• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modifikasi Desain Struktur Gedung Hotel Holiday Inn Express Surabaya dengan Menggunakan Sistem Rangka Bresing Eksentrik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Modifikasi Desain Struktur Gedung Hotel Holiday Inn Express Surabaya dengan Menggunakan Sistem Rangka Bresing Eksentrik"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Perencanaan gedung hotel Holiday Inn Express Surabaya akan dilakukan modifikasi perancangan menggunakan struktur baja dengan metode SRBE (Sistem Rangka Bresing Eksentrik). SRBE merupakan sebuah sistem bresing eksentrik yang memiliki link dan berfungsi sebagai pendisipasi energi ketika struktur menerima beban lateral.

Perhitungan modifikasi perencanaan struktur gedung hotel Holiday Inn Express Surabaya menggunakan sistem rangka bresing eksentrik (SRBE) telah dilakukan. Dimana perhitungan struktur mengacu pada SNI 1729-20015 “Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung”, SNI 1726-2012 “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung”, SNI 2847-2013 “Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung” dan

“Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung” PPIUG 1983. Pemodelan dan analisis struktur dilakukan dengan program bantu SAP 2000. Dari analisa dan hasil perhitungan diperoleh struktur sekunder dan primer: pelat lantai menggunakan bondek SUPER FLOOR DECK t = 0,75 mm, untuk lantai top atap dan lantai 1 t = 90 mm, lantai atap dan lantai 2-14 t = 110 mm, balok anak terdapat 4 macam dimensi yang digunakan, dimensi untuk lantai top atap WF 350x175x6x9, lantai atap WF 450x200x9x14, lantai 2-14 WF 500x200x9x14, lantai 1 WF 400x200x8x13, sedangkan balok induk terdapat 4 macam dimensi juga yang digunakan, dimensi untuk lantai top atap WF 400200813, lantai atap WF 500200914, lantai 2-14 WF 6002001015, lantai 1 WF 6002001117, untuk dimensi kolom lantai 1-8 digunakan CFT 700x700x25 dan CFT 600x600x25 dimensi kolom lantai 9-top atap, link terdapat 2 macam dimensi yang digunakan yaitu WF 400200813 untuk lantai atap-top atap dan WF 5002001016 untuk lantai 1-14, dimensi balok luar link yang digunakan sama dengan dimensi link, dimesi bresing yang digunakan WF 250x250x9x14 untuk lantai atap-top atap dan WF 3003001015 untuk lantai 1-14. Pondasi struktur menggunakan tiang bor (borepile) diameter 120 cm dengan kedalaman 25 m dan tulangan yang digunakan adalah 26 D25 dengan sengkang D16-45 mm.

Kata Kunci—Sistem Rangka Bresing Eksentris, Plastifikasi, Link.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gedung hotel Holiday-Inn Express Surabaya yang terletak di Jalan Kedungdoro VI No. 54-58 Sawahan, Surabaya merupakan gedung yang terdiri dari 16 lantai dan struktur bangunan yang digunakan adalah struktur bangunan beton bertulang. Kondisi tanah pada daerah yang dibangun termasuk tanah lunak sehingga membutuhkan berat bangunan yang seringan mungkin namun memiliki kekuatan struktur yang sebesar mungkin untuk menahan gaya lateral (gempa dan angin).

Perencanaan suatu struktur bangunan tahan gempa merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari.

Tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa. Sehingga dalam merancang suatu bangunan tahan gempa harus mengutamakan keselamatan dan kenyamanan, dimana kegagalan direncanakan hanya terjadi pada daerah non structural. Oleh karena itu struktur bangunan gedung hotel Holiday-Inn Express Surabaya yang semula menggunakan struktur beton bertulang akan dimodifikasi menggunakan struktur baja.

Baja memiliki sifat daktail (tidak getas), dimana baja mampu berdeformasi tanpa runtuh secara tiba-tiba apabila terjadi beban yang berlebihan. Ini memberikan cukup waktu untuk evakuasi bila terjadi gempa. Konstruksi baja juga memiliki berat yang relatif lebih ringan dari pada material lain tetapi juga memiliki kemampuan yang cukup tinggi, hampir tidak memiliki perbedaan nilai muai dan susut, dan dalam hal pelaksanaan jauh lebih cepat dibanding material lain [1].

SRBE mempunyai nilai daktilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan SRBK. Tingginya nilai daktilitas pada SRBE diakibatkan oleh adanya elemen link yang berfungsi sebagai pendisipasi energi ketika struktur menerima beban gempa. Pendisipasian energi ini diwujudkan dalam bentuk plastifikasi pada elemen link tersebut.

Berdasarkan kondisi tanah di lapangan dan hasil dari perhitungan analisa kategori desain seismik adalah bangunan termasuk dalam kategori desain D, maka salah satu sistem rangka baja yang dapat digunakan adalah sistem rangka bresing eksentrik (SRBE).

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat, balok anak dan tangga?

2. Bagaimana merencanakan struktur primer yang meliputi balok, kolom, bresing eksentrik dan link?

3. Bagaimana memodelkan dan melakukan analisis struktur dengan program bantu SAP 2000 v14?

4. Bagaimana merencanakan sambungan?

5. Bagaimana merencanakan pondasi?

6. Bagaimana mengilustrasikan hasil perencanaan struktur dalam gambar teknik?

C. Batasan Masalah

Dalam penyusunan Studi ini diberikan beberapa batasan masalah sebagai berikut :

1. Menggunakan SNI 03-1729-2015 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.

Modifikasi Desain Struktur Gedung Hotel Holiday Inn Express Surabaya dengan

Menggunakan Sistem Rangka Bresing Eksentrik

Lailatul Fitriyah, Priyo Suprobo, dan Endah Wahyuni

Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

e-mail: priyo@ce.its.ac.id, endah@ce.its.ac.id

(2)

2. Menggunakan SNI 1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.

3. Tidak menghitung anggaran biaya.

4. Tidak membahas metode pelaksanaan proyek 5. Tidak mempertimbangkan sistem sanitasi dan

instalasi listrik gedung.

6. Tidak membahas dari segi arsitektural.

7. Tidak memperhitungkan basement.

II. TINJAUANPUSTAKA A. Umum

Sistem Rangka Bresing Eksentris (SRBE) adalah suatu sistem rangka baja yang terdiri dari balok, kolom, dan pengaku dimana pada ujung dari bagian pengakunya terdapat suatu elemen yang menggabungkan antar bagian dari sistem rangka yang disebut link. Karakteristik yang membedakan SRBE dengan desain struktur tahan gempa SRPM dan SRBK adalah adanya penghubung yang terdapat pada setidaknya salah satu ujung dari bresing yang disebut sebagai link [2].

Gambar 2.1 Konfigurasi Link pada Beberapa Sistem Portal [3].

Pada gambar.2 dijelaskan tentang kurva hubungan antara gaya lateral dengan perpindahan yang terjadi pada SRBK, SRBE, dan SRPM. SRBE dapat memberikan perilaku struktur yang di harapkan saat terjadi gempa yaitu terlalu kaku seperti halnya SRBK tetapi juga tidak terlalu memiliki deformasi yang besar seperti SRPM.

Gambar 2.2 Perbedaan perilaku tiga model sistem rangka baja [4].

B. Sudut Rotasi Link Beam

Sudut rotasi link beam adalah sudut inelastis antara link beam dan balok di samping link ketika besarnya total story drift sama dengan besarnya desain story drift, θ. Pada desain struktur penahan gempa dengan SRBE perlu diperhitungkan besar rotasi plastis yang akan dialami oleh link. Pada tahap

ini lebih mudah menggunakan mekanisme disipasi energi (juga disebut mekanisme kehancuran). Gambar 2.9 menunjukkan mekanisme kehancuran dari SRBE. Pada setiap kasus θ merupakan besar penyimpangan yang terjadi pada rangka, besar penyimpangan pada sendi plastis terhadap balok juga disimbolkan θ. Untuk SRBE besar dari kebutuhan rotasi link (γ) harus lebih besar dari θ, dengan perumusan:

 e

 L

Gambar 2.3 Sudut Rotasi Link Beam [4]

III. METODOLOGI A. Umum

Langkah – langkah pengerjaan proyek akhir ini akan dilakukan seperti diagram alir berikut.

Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi.

Penyelesaian Studi

IV. PERENCANAANSTRUKTURSEKUNDER A. Pelat Lantai Hotel Holiday In Express Surabaya

Tabel 4.1

Rekap Dimensi dan Penulangan Pelat LANTAI TEBAL

TULANGAN (cm)

(3)

Top atap 9 M8-200

Atap 11 M9,5-200

2-14 11 M10-175

1 9 M9-200

B. Balok Anak

Tabel 4.2 Rekap Dimensi Balok Anak

LANTAI PROFIL YANG DIGUNAKAN

Top atap WF 350 x 175 x 6 x 9 Atap WF 450 x 200 x 9 x 14 2-14 WF 500 x 200 x 9 x 14

1 WF 400 x 200 x 8 x 13

C. Balok Penumpu Lift

- Tipe lift : Passenger Elevators - Merek : HYUNDAI

- Kapasitas : 15 Orang / 1000 kg - Lebar pintu (opening width) : 900 mm - Dimensi ruang luncur

(hoistway inside) 2 Car : 4800 x 2150 mm2 - Dimensi sangkar (Car size)

(hoistway inside) 2 car : 4200 x 2100 mm2 - Dimensi ruang mesin : 4400 x 3850 mm2 - Dimensi sangkar (Car size)

Internal : 1600 x 1500 mm2 Eksternal : 1660 x 1655 mm2 - Beban reaksi ruang mesin :

R1 = 5450 kg R2 = 4300 kg

Tabel 4.3 Rekap Dimensi Balok Lift

ELEMEN PROFIL YANG DIGUNAKAN

Pembagi WF 100 x 50 x 5 x 7 Penumpu WF 400 x 200 x 7 x 11 D. Perencanaan Tangga

- Tinggi lantai = 4,8 m - Panjang bordes = 2,8 m - Tinggi bordes = 2,4 m - Lebar bordes = 1,3 m

- Panjang anak tangga (1/2 L bordes) = 1,3 m - Lebar injakan (i) = 28 cm

- Tinggi injakan (t) = 20 cm - Lebar pegangan tangga = 5 cm

Tabel 4.4 Rekap Dimensi Balok Tangga

ELEMEN PROFIL YANG DIGUNAKAN

Pengaku anak tangga L 50 x 50 x 5 Pengaku bordes WF 100 x 50 x 5 x 7 Balok utama tangga WF 200 x 100 x 5,5 x 8 Balok penumpu bordes WF 200 x 100 x 5,5 x 8

Gambar 4.1 Potongan Tangga.

V. PEMODELANSTRUKTUR A. Umum

Pemodelan struktur pada Studi ini menggunakan sistem rangka bresing eksentrik (SRBE). Struktur yang direncanakan adalah bangunan hotel yang terdiri dari 16 lantai hotel dengan total tinggi struktur 58,25 meter.

Denah dari struktur yang ada dalam permodelan Studi penulis adalah sebagai berikut:

Gambar 5.1 Denah Struktur Hotel Holiday Inn Express Surabaya.

B. Pembebanan

Rincian pembebanan untuk beban mati adalah sebagai berikut:

a. Pelat atap = 79,53 kg/m2 b. Pelat lantai hotel = 128 kg/m2

c.

Pelat lantai koridor = 128 kg/m2

Rincian pembebanan untuk beban hidup adalah sebagai berikut :

a. Lantai atap = 97,64 kg/m2 b. Lantai hotel = 195,28 kg/m2

c.

Lantai koridor atau lobi

= 487,18 kg/m2 C. Kombinasi Pembebanan

Kombinasi pembebanan yang dipakai pada struktur gedung ini mengacu pada SNI 1729:2012 sebagai berikut:

 1 D + 1 L

 1,4 D

 1,2 D + 1,6 L

 1,2 D + 1 L

 1,2 D + 1Ex + 1 L

 1,2 D + 1Ey + 1 L

 0,9 D + Ex

 0,9 D + Ey Keterangan : D : beban mati L : beban hidup lantai

E : beban gempa yang dinyatakan dalam arah X dan Y

(4)

D. Kontrol Desain

1. Kontrol Penerimaan Pemodelan

Untuk membuktikan hasil pemodelan struktur sesuai dengan kenyataan aslinya, perlu dilakukan pengecekan menggunakan perhitungan manual. Perhitungan manual dilakukan dengan cara meninjau satu kolom yang menggunakan kombinasi 1D+1L, hasil beban aksial dari analisa SAP 2000 v14 harus sesuai dengan perhitungan berat bangunan manual yang memiliki toleransi perbedaan 5

%.

2. Kontrol Partisipasi Massa

Menurut SNI 1726 ps 7.9.1, bahwa perhitungan respon dinamik struktur harus sedemikian rupa sehingga partisipasi massa ragam terkombinasi paling sedikit sebesar 90% dari massa aktual dari masing-masing arah

Dari analisa SAP 2000v14 didapat partisipasi massa arah X sebesar 90,7% pada moda ke 7 dan partisipasi massa arah Y sebesar 91,0% pada moda ke 8. Maka dapat disimpulkan analisis struktur yang sudah dilakukan telah memenuhi syarat yang terdapat pada SNI 1726:2012 Pasal 7.9.1 yaitu partisipasi massa ragam terkombinasi paling sedikit sebesar 90%.

3. Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental

Untuk mencegah pengunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental (T) dari struktur gedung harus dibatasi.

Dari hasil analisis SAP 2000v14 didapatkan nilai T = 1,582 s. Maka berdasarkan kontrol waktu getar alami fundamental nilai T masih lebih kecil dari Ta max = 2,158 s.

Jadi analisis struktur Hotel Holiday Inn Express Surabaya masih memenuhi persyaratan Pasal 7.8.2 SNI 1726:2012.

4. Kontrol Nilai Akhir Respon Spektrum

Dari hasil analisis menggunakan program SAP 2000 v14 didapatkan nilai gaya geser dasar (base shear) sebagai berikut:

Tabel 5.1

Gaya Geser Dasar Akibat Beban Gempa

OutputCase CaseType StepType GlobalFX GlobalFY

Text Text Text Kgf Kgf

GEMPA X LinRespSpec Max 287082,9 98246,08 GEMPA Y LinRespSpec Max 86173,42 327303,9

Kontrol nilai akhir respon:

 Gempa arah X:

Vdinamik > 85% . Vstatik

287082,9 kg > 85% . 494980,9989 kg 287082,9 kg < 420733,849 kg  NOT OK

 Gempa arah Y:

Vdinamik > 85% . Vstatik

327303,9 kg > 85% . 494980,9989 kg 327303,9 kg < 420733,849 kg  NOT

OK

Maka harus diperbesar dengan faktor skala 0,85 .𝐶𝑠 . .

Untuk arah X dikali dengan SF = 1,465 Untuk arah Y dikali dengan SF = 1,285 5. Kontrol Batas Simpangan (Drift)

Pembatasan simpangan antar lantai suatu struktur bertujuan untuk mencegah kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni.

Tabel 5.2

Kontrol Simpangan Arah X Akibat Gempa Arah X

Tabel 5.3

Kontrol Simpangan Arah Y Akibat Gempa Arah Y

VI. PERENCANAANSTRUKTURPRIMER A. Link

Balok link direncanakan menggunakan profil WF 500 x 200 x 10 x 16. Hasil dari output SAP 2000 diperoleh gaya dalam sebesar:

e = 150 cm < 2,6 Mp / Vp = 1,94 cm α = 0,014 radian < α maks = 0,055 radian Nu = 35051,07 kg < 0,15 Ny = 42825 kg Vu = 53909,64 kg < ØVn = 62891,8 kg

Untuk pengaku dengan panjang link < 1,6 . Mp / Vp, harus direncanakan memiliki pengaku antara. Untuk α = 0,048 radian maka dipasang pengaku antara dengan jarak 30 cm.

B. Balok diluar link

Balok link direncanakan menggunakan profil WF 500 x 200 x 10 x 16. Berdasarkan SNI 03-1729-2002 Pasal 15.13.6.2, kuat perlu balok yang terletak diluar link harus ditentukan berdasarkan gaya- gaya yang ditimbulkan paling tidak 1,1 kali kuat geser nominal link sebesar Ry.Vn.

Kontrol interaksi geser lentur yang terjadi:

375 , 1 625 ,

0 

Vn Vu Mn

Mu

1,336 < 1,375  OK C. Bresing

Bresing direncanakan menggunakan WF 300 x 300 x 10 x 15,dengan kuat kombinasi aksial dan lentur perlu batang bresing harus direncanakan berdasarkan gaya aksial dan

i hi hsx Ϭe Ϭ Δ Δa

hi-h(i-1) Ϭe x Cd Δi-Δ(i-1) 0,02* hsx

Ground 0 0 0 0 0 0 OK

1 3,5 3,5 2,115 8,460 8,460 70 OK

2 7,7 4,2 8,754 35,016 26,556 84 OK

3 12,5 4,8 18,325 73,300 38,284 96 OK

4 15,9 3,4 24,747 98,988 25,688 68 OK

5 19,3 3,4 30,813 123,252 24,264 68 OK

6 22,7 3,4 36,586 146,344 23,092 68 OK

7 26,1 3,4 42,057 168,228 21,884 68 OK

8 29,5 3,4 47,183 188,732 20,504 68 OK

9 32,9 3,4 51,937 207,748 19,016 68 OK

10 36,3 3,4 56,238 224,952 17,204 68 OK

11 39,7 3,4 60,152 240,608 15,656 68 OK

12 43,1 3,4 63,670 254,680 14,072 68 OK

13 46,5 3,4 66,777 267,108 12,428 68 OK

14 49,9 3,4 69,498 277,992 10,884 68 OK

atap 53,6 3,7 72,202 288,808 10,816 74 OK

top atap 58,25 4,65 75,335 301,340 12,532 93 OK

Simpangan ijin antar lantai (mm) Ket Lantai Elevasi

(m) Tinggi Lantai (m)

Simpangan (mm)

Simpangan diperbesar

Simpangan antar lantai (mm)

i hi hsx Ϭe Ϭ Δ Δa

hi-h(i-1) Ϭe x Cd Δi-Δ(i-1) 0,02* hsx

Ground 0 0 0 0 0 0 OK

1 3,5 3,5 1,646 6,584 6,584 70 OK

2 7,7 4,2 6,653 26,612 20,028 84 OK

3 12,5 4,8 13,616 54,464 27,852 96 OK

4 15,9 3,4 18,157 72,628 18,164 68 OK

5 19,3 3,4 22,458 89,832 17,204 68 OK

6 22,7 3,4 26,609 106,436 16,604 68 OK

7 26,1 3,4 30,618 122,472 16,036 68 OK

8 29,5 3,4 34,473 137,892 15,420 68 OK

9 32,9 3,4 38,177 152,708 14,816 68 OK

10 36,3 3,4 41,649 166,596 13,888 68 OK

11 39,7 3,4 44,878 179,512 12,916 68 OK

12 43,1 3,4 47,836 191,344 11,832 68 OK

13 46,5 3,4 50,502 202,008 10,664 68 OK

14 49,9 3,4 52,897 211,588 9,580 68 OK

atap 53,6 3,7 55,335 221,340 9,752 74 OK

top atap 58,25 4,65 58,142 232,568 11,228 93 OK

Simpangan antar lantai (mm)

Simpangan ijin antar lantai (mm) Ket Lantai Elevasi

(m) Tinggi Lantai (m)

Simpangan (mm)

Simpangan diperbesar

(5)

momen lentur yang di timbulkan oleh link yaitu sebesar 1,25 x Ry x Vn. Kontrol interaksi aksial lentur

8 9

rx ry r

c

M M P

P n n

 

   

= 0,724 < 1,0

D. Balok

Balok direncanakan menggunakan profil WF 600 x 200 x 10 x 15. Dari output SAP 2000 diperoleh gaya dalam yang dipakai dalam desain adalah:

Mu = 39003,5 kg.m < ØMn= 57041,4 kg.m Vu = 16254,3 kg ≥ ØVn= 89400 kg δ = 0,1406 cm ≤ δ ijin = 1,665 cm E. Kolom komposit:

Kolom direncankan menggunakan CFT 700 x 700 x 25 dengan kontrol kuat nominal penampang sebagai berikut:

Dikarenakan r

c

P P

> 0,2, maka rumus interaksi aksial dan momen digunakan rumus yang terdapat pada SNI 03- 1729-2002 Pasal 12.5, Persamaan 12.5-1, yaitu sebagai berikut:

8 9

rx ry r

c

M M P

P n n

 

    ≤ 1,0

19594,338 81186,399 0, 497

307125 307125 8

9

 

   ≤ 1,0

0,818 < 1,0  OK

Tabel 6.1 Rekap Dimensi Struktur Primer

ELEMEN LANTAI ARAH PROFIL YANG

DIGUNAKAN

Balok Induk

Top atap x

WF 400 x 200 x 8 x 13 y

Atap x

WF 500 x 200 x 9 x 14 y

2-14 x

WF 600 x 200 x 10 x 15 y

1 x WF 600 x 200 x 11 x 17 y

Kolom 1-8 - CFT 700 x 700 x 25

9 - top atap - CFT 600 x 600 x 25

Link

Top atap x

WF 400 x 200 x 8 x 13 y

Atap x

WF 400 x 200 x 8 x 13 y

2-14 x

WF 500 x 200 x 10 x 16 y

1 x

WF 500 x 200 x 10 x 16 y

Balok di luar Link

Top atap x

WF 400 x 200 x 8 x 13 y

Atap x

WF 400 x 200 x 8 x 13 y

2-14 x

WF 500 x 200 x 10 x 16 y

1 x

WF 500 x 200 x 10 x 16 y

Bresing Top atap x

WF 250 x 250 x 9 x 14 y

Atap x

WF 250 x 250 x 9 x 14 y

2-14 x

WF 300 x 300 x 10 x 15 y

1 x

WF 300 x 300 x 10 x 15 y

VII. PERENCANAANSAMBUNGAN

A. Sambungan kolom CFT 700x700x25 dengan kolom CFT 600x600x25

Sambungan kolom CFT 700x700x25 dengan kolom CFT 600x600x25 direncanakan pada lantai 1 menggunakan las tumpul penetrasi penuh dengan mutu Fe70XX. Gaya-gaya yang bekerja pada sambungan adalah akibat dari beban mati dan beban seismik akibat komponen vertikal. Sambungan ditempatkan pada posisi tengah dari ketinggian lantai.

Gambar 7.1 Detail Sambungan Kolom CFT 700.700.25.25 dengan Kolom CFT 700.700.25.2.

B. Sambungan Kolom dengan Balok Induk

Sambungan pada kolom dengan balok induk direncanakan menggunakan 2 jenis yaitu sambungan pen geser sebagai penumpu pada saat proses pengelasan dan sambungan rigid dengan alat sambung las dan baut sebagai penumpu beban.

Sambungan las yang digunakan adalah tipe las Fe70XX.

Gambar 7.2 Detail Sambungan Kolom dengan Balok Induk C. Sambungan Batang Bresing

Kuat perlu sambungan batang bresing ke balok harus ditentukan lebih besar atau sama dengan kuat nominal batang bresing yaitu 1,25 . Ry . Vn. Dimana Vn adalah kuat geser nominal link yang diambil dari nilai terkecil antara Vp dengan

2Mp

e . Digunakan sambungan las dengan mutu

FE70XX dan mutu baut A325.

(6)

Gambar 7.3 Sambungan Batang Bresing.

D. Sambungan Kolom CFT dengan Pedestal

Pedestal direncanakan menggunakan dimensi 800x800.

Untuk sambungan kolom CFT 700x700x25 dengan pedestal direncanakan menggunakan las penetrasi penuh dengan mutu Fe110XX.

Gambar 7.4 Sambungan Kolom CFT dengan Pedestal.

VIII. PERENCANAANPONDASI A. Perencanaan Diameter Bore Pile

Berdasarkan output program bantu SAP 2000 v19 didapatkan besar Qw = 1071,534 ton, dimana Qw adalah beban yang bekerja di atas tiang:

Diketahui: F’c = 30 MPa = 300 kg/cm2 Diameter tiang:

Ds = 2, 257 631718, 01 300 = 103,57 cm = 1,036 m

Maka diameter borepile yang digunakan adalah 1,2 m dan diameter pembesaran (Dbell) 2,5 m.

B. Daya Dukung Bore Pile

Berdasarkan perhitungan daya dukung selimut tiang dan daya dukung di ujung tiang, maka daya dukung borepilenya adalah sebagai berikut:

QL = Qp + Qs

= 3268,513 + 316,672

= 3585,186 ton

Qijin = QL

SF

=

3585,186

3

= 1195,062 ton Qw < Qijin

1071,534 ton < 844,565 ton  OK

IX. KESIMPULANDANSARAN A. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil perhitungan struktur sekunder didapatkan : a. Pelat lantai menggunakan bondek SUPER FLOOR

DECK t = 0,75 mm, dengan 2 macam pelat.

b. Balok anak menggunakan profil WF dengan 4 macam dimensi.

c. Balok lift menggunakan profil WF dengan 2 macam dimensi.

d. Balok tangga menggunakan profil L dan WF dengan 3 macam dimensi.

2. Dari hasil perhitungan struktur primer didapatkan : a. Balok menggunakan profil WF dengan 4 macam

dimensi.

b. Kolom menggunakan komposit profil CFT dengan 2 macam dimensi.

c. Link menggunakan profil WF dengan 2 macam dimensi dengan panjang link 1,2 m dan 1,5 m.

d. Balok luar link menggunakan profil WF dengan 2 macam dimensi.

e. Bresing menggunakan profil WF dengan 2 macam dimensi.

3. Permodelan analisis struktur menggunakan program bantu SAP 2000v14, dengan 4 kontrol desain dan bangunan telah memenuhi persyaratan desain.

4. Dalam perencanaan ini, sambungan yang digunakan adalah sambungan las dan baut.

5. Pondasi struktur menggunakan tiang bor (borepile) diameter 120 cm dengan kedalaman 25 m berdasarkan hasil penyelidikan tanah SPT (Standard Penetration Test). Tulangan yang digunakan pada pondasi borepile adalah 26 D25 dengan sengkang D16-45 mm.

6. Hasil dari perencanaan struktur dapat dilihat pada lampiran gambar berupa gambar teknik.

B. Saran

Sebaiknya dilakukan studi yang mempelajari tentang perencanaan struktur bresing eksentrik lebih lanjut dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan estetika, diutamakan untuk perencanaan struktur yang diharapkan mampu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam peraturan baik SNI maupun AISC.

DAFTAR PUSTAKA

[1] E. Wahyuni and Y. Tethool, “Effect of Vierendeel Panel Width and Vertical Truss Spacing Ratio in Staggered Truss Framing System Under Earthquake Loads,” Int. J. Civ. Eng., vol. 13, no.

2, pp. 213–221, 2015.

[2] Y. Budiono, “Perilaku Link Panjang Dengan Pengaku Diagonal Badan Pada Sistem Struktur Rangka Baja Tahan Gempa,” in Seminar dan Pameran HAKI, 2011.

[3] American Institute of Steel Construction, “Seismic Provision for Structural Steel Buildings,” 2010.

[4] H. Moestopo, M. Yudi, “Kajian Kinerja Link Yang Dapat Diganti Pada Struktur Rangka Baja Berpengaku Eksentrik Tipe Split-K, in Seminar dan Pameran HAKI, 2006.

Gambar

Gambar 2.3 Sudut Rotasi Link Beam [4]
Tabel 4.4   Rekap Dimensi Balok Tangga
Gambar 7.2 Detail Sambungan Kolom dengan Balok Induk  C.  Sambungan Batang Bresing
Gambar 7.3 Sambungan Batang Bresing.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 1 dapat dianalisis bahwa unsur kepuasan pelayanan yang pertama berkenaan dengan kemudahan prosedur pelayanan yang diberikan pada Perputakaan

Hal inilah yang kemudian dijadikan latar belakang bagi pendekatan arsitektur kontekstual yang diambil sebagai upaya perancangan Pasar Seni di Sangiran agar didapatkan keselarasan

MikroTik RouterOS adalah sistem operasi dan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menjadikan komputer menjadi router network yang handal, mencakup berbagai

[r]

dari P3 A (Pusat Pelayanan Perempuan dan Anak) Kabupaten Bojonegoro, Dwi Irianto, SH dan saksi tambahan yang diajukan, Watipah dari anggota polres bojonegoro yang

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Strata-1, Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi

Hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab dari Program Studi Pendidikan Biologi untuk dapat menghasilkan lulusan yang mempunyai empat kompetensi sebagai guru

Selain penambahan jam kerja yang harus dilakukan oleh IKM adalah menambah operator di Stasiun penyiangan dan pencucian, perbaikan ini mampu menghilangkan waktu