yang dibebankan kepada pihak nasabah debitur.
Kredit mempunyai tujuan bagi bank, nasabah debitur dan pemerintah, tujuan dari bank tersebut adalah:
a. Untuk mencari keuntungan bagi bank dari debitur, berupa pemberian bunga, imbalan, biaya administrasi, dan biaya-biaya lainnya yang dibebankan kepada nasabah debitur.
b. Untuk meningkatkan usaha nasabah debitur, yaitu dengan adanya pemberian kredit berupa pemberian kredit investasi atau kredit modal kerja bagi debitur diharapkan dapat meningkatkan usaha.
c. Untuk membantu pemerintah, yaitu dengan banyaknya kredit yang disalurkan melalui bank. Hal ini berarti dapat meningkatkan pembangunan di segala sektor, khususnya disektor ekonomi yaitu dengan mensosialisasikan fungsi bank kepada masyarakat. Fungsi kredit secara luas adalah sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan daya guna uang 2) Untuk meningkatkan peredaran uang 3) Untuk meningkatkan daya guna barang 4) Untuk meningkatkan peredaran uang 5) Sebagai alat stabilitas ekonomi
6) Kredit dapat meningkatkan kegunaan potensi-potensi ekonomi yang ada 7) Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
nasional
8) Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional 4. Prinsip Pengambilan Kredit
Prinsip-prinsip pemberian kredit didasarkan pada Pasal 8 Undang- undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang berbunyi: “dalam memberikan kredit, bank yang memiliki kenyakinan atas kemampuan atau kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan”. Dalam penjelasannya, dijelaskan bahwa kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank wajib memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat, dengan memberikan jaminan dalam arti bank wajib memiliki kenyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utang atau kewajiban sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum kredit diberikan bank harus melakukan penilaian terhadap watak, modal, jaminan atau agunan, dan prospek usaha dari nasabah atau debitur.
Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat ada prinsip-prinsip yang harus dilaksanakan atau lebih dikenal dengan prinsip 5C (Dewanwijaya, 2010) yang meliputi:
a. Character (watak)
Character digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat
kejujuran dan integritas serta itikad baik yaitu kemampuan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari calon debitur.
b. Capacity (kemampuan)
Capacity yaitu suatu penilaian kepada calon debitur mengenai
kemampuan melunasi kewajiban-kewajiban dari kegiatan usaha yang dilakukannya dan akan dibiayai dengan kredit dari bank.
c. Capital (modal)
Capital merupakan dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon
debitur. Besarnya kemampuan modal calon nasabah dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang dimilikinya. Semakin besar modal yang ditanam oleh debitur ke dalam usaha yang akan dibiayai dengan dana kredit akan menunjukan keseriusan debitur untuk menjalankan usahanya tersebut.
d. Condition of Economi (kondisi ekonomi)
Condition of Economi adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi,
dan budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun kurun waktu tertentu yang memungkinkan akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang akan memperoleh.
e. Collateral (jaminan atau agunan)
Collateral (agunan) merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
terlebih dahulu sebelum permohonan kredit disetujui atau dicairkan.
Collateral (agunan) pada umumnya adalah barang-barang yang
diserahkan peminjam kepada bank sebagai jaminan atas kredit atau pinjaman yang diterimanya.
5. Usaha di Sektor pertanian
Usaha sektor pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Usaha sektor pertanian memiliki dua ciri penting yaitu selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi memiliki resiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi, misalnya tanaman pangan, peternakan, perkebunan, perikanan, dan kehutanan.
6. Pengambilan Kredit
Pengambilan kredit adalah besarnya kredit yang diambil oleh pengusaha usaha mikro di BRI Unit Moyudan. Dalam pengambilan kredit debitur harus meyakinkan bank bahwa debitur mempunyai kemampuan dan kesanggupan untuk melunasi utang atau kewajibannya. Debitur juga harus memahami resiko apabila tidak dapat melunasi utang atau kewajibannya sesuai dengan yang dijanjikan.
Pengambilan kredit merupakan kemampuan usaha mikro dalam pengambilan kredit usaha mikro, dipengaruhi oleh faktor-faktor internal antara lain:
a. Kebutuhan
Kebutuhan yang dimaksudkan adalah besarnya kredit yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan pengusaha.
b. Asset usaha
Pengertian aset usaha secara umum adalah barang (thing) atau suatu barang (anyting) yang mempunyai nilai ekonomi (economi value), nilai komersial (market value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh suatu badan usaha, instansi, atau individual.
c. Lama usaha
Lama usaha merupakan jangka waktu lamanya seseorang pengusaha dalam melakukan usahanya. Dengan kemampuan dan pengalaman usaha yang semakin bertambah maka produktifitas akan bertambah karena kualitas dan kemampuan dari pengusaha semakin bertambah seiring dengan bertambahnya pengalaman usaha yang dimiliki.
d. Omset
Omset adalah keseluruhan jumlah penjualan barang atau jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh.
e. Teknologi
Dalam melakukan usahanya menggunakan teknologi yang modern atau masih menggunakan teknologi yang sederhana.
f. Kolektibilitas
Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh bank untuk melihat kemampuan debitur dalam mengembalikan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama dalam perjanjian kredit serta ditinjau dari prospek usaha, kondisi keuangan dan kemampuan membayar kredit yang diberikan, maka beberapa kategori kolektibilitas kredit dapat dibedakan menjadi :
a. Kategori Kredit Lancar (Pass) apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu.
2) Memiliki Mutasi rekening yang aktif.
3) Bagian dari kredit dijamin dengan uang tunai.
b. Dalam Perhatian Khusus (DPK)
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok, dan belum melampaui 3 bulan, baik kredit yang ditetapkan masa angsurannya bulanan.
2) Terdapat tunggakan bunga belum melampaui 3 bulan, bagi kredit yang masa angsurannya bulanan.
c. Kategori Kredit Kurang Lancar (Substandard) apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Terdapat tunggakan angsuran Pokok dan Bunga yang telah melampaui 90 hari.
2) Frekuensi mutasi rendah.
3) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang telah di janjkan lebih dari 90 hari
4) Terjadi Mutasi masalah keuangan yang dihadapi debitur.
5) Dokumentasi pinjaman lemah.
d. Kategori Kredit Diragukan (Doubfull) apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 180 hari.
2) Terjadinya wanprestasi lebih dari 180 hari.
3) Terjadi cerukan yang bersifat permanen.
4) Terjadi Kapitalisasi bunga
5) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian maupun Pengikat pinjaman.
e. Kategori Kredit Macet (Loss) apabila memenuhi kriteria :
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah mencapai 270 hari.
2) Kerugian operasional dituntut dengan pinjaman baru
3) Dari segi hukum maupun kondisi pasar. Jaminan tidak dapat di cairkan pada nilai wajar. (Ichsan, 2010)
Jadi, penilaian bank atas barang jaminan bersifat sangat konservatif dalam arti benar-benar menjamin kepentingan bank karena diharapkan nilai jaminan itu saat dieksekusi harganya akan sama dengan yang diperkirakan oleh bank. Perkiraan bank itu berdasarkan pengalaman pada saat bank mengeksekusi atau pada saat menjual barang jaminan. Hal ini didasari, karena menjual jaminan pada saat kolaps harganya akan jauh dibandingkan menjual pada saat usaha sedang berkembang. Oleh karena itu, bank mengambil nilai pada saat perusahaan macet. Karena pada prinsipnya, bank memang bukan membayar barang jaminan tetapi membiayai usaha. Sementara jaminan merupakan tujuan akhir bank karena tujuan akhir maka jaminan dinilai rendah yaitu nilai pada saat dia kolaps dan dijual. Dan jaminan ini akan dijual oleh bank jika bank menilai bahwa usaha yang dibiayai ini sudah macet.
Untuk bank yang memberikan pembiayaan tanpa agunan atau jaminan biasanya berdasarkan syarat tertentu. Misalnya, gaji harus melalui bank yang bersangkutan karena pinjaman tanpa agunan biasanya untuk orang-orang yang memiliki pendapatan tetap. Dalam hal ini berarti antara bank dan tempat calon nasabah harus ada kerjasamanya. Untuk usaha mikro biasanya harus ada jaminan tertentu. Oleh karena itu untuk mendapatkan pinjaman tanpa agunan harus melalui lembaga lain misalnya lembaga usaha mikro universitas jadi kalau mau harus menjadi anggota lembaga keuangan di universitas. Saat ini, pemeritah sedang
membangun lembaga keuangan yaitu lembaga keuangan mikro.
(Miswan, 2010)
G. Kerangka Pemikiran
Usaha Mikro dalam pengambilan kredit di Bank BRI Unit Moyudan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lama usaha, omset, agunan dan kolektibilitas.
Gambar 1. Kerangka pemikiran
H. Hipotesis
Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan kredit usaha mikro adalah lama usaha, omset, kolektibilitas, dan agunan.
Usaha Mikro (Sektor Pertanian)
Pengambilan Kredit di BRI Unit Moydan
Besarnya Pinjaman
Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Kredit Usaha Mikro :
1. Lama usaha 2. Omset Usaha 3. Kolektibilitas 4. Agunan Modal
Alasan Pengambilan Kredit
I. Pembatasan penelitian
Ruang lingkup penelitian mencakup pada pelaku usaha mikro (nasabah bank BRI Unit Moyudan), pada usaha sektor pertanian yang merupakan usaha yang produktif dan telah menjalankan usahanya minimal 2 tahun.
J. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif kauntitatif yaitu suatu bentuk penelitian yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat dari obyek yang diteliti dengan menggabungkan hubungan antar variabel yang terlibat didalamnya, kemudian diinterpretasikan berdasarkan teori-teori dan literatur yang berhubungan ( Sugiyono, 2007).
1. Metode Penentuan Lokasi
Pemilihan/penentuan daerah tempat penelitian dilakukan secara purposive yaitu pemilihan tempat secara sengaja oleh peneliti sesuai
dengan tujuan (Nazir, 1998). Lokasi penelitian yang dipilih adalah BRI Unit Moyudan dengan alasan mempunyai jumlah debitur pada sektor pertanian terbanyak dibandingkan dengan BRI Unit lainnya di Kabupaten Sleman.
Tabel 3. Jumlah Debitur Pada BRI Unit di Kabupaten Sleman Tahun 2011
No BRI Unit Debitur
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Minggir 1 Minggir 2 Moyudan Godean 1 Gamping Seyegan Mlati Berbah Prambanan Kalasan Ngemplak 1 Ngemplak 2 Ngaglik Sleman Tempel 1 Tempel 2 Turi Pakem Cangkringan Depok Jombor Kentungan Ambarukmo Demangan Maguwoharjo Nogotirto Besi Godean 2 Palagan
48 43 144 101 42 70 70 107 121 42 108
77 30 12 49 29 142
59 27 0 17
0 0 2 8 117
39 57 18
Jumlah 1.579
Sumber : BRI Cabang Sleman
2. Metode Pengambilan Sampel Debitur
Metode pengambilan sampel yang akan digunakan adalah secara purposive yaitu pemilihan sampel secara sengaja oleh peneliti sesuai dengan
tujuan (Nazir, 1998). Sampel yang diambil adalah debitur yang sudah mengambil kredit minimal selama 3 bulan.
Dari jumlah populasi sebesar 47 debitur yang mengambil kredit selama 3 bulan sebanyak 22 orang dan sisanya sebesar 25 orang mengambil kredit dibawah 3 bulan, sehingga tidak memenuhi kriteria sampel. Maka jumlah debitur yang lolos dan dijadikan responden sebanyak 22 orang.Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa purposive adalah teknik pengambilan sampel secara sengaja yang sesuai dengan tujuan. Dengan sandi STP pertanian A205, dan kode sektor ekonomi pertanian 1390 khususnya pada kredit modal kerja.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui tanya jawab secara lisan dan tatap muka secara langsung dengan nara sumber yang berhak dan berwenang memberikan keterangan atau pendapatnya.
b. Pencatatan, yaitu teknik pengumpulan data dengan mencatat data sekunder yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dari sumber-sumber yang terkait dengan penelitian.
4. Macam dan Sumber Data a. Macam Data
1) Data Primer yaitu data yang diperoleh dengan pengamatan langsung obyek yang bersangkutan di lapangan. Pengambilan data dilakukan secara langsung dengan mencatat apa yang terjadi selama melakukan praktik dan melakukan langsung wawancara dengan responden.
2) Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi dengan mencatat baik yang berhubungan secara langsung dengan penelitian yang dilakukan.
b. Sumber Data
1) BRI Unit Moyudan
2) Data dari instansi terkait lainnya 3) Studi Kepustakaan
4) Internet
K. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Usaha Mikro adalah peluang usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
2. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.
3. Nasabah BRI adalah pengusaha usaha mikro yang mengambil kredit usaha mikro, yang mencakup usaha pertanian.
4. Pengambilan kredit adalah kemampuan usaha mikro dalam pengambilan kredit usaha mikro (rupiah).
5. Lama usaha adalah jangka lamanya seorang pengusaha dalam melakukan usahanya (tahun).
6. Omset adalah keseluruhan jumlah penjualan barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh (rupiah/tahun).
7. Kolektibilitas adalah suatu penilaian yang dilakukan oleh bank untuk melihat kemampuan debitur dalam mengembalikan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama dalam perjanjian kredit serta ditinjau dari prospek usaha, kondisi keuangan dan kemampuan membayar kredit yang diberikan (pengukuran dengan skor skala likert), keterangan :
a. Kategori Kredit Lancar (Pass), skor 5 b. Dalam Perhatian Khusus (DPK), skor 4
c. Kategori Kredit Kurang Lancar (Substandard), skor 3 d. Kategori Kredit Diragukan (Doubfull), skor 2
e. Kategori Kredit Macet (Loss), skor 1
8. Agunan adalah jaminan yang diberikan oleh debitur baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Ukuran yang dipakai untuk diteliti yaitu status kepemilikan harta (rumah, kendaraan)(diukur dengan rupiah).
L. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis
Untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan kredit Usaha Mikro di BRI Unit Moyudan menggunakan analisis regresi linier berganda karena dalam penelitian terdiri dari satu variabel dependent dan empat variabel independent, dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4
Keterangan:
Y : pengambilan kredit (rupiah) a : konstanta (independent) b1-b4 : koefisien regresi
X1 : lama usaha (tahun) X2 : omset (rupiah/bulan) X3 : kolektibilitas (bulan) X4 : agunan (rupiah)
Untuk menguji model regresi linier berganda di atas digunakan koefisien determinasi (R2), uji F (over all test). Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui ketepatan model yang digunakan. Model yang baik apabila nilai koefisien mendekati satu. Koefisien determinasi dirumuskan :
Keterangan:
R2 = Koefisien Determinasi
ESS = Explained Sum Of Squares (jumlah kuadrat yang dijelaskan) TSS = Total Sum Of Squares (jumlah kuadrat total)
Untuk pengujian semua variabel independent secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen digunkan uji F. hipotesisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan:
ESS = Explained Sum Of Squares (Jumlah kuadrat yang dijelaskan) TSS = Total Sum Of Squares (Jumlah kuadrat total)
k = Jumlah variabel (peubah bebas) n = Jumlah sampel
α = tingkat kesalahan/ error (α=5%)
Hipotesis yang hendak di uji dari persamaan yang hendak dipilih sebagai model analisis (persamaan regresi).
Ho : b1 = 0
Ha : salah satu b1 ≠ 0
Untuk mengetahui tingkat pengaruh setiap variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y) secara individual digunakan uji t. Nilai thitung dihitung dengan menggunakan rumus:
thitung =
1
1
Sb
b
Keterangan:
b1 = Koefisien regresi yang diperoleh dari sampel Sb1 = Standard error koefisien regresi sampel
n = Jumlah sampel
α = Tingkat kesalahan/ error (α=5%)
Hipotesis yang hendak di uji dari persamaan yang hendak dipilih sebagai model analisis (persamaan regresi).
Ho : b1 = 0 Ha : b1 ≠ 0 2. Deskriptif
Untuk mengetahui alasan debitur dalam pengambilan kredit pada Bank BRI Unit Moyudan dengan menggunakan analisis deskriptif.