• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT DENGAN KETERSEDIAAN SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DI KELURAHAN LEKOBALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT DENGAN KETERSEDIAAN SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DI KELURAHAN LEKOBALO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT DENGAN KETERSEDIAAN SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

DI KELURAHAN LEKOBALO

Hesty Rafianty Suherman1), Dian Saraswati2), Sirajuddien Bialangi3)

1. Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo (Hesty Rafianty Suherman)

Email : hestysuherman@yahoo.com

2. Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo (Dian Saraswati) Email : diansaraswati69@yahoo.com

3. Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo (Sirajuddien Bialangi)

Email : sirajuddien.bialangi@gmail.com

Abstrak

Kelurahan Lekobalo merupakan wilayah pesisir danau dan pegunungan. Dengan kondisi wilayah tersebut, pembuangan limbah cair hasil kegiatan rumah tangga tidak terkelola dengan baik. Perlu untuk setiap rumah menyediakan saluran pembuangan air limbah. Namun, kurangnya tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat menyebabkan minimnya ketersediaan saluran pembuangan air limbah. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat dengan ketersediaan saluran pembuangan air limbah di Kelurahan Lekobalo.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat dengan ketersediaan saluran pembuangan air limbah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Observasional analitik dengan pendekatan Cross sectional. Waktu penelitian adalah selama satu minggu dengan sampel sebanyak 83 orang. Dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan Chi Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan masyarakat dengan ketersediaan saluran pembuangan air limbah (p value = 0,013). Dan ada hubungan sikap masyarakat dengan ketersediaan saluran pembuangan air limbah (p value = 0,000). Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat berhubungan dengan ketersediaan saluran pembuangan air limbah di Kelurahan Lekobalo. Diharapkan masyarakat lebih dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dan mengupayakan pengadaan saluran pembuangan air limbah.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Ketersediaan, SPAL

Abstract

Lekobalo is coastal areas of the lake and mountains. In addition, the location of the house adjacent to the limitations of land that makes disposal of liquid waste household activity results are not managed properly. Every home needs to provide sewerage. However, lack of knowledge and attitudes of society cause lack of availability of sewerage. Research problem was “is there a correlation of knowledge and attitude level of society with the availability of sewerage in Lekobalo?.”

This study aimed at knowing the correlation of knowledge and attitude level of society with the availability of sewerage. This study was observational analytic research with cross sectional approach to measure independent variable and dependent variable at a time. This study took place for one week with a sample of 83 people with inclusion and exclusion criteria. Data were collected through using questionnaire. Data anlysis used chi square with the significance level α = 0,05.

The results show that there is a correlation of knowledge and attitude level of society with the availability of sewerage (p value = 0,006). And there is a correlation of the attitude of society and the availability of sewerage (p value = 0,000). It concluded that knowledge and attitude level of society related to the availability of sewerage in Lekobalo. Society is expected to be able to improve hygienic and healthy behavior and to seek procurement sewerage.

Keywords : Knowledge, Attitude Availability, Sewerage

(3)

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi pengelolaan air limbah domestik terburuk ke tiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar. Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari 400.000 m3/hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu (Antara, 2008).

Besarnya jumlah pencemar domestik yang masuk ke badan air disebabkan oleh kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih relatif rendah. Sebagian besar masyarakat masih membuang air limbah domestik dari kegiatan mandi, cuci, dan kakus (grey water) begitu saja. Bahkan limbah domestik padat sering juga dibuang ke badan air seperti sungai dan danau. Akibatnya banyak jenis penyakit yang muncul secara epidemik maupun endemik melalui perantara air. Penyakit yang timbul melalui perantara air disebut water born disease.

Berdasarkan evaluasi paruh waktu RPJMN 2010-2014 dalam rangka mencegah kasus penyakit menular, upaya penyehatan lingkungan seperti penyediaan air bersih dan sanitasi terus dilakukan. Persentase penduduk yang memiliki akses sanitasi dasar berkualitas mencapai 55,6% masih di bawah target 67% di tahun 2011, sehingga perlu upaya kerja keras untuk dapat mencapai target 75% di tahun 2014.

Upaya pencapaian tersebut didukung dengan Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dilakukan di 7.325 desa atau 36%

dari total target tahun 2014.

Salah satu dari lima pilar STBM adalah pengamanan limbah cair rumah tangga berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan.

Untuk menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana berupa sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan sumur resapan. Limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah.

Dari hasil observasi awal yang dilakukan, Kelurahan Lekobalo mempunyai total luas

912,5 Ha/m2 dengan luas pemukiman 620 Ha/m2 dan merupakan wilayah pesisir danau Limboto. Selain itu, kondisi wilayahnya juga merupakan wilayah pegunungan sehingga ketersediaan saluran pembuangan air limbah masih menjadi persoalan. Untuk masyarakat yang bermukim di pesisir danau, air limbah hasil dari kegiatan sehari-hari hanya dialirkan begitu saja ke danau. Sedangkan masyarakat yang bertempat tinggal di pegunungan, air limbahnya dibiarkan tergenang dan mengalirkannya sampai ke jalan raya.

Permasalahan lain adalah karena keterbatasan lahan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran karena rendahnya pengetahuan masyarakat. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber informasi dan faktor pendidikan serta faktor lingkungan.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Observasional analitik dengan pendekatan Cross sectional. Waktu penelitian adalah selama satu minggu dengan sampel sebanyak 83 orang.

Teknik pengambilan sampel purposive sampling. Dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dengan Chi Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.

III. HASIL

a. Hasil Penelitian

3.1.1 Gambaran Umum Responden 1. Karakteristik Umur

Tabel 3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur (tahun)

Jumlah

n %

29-44 52 62,7

45-59 24 28,9

60-74 7 8,4

Total 83 100

Sumber : Data Primer, 2015

Dari tabel 3.1 karakteristik responden berdasarkan umur menunjukkan bahwa yang terbanyak adalah pada kelompok umur 29-44 tahun yaitu sebanyak 52 orang ( 62,7%) dan paling sedikit adalah kelompok umur 60-74 tahun yaitu sebanyak 7 orang (8,4%).

(4)

2. Karakteristik Jenis Kelamin

Tabel 3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

n %

Laki-laki 29 34,9

Perempuan 54 65,1

Total 83 100

Sumber : Data Primer, 2015

Dari tabel 3.2 karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, dari total 83 responden menunjukkan bahwa yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 54 orang (65,1%) dan pada laki-laki sebanyak 29 orang (34,9%).

3. Karakteristik Pekerjaan

Tabel 3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah

n %

IRT 51 61,4

Swasta 21 25,3

Nelayan 8 9,6

PNS 3 3,6

Total 83 100

Sumber : Data Primer, 2015

Dari tabel 3.3 karakteristik responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa responden yang paling banyak adalah IRT yaitu sebanyak 51 orang (61,4%) sedangkan yang paling sedikit adalah PNS yaitu sebanyak 3 orang (3,6%).

4. Karakteristik Pendidikan

Tabel 3.4 Karaktersitik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah

n %

SD 33 39,8

SMP 22 26,5

SMA 26 31,3

S1 2 2,4

Total 83 100

Sumber : Data Primer, 2015

Dari tabel 3.4 karakteristik responden berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa yang paling banyak adalah SD yaitu sebanyak 33 orang (39,8%) sedangkan yang paling sedikit adalah S1 yaitu 2 orang (2,4%).

3.1.2 Hasil Analisis Univariat

1. Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan

Tabel 3.5 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan Jumlah

n %

Baik 16 19,3

Kurang 67 80,7

Total 83 100

Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 3.5 distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang ketersediaan saluran pembuangan air limbah menunjukkan bahwa paling banyak responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 67 orang (80,7%) dan memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 17 orang (19,3%).

2. Distribusi responden menurut sikap

Tabel 3.6 Distribusi Responden Menurut Sikap

Sikap Jumlah

n %

Positif 36 43,4

Negatif 47 56,6

Total 83 100

Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 3.6 distribusi responden menurut sikap tentang ketersediaan saluran pembuangan air limbah menunjukkan bahwa yang paling banyak adalah sikap negatif yaitu sebanyak 47 orang (56,6%) dan sikap positif sebanyak 36 orang (43,4%).

3. Distribusi ketersediaan saluran pembuangan air limbah

Tabel 3.7 Distribusi Ketersediaan Saluran Pembuangan Air Limbah

Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 3.7 distribusi ketersediaan saluran pembuangan air limbah menunjukkan bahwa yang paling banyak tidak ada yaitu sebanyak 51 rumah (61,4%) sedangkan yang ada sebanyak 32 rumah (38,6%).

3.1.3 Hasil Analisis Bivariat

1. Hubungan tingkat pengetahuan masyarakat dengan ketersediaan saluran pembuangan air limbah

Ketersediaan SPAL Jumlah

n %

Ada 32 38,6

Tidak ada 51 61,4

Total 83 100

(5)

Tabel 3.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat dengan Ketersediaan Saluran Pembuangan Air Limbah

Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 3.8 hubungan tingkat pengetahuan masyarakat dengan ketersediaan saluran pembuangan air limbah dapat diketahui bahwa dari jumlah responden yang mempunyai pengetahuan kurang yaitu 67 orang, terdapat 46 orang (68,7%) dengan rumah tidak memiliki SPAL dan terdapat 21 orang (31,3%) dengan rumah yang memiliki SPAL. Sedangkan untuk pengetahuan baik dari jumlah 16 orang, yang memiliki SPAL sebanyak 11 orang (68,8%) dan tidak memiliki SPAL adalah sebanyak 5 orang (31,2%). Dari hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai χ2 hitung (7,629) > χtabel (3,841) atau nilai p value = 0,006 (p value < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan masyarakat dengan ketersediaan saluran pembuangan air limbah.

2. Hubungan sikap masyarakat dengan ketersediaan saluran pembuangan air limbah

Tabel 3.9 Hubungan Sikap Masyarakat dengan Ketersediaan Saluran Pembuangan Air Limbah

Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 3.9 hubungan sikap masyarakat dengan ketersediaan saluran pembuangan air limbah dapat diketahui bahwa dari jumlah responden yang mempunyai sikap negatif yaitu 47 orang, terdapat 39 orang (83,0%) dengan rumah tidak memiliki SPAL dan terdapat 8 orang (17,0%) dengan rumah yang memiliki SPAL. Sedangkan untuk sikap positif, dari jumlah 36 orang, yang memiliki SPAL sebanyak 24 orang (66,7%) dan tidak memiliki SPAL adalah 12 orang (33,3%). Dari hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai χ2 hitung (21,209) > χtabel (3,841) atau nilai p value

= 0,000 sehingga p value < 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan sikap masyarakat dengan ketersediaan saluran pembuangan air limbah

.

IV. PEMBAHASAN

Berdasarkan karakteristik responden, kelompok umur yang paling banyak adalah 29- 44 tahun yaitu sebanyak 52 orang (62,7%).

Menurut asumsi peneliti hal ini dikarenakan kelompok umur tersebut masih merupakan kelompok umur produktif yang pemikiran dan daya penalarannya masih aktif, sedangkan kelompok 60-74 adalah yang paling sedikit sebanyak 7 orang (8,4%). Hal ini karena menurunnya fungsi organ termasuk daya ingat dan pemahaman dan kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur lanjut usia (WHO dalam Afandi, 2013).

Untuk jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan yaitu 54 orang (65,1%) dan pada laki-laki sebanyak 29 orang (34,9%).

Menurut asusmsi peneliti hal berkaitan dengan pekerjaan yang sebagian besar responden adalah Ibu Rumah Tangga. Selain itu, menurut Latipun (dalam Adiprana dan Rijanta, 2012) salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah jenis kelamin. Perempuan dan laki-laki mempunyai perbedaan sikap dan sifat dalam mendapatkan pengetahuan.

Sedangkan pada pekerjaan terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 51 orang (61,4%). Peneliti berasumsi Ibu Rumah Tangga yang paling dominan karena sebagian besar responden hanya menyelasaikan pendidikan pada Sekolah Dasar. Selain itu berpengaruh pada status ekonominya. Keluarga dengan status ekonomi rendah tentu mengesampingkan kebutuhan terhadap informasi karena itu bukan termasuk kebutuhan primer. Akibatnya, keluarga dengan status ekonomi rendah mempunyai pengetahuan lebih sedikit.

Dan pendidikan paling banyak adalah SD yaitu 33 orang (39,8%). Hal ini berpengaruh pada tingkat pengetahuan. Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima pengetahuan baru.

4.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat dengan Ketersediaan Saluran Pembuangan Air Limbah Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai p value = 0,006 (p value < 0,05). Sehingga Ho ditolak yang berarti ada hubungan tingkat pengetahuan masyarakat

Penge tahu

an

Ketersediaan SPAL

Jumlah χ2 ρ value Tidak

Ada Ada

n % n % n %

Kurang 46 68,

7 21 31,

3 67 100

7,629 0,006 Baik 5 31,

2 11 68,

8 16 100 Total 51 61,

4 32 38,

6 83 100

Sikap

Ketersediaan SPAL

Jumlah χ2

ρ value Tidak Ada Ada

N % n % N %

Negatif 39 83,

0 8 17,

0 47 100

21,209 0,000 Positif 12 33,

3 24 66,

7 36 100

Total 51 61,

4 32 38,

6 83 100

(6)

dengan ketersediaan saluran pembuangan air limbah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmaniah (2013) yaitu ada hubungan pengetahuan dengan pengelolaan air limbah rumah tangga.

Menurut asumsi peneliti, kurangnya penyuluhan kesehatan menyebabkan minimnya informasi yang didapat masyarakat tentang saluran pembuangan air limbah atau prinsip pengamanan limbah cair rumah tangga yang merupakan salah satu aspek dalam sanitasi total berbasis masyarakat. Sejalan dengan penelitian Hermawati (2012) yang menyatakan tingkat pengetahuan keluarga masih kurang dalam pengolahan limbah cair rumah tangga di Dusun Bottolampe Kabupaten Barru sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan.

Menurut Supratno (dalam Rahmaniah, 2013) bahwa semakin tingginya pengetahuan masyarakat, maka semakin memahami cara pembuangan air limbah yang baik serta dapat mengelola air limbah yang memenuhi syarat kesehatan. Jika rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap air limbah maka masyarakat tidak mempunyai pemahaman tentang pembuangan air limbah yang benar dan tidak mencemari lingkungan. Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting terhadap pembuangan air limbah rumah tangga.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau tahu seseorang terhadap objek melaui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010)

Selain itu, latar belakang pendidikan responden mempengaruhi pengetahuan karena pendidikan paling banyak adalah SD. Dan didukung oleh penelitian Dwipayanti (2012) yang menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruh ketersediaan septictank dan sambungan sewerage system permukiman pinggiran kali Kelurahan Dangin Puri. Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima pengetahuan baru.

4.2 Hubungan Sikap Masyarakat dengan Ketersediaan Saluran Pembuangan Air Limbah

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai p value = 0,000 (p value < 0,05). Sehingga Ho ditolak yang berarti

ada hubungan sikap masyarakat dengan ketersediaan saluran pembuangan air limbah.

Sejalan dengan hasil penelitian Adiprana dan Rijanta (2012) yang menyimpulkan ada hubungan sikap terhadap perilaku masyarakat dalam pemanfaatan prasarana instalasi pengolahan air limbah di wilayah Kartamantul.

Sikap negatif berhubungan dengan tidak tersedianya saluran pembuangan air limbah menurut asumsi peneliti karena pengetahuan masyarakat masih minim. Sebagian besar masyarakat tidak bisa membedakan antara pembuangan untuk limbah padat dan limbah cair. Alasan seperti sudah menjadi kebiasaan dan juga kurangnya kesadaran akan pentingnya hidup bersih dan sehat serta keterbatasan lahan adalah mengapa masyarakat tidak menyediakan saluran pembuangan air limbah.

Seperti yang dinyatakan Sasongko (2006) dalam penelitian yang berjudul kontribusi air limbah domestik penduduk terhadap kualitas air sungai Kaligarang serta upaya penanganannya, keterbatasan tanah mengakibatkan masyarakat memiliki kesulitan mencari tempat untuk memproses air limbah domestiknya sehingga sulit untu pengadaan drainase atau saluran untuk pembuangan limbah cair rumah tangga yang dihasilkan oleh kegiatan sehari-hari.

Suatu sikap belum otomatis terwujudnya dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Gerungan (dalam Hermawati, 2012) sikap tidak mungkin terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek. Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu, tetapi sikap terbentuk sepanjang perkembangan.

Peranan sikap dalam kehidupan manusia sangat besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu akan turut menentukan cara tingkahlakunya terhadap objek–objek sikapnya.

Adanya sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objeknya.

Supratno (dalam Rahmananiah, 2013) menyatakan sikap masyarakat terhadap kesehatan lingkungan termasuk didalamnya pembuangan air limbah rumah tangga merupakan suatu respon tentang cara pengelolaan air limbah yang memenuhi syarat.

Sikap masyarakat yang kurang adalah tidak mau menerima saran dan ide terhadap perkembangan

(7)

pembuangan air limbah yang memenuhi syarat kesehatan. Sikap masyarakat yang demikian merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat peningkatan derajat kesehatan.

V. KESIMPULAN

Adapun simpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan tingkat pengetahuan masyarakat dengan ketersediaan saluran pembuangan air limbah di Kelurahan Lekobalo. Dari hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai p value (0,006)<0,05. Dan ada hubungan sikap masyarakat dengan ketersediaan saluran pembuangan air limbah di Kelurahan Lekobalo.

Dari hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai p value (0,000)<0,05.

VI. REFERENSI

Adiprana dan Rijanta. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Pemanfaatan Prasarana Instalasi Pengolahan Air Limbah Di Wilayah Kartamantul. Jurnal, Yogyakarta Afandi, YL. 2013. Keberlanjutan Sistem

Pengelolaan Air Limbah Domestik Komunal Berbasis Masyarakat di Kota Probolinggo. Tesis, Universitas Diponegoro Amriana. 2010. Tinjauan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga Di Desa Abeuk Jaloh Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen Tahun 2010. Jurnal, Universitas Muhammadiyah Aceh

BAPPENAS. 2013. Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2010-2014. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Dharma, K. 2011. Metodologi Penelitian

Keperawatan. Jakarta: CV Trans Info Media

Dwipayanti, Utami. 2012. Faktor Pengaruh Terhadap Ketersediaan Septictank Dan Sambungan Sewerage System Permukiman Pinggiran Kali, Kel. Dangin Puri, Denpasari. Jurnal, Universitas Udayana Fuaddil, Ummi. 2011. Gambaran Faktor-faktor

yang Berhubungan Dengan Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga di Desa Balee Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten

Pidie. Skripsi, STIKES U’Budiyah Banda Aceh

Hermawati. 2012. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Keluarga Dalam Pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga Di Dusun Bottolampe Kabupaten Barru. Jurnal, STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Kementrian Kesehatan. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Marini, Dini. 2009. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mengenai DBD pada Keluarga di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009. Skripsi, Universitas Sumatera Utara

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Sasongko, Lutfi. 2006. Kontribusi Air Limbah

Domestik Penduduk di Sekitar Sungai Tuk Terhadap Kualitas Air Sungai Kaligarang Serta Upaya Penanganannya. Tesis, Universitas Diponegoro

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian guna mempelajari pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share terhadap

KONFIRM

Sebelumnya penulis mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Perancangan Program Aplikasi

friend giving , dapat diberikan beberapa poin stressing refleksi yaitu persiapan materi, pelaksanaan pembelajaran, dan pengamatan dan evaluasi. Dalam mempersiapkan

Evaluasi dilanjutkan pada variasi permodelan turbulence yang di paparkan tabel 2, untuk perbedaan prediksi aliran dengan berbagai model viscous. Semua model viscous

According to Hermann Weyl, who became a member of the Göttingen faculty in 1930, Noether was &#34;the strongest center of mathematics activity&#34; at Göttingen from 1930

Julius Catra Henakin, S.Sn., M.Mus., selaku teman diskusi dan konduktor skripsi penulis, terima kasih atas saran-saran, masukan dan kesediaan meluangkan waktu

Pelanggan yang memilih untuk keuntungan awal atau keuntungan bulanan digalakkan untuk mempunyai sama ada Akaun Semasa atau Akaun Simpanan Islamik (CASA-i) dengan