• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARETERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK USIA SEKOLAH DALAM KONSUMSI SAYUR Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARETERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK USIA SEKOLAH DALAM KONSUMSI SAYUR Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARETERHADAP PENGETAHUAN

DAN SIKAP ANAK USIA SEKOLAH DALAM KONSUMSI SAYUR

PENELITIAN PRA-EXPERIMENTAL

Oleh:

SRI PUASTININGSIH NIM. 131311133041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(2)

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARETERHADAP PENGETAHUAN

DAN SIKAP ANAK USIA SEKOLAH DALAM KONSUMSI SAYUR

PENELITIAN PRA-EXPERIMENTAL

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR

Oleh:

SRI PUASTININGSIH NIM. 131311133041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

Berusaha melakukan yang terbaik

Menjadi orang yang bermanfaat, dan

(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH

PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK

USIA SEKOLAH DALAM KONSUMSI SAYUR”. Skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Bersama ini perkenankanlah saya mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)., selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Pendidikan Ners.

2. Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes., selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan Ners.

3. Bapak Ferry Efendi, S.Kep.Ns.,M.Sc., Ph.Dselaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membagikan ilmunya serta memberikan motivasi yang luar biasa dan penuh kesabaran sampai diselesaikannya skripsi ini.

4. Ibu Praba Diyan R, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membagikan ilmunya serta memberikan motivasi yang luar biasa dan penuh kesabaran sampai diselesaikannya skripsi ini.

5. IbuEka Mishbahatul M.Has, S.Kep.Ns.,M.Kep dan Ibu Iqlima Dwi Kurnia, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukan demi perbaikan penyusunan skripsi ini.

6. Semua dosen dan staf Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

(9)

8. Seluruh responden siswa kelas IV yang telah berpartisipasi serta membantu dalam penelitian ini.

9. Kedua orang tuaku Alm. Bapak Kirno dan Ibu Sri Atini serta keluargaku kakak-adekku Mas Firman, Rahmah, Mbak Novi, terimakasih yang senantiasa dengan tulus dan ikhlas memberikan doa, dukungan baik moril maupun materiil kepada saya tiada henti. Dan sesungguhnya semua pencapaian ini saya persembahkan untuk beliau berdua. Restu mama dan papa turut memudahkan setiap langkah saya dalam menempuh Program Studi Pendidikan Ners.

10.Sahabat terbaik saya di kampus yaitu Diyan, Novia dan Indahyang telah memberikan support tiada henti, semangat serta membantu dalam penyusunan skripsi sampai diselesaikannya skripsi ini.

11.Sahabat-sahabat terbaik sekaligus saudaraku sejak SMA yaitu Laras, Made, Almira, Yudha, Nova, Naufal, Yovan, Candra. Terimakasih atas doa dan dukungan kalian selama ini, semoga kita sukses semua.

12.Teman seperjuangan dosen pembimbing, Diyan, Yuanita, Yunita, Anjar, Lisa, Decan, dan Ragil yang telah bersama-sama memberi dukungan satu sama lain sampai akhir penyelesaian skripsi ini.

13.Teman-teman seperjuangan Program Studi Pendidikan Ners Angkatan 2013 (A13), kebersamaan dan kekompakan selama ini akan menjadi kebahagiaan tersendiri.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah membantu untuk penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Kami sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi kami berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

(10)

ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARETERHADAP PENGETAHUAN

DAN SIKAP ANAK USIA SEKOLAH DALAM KONSUMSI SAYUR

Penelitian pra-eksperimental Sri Puastiningsih

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Kelompok anak usia sekolah perlu mendapatkan pemenuhan kecukupan zat gizi utamanya dengan konsumsi sayur. Kenyataannya anak masih sulit untuk mengkonsumsi sayur dalam jumlah yang memadai. Metode think pair share membuat anak akan berusaha berpikir, saling merespon dan membantu dalam berdiskusi.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penerapan pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share terhadap pengetahuan dan sikap anak usia sekolah dalam konsumsi sayur.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian pra-eksperimental (one-group pra-post test design). Populasi dalam penelitia ini adalah siswa kelas IV di SDI KHM Noer Surabaya. Pengambilan sampel dengan tehnik total sampling. Responden dalam penelitian ini sejumlah 40 responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisa menggunakan uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test untuk pengetahuan dan sikap dengan signifikansi α≤0,05.

Hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair sharedapat mempengaruhi pengetahuan (p=0,000) dan sikap (p=0,000) anak.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap anak dalam konsumsi sayur. Penelitian selanjutnyadiharapkan dilakukan penelitian tentang tindakan konsumsi sayur pada anak dengan pendekatan uji statistik multivariat.

(11)

ABSTRACT

THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION WITH THINK PAIR SHARE LEARNING MODEL ON KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF ELEMENTARY SCHOOL AGED CHILDREN IN VEGETABLE

CONSUMPTION

Pre-experimental study Sri Puastiningsih

Faculty of nursing, Airlangga University

Introducion:Groups of elementary school-aged children need were still difficult to consume vegetables in sufficient quantities when the children needs fulfillment of nutritional adequasy. Think pair share method makes the children will try to think, respond to each other and help in the discussion. The purpose of this study was to analyze the effect of health education with think pair share model to knowledge and attitude of elementary school-age children in vegetable consumption.

Method:This study used pre-experimental research design (one-group pre-post test design). The population in this research was the fourth grade students at SDI KHM Noer Surabaya. The samples were resulted by using total sampling technique. There were 40 respondents in this study. The independent variable was health education with think pair share learning model, while the dependent variables in this study were knowledge and attitudes. Instruments on this study were questionnaires. The data were analyzed using statistical tests Wilcoxon Sign Rank Test statistic with significance α≤0,05.

Result:The results of the statistical tests with Wilcoxon Sign Rank Test show that health education with think pair share learning model has an effecton knowledge (p = 0,000) and attitude (p=0,000) of children.

Discuss and Conclusion: It can be concluded that health education with think pair share model can increase knowledge and attitude of children in vegetable consumption. Future studies were expected to do research on the action of vegetable consumption in children with multivariate statistical test approach.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman Judul dan Prasyarat Gelar ... i

Lembar Pernyataan... ii

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi ... iii

Lembar Persetujuan ... iv

Lembar Penetapan Panitia Penguji... v

Motto ... vi

Daftar Lambang, Singkatan dan Istilah ... xv

Daftar Lampiran ... xvi 2.1 KonsepPendidikan Kesehatan ... 8

2.1.1 Pengertian pendidikan kesehatan ... 8

2.1.2 Tujuan pendidikan kesehatan ... 9

2.1.3 Ruang lingkup pendidikan kesehatan ... 9

2.1.4 Model pendidikan kesehatan ... 10

2.1.5 Media pendidikan kesehatan ... 11

2.1.6 Metode pendidikan kesehatan ... 13

2.2 Konsep Metode Pembelajaran Think Pair Share ... 15

2.2.1 Definisi metode pembelajaran think pair share ... 15

2.2.2 Tahapan metode pembelajaran think pair share ... 16

2.2.3 Langkah-langkah metode pembelajaran think pair share ... 17

2.2.4 Kelebihan metode pembelajaran think pair share ... 18

2.2.5 Kelemahan metode pembelajaran think pair share ... 19

2.3 Konsep Pengetahuan ... 20

2.6.4 Kandungan dalam sayuran ... 31

(13)

2.6.6 Konsumsi sayur pada anak sekolah ... 34

2.6.7 Dampak kurang konsumsi sayur ... 34

2.6.8 Faktor-faktoryang berhubungan dengankonsumsi sayur pada anak ... 37

2.7 Konsep Anak Usia Sekolah ... 37

2.7.1 Definisi anak usia sekolah... 37

2.7.2 Tugas perkembangan anak usia sekolah ... 38

2.8 Keaslian Penelitian ... 40

BAB 3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 3.1 Kerangka Konseptual ... 44

3.2 Hipotesis Penelitian ... 45

BAB 4 Metode Penelitian 4.1 Desain Penelitian ... 46

4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan sampel (Sampling) ... 47

4.2.1 Populasi ... 47

4.2.2 Sampel ... 47

4.2.3 Teknik pengambilan sampel (sampling) ... 48

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 48

4.4.1 Variabel penelitian ... 48

4.4.2 Definisi operasional ... 49

4.4 Instrumen Penelitian ... 51

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ... 53

4.7 Analisis Data ... 56

4.8 Kerangka Operasional/Kerja ... 58

4.9 Etik Penelitian ... 60

4.10 Keterbatasan Penelitian ... 61

BAB 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan 5.1 Hasil Penelitian ... 63

5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian ... 63

5.1.2 Data demografi responden ... 64

5.1.3 Variabel yang diukur ... 66

5.2 Pembahasan... 68

5.2.1 Analisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share terhadap pengetahuan anak dalam konsumsi sayur ... 68

5.2.2 Analisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share terhadap sikap anak dalam konsumsi sayur ... 72

BAB 6 Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan ... 77

6.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Precede-Proceed Model ... 26 Gambar 3.1Kerangka konseptual pengaruh pendidikan kesehatan dengan model

pembelajaran Think Pair Shareterhadappengetahuan dan sikap anak usia sekolah dalam konsumsi sayur berdasarkan Teori Lawrence Green ... 43 Gambar 4.1Kerangka operasional pengaruh pendidikan kesehatan dengan model

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian ... 40 Tabel 4.1 Rancangan penelitian pra-experimental (one-group pra-post test

design) ... 46 Tabel 4.2Definisi operasional pengaruh pendidikan kesehatan dengan model

pembelajaran think pair share terhadap pengetahuan dan sikapanak usia sekolah dalam konsumsi sayur ... 48 Tabel 4.3 Nilai uji validitas kuesioner pengetahuan dan sikap ... 51 Tabel 5.1 Distribusi data responden di SDI KHM Noer Surabaya ... 65 Tabel 5.2 Pengetahuan tentang konsumsi sayur sebelum dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair sharedi

SDI KHM Noer Surabaya ... 67 Tabel 5.3 Sikap tentang konsumsi sayur sebelum dan sesudah diberikan

(16)

DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

FAO : Food and Agriculture Organization Kemenkes : Kementerian Kesehatan

mg : Miligram

PRECEDE : Predisposing, Enabling, dan Reinforcing Cause in Educational /Ecological, Diagnosis, Evaluation

PROCEED : Policy, Regulatory, Organizational Construct in Educational and Enviromental, Development

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

S : Setuju

SDI : Sekolah Dasar Islam SS : Sangat Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

SUSENAS : Survei Sosial Ekonomi Nasional TPS : Think Pair Share

TS : Tidak Setuju

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Unair ... 85

Lampiran 2 Surat izin penelitian dari Bangkesbangpol Kota Surabaya ... 86

Lampiran 3 Surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya ... 87

Lampiran 4 Surat keterangan penelitian dari SDI KHM Noer Surabaya ... 88

Lampiran 5 Sertifikat lolos kaji etik... 89

Lampiran 6Lembarpenjelasan penelitianbagi responden penelitian ... 90

Lampiran 7Informed consent ... 92

Lampiran 8Lembar pengisian data demografiresponden penelitian ... 93

Lampiran 9Lembar kuesionerpengetahuan anak dalam konsumsi sayur ... 94

Lampiran 10Lembar kuesionersikap anak dalam konsumsi sayur ... 97

Lampiran 11 SAP (Satuan Acara Pembelajaran) ... 99

Lampiran 12 Tabulasi Data Demografi... 117

Lampiran 13 Tabulasi penilaian pengetahuan ... 119

Lampiran 14 Tabulasi penilaian sikap ... 122

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

(19)

2006 di Inggris menyebutkan 20% orangtua melaporkan anaknya mengalami masalah makan, dengan prevalensi tertinggi anak hanya mau makan makanan tertentu (Wright 2007).

(20)

memilih-milih makanan yang disukainya, hanya mau makan makanan tertentu saja dan cenderung menghindari makan sayur (Carruth 2010).

Faktor-faktor yang menyebabkan konsumsi sayur pada anak dipengaruhi oleh karakteristik anak /individu, karakteristik orangtua dan karakteristik lingkungan. Anak lebih memilih makanan junk food yang mayoritas tidak menyediakan menu sayur (Fitriani 2009). Orang tua memiliki peran penting dalam memenuhi gizi seimbang pada anak. Dukungan orangtua dalam meningkatkan konsumsi sayur pada anak salah satunya dengan memberikan dan menyiapkan menu sayur untuk bekal maupun makanan sehari-hari (Carruth 2010). Pengetahuan anak tentang pentingnya sayur perlu ditingkatkan agar terbentuk kebiasaan mengkonsumsi sayur(Nurmasita 2014).

(21)

memberikan dampak buruk pada sistem penglihatan, juga dapat menyebabkan anemia. Konstipasi juga akan menjadi penyakit yang akan dialami bila anak kurang mengkonsumsi sayur dan buah (Mak 2013). Beberapa jenis sayuran sepertibayam, daun singkong dan kangkung dikenal sebagai sumber zat besi yangpenting untuk pembentukan darah. Anakdengan kekurangan darah (anemia) akan merasa cepat lelah dan kekurangan konsentrasi karena darah tidak mampu mengangkut oksigen ke otak (Nurmasita 2014).

(22)

adalah optimalisasi partisipasi siswa (Theobald 2011). Pendidikan kesehatan dengan metode TPS ini cocok digunakan untuk anak usia sekolah karena anak akan berusaha berpikir, saling merespon dan membantu dalam berdiskusi (Arini 2015). Metode pembelajaran ini digunakan oleh peneliti karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Santi (2013), TPS ini efektif untuk meningkatkan pemahaman dan keaktifan anak usia sekolah dasar dalam berdiskusi. Kelemahan model pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama, karena siswa membutuhkan waktu tambahan untuk memahami dan mengubah suatu kebiasaan/ tindakan (Rahayu 2012). Siswa merasa kesulitan tersendiri untuk memahami suatu konsep sehingga membutuhkan proses dalam pelurusan konsep oleh fasilitator (Lie 2007). Namun model pembelajaran TPS ini siswa dilatih bernalar dan berpikir serta diharapkan siswa mampu meningkatkan pengetahuan dan mengubah kecenderungan anak (sikap) untuk memilih perilaku mengkonsumsi sayur.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian guna mempelajari pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share terhadap pengetahuan dan sikap anak usia sekolah dalam konsumsi sayur untuk tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi anak.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share terhadap pengetahuan dan sikap anak usia sekolah dalam konsumsi sayur?

1.3Tujuan Penelitian

(23)

Menjelaskan pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share terhadap pengetahuan dan sikap anak usia sekolah dalam konsumsi sayur.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan anak usia sekolah dalam konsumsi sayur sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share.

2. Mengidentifikasi sikap anak usia sekolah dalam konsumsi sayur sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share.

3. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share terhadap pengetahuan anak usia sekolah dalam konsumsi sayur.

4. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share terhadapsikap anak usia sekolah dalam konsumsi sayur.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

(24)

a. Bagi Profesi keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penggunaan metode pendidikan kesehatan di lingkup pendidikan sekolah dan ilmu keperawatan yang diterapkan pada anak usia sekolah untuk mengajarkan pentingnya mengkonsumsi sayur bagi anak.

b. Bagi Instansi pendidikan (Sekolah Dasar)

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai untuk memperbaiki dan meningkatkan konsumsi sayur pada anak sekolah dasar melaluipendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share.

c. Bagi Siswa

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah seluruh proses belajar yang dialami oleh individu, kelompok, dan masyarakat yang menjadi sasaran dalam perubahan perilaku (Nursalam & Efendi 2008). Commite on health education and promoting terminology mendefinisikan bahwa pendidikan kesehatan merupakan kombinasi dari pengalaman pembelajaran terencana yang didasarkan pada teori yang logis yang membekali tiap individu, kelompok dan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan keterampilan guna membuat keputusan yang bermutu (McKenzie & Neiger 2006).

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo 2010).

(26)

kelompok maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan melalui kegiatan pembelajaran, yang di dalamnya perawat berperan sebagai pendidik (Suliha 2005).

2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

WHO (1954) dalam Notoatmodjo (2007) pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai dengan prinsip kesehatan maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan ini dapat diperinci diantaranya :

1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.

2) Menolong individu agar mampu secaa mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

2.1.3Ruang lingkup pendidikan kesehatan

Menurut Suliha (2005) bahwa ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain:

1) Sasaran pendidikan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

(27)

a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran para murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

b. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di pusat kesehatan masyarakat, balai kesehatan masyarakat, rumah sakit umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.

c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan.

2.1.4 Model Pendidikan Kesehatan

Menurut Nursalam & Effendy (2008)perawat sebagai pendidik harus memilikikemampuan untuk mengkaji kekuatan dan dampak yang ditimbulkan olehintervensi keperawatan terhadap perilaku subyek yang dapat memperkaya,memberikan informasi dan melengkapi perilaku subyek yang diinginkan.Model pendidikan kesehatan yang dapat digunakan oleh perawat adalahsebagai berikut:

a. Model Perilaku Individu

(28)

Model promosi kesehatanmerupakan modifikasi nilai kesehatan dan lebih memfokuskan padaprediksi perubahan perilaku akibat promosi kesehatan. b. Model Pemberdayaan Masyarakat

Perubahan perilaku yang terjadi pada individu belum membawadampak yang berarti pada perubahan perilaku di masyarakat. Sehinggaperawat perlu membantu individu dan keluarga yang telah berubahperilakunya yang ditampilkan pada komunitas. Menurut WHO Fokus prosespemberdayaan masyarakat adalah komunikasi, informasi, dan pendidikan kesehatan . Di Indonesia sering disebutkomunikasi informasi dan edukasi (KIE) yang ditujukan pada individu,keluarga, dan kelompok. Strategi yang dapat digunakan oleh perawatdalam rangka KIE adalah pembelajaran pemecahan masalah (problem solving), memperluas jaringan kerja (networking), bernegosiasi denganpihak yang bersangkutan (negotiating), pendekatan untukmempengaruhi orang lain (lobbying) dan pencarian informasi(information seeking) untuk meningkatkan derajat kesehatan kliennya.

2.1.5Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan kesehatan merupakan salurankomunikasi yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Mediadibagi menjadi 3, yaitu: cetak, elektronik, media papan (Nursalam &Effendy 2008).

1. Media cetak

(29)

b) Leaflet : penyampaian pesan melalui lembar yang dilipat biasanyaberisi gambar atau tulisan atau biasanya kedua-duanya.

c) Flyer (selebaran) :seperti leaflet tetapi tidak berbentuk lipatan.

d) Flip chart (lembar balik) : informasi kesehatan yang berbentuklembar balik dan berbentuk buku. Biasanya berisi gambardibaliknya berisi pesan kalimat berisi informasi berkaitan dengangambar tersebut.

e) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenaihal yang berkaitan dengan hal kesehatan.

f) Poster :berbentuk media cetak berisi pesan-pesan kesehatanbiasanya ditempel di tembok-tembok tempat umum dan kendaraanumum.

g) Foto : yang mengungkapkan masalah informasi kesehatan. 2. Media elektronik

a) Televisi : dalam bentuk ceramah di TV, sinetron, sandiwara, dan forum diskusi tanya jawab dan lain sebagainya.

b) Radio :bisa dalam bentuk ceramah radio, sport radio, obrolan tanyajawab dan lain sebagainya.

c) Vidio Compact Disc (VCD).

d) Slide presentation : slide juga dapat digunakan sebagai sarana informasi. e) Film strip juga bisa digunakan menyampaikan pesan kesehatan.

3. Media papan (bill board), merupakan papan yang dipasang di tempat-tempat umum dan dapat dipakaidan diisi pesan-pesan kesehatan.

(30)

Menurut Notoatmodjo (2007) metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

a. Metode Individual (Perorangan), Metode ini dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:

1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling) 2) Wawancara (interview)

b. Metode Kelompok, Metode kelompok ini harus memperhatikan apakah kelompoktersebut besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitasmetodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

1) Kelompok besar

a) Ceramah, Metode yang menyajikan pelajaran melalui penuturan seara lisan / penjelasan langsung pada sekelompok peserta. Metode ini biasanya untuk pendidikan tinggimaupun rendah.

b) Seminar, Metode ini cocok digunakan untuk kelompok besar denganpendidikan menengah atas. Seminar sendiri adalah presentasidari seorang ahli atau beberapa orang ahli dengan topik tertentu.

2) Kelompok kecil

(31)

b) Curah pendapat (Brain storming), merupakan hasil dari modifikasi kelompok, tiap kelompokmemberikan pendapatnya, pendapat tersebut di tulis di papantulis, saat memberikan pendapat tidak ada yang bolehmengomentari pendapat siapapun sebelum semuanyamengemukakan pendapatnya, kemudian tiap anggotaberkomentar lalu terjadi diskusi.

c) Bola salju (Snow balling), setiap orang di bagi menjadi berpasangan, setiap pasangada 2 orang. Kemudian diberikan satu pertanyaan, beri waktukurang lebih 5 menit kemudian setiap 2 pasang bergabungmenjadi satu dan mendiskuskan pertanyaan tersebut, kemudian2 pasang yang beranggotakan 4 orang tadi bergabung lagidengan kelompok yang lain, demikian seterusnya sampaimembentuk kelompok satu kelas dan timbulah diskusi. d) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group),Kelompok di bagi menjadi kelompok-kelompok kecilkemudian dilontarkan satu pertanyaan kemudian masing-masingkelompokmendiskusikan masalah tersebut dan kemudiankesimpulan dari kelompok tersebut dicari kesimpulannya.

e) Bermain peran (Role play), Beberapa anggota kelompok ditunjuk untuk memerankansuatu peranan misalnya menjadi dokter, perawat atau bidan,sedangkan anggotayang lain sebagai pasien atau masyarakat.

(32)

kesehatan dsajikan dalambeberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli,beberapa orang ditunjuk untuk memainkan peranan dan yanglain sebagai narasumber.

g) Metode pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok keil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif ini berlangsung suasana keterbukaan dan demokratis sehingga akan mememberikan kesempatan optimal pada anak untuk bekerjasama dan berinteraksi dengan baik.

c. Metode Massa

Pada umumnya bentuk pendekatan ini dilakukan secara tidaklangsung atau menggunakan media massa.

2.2 Konsep Metode Pembelajaran Think Pair Share

2.2.1 Definisi metode pembelajaran think pair share

(33)

Metode think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas, dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan aturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, berespon dan saling membantu (Nurjanah 2010).

Pembelajaran think pair share merupakan pembelajaran berbasis diskusi dengan kelompok pasangannya (Arends 2004). Model pembelajaran kooperatif ini membutuhkan partisipasi dan kerjasama dalam kelompok (Carss 2007). Model pembelajaran ini dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif akan mempunyai motivasi yang tinggi karena didukung oleh rekan sebayanya (Theobald 2011). Jadi, siswa tidak lagi memperoleh pengetahuan itu hanya dari guru melainkan dari teman sebayanya dengan memberikan kesempatan kepada teman lainnya untuk mengemukakan pendapat dan saling mengoreksi kesalahan dan saling membetulkan satu sama lain (Arends 2004).

2.2.2 Tahapan metode pembelajaran think pair share

Tahapan metode pembelajaran think pair share ini memiliki tiga tahap yaitu (McTighe&Lyman 1988 dalam Carss 2007) :

1) Tahapan memikirkan masalah (think)

Pada tahap think, guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan kemudian meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang diajukan secara mandiri.

(34)

Pada tahap pair, siswa diminta berpasangan dengan teman sebayanya, tiap kelompok pasangan mengutarakan hasil pemikiran mereka masing-masing serta mengidentifikasi jawaban terbaik mereka kemudian mendokumentasikan hasil pemikirannya kedalam catatan.

3) Tahapan presentasi atau diskusi kelas (share)

Pada tahap share, setelah kelompok pasangan siswa berdiskusi, guru meminta beberapa kelompok untuk berbagi dengan kelompok lainnya dengan mempresentasikan hasil kerjanya. Tahapan ini merupakan penyempurnaan tahapan sebelumnya, karena langkah ini menolong agar semua kelompok memahami penjelasan topik atau masalah dari kelompok lain.

2.2.3 Langkah-langkah metode pembelajaran think pair share

Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam metode think pair share menurut Ibrahim (2005) :

1) Langkah 1 : Pendahuluan

Pada tahap ini guru melakukan apresiasi, menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.

2) Langkah 2 : Inti model pembelajaran

a) Think : siswa diminta untuk berpikir mandiri tentang pertanyaan atau permasalahan yang telah disampaikan. Pada fase think ini terdapat 2 proses di dalamnya yakni

(35)

berpikir untuk meningkatkan kualitas dan lama diskusi dalam kelas.

2. Think time : periode diam atau bungkam sedikitnya 10-30 detik yang dilakukan oleh guru dan seluruh siswa sehingga konsentrasi siswa untuk mengembangkan pemikirannya mengenai pertanyaan dapat berjalan baik.

b) Pair : Siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing pasangan. Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut kelompok pasangan paling benar dan paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam bekerjasama dengan kelompok.

c) Share : guru meminta pasangan kelompok siswa untuk berbagi dengan keseluruhan kelompok kelas mengutarakan hasil diskusi mereka.

3) Langkah 3 : Penutup

Langkah akhirnya yaitu menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan penguatan terhadap hasil pemecahan masalah yang telah didiskusikan.

2.2.4 Kelebihan metode pembelajaran think pair share

(36)

Menurut Nurjanah (2010), bahwa kelebihan dari pembelajaran think pair share adalah semua siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, siswa mampu mengembangkan ketrampilan bertanya, berdiskusi, cara berpikir dan siswa terlibat langsung dalam kurikulum belajar mengajar. Siswa dapat melakukan sosialisasi, berinteraksi dengan teman sebaya, belajar bekerja sama dan bertanggung jawab.

Keuntungan model pembelajaran think pair share menurut Ibrahim (2005) diantaranya :

1) Siswa lebih aktif terlibat dalam berpikir kritis;

2) Siswa lebih fokus dalam memecahkan suatu masalah dengan pasangan kelompoknya;

3) Siswa saat diberi waktu “think time” dapat menyebabkan kualitas respon mereka meningkat;

4) Pengawasan guru terhadap anggota kelompok lebih mudah karena hanya terdiri dari dua orang;

5) Siswa lebih mudah memahami konsep-konsep sulit dan saling bekerjasama menyelesaikan masalah;

6) Model pembelajaran ini lebih efekif karena berdiskusi dengan pasangannya dibanding berdiskusi dengan kelompok besar;

7) Mudah dimasukkan dalam pembelajaran karena tidak ada material khusus yang diperlukan untuk strategi ini;

2.2.5 Kelemahan metode pembelajaranthink pair share

(37)

1) Jika jumlah kelas sangat besar, maka guru akan mengalami kesulitan dalam membimbing siswa yang membutuhkan perhatian lebih.

2) Lebih banyak waktu yang diperlukan untuk mempresentasikan hasil diskusi karena jumlah pasangan kelompok yang sangat besar.

3) Pemahaman tentang konsep di setiap pasangan kelompok akan berbeda sehingga dibutuhkan waktu tambahan untuk pelurusan konsep oleh guru dengan menunjukkan jawaban yang benar.

4) Siswa merasa kesulitan tersendiri karena mengubah kebiasaan belajar siswa dari dengan cara mendengarkan ceramah diubah dengan belajar berpikir memecahkan masalah secara kelompok.

2.3 Konsep Pengetahuan

Pengetahuan adalah bentuk gabungan suatu pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentangg dunia dan isinya termasuk manusia dan kehidupannya (Notoatmodjo 2010). Pengetahuan merupakan hasil tahu dari individu yang telah melakukan pengindraan terhadap objek tertentu yang meliputi indera penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa dan peraba. Pengetahuan merupakan domain penting dalam pembentukan tindakan seorang individu (Makhfudli &Efendi 2009).

Menurut Notoatmojo (2007) Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif memiliki 6 (enam) tingkatan yaitu :

a) Tahu (Know)

(38)

kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bagaian yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tahapan pengetahuan yang paling rendah.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (Aplication)

Mengaplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dalam kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsipdalam konteks atau situasi lainnya.

d) Analisis (Analysis)

Menganalisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e) Sintesis (Syntesis)

(39)

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dengan menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan tertentu.

f) Evaluasi (Evaluation)

Mengevaluasi diartikan sebagai dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara/ pemberian angket dengan memberikanseperangkat alat tes/kuesioner tentang objek pengetahuan yang maudiukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar darimasing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo 2007). Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skorjawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan 100% dan hasilnyaberupa persentasi dengan rumus yang digunakansebagai berikut:

Keterangan :

p = persentasi

f = frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang telah dipilih responden atas pernyataan yang diajukan

n = jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden selaku peneliti.

Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diiterpretasikandengan skala yaitu:

(40)

1) Baik : hasil presentasi76%-100% 2) Cukup : hasil presentasi 56%-75% 3) Kurang : hasil presentasi <56%

2.4 Konsep Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Hariani 2011). Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo 2007). Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Individu selalu memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya, akan tetapi sikap dapat menimbulkan pola berpikir, pola pikir ini dapat mempengaruhi tindakan dan perilaku masyarakat baik dalam kehidupan sehai-hari maupun dalam membuat suatu keputusan dalam hidup (Maulana 2009).

(41)

Menurut Notoadmodjo (2007), di dalam domain sikap, ada 4 tingkatan sikap yaitu:

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa subjek mau dam memperhatikan stimulus yang diberikan.

2) Menanggapi (responding)

Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang diberikan.

3) Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus seperti membahas dengan orang lain, mengajak atau menganjurkan orang lain merespon.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap individu antara lain : (Maulana 2009).

1) Pengalaman pribadi

Pengalaman yang telah dan sedang dialami seseorang akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan seseorang terhadap stimulus sosial. 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

(42)

3) Pengaruh kebudayaan

Budaya berpengaruh besat terhadap pembentukan sikap karena budaya menanamkan garis pengaruhnya terhadap sikap kita mengenai berbagai masalah.

4) Pengaruh emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi seseorang.

5) Media massa

Media massa membawa pesan yang berisi sugesti yang dapat mempengaruhi opini individu.

6) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga ini merupakan suatu sistem yang mendasa mengenai dasar konsep moral dalam individu.

2.5 Konsep TeoriPerubahan Perilaku

Menurut model perubahan perilaku Precede-Proceed dari Lawrence Green (1991), Green mengembangkan suatu model pendekatan yang digunakan dari proses perencanaan hingga evaluasi.

Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor individu maupun lingkungan, dan karena itu memiliki dua bagian yang berbeda.Pertama PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling, Constructs in, Educational/Ecological, Diagnosis, Evaluation). Kedua PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational, Constructs in, Educational, Enviromental,

(43)

Salah satu yang paling baik untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program promosi kesehatan adalah model Precede-Proceed. Precedebagian dari fase (1-4) berfokus pada perencanaan program, dan bagian Proceedfase (5-8) berfokus pada implementasi dan evaluasi. Delapan fase dari model panduan dalam menciptakan program promosi kesehatan, dimulai dengan hasil yang lebih umum dan pindah ke hasil yang lebih spesifik (Mubarak 2009).

Proses pelaksanaannya Lawrence Green menggambarkan dalam bagan berikut ini:

Gambar 2.1 Precede-Proceed Model (Lawrence 1991)

(44)

1) Faktor predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Merupakan anteseden dari perilaku yang menggambarkan rasional atau motivasi melakukan suatu tindakan, nilai dan kebutuhan yang dirasakan, berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok untuk bertindak. Mereka sebagian besar berada dalam domain psikologi. Secara umum,dapat dikatakan faktor predisposisi sebagai pertimbangan-pertimbangan personal dari suatu individu atau kelompok yang mempengaruhi terjadinya suatu perilaku. Pertimbangan tersebut dapat mendukung atau menghambat terjadinya perilaku. Yang termasuk dalam kelompok faktor predisposisi adalah pengetahuan, sikap, nilai-nilai budaya, persepsi,beberapa karakteristik individu, misalnya umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

2) Faktor pemungkin (Enabling Factors)

Faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu atau menungkinkan suatu motivasi direalisasikan. Yang termasuk dalam kelompok faktor pemungkin tersebut, adalah :

a. Ketersediaan pelayanan kesehatan

b. Aksesibilitas dan kemudahan pelayanan kesehatan baik dari segi jarakmaupun biaya dansosial.

c. Adanya peraturan-peraturan dan komitmen masyarakat dalam menunjangperilaku tertentu tersebut.

(45)

Juga termasuk kondisi yang berlaku sebagai hambatan dari tindakan itu, seperti ketiadaan sarana transportasi yang menghambat partisipasi seseorang dalam program kesehatan. Faktor pemungkin juga meliputi ketrampilan baru yang diperlukan seseorang, organisasi atau masyarakat untuk membuat suatu perubahan perilaku atau lingkungan. Faktor pemungkin menjadi target antara dari intervensi program pada masyarakat atau organisasi. Terdiri dari sumber daya dan ketrampilan baru untuk membuat suatu tindakan kesehatan dan tindakan organisasi yang dibutuhkan untuk merubah lingkungan. Sumber daya berupa organisasi dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan, petugas, sekolah, klinik penjangkauan atau sumber daya sejenis. Ketrampilan dalam pengaruhnya terhadap masyarakat, seperti melalui perubahan organisasi dan kegiatan sosial, dapat memungkinkan tindakan untuk secara langsung mempengaruhi lingkungan fisik atau lingkungan pelayanan kesehatan. 3) Faktor penguat (Reinforcing Factors)

(46)

konsekuensi fisik dari perilaku, yang mungkin terpisah dari konteks sosial. Faktor penguat juga meliputi konsekuensi yang berlawanan atau hukuman, yang dapat membawa pada perilaku yang positif. Beberapa faktor penguat yang memberikan penguatan sosial dapat menjadi faktor pemungkin jika berubah menjadi dukungan sosial, seperti bantuan keuangan atau bantuan transport.Dukungan sosial atau masyarakat dapat mendorong tindakan individu untuk bekerja sama atau bergabung dengan kelompok yang membuat perubahan. Dukungan tersebut dapat berasal dari anggota masyarakat, petugas kesehatan dan praktisi promosi kesehatan.

2.6Konsep Konsumsi Sayur

2.6.1 Definisi sayur

(47)

Sayur memiliki berbagai macam jenis, menurut Astawan (2008) jenis sayuran dapat dibedakan antara lain :

1) Jenis sayuran daun, yang termasuk jenis tersebut antara lain : kangkung, katuk, sawi, bayam, selada air dan lain-lain.

2) Jenis sayuran bunga, yang termasuk jenis tersebut antara lain : kembang turi, brokoli atau kembang kol dan lain-lain

3) Jenis sayuran buah, yang termasuk jenis tersebut antara lain : tomat, ketimun, paprika, terong dn lain-lain.

4) Jenis sayuran batang muda, yang termasuk jenis tersebut antara lain : asparagus, rebung, jamur dan lain-lain.

5) Jenis sayuran akar, yang termasuk jenis tersebut antara lain : lobak, wotel dll.

6) Jenis sayuran umbi, yang termasuk jenis tersebut antara lain : kentang, bawang bombai, bawang merah dll.

2.6.3 Manfaat sayur

Menurut Dhian (2009) sayur memiliki manfaat yang berguna untuk tubuh diantaranya :

1) Sayuran hijau membantu memenuhi kebutuhan tubuh akan mineral, sertaprotein karena sayuran hijau merupakan sumber yang baik akan besi dan vitamin-vitamin;

2) Mengkonsumsi sayuran dapat mengontrol berat badan; 3) Dapat membantu kelancaran pembuangan tinja;

(48)

5) Mencegah beberapa penyakit seperti penyakit kardiovaskuler, mengurangi resiko kanker kolon dll;

6) Serat dalam sayuran dapat mengontrol kadar kolesterol darah dan mengaturkadar insulin dalam darah;

7) Serat dalam sayuran dapat mengurangi resiko penyakit gastroinestinal seperti konstipasi;

8) Mengkonsumsi sayur dapat mengurangi resiko penyakit mata. 2.6.4 Kandungan Dalam Sayuran

a) Karbohidrat

Karbohidrat berfungsi untukmemberi tenaga dan juga rasa kenyang. Jumlah karbohidrat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia tergantung usia dan jenis kelaminnya. Sumber karbohidrat adalah hampir keseluruhannya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti berasal dari padi, umbi-umbian, sagu, beras, jagung, gandum, singkong, dan kentang (Anggraeni 2017). b) Protein

Protein berasal dari bahasa yunani yaitu protebos yang artinya yang pertama atau yang terpenting. Protein merupakan zat gizi yang paling penting karena erat hubungannya dengan proses kehidupan. Fungsi protein sebagai zat pembangun. Selain itu protein berfungsi dalam pertumbuhan, dan pemeliharaan jaringan tubuh, menggantikan sel-sel yang mati dan habis terpakai sebagai protein struktural. Protein juga berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh melawan berbagai mikroba dan zat toksik lain yang datang dari luar dan masuk ke dalam tubuh (Cooke 2004).

(49)

Vitamin adalah zat-zat organic yang kompleks yang dibutuhkan dalamjumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap Vitamin mempunyai tugas spesifik didalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan. Sumber vitamin dan mineral yaitu sayuran seperti wortel, bayam, kangkung, labu siam, buncis, buah-buahan, misalnya pepaya, jambu air (Dhian 2009).

d) Mineral

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Disamping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme (Anggraeni 2017).

(50)

menunjukkan bahwa sayur-sayuran sangat penting untuk dikonsumsi (Droog 2013).

2.6.5 Cara pengolahan sayur

Sayuran dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah atau segar seperti lalapan maupun dimasak dengan berbagai cara. Pengolahan sayuran dapat dimasak dengan cara direbus, ditumis, digoreng, dipanggang, dan dikukus. Pengolahan sayur sebaiknya dimasak dengan tepat dan sehat agar kandungan gizi didalamnya tidak hilang. Beberapa cara yang perlu dilakukan diantaranya menurut Dejestiya (2016):

1) Pengolahan sayur sebaiknya tidak boleh terlalu lama, pengelolahannya diperlukan waktu memasak selama 3-5 menit. Jika terlalu lama membuat kandungan gizi didalamnya akan hilang.

2) Sayuran sebelum diolah sebaiknya dicuci terlebih dulu sebelum dipotong-potong.

3) Saat proses merebus sayuran, biarkan air perebusan mendidih dahulu sebelum sayuran dimasukkan.

4) Saat proses pengolahan sayur, sebaiknya keadaan panci ditutup jangan biarkan terbuka karena kandungan gizi akan hilang bersama uap masakan. 2.6.6 Konsumsi sayur pada anak sekolah

(51)

WHO yakni 150–200 gram setara 1–2 mangkuk sehari (Krolner 2011). Jumlah rata-rata asupan buah dan sayuran dianggap adekuat untuk mencegah penyakit yang sering dikaitkan dengan efek protektif sayur seperti stroke, penyakit jantung, paru-paru dan saluran pencernaan diperkirakan 330 g/hari untuk anak usia 0-4 tahun, 480 g/hari untuk anak usia 5-14 tahun dan 600g/hari untuk dewasa (Nutrition Information Centre 2013).

Menurut Almatsier (2004), mengatakan bahwa kebutuhan atau kecukupan sayur diukur dengan porsi. Satu porsi dianalogikan sebagai satu satuan penukar. Adapun satu satuan penukar sayur yang dimaksud sesuai dengan ukuran rumah tangga (URT) yang telah ditetapkan.

2.6.7 Dampak kurang konsumsi sayur 1) Kanker usus

Salah satu faktor penyebab kanker usus adalah kebiasaan tidak suka makan sayur. Kalau tidak suka, asupan sayur ke tubuh bisa kurang dan berakibat kekurangan serat, padahal serat adalah zat penting untuk membantu mengeluarkan kotoran dalam bentuk tinja. Kalau kotoran dikeluarkan lebih lama, maka akan ada zat atau racun yang diserap kembali dan menyebabkan kelainan sel yang memicu terjadinya kanker (Asy’ariyah 2015).

2) Kekurangan vitamin

(52)

vitamin juga menyebabkan gangguan pada mata, terutama vitamin A karena tubuh kekurangan gizi yang berupa betakaroten. Gangguan mata, utamanya kelelahan mata bisa diatasi dengan banyak mengonsumsi wortel, selada air, dan buah-buahan lainnya (Sibagariang 2016).

3) Masalah pencernaan

Selain kanker usus, kekurangan serat karena kurang makan sayur, bisa menyebabkan masalah pencernaan seperti konstipasi atau sembelit, juga meningkatkan kadar kolesterol (Asy’ariyah, 2015).

4) Penyakit kardiovaskular

Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah, misalnya penyakit jantung iskemik, stroke, penyakit jantung akibat tekanan darah tinggi, penyakit jantung rematik, pembesaran aorta, dan lain-lain. Penyakit ini bisa muncul karena kurang makan sayur. Kurang makan sayur, bisa menganggu keseimbangan kalium dan natrium pada tubuh dan bisa meningkatkan resiko terkena tekanan darah tinggi dan stroke (Cooke 2004).

5) Resiko obesitas

Terbiasa tak makan sayur juga bisa memicu obesitas pada anak. Pasalnya, anak terbiasa untuk selalu mengatasi rasa laparnya dengan menu yang padat dan berkarbohidrat tinggi, dibanding makan sayur maupun buah segar yang juga punya efek mengenyangkan. Karena itu biasakan anak sejak dini untuk konsumsi sayuran dan buah-buahan dengan teratur (Putriana 2010).

(53)

Pengetahuan tentang sayur pada anak akan mendukung perilaku anak untuk mengkonsumsinya. Menurut Asy’ariyah (2015) mengatakan bahwa pengetahuan tentang manfaat dan anjuran konsumsi sayur berbanding lurus dengan konsumsi sayur pada anak. Pengenalan dan pemaparan sayur secara berulang-ulang saat usia dini dapat menjadi langkah awal yang baik untuk meningkatkan kesukaan anak. Anak akan sadar dan tertarik untuk mencoba konsumsi sayur ketika anak tahu manfaat pentingnya makan sayur. Beberapa karakteristik anak yang pemilih makanan (picky eater) menjadi faktor anak menghindari makan sayur. MenurutChatoor (2004) hasil menunjukkan nilai Mental Development Index (MDI) dari picky eater yang berumurr 1-3 tahun adalah 14 poin lebih rendah dibandingkan dengan yang non-picky eater. Nilai perkembangan mental ini dapat berpengaruh pada perkembangan kognitif anak.

2) Karakteristik orang tua

Kebiasaan keluarga terutama orangtua dalam mengkonsumsi sayur sangat mempengaruhi tingkat konsumsi pada anak. Dukungan orangtua dalam meningkatkan konsumsi sayur antara lain orang tua menganjurkan dan menyuruh anak mengkonsumsi sayur serta memberikan fasilitas seperti menyiapkan sayur untuk bekal dan makanan sehari-hari. Membawakan bekal untuk anak adalah salah satu dukungan orangtua dalam rangka mencukupi kebutuhan gizi anak (Asy’ariyah2015).

3) Karakteristik lingkungan

(54)

semakin tinggi pula konsumsi sayur pada anak. Pengaruh teman sebaya juga menjadi faktor penting, ketika anak mendapatkan dorongan teman sebanyanya melihat sering mengkonsumsi sayur maka semakin tinggi pula anak mengikuti konsumsi sayur.

2.7 Konsep Anak Usia Sekolah

2.7.1 Definisi anak usia sekolah

Anak usia sekolah merupakan anak yang berusia 6 hingga 12 tahun. Pada periode usia ini anak-anak sudah mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam berhubungan dengan orangtua, teman sebaya dan orang lain. Anak saat usia sekolah akan memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa. Anak usia sekolah memiliki ketrampilan fisik, kognitif dan psikososial yang sudah berkembang hingga memulai pelatihan formal dalm sistem sekolah yang terstruktur (Wong 2009).

2.7.2 Tugas perkembangan anak usia sekolah

Terdapat beberapa pendapat dari ahli psikologi mengenai tugas-tugas perkembangan pada masa anak usia sekolah diantaranya (Yusuf 2006):

a. Menurut Charlotte Buhler (1930), tugas-tuggas perkembangan fase anak usia 6-12 tahun diantaranya :

1) Fase ketiga (6-8 tahun) yaitu anak mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungannya.

(55)

b. Tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Erik Erickson (1963) dalam bukunya Childhood and Society diantaranya :

1) Awal masa usia sekolah (6-7 tahun)

2) anak belajar menyesuaikan diri dengan teman sebayanya dan anak mulai dapat melakukan hal-hal kecil (berpakaian, makan) secara mandiri. 3) Pertengahan masa usia sekolah (8-11 tahun)

4) anak akan mulai belajar untuk membuat kelompok dan berorganisasi dengan teman sebayanya.

5) Akhir masa usia sekolah atau awal masa remaja (12 tahun)

6) Anak akan belajar membuang masa kanak-kanaknya dan belajar memusatkan perhatian pada diri sendiri.

c. Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Robert J. Havigshurt adalah:

1) Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri. 2) Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebayanya.

3) Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan seperti bermain sepak bola, loncat tali, berenang dan lainnya.

4) Mulai mengembangkan peran sosial laki-laki maupun perempuan yang tepat

5) Mengembangkan keterampilan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung.

6) Mengembangkan pengertian yang dibutuhkan untuk kehidupan sehai-hari.

(56)

8) Mencapai kebebasan pribadi.

9) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga.

2.8 Keaslian Penelitian

Peneliti menggunakan kata kunci dan alternatif kata kunci untuk mengetahui penelitian sebelumnya. Kata kunci yang digunakan peneliti sebagai berikut:

Kata kunci yang digunakan peneliti untuk mencari literatur jurnal dan referensi tinjauan pustaka dari database lib.unair, jurnal ners, scopus, science direct, google scholar. Setelah peneliti memasukkan kata kunci dan alternatif kata kunci didapatkan artikel jurnal berjumlah 39 artikel. Peneliti mengerucutkan kembali berdasarkan membaca judul, abstrak serta hasil penelitian dan didapatkan 8 artikel jurnal yang sesuai dengan penelitian ini.

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

(57)
(58)

No Judul Penelitian Hasil

(59)

No Judul Penelitian Hasil kelas IV SD 2 Hadipolo Jekulo Kudus

(60)

No Judul Penelitian Hasil

sehat pada anak usia sekolah

I : kuisioner A: kuantitatif

(61)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Gambar 3.1 Kerangka konseptual pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran Think Pair Shareterhadappengetahuan dan sikap anak usia sekolah dalam konsumsi sayur berdasarkan Teori Lawrence Green (1991)

Perilaku anak

(62)

Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan tentang mekanisme pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share terhadappengetahuan dan sikap anak usia sekolah dalam konsumsi sayur. Menurut teori Lawrence, perilaku kesehatan ditentukan tiga faktor. Faktor predisposisi (prediposising factors) meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan tradisi. Faktor pendukung (enabling factors) terdiri dari adanya sarana kesehatan, terjangkaunya sarana kesehatan, peraturan kesehatan, lingkungan fisik dan faktor pendorong (reinforcing factors). Faktor-faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh pemberian pendidikan kesehatan. Melalui pendidikan kesehatan dengan metode think pair share diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan mengubah kecenderungan anak (sikap) untuk memilih mengkonsumsi sayur. Metode ini digunakan agar anak berusaha berpikir, saling merespon dan membantu dalam berdiskusi. Anak mampu berkomunikasi dan interaksi dengan pasangan dalam kelompok, tiap pasangan kelompok saling berbagi informasi dalam mengungkapkan pendapatnya. Penyampaian infomasi dan ide-ide penting tentang perilaku konsumsi sayur dalam model pembelajaran think pair share diharapkam menimbulkan respon adaptif yaitu meningkatnya pengetahuan dan sikap positif anak terhadap konsumsi sayur sehingga kualitas derajat kesehatan siswa meningkat.

3.2 Hipotesis Penelitian

H1: Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share terhadap pengetahuan anak usia sekolah dalam konsumsi sayur.

(63)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian experimental dengan metode penelitian pra-eksperimental dengan rancangan one-group pra-post test design, dimana tipe penelitian ini mengungkapkan suatu hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan suatu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, selanjutnya diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam 2016). Penelitian ini memahas hubungan sebab akibat dari pendidikan kesehatan melalui model pembelajaran think pair share terhadap pengetahuan dan sikap anak usia sekolahdalam konsumsi sayur.

Tabel 4.1 Rancangan penelitian pra-experimental (one-group pra-post test design)

Subjek Pra-tes Perlakuan Pasca-tes

K-A O

Waktu 1

ǀ

Waktu 2

Oǀ Waktu 3 Sumber : Nursalam (2016)

Keterangan :

K : Subjek (siswa kelas 4 SDI KHM Noer).

O :Pengukuran tingkat pengetahuan dan sikap melalui pre-test menggunakan kuesioner sebelum diberikan pendidikan kesehatan metode think pair share.

ǀ : Pemberian metode pendidikan kesehatan think pair share. Oǀ :Pengukuran tingkat pengetahuan dan sikap melalui post-test

menggunakan kuesioner sesudah diberikan pendidikan kesehatan metode think pair share.

4.2 Populasi, Sampel dan Sampling

4.2.1 Populasi

(64)

tertarget pada penelitian ini adalah anak usia sekolah (6-12 tahun) di SDI KHM Noer Surabaya berjumlah 235 siswa, sedangkan populasi terjangkau adalah siswa kelas 4 yang berjumlah 40 siswa.

4.2.2 Sampel

Sampel ialah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling(Nursalam 2016). Sampel pada penelitian ini adalah anak usia sekolah dasar yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari sesuatu populasi target yang terjangku dan akan diteliti (Nursalam 2016). Kriteria inklusi dari penelitian ini yakni :

a. Siswa kelas 4 sekolah dasar yang hadir dan mengikuti tahapan penelitian seluruhnya.

b. Siswa yang mendapat persetujuan dari orangtua / wali murid untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

2) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini ditetapkan dengan mengeluarkan dan menghilangkan subjek dari penelitian karena sebab, sehingga tidak layak untuk diteliti atau tidak memenuhi kriteria inklusi pada saat penelitian (Nursalam 2016). Kriteria eksklusi sebagai berikut :

(65)

4.2.3 Sampling

Sampling merupakan suatu proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam 2016).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yakni dilakukan secara total sampling. Peneliti mengambil keseluruhan siswa kelas 4 SDI KHM Noer yang bejumlah 40 anak.

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.3.1 Variabel penelitian

Variabel adalah sebuah konsep operasional dari sebuah objek agar dapat dioperasionalkan, diaplikasikan serta menjadi properti dari objek (Pramesti 2014). Variabel independen (bebas) adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam 2016).

1) Variabel independen (bebas)

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu pendidikan kesehatan melalui model pembelajaran think pair share.

2) Variabel dependen (terikat)

(66)

4.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional menjadikan konsep yang masih bersifat abstrak menjadi operasional sehingga akan memudahkan pengukuran variabel tersebut (Wasis 2008).

Tabel 4.2 Definisi operasional pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share terhadap pengetahuan dan sikapanak usia sekolah dalam konsumsi sayur

Variabel Definisi

(67)

Variabel Definisi

Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor Variabel

Kuesioner Ordinal Jawaban Benar = 1

Kuesioner Ordinal Skala Likert

(68)

4.4Instrumen Penelitian

4.4.1 Instrumen penelitian

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan untuk mengumpulkan suatu data dengan tujuan hasil data yang diperoleh lebih lengkap, cermat, dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto 2009). Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur. Kuesioner pengetahuan dan sikap dimodifikasi dari kuesioner penelitian yang digunakan oleh Sibagariang tahun 2016. Pengetahuan dan sikap menggunakan data ordinal. Pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Untuk sikap dibagi menjadi 2 kategori yaitu sikap positif dan sikap negatif.

Kuesioner pengetahuan terdiri dari 20 pertanyaan yaitu macam-macam sayur (soal no.1,3 ), manfaat makan sayur (soal no. 14,15,18), kandungan sayur (soal no. 4,5,6,7,8,10,20), cara pengolahan sayur dengan tepat (soal no.2,9,12,13), frekuensi dan jumlah asupan makan sayur (soal no.11), dampak kurang makan sayur (soal no.16,17,19 ). Pemberian nilai untuk kuesioner pengetahuan adalah skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Kuesioner pengetahuan berisi 20 pertanyaan dengan nilai benar = 1, salah = 0, nilai maksimal adalah 20. Jumlah nilai 76-100% masuk dalam kriteria baik dengan kode (3), jumlah nilai 56-75% masuk kriteria cukup dengan kode (2), dan untuk jumlah nilai <55% masuk kriteria kurang dengan kode (1).

(69)

4,17,20 ), frekuensi dan jumlah asupan makan sayur (soal no. 2,10,), dampak kurang makan sayur (soal no.6,18). Pertanyaan positif (favorable) pada soal (1,2,3,4,6,7,8,11.14,16,18,19) dengan nilai sangat setuju= 4, setuju = 3, tidak setuju= 2, sangat tidak setuju = 1. Pertanyaan negatif (unfavorable) pada soal (5,9,10,12,13,15,17,20 ) dengan nilai sangat setuju= 1, setuju= 2, tidak setuju = 3, sangat tidak setuju= 4.

4.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas 1) Uji Validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan dengan prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam 2016). Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan pada kuesioner yang harus diganti karena dianggap tidak relevan. Menurut Pramesti (2014), item instrumen dianggap valid jika r hitung > r tabel jika dihitung secara manual namun jika menggunakan uji statistik item instrumen dianggap valid jika p ≤ 0,05 dan dari 20 butir soal dan pernyataan didapatkan nilai valid.

Tabel 4.3 Nilai uji validitas kuesioner pengetahuan dan sikap

Kuesioner Pengetahuan Kuesioner Sikap

No. Soal Nilai sign.(2-tailed) No. Pernyataan Nilai sign.(2-tailed)

1 p= 0,003 1 p= 0,000

2 p=0,000 2

3 p=0,000 3 p= 0,000

4 p=0,000 4 p= 0,000

5 p=0,000 5 p= 0,000

6 p=0,003 6 p= 0,000

7 p=0,000 7 p= 0,000

8 p=0,031 8 p= 0,000

(70)

Kuesioner Pengetahuan Kuesioner Sikap

No. Soal Nilai sign.(2-tailed) No. Pernyataan Nilai sign.(2-tailed)

10 p=0,004 10 p= 0,000

11 p=0,045 11 p= 0,000

12 p=0,013 12 p= 0,000

13 p=0,013 13 p= 0,000

14 p=0,045 14 p=0,002

15 p=0,000 15 p=0,004

16 p=0,003 16 p=0,000

17 p=0,000 17 p=0,000

18 p=0,000 18 p=0,000

19 p=0,000 19 p=0,001

20 p=0,000 20 p=0,000

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode alpha Cronbach 0 sampai 1. Skala ini dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan rank yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterpetasikan sebagai berikut:

1. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d 0,20 berarti kurang reliabel. 2. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d 0.40 berarti agak relibel. 3. Nilai alpha Cronbach 0,41 s.d 0,60 berarti cukup reliabel. 4. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d 0,80 berarti reliabel. 5. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d 1,00 berarti sangat reliabel.

(71)

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share terhadap pengetahuan dan sikap anak usia sekolah dalam konsumsi sayur ini dilakukan pada 15 Juni 2017 sampai dengan 17 Juni 2017 di SDI KHM Noer Kelurahan Sidotopo Wetan, Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya, Jawa Timur.

4.6 Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti melakukan proses pengumpulan data setelah memperoleh ijin dari Kepala SDI KHM Noer Surabaya, dengan sebelumnya mendapatkan surat pengantar dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga untuk pengambilan data awal. Langkah awal setelah mendapat persetujuan dari sekolah, peneliti melakukan survei data awal mengenai pengetahuan dan sikap anak dalam konsumsi sayur melalui observasi dan wawancara kepada siswa kelas 4. Setelah survei data awal, peneliti melakukan negosiasi untuk penentuan jadwal pelaksanaan penelitian dengan pihak sekolah.

Gambar

Gambar 2.1 Precede-Proceed Model (Lawrence 1991)
Gambar 3.1 Kerangka konseptual pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran Think Pair Shareterhadappengetahuan dan sikap anak usia sekolah dalam konsumsi sayur berdasarkan Teori Lawrence Green (1991)
Tabel 4.1 Rancangan penelitian pra-experimental (one-group pra-post test design)
Tabel 4.2 Definisi operasional pengaruh pendidikan kesehatan dengan model pembelajaran think pair share terhadap pengetahuan dan sikapanak usia sekolah dalam konsumsi sayur
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: Apakah penerapan model Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka rumusan perm asalahan dalam penelitian ini adalah “A pakah dengan menerapkan model think pair share

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, dapat dirumuskan masalah umum penelitian adalah “Bagaimana penerapan model Think-Pair-Share untuk meningkatkan penguasaan

Berdasaran hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut: Pada pembelajaran IPS melalui model Think Pair Share dapat

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share berbantuan audio visual berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah; apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Langkah-langkah pembelajaran membaca puisi dengan model think pair share melalui tahap: (1) berpikir untuk mendalami makna puisi dan memberikan tanda pembacaan secara

Oleh karena itu dapat dikatakan jika model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan think-pair-share pada siklus 2 telah sukses karena kemampuan berbicara anak telah