• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyuluhan Pencegahan Penyakit Pada Bencana Banjir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyuluhan Pencegahan Penyakit Pada Bencana Banjir"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN BENCANA DAN PENYAKIT PASCA BENCANA

MANAJEMEN BENCANA DAN PENYAKIT-PENYAKIT PASCA

BENCANA

Sri Murni E2A009201 RII / 2009

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

I.PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, balk yang disebabkan oleh kejadian alam seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan gunung berapi, banjir, angin puting beliung dan kekeringan, maupun yang disebabkan oleh ulah manusia dalam pengelolaan sumber daya dan lingkungan (contohnya kebakaran hutan, pencemaran lingkungan, kecelakaan transportasi, kecelakaan industri, dan tindakan teror born) serta konflik antar kelompok masyarakat.

Kejadian bencana umumnya berdampak merugikan. Rusaknya sarana dan prasarana fisik (perumahan penduduk, bangunan perkantoran, sekolah, tempat ibadah, sarana jalan, jembatan dan lain-lain) hanyalah sebagian kecil dari dampak terjadinya bencana disamping masalah kesehatan seperti korban luka, penyakit menular tertentu, menurunnya status gizi masyarakat, stress pasca trauma dan masalah psikososial,

(2)

bahkan korban jiwa. Bencana dapat pula mengakibatkan arus pengungsian penduduk ke lokasi-lokasi yang dianggap aman. Hal ini tentunya dapat menimbulkan masalah kesehatan baru di wilayah yang menjadi tempat penampungan pengungsi, mulai dari munculnya kasus penyakit dan masalah gizi serta masalah kesehatan reproduksi hingga masalah penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, penyediaan air bersih, sanitasi serta penurunan kualitas kesehatan lingkungan.

Upaya penanggulangan krisis akibat bencana merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai sejak sebelum terjadinya bencana yang dilakukan melalui kegiatan pencegahan, mitigasi (pelunakan/penjinakan dampak) dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadi bencana berupa kegiatan tanggap darurat sementara pada saat setelah terjadi bencana berupa kegiatan

II. BENCANA

DEFINISI

Kejadian / peristiwa bencana yang diakibatkan oleh alam atau ulah manusia, baik yang terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan,dapat menyebabkan hilangnya jiwa manusia, trauma fisik dan psikis, kerusakan harta benda dan lingkungan, yang mampu melampaui kemampuan sumberdaya masy.untuk mengatasinya.

1. Definisi Oprasional a. Gawat Darurat :

Keadaan dimana diperlukan pertolongan segeracepat,cermat,tepat) untuk mencegah kematian atau kecacatan

(3)

b. Tanggap Darurat :

Upaya penangulangan dampak yang timbul akibat bencana, terutama penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.

c. Pencegahan ( prevention) :

Upaya pencegahan terjadinya bencana dan jika mungkin meniadakan bencana. d. Mitigasi ( Mitigation ) :

Upaya untuk mengurangi dampak bencana, baik fisik struktural melalui pembuatan bangunan fisik maupun non fisik struktural melalui undang-undang & pelatihan e. Kesiapsiagaan ( Preparedness ) :

Upaya mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah – langkah tepat guna dan berdaya guna.

2. Kesiapsiagaan = preparedness kegiatan pra bencana prevention mitigasi 3. Kegiatan saat bencana

a) Menginformasikan kejadian bencana misal pada forum desa dan petugas kesehatan..

b) Memberitahukan pada warga (kentongan dll)

c) Membantu melakukan PPGD bersama petugas kesehatan.

d) Memberi bantuan perlengkapan pengungsian / logistik. (Dapur Umum, Tenda, Posko, dll)

e) Membantu petugas dalam pencatatan dan (data korban, data logistik) f) Membantu petugas kesehatan memberikan pertolongan awal

g) Mengaktifkan sistem pertolongan

h) Melakan evakuasi dan transfortasi dengan benar i) Mengaktifkan sistem peringatan

(4)

4. Kegiatan paska bencana

a) Pengamatan terhadap dampak bencana (Misalnya sumur yg rusak, pipa air putus atau jamban hancur)

b) Membantu memulihkan kondisi emosi warga (menghibur, menenangkan warga dg cara berdoa/ berzikir bersama atau mendampingi korban)

5. Apa saja yang dicatat dan dilaporkan a) Nama korban

b) Umur dan jenis kelamin c) Tempat dan waktu kejadian d) Penolong

e) Tindakan yang dilakukan f) Tempat rujukan selanjutnya

III.PENYAKIT PASCA BENCANA

Bencana alam yang terjadi selalu menyisakan kepedihan yang mendalam. Baik berupa gempa bumi, tanah longsor, banjir, gunung meletus, ataupun tsunami. Banyak korban nyawa, fisik, dan harta akibat bencana yang terjadi. Bencana menyebabkan korban yang selamat, kehilangan keluarga, sahabat, harta, bahkan tempat tinggal. Bencana ini selanjutnya menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Menurut Ketua Umum PB IDI Fachmi Idris, secara umum, masalah kesehatan utama setelah bencana adalah trauma fisik seperti luka dan patah tulang. Kemudian, selama dan sesudah masa itu korban bencana yang selamat dan tinggal di pengungsian juga terancam penyakit jika upaya antisipasinya tidak memadai. Berbagai penyakit yang muncul pascabencana alam antara lain malaria, ISPA, diare, leptospirosis, kolera, dan infeksi kulit.

(5)

Pada umumnya masalah kesehatan pasca gempa dapat dibagi dalam 3 fase:

a) Penyakit akut pasca bencana.

Yaitu penyakit yang berhubungan langsung dengan bencana yang terjadi. Misalnya, kasus gempa bumi di Padang tanggal 30 September 2009, penyakit yang berhubungan langsung dengan gempa adalah cedera akibat reruntuhan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa cedera utama akibat gempa adalah cedera kepala dan patah tulang.

b) Penyakit ikutan pada beberapa hari-minggu pasca bencana

1) Malaria

Penyakit malaria dapat timbul misalnya saat masyarakat berada di pengungsian ( tenda-tenda darurat ), nyamuk anopheles bisa menginfeksi korban-korban bencana.

2) DBD

Misalnya banjir, air yang tergenang dapat menyebabkan bersarangnya nyamuk aides aigypti. Kemudian menginfeksi korban-korban bencana.

3) Diare dan penyakit kulit

Penyakit ini bisa menginfeksi korban bencana karena sanitasi yang jelek. Misalnya kuman-kuman penyebab diare seperti ; Vibrio kolera, Salmonella dysentriae pada genangan banjir, diare akibat kurangnya asupan air bersih karena saluran air bersih dan sanitari yang rusak.

Seseorang menderita diare bila frekuensi buang air besar telah melampaui kebiasaannya dengan kotoran encer dan banyak cairan. Diare yang terus menerus

(6)

mungkin merupakan gejala penyakit berat seperti tipus, kolera dan kanker usus. Diare yang berat bisa menyebabkan dehidrasi dan bisa membahayakan jiwa. Gejala-gejalanya seperti frekuensi buang air besar melebihi normal, kotoran encer/cair, sakit/kejang perut, demam dan muntah. Penyebabnya bisa dari Anxietas (rasa cemas), keracunan makanan, infeksi virus dari usus, alergi terhadap makanan tertentu.

Penanggulangannya adalah dengan minum banyak cairan, hindari makanan padat atau yang tidak berperasa selama 1-2 hari, minum cairan rehidrasi oral-oralit.

4) ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Atas )

ISPA terjadi karena masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris acute respiratory infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut:

a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli. Secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernpasan bagian bawah (termasuk jaringan saluran pernapasan).

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari, Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit

(7)

yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

Selain ISPA sering juga ditemukan pnemonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebutbronchopneumonia).

Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia dua bulan sampai kurang dari satu tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia satu tajun sampai kurang dari lima tahun. Pada anak di bawah usia dua bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia.

Pencegahannya dengan pengadaan rumah dengan ventilasi yang memadai, perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan gizi balita.

5) Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira berbentuk spiral dan hidup di air tawar. Penyakit ini timbul karena terkontaminasinya air oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Biasanya penyakit ini terdapat pada korban banjir.

6) Tipes

Penyakit tipes sebenarnya juga berkaitan erat dengan faktor daya tahan tubuh seseorang. Oleh sebab itu, untuk mencegah terkena penyakit tipes, masyarakat harus menjaga kondisi tubuh dengan makan makanan bergizi dan jangan sampai kelelahan.

(8)

c) Masalah kesehatan mental akibat gempa.

Penyakit psikologis / Trauma berkepanjangan akibat reaksi stres akut saat bencana bisa menetap menjadi kecemasan yang berlebihan. Akibat kehilangan rumah, kehilangan anggota keluarga atau bisa juga trauma karena ketakutan yang mendalam

IV.PENANGGULANGAN PASCA BENCANA

a. Tatakelola lingkungan pasca bencana

b. Ketersediaan fasilitas sanitasi

c. Suplay makanan dan air bersih

d. Pengiriman relawan-relawan ke lokasi bencana

REFERENSI

1. “Pencegahan Wabah Penyakit Pasca-Bencana” dalam www.cybernet.cbn.id.

2. “Isu Pasca Bencana” dalam www.menlh.go.id.

3. “ Waspadai Penyakit Pasca Bencana” dalam www.lautanindonesia.com. 4. http://www.scribd.com/doc/36278905/Pedoman-Manajemen-Sdm-Kesehatan-Dalam-Penanggulangan-Bencana 5. http://indonews.org/berbagai-penyakit-mengincar-pascabencana/ 6. http://regional.kompas.com/read/2010/10/29/04294798/Berbagai.P enyakit.Mengincar.Pascabencana

(9)
(10)

SABAR SAAT TERTIMPA BENCANA MELURUSKAN AQIDAH

٢:١٥٥ ٢:١٥٦

٢:١٥٧

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita

gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk". [al Baqarah/2:155-157] PENJELASAN AYAT

Firman Allah Ta’ala :

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan".

Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, (pada ayat ini) Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan bahwa Dia menguji dan menempa para hamba-Nya. Terkadang (mengujinya) dengan kebahagiaan, dan suatu waktu dengan kesulitan, seperti rasa takut dan kelaparan. [2]

Senada dengan keterangan sebelumnya, Syaikh Abdur-Rahman as-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya menyatakan: “Allah Subhanahu wa Ta'ala

memberitahukan, bahwa Dia pasti akan menguji para hambaNya dengan bencana-bencana. Agar menjadi jelas siapa (di antara) hamba itu yang sejati dan pendusta, yang sabar dan yang berkeluh-kesah. Ini adalah ketetapan Allah Subhanahu wa Ta'ala atas para hamba-Nya. Seandainya kebahagiaan selalu menyertai kaum Mukminin, tidak ada bencana (yang menimpa mereka), niscaya terjadi

(11)

percampuran, tidak ada pemisah (dengan orang-orang tidak baik). Kejadian ini merupakan kerusakan tersendiri. Sifat hikmah Allah Subhanahu wa Ta'ala (ini) menggariskan adanya pemisah antara orang-orang baik dengan orang-orang yang jelek. Inilah fungsi musibah”.[2]

Makna dari "dengan sedikit ketakutan dan kelaparan," yaitu takut kepada para musuh dan kelaparan yang ringan. Sebab bila diuji dengan rasa takut yang memuncak atau kelaparan yang sangat, niscaya mereka akan binasa. Karena, hakikat ujian adalah untuk menyeleksi, bukan membinasakan. Sedangkan musibah berupa "kekurangan harta," mencakup berkurangnya harta akibat bencana, hanyut, hilang, atau dirampas oleh sekelompok orang zhalim, ataupun dirampok.

Adapun bencana yang menimpa "jiwa," yaitu berupa kematian orang-orang yang dicintai. Misalnya, seperti anak-anak, kaum kerabat dan teman-teman. Atau terjangkitinya tubuh seseorang, atau orang yang ia cintai oleh terjangkiti berbagai penyakit.

Berkaitan dengan kekurangan pada "buah-buahan," lantaran bergulirnya musim dingin, salju, terjadinya kebakaran, gangguan dari belalang dan hewan lainnya, sehingga kebun-kebun dan ladang pertanian tidak menghasilkan sebagaimana biasanya.[3]

Semua ini dan bencana lain yang serupa, merupakan ujian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi para hamba-Nya. Barangsiapa bersabar, niscaya akan memperoleh pahala. Dan orang yang putus asa, akan ditimpa hukuman-Nya. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengakhiri ayat ini dengan berfirman:

"(Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar)".[4]

Maksudnya, berilah kabar gembira atas kesabaran mereka. Pahala kesabaran tiada terukur. Akan tetapi, pahala ini tidak dapat dicapai, kecuali dengan kesabaran pada saat pertama kali mengalami kegoncangan (karena tertimpa musibah).[5]

(12)

Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan kriteria orang-orang yang bersabar. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"(Yaitu), orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un".

Kata-kata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" inilah, dikenal dengan istilah istirja’, yang keluar dari lisan-lisan mereka saat didera musibah. Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,"Mereka menghibur diri dengan

mengucapkan perkataan ini saat dilanda (bencana) dan meyakini, bahwa mereka milik Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia (Allah Subhanahu wa Ta'ala) berhak melakukan apa saja terhadap ciptaan-Nya. Mereka juga mengetahui, tidak ada sesuatu (amalan baik) yang hilang di hadapan-Nya pada hari Kiamat. Musibah-musibah itu mendorong mereka mengakui keberadaanya sebagai ciptaan milik Allah, akan kembali kepada-Nya di akhirat kelak.”[6]

Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kata-kata itu sebagai sarana untuk mencari perlindungan bagi orang yang dilanda musibah dan penjagaan bagi orang-orang yang sedang diuji. Karena kata-kata itu mengandung makna yang penuh berkah.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala ( ) ini mengandung nilai tauhid dan pengakuan penghambahaan diri, dan di bawah kepemilikan Allah.

Sedangkan firmanNya ( ) mengandung makna pengakuan terhadap kehancuran yang akan menimpa manusia, dibangkitkan dari kubur, serta keyakinan bahwa segala urusan kembali kepada Allah.[7]

"(Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya)".

(13)

Betapa besar balasan kebaikan yang diperoleh orang-orang yang mampu bersabar, menahan diri dalam menghadapi musibah dari Allah, Dzat yang mengatur alam semesta ini.

Kata Imam al Qurthubi rahimahullah : “Ini merupakan rangkaian kenikmatan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi orang-orang yang bersabar dan mengucapkan kalimat istirja’. Yang dimaksud "shalawat" dari Allah bagi hamba-Nya, yaitu ampunan, rahmat dan keberkahan, serta kemuliaan yang diberikan kepadanya di dunia dan di akhirat. Sedangkan kata "rahmat" diulang lagi, untuk menunjukkan penekanan dan penegasan makna yang sudah disampaikan”. [8]

Imam ath-Thabari mengartikannya dengan makna maghfirah (ampunan)[9]. Sedangkan menurut Ibnu Katsir rahimahullah maknanya ialah, mereka mendapatkan pujian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.[10]

"(dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk)".

Disamping karunia yang telah disebutkan, mereka juga termasuk golongan orang-orang muhtadin (yang menerima hidayah), berada di atas kebenaran. Mengatakan ucapan yang diridhai Allah, mengerjalan amalan yang akan membuat mereka menggapai pahala besar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala [11]. Dalam konteks ini, yaitu keberhasilan mereka bersabar karena Allah.[12]

Ayat ini menunjukkan pula balasan bagi orang yang tidak mampu bersabar. Yaitu akan mendapat balasan dalam bentuk celaan, hukuman dari Allah, kesesatan dan kerugian.[13]

KESABARAN MENGHADAPI MUSIBAH MELURUSKAN AQIDAH

Kata sabar berasal dari shabara. Yakni menahan dan menghalangi. Mengandung makna mengekang jiwa dari menolak ketetapan takdir, menahan lisan dari keluh-kesah dan murka, serta mengendalikan anggota tubuh dari tindakan memukuli pipi, merobek-robek baju, dan reaksi-reaksi lainnya yang bersifat jasmine, dengan

(14)

maksud menggugat takdir.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

٦٤:١١

"Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali denga izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya." [at Taghabun/64:11]

Alqamah rahimahullah, seorang dari kalangan Tabi’in berkata: “Ia adalah seseorang yang dilanda musibah. Kemudian ia meyakini bahwa musibah itu berasal dari Allah, sehingga tetap ridha dan berserah diri".

Said bin Jubair berkata,"Maksud firman Allah di atas, yakni ia mengucapkan istirja’ dengan mengatakan 'inna lillahi wa inna ilaihi raji’un' (saat dilanda bencana)."

Ayat di atas, sebagaimana disampaikan Syaikh Shalih al Fauzan, adalah

merupakan dalil, bahwa amalan termasuk dalam lingkup keimanan. Ayat ini juga menunjukkan, bahwa kesabaran merupakan pintu hidayah bagi hati. Dan seorang mukmin membutuhkan kesabaran dalam segala keadaan.

Yang lebih penting lagi, saat dilanda berbagai macam musibah, maka kesabaran benar-benar dituntut untuk selalu dikuatkan keberadaannya. Tidak bisa tidak, karena musibah-musibah yang terjadi tidak lepas dari ketentuan Allah Ta’ala. Sehingga ketidaksabaran, justru akan menggoreskan cacat pada keimanan seseorang terhadap rububiyah Allah Subhanahu wa Ta'ala.[14]

Bahkan hakikatnya musibah itu mendatangkan berbagai kemanfaatan.

Diungkapkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah : “Bencana-bencana merupakan kenikmatan. Sebab menggugurkan dosa-dosa dan menuntut adanya kesabaran, sehingga memperoleh pahala. Juga mengharuskan inabah (kembali) kepada Allah, menghinakan diri kepada-Nya, berpaling dari sesama manusia dan kemaslahatan penting lainnya. Terhapusnya dosa dan kesalahan dengan adanya musibah-musibah, (juga) termasuk kenikmatan yang besar…”.

(15)

Dikutip dari al Irsyad, hlm. 103.

SUKA MENGELUH, GELAR ORANG-ORANG YANG JAHIL [15]

Orang yang jahil (bodoh) mengadukan Allah kepada sesamanya. Ini merupakan tindakan bodoh yang sangat parah terhadap Dzat yang Maha Agung. Seandainya ia mengenal Allah dengan sebaik-baiknya, tentu ia tidak akan mengeluhkan

perbuatan-perbuatan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Juga tidak akan mengeluhkan Allah kepada sesama.manusia.

Adapun orang yang berilmu, ia akan mengadu hanya kepada Allah saja. Yaitu dengan menyalahkan diri sendiri, bukan orang lain.

PERLUNYA JIWA DIDIDIK DENGAN BENCANA [16]

Bencana atau musibah yang sedang melanda, hakikatnya memiliki peran besar dalam mendidik jiwa. Karena sudah semestinya jiwa itu juga harus dididik, meskipun dengan bencana. Sehingga ia akan memiliki kekuatan yang tegar, keteguhan sikap, terlatih, selalu respek dan waspada terhadap lingkungan sekitar. Kesulitan-kesulitan yang dialami jiwa, sesungguhnya akan menghasilkan potensi luar biasa. Potensi itu dalam bentuk kekuatan besar yang tersembunyi. Kesulitan-kesulitan itu mampu membuka celah-celah hati, yang bahkan tidak diketahui oleh seorang mukmin sekalipun, kecuali melalui bencana atau musibah yang

menderanya.

Saat itulah, seorang manusia harus segera menyadari, bahwa yang paling penting ialah iltija`. Yaitu mencari perlindungan diri kepada Allah semata, ketika seluruh tempat bergantung mengalami kegoncangan. Tidak ada tempat berlindung kecuali naungan-Nya. Tidak ada pertolongan, kecuali dari-Nya. Di saat-saat genting itulah, tabir kepalsuan kekuatan makhluk tersingkap. Tidak ada kekuatan kecuali dengan kekuatan Allah. Tidak ada daya kecuali daya-Nya. Dan tidak ada tempat

perlindungan kecuali kepada-Nya.

Razaqanallah husnal khatimah. Wallahu a’lam.

(16)

Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

(17)

Ayat ke 1:

In tamsaskum hasanatun tasu'hum wa-in tusibkum sayyi-atun yafrahoo biha wa-in tasbiroo watattaqoo la yadurrukum kayduhum shay-an inna Allaha bima yaAAmaloona muheetun

[3:120] Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat BENCANA, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. Ayat ke 2:

Wakaayyin min nabiyyin qatala maAAahu ribbiyyoona katheerun fama wahanoo lima asabahum fee sabeeli Allahi wama daAAufoo wama istakanoo waAllahu yuhibbu alssabireena

[3:146] Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena BENCANA yang menimpa mereka di

(18)

jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.

Ayat ke 3:

Fainqalaboo biniAAmatin mina Allahi wafadlin lam yamsas-hum soo-on waittabaAAoo ridwana Allahi waAllahu thoo fadlin AAatheemin

[3:174] Maka mereka kembali dengan ni′mat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat BENCANA apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar [251]Ayat 172, 173 dan 174, di atas membicarakan tentang peristiwa perang Badar Shughra (Badar kecil) yang terjadi setahun sesudah perang Uhud. Sewaktu meninggalkan perang

Uhud itu, Abu Sufyan pemimpin orang Quraisy menantang Nabi dan sahabat-sahabat beliau bahwa dia bersedia bertemu kembali

dengan kaum muslimin pada tahun berikutnya di Badar. Tetapi karena tahun itu (4 H) musim paceklik dan Abu Sufyan sendiri waktu itu merasa takut, maka dia beserta tentaranya tidak jadi meneruskan perjalanan ke Badar, lalu dia menyuruh Nu′aim Ibnu Mas′ud dan kawan-kawan pergi ke Madinah untuk menakut-nakuti kaum muslimin dengan menyebarkan kabar bohong, seperti yang disebut dalam ayat 173. Namun demikian Nabi beserta sahabat-sahabat tetap maju ke Badar. Oleh karena tidak terjadi perang, dan

(19)

pada waktu itu di Badar kebetulan musim pasar, maka kaum muslimin melakukan perdagangan dan memperoleh laba yang besar. Keuntungan ini mereka bawa pulang ke Madinah seperti yang tersebut pada ayat 174.

Ayat ke 4:

Aynama takoonoo yudrikkumu almawtu walaw kuntum fee buroojin mushayyadatin wa-in tusibhum hasanatun yaqooloo hathihi min AAindi Allahi wa-in tusibhum sayyi-atun yaqooloo hathihi min AAindika qul kullun min AAindi Allahi famali haola-i alqawmi la yakadoona yafqahoona hadeethan

[4:78] Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan [319]Kemenangan dalam peperangan atau rezki.

Ayat ke 5:

(20)

Ma asabaka min hasanatin famina Allahi wama asabaka min sayyi-atin famin nafsika waarsalnaka lilnnasi rasoolan wakafa biAllahi shaheedan

[4:79] Apa saja ni′mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja BENCANA yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.

Ayat ke 6:

Fatara allatheena fee quloobihim maradun yusariAAoona feehim yaqooloona nakhsha an tuseebana da-iratun faAAasa Allahu an ya'tiya bialfathi aw amrin min AAindihi fayusbihoo AAala ma asarroo fee anfusihim nadimeena

[5:52] Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka

(21)

(Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat BENCANA". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan

kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.

Ayat ke 7:

Wahasiboo alla takoona fitnatun faAAamoo wasammoo thumma taba Allahu AAalayhim thumma AAamoo wasammoo katheerun minhum waAllahu baseerun bima yaAAmaloona

[5:71] Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu

BENCANApun (terhadap mereka dengan membunuh nabi-nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta dan pekak, kemudian Allah menerima taubat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi). Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. Ayat ke 8:

(22)

Qul man yunajjeekum min thulumati albarri waalbahri tadAAoonahu tadarruAAan wakhufyatan la-in anjana min hathihi lanakoonanna mina alshshakireena

[6:63] Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari BENCANA di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan

mengatakan: "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (BENCANA) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang

bersyukur"". Ayat ke 9:

Quli Allahu yunajjeekum minha wamin kulli karbin thumma antum tushrikoona

[6:64] Katakanlah: "Allah menyelamatkan kamu dari BENCANA itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali

mempersekutukan-Nya." Ayat ke 10:

(23)

WaqattaAAnahum fee al-ardi omaman minhumu alssalihoona waminhum doona thalika wabalawnahum bialhasanati waalssayyi-ati laAAallahum yarjiAAoona

[7:168] Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di

antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (BENCANA) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).

Ayat ke 11:

Thumma anzala Allahu sakeenatahu AAala rasoolihi waAAala almu'mineena waanzala junoodan lam tarawha waAAaththaba allatheena kafaroo wathalika jazao alkafireena

[9:26] Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan

BENCANA kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.

Ayat ke 12:

(24)

In tusibka hasanatun tasu'hum wa-in tusibka museebatun yaqooloo qad akhathna amrana min qablu wayatawallaw wahum farihoona

[9:50] Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu BENCANA, mereka berkata : "Sesungguhnya kami sebelumnya telah

memperhatikan urusan kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira.

Ayat ke 13:

Ma kana li-ahli almadeenati waman hawlahum mina al-aAArabi an yatakhallafoo AAan rasooli Allahi wala yarghaboo bi-anfusihim AAan nafsihi thalika bi-annahum la yuseebuhum thamaon wala nasabun wala makhmasatun fee sabeeli Allahi wala yataoona mawti-an yagheethu alkuffara wala yanaloona min AAaduwwin naylan illa

(25)

kutiba lahum bihi AAamalun salihun inna Allaha la yudeeAAu ajra almuhsineena

[9:120] Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula)

menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu BENCANA kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik,

Ayat ke 14:

Falamma anjahum itha hum yabghoona fee al-ardi bighayri alhaqqi ya ayyuha alnnasu innama baghyukum AAala anfusikum mataAAa alhayati alddunya thumma ilayna marjiAAukum fanunabbi-okum bima kuntum taAAmaloona

[10:23] Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang

(26)

benar. Hai manusia, sesungguhnya (BENCANA) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah

keni′matan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Ayat ke 15:

Wala-in athaqnahu naAAmaa baAAda darraa massat-hu

layaqoolanna thahaba alssayyi-atu AAannee innahu lafarihun fakhoorun

[11:10] Dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah BENCANA yang menimpanya, niscaya dia akan berkata: "Telah hilang BENCANA-BENCANA itu daripadaku"; sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga,

Ayat ke 16:

Illa allatheena sabaroo waAAamiloo alssalihati ola-ika lahum maghfiratun waajrun kabeerun

(27)

[11:11] kecuali orang-orang yang sabar (terhadap BENCANA), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.

Ayat ke 17:

Walaw anna qur-anan suyyirat bihi aljibalu aw quttiAAat bihi al-ardu aw kullima bihi almawta bal lillahi al-amru jameeAAan afalam yay-asi allatheena amanoo an law yashao Allahu lahada alnnasa

jameeAAan wala yazalu allatheena kafaroo tuseebuhum bima

sanaAAoo qariAAatun aw tahullu qareeban min darihim hatta ya'tiya waAAdu Allahi inna Allaha la yukhlifu almeeAAada

[13:31] Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Quraan itulah dia) [774]Dapat juga ayat ini diartikan: "Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang

(28)

bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat bicara (namun mereka tidak juga akan beriman). Ayat ke 18:

Afaamina allatheena makaroo alssayyi-ati an yakhsifa Allahu bihimu al-arda aw ya'tiyahumu alAAathabu min haythu la yashAAuroona

[16:45] maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari BENCANA) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari,

Ayat ke 19:

Wanoohan ith nada min qablu faistajabna lahu fanajjaynahu waahlahu mina alkarbi alAAatheemi

[21:76] Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdo′a, dan Kami memperkenankan do′anya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari BENCANA yang besar.

(29)

Ayat ke 20:

Wamina alnnasi man yaAAbudu Allaha AAala harfin fa-in asabahu khayrun itmaanna bihi wa-in asabat-hu fitnatun inqalaba AAala wajhihi khasira alddunya waal-akhirata thalika huwa alkhusranu almubeenu

[22:11] Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi [981]

Ayat ke 21:

Qul man tha allathee yaAAsimukum mina Allahi in arada bikum soo-an aw arada bikum rahmatsoo-an wala yajidoona lahum min dooni Allahi waliyyan wala naseeran

[33:17] Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki BENCANA atasmu atau

menghendaki rahmat untuk dirimu?" Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah.

(30)

Ayat ke 22:

Wanajjaynahu waahlahu mina alkarbi alAAatheemi

[37:76] Dan Kami telah menyelamatkannya dan pengikutnya dari BENCANA yang besar.

Ayat ke 23:

Wanajjaynahuma waqawmahuma mina alkarbi alAAatheemi

[37:115] Dan Kami selamatkan keduanya dan kaumnya dari BENCANA yang besar.

Ayat ke 24:

(31)

Waqala rajulun mu'minun min ali firAAawna yaktumu eemanahu ataqtuloona rajulan an yaqoola rabbiyya Allahu waqad jaakum bialbayyinati min rabbikum wa-in yaku kathiban faAAalayhi kathibuhu wa-in yaku sadiqan yusibkum baAAdu allathee

yaAAidukum inna Allaha la yahdee man huwa musrifun kaththabun

[40:28] Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir′aun yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia

seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (BENCANA) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu". Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi

pendusta. Ayat ke 25:

Waqala allathee amana ya qawmi innee akhafu AAalaykum mithla yawmi al-ahzabi

[40:30] Dan orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku,

sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (BENCANA) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu.

(32)

Ayat ke 26:

Ma asaba min museebatin fee al-ardi wala fee anfusikum illa fee kitabin min qabli an nabraaha inna thalika AAala Allahi yaseerun

[57:22] Tiada suatu BENCANApun yang menimpa di bumi dan

(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

Ayat ke 27:

Innaha la-ihda alkubari

[74:35] Sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu BENCANA yang amat besar,

Referensi

Dokumen terkait

of fuel and electricity energy costs for pyro-metallurgy-based mines plotted against mine- depth and ore grade data with values for open-pit mines ( blue ), underground mines ( green

Kasus Selakarang di Indonesia pada kuda masih ada khususnya di Maros Sulawesi Selatan, dengan tersebarnya populasi kuda di seluruh Provinsi Sulawesi,

KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, dengan tujuan untuk menguji dan menganalisis perbedaan kinerja keuangan dalam hal ini underwriting ratio, solvency

menganalisa faktor-faktor tambahan apa saja yang merupakan persyaratan, yang mempengaruhi pemilihan pemenang yang ditunjuk oleh ULP dan persentase perbandingan antara

Pada sisi reheater katup pengaman diset lebih rendah dari pada sisi masuknya dengan tujuan yang sama% yaitu men$egah pipa reheater o6erheat Banyaknya katup pengaman dengan ukuran

Adapun judul skripsi ini adalah “Evaluasi Pelaksanaan Program Beras untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan” yang merupakan

Dari penerapan nilai-nilai as Sunah, privasi antara pemilik rumah, anak kos dan pihak luar seperti tamu, tetangga maupun kerabat kurang dapat terjaga dikarenakan arah hadap

Bab III tentang Tindak Pidana Lain yang Berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi Pasal 22 menyatakan, “Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29,