IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH
DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(SMP) NEGERI I KEBAKKRAMAT
SKRIPSI
Oleh:
Dienda Mahendrawati
NIM K 7408202
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dienda Mahendrawati
NIM : K7408202
Jurusan/Prog.Studi : P.IPS / Pendidikan Ekonomi BKK PAP
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(SMP) NEGERI I KEBAKKRAMAT “ ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juni 2012
Yang membuat pernyataan,
commit to user
iii
IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH
DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(SMP) NEGERI I KEBAKKRAMAT
Oleh:
Dienda Mahendrawati
NIM K 7408202
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Administrasi Perkantoran
Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
vi
ABSTRAK
Dienda Mahendrawati, IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI I
KEBAKKRAMAT, Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) untuk mengetahui pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah di SMP Negeri I Kebakkramat. (2) untuk mengetahui faktor yang menghambat kegiatan supervisi akademik kepala sekolah di SMP Negeri I Kebakkramat. (3) untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi faktor yang menghambat kegiatan supervisi akademik kepala sekolah di SMP Negeri I Kebakkramat.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan tunggal terpancang. Sumber data yang divdapatkan dari penelitian ini berasal dari informan, tempat dan peristiwa serta dokumen dan arsip. Teknik sampling yang digunakan adalahpursosive samplingdan tekniksnowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, observasi serta dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah trianggulasi sumber dan metode. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif dimana reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan saling berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah untuk melaksanakan Permendiknas No. 13 Tahun 2007. (a) Tujuan supervisi akademik kepala sekolah untuk membantu guru dalam mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kurikulum pendidikan, mengembangkan kelompok kerja guru, membimbing penelitian tindakan kelas, sebagai perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total. (b) Fungsi supervisi akademik adalah sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru, meningkatkan kemampuan mengajar guru, meningkatkan keterampilan mengajar serta mendorong guru ke arah perbaikan profesi guru. (c) Teknik yang biasa digunakan oleh kepala sekolah adalah teknik individual atau kelompok dengan cara langsung maupun tak langsung. (d) Prinsip yang digunakan adalah praktis, sistematis, objektif, realistis, antisipatif, konstruksif, kooperatif, demokratis, berkesinambungan, terpadu dan komprehensif. (2) Kendala yang dihadapi adalah kompleksitas tugas manajerial kepala sekolah, kurangnya persiapan guru yang disupervisi, pelaksanaan supervisi akademik yang tidak sesuai jadwal. (3) Usaha untuk mengatasi kendala adalah dilakukan koordinasi dengan guru senior, pemberian motivasi kepada guru yang disupervisi mengenai pentingnya supervisi pendidikan, dan penjadwalan ulang kegiatan supervisi.
commit to user
vii ABSTRACT
Dienda Mahendrawati, IMPLEMENTATION OF SCHOOL PRINCIPAL ACADEMIC SUPERVISION IN STATE JUNIOR HIGH SCHOOL 1 KEBAKKRAMAT, Script, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University of Surakarta, July 2012.
The purpose of this study are: (1) to determine the implementation of academic supervision by the principal at State Junior High School I of Kebakkramat. (2) to investigate the factors that impede the academic supervision of the principal activities in the State Junior High School I of Kebakkramat. (3) to find out any effort commited to solving factors that impede the academic supervision of the principal activities in State Junior High School I of Kebakkramat.
This study uses qualitative methods. The type of research used is descriptive with a single approach stuck. Data sources of this research came from informants, places and events as well as documents and archives. Sampling technique used was pursosive sampling and snowball sampling techniques. Data collection techniques used were interviews, observation and documentation. The validity of the data used is triangulation of sources and methods. While the analysis of the data used is interactive analysis technique in which data reduction, data presentation, and drawing conclusions related to each other.
The results showed that: (1) The school principals of State Junior High School I Kebakkramat have doing the academic supervision according of the Decree No. 13 of 2007. The implementation of that supervision are: (a) Academic supervision of the principal purpose to assist teachers in developing their competence, develop education curriculum, developing a working group of teachers, guide the classroom action research, as the improvement and development of teaching and learning process in total. (b) academic supervision function is as a source of information for the professional development of teachers, improve teaching skills of teachers, improve teaching skills and to encourage teachers to the improvement of the teaching profession. (c) technique commonly used by the school principal is individual or group technique with direct and indirect ways . (d) The principle used is a practical, systematic, objective, realistic, anticipatory, konstruksif, cooperative, democratic, sustainable, integrated and comprehensive. (2) The constraints faced is the principal managerial task complexity, the preparation lack of teachers who supervised, implementation of academic supervision that is not on schedule. (3) The attempt to overcome the constraints is coordination with senior teachers, providing motivation to the teachers who supervised about the importance of educational supervision, and rescheduling supervision program.
commit to user
viii
MOTTO
Pengetahuan tidaklah cukup hanya kita miliki, maka kita harus
mengamalkannya
Niat tidaklah cukup, maka kita harus melakukannya.
(Johann Wolfgang Von Goeth)
Tekad merupakan sumber motivasi bagi kemajuan dan kesuksesan.
Mereka yang memiliki tekad yang kuat, dia bisa menciptakan apa yang
tidak mungkin menjadi mungkin.
(Adri Wongso)
Sesungguhnya, sesudah kesulitan ada kemudahan
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan sebagai wujud rasa syukur, sayang, dan cinta kasih
kepada:
Bapak dan Ibuku tercinta
yang senantiasa memberikan dukungan, doa, dan pengorbanan yang tiada
hentinya
Kakakku tersayang (Mahendra)
yang selalu memotivasiku dan menjadi inspirasiku
Keluarga besarku
yang selalu mencurahkan kasih dan sayangnya untukku
The Special One “(A_N)”
Karna bersamamu semua terasa sempurna. Thanks for everything...
Sahabatku Tersayang (Arum, Nana, Iin, Puji, Lista)
Yang telah memberikan warna disetiap hari – hariku. Terima kasih untuk setiap
kebersamaan yang penuh dengan kenangan
Keluarga Besar PAP FKIP UNS
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Alloh SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNYA, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul: IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK
KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
NEGERI I KEBAKKRAMAT sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menemui banyak hambatan, namun
berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat
teratasi. Untuk itu atas segala bantuannya peneliti ucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan dan para Pembantu
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Wiedy Murtini, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
dan Sekretaris Program Studi Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Drs. Ign Wagimin, M.Si selaku Ketua BKK dan Sekretaris BKK Pendidikan
Administrasi Perkantoran Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Dr. Djoko Santoso, Th, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi.
6. Tutik Susilowati, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan
commit to user
xi
7. Bapak Sukinto, S.IP, S.Pd, MM selaku Kepala Sekolah SMP Negeri I
Kebakkramat yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mencari data
dalam rangka penyusunan skripsi.
8. Bapak Drs. Harry Pramudjoko selaku guru supervisor yang telah banyak
memberikan bantuan dan informasi dalam mencari data.
9. Bapak dan Ibu Guru SMP Negeri I Kebakkramat yang telah memberikan
keterangan dan informasi sehingga peneliti dapat memperoleh dataa yang
dibutuhkan dalam menyusun skripsi.
10. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Administrasi Perkantoran Program Studi
Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan kepada peneliti hingga peneliti dapat
meraih gelar Sarjana Pendidikan.
11. Bapak, ibuku dan kakakku yang selalu mendoakan dan telah memberikan
motivasi yang tiada henti–hentinya.
12. Teman – temanku tersayang (Arum, Nana, Iin, Puji, , Lista, Dewi RS, Yuna)
yang telah mengajarkan arti persahabatan kepadaku.
13. Keluarga besar A2 Pendidikan Ekonomi 2008 dan PAP. A yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, bersama kalian kuliahku terasa menyenangkan.
14. Serta semua pihak yang peneliti tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan dari semua pihak mendapatkan imbalan dari Alloh SWT.
Peneliti menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmupengetahuan
dan juga bagi para pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2012
commit to user
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN... ii
HALAMAN PENGAJUAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN ABSTRAK ... vi
HALAMAN MOTTO ... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ... 7
1. Pengertian dan Lingkup Supervisi Pendidikan ... 7
2. Pengertian Kepala Sekolah ... 25
3. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 28
commit to user
xiii BAB III METODE PENELITIANA. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 34
C. Data dan Sumber Data ... 36
D. Teknik Sampling ... 38
E. Pengumpulan Data ... 39
F. Uji Validitas Data... 40
G. Analisis Data ... 42
H. Prosedur Penelitian... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ... 46
1. Gambaran Umum SMP Negeri I Kebakkramat ... 46
2. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri I Kebakkramat ... 47
3. Infrastruktur SMP Negeri I Kebakkramat... 49
4. Keadaan Guru, Karyawan, TU, dan Siswa ... 53
B. Deskripsi Temuan Penelitian ... 54
1. Implementasi Pelaksanaan Supervisi Akademik di SMP Negeri I Kebakkramat ... 55
2. Kendala–Kendala Dalam Pelaksanaan Supervisi di SMP Negeri I Kebakkramat ... 77
3. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala Dalam Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah... 81
C. Pembahasan ... 85
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 90
B. Implikasi... 92
commit to user
xivDAFTAR PUSTAKA ... 94
commit to user
xv DAFTAR GAMBARGambar Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ... 33
Gambar 2. Skema Komponen Analisis Data... 43
commit to user
xvi DAFTAR LAMPIRANLampiran Halaman
1. Jadwal Penelitian... 97
2. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 98
3. Field Note... 105
4. Struktur Organisasi... 119
5. Daftar Pegawai, Guru, Tata Usaha, dan Karyawan ... 120
6. Kalender Pendidikan ... 122
7. Daftar Hadir Guru ... 127
8. Laporan Guru Piket ... 129
9. Surat Ijin Meninggalkan Pelajaran... 131
10. Surat Penunjukan Guru Senior Supervisor ... 132
11. Jadwal Pelaksanaan Supervisi... 133
12. Lembar Penilaian Observasi ... 134
13. Program Arahan Terhadap Guru ... 144
14. Program Tindak Lanjut Supervisi ... 148
15. Site Plan SMP Negeri I Kebakkramat... 150
16. Denah Lokasi SMP Negeri I Kebakkramat... 151
17. Program Kerja Kepala Sekolah ... 152
18. Inventaris Sekolah ... 155
19. Foto-Foto... 157
20. Surat Permohonan izin Penyusunan Skripsi ... 159
21. Surat keputusan dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi ... 160
22. Surat Permohonan Izin Observasi ... 161
23. Surat Rekomendasi Penelitian dari DISDIKPORA ... 162
24. Surat Rekomendasi dari BAKESBANGPOL DAN LINMAS ... 163
25. Surat Rekomendasi dari BAPPEDA ... 164
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat erat kaitannya dengan
dunia pendidikan. Pendidikan bukan hanya sekedar media untuk mewariskan
kebudayaan dengan generasi selanjutnya, tetapi pendidikan diharapkan juga
mampu mengubah dan mengembangkan pola kehidupan bangsa menuju arah yang
lebih baik. Keberhasilan program pendidikan adalah harapan semua pihak, oleh
karena itu bidang pendidikan masih perlu terus mendapat perhatian dan
penanganan yang serius, baik oleh pemerintah, masyarakat, dan pengelola
pendidikan pada khususnya. Selain itu, dunia pendidikan merupakan proses yang
penting untuk meningkatkan kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebersamaan dan pendidikan
berperaan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Oleh karena itu, pemerintah telah berusaha keras untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional. Kondisi pendidikan bangsa Indonesia saat ini masih
tertinggal apabila ditinjau dari kualitas sumber daya manusianya dibandingkan
dengan bangsa lain terutama di kawasan Asia. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah
itu juga ditunjukkan data Balitbang bahwa ± 146.052 SD di Indonesia ternyata
hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dan dari ± 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program(MYP). (Sumber:melanikasim.wordpress.com)
Mengingat akan pentingnya dunia pendidikan dalam menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas maka pemerintah telah berusaha keras
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Pendidikan nasional erat
commit to user
pendidikan tersebut diperlukan kerja sama dari berbagai komponen sekolah yang
meliputi kepala sekolah, guru, siswa, komite dan masyarakat. Kualitas pendidikan
di sekolah dapat dikatakan maju apabila tersedianya sarana dan prasarana yang
memadai, tersedianya pendidik dan tenaga pendidik yang kompeten dan
profesional, input di sekolah itu sendiri (calon pesarta didiknya), lingkungan
belajar yang kondusif, adanya kontribusi dan partisipasi dari seluruh elemen
pendidikan, prestasi akademik dan non akademik dari siswa, dan yang paling
penting untuk menuju sekolah yang berkualitas adalah output atau outcome. Semua itu dapat tercapai apabila kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Peran kepala sekolah sangat penting untuk
mewujudkan tercapainya suatu pendidikan yang berkualitas.
Kepala sekolah adalah personel sekolah yang bertanggung jawab
terhadap seluruh kegiatan – kegiatan sekolah. Ia mempunyai wewenang dan
tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan
dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah tidak hanya
bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja,
akan tetapi semua kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan kondisi dan
situasinya merupakan tanggung jawabnya pula. Inisatif dan kreatif mengarahkan
adalah merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah. Mengingat akan
pentingnya peranan kepala sekolah untuk mewujudkan pendidikan yang
berkualitas, kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan dan kecakapan
sebagai seorang kepala sekolah yang profesional. Untuk menciptakan hal ini,
diperlukan sosok kepala sekolah yang berkualitas pula. la harus memiliki berbagai
keterampilan yang diperlukan sebagai bekal, pola atau strategi dalam
melaksanakan tugas kepemimpinannya, termasuk pembinaan terhadap
guru-gurunya agar tetap menjaga kelestarian lingkungan sekolah, memperbaiki yang
kurang serta meningkatkan dan mengembangkan pendidikan ke arah yang lebih
baik menuju pada tujuan institusional yang telah ditetapkan.
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah mempunyai peran yang
sangat besar dalam mengembangkan semangat kerja dan kerjasama yang
kualitas profesional guru-guru yang dipimpinnya, serta kualitas siswa atau sekolah
secara umum banyak ditentukan oleh kualitas pemimpin sekolah. Oleh karena itu,
kepala sekolah harus memiliki kompetensi yang harus dikuasai sebagai seorang
pemimpin. Berkaitan dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh kepala sekolah,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 tentang standar
sebagai kepala sekolah / madrasah telah menetapkan bahwa ada lima kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah, yaitu kompetensi kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Salah satu kompetensi yang
sangat berpengaruh dalam keberhasilan pendidik adalah kompetensi supervisi.
Akan tetapi, pada kenyataan yang terjadi di lapangan, masih banyak ditemui fakta
– fakta yang menunjukkan bahwa kompetensi di bidang supervisi ini masih
rendah pelaksanaannya oleh kepala sekolah.
Kementerian Pendidikan Nasional memperkirakan 70 persen dari 250
ribu kepala sekolah di Indonesia tidak kompeten. Berdasarkan ketentuan setiap
kepala sekolah harus memenuhi lima aspek kompetensi, yaitu pengetahuan, sikap
dan keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Namun, hampir semua kepala sekolah lemah
di bidang kompetensi manajerial dan supervisi. Padahal menurut Surya Dharma
(www.tempointeraktif.com, 12 Oktober 2008) dua kompetensi itu merupakan kekuatan kepala sekolah untuk mengelola sekolah dengan baik. Kesimpulan
tersebut merupakan temuan Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Kementrian Pendidikan Nasional setelah melakukan uji kompetensi
terhadap lebih dari 400 kepala sekolah dari lima provinsi.
Kegiatan kepala sekolah dalam supervisi akademik adalah
mempersiapkan, mengamati dan mencatat pelaksanaan pembelajaran,
memberikan umpan balik, melakukan kegiatan sebagai tindak lanjut dari hasil
supervisi. Tujuan dari supervisi akademik adalah membantu guru untuk
meningkatkan dan memperbaiki pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan supervisi
akademik kepada guru – guru sangat penting dilakukan kepala sekolah untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas
commit to user
supervisi ini hendaknya rutin dilaksanakan di sekolah. Supervisi akademik bukan
menilai kinerja guru, dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu
guru mengembangkan profesionalismenya. Kegiatan supervisi yang baik harus
mampu menciptakan guru yang berkompeten, yaitu guru harus semakin
menguasai kompetensinya, baik kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Perilaku supervisi akademik secara langsung berhubungan dan
berpengaruh terhadap perilaku guru. Ini berarti melalui supervisi akademik,
supervisor mempengaruhi perilaku mengajar guru sehingga perilakunya semakin
baik dalam mengelola belajar mengajar. Selanjutnya perilaku mengajar guru yang
baik akan mempengaruhi perilaku belajar peserta didik. Dengan demikian bahwa
pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dapat meningkatkan proses
pembelajaran jika hal ini dilakukan sesuai dengan prinsip –prinsip supervisi yang
berlaku. Oleh karena itu, kepala sekolah sebagai supervisor dituntut harus
berkompeten sebagai orang yang memberikan bimbingan kepada guru – guru
dalam meningkatkan proses pembelajaran.
Berdasarkan observasi atau studi pendahuluan yang peneliti lakukan di
SMP Negeri 1 Kebakkramat, peneliti menemukan beberapa hal yang berkaitan
dengan supervisi antara lain : pelaksanaan kegiatan supervisi kepala sekolah yang
dinilai kurang intensif dilakukan oleh kepala sekolah yang menyebabkan evaluasi
pada proses pembelajaran juga tersendat dan lama, guru belum menyelesaikan
kelengkapan pembelajaran katika supervisi akademik akan dilakukan. Persoalan
juga ditambah lagi dengan sikap guru yang kurang memahami dan kurang
mengerti akan pentingnya kegiatan supervisi akademik terhadap pengembangan
kompetensi guru serta profesionalisme kerjanya tersebut dalam memajukan
kemajuan pendidikan sekolah. Tentu kondisi tersebut sangat potensial
memunculkan berbagai masalah yang menyangkut pendidikan di lingkungan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kebakkramat.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
“IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 1
KEBAKKRAMAT”
B. PERUMUSAN MASALAH
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2005)“Perumusan masalah merupakan
upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang
ingin kita carikan jawabannya” (hlm. 312). Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana supervisi akademik oleh kepala sekolah di SMP Negeri 1
Kebakkramat?
2. Faktor apa saja yang menghambat kegiatan supervisi akademik kepala sekolah
di SMP Negeri 1 Kebakkramat?
3. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi faktor yang menghambat
kegiatan supervisi akademik kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kebakkramat?
C. TUJUAN PENELITIAN
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2005) “Tujuan penelitian merupakan
pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilaksanakan
berdasarkan masalah yang telah dirumuskan”(hlm. 313). Jadi tujuan merupakan
standar/patokan yang akan dituju peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian
berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah di
SMP Negeri 1 Kebakkramat.
2. Untuk mengetahui faktor yang menghambat kegiatan supervisi akademik
commit to user
3. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi faktor yang
menghambat kegiatan supervisi akademik kepala sekolah di SMP Negeri 1
Kebakkramat.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi baru yang rinci
dan dapat memberikan manfaat dalam menjawab masalah yang ada dalam
penelitian. Selain itu juga mempunyai manfaat teoritis untuk meningkatkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan kegunaan praktis yang berhubungan
dengan pemecahan masalah yang akurat.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis:
a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan
dengan supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah.
b. Untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang aktivitas supervisi
akademik bagi kepala sekolah.
2. Manfaat praktis.
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para praktisi pendidikan untuk
membantu meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri I Kebakkramat.
b. Memberikan sumbangan pemikiran tentang supervisi akademik yang
dilakukan kepala sekolah.
c. Sebagai bahan pertimbangan kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya
sebagai seorang supervisor .
d. Sebagai bahan penelitian lebih lanjut atau referensi yang ada hubungannya
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Tinjauan Tentang Supervisi Pendidikan
a. Pengertian dan Lingkup Supervisi Pendidikan
Untuk memahami pengertian supervisi, maka perlu ditinjau dari
segi istilah. Supervisi berasal dari kata supervision (Bahasa Inggris) dari segi morfologi berasal dari kata super yang berarti atas, dan visi yang
berarti lihat. Jadi kata supervisi secara morfologis berarti melihat dari atas.
Artinya personel yang melaksanakan supervisi (Supervisor) mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada orang yang disupervisi (Supervised). Maksudnya supervisor mempunyai jabatan, pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan yang melebihi dari pada orang yang disupervisi.
Pelaksanaan supervisi atau pengawasan di setiap organisasi
memiliki peran yang cukup penting dalam memberikan arahan serta
penilaian. Seperti yang dikemukakan oleh Mc. Nerny bahwa “Supervisi adalah prosedur memberi arahan serta mengadakan penilaian secara kritis
terhadap proses pengajaran.” (Daryanto, 2008: 170). Supervisi dilakukan di setiap organisasi, termasuk organisasi di dalam ranah pendidikan, salah
satunya adalah sekolah.
Daryanto (2008) menyebutkan bahwa, unsur –unsur pokok yang terdapat dalam supervisi dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Tujuan.
2. Situasi belajar mengajar.
3. Supervisor (hlm.171)
Dalam konteks pendidikan, supervisi mengacu pada kegiatan
memperbaiki proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini berkaitan
dengan kegiatan – kegiatan yang lain,seperti meningkatkan kepribadian guru, meningkatkan profesinya, kemampuan berkomunikasi, dan
commit to user
tidak lepas dari tujuan akhir sekolah yaitu menghasilkan lulusan yang
berkualitas. Seperti yang dikemukakan oleh Made Pidarta (2009) bahwa
“Supervisi pendidikan adalah kegiatan membina para pendidik dalam mengembangkan proses pembelajaran, termasuk segala unsur
penunjangnya”(hlm. 2)
Sedangkan menurut Good’s Dictionary of Education (1959),
dikemukakan definisi supervisi sebagai berikut :
Segala usaha dari petugas – petugas sekolah dalam memimpin guru – guru dan petugas pendidikan lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk memperkembangkan pertumbuhan guru – guru menyelesaikan dan merevisi tujuan pendidikan, bahan – bahan pengajaran dan metode mengajar dan penilaian pengajaran. (Daryanto, 2008: 170)
Berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ngalim
Purwanto (1998) yang mengemukakan mengenai pengertian supervisi:
Segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru – guru dan personel sekolah lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Supervisi ini berupa dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru – guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan dalam pendidik dan pengajaran, pemilihan alat –alat pengajaran dan metode mengajar yang lebih baik, cara pemilihan yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran, dan sebagainya. Singkatnya, supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. (Herabudin, 2009: 195)
Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas terkadang tidak
selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang telah
ditargetkan, pasti ada saja kekurangan ataupun kelemahan yang ditemui
dalam proses pembelajaran, maka untuk memperbaiki kondisi yang
demikian, peran dari supervisi pendidikan sangat diperlukan untuk
dilaksanakan.
Supervisi dilaksanakan untuk mengembangkan situasi
pembelajaran di sekolah yang baik melalui kegiatan pembinaan,
dilakukan memiliki pedoman utama yang harus dipegang yaitu cara kerja
supervisi yang merupakan fungsi dari supervisi itu sendiri. Pedoman
supervisi adalah sebagai berikut:
1. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum dengan segala sarana dan prasarananya, 2. Membantu serta membina guru / kepala sekolah dengan cara memberikan petunjuk, penerangan dan pelatihan agar mereka dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan mengajarnya, 3. Membantu kepala sekolah / guru untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah. (Herabudin, 2009: 234)
Ngalim Purwanto (2010) mengungkapkan bahwa “supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para
guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka
secara efektif.”(hlm. 76). Supervisi merupakan segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan
guru – guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan – tujuan pendidikan. Hal itu berupa dorongan, bimbingan dan kesempatan
bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru– guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan – pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat – alat pelajaran dan metode – metode mengajar yang lebih baik, cara – cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran, dan sebagainya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
supervisi pendidikan adalah kegiatan pembimbingan dan pemberian
bantuan atau layanan dari supervisor kepada supervesse (tenaga kependidikan) baik secara individu atau kelompok dalam mewujudkan
proses pengajaran menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan.
b. Fungsi Supervisi Pendidikan
Kegiatan supervisi pendidikan memiliki berbagai fungsi. Fungsi
supervisi antara lain untuk memelihara program pengajaran dengan sebaik– baiknya. Fungsi supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar kontrol
commit to user
rencana atau program yang telah digariskan, akan tetapi lebih dari itu.
Supervisi pendidikan akan dapat terlaksana dengan baik apabila
fungsi-fungsinya mampu diterapkan dengan baik pula.
Sebagaimana yang diungkapkan Made Pidarta (2009) bahwa“Fungsi supervisi adalah membantu sekolah menciptakan lulusan yang baik dalam
kuantitas dan kualitas, serta mebantu para guru agar bisa dan dapat bekerja
secara profesional sesuai dengan kondisi masyarakat tempat sekolah itu
berada” (hlm.3)
Sedangkan menurut Daryanto (2008), secara singkat dapat
disimpulkan bahwa fungsi dari supervisi adalah sebagai berikut:
1) Menjalankan aktivitas untuk mengetahui situasi administrasi pendidikan, sebagai kegiatan pendidikan di sekolah dalam segala bidang.
2) Menentukan syarat – syarat yang diperlukan untuk menciptakan situasi pendidikan di sekolah.
3) Menjalankan aktivitas untuk mempertinggi hasil dan untuk menghilangkan hambatan – hambatan. Atau dengan singkat bahwa fungsi utama dari supervisi adalah ditujukan kepada perbaikan dan pengajaran. (hlm.179)
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Swearingen (1961)
memberikan 8 fungsi supervisi sebagai berikut:
1). Mengkoordinasi semua usaha sekolah; 2). Melengkapi kepemimpinan sekolah; 3). Memperluas pengalaman guru-guru; 4). Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif;
5). Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus-menerus; 6). Menganalisis situasi belajar dan mengajar;
7). Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf; 8).Mengintegrasi tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan
kemampuan guru-guru dalam mengajar. (Daryanto, 2008: 179)
Pendapat lain dikemukakan oleh Herabudin (2009) yang
menyebutkan fungsi dari kegiatan supervisi adalah sebagai berikut:
1) Menjalankan aktivitas untuk mengetahui situasi administrasi pendidikan, sebagai kegiatan pendidikan di sekolah dalam segala bidang.
2) Menentukan syarat – syarat yang diperlukan untuk menciptakan situasi pendidikan di sekolah.
Sedangkan Briggs (1938) mengungkapkan bahwa “fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja, tapi untuk mengkoordiansi,
menstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi guru”(Sahertian, 2000: 21). Seperti yang diungkapkan oleh Kimball Wiles (1955) bahwa
“fungsi dasar supervisi ialah memperbaiki situasi belajar mengajar dalam artian yang luas”(Sahertian, 2000: 21).
Situasi belajar mengajar disekolah dapat diperbaiki bila supervisor
pendidikan mempunyai lima ketrampilan dasar yaitu keterampilan dalam
hubungan – hubungan kemanusiaan, keterampilan dalam proses kelompok, keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan, keterampilan dan mengatur
personalia sekolah, dan keterampilan dalam evaluasi.
Fungsi – fungsi supervisi pendidikan yang sangat penting diketahui oleh para pimpinan pendidikan termasuk kepala sekolah, Ngalim Purwanto
(2010) menyebutkan fungsi supervisi sebagai berikut:
1) Dalam bidang kepemimpinan
a) Menyusun rencana danpolicybersama.
b) Mengikutsertakan anggota – anggota kelompok (guru – guru, pegawai) dalam berbagai kegiatan.
c) Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan persoalan–persoalan.
d) Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok, atau memupuk moral yang tinggi kepada anggota kelompok.
e) Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan putusan – putusan.
f) Membagi– bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada anggota kelompok, sesuai dengan fungsi – fungsi dan kecakapan masing–masing.
g) Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.
h) Menghilangkan rasa malu dan rasa rendah diri pada anggota kelompok sehingga mereka berani mengemukakan pendapat demi kepentingan bersama.
2) Dalam hubungan kemanusiaan
a) Memanfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan – kesalahan yang dialaminya untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya, bagi diri sendiri maupun bagi anggota kelompoknya.
commit to user
c) Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap – sikap yang demokratis.
d) Memupuk rasa saling menghormati diantara semua anggota kelompok dan sesama manusia.
e) Menghilangkan rasa curiga–mencurigai antara anggota kelompok. 3) Dalam pembinaan proses kelompok
a) Mengenal masing – masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan maupun kemampuan masing–masing.
b) Menimbulkan dan memelihara sikap percaya – mempercayai antara sesama anggota maupun anggota dan pimpinan.
c) Memupuk sikap dan kesediaan tolong–menolong.
d) Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok.
e) Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertentangan atau perselisihan pendapat di antara anggota kelompok.
f) Menguasai teknik – teknik memimpin rapat dan pertemuan – pertemuan lainnya.
4) Dalam bidang administrasi personel
a) Memilih personel yang memiliki syarat – syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.
b) Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan dan kemampuan masing–masing.
c) Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan masing – masing daya kerja serta hasil maksimal.
5) Dalam bidang evaluasi
a) Manguasai dan memahami tujuan – tujuan pendidikan secara khusus dan terinci.
b) Menguasai dan memiliki norma – norma atau ukuran – ukuran yang akan digunakan sebagai kriteria penilaian.
c) Menguasai teknik– teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat diolah menurut norma – norma yang ada.
d) Menafsirkan dan menyimpulkan hasil – hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan – kemungkinan untuk mengadakan perbaikan–perbaikan. (hlm.86)
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi
supervisi pendidikan adalah untuk mengkoordinir semua usaha sekolah dalam
mengembangkan program untuk mencapai tujuan, membarikan layanan
kepada guru untuk menumbuhkan proses belajar mengajar yang berkualitas.
c. Tujuan Supervisi Pendidikan
Kegiatan supervisi pendidikan mempunyai beberapa tujuan tertentu.
Usaha perbaikan belajar dan mengajar ditujukan kepada pencapaian tujuan
akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi secara maksimal.
Merujuk dari pendapat Made Pidarta (2009) yang mengatakan
bahwa : “Ada sejumlah tujuan supervisi pendidikan seperti membantu guru mengembangkan profesinya, pribadinya, sosialnya, membantu kepala sekolah
menyesuaikan program pendidikan dengan kondisi mesyarakat setempat, dan
ikut berjuang meningkatkan kuantitas dan kualitas lulusan.”(hlm.3)
Seperti yang telah dijelaskan bahwa inti dari kegiatan supervisi
adalah memberikan layanan. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Sahertian (2000) bahwa “tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan
guru di kelas”(hlm.19).
Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi adalah memberikan
layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas
yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Tidak hanya
memperbaiki kemampuan mengajar tapi juga untuk pengembangan potensi
kualitas guru. Hal itu sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Oliva (1984)
bahwa sasaran (domain) supervisi pendidikan ialah:
1) Mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah.
2) Meningkatkan proses belajar–mengajar di sekolah.
3) Mengembangkan seluruh staf di sekolah (Sahertian,2000: 19)
Adapun tujuan supervisi menurut pendapat Yusak Burhanuddin
(2005) adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran;
2) Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan–ketentuan dan kebijakan yang telah diterapkan;
3) Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku,sehingga berjalan lancar dan memperoleh hasil optimal; 4) Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya;
commit to user
Muriel Crosby mengatakan bahwa tujuan supervisi pendidikan
adalah membina dan melatih para guru agar lebih maju dan madiri dalam
mengembangkan wawasan dan profesionalitasnya, sehingga melaksanakan
tugasnya sebagai guru dnegan baik. (Herabudin, 2009: 226). Dengan
demikian, pelaksanaan supervisi berpedoman pada sistem pengawasan yang
membentuk para guru semakin memahami sifat – sifat anak didiknya, baik secara intelektual maupun mental spiritualnya.
Dalam kaitannya dengan tujuan supervisi di atas, guru akan memiliki
pengetahuan psikologis siswa sebagai anak didiknya, sehingga ia memiliki
kemampuan menelusuri minat dan bakat siswa yang berguna untuk
menyalurkan idealisme siswa sesuai dengan potensinya. Seperti yang
pendapat yang dikemukakan oleh Herabudin(2009) bahwa “Tujuan supervisi pendidikan adalah meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional.” (hlm.230)
Sedangkan menurut Yusak Burhanuddin (2005) menjelaskan bahwa
tujuan inti dari supervisi adalah sebagai berikut:
1) Memahami karakteristik dan kemampuan siswa – siswi secara individual dalam proses belajar;
2) Menciptakan suasana yang mendorong siswa aktif belajar sendiri, serta berusaha mencoba menemukan sendiri jawaban permasalahan serta memberi makna kepada mereka terhadap pengalaman belajar;
3) Menjadikan kegiatan belajar di sekolah bersifat dinamis dan kreatif, serta mempunyai ati untuk kehidupan manusia. (Herabudin, 2009: 226)
Dari berbagai tujuan supervisi yang telah diungkapakan oleh
beberapa tokoh, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari supervisi adalah
perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total. Hal ini
berarti bahwa tujuan dari supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu
mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas
termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses
belajar – mengajar peningkatan mutu pengetahuan dan ketrampilan guru – guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi
d. Prinsip Supervisi Pendidikan
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan serta dilaksanakan oleh
para supervisor pendidikan atau kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan
supervisi agar benar-benar efektif dalam usaha mencapai tujuannya. Prinsip
supervisi pendidikan menurut Sagala (2004) antara lain adalah “ilmiah yang
berarti sistematis dilaksanakan secara tersusun, kontinu, teratur, objektif,
demokratis, kooperatif,menggunakan alat, konstruktif, dan kreatif.” (hlm. 95) Selain prinsip-prinsip tersebut, Sergiovanni dan Starratt (1983) juga
menemukakan prinsip pelaksanaan supervisi yaitu:
1) Administrasi biasanya berkenaan dengan pemberian fasilitas material dan pelaksanaannya.
2) Supervisi pendidikan biasanya berkenaan dengan perbaikan pembelajaran. 3) Secara fungsonal, administrasi dan supervisi tidak terpisahkan satu sama
lain, keduanya dalam sistem pendidikan saling berkoordinasi, saling melengkapi, saling berhubungan, dan mempertemukan fungsi – fungsinya dalam operasional pendidikan.
4) Supervisi yang baik didasarkan pada filsafat, demokrasi, dan ilmu pengetahuan.
5) Supervisi yang baik akan mengembangkan metode dan sikap ilmiah sejauh hal itu dapat diaplikasikan ke dalam proses sosial pendidikan yang dinamis, menggunakan ilmu pengetahuan dalam proses belajar pembelajaran.
6) Supervisi yang baik akan mengembangkan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam mempelajari, memperbaiki, dan mengevaluasi proses dan produknya.
7) Supervisi yang baik adalah yang kreatif, tidak perspektif, dilaksanakan dengan tertib, direncanakan secara kooperatif, dan dilakukan dalam rangkaian aktivitas.
8) Supervisi yang baik dilakukan secara profesional, dan melakukan penilaian berdasarkan hasil yang terjamin. (Sagala, 2004: 96)
Prinsip tersebut sesuai dengan pandangan John Lovell dan Robert
Alfonso (1975) yang menyatakan bahwa:
commit to user
martabat manusia sebagai individu maupun kelompok dalam aktivitas pembelajaran.(Sagala, 2004: 96)
Selain itu, Sahertian (2000) mengemukakan prinsip – prinsip supervisi sebagai berikut:
1) Prinsip ilmiah (scientific) 2) Prinsip demokratis 3) Prinsip kerja sama
4) Prinsip konstruktif dan kreatif. (hlm.19)
Keempat prinsip supervisi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Prinsip ilmiah (scientific)
Prinsip ilmiah mengandung ciri–ciri sebagai berikut:
a) Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang
diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar–mengajar. b) Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti
angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
c) Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan
kontinu.
2) Prinsip demokratis
Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan
hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru – guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung
makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan
atasan dan bawahan, tapi berdasarkan rasa kesejawatan.
3) Prinsip kerja sama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi
“sharing of idea, sharing of experience”, memberi support mendorong, menstumulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
4) Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan
potensi kreatifitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang
e. Jenis Supervisi Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, terdapat beberapa jenis kegiatan supervisi
yang sering digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Ngalim
Purwanto (2010) membedakan supervisi menjadi beberapa jenis yaitu:
1) Supervisi umum dan pengajaran
2) Supervisi klinis (hlm.89)
Untuk memahami perbedaan dari jenis supervisi tersebut, dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Supervisi umum dan pengajaran
Yang dimaksud dengan supervisi umum adalah supervisi yang
dilakukan terhadap kegiatan – kegiatan atau pekerjaan yang sacara tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran seperti
supervisi terhadap kegiatan pengelolaan administrasi kantor, supervisi
pengelolaan keuangan sekolah atau kantor pendidikan, dan sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan supervisi pengajaran ialah
kegiatan – kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi – kondisi baik personel maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar – mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan atau sering disebut dengan supervisi akademik.
Menurut Glickman (1981) mendefinisikan “Supervisi pengajaran sebagai upaya yang dilakukan untuk membantu guru agar mau terus
belajar untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya” (Sagala,2005: 91). 2) Supervisi klinis
Supervisi klinis merupakan bagian dari supervisi pengajaran.
Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih
ditekankan kepada mencari sebab – sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses mengajar, dan kemudian secara langssung pula diusahakan
bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut.
John J. Bolla (1985) mendefinisikan supervisi klinis sebagai
commit to user
Supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru /calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut. (Ngalim Purwanto, 2010: 91)
Selain itu, Made Pidarta (2009) mendefinisikan pengertian
supervisi klinis. “Supervisi klinis adalah supervisi yang khas, yang pelaksanaannya sangat mendalam, detail, dan intensif, dapat diragukan
akan keberhasilannya.” (hlm.128)
Synder dan Anderson (1986) menyatakan bahwa “supervisi klinis adalah suatu teknologi perbaikan pengajaran, tujuan yang dicapai, dan
memadukan kebutuhan sekolah dan pertumbuhan personal.” (Sagala, 2004: 194)
a) Ciri–ciri supervisi klinis
Agar lebih jelas bagaimana pelaksanaan supervisi klinis
tersebut, harus memahami ciri – ciri supervisi klinis. La Sulo (1983) mengemukakan ciri – ciri supervisi klinis ditinjau dari segi pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
(1) Bimbingan supervisor kepada guru/ calon guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi.
(2) Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau calon guru yang akan disupervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama antara guru dan ssupervisor.
(3) Meskipun guru atau calon guru mempergunakan berbagai keterampilan mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya pada beberapa keterampilan tertentu saja.
(4) Instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara supervisor dan guru berdasarkan kontrak.
(5) Balikan diberikan dengan segera dan secara objektif (sesuai dengan data yang direkam oleh instrumen observasi)
(6) Meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasi data yang direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi atau pertemuan balikan guru/calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis penampilannya.
(7) Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah atau mengarahkan.
(9) Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi dan diskusi/pertemuan balikan.
(10) Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan atau peningkatan dan perbaikan ketrampilan mengajar, di pihak lain dipakai dalam konteks pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan. (Ngalim Purwanto, 2010: 91)
b) Prinsip–prinsip supervisi klinis
Seorang supervisor dalam melakukan kegiatan supervisi harus
menguasai prinsip –prinsip supervisi. Sahertian (2000) mengemukakan beberapa prinsip supervisi sebagai berikut:
(1) Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para guru dari para guru lebih dahulu.
(2) Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.
(3) Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas mengemukakan apa yang dialaminya.
(4) Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang riil yang mereka sungguh alami.
(5) Perhatian dipusatkan pada unsur – unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki. (hlm.39)
Sedangkan menurut pandangan John Lovell dan Robert
Alfonso (1975) menyatakan bahwa “supervisi itu pada prinsipnya adalah suatu sistem perilaku pengajaran yang berinteraksi dengan
konseling sekolah, pengajaran, administrasi, dan sistem perilaku siswa
dengan ciri kesederhanaan dan kesahajaan.” (Sagala,2004: 96)
f. Teknik Supervisi Pendidikan
Dalam kegiatan supervisi,teradapat beberapa teknik yang dapat
digunakan. Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan
potensi sumber daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai alat atau
teknik supervisi. Untuk mengetahui berbagai teknik supervisi yang tepat
maka akan ditinjau berbagai teknik supervisi menurut beberapa pakar yakni
menurut Menurut Sagala (2009) teknik supervisi dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Teknik supervisi yang bersifat kelompok a) Pertemuan orientasi
commit to user
c) Studi kelompok antara guru latih d) Diskusi sebagai proses kelompok
o) Kegiatan–kegiatan organisasi dalam jabatan p) Laboratrium kurikulum
e) Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar f) Menilai diri sendiri. (hlm.210)
Dari pendapat mengenai berbagai teknik – teknik supervisi maka dapat di uraikan sebagai berikut :
1) Teknik yang bersifat kelompok, yaitu teknik yang dilakukan secara
bersama – sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.
a) Pertemuan orientasi bagi guru baru
Yaitu pertemuan yang bertujuan khusus mengantar guru untuk
memasuki suasana kerja yang baru, akan tetapi hal ini tidak berlaku
pada guru-guru baru saja melainkan ditujukan untuk seluruh staf
guru.
b) Rapat guru
Di dalam rapat guru ini, kepala sekolah mengadakan pertemuan
dengan guru – guru guna membahas masalah – maslaha yang timbul pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Jadi dengan
maupun kelompok untuk menemukan dan menyadari kebutuhan
mereka, menganalisa masalah – msalah merekan kemudian mencarikan solusinya.
c) Study kelompok antar guru
Guru – guru yang mengajar dalam amta pelajaran yang sama bekumpul untuk mempelajari suatu masalahatau bahan pelajaran,
selain itu juga membahas ilmu pengetahuan yang sedang
berkembang.
d) Diskusi sebagai proses kelompok
Pertukaran pendapat tentang suatu masalah untuk dipecahkan
bersama dengan adanya dikusi dapat berkembang ketrampilan antar
guru.
e) Tukar menukar pengalaman
Dalam hal ini guru adalah orang yang berpengalaman, maka
dengan adanya pertemuan dimana guru saling tukar menukar
pikiran atau pengalaman (sharing). Tujuan dari kegiatan ini adalah
guru dapat saling belajar dari pengalaman temanya dalam
membimbing peserta didik.
f) Loka karya
Dalam workshop disediakan ruangan khusus yang dilengkapi
dengan sumber – sumber pustaka dan berbagai peralatan yang digunakan sebagai media pembelajaran sehingga guru dapat
bekerja dan berlajar dalam ruangan itu. Salah satu tujuan dari loka
kerya ini adalah agar guru dapat meyusun contoh model satuan
pelajaran untuk tiap bidang studi.
g) Diskusi panel
Diskusi panel adalah salah satu bentuk diskusi yang dilangsungkan
dihadapan sejumlah peserta. Diskusi ini ditujukan untuk
commit to user
h) Seminar
Dalam seminar yang dibahas adalah suatu masalah yang
disampaikan oleh pembicara dan diberkan kepada partisipan untuk
menyanggah masalah yang dibahas oleh pembicara.
i) Simposium
Suatu pertemuan untuk meninjau aspek – aspek sesuatu pokok masalah, atau untuk mengumpulkan beberapa sudut pandang
tentang suatu masalah yang dilakukan di muka sejumlah
pendengar. Simposium bertujuan mereorganisasikan pengertian dan
pengetahuan tentang aspek–aspek sesuatu pokok masalah. j) Pelajaran contoh
Suatu teknik yang bersifat kelompok dimana supervisor memberi
penjelasan –penjelasan kepada guru–guru tentang mengajar yang baik.
k) Perpustakaan jabatan
Dalam suatu sekolah disediakan ruangan khusus untuk
perpustakaan jabatan yang berisi buku –buku, majalah, brosur dan referensi lainya yang ditujukan untuk memperkaya pengetahuan
dan pengalaman guru.
l) Bulletin supervisi
Kepala sekolah selaku supervisor mengeluarkan suatu bentuk
tulisan yang digunakan sebagai alat untuk membantu guru – guru dalam memperbaiki proses belajar mengajar.
m) Membaca langsung
Bilamana sekolah mempunyai cukup banyak buku sumber yang
berhubungan dengan satu bidang studi atau pengetahuan profesi
mengajar lainnya, maka teknik ini paling sederhana namun sulit
dilaksanakan ialah membaca langsung dan terbimbing.
n) Mengikuti diklat
Suatu teknik yang dapat membantu guru dalam mengembangkan
o) Organisasi jabatan
Suatu kelompok jabatan yang membentuk organisasi dalam
melaksanakan suatu kegiatan.
p) Laboratorium kurikulum
Suatu tempat yang dijadikan pusat kegiatan dimana guru dapat
mengadakan percobaan untuk mengembangkan kurikulum.
q) Perjalanan sekolah untuk anggota staff
Guru mengadakan perjalanan sekolah atau berkunjung ke sekolah
yang lebih maju dengan tujuan untuk belajar dari sekolah tersebut.
2) Teknik individual supervisi, yaitu supervisi yang ditujukan kepada
seseorang.
a) Perkunjungan kelas
Kunjungan yang dilakukan kepala sekolah ke dalam kelas pada saat
guru sedang mengajar dengan tujuan menolong guru – guru dalam hal pemecahan kesulitan yang mereka hadapi.
c) Observasi kelas
Supervisor mengadakan observasi dengan jalan meneliti suasana
kelas selama proses belajar mengajar berlangsung dengan tujaun
untuk memperoleh data yang akurat sehingga dari bahan yang
diperoleh dapat digunakan untuk menganalisa kesulitan– kesulitan yang dihadapi guru dalam usaha memperbaiki proses belajar
mengajar.
c) Percakapan pribadi
Yaitu percakapan pribadi antara supervisor dengan seorang guru.
Percakapan itu berisi tentang usaha – usaha untuk memecahkan masalah pribadi yang ada hubungannya dengan tanggung jawab
mengajar.
d) Saling mengunjungi kelas (inter-visitasi)
Saling mengunjungi antar rekan guru yang satu dengan yang lain
commit to user
membandingkan pengalaman ketrampilan mengajar yang nantinya
akan dijadikan refrensi untuk perbaikan mengajar.
e) Menyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar
Supervisor harus mempunyai kemampuan untuk menyeleksi
berbagai sumber materi yang digunakan guru untuk mengajar.
Kegiatan menyeleksi ini dimulai dengan cara bedah kurikulum
dimulai dengan menganalisa standar kompetensi dan kompetensi
dasarserta materi pelajaran yang dirumuskan oleh guru dalam
silabus mata pelajaran yang menjadi tanggun jawabnya.
f) Menilai diri sendiri
Salah satu teknik individual dimana guru harus mampu menilai
dirinya sendiri selama proses belajar mengajar.
Menurut Made Pidarta (2009), “teknik supervisi yang sering dipakai yaitu teknik supervisi observasi kelas, teknik supervisi kunjungan kelas, dan
teknik supervisi klinis”(hlm.87)
Berbeda dengan pendapat Daryanto (2008) yang menyatakan
“Teknik–teknik supervisi yang lazim dan secara teratur dapat dilakukan oleh setiap kepala sekolah ialah: rapat sekolah, kunjungan kelas, musyawarah atau
pertemuan perseorangan”(hlm.185). Kegiatan tersebut sudah lazim dilakukan oleh kepala sekolah di sekolah masing – masing, akan tetapi cara pelaksanaannya masih kurang diperhatikan tujuan dari prinsip supervisi.
Berkaitan dengan fungsi kepala sekolah sebagai seorang supervisor,
Mulyasa (2004) berpendapat “Kepala sekolah sebagai supervisor dapat melakukan supervisi secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok,
kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi
2. Tinjauan Tentang Kepala Sekolah
a. Pengertian Kepala Sekolah
Secara sederhana, Wahjosumidjo (2005) mendefinisikan kepala
sekolah sebagai “seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau
tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran”(hlm.83).
Sedangkan Daryanto (2008) menyatakan bahwa “kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh
kegiatan – kegiatan sekolah”(hlm.80). Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan
pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar
Pancasila.
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah
seorang pimpinan yang memilki jabatan dan kedudukan secara formal dan
kelembagaan, dimana ia memiliki peran dan tanggungjawab dalam memimpin
suatu sekolah.
b. Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah yang efektif dalam mengelola program dan kegiatan
pendidikan adalah yang mempu memberdayakan seluruh potensi kelembagaan
dalam menentukan kebijakan. Mulyasa (2004) mengungkapkan bahwa:
Dinas Pendidikan (dulu: Depdikbud) telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mempu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya. Dengan demikian, dalam paradigma baru menajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator (EMASLIM). (hlm.98)
Seorang kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai seorang
figur dan mediator, bagi perkembangan masyarakat dan lingkungannya.
commit to user
meningkat sesuai dengan perkembangan pendidikan yang diharapkan.
Pelaksanaan peranan dan fungsi tugas tersebut tidak dapat dipidahkan satu
sama lain, karena saling berkaitan dan mempengaruhi, serta menyatu dalam
pribadi seorang kepala sekolah yang profesional.
Lebih jauh lagi Ngalim Purwanto (2010) menambahkan, usaha - usaha
yang dilakukan oleh kepala sekolah selaku peran dan fungsinya sebagai
supervisor adalah:
1) Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
2) Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar.
3) Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntuan kurikulum yang sedang berlaku.
4) Membina kerjasama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya.
5) Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka mengikuti penataran-penataran, seminar sesuai bidangnya masing-masing.
6) Membina hubungan kerjasama antara sekolah dengan BP3 dan instansi-instansi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.(hlm.119)
c. Tipe-Tipe Supervisi Kepala Sekolah
Briggs dalam Soewadji Lazaruth (1998), mengemukakan “4 tipe supervisi kepala sekolah dilihat dari pelaksanaannya, yaitu supervisi yang
bersifat korektif, supervisi yang bersifat preventif, supervisi yang bersifat
konstruktif, supervisi yang bersifat kreatif”(hlm.33) Berikut penjabarannya:
1). Supervisi yang bersifat korektif
Kegiatan supervisi ini lebih menekankan usaha untuk mencari-cari
kesalahan orang yang disupervisi (guru-guru).
2). Supervisi yang bersifat preventif
Kegiatan supervisi ini lebih menekankan usaha untuk melindungi guru-guru
kesalahan dengan memberikan mereka batasan-batasan, larangan-larangan
atau sejumlah pedoman dalam bertindak.
3). Supervisi yang bersifat konstruktif
Tipe supervisi jenis ini ialah supervisi yang berorientasi ke masa depan,
menolong guru-guru untuk selalu melihat ke depan, belajar dari
pengalaman, melihat hal-hal yang baru, dan secara antusias mengusahakan
perkembangan.
4). Supervisi yang bersifat kreatif
Kegiatan supervisi ini, lebih menekankan pada usaha
menumbuhkembangkan daya kreatifitas guru, dimana peran kepala sekolah
hanyalah sebatas mendorong dan membimbing.
Pendapat hampir serupa dikemukakan oleh Burton dan Brueckner
yang menyatakan “terdapat 5 tipe supervisi oleh kepala sekolah, yakni: inspeksi, laissez faire, coercive, training ang guidance, dan democratic leadership.”(Ngalim Purwanto,2010: 79)
Dari pendapat mengenai tipe-tipe supervisi oleh kepala sekolah
tersebut, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Supervisi sebagai inspeksi
Tipe supervisi ini adalah kegiatan pengawasan yang semata-mata
merupakan kegiatan menginspeksi pekerjaan guru atau bawahan. Inspeksi
dijalankan dengan maksud untuk mengawasi apakah guru atau bawahan
sudah menjalankan apa yang sudah diinstruksikan. Jadi pada intinya,
inspeksi berarti kegiatan mencari-cari kesalahan.
2) Laissez faire
Kepengawasan tipe ini sama sekali tidak konstruktif.
Kepengawasan laissez faire adalah tipe supervisi yang membiarkan guru-guru atau bawahan bekerja sekehendaknya tanpa bimbingan dan petunjuk.
3) Coercive supervision
Tipe supervisi ini hampir serupa dengan inspeksi, tipe supervisi
commit to user
bersifat memaksakan segala sesuatu yang dianggapnya benar dan baik
menurut pendapatnya sendiri.
4) Supervisi sebagai latihan bimbingan
Supervisi ini lebih menekankan kepada pemberian latihan dan
bimbingan kepada guru-guru dalam melaksanakan tugasnya. Terdapat
berbagai tipe supervisi pendidikan, baik itu tipe yang lebih mengarah pada
sisi positif maupun sisi negatif. Tipe-tipe supervisi yang diterapkan tentu
akan sangat berpengaruh terhadap guru yang mendapat supervisi, baik itu
pengaruh berupa timbal balik yang positif atau malah sebaliknya.
5) Kepengawasan yang demokrasi
Dalam hal ini, supervisi bukan lagi suatu pekerjaan yang
dipegang oleh seorang petugas, tetapi merupakan pekerjaan bersama yang
dikoordinasikan. Tanggung jawab tidak dipegang sendiri oleh supervisor,
melainkan dibagi – bagikan kepada para anggota sesuai dengan tingkat, keahlian, dan kecakapannya masing – masing. Masalah yang perlu mendapat perhatian perhatian bagi kepala sekolah selaku supervisor adalah
menemukan cara – cara bekerja secara kooperatif yang efektif. Kemajuan dalam situasi belajar murid – murid tidak dapat dicapai dengan memusatkan perhatian kepada teknik–teknik mengajar semata.
3. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan penelaahan dari hasil yang terdahulu
yang diperlukan untuk mempertajam penelitian yang akan dilakukan.
a. Penelitian Imam Setiyono (2005) dengan judul “Supervisi Pendidikan
Sekolah Dasar”. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa supervisi pendidikan adalah usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru – guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk memperbaiki pengajaran termasuk