• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DARING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMAN 13 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DARING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMAN 13 MAKASSAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DARING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMAN 13 MAKASSAR

Arifa Lestari dan Ramly

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Makassar Jalan Daeng Tata Raya, Makassar, Sulawesi Selatan

Lestariarifa13@gmail.com

Abstract: Implementation of the Online Learning Model in Indonesian Language Subjects at SMAN 13. This study aims to describe and describe the implementation of online learning in Indonesian language subjects at SMAN 13 Makassar. This research is a descriptive qualitative type with data in the form of online learning implementations sourced from the online learning process in three classes and three teachers using observation, interview, and documentation data collection techniques which are then analyzed starting from data transcripts, data reduction, analyzing and presenting data, and draw a conclusion.

This study obtained the results that: SMAN 13 Makassar actually implements online learning.

The implementation of learning is assisted by the WhatsApp application as the main application assisted by Google Classroom, and Zoom Meeting In the concept implementation process, the Teacher Center is applied and students become passive figures in the learning process. The evaluation process runs almost the same as the offline process. The difference is that the shape of the object being evaluated is converted into a photo, video, or softfile.

Keywords: implementation, learning, online, e-learning

Abstrak: Implementasi Model Pembelajaran Daring pada Matapelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 13. Penelitian ini bertujuan untuk dan mendeskripsikan implementasi pembelajaran daring pada matapelajaran bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar. Penelitian ini berjenis kualitatif deskriptifdengan data berupa implementasi pembelajaran daring yang bersumber dari proses pembelajaran daring di tiga kelas dan tiga orang pengajar menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian dianalisis mulai dari transkrip data, mereduksi data, menganalisis dan menyajikan data, serta menarik kesimpulan. Penelitian ini memeroleh hasil bahwa: SMAN 13 Makassar benar melaksanakan pembelajaran daring. Pelaksanaan pembelajaran dibantu dengan aplikasi WhatsApp sebagai aplikasi utama dibantu Google Classroom, dan Zoom Meeting sesuai pilihan guru. Pada proses pelaksaaan konsep, Teacher Center yang diterapkan dan siswa menjadi sosok-sosok pasif dalam proses pembelajaran. Adapun proses evaluasi berjalan hampir sama dengan proses luring. bedanya wujud dari objek yang dievaluasi diubah menjadi bentuk foto, video, atau softfile.

Kata kunci: implementasi, pembelajaran, daring, e-Learning

PENDAHULUAN

Model pembelajaran sejatinya adalah serangkaian konsep yang direncanakan agar menjadi pegangan atau arahan untuk menjalankan kegiatan pembelajaran. (Joy dan Weel dalam Nurdiansyah dan Eni, 2016: 3). Pembelajaran sendiri mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan manusia

(2)

juga mengalami perubahan berupa peningkatan dan pengembangan, termasuk model pembelajaran.

Semakin berkembang zaman, berkembang pula berbagai model pembelajaran yang diharapkan mampu mendukung proses pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan hadirnya berbagai model pembelajaran disusul penelitian terhadapnya.

Bukan hanya sekedar dibuat, tapi model pembelajaran yang tersebutkan di atas telah mengalami uji coba. Banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji coba model pembelajaran tersebut. Salah satunya adalah Model pembelajaran lain yang menjadi bahan penelitian adalah model pembelajaran Inkuiri. Salah satu penelitian terkait adalah penelitian oleh Ratna (2013). Hasil dari penelitian tersebut adalah model pembelajaran inkuiri memberi pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan menulis teks prosedur kompleks siswa kelas X SMAN 1 Air Putih. Hal tersebut dikarenakan perolehan nilai rata-rata siswa meningkat dari yang sebelumnya 64,8 menjadi 76,9.

Ada pula penelitian terhadap model pembelajaran berbasis masalah oleh Nurhakim (2015).

Penelitian tersebut mencoba membandingkan proses dan hasil yang diperoleh menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini memiliki hasil model pembelajaran berbasis masalah efektif untuk pembelajaran menulis –siswa kelas X SMKN 1 YPLP. Pernyataan tersebut didasari oleh nilai rata-rata siswa sebesar 78,65. Selisih 15,65 dari hasil sebelum penerapan model pembelajaran yang hanya sebesar 63. Hal tersebut lebih memadai atau lebihefektif dari model pembelajaran konvensional yang memperoleh hasil –setelah diadakan tindakan- nilai rata-rata 73.

Bukti nyata perkembangan zaman paling terlihat dengan adanya model pembelajaran yang memanfaatkan secara maksimal teknlogi yang berkembang saat ini, yaitu model pembelajaran e-Learning atau daring. E-Learning sendiri adalah kepanjangan dari Electronic Learning yang memungkinkan penyaluran materi pelajaran menggunakan media internet, baik itu menggunakan aplikasi telepon video maupun aplikasi pembelajaran seperti Google Clasroom atau Edmodo dan lain sebagainya.

Pembelajaran daring atau E-Learning sendiri telah beberapa kali diuji hasilnya melalui berbagai penelitian. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Hanum (2012) yang mengangkat judul Keefektifan e-Learning Sebagai Media Pembelajaran (Studi Evaluasi Model Pembelajaran e-Learning SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto. Penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa pembelajaran e-Learning dipandang cukup efektif oleh sebagian guru karena menghasilkan peningkatan 77,27%. Ada pula yang menganggap sebaliknya. Jika menilik pencapaian aspek, diperolehhasil (1) perencanaan 77,57%; (2) perencanaan materi 75,14%; (3) penyampaian materi 75%; (4) Interaksi 65%; dan (5) evaluasi 69,1%). Pencapaian tersebut disebabkan oleh faktor pendukung berupa software dan akses internet yang memadai. Adapun faktor penghambatnya adalah

lisensi e-Learning yang belum tersedia, motivasi guru dan pemahaman terhadap pengolahan e-Learning yang masih kurang.

Peneliti telah melakukan observasi awal langsung di SMAN 13 Makassar pada awal tahun 2020 lalu. Pada saat pengamatan awal tersebut, diperoleh bahwa guru telah merencanakan model pembelajaran untuk diterapkan pada proses pembelajaran. Namun, menurut penuturan guru matapelajaran bahasa Indonesia, model pembelajaran yang direncanakan tidak selalu bias diterapkan. Terkadang model pembelajaran yang diterapkan bukan yang direncanakan sebab kondisi siswa atau hal-hal lain. Namun beberapa bulan kemudian ternyata SMAN 13 Makassar mengubah proses pembelajaran tatap muka langsung menjadi pembelajaran dalam jaringan atau daring berdasarkan Surat Edaran Kemendikbud pada Maret 2020 lalu.

(3)

METODE

Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini termasuk pada jenis penelitian kualitatif.

Penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa pernyataan lisan atau tertulis dari pihak yang diamati serta tidak melibatkan angka dalam analisis datanya. Selain itu, berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif karena bertujuan menggambarkan dan menjelaskan kondisi atau fenomena apa adanya tanpa melakukan tindakan tertentu terhadap objek penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 13 Makassar (dalam hal ini daring) dan dilakukan pada bulan Januari 2021 hingga selesai dengan Desain kualitatif deskriptif. Hal tersebut, berdasarkan tujuan penelitian ini, yakni untuk mendeskripsikan atau menggambarkan kondisi sebuah fenomena atau kondisi dengan apa adanya terkait tanpa melibatkan diri pada proses yang hendak diamati dan tidak menggunakan angka untuk menjelaskan hasil yang diperoleh. Data pada penelitian ini adalah implementasi pembelajaran daring terkhusus pada matapelajaran Bahasa Indonesia. Adapun sumber data pada penelitian ini adalah tiga orang pengajar Bahasa Indonesia dan sejumlah siswa yang di pilih berdasarkan kelas yang diampuh oleh tiga guru matapelajaran Bahasa Indonesia tersebut.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: (1) Observasi pada proses pembelajaran daring pada matapelajaran bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar; (2) wawancara dengan tiga orang pengampuh matapelajaran bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar; dan (3) dokumentasi berupa perekaman terhadap proses wawancara dengan guru serta pengabadikan proses pembelajaran. Adapun instrument pada penelitian ini adalah peneliti, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan audio recorder.

Pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini menggunkan teknik triangulasi data dan observasi yang diperdalam. Adapun triangulasi data dengan cara: (1) membandingkan rekaman wawancara dengan catatan hasil wawancara dengan guru, dan (2) membandingkan catatan hasil observasi peneliti dengan hasil rekaman atau tanggapan layar yang diperoleh ketika kelas berlangsung. Terakhir, teknik analisis data melalui beberapa tahapan yaitu transkrip data, mereduksi data, triangulasi data, penyajian dan menganalisis data, serta penarikan kesimpulan.

HASIL

Hasil penelitian yang dijabarkan ini diperoleh setelah melakukan tiga kali pengamatan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di tiga kelas berbeda yang diampu oleh tiga orang guru di SMAN 13 Makassar, wawancara dengan guru matapelajaran, dan pengamatan terhadap RPP. Adapun hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Implementasi Pembelajaran Daring pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar

a. Perencanaan

Pengamatan terhadap perencanaan pembelajaran daring pada matapelajaran bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar peneliti lakukan dengan mengamati Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang diberikan oleh guru matapelajaran bahasa Indonesia. Adapun data hasil pengamatan tersebut disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:

(4)

Kelas Komponen Perencanaan

Metode Model Media Sumber Belajar

X IPA 2 Home Learning Discovery Learning

WhatsApp Group;

Classroom, Zoom

Buku Paket; buku siswa;

materi di Classroom;

sumber lain dari Internet X IPA 3 ATM; kelompok

diskusi; tanya jawab;

tugas

Problem Basic Learning

LCD, Spiker, Notebook

Buku paket

X IPS 3 Home Learning Discovery Learning

WhatsApp Group;

Classroom, Zoom

Buku Paket; buku siswa;

materi di Classroom;

sumber lain dari Internet Berdasarkan Tabel 1 data mengenai perencanaan pembelajaran daring pada matapelajaran bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar di atas, diketahui bahwa kondisi saat ini yang mengharuskan pembelajaran dalam jaringan atau daring tidak berpengaruh pada seluruh perencanaan matapelajaran bahasa Indonesia di SMA 13 Makassar. RPP bahasa Indonesia untuk kelas X IPA 3 bahkan masih mencantumkan metode, model, dan media perencanaan seperti yang biasanya digunakan atau dirancang untuk pembelajaran luar jaringan atau luring.

Lain kelas X IPA 3, lain pula dua kelas lainnya. Kelas X IPA 2 dan X IPS 3 menggunakan metode danmedia yang digunakan pada pembelajaran daring. Hal yang masih menyerupai perencaan pembelajaran luring hanya pada model pembelajaran yang direncanakan. Guru tetap merencanakan model pembelajaran Discovery Learning sebagai model pembelajaran yang direncakana akan diterapkan.

b. Pelaksanaan

Pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran daring di SMAN 13 Makassar meliputi beberapa point seperti (1) aplikasi yang digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran; (2) metode komunikasi atau penyampaian materi yang digunakan dalam proses pembelajaran; (3) jenis media dan tutor yang digunakan serta (4) proses pembelajaran atau daring.

Setelah dilakukan pengamatan, ditemukan hasil mengenai aplikasi yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran daring di SMAN 13 Makassar. Data mengenai aplikasi tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Jenis Aplikasi yang Digunakan pada Pembelajaran Daring Matapelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar

Kelas Aplikasi yang digunakan X IPA 2 WhatsApp. Google X IPS 3 Classroom,WhatsApp X IPA 3 WhatsApp, Zoom Meeting

Berdasarkan Tabel 2 di atas, terlihat bahwa aplikasi WhatsApp adalah aplikasi yang dominan digunakan. Pada kelas X IPA 2, Aplikasi WhatsApp digunakan untuk mengadakan kelas, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan presensi. Hal tersebut dibuktikan pada tiga kali pengamatan, seluruh proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi WhatsApp.

(5)

Selain WhatsApp, aplikasi lain yang dipilih oleh guru adalah Google Classroom. Hanya saja, aplikasi tersebut digunakan hanya untuk mengumpulkan tugas siswa.

Sama dengan kelas X IPA 2, kelas X IPS 3 juga menggunakan aplikasi WhatsApp untuk mengadakan kelas, melaksanakan pembelajaran serta melakukan presensi. Yang berbeda adalah, kelas X IPS 3 tidak memiliki aplikasi lain. Pengumpulan tugas pun dilakukan dengan bantuan WhatsApp.

Kelas X IPA 3 juga menggunakan aplikasi WhatsApp untuk menyampaikan informasi seperti link zoom, melakukan presensi dan pengumpulan tugas. Sedangkan proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi zoom meeting.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga guru matapelajaran bahasa Indonesia dua di antaranya yakni guru matapelajaran bahasa Indonesia di kelas X IPA 2 dan X IPS 3 memilih WhatsApp dengan alasan aplikasi tersebut adalah aplikasi yang pasti dimiliki seluruh siswa yang menggunakan telepon genggam. Adapun pemilihan aplikasi Zoom Meeting oleh guru matapelajaran bahasa Indonesia di kelas X IPA 3 didasari oleh anggapan bahwa pemebelajaran dengan Live Conference Zoom adalah pembelajaran yang paling mendekati bentuk nyata sebuah kelas.

Berbicara mengenai model pembelajaran daring, hal yang tak kalah penting adalah media pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil mengenai media pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran daring matapelajaran bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar dan data tersebut disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 3. Media yang Digunakan pada Pembelajaran Daring Matapelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar

Kelas Media yang digunakan X IPA 2 Video, gambar atau foto, catatan suara X IPS 3 PPT, Gambar atau fot

X IPA 3 PPT dan Video

Berdasarkan Tabel 3 di atas, kelas X IPA 2 menggunakan media video. Media tersebut digunakan pada saat pengamatan pertama dilakukan, yakni guru mengirimkan dua tautan video Youtube mengenai teks negosiasi. Meski demikian. Video yang digunakan guru bukanlah video pemaparan oleh guru matapelajaran bahasa Indonesia sendiri.

Selain menggunakan video, guru juga menggunakan catatan suara yang berisikan penjelasan lanjutan mengenai materi yuang dipelajari. Penggunaan catatan suara terlihat pada pengamatan kedua dan ketiga. Terakhir adalah gambar atau foto. Media ini adalah media yang paling sering digunakan. Bahkan selama tiga kali pengamatan, didapati bahwa media gambar atau foto digunakan pada seluruh pengamatan. Gambar atau foto yang digunakan adalah foto materi pelajaran yang terdapat pada buku paket atau Lembar Kerja Siswa atau KLS, bahkan foto lembar silabus.

Selanjutnya adalah kelas X IPA 3. Kelas X IPA 3 menggunakan media PowerPointt atau PPT untuk menyampaikan materi pelajaran. Media PowerPointt digunakan pada saat tiga kali pengamatan. Selain PPT, foto atau gamabr juga digunakan meski foto tersebut hanyalah tangkapan layar atau screenshoot dari PPT. hal tersebut guru lakukan sebab ada beberapa siswa yang telepon genggamnya tak dapat menampilkan dokumen PowerPointt.

Selanjutnya kelas X IPA 3. Kelas X IPA 3 menggunakan video Youtube sama seperti kelas X IPA 2. Perbedaannya adalah video ditampilkan oleh guru dengan bantuan fitur Share Screen di Zoom Meeting. Begitu juga dengan PowerPointt, guru menampilkannya saat pembelajaran berlangsung agar siswa paham alur penjelasan yang diberikan oleh guru. Selain

(6)

WhatsApp agar siswa bisa mencatat kembali penjelasan guru.

Selanjutnya adalah data mengenai proses pembelajaran daring. Proses pembelajaran yang diamati meliputi tahap pembukaan, inti, dan penutup. Data mengenai proses pembelajaran daring disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4. Proses Pembelajaran Daring Matapelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar

Kelas Kegiatan

Pembukaan Inti Penutup

X IPA 2 - Mengajak siswa berdoa bersama dengan

membberikan bacaan doa via pesan suara

- Memberikan informasi tujuan pembelajaran dengan mengirimkan foto lembar silabus

- Memberikan materi pelajaran kepada siswa dengan berbagai bentuk media

- Menjalankan

pembelajaran dengan konsep teacher center dan komunikasi dua arah tidak langsung

- Menutu kelas dengan memberikan pesan mengenai menulang kembali pelajaran;

- Menjelaskan prosedur pengerjaan dan pengumpulan tugas - Memberikan daftar

presensi X IPS 3 - Memberitahukan judul

materi pelajaran yang hendak dipelajari.

- Tidak melakukan tindakan apersepsi sebagaimana pembelajaran offline

- Memberikan materi pelajaran yang dikemas dalam bentuk PPT - Menjalankan proses

pembelajaran dengan konsep teacher center dan komunikasi 1 arah

Memberikan daftar presensi. Tidak melakukan tindakan kegiatan penutupan sebagaimana pembelajaran offline X IPA 3 - Memulai pembelajaran

dengan melakukan apersepsi dengan sederhana yakni memberi salam,

mengajak siswa berdoa, dan menyampaikan materi pelajaran yang hendak di pelajari.

- Mengadakan kelas dengan zoom meeting dan whatsApp dibantu media pembelajaran PPt berisikan materi

pelajaran.

- Proses pembelajaran berlangsung dengan konsep teacher center dibantu komunikasi dua arah antara siswa dan guru

- Mengakhiri kelas dengan memberi pesan dan amanat kepada siswa, serta mengucap salam.

- Mengirimkan daftar presensi untuk siswa isi berdasarkan kondisi mereka

- Mengirimkan PPt yang sebelumnya di

tampilkan pada kelas zoom

Berdasarkan data pada tabel 4 di atas, dapat diketahui proses pembelajaran daring matapelajaran bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar. Proses pembelajaran yang dijelaskan di atas terjadi berulang selama pengamatan berlangsung.

Pertama, tahapan pembukaan. Pada tahapan ini, ketiga guru melakukan satu hal yang sama yaitu menyampaikan judul materi yang akan dipelajari. Guru matapelajaran bahasa Indonesia menyatakan langsung melalui lisan atau tertulis –pada kolom pesan judul materi.

Guru kelas X IPA 2 yang mengajak berdoa dan menjelaskan tujuan pembelajaran, dua guru lainnya tidak melakukan hal tersebut. Selain itu, guru tidak melakukan apersepsi sebagaimana pembelajaran tatap muka langsung.

(7)

Kedua, tahapan inti. Pada tahapan ini, didapati bahwa pola pembelajarannya adalah teacher center dengan siswa yang berperan pasif. Pembelajaran daring yang terjadi kehilangan keaktifan siswa seperti, tidak ada diskusi, tidak adanya Tanya jawab –hanya kelas X IPA 3 yang melakukannya, tidak ada responss bererti yang diberikan oleh siswa kecuali,

“iya bu/pak” atau bahkan tidak menjawab sama sekali.

Terakhir, tahapan penutup. Pada tahapan ini didapati bahwa kelas X IPA 2 dan X IPA 3 melakukan tahapan penutupan sebagaimana kelas tatap muka langsung walau tidak benar- benar serupa. Pada tahan akhir ini, guru matapelajaran bahasa Indonesia di kelas X IPA 2 dan X IPA 3 memberikan tahapan penutup karena menjelaskan mengenai pengerjaan tugas, member pesan pada siswa. Sedangkan pada kelas X IPS 3, tahapan penutupan tidak benar- benar dilaksanakan karena guru tidak melakukan apapun kecuali memberikan daftar presensi setelah memberikan materi pelajaran kepada siswa.

c. Evaluasi

Data mengenai tahap evaluasi pembelajarang daring diperoleh dari hasil wawancara dengan guru. Hasil yang diperoleh menyangkut evaluasi terhadap (1) kognitif; (2) afektif; (3) psikomototik. Berikut penyajian data mengenai evaluasi pembelajaran daring di SMAN 13 Makassar

Tabel 5. Evaluasi Pembelajaran daring matapelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar

Kelas Evaluasi

Kognitif Afektif Psikomotorik

X IPA 2 Menilaian terhadap kognitif siswa dilakukan dengan penugasan dan ulangan- ulangan

- Menilai siswa melalui tanggapan siswa di grup chat, keaktifak digrup saat kelas berlangsung, serta respons dan sikap siswa saat kelas berlangsung

- Guru aktif membangun komunikasi dengan siswa melalui telepon bahkan telepon video.

- Untuk menilai psikomotorik siswa, guru menggunakan bantuan aplikasi zoom meeting atau google meet.

- Terhadap siswa yang bermaslah terhadap nilai praktikum, guru akan melakukan komunikasi melalui video call dan meminta siswa melakukan tugas yang langsung dipantau oleh guu saat itu juga X IPS 3 - Memberikan serangkaian

tugas kepada siswa termasuk mencatat materi pelajaran yang dijadikan tambahan nilai.

- Ulangan-ulangan

- Menilai siswa melalui komunikasi siswa saat berbicara melalui perantara aplikasi dan sikap siswa ketika bertemu langsung dengan guru

- Menilai melalui sikap, tanggapan, dan usaha siswa terhadap tugas yang diberikan

- Melakukan pengambilan nilai praktikum secara langsung. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberikan sesi masing-masing untuk datang kesekolah dan menjalani ujian praktikum

(8)

ulangan-ulangan baik itu ulangan harian dan semester

saat melaksanakan pembelajaran dengan zoom meeting, menilai sikap siswa melaui tanggapan, respons, serta usaha siswa terhadap pembelajaran dan tugas yang

diberikan

membuat video

praktikum atau meminta siswa datang kesekolah untuk melakukan pengambilan nilai secara langsung

Berdasarkan Tabel 5 data hasil mengenai evaluasi pembelajaran matapelajaran bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar di atas, dapat dipahami bahwa proses evaluasi pada pembelajaran daring tak beda jauh dari proses evaluasi luring. Perbedaan hanya berbedaan wujud dari objek yang dievaluasi. Pada ranah kognitif, evaluasinya tetap dengan penugasan dan ujian yang dikemas dalam bentuk foto file. Pada ranah sikap, wujud penilaiannya bukan lagi perilaku fisik siswa melainkan perilaku maya siswa seperti ketikannya ketika gi grup WhatsApp, sikap dan perilaku siswa ketika mengikuti kelas Zoom, dan serpon serta sikap siswa terhadap serangkaian tugas yang diberikan. Pada ranah sikap, salah satu guru berpendapat bahwa penilaian dan pendalamannya menjadi lebih maksimal, sebab memberikan kesempatan besar terjadi diskusi dan komunikasi antara guru dan orangtua. Hal ini yang tidak ditemukan pada saat pembelajaran luring. Pada ranah psikomotorik pun demikian, penilaian pada praktek siswa pun dilakukan dengan bantuan media seperti video atau bahkan panggilan video untuk memudahkan guru menilai psikomotorik siswa.

Meski demikian, proses penialain secara online ini tidak dapat diterapkan 100%. Menurut penuturan guru matapelajaran bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar, selain pengumpulan tugas dengan foto atau praktek dengan video, tetap diselipkan penilaian langsung bagi siswa yang tidak memungkinkan mengumpulkan tugas secara online. Beberapa hal yang dilakukan guru adalah meminta siswa bersangkutan untuk mengumpulkan tugas yang telah dikerjakan langsung di meja guru atau langsung menghadap gru matapelajaran untuk melakukan praktek.

PEMBAHASAN

Pandemi Covid-19 yang menyerang dunia memaksakan pemindahan segala kegiatan menjadi Work From Home atau WFH demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19, termasuk kegiatan belajar mengajar. Pemerintah membatasi kegiatan belajar mengajar tatap muka langsung dan mengubahnya menjadi pertemuan daring.

Pembelajaran daring ditandai dengan pengubahan pembelajaran langsung menjadi pembelajaran menggunakan bantuan aplikasi. Selain itu, pembelajaran daring juga ditandai dengan pengubahan konten belajar cetak menjadi „electric’. Dan yang lebih spesifik, seluruh proses pembelajaran mengandalkan internet sebagai fasilitas yang menjembatani pembelajaran. Maka benar bahwa pembelajaran yang dilakukan pada matapelajaran bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar adalah daring sebab membutuhkan bantuan perangkat elektronik dan jaringan internet untuk mengadakan pembelajaran. Lebih lanjut, bahkan proses pembelajaran membutuhkan bantuan jaringan internet untuk dapat terlaksana. hal tersebut didukung oleh teori menurut Jaya Kumar C yang menyatakan bahwa pembelajaran E-Learning terjadi apabila pembelajaran berlangsung dengan jarak jauh dan memanfaatkan serangkaian elektronik seperti LAN, WAN, dan internet untuk memfasilitasi penyampaian pembelajaran, interaksi atau bimbingan (Nurdiansyah dan Eni, 2016: 128-129).

Namun, berdasarkan hasil penelitian, didapati bahwa pembelajaran daring matapelajaran bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar masih tergolong sederhana sebab dominasi guru menggunakan aplikasi WhatsApp alih-alih memilih aplikasi pembelajaran online yang ada. WhatsApp

(9)

dipilih dengan pertimbangan mengenai kemudahan penggunaan dibandingkan aplikasi pembelajaran daring lainnya. Bukan hanya itu, faktor-faktor lain melandasi pemilihan WhatsApp seperti kondisi siswa SMA 13 yang tak seluruhya memiliki fasilitas yang mempuni untuk mendukung pembelajaran dengan aplikasi selain WhatsApp dan bahkan ada siswa yang tak memiliki telepon genggam.

Selain WhasApp, zoom juga dipilih –oleh guru matapelajaran bahasa Indonesia di kelas X IPA 3 dibanding aplikasi belajar online lainnya sebab aplikasi tersebut dianggap sebagai yang paling efektif karena mendekati bentuk kelas yang paling nyata. Adapun pada evaluasi, SMAN 13 Makassar menerapkan metode online dan offline untuk melakukan evaluasi berdasarkan kebutuhan dan kondisi.

Ada siswa yang dievaluasi guru dengan bantuan aplikasi, dan ada yang dievaluasi secara langsung seperti ketika kelas lurimg berlangsung.

Selain perkara aplikasi yang digunakan, pembelajaran daring pada matapalajaran bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar masih tergolong sederhana karena pada proses pembelajarannya, konsep yang diterapkan pada pembelajaran adalah teacher center-lah yang berlaku dan siswa menjadi sosok pasif dalam pembelajaran. Hal tersebut tidak sejalan dengan karakteristik pembelajaran E- Learning yang dijelaskan oleh Nurdiansyah dan Eni (2016) yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran dan menjadi sosok yang aktif dalam proses pembelajaran.

Setiap pembelajaran tak ada yang sempurna sebab akan selalu ada kekurangan atau hambatan yang dihadapi baik itu dari sisi siswa, guru, maupun sekolah itu sendiri. Adapun di SMAN 13 Makassar, hambatan yang dialami pada pembelajaran daring yang berlangsung adalah (1) tidak sedikit siswa yang tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk melakukan pembelajaran daring seperti, berbagi telepon dengan saudara, tidak memiliki cukup kuota, atau bahkan tidak memiliki telepon genggam; (2) berkurang pesatnya durasi pembelajaran yang memaksakan guru untuk mempercepat materi pelajaran; (3) tingkat kemalasan siswa untuk belajar dan mengerjalan tugas-tugas meningkat, serta keaktifan siswa yang menurun sehingga berpengaruh pada pemahaman dan perolehan nilai.

Meski demikian, pembelajaran daring masih memiliki keuntungan seperti fleksibilitas tempat dan waktu untuk melaksanakan pembelajaran. Bahklan menurut salah satu narasumber atau guru matapelajaran bahasa Indonesia evaluasi afeksi siswa menjadi lebi baik sebab ada koordinasi yang memadai antara gru dan orangtua siswa.

SIMPULAN

Implementasi pembelajaran daring, benar SMAN 13 Makassar menerapkan pembelajaran daring dan guru matapelajaran bahasa Indonesia di SMAN 13 Makassar tetap melaksanakan proses pembelajaran (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Guru matapelajaran bahasa Indonesia SMAN 13 Makassar dominan telah merencanakan pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran. Adapun pada pelaksanaan, pembelajaran daring dibantu oleh aplikasi WhatsApp sebagai aplikasi utama dan dibantu oleh Google Classrom atau Live Conference Zoom Meeting sesuai dengan pilihan guru. Proses pun berjalan secara sederhana dengan konsep teacher center. yakni guru berperan aktif sedangkan siswa menjadi sosok-sosok pasif dalam pembelajaran. Terakhir, pada evaluasi, prosesnya hampir sama dengan pembelajaran luring. Yang berbeda hanyalah wujud dari objek yang dievalusi –berubah menjadi foto, video, atau softfile. Bahkan masih terdapat proses evaluasi secara langsung sebagai kebijakan terhadap siswa yang tidak memiliki fasiltas yang memadai.

Pada proses pembelajaran ada beberapa kesulitan seperti (1) tidak sedikit siswa yang tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk melakukan pembelajaran daring seperti, berbagi telepon dengan saudara, tidak memiliki cukup kuota, atau bahkan tidak memiliki telepon genggam; (2) berkurang pesatnya durasi pembelajaran yang memaksakan guru untuk mempercepat materi pelajaran; (3) tingkat kemalasan siswa untuk belajar dan mengerjalan tugas-tugas meningkat, serta keaktifan siswa yang menurun sehingga berpengaruh pada pemahaman dan perolehan nilai. Meski demikian, pembelajaran daring masih memiliki keuntungan seperti fleksibilitas tempat dan waktu untuk melaksanakan pembelajaran. Bahklan

(10)

siswa menjadi lebih baik sebab ada koordinasi yang memadai antara gru dan orangtua siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Nurdiansyah, F. F. E. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamial Learning Center. Edisipertama.

Ratna, D. 2014. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks oleh Siswa Kelas X SMAN 1 Air Putih Tahun Pembelajaran 2013/2014. Medan [ID]: Universitas Negeri Medan. (diakses pada tanggal 9 Februari 2020).

Nurhakim. 2015. Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Menulis Eksposisi Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan, Persatuan Guru Republik Indonesia 1 Makassar. Jurnal Pendidikan, Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ONOMA PBSI Universitas Cokroaminoto. Vol. 01 No 01: 29-38. Do: 10.30605/onoma.2015.243.

Hanum, N, S. 2013. Keefetifan E-learning sebagai Media Pembelajaran (Studi Evaluasi Model Pembelajaran P-learning SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto). Jurnal Pendidikan Vokasi. Vo;. 3 No. 1. Do: 10.21831/jpv.v3i1.1584.

Referensi

Dokumen terkait

Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, (yaitu) dirumah-rumah, Allah memerintahkan untuk memuliakan dan

Bencana alam yang terjadi selalu menyisakan kepedihan yang mendalam. Baik berupa gempa bumi, tanah longsor, banjir, gunung meletus, ataupun tsunami. Banyak korban

Hasil pengujian menunjukan bahwa penggunaan helm dengan memiliki lampu sein yang dapat dikontrol melalui saklar di stang sangat membantu pengguna jalan lain untuk mendapatkan

Aspek ekonomis yang dimaksud adalah, bahwa bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pakan buatan sebaiknya adalah bahan- bahan yang dari segi nutrisi mencukupi

Salah satu kompetensi dasar dalam Kurikulum yang harus dicapai muridnya berbunyi sebagai berikut: “Murid dapat menjelaskan hasil analisis tentang konsep interaksi antara

• Korelasi tidak menunjukkan hubungan sebab akibat, akan tetapi menunjukkan hubungan antara variabel satu dengan yang lain... Interpretasi penyimpangan standar terhadap garis

kecocokan dalam mengsinkronkan hasil AKD dengan jumlah permintaan pengadaan diklat. Balai Diklat Keagamaan Bandung dalam pembuatan proses AKD menjadi terbalik,

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kuasa-Nya kepada penulis sehingga dalam penulisan mulai dari proses penelitian hingga penyusunan penulisan