STUDI PARAMETER UNSUR HARA (NITROGEN,POSFOR,KALIUM) TANAH KAWASAN TAMBAK UNTUK PERUNTUKAN BUDIDAYA
IKAN DAN UDANG KURICADDI KABUPATEN MAROS
SKRIPSI
S Y A M S I R 10594 0053710
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
STUDI PARAMETER UNSUR HARA (NITROGEN,POSFOR,KALIUM) TANAH KAWASAN TAMBAK UNTUK PERUNTUKAN BUDIDAYA
IKAN DAN UDANG KURICADDI KABUPATEN MAROS
S Y A M S I R 105940053710
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Srata satu (S1) Fakultas Pertanian pada Jurusan Budidaya Perairan
Universitas Muhammadiyah Makassar
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Studi Parameter Unsur Hara (Nitrogen,Posfor,Kalium) Tanah Kawasan Tambak untuk Peruntukan Budidaya Ikan dan Udang Kuricaddi Kabupaten Maros
Nama : Syamsir
Nim : 105940 0537 10
Program Studi : Budidaya Perairan
Makassar, September 2014
Telah Diperiksa dan Disetujui Komisi Pembimbing;
Pembimbing I, Pembimbing II,
Ir. Darmawati, M.Si Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd
Diketahui;
Dekan Fakultas Ketua Program Studi
Pertanian, Budidaya Perairan,
Ir. H. M. Saleh Molla, MM Murni, S.Pi, M.Si
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul Penelitian : Studi Parameter Unsur Hara (Nitrogen,Posfor,Kalium) Tanah Kawasan Tambak untuk Peruntukan Budidaya Ikan dan Udang Kuricaddi Kabupaten Maros
Nama : Syamsir
Nim : 105940 0537 10
Program Studi : Budidaya Perairan
SUSUNAN PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Ir. Darmawati M.Si Ketua sidang
2. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd Sekretaris
3. Dr. Abdul Haris, S.Pi., M.Si Anggota
4. H. Burhanuddin, S.Pi., MP Anggota
Tanggal Lulus :………..
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Studi Parameter Unsur Hara (Nitrogen, Posfor, Kalium) Tanah Kawasan Tambak untuk Peruntukan Budidaya Ikan Dan Udang Kuricaddi Kabupaten Maros.
Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, September 2014
S Y A M S I R 105940 0537 10
ABSTRAK
S Y A M S I R. 105940 0537 10. Studi Parameter Unsur Hara (Nitrogen,Posfor,Kalium) Tanah Kawasan Tambak untuk Peruntukan Budidaya Ikan dan Udang Kuricaddi Kabupaten Maros. Dibimbing oleh Darmawati dan Andi. Khaeriyah.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menentukan tingkat kelayakan tambak untuk budidaya ikan dan udang berdasarkan data parameter unsur hara ( nitrogen, fosfor, dan kalium) tanah.
Pada penelitian tentang parameter unsur hara tanah pengambilan sampel tanah dilakukan selama 2 bulan yaitu Mei sampai Juni dengan frekuensi pengambilan sampel 1 kali dalam sebulan. Dari semua data yang didapatkan dari hasil pengujian yang dilakukan di Laboratorium akan diolah secara dekskriptif dengan membandingkan hasil dari lapangan dengan studi literatur tentang kelayakan parameter unsur hara tanah untuk kegiatan budidaya tambak. Hasil penelitian menunjukkan Pada tambak windu kadar nitrogen berada pada kisaran optimum sedangkan posfor dan kalium diatas kisaran optimum untuk kegiatan usaha budidaya, pada tambak bandeng kandungan unsur nitrogen masuk dalam kategoti layak dan posfor dan kalium kategori sangat layak untuk kegiatan usaha budidaya, dan pada saluran kandungan unsur nitrogen kurang layak sedangkan posfor dan kalium sangat layak untuk kegiatan usaha budidaya.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat allah swt, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian di lapangan dan menyusun skripsi yang berjudul Studi Parameter Unsur Hara (Nitrogen,Posfor,Kalium) Tanah Kawasan Tambak Untuk Peruntukan Budidaya Ikan dan Udang Kuricaddi Kabupaten Maros
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan sarannya dalam penyusunan proposal ini, yaitu kepada :
(1) Terima kasih kepada ibunda Ir. Darmawati, M.Si, dan Ibunda Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd, selaku pembimbing satu dan dua yang dengan ikhlas membimbing penulis sejak penyusunan proposal hingga pada penyelesaian proposal ini.
(2) Rasa hormat dan terima kasih kepada kedua orang tua berkat doa dan dorongan moral serta materi setiap saat hingga terselesaikannya penyusunan Skripsi ini.
(3) Seluruh staf pengajar dan akademika di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
(4) Rasa terima kasih kepada pengurus lembaga se-Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
(5) Rasa hormat dan terima kasih kepada rekan-rekan jurusan budidaya perairan serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dorongan semangat dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sangat menyadari akan kekurangan dan kelemahan dari skripsi ini.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang memerlukan.
Makassar, September 2014
S Y A M S I R
viii DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengasahan ii
Pengesahan Komisi Penguji iii
Pernyataan Mengenai Skripsi dan Sumber Informasi iv
Abstrak v
Kata Pengantar vi
Daftar isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Kegunaan Penelitian 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Tanah Tambak 4
2.2. Unsur Hara Dalam Tanah tambak 6
2.4.1. Nitrogen 6
2.4.2. Posfor 8
2.4.3. Kalium 10
2.3. Penumbuhan Makanan Alami 12
2.3.1. Klekap 13
2.3.2. Lumut 14
2.3.3. Plankton 15
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 16
3.2. Alat dan Bahan 17
3.2.1 Nirogen 17
3.2.2 Posfor 18
3.2.3 Kalium 19
3.3 Prosedur Penelitian 19
3.3.1 Persiapan 20
3.3.2 Penentuan stasiun 20
3.3.3 Metode Pengambilan Sampel 21
3.4 Peubah yang diamati 22
3.4.1 Pengamatan nitrogen menggunakan perhitungan 22 3.4.2 Pengamatan posfor menggunakan Perhitungan 22 3.4.3 Pengamatan kalium menggunakan rumus 23
3.5 Pengumpulan data 23
3.6 Analisis data 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi 25
4.2 Nitrogen 26
4.3 Posfor 27
4.4 Kalium 29
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan 31
5.2 Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
Riwayat Hidup 39
x
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman 1. Hubungan antara kandunan unsur nitrogen dengan kesuburan
tanah tambak 8
2. Hubungan antara kandunan unsur posfor dengan kesuburan
tanah tambak 9
3. Hubungan antara kandunan unsur kalium dengan kesuburan
tanah tambak 11
4. Parameter N,P,K untuk kelayakan tanah dasar tambak 24 5. Hasil analisis laboratorium kandungan nitrogen pada tanah
tambak Kuricaddi 26
6. Hasil analisis laboratorium kandungan posfor pada tanah
tambak Kuricaddi 28
7. Hasil analisis laboratorium kandungan kalium pada tanah
tambak Kuricaddi 29
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman 1. Lokasi Tambak Kuricaddi Kabupaten Maros 16
2. Stasiun Pengambilan Sampel Penelitian 21
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Alat yang digunakan selama penelitian 36
2. Kegiatan selama penelitian 37
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sulawesi selatan merupakan satu daerah di kawasan Indonesia Timur yang memiliki potensi sumberdaya lahan perikanan pesisir yang dapat dikembangkan untuk budidaya tambak (Rokhimin Dahuri et al. (2002). Menurut Departemen Kelautan Perikanan (2004) tambak adalah merupakan bangunan air yang dibangun pada daerah pasang surut yang diperuntukkan sebagai wadah pemeliharaan ikan/udang dan memenuhi syarat yang diperlukan sesuai dengan sifat biologi hewan yang dipelihara.
Dirjen Perikanan (1998) menyatakan bahwa budidaya pantai dalam istilah budidaya perairan diartikan sebagai semua kegiatan budidaya organisme perairan laut dan payau yang dilakukan pada lahan daratan disekitar garis pantai. Kegiatan ini bi- asanya melibatkan modifikasi lahan dengan pembangunan konstruksi wa- dah/genangan yang dapat menampung air laut atau payau, dan dapat dikelola sesuai dengan sistem budidaya yang diterapkan. Pada pengertian sempit, budidaya pantai disamaartikan dengan tambak atau budidaya air payau. Lebih lanjut dinyatakan bah- wa komoditas untuk budidaya pantai, berupa organisme perairan yang menduduki prioritas tinggi sebagai komoditas budidaya di pandang dari aspek ekonomi maupun peluang ketersediaan sarana produksi dan teknologinya, adalah : udang windu, udang putih, dan ikan bandeng. Udang dianggap komoditas yang dapat di budidayakan diberbagai tipe kondisi lingkungan pantai.
Budidaya udang di tambak pernah menjadi primadona dan andalan pengem- bangan perikanan budidaya di Indoensia, dimana kegiatan ini pernah mengalami za-
2
man keemasan mulai tahun 1980-an sampai akhir 1997. Pada tahun 1997 merupakan puncak produksi udang tertinggi yaitu sebesar 167.117 ton, namun mulai tahun 1998 turun menjadi 118.111 ton (Santoso, 2003).
Produktivitas budidaya ikan dan udang secara alamiah atau tradisional ter- gantung pada keberadaan makanan alami dan kondisi lingkungan yang baik bagi ikan dan udang. Keberadaan makanan alami dan terciptanya rantai makanan yang baik hal ini sangat fital. Lingkungan tambak sangat dipengaruhi oleh tanah dalam kemampuan untuk memanipulasi keberadaan faktor tersebut yang berpengaruh kepada produktivitas hasil budidaya sehingga pengeloaan tanah tambak terutama tanah dasar menjadi penting.
Penentu keberhasilan usaha budidaya ikan dan udang di tambak adalah ketesediana unsur hara baik makro maupun mikro. Unsur makro harus selalu tersedia dalam jumlah banyak diantaranya; nitrogen, posfor dan kalium. Se- dangkan unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit diantaranya besi, mangan, dan seng, akan tetapi merupakan faktor penentu, harus selalu tersedia (Leibig, 1840) in Odum (1996)
Oleh karena itu, agar usaha budidaya ikan dan udang di tambak berhasil secara maksimal pada paket teknologi tradisional berhasil, keberadaan makanan alami seperti klekap, lumut, dan plankton harus tersedia secara berkesinambungan, dan hanya akan tercapai apabila didukung oleh ketersediaan unsur hara tanah di tambak, utamanya nitrogen, posfor, dan kalium (Soedibya et al. 2009)
Posfor yang terlarut di air akan diserap dengan cepat oleh phytoplankton, akan tetapi penyerapan yang besar terakumulasi di tanah dasar tambak (Boyd et al. 2002). Selain dari penambahan nutrisi, kehadiran nitrogen dan posfor dihasilkan oleh proses dekomposisi bahan organik yang ada pada dasar tambak.
Hasilnya diserap phytoplankton dan ada yang kembali ke tanah. Makanan yang diberikan ke tambak dimanfaatkan oleh udang dan ikan hanya sekitar 10-30% nu- trisi fosfor dan 23-40% nutrisi nitrogen, sedangkan yang lainnya dimanfaatkan oleh organisme lainnya (Boyd et al. 2002). Berdasarkan dari hal tersebut maka dianggap perlu melalukan suatu penelitian mengenai kandungan unsur hara (ni- trogen, posfor, dan Kalium) di tambak Kuricaddi sebelum melakukan usaha budi- daya ikan dan udang.
1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.
Penelitian ini bertujuan: (1) Menganalisis kandungan unsur hara tanah tambak yaitu nitrogen, posfor dan kalium, (2) Membandingkan antara hasil ana- lisis kandungan unsur hara tanah tambak dengan kesesuaian lahan secara opti- mum, dan (3) Menentukan kelayakan usaha budidaya ikan dan udang pada tam- bak. Sedangkan kegunaannya sebagai bahan informasi bagi petani tambak dan sumber kajian kepada semua stakolder.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Tanah Tambak
Ketika kata ekologi dipahami dalam kegiatan budidaya perairan, maka dapat digambarkan bagaimana hubungan organisme yang dibudidayakan dengan lingkungannya, yang pada dasarnya ada dua aspek yang saling terkait yaitu aspek tanah dan aspek air. Parameter kualitas tanah dan air sangat menentukan produk tifitas suatu perairan yang akan mendukung proses pertumbuhan organisme yang dibudidayakan. Oleh karena itu ketersediaan unsur hara dalam suatu perairan san- gat ditentukan oleh kondisi kualitas tanah dan air untuk meningkatkan produktifi- tas suatu perairan (Poernomo, 1992).
Selanjutnya Nurdjana (2009) mengemukakan bahwa berhasil tidaknya sua- tu budidaya udang dan ikan di tambak sangat ditentukan oleh faktor kualitas tanah sebagai wadah dan faktor kualitas air sebagai media. Oleh karena itu pemilihan lokasi pertambakan faktor kualitas tanah dan air yang menjadi faktor yang sangat urgen harus diperhatikan, sebelum memutuskan pembuatan tambak pada suatu daerah. Kesalahan dalam pemilihan lokasi dan mendesain tambak adalah merupa- kan awal dari kegagalan usaha budidaya.
Tanah merupakan salah satu unsur penting yang menentukan keberhasilan usaha tambak atau kolam. Tambak atau kolam dibangun di atas tanah kedap air, maka tidak mudah bocor, yang berartikan ikan atau udang peliharaan aman, tidak lolos melalui bocoran dinding/dasar kolam. Kekedapan erat kaitannya dengan kondisi fisik tanah yang digunakan (Rachmansyah et al. 1999).
Buckman, dan N.C. Brady (1982), menyatakan bahwa tanah mempunyai fungsi utama untuk menahan air dalam tambak, disamping itu fungsi tanah yang tidak kalah pentingnya adalah sumber pengharaan untuk pertumbuhan plankton.
Tanah yang baik untuk menahan air dan sumber pengharaan adalah tanah berlumpur dengan tekstur lempung berliat. Disamping itu tanah juga sangat mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung terhadap kualitas air. Boyd et al. (2001);Hidayanto et al. (2004). Berpendapat kualitas air tambak sangat dipengaruhi kualitas tanah dasar, tanah dasar tambak dapat bertindak sebagai penyimpan (singk) dan asal (source) dari beberapa unsur dan oksigen terlarut.
Tanah dasar tambak juga berfungsi sebagai buffer, penyedia hara, sebagai filter biologis melalui absorbsi sisa pakan, ekskreta kultivan dan metabolit alga, sehingga tanah dasar tambak merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan pengelolaan tambak (Cholik et al. 2005).
Sebelum membicarakan masalah persyaratan tanah untuk tambak, alangkah baiknya kalau diketahui dahulu bahwa fungsi utama tanah tambak meliputi: (1) menyediakan unsur hara dalam tanah yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan makanan alami, (2) menjadi tempat tumbuhnya makanan alami yang berupa klekap maupun berbagai organisme yang lain, dan (3) menahan air.
Oleh karena itu tanah tambak harus memiliki kriteria di atas. Kemampuan tanah menyediakan berbagai unsur hara yang sangat perlukan oleh makanan ala- mi, tergantung pada kesuburan tanah yang bersangkutan. Kesuburan tanah sangat tergantung pada komposisi kimiawi tanah sebagai contoh tanah asam, sangat ku- rang produktif, sebaliknya tanah alkali (basa) lebih subur dan produktif. Tanah
6
tambak yang baik juga harus mampu menahan air. Kemampuan tanah menahan air sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah. Makin kompak teksturnya, makin kuat menahan air. Sebaliknya tanah kurang kompak teksturnya misalnya tanah pasir, kurang mampu menahan air sehingga tanah ini kurang baik untuk tambak (Hardjowigeno, 2003).
2.2. Unsur Hara Dalam Tanah
Unsur hara ada 16 yang sangat dibutuhkan oleh alga untuk pertumbuhannya.
Dari ke 16 unsur hara, yang harus selalu diperhatikan ialah unsur nitrogen dan posfor karena kedua unsur ini lekas habis terserap oleh alga, disamping itu harus diperhatikan pula unsur kalium. Adapun hubungan antara ketersediaan unsur hara dengan tingkat kesuburan tanah tambak dapat dilihat pada Tabel 1,2, dan 3.
Kandungan unsur hara dalam tanah tambak yang menjadi kajian dalam penelitian ini, diantaranya: (1) nitrogen, (2) posfor, dan (3) kalium yang akan diu- raikan satu persatu berikut ini. Untuk menilai kelayakan usaha budidaya ikan dan udang di tambak yaitu dengan membandingkan hasil analisis unsur hara tambak dengan tingkat kesuburan seperti yang telah disajikan pada Tabel 1.
2.2.1. Nitrogen
Nitrogen dalam tanah dapat berasal dari bahan organik. Bahan organik da- lam tanah mengandung nitrogen dalam bentuk persenyawaan yang tinggi, seperti protein. Oleh karena adanya bakteri pembusuk, protein diuraikan dihasilkan asam amino. Proses lepasnya asam amino dari protein disebut aminisasi. Bakteri amoninifikasi kemudian melepaskan amonium dari amino yang selanjutnya
dilarutkan dalam tanah. Proses amonifikasi di atas menghasilkan NH3 (amonia) di dalam tanah. Akan tetapi NH3 ini tidak dapat bertahan lama di dalam tanah, kare- na aktivitas bakteri lalu mengoksidasi NH3 (amonia) menjadi NO2 (nitrat). Bakteri yang aktif mengubah amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah bakteri-bakteri nitrif- ikasi. Bakteri nitrosomonas mengubah amonia menjadi nitrit sedangkan bakteri nitrobakter mengubah nitrit menjadi nitrat.
Ion nitrat terbentuk dapat dimanfaatkan oleh tanaman/alga. Sedangkan proses selanjutnya jika keadaan tanah anaerob, maka terjadilah nitrat direduktir oleh semacam bakteri yang dinamakan bakteri denitrifikasi. Pada proses denitrifi- kasi ini nitrat direduksi melalui nitrit dan selanjutnya menghasilkan N2 yang bebas. (Mintardjo et al. 1985).
Cadangan nitrogen lainnya adalah nitrogen bebas yang terdapat di at- mosfir. Dalam bentuk nitrogen bebas ini tidak segera tersedia bagi tanaman/alga.
Masuknya nitrogen ke dalam biosfer terutama disebabkan oleh jasad mikro pengikat nitrogen. Bila tanaman atau jasad mikro mati, kemdian bakteri pembusuk akan aktif dan peredaran nitrogen kembali.
Nitrogen diserap tidak dalam bentuk N2 bebas, akan tetapi dalam bentuk NO3 , NH4 dan dalam bentuk-bentuk yang lain. Umumnya tanaman/alga menyerap nitrogen terutama dalam bentuk NO3. Besarnya kandungan nitrogen dalam tanah merupakan suatu petunjuk besarnya bahan organik.
Nitrogen dijumpai dalam tanah sebagai bentuk organik dan anorganik.
Dalam ekosistem budidaya tambak, nitrogen organik diberikan dalam bentuk pupuk kandang dan pakan. Sedangkan nitrogen anorganik ditambahkan dalam
8
bentuk pupuk kimia seperti urea, NPK dan ZA. Ketersediaan nitrogen >50 % pada tanah tambak digolongkan sebagai slight atau baik dengan faktor pembatas yang mudah diatasi (Hidayanto et al. 2004).
Besarnya kandungan nitrogen dalam tanah merupakan suatu indikator banyaknya bahan organik dalam tanah Mintardjo et al. (1985). Ada hubungan yang positif antara besarnya kandungan nitrogen dengan tumbuhan klekap, makin besar nitrogen, semakin lebat pula pertumbuhan klekap seperti yang telah disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1: Hubungan antara kandungan unsur nitrogen dengan kesuburan tanah tambak.
No. Kandungan Nitrogen (%) Status Kesesuaian Sumber 1
2 3
0,11 – 0,15 0,16 – 0,20
>0,21
Strata tiga Strata dua Strata satu
Mintardjo(1985)
1 >50 Strata satu Hidayanto et al. (2004)
Sumber: Mintardjo et al. (1985) dan Hidayanto et al. (2004)
Tambak yang kandungan unsur nitrogennya kurang dari 0,11 ppm kurang baik untuk lokasi budidaya ikan dan udang secara tradisional, karena tambak dengan menerapkan tradisional sangat tergantung pada ketersediaan makanan alami, dan akan banyak membutuhkan pupuk baik organik maupun pupuk anor- ganik.
2.2.2. Posfor
Posfor adalah unsur kimia yang memiliki lambang P dengan nomor atom 15. Posfor berupa non logam, bervalensi banyak, termasuk golongan nitrogen, banyak ditemui dalam batuan posfor anorganik dan dalam semua sel hidup tetapi tidak pernah ditemui dalam bentuk unsur bebasnya. Posfor amatlah reaktif, me-
mancarkan pendar cahaya yang lemah ketika bergabung dengan oksigen, ditemukan dalam berbagai bentuk, dan merupakan unsur penting dalam makhluk hidup.
Posfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua or- ganisme untuk pertumbuhan dan sumber energi bagi udang dan ikan. Sumber utama posfor dalam tanah bersal dari hasil pelapukan mineral dan dari bahan or- ganik. Posfor merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk pertumbuhan alga, dan merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan klekap di tambak. Makin besar posfornya yang tersedia dalam tanah, makin baik pertumbuhan alganya.
(Effendi, 2003). Adapun hubungan posfor dengan tingkat kesuburan tambak yang telah disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2: Hubungan antara kandungan posfor dengan kesuburan tanah tambak.
No. Kandungan posfor (ppm)
Kesuburan Tanah tambak
Status Kes-
esuaian Sumber
1 2 3
>46 36 - 45
<35
Tinggi Cukup Rendah
Strata satu Strata dua Strata tiga
Mintardjo (1985) 1
2 3
˃120 60 – 120
˂30
Tinggi Cukup Rendah
Strata satu Strata dua Strata tiga
Andikari (2003) Sumber: Mintardjo et al. (1985) dan Andikari (2003)
Posfor merupakan nutrien kunci menjadi faktor pembatas primer, di perairan posfor sangat penting dalam metabolisme energi. Kandungan posfor minimal inti pertumbuhan alga adalah 0,018 – 0,090 ppm (Alexander, M. 1977).
Orthophosfat adalah bentuk posfor yang dapat langsung dimanfaatkan oleh organ- isme nabati (fitoplankton). Konsentrasi posfor yang rendah diperairan cenderung membatasi tumbuhnya fitoplankton di tambak, sehingga berpengaruh pada produksi udang. Fitoplankton di tambak memiliki fungsi antara lain sebagai
10
penghasil oksigen, membuat tambak menjadi teduh sehingga udang aktif mencari makan waktu siang hari, menekan pertumbuhan kelekap didasar tambak dan me- nyerap senyawa-senyawa beracun seperti ammonia dan nitrit (Poernomo, 1988).
Sonnenholzner dan Boyd (2000) mengatakan bahwa kolam yang berpoten- si untuk menghasilkan ikan yang baik dipengaruhi oleh pH dan bahan organik, nitrogen dan posfor di dalam tanah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan unsur hara dan bahan organik adalah dengan pengapuran.
Ketersedian posfor dalam tanah berasal dari bahan organik, pemupukan dan mineral tanah (Harjowigono, 2003). Rendahnya posfor menghambat pertum- buhan plankton (produktifitas primer) di tambak, sehingga untuk meningkatkan biasanya dilakukan pemupukan TSP. Kendala dalam pemupukan tersebut adalah adannya kalsium dari pengapuran yang dapat mengikat fosfat sehingga tidak dapat dimanfaatkan fitoplankton. Tambak yang berbeda umumnya akan memiliki kon- sentrasi posfor yang berbeda. Konsentrasi posfor akan dapat dibedakan antara lapisan tanah dan kedalaman air. Tanah akan jenuh dengan posfor akibat pem- upukan yang intensif (Thomas dan Peaslee, 1973 dalam Boyd et al (2001).
2.2.3. Kalium
Unsur kalium (K) diserap dalam bentuk K dari larutan tanah. Kalium san- gat esensial dalam pembentukan hidrat arang dan sangat diperlukan dalam pem- bentukan klorofil.
Pada umumnya tanah tambak memiliki kandungan kalium yang cukup tinggi. Sumber utama kalium berasal dari laut, yang masuk ke tambak pada wak-
tu pasang. Hubungan antara kandungan kalium dengan kesuburan tanah dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3: Hubungan antara kandungan kalium dengan kesuburan tanah tambak.
No. Kandungan Kalium (ppm) Kesuburan Tanah tambak Status Kes- esuaian 1
2 3
>500 350 – 500
<350
Tinggi Cukup Rendah
Strata satu Strata dua Strata tiga Sumber: Mintardjo et al. 1985
Dalam budidaya udang maupun ikan, prinsip utama yang harus dilakukan adalah menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan budidaya.
menurut Tacon (1988) dalam menumbuhkan pakan alami, kebutuhan unsur hara baik maupun makro muktlak diperlukan, baik dasar maupun pada kolom airnya.
Unsur hara berasal dari dua sumber yaitu dari proses asimilasi (penguraian) bahan organik dan masukan dari luar berupa pupuk organik. Hasil penguraian organik berupa senyawa kimia yang mengandung unsur hara seperti kalium (K) dan unsur lain yang penting dalam proses-proses metabolisme organisme (sonnenholzner dan boyd, 2000)
Unsur hara yang terdapat di lokasi pertambakan sangat bermanfaat dalam menentukan kualitas tambak. Tambak sebaiknya dibangun di daerah yang cukup mengandung unsur hara karena di daerah tersebut klekap dan tanaman air lainnya yang berpotensi sebagai pakan alami dapat tumbuh dengan baik. Jenis unsur hara makro yang dibutuhkan bagi pertumbuhan klekap dan tanaman air antara lain ni- trogen (N), posfor (P) dan Kalium (K) (Dinas Perikanan Jawa Tengah, 1996).
Kalium bawaan air laut didominasi oleh Na dan K, maka tanah tambak kaya kedua unsur tersebut. Unsur hara K merupakan unsur hara makro tetapi
12
hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh alga. Menurut Kautsky. (1989) kali- um digunakan oleh sel-sel alga selama proses asimilasi energi yang dihasilkan oleh proses fotosintesis.
Unsur kalium diserap dalam bentuk K+ dari larutan tanah. Sebagai unsur, kalium tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu terdapat sebagai persenyawaan di dalam batuan, mineral dan larutan garam. Media budidaya ikan di tepi pantai sep- erti tambak, sumber kalium berasal dari air laut. Dalam 1 liter air laut terkandung 75,1 ppm. Kalium diperlukan dalam jumlah yang sedikit oleh alga dasar namun keberadaannya sangat diperlukan. Kalium dapat digunakan sebagai indikator kesuburan. Kalium berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, Fe dan Na ber- peran untuk pembentukan klorofil, sedangkan Si dan Ca merupakan bahan untuk pembentukan dinding sel atau cangkang. Isnansetyo dan Kurniastuti (1995) menyatakan bahwa pada kultur plankton sangat dibutuhkan berbagai macam sen- yawaan organik baik sebagai hara makro (N, P, K, S, Na, Si dan Ca) maupun hara mikro (Fe, Zn, Mn, Cu, Mg, Mo, Co, B dan lain-lain).
2.3. Penumbuhan Makanan Alami
Jenis makanan alami yang biasa tumbuh di tambak secara garis besarnya meliputi, (1) Klekap, (2) Lumut, dan (3) Plankton. Menurut Brian et al (2004) bahwa pada tambak keberadaan makanan alami sangat menentukan berhasil tid- aknya suatu usaha budidaya, karena budidaya menekankan keseimbangan energi di mana unsur hara yang tersedia seimbang dengan organisme yang dibudi- dayakan (zero input). Akan tetapi ketiga makanan alami tersebut di atas dapat
hidup dan tumbuh dalam waktu dan tempat yang bersamaan, hal ini sangat diten- tukan oleh kondisi kualitas tanah dan air serta kedalaman air (Rustam, 2005) 2.3.1. Klekap
Klekap adalah sekumpulan jasad renik yang disusun oleh alga biru, ben- thos, diatom, bakteria dan organisme renik hewani. Penyusunan utama klekap adalah oscillatoria dan diatom. Bila klekap yang tumbuh di dasar dan berwarna hijau berarti jumlah oscillatoriao lebih dominan daripada diatom, sedangkan bila klekap berwarna kecoklatan berarti diatom lebih dominan daripada oscillatoria Klekap yang berwarna biru kecoklatan berarti menunjukan perbandingan diatom dan oscillatoria seimbang. Pada umumnya klekap tumbuh dengan warna permu- laan coklat muda, kemudian coklat tua, hijau tua, hijau biru dan akhirnya biru ke- hitaman (Kusnendar dan Pudjihartono, 1985).
Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan klekap adalah antara 5 – 40 cm, hal ini berarti bahwa kedalaman air untuk pertumbuhan klekap tidak begitu dalam. Kondisi yang demikian dapat menyebabkan air terlalu panas untuk semua jenis udang, oleh karena itu khususnya untuk pemeliharaan udang, harus dibuat caren atau parit keliling yang cukup dalam antara 1,0 – 1,5 m dan tambak sebaiknya diberi pelindung. Pada waktu sinag hari dan air cukup panas, udang akan berlindung dalam caren. Sedagkan pada waktu malam hari suhu air akan turun, sehingga udang akan aktif mencari makan dipelataran yang berada pada tengah petakan.
Salinitas yang terbaik untuk pertumbuhan klekap berkisar antara 25 – 40
‰. Pertumbuhan klekap pada salinitas tinggi tidak sesuai dengan pertumbuhan
14
udang, karena pada umumnya udang tumbuh baik pada salinitas antara 10 – 30‰.
Hal ini tidak menjadi persoalan dalam pemeliharaan bandeng, karena bandeng bersifat eurihalin. Umumnya klekap tumbuh pada salinitas yang tinggi dan disusun oleh diatom, sedangkan pada salinitas rendah klekap disusun oleh oscilla- toria dengan jumlah diatom yang lebih sedikit, bahkan kadang-kadang bercampur dengan alga-alga filamen.
2.3.2 Lumut
Komposisi utama dari lumut adalah hijau berfilament, jenis lumut yang tumbuh di tambak adalah lumut sutra yang orang makassar menyebutnya gosse dan lumut purut ayam. Jenis alga biru filament lainnya yang juga merupakan jenis lumut adalah cladophora sp dan vancheria sp. Lumut dapat tumbuh dengan baik pada kisaran salinitas rendah yaitu sekitar 25‰ atau lebih rendah. Kedalaman sesuai untuk lumut berkisar antara 40 -60 cm. Lumut sebaiknya tidak di- tumbuhkan pada petak peneneran, karena dapat menjerat benih bandeng maupun udang, sehingga menyebabkan kematian. Oleh karena itu, bila lumut tumbuh pada petak paneneran harus segera dihilangkan.
Lumut berdasarkan toleransinya terhadap kondisi salinitas yang relatif rendah, maka lumut dapat dijumpai pada musim kemarau pada tambak yang jauh dari sumber air asin dan biasanya pada tambak yang berbatasan dengan persawa- han. Biasanya pada musim hujan lumut juga dapat dijumpai pada tambak yang dekat dengan sumber air asin atau laut, karena kondisi salinitas pada waktu musim hujan relatif rendah pada semua hamparan tambak.
Keberadaan lumut d itambak, sering terjadi perbedaan pendapat, disuatu sisi lumut dianggap sebagai penyaing ruang dan oksigen, akan tetapi disisi lain lumut dianggap sebagai penghasil oksigen pada siang hari dan lumut juga diang- gap penyerap karbondosida. Terlepas dari kontroversi tentang keberadaan lumut di tambak, pada umumnya petani tambak senang kalau tambaknya ditumbuhi lu- mut.
2.3.3 Plankton
Plankton merupakan organisme berukuran kecil (organisme renik) yang hidup dalam air dan pergerakannya tergantung arus. Plankton terdiri dari plankton nabati atau biasa disebut fitoplankton dan plankton hewani atau biasa disebut zoo- plankton. Bila di tambak dilakukan penumbuhan fitoplankton, pada umumnya akan tumbuh pula zooplankton. Dalam rantai makanan, zooplankton akan me- makan fitoplankton yang masih hidup, selanjutnya zooplankton akan dimakan oleh udang, jadi prinsipnya udang tidak langsung memakan fitoplankton, tetapi zooplankton.
Untuk menumbuhkan fitoplankton di tambak diperlukan kedalaman air 70 cm atau lebih dengan salinitas yang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton yaitu antara 5 – 30%. Namun demikian fitoplankton dapat juga ditumbuhkan pada tam- bak yang dangkal. Kemungkinan yang menjadi masalah adalah bahwa suhu tinggi merupakan hambatan bagi pertumbuhan fitoplankton, pada umumnya apabila klekap telah tumbuh, lalu volume air distambah, maka klekap akan berhenti tum- buh dan digantikan oleh fitoplankton yang akan tumbuh subur.
16
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni tahun 2014 yang berlokasi di kawasan tambak Universitas Muhammadiyah Makassar tepatnya di Dusun Kuricaddi, Desa Nisombalie, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun lokasi tambak tersebut dapat dilihat pada Gambar dibawah ini:
Gambar 1. Lokasi Tambak Kuricaddi Kabupaten Maros.
Sedangkan lokasi untuk analisis laboratorium kandungan nitrogen, posfor, dan kalium dilakukan di Laboratorium Tanah di Balai Pengembangan Penelitian Budidaya Air Payau (BPPBAP) Kaupaten Maros.
3.2. Alat dan Bahan.
Alat dan bahan yang digunakan dalam menganalisis unsur hara (N,P,K) pada tanah tambak Kuricaddi Kabupaten Maros akan diuraikan di bawah ini:
3.2.1 Nitrogen
Alat yang digunakan dalam menganalisis kandungan unsur nitrogen yaitu:
(1) Neraca analitik, (2) Tabung destruksi, (3) Alat destruksi, (4) Labu ukur 100 ml, (5) Erlenmeyer 250 ml, (6) Tabung destilasi, (7) Alat destilasi, (8) Buret, dan (9) Batu didih. Sedangkan Bahan yang akan digunakan mengukur nitrogen meli- puti: (1) asam sulfat pekat, (2) campuran selem, (3) asam borat %, (4) natrium hi- droksida 40% gr NaOH, (5) penunjuk conwey, 0,1 gr MM, 0,15 gr BCG dalam 200 ml etanol 96%, (6) larutan beku asam sulfat 0,050N, dan (7) Aguades.
Prosedur kerja sampel tanah yang sudah diayak ditimbang sebanyak 0,5 gram dengan menggunakan neraca analitik, masukkan sampel ke tabung lalu tam- bahkan 3 ml larutan H2SO4 pekat, setelah itu, tabung berisi larutan tersebut dile- takkan pada alat destruksi. Selanjutnya proses destruksi selama 4 jam sampai didapatkan uap bening dengan cara suhu dinaikkan secara bertahap hingga 3500C.
lalu larutan ditambahkan aquades sebanyak 50 ml dan diamkan satu malam. Se- lanjutnya dilakukan proses destilasi dengan cara tambahkan larutan HaOH 40%
sebanyak 10 ml. disamping itu siapkan Erlenmeyer sebagai wadah hasil destilasi yang sebelumnya telah ditambahkan larutan H3BO3 1 % sebanyak 10 ml. proses destilasi ini lakukan sampai menghasilkan cairan warna hijau mudah sebanyak 50- 75 ml.
18
Labu Erlenmeyer yang telah berisi cairan warna hijau mudah ini. Kemudi- an dititrasi sampai menjadi perubahan warna menjadi merah mudah dengan menggunakan larutan HCL. Apabila telah terjadi perubahan warna, dicatat jumlah larutan HCL yang terpakai selama proses titrasi. Selanjutnya, hitung jumlah HCL yang terpakai dengan rumus.
3.2.2 Posfor
Alat yang digunakan dalam menganalisis kadar posfor yaitu: (1) neraca analitik, (2) Pipat 1 mL, (3) botol kocok 100 ml, (4) mesin pengocok, (5) spektro- fotometer, (6) botol ekstrak, (7) pengicok tabung, (8) tabung reaksi, dan (9) Dis- penser 20 mL. Sedangkan Bahan yang akan digunakan untuk mengukur fosfor meliputi: (1) HCL 5N, (2) peraksi P pekat, (3) pereaksi pewarna P, (4) standar PO4 100 ppm, (5) pengekstrak Bray dan Kurts I, dan (6) deret standar PO4 (0-20 ppm)
Prosedur kerja sampel tanah di timbang sebanyak 2,5 gram dengan menggunakan neraca analitik, lalu masukkan sampel tersebut ke dalam labu ukur.
Selanjutnya, sampel ditambahkan 100 ml aquades dan ditambahkan larutan asam Fleischman (H2SO4 + HN03) sebanyak 20 ml dengan perlahan dan hati-hati.
Disamping itu, siapkan Beaker glass yang sebelumnya telah diisi air dan batu did- ih, lalu letakkan Beaker glass ke atas hot plate untuk dipanaskan. Kemudian ma- sukkan labu ukur yang telah terisi larutan tersebut ke dalam beaker glass untuk dipanaskan. Larutan dipanaskan dengan suhu 140 0C hingga diperoleh larutan yang bening.
3.2.3 Kalium
Alat yang digunakan dalam mengukur sampel kalium yang pertama adalah (1) Spektrofotometer UV-UIS yang membaca kadar kalium sampel, (2) botol kocok 50 ml, (3) kertas saring W91, (4) dispenser 20 ml, (5) pipet 2 ml, (6) tabung reaksi, (7) dispenser 10 ml, dan (8) mesin pengocok.
Bahan yang digunakan untuk mengukur kalium meliputi: (1) HCl 25 %, (2) aquases, (3) pereaksi K pekat, (4) pereaksi pewarna K, (5) standar induk 1.000 ppm PO4 (Titrisol), (6) standar induk 200 ppm PO4, (7) standar induk 1.000 ppm K (Titrisol), (8) standar 200 ppm K, (9) deret standar K (0; 2; 4; 8; 12; 16; dan 20 ppm).
Prosedur kerja yaitu: tanah timbang sebanyak 1,09 dimasukkan ke dalam botol kocok, ditambahkan 20 ml pengestrak olsen, kemudian dikocok selama 30 menit. Ekstrak di pipet 2 ml kedalam tabung reaksi dan selanjutnya bersama deret standar ditambahkan 10 ml pereaksi pewarna kocok hingga homogeny dan biar- kan 30 menit observasi larutan ukuran spektrofotometer pada panjang gelombang 889 nm.
3.3 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini meliputi: (1) Persiapan, (2) Penentuan stasium pengamatan, dan (3) Metode pengambilan sampel
20 3.3.1 Persiapan
Tahap ini diantaranya adalah dengan melakukan pengumpulan informasi mengenai kondisi umum lokasi penelitian, studi literatur, observasi lokasi penelitian, penentuan stasiun pengamatan, serta persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian.
Dalam melakukan penentuan stasiun pengamatan, dilakukan dengan cara purposive (Nasution, 2001 dalam Alexander, 2006) yang mengacu pada fisiografi lokasi agar sedapat mungkin bisa mewakili atau menggambarkan keadaan perairan tersebut.
3.3.2. Penentuan stasiun
Dalam pengambilan sampel tanah, dilakukan pembagian blok yang terdiri dari blok A, B, dan C. Dari ketiga blok ini kemudian dibagi kedalam tiga substasiun pengambilan sampel. Letak dari setiap blok yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
a. Blok A terdapat tambak windu yang terdiri dari tiga titik substasiun: (1) stasiun A1 adalah pintu pemasukan, (2) A2 pelataran talataran, dan (3) A3 pintu penge- luaran. Dengan titik koordinat S: 05o01.973o,T: 119o28.068o, Elev :-56 ft.
b. Blok B berada pada tambak bandeng terdiri dari 3 substasiun: (1) B1 pintu pemasukan air, (2) B2 adalah pelataran tambak, dan (3) B3 pintu pengeluaran air. Dengan titik koordinat S:05o01.403o,T:119o28.219o, Elev:-49 ft.
C3 A1
C1
C2
A2
A3 B1
B2 B2
c. Blok C berada pada saluran utama terdiri dari 3 substasiun: (1) C1 pintu pemasukan air utama, (2) C2 tengah saluran, dan (3) C3 pintu pengeluaran air.
Dengan titik koordinat S: 05o01.301o, T: 119o28.301o, Elev: 37 ft.
Pada penelitian tentang kualitas parameter kualitas tanah ini, pengambilan sampel tanah pada setiap blok dilakukan satu kali dalam sebulan dalam kurun waktu 2 bulan.
Di bawah ini disajikan gambar lokasi stasiun pengambilan sampel parameter tanah di pertambakan Kuricaddi.
Gambar 2. Stasiun pengambilan sampel penelitian.
3.3.3 Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan cara setiap lokasi pengamatan dibagi menjadi tiga stasiun pengambilan sampel.
Pengambilan sampel dilakukan satu kali dalam sebulan proses penelitian ini akan berlangsung selama 2 bulan.
Pengambilan sampel tanah pada setiap stasiun akan dilakukan dengan menggunakan pipa paralon dengan kedalaman 0-20 cm sampel tanah tersebut
22
dimasukkan ke dalam plastik yang telah diberi label sesuai dengan substasiun pengambilan sampel, kemudian sampel tanah dikeringkan di lemari penjemuran kemudian ditumbuk dan diayak selanjutnya sampel tanah dianalisis.
3.4. Peubah yang diamati.
Adapun variabel parameter yang dianalisis dalam penelitian ini adalah: ni- trogen, posfor, dan kalium.
3.4.1 Kandungan nitrogen menggunakan perhitungan sebagai berikut (Sulaeman el al. 2005)
( ) ( )
Keterangan:
Vc = ml titran contoh Vb = ml titran blanko
N = Normalitas larutan baku H2SO4 (0,01 N) 14 = bobot setara nitrogen
Mg = mg sampel tanah P = Pengenceran
3.4.2 Kandungan posfor menggunakan Perhitungan
( )
Keterangan :
Fp : Faktor Pengecer
Fk : Faktor Koreksi Kadar Air = 100 / (100 - % air)
142/90 : Faktor Konversi Bentuk PO4 menjadi P2O5
3.4.3 Kandungan kalium menggunakan rumus ISRIC (1993) Kadar P205 tersedia (ppm)
( )
( )
Keterangan:
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
Fp = Faktor pengenceran
Fk = Faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air) 142/190 = Faktor konversi bentuk P04 menjadi P205
3.5 Pengumpulan Data
Data hasil analisa di Laboratorium tanah Balai Pengembangan Penelitian Budidaya air Payau (BPPBAP) Kabupaten Maros. Data hasil pengujian di Laboratorium akan diidentifikasi dan dibandingkan dengan kriteria parameter tanah menurut standar kelayakan yang telah dirumuskan oleh para ahli dibidang kualitas tanah.
3.6 Analisis Data
Hasil analisis yang dilakukan di Laboratorium akan diolah secara deskriptif dengan membandingkan hasil dari lapangan dengan studi literatur
24
tentang kelayakan parameter tanah untuk budidaya tambak. Adapun literatur tentang kelayakan parameter tanah yang diuji lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Parameter N,P,K untuk kelayakan tanah dasar tambak Parameter
Diukur/Diamati
Kelayakan
Sumber Sangat lay-
ak Layak Layak
Bersyarak
(S1) (S2) (S3)
Nirogen 0,21 0,16 – 0,20 0,11 – 0,15 Mintardjo (1985)
Posfor 35
˃120
36 – 45 60 – 120
46
˂30
Mintardjo (1985) Andikari (2003) Kalium >500 350 – 500 <350 Mintardjo (1985)
Sumber: Mintardjo et al. (1985) dan Andikari (2003)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi
Dusun Kuricaddi merupakan salah satu dusun pesisir terdapat dalam wila- yah Desa Nisambalie, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Dusun Kuricaddi mempunyai panjang garis pantai sekitar 12 Km. Sebagaian garis pantai tersebut terdapat potensi lahan pertambakan seluas 40 ha. dan ekosistem mangrove seluas 23 Ha.
Selain potensi pertambakan dan ekosistem mangrove, terdapat pula lahan pesisir untuk pengembangan budidaya laut. Hingga saat ini potensi tersebut khu- susnya lahan pertambakan belum dikelola secara optimal, demikian juga lahan pesisir pemanfaatannya baru sebatas aktifitas penangkapan ikan.
Dari potensi lahan pertambakan yang dimiliki Dusun Kuricaddi, sekitar 23,50 ha adalah milik Universitas Muhammadiyah Makassar. Lahan pertambakan terse- but sebagai tempat praktek lapang bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, khususnya Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan. Kondisi lahan tambak milik Unismuh saat ini dalam tahap desain kontruksi yang dilaksanakan oleh Mangrove Aksi Pro- grame (MAP).
Kontruksi tambak Universitas Muhammadiyah Makassar didesain dengan mengintegrasikan ekologi dan ekonomi, yaitu 60% mangrove atau seluas 14,10 ha dan 40% tambak atau seluas 9,4 ha untuk lahan tambak didesain menjadi 3 blok dengan peruntukan komoditi sebagai berikut: (1) Lahan budidaya udang, (2) La- han budidaya ikan dan (3) Lahan untuk budidaya rumput laut.
26
Untuk kepentingan pengembangan tambak sebagai lahan praktek lapang bagi mahasiswa, maka dilakukan kajian parameter unsur hara tanah, apakah layak un- tuk peruntukan lahan tambak budidaya secara optimal dan berkelanjutan. Optimal artinya secara ekonomi menguntungkan untuk memenhi kebutuhan hidup generasi masa kini, Sedangkan Berkelanjutan artinya secara ekologis tetap lestari untuk memenuhi kebutuhan generasi masa yang akan datang.
4.2. Nitrogen
Berdasarkan hasil analisis laboratorium kandungan nitrogen pada tanah tambak Kuricaddi selama penelitian disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 : Hasil analisis Laboratorium kandungan nitrogen pada tanah tambak Ku- ricaddi
Bulan Pengambilan sampel (Blok)
Stasiun Rata-rata
1 2 3 (%)
1 A 0,14 0,05 0,09 0,09
B 0,10 0,18 0,13 0,14
C 0,13 0,14 0,10 0,12
2
A 0,18 0,22 0,13 0,18
B 0,18 0,12 0,17 0,16
C 0,12 0,09 0,01 0,07
Sumber: Hasil analisis BPPBAP, 2014
Berdasarkan Tabel 5 nilai rata-rata kadar nitrogen pada pengambilan sam- pel bulan pertama yang tertinggi blok B dengan nilai sebesar 0,14% dan nilai ter- endah blok A dengan nilai sebesar 0,09%. Sedangkan pada pengambilan sampel bulan kedua kadar nitrogen yang tertinggi pada blok A dengan nilai sebesar 0,18% dan nilai terendah blok C dengan nilai sebesar 0,07%. Hal ini diduga pada blok A dan B pengambilan sampel bulan kedua unsur hara meningkat karena di- pengaruhi oleh bahan organik meningkat didasar tambak dan air laut yang
mengandung unsur hara yang masuk ke dalam tambak ketika pasang kemudian mengendap di dasar tambak. Sejalan dengan mintardjo et al. (1985) menyatakan bahwa nitrogen dalam tanah dapat berasal dari bahan organik. Bahan organik da- lam tanah mengandung nitrogen dalam bentuk persenyawaan yang tinggi, seperti protein. Sumber nitrogen dalam tambak ada dua yaitu dari internal dan eksternal.
Secara internal nitrogen berasal dari bahan organik, sedangkan secara eksternal berasal dari air pasang dan air hujan, bahkan ada berasal dari atmosfir.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada blok A dan B pada pengambilan sampel bulan 2 layak (S2) karena berada pada kisaran optimum untuk melakukan usaha budidaya karena mendukung pertumbuhan makanan alami di tambak, hal ini sesuai dengan pendapat Padlan (1977) dalam Mintardjo et al. (1985) bahwa nilai layak (S2) berada pada kisaran optimum 0,16 % – 0,20%. Jika dibandingkan pada pengambilan sampel bulan pertama blok A, B dan blok C tidak mencapai kisaran optimum kelayakan usaha budidaya.
4.3 Posfor
Berdasarkan hasil analisis laboratorium kandungan unsur posfor pada tanah tambak Kuricaddi salama penelitian disajikan pada Tabel 6.
28
Tabel 6 : Hasil analisis Laboratorium kandungan posfor pada tanah tambak Ku- ricaddi
Bulan Pengambilan sampel (Blok)
Stasiun Rata-rata
(ppm)
1 2 3
1 A 23,15 7,82 17,26 16,08
B 56,16 73,85 37,89 55,97
C 63,62 14,49 24,34 34,15
2
A 54,56 25,29 49,08 42,98
B 127,46 83,27 82,11 97,61
C 81,50 37,88 33,16 50,85
Sumber: Hasil analisis BPPBAP, 2014
Berdasarkan Tabel 6 nilai rata-rata kandungan kadar posfor pada pengam- bilan sampel bulan pertama yang tertinggi terdapat pada blok B dengan nilai sebe- sar 55,97 ppm dan terendah terdapat pada blok A dengan nilai sebesar 16,08 ppm sedangkan pengambilan sampel bulan kedua nilai kadar posfor tertinggi pada blok B dengan nilai sebesar 97,61 ppm dan terendah terdapat pada blok A dengan nilai sebesar 42,98 ppm. Hal ini diduga pengambilan sampel pada blok B dan C banyak mengandung bebatuan dan kerang-kerangan sejalan dengan pendapat Effendi, (2003) dalam Amir (1994) Menyatakan bahwa pelapukan batuan mineral dan dekomposisi bahan organik memberikan kontribusi yang cukup besar bagi keberadaan posfor.
Hasil analisis menunjukkan bahwa blok A dan C pada pengambilan sam- pel bulan pertama kurang layak (S3) untuk melakukan usaha budidaya karena dibawah kisaran optimum, dibandingkan pada blok B sangat layak (S1) karena berada pada kisaran diatas optimum. Sesuai dengan pendapat Padlan (1977) da- lam Mintardjo et al. (1985) bahwa sangat layak (S1) berada pada kisaran 46 ppm, layak (S2) berada pada kisaran 36 – 45 ppm, dan kurang layak (S3) pada kisaran 35 ppm.
Jika dibandingkan pada bulan kedua pada blok B dan C sangat layak (S1) karena berada diatas kisaran optimum dan blok A layak (S2) untuk usaha budi- daya karena berada pada kisaran optimum. Apabila merujuk pada pendapat Andi- kari (2003) maka hanya blok B pengambilan sampel dua layak untuk melakukan usaha budidaya karena berada pada kisarann optimum.
4.4 Kalium
Hasil analisis di Laboratorium kandungan unsur kalium tanah tambak Ku- ricaddi disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 : Hasil analisis laboratorium kandungan kalium pada tanah tambak Ku- ricaddi
Bulan Pengambilan sam- pel (Blok)
Stasiun Rata-rata
(ppm)
1 2 3
1 A 114 154 134 134,00
B 118 183 139 146,67
C 218 121 134 134,00
2
A 228 433 489 383,33
B 585 559 654 599,33
C 508 597 818 641,00
Sumber: Hasil analisis BPTP, 2014
Berdasarkan Tabel 7 nilai rata-rata kandungan unsur kalium pada pengambi- lan sampel bulan pertama tertinggi terdapat pada blok B dengan nilai sebesar 146,67 ppm, sedangkan nilai unsur kalium terendah pada blok A dan C dengan nilai sebesar 134,00 ppm dan pada pengambilan sampel bulan kudua nilai unsur kalium yang tertinggi terdapat pada blok C dengan nilai sebesar 641,00 ppm se- dangkan nilai unsur kalium terendah terdapat pada blok A dengan nilai sebesar 383,33 ppm.
30
Faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya unsur kalium pada suatu tanah tambak dipengaruhi oleh air pasang. Seperti pada blok B dan C daerah ini merupakan daerah terbuka dimana blok B memiliki pematang yang jebol (ter- buka) dan saluran merupakan tempat sirkulasi air yang terjadi setiap saat sehingga kedua blok ini dipengaruhi oleh pasang surut air laut, menurut Mintardjo et al.
(1985) bahwa sumber utama kalium berasal dari air laut, yang masuk ke tambak pada waktu pasang. Di blok C juga terdapat pohon mangrove yang dapat mempengaruhi kandungan unsur hara termasuk kalium, hal ini sesuai pernyataan Arifin (2003) bahwa unsur hara yang terdapat di ekosistem mangrove terdiri atas hara anorganik dan organik. Anorganik: P, K, Ca, Mg, Na. Organik: fitoplankton, bakteri, alga. Sedangkan kandungan unsur hara yang terdapat di dalam daun-daun berbagai jenis mangrove terdiri atas karbon, nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium. Data ini dapat jelaskan bahwa blok B dan C sangat layak (S1) karena diatas kisaran optimum, blok A layak (S2) untuk melakukan usaha budidaya kare- na berada pada kisaran optimum, dan pada blok A, B, dan C kurang layak (S3) pada pengambilan sampel bulan pertama. Hal ini sesuai dengan pendapat Padlan (1977) dalam Mintardjo (1985) bahwa sangat layak (S1) berada pada kisaran
>500 ppm, layak (S2) berada pada kisaran 350 – 500 ppm, dan kurang layak (S3) pada kisaran <350 ppm.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian unsur hara (N,P,K) tanah tambak kuricaddi dapat disim- pulkan bahwa:
(a) Pada tambak windu kadar nitrogen berada pada kisaran optimum sedangkan posfor dan kalium diatas kisaran optimum untuk kegiatan usaha budidaya.
(b) Pada tambak bandeng kandungan unsur nitrogen masuk dalam kategori layak dan posfor dan kalium kategori sangat layak untuk kegiatan usaha budidaya.
(c) Pada saluran kandungan unsur nitrogen kurang layak sedangkan posfor dan kalium sangat layak untuk kegiatan usaha budidaya.
5.2 Saran
Hasil penelitian tanah tambak Kuricaddi mempunyai potensi yang besar dalam usah a budidaya udang dan ikan tetapi sebelum melakukan usaha budidaya masih perlu peningkatan kualitas tanah, perbaikan pematang dan pintu air baik pemasukan maupun pengeluaran untuk mendapatkan hasil diharapkan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Alexander. 2006. Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Di Teluk Kupang Nusa Tenggara Timur. UNDIP. Semarang.
Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Microbiology Second edition. John Wil- ley dan Son, Inc. NewYork.
Andikari. S. 2003. Fertilization. Soil dan Water Quality Manajementin Small Scalle ponds: Fertiliration Reguirementa and soil Properties cebtral Intitute of Freshwater Qualculture, kausalyagangga. Bulaneswar. India.
Amir .1994. Penggemukan dan Peneluran Kepiting Bakau, TECHner. Jakarta.
Arifin, A. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Penerbit kanisius. Ja- karta.
Brian E.S Diane and Carles 2004 the relative importance of nutrient enrichment and herbivory on macroalgal communites near. Journal if experimental Ma- rine and Biology 298:275-301
Boyd, C.E., C.W. Wood, and T. Thunjai. 2001. On- the- Gound Uses of CRSP Pond Soil Research Results. Pond Dynamic/Aquaculture CRSP Aquanews – Fall, Boyd, C.E., Wood, C.W., T. Thunjai. 2002. On- the- Gound Uses of CRSP Pond
Soil Research Results. Pond Dynamic/Aquaculture CRSP Aquanews – Fall,2001.
Buckman, H.O. dan N.C. Brady, 1982, Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara.
Jakarta.
Cholik F., Jagatraya A.G., Poernomo A.P., dan Fauzi A. 2005. Akukultur Tumpu- an Harapan Masa Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan Nusantara Ta- man Akuarium Air Tawar. Taman Mini Indonesia Indah.
Dahuri R., Rais J., Ginting SP., Sitepu Mj. 2002. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Sinar Geofisika. Jakarta
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2004. Kembangkan Budi- daya, Kendalikan Penangkapan. Bulletin
Direktorat Jenderal Perikanan. 1998. Potensi Lahan Pengembangan Budidaya Pantai di Laut Indonesia. Proyek Pengembangan dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Laut. Direktorat Jendral Perikanan Departemen Pertanian. Jakarta
Dinas Perikanan. 1996. Pengelolaan Air pada Budidaya Udang. Dinas Perikanan.
Jawa Tengah. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan perairan. Kanisius.yagyakarta
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Ling- kungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta
Hidayanto, M., H.W. Agus, dan F. Yossita., 2004. Analisis Tanah Tambak sebagai Indikator Tingkat Kesuburan Tambak. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol. 6, No. 4, (98-109) tahun 2004.
Badan Riset Pertanian, Departemen Pertanian Indonesia.
Isnansetyo Alim dan Kurniastuty (1995), Teknik Kultur Phytoplankton Zooplankton.
Pakan Alam untuk pembenihan organism laut, Kanisius,Yokyakarta.
Kautsky, L. 1989. Factor Limiting Seaweed Production. Workshop-Univ. S. Pau- lo/int. Foundation for Sciences “Cultivation of Seaweeds in Latin Ameri- ka”. Brazil.
Kusnandi., Ismail. 2004. Pengantar Analisis Instrumental. Bloger; SMK Bogor
Kusnendar E. dan Pudjihartono 1985. Pedoman Budidaya Tambak. Balai Budi- daya Air Payau Jepara. Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian Republik Indonesia
Mintardjo KA., Sunaryanto., Utamitiningsih., Hermianingsih. 1985. Pedoman Budidaya Tambak. Balai Budidaya Air Payau Jepara. Direktoral Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Nurdjana. 2009. Penuntun Analisa Tanah. Publikasi No.10/71, Lembaga Penelitian Tanah, Bogor. Tejoyuwono, T. 1998. Tanah Dan Lingkungan.
Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi Depertemn Pendidikan dan kebudayaan.
Odum E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
Padlan, D.G. 1977. Scme Effect of Commercial Partilizert at the Weastern Visayas Demonstration Fishfarm. Reading on Aquaculture practices. SEAFDEC Aquakulture Depertement. Ililo. P 139-142
Poernomo. 1988. Pembuatan Tambak di Indonesia Seri Pengembangan No. 7. 1988.
34
Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai. Maros.
Poernomo A. 1992. Pemilihan Lokasi Tambak Udang Berwawasan Lingkungan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. Petamburan VI, Jakarta
Rachmansyah., Usman., dan Ahmad T. 1999. Kumpulan Paket Teknologi Peri- kanan Pantai. Maros
Rokhimin Dahuri, Jakub Rais, Sapta Putra Ginting; M.J. Sitepu. 2002. Pen- golahan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Laut Secara Terpadu, Sinar Geofisika. Jakarta
Rustam 2005 Analisis Dampak Kegiatan Pertambakan Terhadap Daya Dukung Kawasan Pesisir di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Disertasi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Santoso, M. 2003. Dari Pers Tur ke Hutan ”Mangrove” di Grinting, Biawak dan Buaya Kini Sering Tampak. Harian Pikiran Rakyat. Selasa, 28 Januari 2003.
http://www.pikiran-rakyat.com/ yang direkam pada 15 Jul 2007 19:25:16 GMT.
Soedibya PHT., Pramono TB. 2009. Aquaculture Engineering. Cahaya Pineleng.
Jakarta.
Sonnenholzner, S dan Boyd. C. E. 2000. Chemical and Physical Properties of Shrimp Pond Bottom Soil in Ecuador. Journal of The World aquaculture Society. Vol. 31, No. 3, pp. 358-375.
Tacon, A. G. J. 1991. Nutrition and feeding of farmed fish and shrimp-A training Manual. 1. The essential Nutrients. Food and Agriculture Organization of The United Nations Brasilla, Brazil. 117 pp
36
Lampiran 1: Alat yang digunakan selama penelitian.
Lampiran 2: Kegiatan selama penelitian
38
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Syamsir, dilahirkan pada tanggal 03 Maret 1988 di Kassilohe Desa Lembang Kecamatan Ka- jang Kabupaten Bulukumba. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Hampeng dan Ramlah. Tahun 2002 penulis lulus SD Negeri Inti 111 Kassibuta, tahun 2005 lulus SLTP Negeri 2 Kajang, Tahun 2008 lulus SLTA Negeri 1 Kajang. Tahun 2010 penulis berhasil diterima di Universitas Muhammadiyah Makassar Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian. Selama menjalani dunia kemahasiswaan, penulis pernah men- jadi pengurus Forum Mahasiswa Botta Toa (FMBT) Bantaeng pada periode 2010- 2011 dan pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Budidaya Perairan. Un- tuk menyelesaikan studi penulis melaksanakan magang di Balai Penelitian Pengembangan Budiadaya Air Payau Kabupaten Maros pada tahun 2013 dan Kuliah Kerja Propesi (KKP) di Kabupaten Pangkep pada tahun 2013. Tahun 2014 melakukan penelitian terpadu di tambak Universitas Muhammadiyah Makassar Dusun Kuricaddi, Desa Nisambalie, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, dengan judul “Studi Parameter unsur Hara (Nitrogen, Posfor, Kalium) Tanah Un- tuk Peruntukan Budidaya Ikan dan Udang di Kawasan Tambak Kuricaddi Kabu- paten Maros”. Berkat bimbingan bapak/Ibu dosen dan doa kedua orang tua serta dukungan keluarga, adik dan kakak-kakakku tersayang dan tercinta, penulis ber- hasil menyelesaikan program serjana (SI) pada Fakultas Pertanian, Jurusan Budi- daya Perairan, Universitas Muhammadiyah Makkasar pada 18 Oktober 2014.