IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi
Dusun Kuricaddi merupakan salah satu dusun pesisir terdapat dalam wila-yah Desa Nisambalie, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Dusun Kuricaddi mempunyai panjang garis pantai sekitar 12 Km. Sebagaian garis pantai tersebut terdapat potensi lahan pertambakan seluas 40 ha. dan ekosistem mangrove seluas 23 Ha.
Selain potensi pertambakan dan ekosistem mangrove, terdapat pula lahan pesisir untuk pengembangan budidaya laut. Hingga saat ini potensi tersebut khu-susnya lahan pertambakan belum dikelola secara optimal, demikian juga lahan pesisir pemanfaatannya baru sebatas aktifitas penangkapan ikan.
Dari potensi lahan pertambakan yang dimiliki Dusun Kuricaddi, sekitar 23,50 ha adalah milik Universitas Muhammadiyah Makassar. Lahan pertambakan terse-but sebagai tempat praktek lapang bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, khususnya Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan. Kondisi lahan tambak milik Unismuh saat ini dalam tahap desain kontruksi yang dilaksanakan oleh Mangrove Aksi Pro-grame (MAP).
Kontruksi tambak Universitas Muhammadiyah Makassar didesain dengan mengintegrasikan ekologi dan ekonomi, yaitu 60% mangrove atau seluas 14,10 ha dan 40% tambak atau seluas 9,4 ha untuk lahan tambak didesain menjadi 3 blok dengan peruntukan komoditi sebagai berikut: (1) Lahan budidaya udang, (2) La-han budidaya ikan dan (3) LaLa-han untuk budidaya rumput laut.
26
Untuk kepentingan pengembangan tambak sebagai lahan praktek lapang bagi mahasiswa, maka dilakukan kajian parameter unsur hara tanah, apakah layak un-tuk perunun-tukan lahan tambak budidaya secara optimal dan berkelanjutan. Optimal artinya secara ekonomi menguntungkan untuk memenhi kebutuhan hidup generasi masa kini, Sedangkan Berkelanjutan artinya secara ekologis tetap lestari untuk memenuhi kebutuhan generasi masa yang akan datang.
4.2. Nitrogen
Berdasarkan hasil analisis laboratorium kandungan nitrogen pada tanah tambak Kuricaddi selama penelitian disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 : Hasil analisis Laboratorium kandungan nitrogen pada tanah tambak Ku-ricaddi
Sumber: Hasil analisis BPPBAP, 2014
Berdasarkan Tabel 5 nilai rata-rata kadar nitrogen pada pengambilan sam-pel bulan pertama yang tertinggi blok B dengan nilai sebesar 0,14% dan nilai ter-endah blok A dengan nilai sebesar 0,09%. Sedangkan pada pengambilan sampel bulan kedua kadar nitrogen yang tertinggi pada blok A dengan nilai sebesar 0,18% dan nilai terendah blok C dengan nilai sebesar 0,07%. Hal ini diduga pada blok A dan B pengambilan sampel bulan kedua unsur hara meningkat karena di-pengaruhi oleh bahan organik meningkat didasar tambak dan air laut yang
mengandung unsur hara yang masuk ke dalam tambak ketika pasang kemudian mengendap di dasar tambak. Sejalan dengan mintardjo et al. (1985) menyatakan bahwa nitrogen dalam tanah dapat berasal dari bahan organik. Bahan organik da-lam tanah mengandung nitrogen dada-lam bentuk persenyawaan yang tinggi, seperti protein. Sumber nitrogen dalam tambak ada dua yaitu dari internal dan eksternal.
Secara internal nitrogen berasal dari bahan organik, sedangkan secara eksternal berasal dari air pasang dan air hujan, bahkan ada berasal dari atmosfir.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada blok A dan B pada pengambilan sampel bulan 2 layak (S2) karena berada pada kisaran optimum untuk melakukan usaha budidaya karena mendukung pertumbuhan makanan alami di tambak, hal ini sesuai dengan pendapat Padlan (1977) dalam Mintardjo et al. (1985) bahwa nilai layak (S2) berada pada kisaran optimum 0,16 % – 0,20%. Jika dibandingkan pada pengambilan sampel bulan pertama blok A, B dan blok C tidak mencapai kisaran optimum kelayakan usaha budidaya.
4.3 Posfor
Berdasarkan hasil analisis laboratorium kandungan unsur posfor pada tanah tambak Kuricaddi salama penelitian disajikan pada Tabel 6.
28
Tabel 6 : Hasil analisis Laboratorium kandungan posfor pada tanah tambak Ku-ricaddi
Sumber: Hasil analisis BPPBAP, 2014
Berdasarkan Tabel 6 nilai rata-rata kandungan kadar posfor pada pengam-bilan sampel bulan pertama yang tertinggi terdapat pada blok B dengan nilai sebe-sar 55,97 ppm dan terendah terdapat pada blok A dengan nilai sebesebe-sar 16,08 ppm sedangkan pengambilan sampel bulan kedua nilai kadar posfor tertinggi pada blok B dengan nilai sebesar 97,61 ppm dan terendah terdapat pada blok A dengan nilai sebesar 42,98 ppm. Hal ini diduga pengambilan sampel pada blok B dan C banyak mengandung bebatuan dan kerang-kerangan sejalan dengan pendapat Effendi, (2003) dalam Amir (1994) Menyatakan bahwa pelapukan batuan mineral dan dekomposisi bahan organik memberikan kontribusi yang cukup besar bagi keberadaan posfor.
Hasil analisis menunjukkan bahwa blok A dan C pada pengambilan sam-pel bulan pertama kurang layak (S3) untuk melakukan usaha budidaya karena dibawah kisaran optimum, dibandingkan pada blok B sangat layak (S1) karena berada pada kisaran diatas optimum. Sesuai dengan pendapat Padlan (1977) da-lam Mintardjo et al. (1985) bahwa sangat layak (S1) berada pada kisaran 46 ppm, layak (S2) berada pada kisaran 36 – 45 ppm, dan kurang layak (S3) pada kisaran 35 ppm.
Jika dibandingkan pada bulan kedua pada blok B dan C sangat layak (S1) karena berada diatas kisaran optimum dan blok A layak (S2) untuk usaha budi-daya karena berada pada kisaran optimum. Apabila merujuk pada pendapat Andi-kari (2003) maka hanya blok B pengambilan sampel dua layak untuk melakukan usaha budidaya karena berada pada kisarann optimum.
4.4 Kalium
Hasil analisis di Laboratorium kandungan unsur kalium tanah tambak Ku-ricaddi disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 : Hasil analisis laboratorium kandungan kalium pada tanah tambak Ku-ricaddi
Sumber: Hasil analisis BPTP, 2014
Berdasarkan Tabel 7 nilai rata-rata kandungan unsur kalium pada pengambi-lan sampel bupengambi-lan pertama tertinggi terdapat pada blok B dengan nilai sebesar 146,67 ppm, sedangkan nilai unsur kalium terendah pada blok A dan C dengan nilai sebesar 134,00 ppm dan pada pengambilan sampel bulan kudua nilai unsur kalium yang tertinggi terdapat pada blok C dengan nilai sebesar 641,00 ppm se-dangkan nilai unsur kalium terendah terdapat pada blok A dengan nilai sebesar 383,33 ppm.
30
Faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya unsur kalium pada suatu tanah tambak dipengaruhi oleh air pasang. Seperti pada blok B dan C daerah ini merupakan daerah terbuka dimana blok B memiliki pematang yang jebol (ter-buka) dan saluran merupakan tempat sirkulasi air yang terjadi setiap saat sehingga kedua blok ini dipengaruhi oleh pasang surut air laut, menurut Mintardjo et al.
(1985) bahwa sumber utama kalium berasal dari air laut, yang masuk ke tambak pada waktu pasang. Di blok C juga terdapat pohon mangrove yang dapat mempengaruhi kandungan unsur hara termasuk kalium, hal ini sesuai pernyataan Arifin (2003) bahwa unsur hara yang terdapat di ekosistem mangrove terdiri atas hara anorganik dan organik. Anorganik: P, K, Ca, Mg, Na. Organik: fitoplankton, bakteri, alga. Sedangkan kandungan unsur hara yang terdapat di dalam daun-daun berbagai jenis mangrove terdiri atas karbon, nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium. Data ini dapat jelaskan bahwa blok B dan C sangat layak (S1) karena diatas kisaran optimum, blok A layak (S2) untuk melakukan usaha budidaya kare-na berada pada kisaran optimum, dan pada blok A, B, dan C kurang layak (S3) pada pengambilan sampel bulan pertama. Hal ini sesuai dengan pendapat Padlan (1977) dalam Mintardjo (1985) bahwa sangat layak (S1) berada pada kisaran
>500 ppm, layak (S2) berada pada kisaran 350 – 500 ppm, dan kurang layak (S3) pada kisaran <350 ppm.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian unsur hara (N,P,K) tanah tambak kuricaddi dapat disim-pulkan bahwa:
(a) Pada tambak windu kadar nitrogen berada pada kisaran optimum sedangkan posfor dan kalium diatas kisaran optimum untuk kegiatan usaha budidaya.
(b) Pada tambak bandeng kandungan unsur nitrogen masuk dalam kategori layak dan posfor dan kalium kategori sangat layak untuk kegiatan usaha budidaya.
(c) Pada saluran kandungan unsur nitrogen kurang layak sedangkan posfor dan kalium sangat layak untuk kegiatan usaha budidaya.
5.2 Saran
Hasil penelitian tanah tambak Kuricaddi mempunyai potensi yang besar dalam usah a budidaya udang dan ikan tetapi sebelum melakukan usaha budidaya masih perlu peningkatan kualitas tanah, perbaikan pematang dan pintu air baik pemasukan maupun pengeluaran untuk mendapatkan hasil diharapkan.
32